(Teori Relativitas)
Disusun Oleh
Nama : Rohimah
Nim : 06111381621026
Dosen Pengampu : Sudirman, S.Pd.,M.Si
A. Latar Belakang
Pengalaman dan pengamatan kita sehari-hari pasti selalu berhubungan
dengan benda-benda yang bergerak dengan kelajuan yang lebh kecil dari
kelajua cahaya. Hukum Newton tentang gerakan benda dirumuskan
melalui pengamatan dan penggambaran gerak benda, dan cara ini sangat
berhasil menggambarkan berbagai fenomena yang terjadi pada kelajuan
cukup rendah. Namun, cara ini gagal menggambarkan dengan tepat
mengenai gerakan benda yang memiliki kalajuan mendekati kelajuan
cahaya. Secara eksperimen, prediksi teori Newton dapat diuji pada
kelajuan tinggi dengan cara mempercepat elektron atau partikel bermuatan
lainnya melalui pemberian beda potensial listrik yang besar.
Sebagai contoh, sebuah elektron mungkin dapat dipercepat hingga
keljuan 0,99c (dimana c adalah kelajuan cahaya) dengan memberikan beda
potensial (tegangan) beberapa juta volt. Menurut mekanika Newton, jika
beda potensial meningkat menjadi empat kali, energi elektron menjadi
empat kali lebih besar dan kelajuannya menjadi dua kali lipat, yakni 1,98c.
Namun, eksperimen menunjukkan kelajuan elektron – begitu juga berbagai
kelajuan di alam semesta – selalu lebih kecil dari kelajuan cahaya, terlepas
dari seberapa besarnya tegangan pemercepat. Oleh karena benda tidak
mungkin berada di atas batas kelajuan cahaya, mekanika Newton tentang
gerak bertentangan dengan hasil eksperimen modern dan jelas menjadi
teori terbatas. Maka dari itu penulis perlu mengkaji materi tentang Teori
Relativitas, namun pada makalah ini hanya berfokus pada pokok bahasan
tentang Massa dan Energi Relativistik, Momentum Relativistik, Teori
Relativitas Umum, Evaluasi Relativitas Umum Geometri Gravitasi
Newton, dan Evaluasi Relativitas Umum Generalisasi Relativistik.
BAB II
PEMBAHASAN
KE = ∫ 𝐹 𝑑𝑠
0
persamaan berikut :
𝑠 𝑚𝑣
𝑑(𝛾𝑚𝑣) 𝑑𝑠
𝐾𝐸 = ∫ 𝑑𝑠 = ∫ (𝛾𝑚𝑣) ( )
0 𝑑𝑡 0 𝑑𝑡
𝑚𝑣 𝑣
𝑚𝑣
∫ 𝑑(𝛾𝑚𝑣)(𝑣) = ∫ 𝑣 𝑑( )
0 0 √1 − 𝑣 2 /𝑐 2
𝑚𝑣 2
𝐾𝐸 = − 𝑚𝑐 2
√1 − 𝑣 2 /𝑐 2
𝐾𝐸 = 𝛾𝑚𝑐 2 − 𝑚𝑐 2 = (𝛾 − 1)𝑚𝑐 2
3
Persamaan tersebut menyatakan bahwa energi kinetik suatu objek sama
dengan perbedaan diantara 𝛾𝑚𝑐 2 dan 𝑚𝑐 2 .
𝐸 = 𝛾𝑚𝑐 2 = 𝑚𝑐 2 + 𝐾𝐸
𝐸 = 𝐸0 + 𝐾𝐸
2
𝑚𝑐 2
𝐸 = 𝛾𝑚𝑐 =
√1 − 𝑣/𝑐 2
Ketika kecepatan relatif kecil 𝑣 sangat kecil dibandingkan 𝑐, rumus
1
energi kinetik harus dikurangi 𝑚𝑣 2 . Dimana sudah diverifikasikan
2
4
Pada kecepaan rendah, eksperesi relativistik untuk energi kinetik dari
objek yang bergerak akan memang berkurang ke yang klasik. Sejauh yang
diketahui, formulasi mekanika yang benar memiliki axis-nya dalam
relativitas, dengan mekanika klasik mewakili perkiraan yang berlaku 𝑣 ≪
𝑐. Gambar dibawah ini menunjukkan perbandingan energi antara
pemodelan klasik dan relativistik untuk rasio antara energi kinetik 𝐾𝐸
yang bergerak dan energi sisanya 𝑚𝑐 2 . Pada kecepatan rendah kedua
rumusan memberikan hasil yang sama, tetapi mereka berbeda dengan
kecepatan mendekati cahaya. Menurut mekanika relativistik, partikel akan
membutuhkan energi kinetik tanpa batas untuk melakukan perjalanan
dengan kecepatan cahaya, sedangkan dalam mekanika klasik ia hanya
membutuhkan energi kinetik dari setengah energi sisanya memiliki
kecapatan tersebut.
