RUPTUR UTERI
Oleh:
Pembimbing:
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kepada ALLAH SWT. Atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Paper yang berjudul “Ruptur Uteri” yang
disusun dalam rangka untuk memenuhi persyaratan mengikuti kepaniteraan
klinik senior bagian Obstetri dan Ginekologi di RSU. Haji Medan.
Terimakasih kepada dokter pembimbing dr. H. Muslich P, Sp.OG yang
telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Paper ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik serta saran. Semoga dengan adanya Paper ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
Page ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.1
1.1 Latar belakang ...................................... Error! Bookmark not defined.1
2.1.6 Patofisiologi............................................................................................ 10
Page iii
BAB 4 KESIMPULAN ....................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
Page iv
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1.2 Definisi
Ruptur Uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga uterus dan
rongga peritoneum dapat berhubungan. Yang dimaksud dengan ruptur uteri
komplit adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan
Pada dehisens (regangan) dari parut bekas bedah sesar kantong ketuban
juga belum robek, tetapi jika kantong ketuban ikut robek maka disebut telah
terjadi ruputura uteri pada parut. Dehisens bisa berubah jadi ruputura pada waktu
partus atau akibat manipulasi pada rahim yang berparut, biasanya bekas bedah
sesar yang lalu. Dehisens terjadi perlahan, sedangkan ruptura uteri terjadi secara
dramatis. Pada dehisens perdarahan minimal atau tidak berdarah, sedangkan pada
ruptur uteri perdarahannya banyak yang berasal dari pinggir parut atau robekan
baru yang meluas.6
Faktor risiko tersering pada ruptur uteri adalah riwayat operasi pada uterus
sebelumnya, dengan paling banyak adalah bekas sectio cesarea.9 Faktor risiko
ruptur uteri lainnya antara lain usia, paritas, persalinan lama atau macet,
persalinan dengan bantuan instrumen, dan penggunaan obat-obatan untuk induksi
atau augmentasi persalinan. 6,9,11,12
2.1.4 Klasifikasi
1) Menurut sebabnya13 :
a. Kerusakan atau anomali uterus yang telah ada sebelum hamil
i. pembedahan pada miometrium : seksio sesarea atau
histerektomi, histerorafia, miomektomi yang sampai
menembus seluruh ketebalan otot uterus, reseksi pada
kornua uterus atau bagian interstisial, metroplasti.
ii. Trauma uterus koinsidensial : instrumentasi sendok kuret
atau sonde pada penanganann abortus, trauma tumpul atau
tajam seperti pisau atau peluru, ruptur tanpa gejala pada
kehamilan sebelumnya (silent rupture in previous
pregnancy).
iii. Kelainan bawaan : kehamilan dalam bagian rahim (born)
yang tidak berkembang
b. Kerusakan atau anomali uterus yang terjadi dalam kehamilan
i. sebelum kelahiran anak : his spontan yang kuat dan terus
menerus, pemakaian oksitosin atau prostaglandin untuk
merangsang persalinan, trauma luar tumpul atau tajam,
versi luar, pembesaran rahim yang berlebihan misalnya
hidramnion atau kehamilan ganda.
ii. Dalam periode intrapartum : versi-ekstraksi, ekstraksi
cunam yang sukar, ekstraksi bokong, anomali janin yang
menyebabkan distensi berlebihan pada segmen bawah
rahim, tekanan kuat pada uterus dalam persalinan, kesulitan
dalam melakukan manual plasenta.
biasa dari rahim seperti pada ibu dengan panggul sempit, janin
a. Kompleta
b. Inkompleta
2.1.5 Etiologi
Ruptura uteri bisa disebabkan oleh anomali atau kerusakan yang telah ada
sebelumnya, karena trauma, atau sebagai komplikasi persalinan pada rahim yang
masih utuh. Paling sering terjadi pada rahim yang telah diseksio sesarea pada
persalinan sebelumnya. Lebih lagi jika pada uterus yang demikian dilakukan
partus percobaan atau persalinan dirangsang dengan oksitosin atau sejenisnya.
(sumber : www.healthyrecipesdiary.org)
2.1.6 PATOFISIOLOGI
Apabila bagian terbawah janin tidak dapat turun oleh karena suatu sebab
(misalnya : panggul sempit atau kepala besar) maka volume korpus yang
bertambah mengecil pada waktu ada his harus diimbangi perluasan segmen bawa
rahim ke atas. Dengan demikian lingkaran retraksi fisiologis semakin meninggi
kearah pusat melewati batas fisiologis menjadi patologis yang disebut lingkaran
Jika his berlangsung terus menerus kuat, tetapi bagian terbawah janin tidak
kunjung turun lebih ke bawah, maka lingkaran retraksi semakin lama semakin
tinggi dan segmen bawah rahim semakin tertarik ke atas dan dindingnya menjadi
sangat tipis. Ini menandakan telah terjadi rupture uteri iminens dan rahim
terancam robek. Pada saat dinding segmen bawah rahim robek spontan dan his
berikutnya dating, terjadilah perdarahan yang banyak (rupture uteri spontanea).
Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea lebih sering terjadi terutama pada
parut pada bekas seksio sesarea klasik dibandingkan pada parut bekas seksio
sesarea profunda. Hal ini disebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus
yang tenang pada saat nifas memiliki kemampuan sembuh lebih cepat sehingga
parut lebih kuat. Ruptur uteri pada bekas seksio klasik juga lebih sering terjadi
pada kehamilan tua sebelum persalinan dimulai sedangkan pada bekas seksio
profunda lebih sering terjadi saat persalinan. Rupture uteri biasanya terjadi
lambat laun pada jaringan – jaringan di sekitar luka yang menipis kemudian
terpisah sama sekali. Disini biasanya peritoneum tidak ikut serta, sehingga terjadi
rupture uteri inkompleta. Pada peristiwa ini perdarahan banyak berkumpul di
ligamentum latum dan sebagian lainnya keluar.6
2.1.8 Penanganan
Pada wanita yang mengalami ruptur uteri, tidak disarankan untuk kembali
hamil. Namun, pada beberapa kasus dimana terjadinya kehamilan paska ruptur
uteri, baik disengaja maupun tidak disengaja, angka rekurensi bervariasi antara 5-
33%. Dan sebagian besar klinisi menyarankan untuk dilakukan seksio sesarea
elektif pada pasien dengan riwayat ruptur uteri. 14
2.1.9 Komplikasi
2.1.10 Prognosis
Prognosis bergantung pada apakah ruptur uteri pada uterus yang masih
utuh atau pada bekas seksio sesarea atau suatu dehisens. Bila terjadi pada bekas
seksio sesarea atau pada dehisens perdarahan yang terjadi minimal sehingga tidak
sampai menimbulkan kematian maternal dan kematian perinatal. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah kecepatan pasien menerima tindakan bantuan yang tepat
dan cekatan.
Angka kematian maternal karena rupture uteri masih tinggi. Dari laporan
beberapa rumah sakit besarr di Indonesia berkisar antara 30-50%. Sebab
kematian terutama karena perdarahan, infeksi (peritonitis, ileus oaralitik), trauma
anestesi, dan syok postoperative.
Ruptura uteri spontan dalam persalinan pada rahim yang tadinya masih
utuh mengakibatkan robekan yang luas dengan pinggir luka yang tidak rata dan
bisa meluas ke lateral dan mengenai cabang-cabang arteri uterina atau ke dalam
ligamentum latum atau meluas ke atas atau ke vagina disertai perdarahan yang
banyak dengan mortalitas maternal yang tinggi dan kematian yang jauh lebih
tinggi
Nama : Ny. SB
Umur : 41 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Umur : 44 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : S1
3.2 ANAMNESA
Ny. SB, 41 th, G3P2A0, Islam, IRT, SMA i/d Tn. EN, 44 th, Islam,
Wiraswasta, S1, datang ke RS Haji Medan pada tanggal 21 Juli 2019 pada
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
sekitar pukul 06.00 WIB. Mulas- mulas yang dialami pasien bersifat semakin kuat
dan teratur. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut yang tidak tertahankan.
Riwayat keluar air-air (+) sejak 2 jam yang lalu. Riwayat lendir darah (+).
Sebelumnya pasien sudah datang ke bidan pukul 06.30 WIB, sudah pembukaan
lengkap, dipimpin persalinan namun tidak maju, sehingga dirujuk ke RSU Haji
Medan Medan. BAB (+) dan BAK (+) normal.
Edema :- Vertigo :-
Mual :- Kejang-kejang :-
Muntah :- Koma :-
b. Riwayat Haid
c. Riwayat Obstetri
HPHT : 20-10-2018
T.T.P : 27-07-2019
ANC : Bidan 2x
Berobat Mandul :-
Keluarga Berencana :-
d. Riwayat Persalinan
Anemia :-
Anemia :-
Hipertensi :+
Ikterus :-
Peny. Ginjal :-
Edema :-
Diabetes Melitus :+
Sianosis :-
Tuberculosis :-
Dispnea :-
3.4 HASIL PEMERIKSAAN UMUM
Berat Badan : 62 Kg
Mata :
Leher :
Thorax :
Wheezing (-/-)
Abdomen :
LABORATORIUM
1. PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI
USG TAS
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Janin tunggal, presentasi kepala, anak hidup
- Fetal movement dijumpai, fetal heart rate dijumpai 90 kali/ menit
- Biparietal diameter : tidak dapat dinilai
3.8 TERAPI