Anda di halaman 1dari 19

OSTEOMIELITIS

Refarat ini dibuat untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di

SMF Ilmu Orthopedi di RSU Haji Medan

Oleh:
Lestari Safitri (1708320031)

Pembimbing:

dr. Prasojo, Sp.OT

SMF ILMU ORTHOPEDI

RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan refarat ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior
di RSU Haji Medan.
Refarat ini bertujuan agar bagian SMF Ilmu Orthopedi di RSU Haji Medan
dengan judul “Osteomielitis” penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Orthopedi di
RSU Haji Medan dan mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada
pasien. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Prasojo, Sp.OT yang telah
membimbing penulis dalam refarat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa refarat ini masih memiliki
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari
semua pihak yang membaca refarat ini. Harapan penulis semoga refarat ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, 20 Juni 2019

Penulis

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page ii


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1 Pendahuluan ............................................ Error! Bookmark not defined.

1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1

BAB 2 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 2


2.1 Osteomielitis ............................................................................................ 2

2.1,1 Definisi ..................................................................................................... 2

2.1,2 Insiden ...................................................................................................... 2

2.1,3 Klasifikasi ................................................................................................. 3

2.1,4 Etiologi ..................................................................................................... 5

2.1,5 Faktor Resiko ........................................................................................... 5

2.1,6 Patologi ..................................................................................................... 6

2.1,7 Patofisiologi.............................................................................................. 6

2.1,8 Dagnosis ................................................................................................... 8

2.1,9 Penatalaksanaan ...................................................................................... 11

2.1,10 Diagnosa Banding .................................................................................. 11

2.1,11 Komplikasi ............................................................................................. 12

BAB 3 KESIMPULAN ....................................................................................... 13


REFERENSI ....................................................................................................... 18

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page iii


BAB I

1.1 Pendahuluan
Osteomielitis adalah peradangan pada tulang oleh infeksi mikroorganisme
berupa bakteri, mycobacterium, maupun jamur. Terbentuknya tulang mati
(sequester) yang terpisah dari aliran darah menyebabkan eliminasi infeksi sulit
dilakukan walaupun berbagai antibiotika baru yang poten.

Destruksi tulang yang terus berlanjut, diikuti terbentuknya pus, dan


penyebaran infeksi ke jaringan sekitarnya menyebabkan kerusakan luas yang
membutuhkan tindakan bedah agresif untuk membuang tulang mati dan jaringan
lunak terinfeksi, pemasangan implant untuk menyokong tulang, pengisian defek
tulang (bone graft), penutupan luka dengan flap jaringan lunak. Hal ini
membutuhkan biaya tinggi, operasi multipel, kesabaran baik pasien maupun
dokter dan perawatan rumah sakit yang lama. Kegagalan tatalaksana dapat
berakhir dengan cacat permanen bahkan amputasi.

Deteksi dini, identifikasi mikroorganisme spesifik penyebab, eradikasi


jaringan tulang nekrotik secara dini dan pemberian antibiotika jangka panjang
merupakan tatalaksana prinsip untuk keberhasilan pengobatan.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan refarat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan para dokter muda
khususnya mengenai osteomielitis.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page iv


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osteomielitis
2.1.1 Definisi

Osteomielitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi infeksi di tulang dan


sumsum tulang. Infeksi pada tulang dapat terjadi melalui aliran darah, trauma dan
fiksasi interna (implant). Organisme yang paling umum menyebabkan terjadinya
infeksi yaitu Staphylococcus aureus. Adanya proses infeksi maka tubuh akan
memberikan respon perlawanan dengan mengisolasi dan menghancurkannya.
Tanda-tanda osteomielitis yaitu berupa, nyeri, kemerahan dan bengkak sekitar
tulang yang terinfeksi serta berkurangnya fungsi.1

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum


dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Osteomyelitis adalah infeksi
substansi tulang oleh bakteri piogenik. Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis
adalah infeksi pada tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis
biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat
menyebabkan osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang.1

Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang. Osteomyelitis akut adalah


infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang,
biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, Staphylococcus aureus, atau
Streptococcus pyogenes . Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar
adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik.
Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi
lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik.2

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang baik karena
infeksi piogenik atau non-piogeniknmisalnya mikobakterium tuberkulosa.1