Gambar 1. Grafik Perbandingan Energi Kinentik Klasik dan Energi Kinetik Relativitas.
Sumber: Modern Physics (Baiser, 2000).
B. Momentum Relativistik
Energi dan momentum Total adalah energi dan momentum yang
terdapat didalam sistem yang terisolasi, dan energi sisa suatu partikel tidak
berubah. Oleh karena itu jumlah ini dalam beberapa hal yang lebih
5
mendasar daripada kecepatan atau energi kineti. Mari lihat bagaimana
energi total, energi istirahat, dan momentum suatu partikel saling
berhubungan.
Total Energi
Kuadratkan .
Momenum
Kuadratkan
Substitusikan 𝑝2 𝑐 2 dari 𝐸 2 :
6
Relativitas umum (bahasa Inggris: general relativity) adalah sebuah
teori geometri mengenai gravitasi yang diperkenalkan oleh Albert Einstein
pada 1916. Teori ini merupakan penjelasan gravitasi termutakhir dalam
fisika modern. Ia menyatukan teori Einstein sebelumnya, relativitas
khusus, dengan hukum gravitasi Newton. Hal ini dilakukan dengan
melihat gravitasi bukan sebagai gaya, tetapi lebih sebagai manifestasi dari
kelengkungan ruang dan waktu. Utamanya, kelengkungan ruang waktu
berhubungan langsung dengan momentum empat (energi massa dan
momentum linear) dari materi atau radiasi apa saja yang ada. Hubungan
ini digambarkan oleh persamaan medan Einstein.
Banyak prediksi relativitas umum yang berbeda dengan prediksi fisika
klasik, utamanya prediksi mengenai berjalannya waktu, geometri ruang,
gerak benda pada jatuh bebas, dan perambatan cahaya. Contoh perbedaan
ini meliputi dilasi waktu gravitasional, geseran merah gravitasional
cahaya, dan tunda waktu gravitasional. Prediksi-prediksi relativitas umum
telah dikonfirmasikan dalam semua percobaan dan pengamatan fisika.
Walaupun relativitas umum bukanlah satu-satunya teori relativistik
gravitasi, ia merupakan teori paling sederhana yang konsisten dengan data
eksperimen. Namun, masih terdapat banyak pertanyaan yang belum
terjawab. Secara mendasar, terdapat pertanyaan bagaimanakah relativitas
umum ini dapat digabungkan dengan hukum-hukum fisika kuantum untuk
menciptakan teori gravitasi kuantum yang lengkap dan swa-konsisten.
Teori Einstein memiliki implikasi astrofisika yang penting. Teori ini
memprediksikan adanya keberadaan daerah lubang hitam yang mana
ruang dan waktu terdistorsi sedemikiannya tiada satu pun, bahkan cahaya
pun, tidak dapat lolos darinya. Terdapat bukti bahwa lubang hitam bintang
dan jenis-jenis lubang hitam lainnya yang lebih besar bertanggung jawab
terhadap radiasi kuat yang dipancarkan oleh objek-objek astronomi
tertentu, seperti inti galaksi aktif dan mikrokuasar. Melengkungnya cahaya
oleh gravitasi dapat menyebabkan fenomena pelensaan gravitasi.
Relativitas umum juga memprediksikan keberadaan gelombang gravitasi.
Keberadaan gelombang ini telah diukur secara tidak langsung, dan
7
terdapat pula beberapa usaha yang dilakukan untuk mengukurnya secara
langsung. Selain itu, relativitas umum adalah dasar dari model kosmologis
untuk alam semesta yang terus berkembang.
