Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (AKI) masih sangat tinggi di Indonesia, padahal AKI merupakan
salah satu target Millenium Development Goal (MDG) World Health Organization (WHO),
yaitu mengurangi tingkat risiko kematian ibu sebanyak 75% pada tahun 2015.1 Menurut
WHO diperkirakan bahwa sedikitnya 600.000 wanita di dunia meninggal setiap tahunnya
sebagai akibat langsung dari komplikasi kehamilan dan persalinan. Mortalitas dan
morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang.1

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator yang digunakan untuk mengukur status kesehatan suatu negara.Tingginya AKI dan
AKB masih menjadi permasalahan kesehatan di semua negara, termasuk Indonesia.
Mengacu pada data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di
Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya. Angka kematian ibu tahun 2012 ini lebih tinggi dari
angka kematian ibu tahun 2007 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup.Sedangkan, angka
kematian bayi (AKB) di Indonesia tahun 2012 yaitu 32/1000 kelahiran hidup.2
Meskipun masalah kematian ibu dan anak adalah masalah yang kompleks ,
Departemen Kesehatan tetap berupaya untuk menurunkan AKI dan AKB salah satunya
adalah dengan intervensi strategis dalam upaya Safe Motherhood yang meliputi : Keluarga
berencana, Pelayanan Antenatal, Persalinan Bersih dan aman, Pelayanan Obstetri Essensial.2

Partograf digunakan sebagai sistem peringatan awal untuk menentukan kapan ibu

harus dirujuk. Partograf telah terbukti efektif dalam mencegah persalinan lama,

menurunkan tindakan operasi section caesaria yang pada gilirannya meningkatkan

kesejahteraan ibu dan janin.3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan

informasi untuk membuat keputusan klinik.4

Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekan kejadian-

kejadian pada perjalanan persalinan. 5

B. Sejarah Perkembangan Partograf

Sejak Friedman memperkenalkan kurva servikogram pada tahun 1954,

banyak peneliti yang menggunakannya sebagai dasar dalam pemantauan

persalinan.5

Pada tahun 1959 Rosa dan Ghilaini menggunakan grafik kemajuan

persalinan sederhana dengan memodifikasi cara pengukuran pembukaan serviks.

Pada tahun 1967 Friedman mulai mengembangkan grafik analisa statistik dari

berbagai tipe persalinan. 5

Pada tahun 1972 Phillpot membuat perubahan dalam merancang grafik

catatan persalinan yang lebih detail yaitu dengan memasukkan keadaan ibu dan

janin pada selembar kertas. Dengan membuat dua garis skrining yaitu garis

waspada (alert line) dan garis tindakan (action line) yang sejajar dan terpisah

empat jam setelah garis waspada. 5

Partograf WHO merupakan sintesa dan implikasi dari berbagai model

partograf dengan menelaah semua jenis partograf yang ada di dunia. Dalam

perkembangan selanjutnya yaitu pada tahun 2000, partograf WHO dimodifikasi

untuk lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Dimana pada partograf yang

telah dimodifikasi ini, fase laten dihilangkan dan penggambaran partograf


dimulai dari fase aktif yaitu pada saat pembukaan serviks 4 cm.6
C. Tujuan Penggunaan Partograf

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan

serviks melalui pemeriksaan dalam. 6

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian

juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.6

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,

grafik kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,

pemeriksaan laboraturium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau

tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatat secara rinci pada status atau

rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir. 6

D. Fungsi Partograf

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu

penolong persalinan untuk:

a. Mencatat kemajuan persalinan.

b. Mencatat kondisi ibu dan janin.

c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan.

e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang

sesuai dan tepat waktu. 7


E. Prinsip Penggunaan Partograf

Partograf harus digunakan:


a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen

penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua

persalinan baik yang normal maupun patologis. 8

b. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik

bidan swasta, rumah sakit, dan lain sebagainya). 8

c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan

persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayi (spesialis obstetri, bidan,

dokter umum dan mahasiswa kedokteran) 8

F. Komponen-komponen pada Partograf

Komponen-komponen yang terdapat pada partograf yaitu:

a. Pencatatan pada Lembar Depan Partograf

Halaman depan partograf mengintruksikan observasi dimulai pada fase

aktif persalinan yang menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil

pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu:

