Anda di halaman 1dari 19

Laporan Kasus

SYSTEMIC LUPUS ERITEMATOSUS

Oleh:

Rati Amira Lekabreda, S.Ked 04054821820010


Nadia Mutiara, S.Ked 04084821820007

Pembimbing:
dr. Surya Darma, SpPD

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RSMH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul
Systemic Lupus Eritematosus

Oleh:

Rati Amira Lekabreda, S.Ked


Nadia Mutiara, S.Ked

Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Junior di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang, Periode 26 November 2018 – 4 Februari
2019.

Palembang, Desember 2018


Pembimbing

dr. Surya Darma, SpPD

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Systemic Lupus Eritematosus”. Laporan kasus ini merupakan
salah satu syarat mengikuti ujian pada Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Surya Darma,
SpPD selaku pembimbing dalam penulisan laporan kasus ini, serta kepada semua
pihak yang telah membantu hingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan tulisan ini
dapat memberi ilmu dan manfaat bagi yang membacanya.

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................1
KATA PENGANTAR ...............................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................4
BAB II LAPORAN KASUS ......................................................................................5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................14
BAB IV ANALISIS KASUS .....................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................42

4
BAB I
PENDAHULUAN

Sistemic Lupus Eritematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang ditandai


dengan terjadinya kerusakan jaringan dan sel-sel oleh auto antibodi patogen dan
kompleks imun. Penyakit ini merupakan penyakit multisistem yang
bermanifestasi sebagai “lesi kulit seperti kupu-kupu” di wajah, perikarditis,
kelainan ginjal, artritis, anemia, dan gejala-gejala susunan saraf pusat.1
Insiden tahunan SLE di Amerika serikat sebesar 5,1 per 100.000 penduduk,
sementara prevalensi SLE di Amerika dilaporkan 52 kasus per 100.000 penduduk,
dengan rasio jender wanita dan laki-laki antara 9-14:13. Belum terdapat data
epidemiologi SLE yang mencakup semua wilayah Indonesia. Data tahun 2002 di
RSUP Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, didapatkan 1.4% kasus SLE dari
total kunjungan pasien di poliklinik Reumatologi Penyakit Dalam, sementara di
RS Hasan Sadikin Bandung terdapat 291 pasien SLE atau 10.5% dari total pasien
yang berobat ke poliklinik reumatologi selama 2010.2
Manifestasi klinik dari SLE beragam tergantung organ yang terlibat, dimana
dapat melibatkan banyak organ dalam tubuh manusia dengan perjalanan.4 klinis
yang kompleks dan sangat bervariasi dapat ditandai oleh serangan akut, periode
aktif, terkendali, ataupun remisi.
Morbititas dan mortalitas pasien SLE masih cukup tinggi, berdasarkan data
yang diperoleh dari RSCM dari tahun 1990-2002 diperoleh angka kematian pasien
dengan SLE hampir 5 kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Pada tahun-
tahun pertama mortalitas SLE berkaitan dengan aktivitas penyakit dan infeksi
(termasuk infeksi M. tuberculosis, virus, jamur dan protozoa, sedangkan dalam
jangka panjang berkaitan dengan penyakit vaskular aterosklerosis.5
Mengingat manifestasi klinis, perjalanan penyakit SLE sangat beragam, dan
risiko kematian yang tinggi maka diperlukan upaya pengenalan dini serta
penatalaksanaan yang tepat.

5
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN
a. Nama : Ny. NMH
b. Umur : 39 tahun
c. Tanggal Lahir : 21 Oktober 1979
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Buruh
g. Alamat : Desa Suka Damai Dusun I, Pedamaran, Kab. Ogan
Komering Ilir
h. No. Med Rec/ Reg : 1093922
i. Tanggal masuk RS : 3 Desember 2018

II. ANAMNESIS
(Autoanamnesis)

KeluhanUtama
Sesak napas sejak ± 2 minggu sebelum masuk rumah sakit

Keluhan Tambahan
Sesak napas disertai jantung berdebar-debar.