Relativitas umum menjadi penting ketika kita memandang sebuah
sistem dengan jari-jari jauh lebih kecil daripada massa atau pun massa jauh
lebih besar daripada jari-jari. Kasus pertama berlaku pada objek-objek
yang mengalami keruntuhan gravitasi seperti bintang neutron atau sebuah
lubang hitam yang memiliki massa sebanding dengan massa sebuah
bintang (meskipun ada juga lubang hitam yang lebih besar) tetapi dengan
radius yang kecil. Kasus kedua berlaku pada kosmologi, yakni jika ruang
diisi dengan materi dengan kerapatan yang sama dimana-mana, maka jika
kita mencuplik ruang tersebut dengan jari-jari yang makin besar dan terus
membesar, massa akan bertambah dengan laju yang sebanding dengan R3.
Relativitas umum dapat dipahami dengan baik dengan mengevaluasi
kemiripannya beserta perbedaannya dari fisika klasik. Langkah pertama
adalah realisasi bahwa mekanika klasik dan hukum gravitasi Newton
mengizinkan adanya deskripsi geometri. Kombinasi deskripsi ini dengan
hukum-hukum relativitas khusus akan membawa kita kepada penurunan
heuristik relativitas umum
8
dihasilkan berhubungan dengan geometri ruang dan waktu, yakni dalam
standar kerangka acuan mekanika klasik, benda yang berada dalam
keadaan jatuh bebas bergerak searah garis lurus dengan kecepatan konstan.
Dalam bahasa fisika modern, lintasan benda bersifat geodesik, yaitu garis
dunia yang lurus dalam ruang waktu.
Bola yang jatuh menuju lantai roket yang dipercepat (kiri) dan bola
yang jatuh menuju Bumi (kanan) Sebaliknya, seseorang dapat
mengharapkan bahwa seketika berhasil diidentifikasi dengan memantau
gerak benda sebenarnya dan mempertimbangkan gaya-gaya luar (seperti
gaya elektromagnetik dan gesekan), gerak inersia dapat digunakan untuk
menentukan geometri ruang dan juga waktu. Namun, akan terdapat
ambiguitas ketika gravitasi diperhitungkan ke dalamnya. Menurut hukum
gravitasi Newton, terdapat apa yang disebut sebagai universalitas jatuh
bebas, yaitu bahwa lintasan suatu benda yang jatuh bebas bergantung
hanya pada posisi dan kecepatan awalnya, dan bukannya bergantung pada
sifat-sifat bahan penyusunnya.
Versi yang lebih sederhana dapat dilihat pada percobaan elevator
Einstein, yang digambarkan pada gambar di samping. Untuk seorang
pengamat dalam ruang tertutup yang kecil, adalah tidak mungkin untuk
menentukan apakah ruang itu berada dalam keadaan diam dalam suatu
medan gravitasi ataukah ia berada di dalam roket yang dipercepat hanya
dengan memetakan lintasan bola jatuh tersebut. Disebabkan oleh
universalitas jatuh bebas, tiada perbedaan terpantau yang dapat dipantau
antara gerak inersial dengan gerak yang berada di bawah pengaruh gaya
gravitasi. Ini kemudian mengarahkan kita pada suatu definisi gerak inersia
yang baru, yaitu gerak inersia objek jatuh bebas yang berada di bawah
pengaruh gaya gravitasi. Jenis gerak ini juga menentukan geometri ruang
dan waktu. Gerak ini adalah gerak geodesik yang diasosiasikan dengan
koneksi tertentu yang bergantung pada gradien potensial gravitasi.
Ruang, dalam konstruksi ini, masih memiliki geometri Euklides yang
seperti biasanya, namun ruang waktu secara keseluruhan menjadi lebih
rumit. Seperti yang dapat ditunjukkan dengan menggunakan eksperimen
9
pemikiran sederhana yang menelusuri lintasan partikel-partikel pengujian
yang sedang jatuh bebas, hasil dari pemasukan vektor-vektor ruang waktu
yang menandakan kecepatan suatu partikel akan bervariasi sesuai dengan
lintasan partikel. Secara matematis, kita katakan bahwa koneksi Newton
tidaklah terintegralkan. Dari hal ini, seseorang dapat mendeduksi bahwa
ruang waktu adalah melengkung. Akibatnya adalah perumusan geometri
gravitasi Newton yang hanya menggunakan konsep kovarian. Dalam
deskripsi geometri ini, efek pasang surut - yaitu percepatan relatif benda
yang jatuh bebas - berhubungan dengan turunan koneksi, menunjukkan
bagaiman geometri yang dimodifikasikan ini diakibatkan oleh keberadaan
massa.