1) Informasi tentang Ibu

Informasi tentang ibu yaitu nama, umur, gravida, para, abortus

(keguguran), nomor catatan medik, tanggal dan waktu mulai dirawat (atau

jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu),

waktu pecahnya selaput ketuban. 9


2) Kondisi Janin

Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan:

a) Denyut Jantung Janin (DJJ) 9

Menilai denyut jantung janin dilakukan setiap 30 menit (lebih sering

jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf

menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri

menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberikan tanda titik pada garis

yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan

titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan garis tegas dan

bersambung. 9,10

Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada

angka 180 dan 100. Sebaiknya penolong harus waspada bila DJJ mengarah

hingga di bawah 120 atau di atas 160 untuk melakukan tindakan segera jika

DJJ melewati kisaran normal. 9,10

b) Warna dan Adanya Air Ketuban

Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai

warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam

kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ dan gunakan lambang-lambang

berikut ini:

1. U : selaput ketuban utuh (belum pecah).

2. J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.

3. M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.

4. D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.

5. K : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban tidak mengalir lagi

(kering)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya

gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk

mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika terdapat

tanda-tanda gawat janin (DJJ <100 atau >180 kali per menit), maka ibu

harus segera dirujuk. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu

ke tempat yang memiliki kemampuan pelaksanaan kegawatdaruratan

obstetrik dan bayi baru lahir. 9,10

c) Penyusupan (molase) Tulang Kepala Janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin

dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.

Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih antar tulang kepala

menunjukkan semakin besar risiko disproporsi kepala dan panggul. 9,10

Ketidakmampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan

melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih (molase) yang berat

sehingga tulang kepala yang saling menyusup sulit untuk dipisahkan.

Apabila ada dugaan disproporsi kepala panggul, maka penting untuk tetap

memantau kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang

sesuai dan rujuk ibu dengan proporsi kepala panggul (CPD) ke fasilitas

kesehatan rujukan. 9,10

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang

kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air

ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

1. 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat diraba.

2. 1 : tulang-tulang kepala janin saling bersentuhan.


3. 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat

dipisahkan.

4. 3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan

3) Kemajuan Persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan

persalinan. Angka nol sampai sepuluh yang tertera di kolom paling kiri

adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya

dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak

tersendiri. Perubahan nilai atau perubahan lajur satu ke lajur yang lain

menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 centimeter. Pada lajur

dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka

satu sampai lima yang sesuai dengan metode perlimaan. Setiap kotak segi

empat atau kubus menunjukkan 30 menit untuk pencatatan waktu

pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus, dan frekuensi nadi ibu. 11

a) Pembukaan Serviks

Penilaian pembukaan serviks dilakukan melalui pemeriksaan dalam yang

dilakukan setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika terdapat tanda-tanda

penyulit). Saat ibu berada pada fase aktif persalinan, catat setiap temuan dan

hasil pemeriksaan pada partograf. Cantumkan tanda “X” harus dicantumkan

di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks dengan

memperhatikan hal-hal dibawah ini:

1. Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai

dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang

diperoleh dari hasil periksa dalam.


2. Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, pembukaan serviks

dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih

angka yang sesuai dengan pembukaan serviks dan cantumkan tanda “X”

pada titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.

3. Hubungkan tanda “X” dari setiap hasil pemeriksaan dengan garis utuh

(tidak terputus)

Gambar 2.1: Gambar Cara Mengisi Pembukaan Serviks pada Partograf

b) Penurunan Bagian Terbawah Janin

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, cantumkan hasil pemeriksaan

penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian

terbawah janin telah memasuki rongga panggul. 12

Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti

dengan penurunan bagian terbawah janin. Tetapi ada kalanya penurunan

bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7

centimeter. 12

Tulisan turunnya kepala janin dan garis tidak putus dari nol sampai lima

tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda

“O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil
pemeriksaan palpasi kepala di simfisis pubis adalah 3/5, maka tuliskan tanda

“O” di garis angka tiga. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan

dengan garis tidak putus. 12

Gambar 2.2: Cara Mengisi Penurunan Bagian Terbawah Janin pada Partograf

c) Garis Waspada dan Garis Bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada

pembukaan lengkap. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai

pada garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan

garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus

dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang,

serviks kaku, inersia uteri hipertonik, dan lain sebagainya). Pertimbangkan

untuk melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, misalnya

persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau

puskesmas) yang memiliki kemampuan melaksanakan penyulit dan

kegawatdaruratan obstetric. 12.