Riwayat Penyakit Sekarang


±8 bulan yang lalu pasien mengeluh timbul nyeri sendi seluruh tubuh
terutama di lutut (+) yang sering timbul setelah beraktivitas, nyeri sendi di
pagi hari disangkal. Kemerahan dan panas pada sendi lutut dan jari-jari
tangan disangkal. Pasien mengaku nyeri lutut menyebabkan pasien harus
dipapah saat berjalan. Keluhan lain yang dirasakan pasien berupa rambut
mudah rontok (+), nyeri menelan dan sariawan (+), berat badan turun (+), dan
cepat lelah (+) dan lemas (+).

6
± 3 bulan SMRS, pasien mengeluh sesak napas. Sesak napas bertambah
setelah aktivitas dan berkurang jika istirahat. Sesak tidak dipengaruhi cuaca,
emosi, dan posisi tubuh. Sesak napas dirasakan hilang timbul disertai jantung
berdebar-debar (+), rambut rontok (+), wajah cepat menghitam dan timbul
bercak hitam jika terpapar sinar matahari (+), nyeri sendi (+), sariwan (+),
berat badan menurun (+), nafsu makan biasa, BAK dan BAB biasa. Pasien
tidak berobat.
± 1 minggu SMRS, os mengeluh sesak semakin memberat dan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Sesak napas bertambah setelah aktivitas
dan berkurang jika istirahat. Sesak tidak dipengaruhi cuaca, emosi, dan posisi
tubuh. Keluhan jantung semakin berdebar-debar (+), nyeri sendi (+), rambut
rontok (+), badan lemas (+), mengi (-), mual (-), muntah (-), dan demam (-).
Pasien berobat ke praktik dokter spesialis penyakit dalam dan dirujuk ke
RSMH untuk tatalaksana lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat ± 1 tahun yang lalu, os mengeluh mengalami nyeri menelan dan
sariawan yang tidak kunjung sembuh disertai lemas. Kemudian berobat ke
RSUD Kayu Agung selama 5 hari dan mendapat transfusi darah, keluhan
dirasakan membaik.
± 1 bulan kemudian, keluhan nyeri menelan timbul kembali disertai
rambut rontok, nyeri sendi diseluruh tubuh, nafsu makan dan berat badan
menurun dan disertai lemas. Kemudian os dirawat di RSUD Kayu Agung
selama 7 hari dan kembali mendapat transfusi darah, namun keluhan
dirasakan tidak membaik sehingga pasien memutuskan rawat jalan
sebelum diagnosis dapat ditegakkan.
2. Riwayat kejang sebelumnya (-)
3. Riwayat kencing manis (-)
4. Riwayat darah tinggi (-)
5. Riwayat stroke (-)

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat lupus disangkal
Riwayat hipertensi disangkal.

7
Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan Umum
1. Keadaan umum : Tampak sakit berat
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. Tekanan darah : 120/80 mmHg
4. Nadi : 82 x/menit, irama reguler, isi cukup
5. Pernapasan : 25 x/menit, regular, abdominotorakal
6. Suhu tubuh : 36,6oC
7. Berat badan : 40 kg
8. Tinggi badan : 155 cm
9. IMT : 16,65 (Underweight)

b. Keadaan Spesifik
1. Kepala
Normosefali; simetris; warna rambut hitam, tidak mudah dicabut,
alopesia (+) bagian depan , distribusi tidak merata; fotosensisitivitas
pada wajah dan leher yang terpapar sinar matahari (+).
2. Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-)
pupil bulat isokor, RC (+), visus baik
3. Hidung
Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), kavum nasi
lapang, sekret (-), epistaksis (-)
4. Mulut
Bibir kering, sianosis (-), sariawan pada palatum (+), gusi berdarah
(-), lidah berselaput (-), atrofi papil (-), Tonsil T1-T1, faring
hiperemis (-)
5. Telinga
Tampak luar tidak ada kelainan, keluar cairan telinga (-), sekret (-),
nyeri tekan mastoid (-)