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 2


2.1.2 Insiden

Infeksi yang terjadi pasca pemasangan implant (fiksasi interna) dapat


terjadi pada pasien semua usia. Banyak faktor yang mempengaruhi untuk
terjadinya infeksi pasca pemasangan implant (fiksasi interna), lamanya operasi
berlangsung, usia lanjut, perokok, penyakit penyerta seperti diabetes mellitus dan
adanya luka dikulit. 2,3,4

Insidensi osteomieilitis pada anak adalah 13 / 100,000 / tahun (8 untuk


kasus akut dan 5 untuk kasus subakut). Insidensi osteomielitis lebih tinggi pada
anak di bawah usia 3 tahun dibandingkan dengan anak usia tua. Osteomielitis
non-vertebral (10 per 100.000) juga memiliki insidensi yang lebih tinggi
dibandingkan osteomielitis vertebral (3 per 100.000) pada anak-anak.
Osteomielitis vertebral lebih sering terjadi pada anak perempuan.2,3 Insidens
osteomielitis pada orang dewasa adalah 21.8 / 100,000 / tahun lebih tinggi pada
pria dibandingkan pada wanita dan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Insidensi ini juga dilaporkan meningkat, contohnya pada tahun 1969 – 1979
insidensi osteomielitis hanya 11.4 / 100,000 / tahun, dan pada tahun 2000 – 2009
insidensi osteomielitis meningkat menjadi 24.4 / 100,000 / tahun.5

2.1.3 Klasifikasi

1. The Lee and Waldvoget

Klasifikasi ini mengelompokkan osteomyelitis berdasarkan etiologi seperti


onset (akut atau kronik), mekanisme (contiguous atau hematogen), dan ada atau
tidaknya vaskularisasi yang cukup. Klasifikasi ini sedikit membantu dalam
penyembuhan.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 3


2. Cierny-Mader

Klasifikasi Cierny-Mader mengembangkan sistem klasifikasi untuk


osteomyelitis kronis berdasarkan dari kriteria anatomis dan fisiologis, untuk
menentukan derajat infeksi. Kriteria fisiologi dibagi menjadi tiga kelas
berdasarkan tiga tipe jenis host. Host kelas A memiliki respon pada infeksi dan
operasi. Host B memiliki kemampuan imunitas yang terbatas dan penyembuhan
luka yang kurang baik. Ketika hasil penatalaksanaan berpotensi lebih buruk
dibandingkan keadaan sebelum penanganan, maka pasien digolongkan menjadi
host kelas C.

Kriteria anatomis mencakup empat tipe. Tipe I lesi medullary dengan ciri
gangguan pada endosteal. Pada tipe II, osteomyelitis superficial terbatas pada
permukaan luar tulang, dan infeksi erjadi akibat adanya defek pembungkus tulang.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 4


Tipe III merupakan suatu infeksi terlokalisir dengan lesi stabil, berbatas tegas
dengan sequestrasi kortikal tebal, sedangkan tipe IV merupakan lesi osteomyelitis
difuse yang menyebabkan instabilitasi mekanik, baik pada saat pasien datang
pertama kali atau setelah penanganan awal.5,6

2.1.4 Etiologi

1. Berdasarkan usia pasien

Mikroorganisme tertentu yang diisolasi dari pasien dengan osteomyelitis


yang dikarenakan bakteri sering dikaitkan dengan usia pasien.

2. Berdasarkan angka kejadian

 S. aureus dan Staphylococci koagulase-negatif yang paling utama


menyebabkan osteomyelitis, kira-kira sebanyak 50% kasus.
 Sekitar >25% termasuk Streptococci, Enterococci, Pseudomonas spp.,
Enterobacter spp., Proteus spp., E.coli, Serratia spp., anaerob.
 Kasus jarang (<5%) termasuk M.tuberkulosis, M. avium complex,
dimorphic fungi, Candida spp., Aspergillus spp., Mycoplasma spp.
 Pada osteomyelitis hematogen, infeksi biasanya onomikrobial, sedangkan
infeksi contiguous seringnya polimikrobial.

2.1.5 Faktor Resiko

Faktor resiko osteomyelitis meliputi diabetes mellitus, penyakit sickle cell, AIDS,
penyalahgunaan obat-obatan secara intra vena, alkohol, penggunaan steroid

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 5


jangka panjang, dan penurunan kekebalan tubuh. Kondisi-kondisi tersebut mejadi
faktor resiko ditambah dengan terjadinya fraktur terbuka.