Garis bertindak tertera sejajar di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis

waspada. Jika pembukaan serviks telah melewati dan berada di sebelah

kanan garis bertindak, maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan
untuk menyelesaikan persalinan dan sebaiknya ibu harus sudah berada di

tempat rujukan sebelum garis bertindak terlewati. 12

4) Jam dan Waktu

a) Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan bagian

terbawah janin) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1 sampai 16. Setiap

kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. 12

b) Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian

Di bagian lajur kotak untuk waktu mulai fase aktif, tertera kotak-kotak

untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak

menyatakan waktu 1 jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30

menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan

serviks.12

Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan

serviks pada garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan

ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan

dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00,

cantumkan tanda “X” di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka

enam yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catatan waktu aktual di

kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ketiga dari kiri). 12

5) Kontraksi Uterus

Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan

“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom kiri. Setiap kotak menyatakan

satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10
menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi

yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang

tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil

pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh, jika ibu mengalami tiga kontraksi

dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada tiga kotak

kontraksi. Nyatakan lamanya kontraksi dengan:

a. : beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya kurang dari 20 detik.

b. : beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya 20 sampai 40 detik.

c. : isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya lebih dari 40 detik

6) Obat-obatan dan Cairan yang Diberikan

a) Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30

menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan

dalam satuan tetesan per menit. 12

b) Obat-obatan Lain dan Cairan IV

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/ atau cairan intravena

dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya. 12

7) Kondisi Ibu

Pada bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf

terdapat kotak atau ruang untuk mencatat hasil kondisi kesehatan dan

kenyamanan ibu selama persalinan yaitu:


a) Nadi, Tekanan Darah dan Suhu Tubuh

Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan

tekanan darah ibu.

1. Nilai dan catat nadi setiap tiga puluh menit selama fase aktif persalinan

(lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda pada kolom

waktu yang sesuai. 13

2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan

(lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda pan↕)ahpa(da

partograf pada kolom waktu yang sesuai. 13

3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap dua jam (lebih sering jika

terjadi peningkatan suhu mendadak atau diduga adanya infeksi) pada

kolom waktu yang sesuai. 13

b) Volume Urin, Protein atau Aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap dua jam (setiap

kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali berkemih lakukan

pemeriksaan aseton dan protein dalam urin. 13

b. Pencatatan pada Lembar Belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang

terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan

yang dilakukan sejak kala satu hingga kala empat dan bayi baru lahir. 13

Berbeda dengan pengisian halaman depan (harus segera didisi setiap akhir

pemeriksaan), pengisian data di lembar belakang partograf baru dilengkapi

setelah seluruh proses persalinan selesai. Informasi yang dicatat di halaman

belakang partograf akan meliputi unsur-unsur berikut ini:


1) Data Dasar atau Informasi Umum

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat

tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping

pada saat merujuk. 13

2) Kala Satu

Kala satu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati

garis waspada, masalah-masalah lain yang timbul, penatalaksanaan dan hasil

penatalaksanaan tersebut. 13

3) Kala Dua

Kala dua terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, distosia bahu,

masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya. 13

4) Kala Tiga

Data untuk kala tiga terdiri dari lamanya kala tiga, pemberian oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali, retensio plasenta yang >30 menit, laserasi,

atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. 13

5) Kala Empat

Kala empat berisi data tentang tekanan darah ibu, nadi, temperatur, tinggi

fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada

kala empat ini sangat penting terutama untuk mendeteksi dini risiko atau

komplikasi perdarahan pascapersalinan. Bila timbul masalah selama kala

empat, tuliskan jenis dan cara menangani masalah tersebut secara singkat dan

lengkap pada kolom yang tersedia. 13

Pemantauan kala empat dilakukan setiap lima belas menit dalam satu jam

pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan

pada kolom atau ruang yang sesuai pada tabel pemantauan. Bagian yang
digelapkan (dihitamkan) tidak perlu diisi. Catatkan semua temuan selama