8
6. Leher
JVP (5+1) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid
(-).
7. Thoraks
Inspeksi : Simetris, venektasi (-), retraksi (-), scar (-)
Paru
 Inspeksi : Statis dan dinamis, simetris kanan = kiri
 Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi : vesikuler (+) Normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
 Inspeksi : Iktus cordis terlihat di ICS V Linea Axillaris
Anterior
 Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS V Linea Axillaris
Anterior
 Perkusi : Batas jantung atas ICS II
Batas jantung kiri linea aksilaris anterior ICS V
sinistra
Batas jantung kanan linea midclavicularis dekstra
 Auskultasi : HR = 82x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
 Inspeksi : Datar, venektasi (-), caput medusae (-), striae (+),
umbilicus tidak menonjol
 Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar teraba 3 jari dibawah
arcus costae, lien tidak teraba, nyeri tekan
suprapubik (-), ballotement (-)
 Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA(-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
9. Genitalia : Tidak diperiksa
10. Ekstremitas : Akral hangat (+), palmar pucat (-), vaskulitis (-),
edema(-), sianosis (-), clubbing finger (-)

9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium (3 Desember 2018)
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 6.7 g/dL 11.40-15.00
Leukosit 4.1 103/mm3 4.73-10.89
Eritrosit 2.16 106/ mm3 4.00-5.70
Hematokrit 20 % 35-45
Trombosit 182 103/µL 189-436
Hitung jenis
Basofil 0 0-1 Normal
Eosinofil 2 1-6 Normal
Neutrofil 71 50-70 Meningkat
Limfosit 21 20-40 Normal
Monosit 6 2-8 Normal
KIMIA KLINIK
Albumin 2.6 g/dL 3.4-4.8
Ureum 28 mg/dL 16.6 - 48.5
Creatinin 0,80 mg/dL 0.50-0.90
Calsium 8.0 mg/dL 8.4 – 9.7
Natrium 145 mg/dL 135-155
Kalium 3.2 mg/dL 3.5-5.5

URINALISIS
URIN Warna Kuning muda
LENGKAP Kejernihan Agak keruh
Berat jenis 1.010
pH (urine rutin) 6.0
Protein Positif +

10
Ascorbic acid Negatif
Glukosa Negatif
Keton Negatif
Darah Positif +++
Bilirubin Negatif
Urobilinogen 1
Nitrit Positif
SEDIMEN Epitel Positif ++
URINE Lekosit 3-7
Eritrosit 4-8
Silinder Silinder
granular+,
Silinder Hyaline
+
Kristal Negatif
Bakteri Positif ++

V. Diagnosis
Sistemic Lupus Erythematosus dengan derajat aktivitas sedang.

VI. Diagnosis Banding


Sindrom Sjogren Primer

VII. Pemeriksaan Anjuran


Ro. Thorax PA
Darah perifer lengkap; Hemoglobin, Leukosit, Trombosit, Hematokrit,
LED, Ureum, Kreatinin, Fungsi Hati dan profil lipid, ANA, Anti dsDNA,
C3 dan C4.

VIII. Tatalaksana
Non Farmakologis
 O2 nasal canul 2 l/m
 Istirahat

11
 Diet
 Transfusi PRC 600cc
 Edukasi
Farmakologis
 IVFD NaCl 0,9% gtt xx/m
 Metil prednisolon 1x20mg
 CaCO3 500mg
 Asam folat 3x1mg
 Lansoprazole 1x30mg
 Ibuprofen 3x200 mg

IX. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

X. Follow Up
Tanggal 4 Desember 2018
S Sesak (+), jantung berdebar-debar (+), nyeri
sendi (+)
O:
Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 120/70 mmHg
Nadi 88 x/menit irama reguler, isi cukup
Pernapasan 24 x/ menit
Temperatur 36,5 oC