10
sekumpulan peristiwa yang tidak memungkinkan memperngaruhi atau
dipengaruhi oleh A (seperti pada peristiwa C pada gambar). Sekumplan
peristiwa ini tak bergantung pada pengamat. Bersamaan dengan garis
dunia partikel jatuh bebas, kerucut cahaya dapat digunakan untuk
merekonstruksi metrik semi-Riemann ruang waktu.
Relativitas khusus dideskripsikan tanpa keberadaan percepatan,
sehingganya ia hanya cocok dijadikan sebagai model fisika di mana
percepatan dapat di abaikan, dalam hal ini percepatan gravitasi. Ketika
gravitasi terlibat di dalamnya, dengan berasumsi pada universalitas jatuh
bebas, maka tiada kerangka inersia global apapun. Yang ada adalah
kerangka inersia hampiran yang bergerak sepanjang partikel yang jatuh
bebas. Menggunakan bahasa ruang waktu: garis lurus bak-waktu yang
menentukan kerangka inersial tanpa gravitasi dideformasi menjadi garis
yang melengkung relatif terhadap satu sama lainnya, mensugestikan
bahwa pemasukan gravitasi memerlukan perubahan pada geometri ruang
waktu.
Secara a apriori, tidaklah jelas apakah kerangka lokal baru dalam
peristiwa jatuh bebas bertepatan dengan kerangka acuan di mana hukum-
hukum relativitas khusus berlaku. Teori relativitas khusus didasarkan pada
perambatan cahaya (sehingganya berkaitan dengan elektromagnetisme)
dan dapat memiliki sekumpulan kerangka acuan yang berbeda. Namun
menggunakan bermacam-macam asumsi mengenai kerangka relativitas
khusus (misalnya dalam keadaan jatuh bebas), kita dapat menurunkan
prediksi yang berbeda mengenai geseran merah gravitasional, yakni
bagaimana frekuensi cahaya dapat bergeser seiring dengan merambatnya
cahaya melalui medan gravitasi. Berdasarkan hasil pengukuran aktual,
kerangka acuan jatuh bebas tersebut adalah kerangka yang mana cahaya
merambat sebagaimana yang ada dalam teori relativitas khusus.
Generalisasi pernyataan bahwa hukum-hukum relativitas khusus berlaku
sebagai pendekatan yang cukup baik dalam kerangka acuan yang sedang
jatuh bebas (dan tidak berotasi), dikenal sebagai Prinsip kesetaraan
11
Einsten. Prinsip ini sangat krusial dalam pengeneralisasian hukum-hukum
fisika relativitas khusus agar gravitasi dapat dilibatkan.
Hasil data percobaan yang sama juga menunjukkan bahwa waktu yang
diukur oleh jam yang berada dalam medan gravitasi (waktu wajar) tidak
mengikuti hukum-hukum relativitas khusus. Dalam bahasa geometri
ruang-waktu, waktu wajar tidak terukur oleh metrik Minkowski. Dalam
skala kecil, semua kerangka acuan yang berada dalam keadaan jatuh bebas
adalah setara dan mendekati metrik Minkowski. Tensor metrik yang
menentukan geometri, yakni bagaimana panjang dan sudut ukur, bukanlah
metrik Minkowski relativitas khusus, melainkan generalisasi yang dikenal
sebagai metrik semi- atau pseudo-Riemann. Lebih jauh lagi, tiap-tiap
metrik Riemann secara alaminya memiliki satu jenis koneksi khusus, yaitu
koneksi Levi-Civita. Koneksi inilah yang memenuhi prinsip kesetaraan
dan membuat ruang secara lokal bermetrik Minkowski.
12
BAB III
KESIMPULAN
13