kala empat persalinan pada tabel bagian bawah halaman dua partograf

seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1: Pemantauan Kala Empat


Persalinan

6) Bayi Baru Lahir

Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah

berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir,

pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya. 14

15
BAB III
LAPORAN KASUS OBSTETRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. JP
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Suluh no 16 Medan
Tanggal Masuk : 17 Juli 2019
Pukul : 07.29 WIB

Nama : Tn. YP
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Jalan Suluh No 16 Medan

II. ANAMNESA
Ny. JP, 26 th, G2P1A0, Islam, IRT, SMA i/d Tn.YP, 30 th, Islam, Swasta, SMA,
datang ke RS Haji Medan pada tanggal 17 Juli 2019 pada pukul 07.29 WIB
dengan :
Keluhan Utama : Keluar cairan, lendir bercampur darah dari kemaluan
Telaah : Pasien datang ke IGD RS Haji Medan dengan keluhan keluar
cairan, lendir bercampur darah dari kemaluan. Cairan berwarna jernih dan tidak
berbau. Riwayat mules-mules mau melahirkan (+), Riwayat keluar lendir
bercampur darah (+), Riwayat bercampur dengan suami beberapa hari ini (-),
Riwayat trauma selama hamil (-), Riwayat perut di kusuk (-), BAB dan BAK
dalam batas normal.

a. Perdarahan Antepartum
Kapan mulai :- Perdarahan ke : -
Banyaknya :- Darah beku :-
Rasa Nyeri :- Trauma :-

16
b. Tanda-tanda Keracunan hamil
Edema :- Vertigo :-
Pening :- Gangguan Visus : -
Mual :- Kejang-kejang :-
Muntah :- Koma :-
Nyeri ulu hati :- Icterus :-
c. Riwayat Haid
Menarche : 12 Tahun Hamil Kembar: -
Siklus Haid : Tidak Teratur Dysmenorrhea : -
Lama Haid : 5-6 Hari Fluor Albus :-
Volume : 2-3 x ganti duk/hari
d. Riwayat Obstetri
Riwayat Kehamilan : G2P1A0
Haid Terakhir : 19-10-2018
T.T.P : 26-07-2019
ANC : Bidan 2 x, Dokter Sp.OG 5 x
Menikah : 1 x, Usia 21 tahun
Berobat Mandul :-
Keluarga Berencana : KB suntik
e. Riwayat Persalinan
1. 29/07/2015, Pr, PSP, Bidan, Aterm, 3000gr, Anak Sehat, 4 Thn

III. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


Anemia :-
Hipertensi :- Anemia :-
Peny. Ginjal :-
Diabetes Melitus :- Ikterus :-
Tuberculosis :-
Edema :-

Sianosis :-

Dispnea :-

17
IV. HASIL PEMERIKSAAN UMUM
Berat Badan : 63 Kg
Tinggi badan : 160 cm
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 80 x /i
Suhu : 37° C
Pernapasan : 20 x/i
TekananDarah : 130/70 mmHg

V. STATUS LOKALIS
Abdomen : Membesar asimetris
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 3 Jari di bawah proccesus
Xyphoideus (37-38 minggu), bagian teratas janin
adalah bokong
Leopod II : Bagian punggung janin sebelah kanan
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah kepala
Leopold IV : Polus sefalik sudah masuk jalan lahir (engaged)
S.B.R : Dalam batas normal
Lig.rotundum : Dalam batas normal
Meteorismus : Tidak
D.J.J : (+) 132 x/i (reguler)
Formula Johnsoon : (33 cm – 12) x 155
Taksiran BB Anak : 3255gr
Osborn :-
HIS : 3x40’’/10i
Gerak : (+)

Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 17-07-2019
Jam : 07.29 WIB
Indikasi : Inpartu