Keadaan spesifik Rambut hitam, tidak mudah dicabut, alopesia


Kepala (+), distribusi tidak merata. Fotosensitivitas pada
wajah dan leher yang terpapar sinar matahari (+),
Konjungtiva palpebra pucat (-) Sklera ikterik (-),
epistaksis (-), atrofi papil lidah (-), sariawan (+),

Leher JVP (5+1) cm H2O


Pembesaran KGB (-)

Thorax: Inspeksi: Barrel chest (-), retraksi (-)


Paru Inspeksi: Statis dan dinamis simetris kanan = kiri
Palpasi: Stem fremitus kanan = kiri

12
Perkusi: Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-),
wheezing (-)

Jantung Inspeksi: Iktus cordis terlihat di ICS V LAA


Palpasi: Iktus cordis teraba di ICS V LAA
Perkusi: Batas jantung atas ICS II
Batas jantung kanan ICS LINE midclavicularis
dekstra
Batas jantung kiri ICS V linea axillaris anterior
Auskultasi : HR = 88x/menit, reguler, murmur (-
), gallop (-)

Abdomen Inspeksi: Datar, venektasi (-), striae (+)


Palpasi: Lemas, hepar teraba 3 jari dibawah
arcus costae, lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (-), nyeri tekan suprapubik (-),
ballottement (-)
Perkusi: Timpani, shifting dullness (-), nyeri
ketok CVA (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal

Genitalia
Tidak diperiksa
Ekstremitas
Akral hangat (+), palmar pucat (-), edema(-)

A SLE
P Non Farmakologis
 O2 nasal canul 2 l/m
 Istirahat
 Diet
 Edukasi
Farmakologis
 IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
 Metil prednisolon 1x16mg
 CaCO3 3x500mg
 Asam folat 3x1mg
 Lansoprazole 1x30mg
 Paracetamol 3x500mg

Tanggal 5 Oktober 2016


S Sesak berkurang, nyeri dada rasa seperti
dihimpit, badan lemas (+), nyeri sendi (+)
O:
Keadaan umum Tampak sakit berat

13
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 100/70 mmHg
Nadi 80x/menit irama ireguler, isi cukup
Pernapasan 20 x/ menit
Temperatur 36,5 oC

Keadaan spesifik
Kepala Rambut hitam, tidak mudah dicabut, alopesia
(+), distribusi tidak merata. Fotosensitivitas pada
wajah dan leher yang terpapar sinar matahari (+),
Konjungtiva palpebra pucat (-) Sklera ikterik (-),
epistaksis (-), atrofi papil lidah (-), sariawan (+),

Leher JVP (5+1) cm H2O


Pembesaran KGB (-)

Thorax: Inspeksi: Barrel chest (-), retraksi (-)


Paru Inspeksi: Statis dan dinamis simetris kanan = kiri
Palpasi: Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi: Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-),
wheezing (-)

Jantung Inspeksi: Iktus cordis terlihat di ICS V LAA


Palpasi: Iktus cordis teraba di ICS V LAA
Perkusi: Batas jantung atas ICS II
Batas jantung kanan ICS LINE midclavicularis
dekstra
Batas jantung kiri ICS V linea axillaris anterior
Auskultasi : HR = 80x/menit, reguler, murmur (-
), gallop (-)

Abdomen Inspeksi: Datar, venektasi (-), striae (+)


Palpasi: Lemas, hepar teraba 3 jari dibawah
arcus costae, lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (-), nyeri tekan suprapubik (-),
ballottement (-)
Perkusi: Timpani, shifting dullness (-), nyeri
ketok CVA (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal

Genitalia Tidak diperiksa


Ekstremitas Akral hangat (+), palmar pucat (-), edema(-)
A SLE
P Non Farmakologis
 Istirahat
 Diet NB
 Edukasi
Farmakologis
 IVFD asering : D5 (2:1) gtt xx/menit