2.1.6 Patologi

Tulang normal sangat resisten terhadap infeksi, osteomyelitis hanya terjadi


setelah inokulasi dan inokula yang besar sebagai hasil dari trauma atau adanya
metrial asing. Ketika dicerna oleh osteoklas, S. aureus bertahan di tempat dorman
untuk waktu yang lama, sehingga menyulitkan untuk diobati oleh antimicrobial.
Infesi biasanya berkembang secara hematogen dari berbagai fokus. Fraktur,
operasi dan implant metalik adalah faktor predisposisi. Penyebaran langsung
kemungkinan bukan menjadi penyebab utama.
Tidak ada satu bagian tulangpun yang kebal terhadap infeksi, tapi
metafisis tulag panjang memiliki risiko lebih, terutama femur bagian distal, tibia
proksimal dan humerus. Kolumna vertebral juga termasuk bagian tersering.
Ketika terjadi infeksi bakteri, akan mengakibatkan inflamasi akut. Eksudat
menghasilkan tekanan antar tulang yang berlanjut pada infark vena dan arteri.
Ketika tidak ada penghalang, eksudat menyebar diantara marrow cavity sehingga
ompatemen tulang terisi oleh pus. Pus masuk ke sistem haversian dan
terakumulasi di periosteum untuk membentuk abses. Hal ini ang terlihat pada
gambaran radiologis.
Jika abses menelilingi sebagian diafisis, penetrasi arteri bisa mejadi
trombus da infark eksaserbasi. Jumlah tulang yang mati disebut sekuestrum.
2.1.7 Patofisologi
Infeksi terjadi ketika mikroorganisme masuk melalui darah, secara langsung dari
benda-benda yang terinfesi atau luka tembus. Trauma, iskemia dan benda asing
dapat meningkatkan risiko invasi mikroorganisme ke tulang melalui bagian yang
terpapar sehingga organisme tersebut lebih mudah menempel. Pada daerah infeksi
fagosit datang mengatasi infeksi dari bakteri tersebut, namun dalam waktu
yangbersamaan fagosit juga mengeluarkan enzim yang dapat mengakibatkan
tulang menjadi lisis. Bakteri dapat lolos dari proses tersebut dan akhirnya
menempel pada bagia tulanh yang lisis dengan cara masuk dan meneta pada

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 6


osteoblast dan membungkus diri dengan protective polysaccharide-rich biofilm.
Apabila tidak dilakukan perawatan, tekanan intramedular akan meningkat dan
eksudat menyebar sepanjang kortes metafisis yang tipis mengakibatkan timbulnya
abses subperiosteal. Abses subperiosteal dapat meningkat dan menyebar pada
bagia tulang yang lain.

Pus dapat menyebar melalui pembuluh darah, mengaibatkan peningkatan


tekanan intraosseus dan gangguan pada aliran darah. Hal ini dapat
menagakibatkan timbulnya tormbosis. Nekrosis tulang mengakibatkan timbulnya
sekuestrum. Sekuestra ini memuat bagian infeksius yang mengelilingi bagian
tulang yang sklerotik yang biasanya tidak mengandung pembuluh darah. Kanal
haversian diblok oleh jaringan parut dan tulang dikelilingi oleh bagian periosteum
yang meneal dan jaringan parut otot. Sekuestra merupakan muara dari
mikroorganisme dan mengakibatkan timbulnya gejala infeksi. Abses juga dapat
keluar dari kulit membentuk sinus. Sinus kemungkinan tertutup selama beberapa
minggu atau bulan memberikan ga,baran penyembuhan, dapat terbuka (atau
muncul di tempat lain) ketika tekanan jaringan meningkat. 7,8,9
Antibiotik tidak dapat menembus bagian yang avascular dan tidak efektif
dalam mengatasi infeksi. Terbentuknya formasi tulang baru (involucrum) secara
bersamaan karena periosteum berusaha untuk membentuk dinding atau menyerap
fragen sekustrum dan membentuk stabilitas tulang baru. Involucrum memiliki

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 7


morfologi yang bervariasi dan memiliki reasi perosteal yang agresif yang dapat
mengakibatan timbulnya keganasan. Jika respon periosteal minimal, hilangnya
segmen tulang secara fokal maupun segmental tidak dapat dihindarkan. Sequestra
secara dapat diserap sebagian maupun penuh sebagai akibat dari respon inang
atau tergabung dalam involuvrum.
Gambaran morfologis dari osteomyelitis kronis adalah adanya bagian
tulang yang nekrosis ditandai denga tidak adanya osteosit yang hidup.
Kebanyakan mengandung sel mononuclear, granula dan jaringan fibrosa
meggantikan tulang yang diserap oleh osteoklas. Jika diwarnai beberapa
organisme dapat ditemukan.
Terdapat risiko munculnya artritis septik pada derah metafisis terdapat
pada bagian intraartikular (proksimal femur, proksimal radius, proksimal
humerus, distal fibula). Risiko meingkat pada anak-anak berusia kurag dari 2
tahun sebagai aibat dari khasnya aspek pembuluh darah pada anak-anak.
Pembuluh darah metafisis dan epifisis berhubungan sampai sekitar umur 12-18
tahu dimana fisis berperan sebagai perisai mekanik terhadap penyebaran infeksi.10

2.1.8 Diagnosis
Diagnosis seringkali ditentukan secara klinis dan dikombinasikan dengan hasil
gambaran radiologi dan histopatologi. Gejala umum akut seperti demam,
toksemia, dehidrasi, pada tempat tulang yang terkena panas dan nyeri, berdenyut
karena nanah yang tertekan kemudian terdapat tanda-tanda abses dengan
pembengkakan. Osteomielitis hematogenik akut pada anak, keluhan awal berupa
nyeri di ujung tulang panjang yang persisten dengan intensitas yang semakin
berat, diikuti oleh demam, rewel, malaise, . Biasanya anak memiliki
kecenderungan untuk tidak menggunakan atau menggerakan ekstremitas yang
terinfeksi, dan tidak membiarkan area yang terinfeksi disentuh. Bisa didapatkan
adanya riwayat cedera muskuloskeletal beberapa hari sebelumnya, sehingga
kadang keluarga pasien menyangka nyeri adalah sprain atau patah tulang akibat
cedera. Sesudah itu tanda peradangan mulai nampak seperti edema, kemerahan,
hangat, nyeri tekan pada jaringan tulang sekitar sendi. Tanda- tanda lokal tersebut

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 8


biasanya mereda setelah 5 sampai 7 hari, sehingga kadang disangka infeksi sudah
7,8
membaik. Pada osteomielitis hematogenik subakut, gambaran klinis yang
ditunjukkan bersifat lebih ringan, bisa diakibatkan virulensi rendah dari patogen
atau daya tahan tubuh pasien yang lebih resisten atau kombinasi keduanya dengan
lokasi predileksi yang sama dengan osteomielitis hematogenik akut. Gambaran
klinis bisa berupa nyeri pada area mendekati sendi untuk beberapa minggu. Dari
pemeriksaan fisik bisa didapatkan terlihat lemas, bengkak minimal, atrofi otot,
dan nyeri tekan lokal. Suhu tubuh biasanya normal.6,8 Pada kasus yang mendekati
kronis didapatkan pus yang keluar dari kulit melalui lubang yang dinamakan
sinus. Sejalan dengan progresivitas menjadi kronis, terjadi perubahan bentuk
tulang, hiperpigmentasi kulit, jaringan parut pada sinus yang menutup. Draining
sinus berulang merupakan konfirmasi telah terjadi proses kronik infeksi.
Limfadenopati juga sering ditemukan walaupun bersifat tidak spesifik pada
osteomielitis. Perlu diingat bahwa gambaran klinis ini dapat berubah bila pasien
sudah mendapatkan antibiotik.6 Pada kasus osteomielitis pasca trauma dapat
ditemukan deformitas tulang atau nonunion, sedangkan pada osteomielitis akibat
pemasangan prostesis atau implan biasanya tandatanda infeksi baru akan mulai
muncul antara 3 minggu – 1 tahun pasca operasi. Pada awalnya, nyeri yang
ditimbulkan sulit dibedakan dengan nyeri akibat instabilitas atau loosening dari
implant. Yang memperkuat terjadinya infeksi adalah tanda-tanda peradangan lokal
dengan adanya cairan purulen saat diaspirasi, atau terbentuknya sinus yang
berhubungan dengan prostesis. 9 Pada neonatus dan bayi, dapat ditemukan limitasi
dari tungkai atau ekstremitas yang terkena infeksi (pseudoparalisis), gangguan
konstitusional yang bersifat ringan, gangguan tumbuh kembang, terlihat
mengantuk dan gelisah. Namun perlu diwaspadai karena demam belum tentu
dapat ditemukan akibat dari sistem imun yang belum matur, sehingga reaksi
inflamasi tidak akan seberat dari anak yang lebih tua atau orang dewasa. Pada
orang tua keluhan dapat berupa nyeri di daerah punggung yang dirasa makin
bertambah dan dapat disertai demam. Nyeri ini tidak hilang walaupun pasien
beristirahat dengan berbaring. 12-14
 Test darah