18
Pembukaan : 8 cm
Effacement : 100 %
Selaput Ketuban : (-)
Bagian Terbawah : Kepala
Posisinya : UUK kanan depan
Promontorium : Tidak teraba
Lin. Inominata : Teraba 2/3 anterior
Sacrum : Cekung
S.Ischiadica : Tidak menonjol
Arcus Pubis : Tumpul
Vagina : Dalam Batas Normal
Vulva : Dalam Batas Normal
Sarung Tangan : Lendir, Darah (+), air ketuban (+)
Meconium : (-)
Kesan Panggul : Adekuat

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. X – Ray Pelvimetri
Conj. Vera : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Conj. Transversa : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Conj. Oblique : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
2. Ro Foto / Sinar Tembus
Thorax : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Abdomen : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
3. USG TAS : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

4. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium tanggal 17-07-2019
Hematologi
Darah Rutin Nilai Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12,3 12 – 16 g/dl

19
Hitung eritrosit 4,2 3,9 - 5,6 10*6 /µl
Hitung leukosit 9,000 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 36,1 36-47 %
Hitung trombosit 220.000 150,000-450,000 /µl

Index eritrosit
MCV 85,6 80 – 96 fL
MCH 29,2 27 – 31 pg
MCHC 34,1 30 – 34 %

Hitung jenis leukosit


Eosinofil 0 1–3 %
Basofil 0 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 83 53–75 %
Limfosit 12 20–45 %
Monosit 5 4–8 %
Laju Endap Darah 46 0-20 mm/jam

Diagnosa:
Multi Gravida + KDR 39 minggu + Presentasi Kepala + Anak Hidup + Inpartu

20
21
Lapor Supervisor dr. Taufik Sp.OG
Advice:
R/ Partus Pervaginam hari ini 17/07/19 jam 09.15 WIB
- IVFD RL 20 gtt/i
- Pantau Vital Sign
- Pantau DJJ, HIS
PERIHAL PERSALINAN
LAPORAN PSP
- Tanggal : 07 Juli 2019
- Jam : 09.15 WIB

Langkah-langkah PSP :
1. Ibu di baringkan di meja Ginekologi dengan posisi Litotomi.
2. Lakukan pembersihan jalan lahir pada vagina meliputi labia mayor dan labia
minora.
3. Pada his yang adekuat tampak kepala bayi maju mundur, kemudian menetap.
4. Pada his berikutnya ibu dipimpin mengejan, dan kemudian kepala bayi terus
medorong perineum, setelah itu kepala bayi keluar.
5. Terjadi putar paksi luar, dengan dipegang biparietal kepala di tarik kebawah untuk
menarik bahu depan dan kepala di tarik ke atas untuk melahirkan bahu belakang,
kemudian lahir seluruh tubuh.
6. Lahir bayi laki-laki dengan berat badan lahir 2800 gr, panjang bayi lahir 50 cm,
apgar skor 8/10, anus positif pada pukul 09.15 wib.
8 Tali pusat diklem didua tempat dan digunting diantaranya, plasenta lahir spontan
dengan kesan lengkap pada pukul 09.40 wib.
9 Laserasi jalan lahir dilakukan repair dengan menggunakan chromic cat gut no 2.0.
10 Evaluasi jalan lahir tidak ditemukan kelainan
11 Evaluasi perdarahan terkontrol, keadaan ibu post partum baik.
Terapi:
- IVFD RL + oksitosin 10 IU 20 gtt/menit
- Amoxicilin tab mg 500 3x1
- Pondex 3x1

22
KALA IV POST PSP

Kontraksi Tinggi Fundus Uterus


Jam Nadi Tek.Darah
Uterus

09.45 80x/i 120/80 mmhg Kuat 2 jari di Atas pusat

10.00 72x/i 130/90 mmhg Kuat 2 jari diatas pusat

10.15 76x/i 120/90 mmhg Kuat 1 jari diatas pusat

10.45 76x/i 120/80 mmhg Kuat 1 jari diatas pusat

11.15 80x/i 120/80 mmhg Kuat 1 jari di bawah pusat

Tanggal 17 Juli 2019, jam 09.15 WIB


S : Luka heacting masih dikompres kasa + betadin
O: Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -/-
HR : 80x/menit Dyspnoe :-
RR : 24x/menit Sianosis :-
T : 37ºC Oedem : -/-
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
TFU :2 jari dibawah umbilicus, kontraksi (+)
P/V :-
BAK : (+),
BAB : (-), flatus (+)
A: Post PSP + Heacting

23
P: - Amoxicilin tab mg 500 3x1
- Pondex tab 3x1
- Luka jahit kompres kasa betadine

Tanggal 18 Juli 2019, jam 06.00 WIB


S : -
O: Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -/-
HR : 88 x/menit Dyspnoe :-
RR : 24x/menit Sianosis :-
T : 37ºC Oedem : -/-
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
P/V :-
BAK : (+) Normal
BAB : (-) flatus (+)

A: Post PSP + Heacting

P: - Amoxicilin l tab mg 500 3x1


- Pondex tab 3x1
- Luka jahit kompres kasa betadine

Tanggal 19 Juli 2019, jam 06.00 WIB


S : -
O: Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -/-
HR : 88 x/menit Dyspnoe :-
RR : 24x/menit Sianosis :-
T : 37ºC Oedem : -/-
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N
P/V :-
BAK : (+) Normal

24
BAB : (-) flatus (+)

A: Post PSP + Heacting

P: - Amoxicilin tab mg 500 3x1


- Pondex tab 3x1
- Luka jahit kompres kasa betadine
R : PBJ

25
BAB IV
KESIMPULAN
 Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan informasi untuk membuat keputusan klinik.

 partograf bertujuan untuk mencatat hasil observasi dan mendeteksi apakah


proses persalinan berjalan dengan normal ataupun kemungkinan adanya
penyulit.
 Komponen-komponen yang terdapat pada partograf yaitu:
1. pencatatan halaman depan partograf termasuk informasi tentang ibu,
waktu pecahnya selaput ketuban,kondisi janin, kemajuan persalinan,
jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan,
kondisi ibu dan asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
2. pencatatan halaman belakang partograf termasuk data dasar, kala I, kala
II, kala III, bayibaru lahir dan kala IV.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba I A C. 2007. Buku Pengantar Kuliah Obstetric, Cetakan


Pertama. Jakarta : EGC
2. Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI
3. Mochtar R. 2011. Synopsis Obstetric : Obstetric Fisiologi, Obstetric
Patologi. Jakarta : EGC.
4. Oktarina, Mika. 2016. Buku ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta : Deepublish
5. Saifuddin AB, Dkk dan Sarwono prawiroharjo. 2009. Panduan praktis
kebidanan maternal dan neonatal. Jakarta: Bina Pustaka
6. UNICEF Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan: Kesehatan Ibu
dan Anak. Diunduh : 20 juli 2019. http://www.unicef.org/indonesia/id
7. Islami, Novitasari Miftah Nur (2014) Studi Perilaku Bidan Dalam Pengisian
Partograf Pada Persalinan Normal Di Poli KB/KIA Poliklinik Bhayangkara
Polresta Surakarta. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
8. Dwiyanti. 2013. Hubungan Pengetahuan, Motivasi Dan Status
Kepegawaian Bidan dengan Penerapan Partograf Di Kabupaten Sragen.
Thesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta
9. Nurmiyati. 2010. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
bidan terhadap penggunaan partograf di wilayah kecamatan madukara
dan kecamatan pangentan kabupaten banjarnegara. Jurnal Gizi
Kesehatan. Vol. 3. No. 1. Januari 2011. Semarang : Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Ngundi Waluyo Ungaran
10. Nurasiah A, Rukmawati A, Badriah D. 2012. Asuhan Persalinan Normal
bagi Bidan. Bandung: Refika Aditama
11. Prawiroharjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
12. Sarita. 2012. Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan dan

27
Kelengkapan Pengisian Partograf oleh Bidan di Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes. Vol. 4. No. 1. Januari 2013. Semarang : Universitas Diponegoro
13. Sondakh, J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga
14. Suwarly. 2010. Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penerapan
Penggunaan Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Health & Sport. Vol. 5. No. 3. Agustus
2012. Gorontalo : Politeknik Kesehatan Gorontalo

28

Anda mungkin juga menyukai