14
 Metil prednisolon 1x16mg
 CaCO3 3x500mg
 Asam folat 3x1mg
 Lansoprazole 1x30mg
 Paracetamol 3x500mg
 KSR 1x600mg

15
BAB IV
ANALISIS KASUS

Pada pasien ini dapat ditegakan diagnosis dari identifikasi pasien,


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada kasus ini pasien mengalami keluhan utama berupa sesak napas,
keluhan sesak napas. Dari anamnesis didapatkan batuk (-), sesak tidak
dipengaruhi posisi, cuaca, dan emosi, riwayat asma (-) sehingga penyebab sesak
akibat infeksi paru dan asma dapat disingkirkan. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva pucat dan palmar palor mengindikasikan bahwa pasien
kemungkinan mengalami anemia, dan didukung hasil laboratorium darah yaitu Hb
6,7 mg/dL. Sedangkan, dari hasil foto thoraks PA didapatkan adanya gambaran
efusi pleura sinistra sehingga didapat salah satu penyebab sesak adalah efusi
pleura. Jadi, keluhan sesak kemungkinan disebabkan karena adanya efusi pleura
sinistra dan anemia pada pasien.
Pada kasus, pasien memiliki keluhan utama berupa sesak napas yang
kemungkinan disebabkan oleh keadaan efusi pleura sinistra dan anemia, ditambah
dengan keluhan tambahan lain seperti alopesia, oral ulcer, fotosensitivitas, dan
nyeri sendi yang mengarah ke gejala dan tanda dari lupus eritematosa sistemik.
Diagnosis SLE ini juga didukung dari identifikasi pasien dimana pasien berjenis
kelamin wanita dengan usia 39 tahun, dimana epidemiologi dari systemic lupus
eritematous (SLE) itu sendiri sering ditemukan pada wanita pada usia paling
banyak 15-40 tahun yaitu pada usia produktif. Frekuensi pada wanita dibanding
dengan laki-laki berkisar antara 5,5-9 : 1. Jadi jika dilihat dari jenis kelamin dan
usia pasien dapat menjadi faktor risiko untuk kejadian penyakit SLE pada kasus
ini.
Berdasarkan kriteria menurut The America Rheumatism Association
(ARA), pada pasien ini dapat ditemukan beberapa kriteria yang memenuhi, yaitu:
1. Discoid rash – ditemukan bercak eritema berbentuk bulat pada tangan
dan kaki pasien (+)
2. Fotosensitivitas (+) – dari pemeriksaan fisik didapatkan daerah kulit
yang terpapar sinar matahari terlihat lebih gelap dibanding daerah
yang tidak terpapar sinar matahari.

16
2. Oral ulcer (+) – didapatkan stomatitis pada palatum.
3. Arthritis/arthralgia (+) – pasien mengeluh nyeri sendi.
4. Serositis (+) – dari hasil pemeriksaan foto thoraks PA tampak efusi
pleura pada paru sinistra.
5. Gangguan hematologi (+) – dari hasil pemeriksaan laboratorium darah
lengkap didapatkan anemia hemolitik.
6. Gangguan ginjal (+) – silinder granular dan silinder hyaline dalam
pemeriksaan sedimen urin.
Pada pasien ini telah ditemukan 6 kriteria dari 11 kriteria ARA sehingga
diagnosis systemic lupus eritematous (SLE) dapat ditegakkan dengan sensitifitas
95%.
Berdasarkan aktivitas penyakit SLE yang dinilai dari skor SLEDAI yang
dinilai dari keadaan pasien saat ini didapatkan hasil, yaitu:
1. Urinary cast (+) - silinder granular dan silinder hyaline dalam
pemeriksaan sedimen urin. (skor 4)
2. Hematuria (+) – ditemukan 4-8 eritrosit/LPB dalam pemeriksaan sedimen
urin. (skor 4)
3. Alopesia (+) – skor 2
4. Mucosal ulcer (+) – skor 2
Sehingga didapatkan skor SLEDAI pasien adalah 12 (SLE dengan aktivitas
sedang).
Jadi berdasarkan hasil temuan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, pasien pada kasus ini didiagnosis dengan SLE dengan
manifestasi arthritis, serositis, dan lupus nefritis dengan derajat aktivitas sedang.
Untuk dokter umum, kompetensi SLE adalah 3A yaitu mampu
mendiagnosis, tatalaksana awal, dan merujuk pasien ke dokter spesialis penyakit
dalam. Diagnosis kasus SLE adalah dengan melihat kriteria ARA apabila
memenuhi 4 dari 11 kriteria ARA maka dapat ditegakkan diagnosis suspek SLE.
Kriteria ARA dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan oleh
dokter umum untuk menegakkan diagnosis berdasarkan kriteria ARA diantaranya
adalah pemeriksaan darah rutin, urinalisis, dan foto rontgen thoraks.
Untuk tatalaksana awal adalah dengan mengedukasi pasien mengenai
penyebab penyakit, faktor pencetus dan yang memperparah kondisi SLE, rencana