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 9


-Peningkatan laju endap eritrosit
- Lukosit dan LED meningkat
 Radiologi

G
a
m
b
a
r

A – B menunjukkan contoh hasil pemeriksaan x-ray pada osteomielitis


Osteomielitis dapat terdeteksi melalui pemeriksaan x ray, dimana
didapatkan adanya destruksi tulang, reaksi periosteum, pembengkakan
jaringan lunak, dan pembentukan sequester. Pada kasus subakut bisa
didapatkan adanya lesi berbatas tegas, bulat, bersifat radiolusen berupa
kavitas dengan diameter berukuran 1 – 2 cm. Kavitas dapat dikelilingi
oleh sklerosis (abses Brodie).1,2,6 Namun perlu diingat, pada tahap awal
infeksi, gambaran x-ray bisa terlihat normal.
 CT scan
CT scan baik untuk melihat ekstensi dari sequester, destruksi tulang, asal
dari sinus, sehingga berguna dalam persiapan tindakan bedah untuk
memprediksi seberapa banyak tulang sehat yang tersisa dan menentuka
perlu tidaknya pemasangan implant untuk memperkuat tulang post
operasi, CT scan kurang baik untuk pemeriksaan osteomielitis post
pemasanangan prostesis dan implan karena gambaran yang kurang jelas
akibat mekanisme scattered.13-15
 Biopsi tulang
mengidentifikasi organisme penyebab.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 10


2.1.9 Penatalaksanaan
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi:16,17
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit
beberapa kali sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme
dan memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan
selama 3 bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan
terapi antibiotik tambahan.
Fokus Penelitian
Fokus utama dalam jurnal ini yaitu Untuk membandingkan hasil antara
apendektomi dini dan apendektomi tertunda dan menilai kelayakan operasi yang
tertunda.

2.1.10 Diagnosa Banding

Pada orang dewasa, gout dan pseudogout menyerupai gejala klinis septic
arthritis. Diagnosis dapat ditegakkan dengan analisis cairan sendi dan
pemeriksaan polarized microscope . Pada anak, sarkoma tulang memberikan
gejala demam, nyeri, dan bengkak sekitar tulang yang mirip dengan osteomielitis.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan x ray, MRI, dan biopsi.18

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 11


2.1.11 Komplikasi

Pada kasus akut, komplikasi yang sering ditemukan berupa suppurative arthritis,
sepsis, Pada anak, dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang bila infeksi
mengenai lempeng epifise dan fraktur patologis. Dapat terjadi abses paravertebral
yang menekan persarafan pada osteomielitis vertebral, dan dapat terjadi loosening
implant.19

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 12


BAB 3

KESIMPULAN

Osteomielitis adalah peradangan pada tulang oleh infeksi mikroorganisme


berupa bakteri, mycobacterium, maupun jamur. Terbentuknya sequester, dan
kemampuan mikroorganisme untuk membentuk biofilm dan hidup secara
intraselular memberi tantangan dalam eradikasi infeksi. Deteksi dini dan
pemberian antibiotika adekuat pada osteomielitis hematogenik akut dapat
memberi kesembuhan komplit tanpa tindakan pembedahan. Tindakan pemberian
antibiotika dini di emergensi, pembersihan dan irigasi luka adekuat, dan stabilisasi
tulang dapat menurunkan kejadian osteomielitis pasca trauma.

Pada osteomielitis kronis, sequester harus dieliminasi dengan tindakan


bedah agresif. Defek tulang yang terjadi dapat dilakukan implantasi dengan spacer
antibiotic atau diisi dengan osteo myocutaneous flap. Osteomelitis akibat
pemasangan prostesis atau implan membutuhkan pelepasan implan, pembersihan
jaringan infeksi, temporary spacer, dan pemasangan implant kembali pada operasi
berikutnya. Proses infeksi yang terus berlanjut dapat menyebabkan kerusakan
tulang yang semakin luas mengakibatkan morbiditas dan sepsis yang dapat
berujung pada kematian. Pada fase lanjut ini, tatalaksana membutuhkan biaya
tinggi, dan defek tulang luas, cacat permanen bahkan dapat berakhir pada
amputasi. Oleh karenanya, deteksi dini, identifikasi mikroorganisme penyebab,
eradikasi jaringan tulang nekrotik, dan pemberian antibiotika jangka panjang
merupakan tatalaksana prinsip untuk keberhasilan pengobatan.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 13


REFERENSI

1. Lew PD, Wadvogel FA. Osteomyelitis. Lancet. 2004;364:369-79.

2. Michno A, Nowak A, Królicki K. Review of contemporary knowledge of


osteomyelitis diagnosis. World Sci News. 2018;92(2):272-82.

3. Riise RO, Kirkhus E, Handelan KS, Flato B. Reiseter T, Cvancarova M.


Childhood osteomyelitis-incidence and differentiation from other acute onset
musculoskeletal features in a population-based study. BMC Pediatr. 2008;8:45.

4. Kremers HM, Nwojo ME, Ransom JE, Wood-Wentz CM, Melton LJ 3rd,
Huddleston PM 3rd . Trends in the epidemiology of osteomyelitis: a population-
based study, 1969 to 2009. J Bone Joint Surg Arm. 2015;97(10):837-45.

5. Cierny G, Mader JT, Pennick JJ. A clinical staging system for adult
osteomyelitis. Clin Orthop Relat Res. 2003;414:7-24.

6. Solomon L, Warwick D, Nayagam S, Apley A. Apley's system of orthopaedics


and fractures. 9 th ed. London: Hodder Education; 2010.

7. Groll ME, Woods T, Salcido R. Osteomyelitis: a context for wound


management. Adv skin Wound Care. 2018;31(6):253-62

. 8. Chiappini E, Camposampiero C, Lazzeri S, Indolfi G, Martino MD, Galli L.


Epidemiologi and management of acute haematogenous osteomyelitis in a tertiary
paediatric center. Int J environ Res Public Health. 2017;14(5):477-87.

9. Govaert GAM, Glaudemans AWJM, Ploegmakers JJW, Viddeleer AR, Wendt


KW, Reininga IHF. Diagnostic strategies for posttraumatic osteomyelitis: a
survey amongst Dutch medical specialists demonstrates the need for a consensus
protocol. Eur J Trauma Emerg Surg. 2018;44:417-26.

10. Manz N, Krieg A, Heininger U, Ritz N. Evaluation of the current use of


imaging modalities and pathogen detection in children with acute osteomyelitis
and septic arthritis. Eur J Pediatr 2018;177(7):1071-80.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 14


11. Hayes OG, Vangaveti VN, Malabu UH. Serum procollagen type 1 N
propeptide: a novel diagnostic test for diabetes foot osteomyelitis – a case-control
study. J Res Med Sci. 2018;23:39-45.

12. Vemu L, Sudhaharan S, Mamidi N, Chavali P. Need for appropriate specimen


for microbiology diagnosis of chronic osteomyelitis. J Lab Physicians.
2018;10:21-5.

13. McBride S, Thurm C, Gouripeddi R, Stone B, Jaggard P, Shah SS, et al.


Comparison of empiric antibiotics for acute osteomyelitis in children. Hospital
Pediatrics. 2018;8(5):1-8.

14. Paakkonen M, Kallio MJT, Peltola H, Kallio P. Antibiotic treatment and


surgery for acute hematogenous calcaneal osteomyelitis of childhood. J Foot
Ankle Surg. 2015;54:840-3.

15. Geurts J, Hohnen A, Vranken T, Moh P. Treatment strategies for chronic


osteomyelitis in low- and middle-income countries: systematic review. Trop Med
Int Health. 2017;2299):1054-62.

16. Wang X, Luo F, Huang K. Xie Z. Induced membrane technique for the
treatment of bone defects due to post-traumatic osteomyelitis. Bone Joint re.
2016;5:101-5.

17. Qiu XS, Chen YX, Qi XY, Shi HF, Wang JF, Xiong J. Outcomes of cement
beads and cement spacers in the tretment of bone defects associated with post-
traumatic osteomyelitis. BMC Musculos Dis. 2017;18:256-61.

18. 13.Sutter ST. Frei R, Dangel M, Jakot M, Balmelli C, Schaefer DJ. Validation
of a treatment algorithm for orthopedic implant-related infectios with device
retention results from a prospective observational cohort study. Clin Microb Inf.
2016;22(5):457-66.

19. Chiappini E, Krzysztofiak A, Bozzola E, Gabiano C, Esposito E, Vecchio AL,


et al. Risk factors associated with complications/sequelae of acute and subacute

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 15


hematogenous osteomyelitis: an Italian multicenter study. Expert Rev Anti Infect
Ther. 2018;16(4):351-8.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 16

Anda mungkin juga menyukai