17
pengobatan yaitu merujuk pasien ke dokter spesialis penyakit dalam untuk
pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan ANA dan anti-dsDNA serta
tindakan pengobatan, dan prognosis penyakit. Selain itu penting bagi dokter
umum untuk mengetahui SLEDAI skor pasien yang datang terutama pasien
kontrol untuk mengetahui aktivitas penyakit SLE karena terkait tatalaksana yang
berbeda antara aktivitas ringan/sedang dengan berat.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, et al. 2015. Lupus Eritematosus Sistemik.


Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al, editor. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Edisi keenam. Jakarta: Interna Publishing; 2565-2579.

2. Yoga I Kasjmir, dkk. 2011. Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritemaotosus


Sistemik. Perhimpunan Reumatologi Indonesia; Jakarta.

3. NN. Lupus dan Penatalaksanaannya. 2010. Dikutip dari :


http://www.research.ui.ac.id/v1/images/stories/lupus/Lupus%20dan%20penat
alaksanaannya.pdf

4. NN. 2009. Kehamilan dengan Lupus Eritematosus Sistemik. Dikutip dari :


http://digilib.unsri.ac.id/download/Lupus%20eritematosus.pdf

5. Mok CC, Lau CS. 2003. Pathogenesis of systemic lupus erythematosus page.
J Clin Pathol; 481-490.

6. Danchenko N, Satia JA, Anthony MS. 2006. Epidemiology of systemic lupus


rythematosus: a comparison of worldwide disease burden. Lupus; 308-318.

7. Urowitz MB, Bookman AAM, Koehler BE, Gordon DA, Smythe HA,
Ogryzlo MA. 1976. The Bimodal Mortality Pattern of Systemic Lupus
Erythematosus. Am J Med;60:221-225.

8. McMurry RW, May W . 2003. Sex hormones and systemic lupus


erythematosus. Arthritis Rheum; 2100-2110

9. Kanda N, Tamaki K. 1999. Estrogen enhances immunoglobulin production


by human peripheral blood mononuclear cells. J Allergy Clin Immunol; 282-
288

10. D’Cruz D, Espinoza G, Cervera R. 2010. Systemic lupus erythematosus:


pathogenesis, clinical manifestations, and diagnosis. [cited 2011 Dec 7].
Available from
http://www.eular.org/myuploaddata/files/Compendium_sample_chapter.pdf

11. Tan EM, Cohen AS, Fries JF, Masi AT, McShane DJ, Roth•ield NF, et al.
1982. The 1982 revised criteria for the classification of systemic lupus
erythematosus. Arthritis Rheum; 1271-1277

11. American College of Rheumatology Ad Hoc Committee on systemic lupus


erythematosus guidelines. Arthritis Rheum 1999;42(9):1785-96

12. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2011. Diagnosis dan Pengelolaan Lupus


Eritematosus Sistemik. Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai