Anda di halaman 1dari 21

LEMBAGA PEGADAIAN DI INDONESIA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Manajemen Pegadaian Syariah Jurusan Syariah Program Studi

Perbankan Syariah Kelompok 2

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

Sri Wahyuni 01165034

Putri Awalia Syam 01165036

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah tentang "Lembaga Pegadaian di Indonesia" ini. Sholawat dan

salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi

Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi

tugas Ushul Fiqih dengan judul "Lembaga Pegadaian di Indonesia". Disamping itu,

kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah

ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat

dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa

diperbaiki.

Watampone, 26 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Perusahaan Umum Pegadaian Syariah .........................................................2

B. Pendirian Pegadaian Syariah ........................................................................4

C. Prospek Pegadaian Syariah ..........................................................................7

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ....................................................................................................16

B. Saran ...........................................................................................................16

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Sampai saat ini masih ada kesan dalam masyarakat, kalau seseorang pergi

ke pegadaian untuk menjamin sejumlah uang dengan cara menggadaikan barang,

adalah aib dan seolah kehidupan orang tersebut sudah sangat menderita. Karena itu

banyak diantaramasyarakat yang malu menggunakan fasilitas penggadaian. Lain


halnya jika kita pergi kesebuah Bank, di sana akan terlihat lebih prestisius, walaupun

dalam prosesnya memerlukanwaktu yang relatif lebih lama dengan persyaratan yang

cukup rumit.

Bersamaan dengan berdirinya dan berkembangnya bank, BMT, dan

asuransi yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, maka hal yang mengilhami

dibentuknya pegadaian syariah atau rahn lebih dikenal sebagai produk yang

ditawarkan oleh Bank Syariah, dimana Bank menawarkan kepada masyarakat dalam

bentuk penjaminan barang guna mendapatkan pembiayaan.Oleh karena itu,

dibentuklah lembaga keuangan yang mandiri yang berdasarkan prinsip syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep perusahaan umum pegadaian syariah?
2. Bagaimana pendirian pegadaian syariah?
3. Bagaimana prospek pegadaian syariah?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep perusahaan umum pegadaian syariah.
2. Mengetahui pendirian pegadaian syariah.
3. Mengetahui prospek pegadaian syariah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Perusahaan Umum Pegadaian Syariah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun

2000, tentang Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian bahwa Perum Pegadaian

dipimpin oleh seorang direktur operasi dan pengembangan direktur keuangan, serta

direktur umum yang seluruhnya berfungsi sebagai staf direktur umum.


Selanjutnya dalam melaksanakan tugas teknik operasinya penyaluran uang

pinjaman kepada masyarakat, dilakukan hubungan structural teknis operasional

dengan para pimpinan wilayah, serta pimpinan wilayah melakukan hubungan

sturuktural teknis operasional dengan para manajer kantor cabang.

Sesuai dengan struktural organisasi tersebut, bentuk organisasi Perum

Pegadaian adalah bentuk line dan staf dengan tata kerja sebagai berikut :

a. Setiap manager kantor cabang dalam melaksanakan tugas operasional nya

bertanggung jawab langsung kepada pimpinan wilayah.

b. Setiap pimpinan wilayah dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab

langsung kepada direktur utama.

c. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari direktur utama dibantu oleh para


direktur utama dibantu oleh para direktur utama dibantu oleh direktur utama.

d. Setiap pimpinan wilayah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dibantu

oleh para manajer serta inspektur wilayah yang seluruhnya berfungsi oleh

para manajer serta inspektur wilayah yang seluruhnya berfungsi sebagai staf

pimpinan wilayah.

e. Setiap manajer kantor cabang dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari


dibantu oleh para asisten manajer.

2
3

Unit layanan gadai syariah merupakan suatu unit cabang dari perum

pegadaian yang berada dibawah binaan divisi usaha lain. Unit ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara structural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai secara

konvensional. Dengan adanya pemisahan ini maka konsekunsinya perlu dibentuk

kantor cabangyang terpisah dan mandiri dari usaha gadai secara konvensional namun

masih dalam binaan pimpinan wilayah pegadaian sesuai dengan tempat kedudukan

kantor cabang tersebut.


Dewan Pengawas Syariah (DPS) yaitu badan independen yang di tempatkan

oleh dewan syariah nasional yang terdiri dari ahlu bidang fiqih muamallah dam

memiliki pengetahuan dalam bidang perbankan. Adapun persyaratan anggota

ditetapkan oleh dewan syariah nasional dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari DPS

wajib mengikuti fatwa dewan syariah nasional yang merupakan otoritas tertinggi

dalam mengelurkan fatwa produk dan jasa.

Fungsi dan tugas DPS antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi pimpinan unit usaha

syariah dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan aspek syariah.


2. Sebagai mediator antara Unit Usaha Syariah dan DSN dalam

mengkomunikasikan usul dan saran untuk pengembangan produk dan jasa

dari bank yang memerlukan kajian dan fatwa DSN.

3. Sebagai perwakilan DSN yang di tempatkan pada unit usaha syariah dan

wajib melaporkan kegiatan usaha bagian gudang, penaksir, kasir, keamanan

seta perkembangan unit usaha syariah yang di awasinya ke Dewan Syariah

Nasional-MUI.
4

Sedangkan fungsi Direksi antara lain adalah sebagai berikut :

1. Sebagai penanggung jawab keberhasilan seluruh unit usaha bisnis perusahaan

baik usaha inti maupun usaha non inti.

2. Sebagai penentu kebutuhan strategis sekalipun mengendalikan kegiatan bisnis

agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

Fungsi General Manajer usaha lain dalam pembinaan unit layanan gadai

syariah adalah pengaturan kebijakan umum operasional gadai syariah dan


mengintegrasikan kegiatan unit layanan gadai syariah dengan unit bisnis lain

sehingga membentuk sinergi menguntungkan perusahaan.

Fungsi Pimpinan Wilayah dalam pembinaan unit layanan gadai syariah dan

bertanggung jawab dari permodalan pembukaan kantor cabang unit layanan gadai

syariah pembinaan operasional sehari-hari maupun penanganan admistrasi keuangan

seluruh kantoe cabang gadai syariah di wilayah masing-masing.

Fungsi Manajer Unit Layanan Gadai syariah pusat adalah :

1. Sebagai koordinator teknis pengoperasian Unit Layanan Gadai Syariah hingga

sampai pembuatan laporan Keuangan Unit Layanan Gadai Syariah

konsolidasi se Indonesia.
2. Bertanggung jawab terhadap seluruh operasional Unit Layanan Gadai Syariah.

3. Membuat kebijakan serta petunjuk operasional yang wajib di taati oleh

Pimpinan Cabang Unit Layanan Gadai Syariah.


5

Fungsi berikut kantor cabang unit layanan gadai syariah adalah sebagai

berikut :

1. Sebagai pimpinan pelaksanaan teknis dari perusahaan yang berhubungan

langsung dengan masyarakat, secara organisator manajer kantor cabang unit

layanan gadai syariah bertanggung jawab langsung kepada pimpinan wilayah

akan melaporkan hasil kegiataan binaan kepada direksi.

2. Membantu kelancaran pelaksanaan tugas di kantor cabang unit layanan gadai


syariah pimpinan cabang di bantu sejumlah pegawai dan masingmasing

bagian sebagai berikut:

a. Penaksir, bertugas menaksir barang jaminan untuk menentukan mutu dan

nilai barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Kasir, bertugas melakukan tugas penerimaan, penyimpanan dan

pembayaran serta pembelian sesuai ketentuan untuk kelancaran

pelaksanaan operasional.

c. Bagian Gudang bertugas melakukan pemeriksaan, penyimpanan,

pemeliharaan dan pengeluaran serta pembukuan marhun selain barang

kantor.1

1
Adrian Sutedi, Hukum Gadai Syariah, (Bandung: Alfabetha, 2011), h.80.
6

B. Pendirian Pegadaian Syariah

Sejarah pegadaian syariah di Indonesia tidak dapat dicerai-pisahkan dari

kemauan warga masyarakat Islam untuk melaksanakan transaksi akad gadai

berdasarkan prinsip syariah dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan praktik

ekonomi dan lembaga keuangan yang sesuai dengan nilai dan prinsip hukum Islam.

Selain itu, semakin populernya praktik bisnis ekonomi syariah dan mempunyai

peluang yang cerah untuk dikembangkan.


Berdasarkan hal diatas, pihak pemerintah bersama DPR merumuskan

rancangan peraturan perundang-undangan yang kemudian disahkan pada bulai Mei

menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Undang-undang tersebut,

memberi peluang untuk diterapkan praktik perekonomian sesuai syariah dibawah

perlindungan hukum positif. Dibawah undang-undang tersebut maka terwujud

Lembaga-lembaga Keuangan Syariah (LKS). Pada awalnya, muncul lembaga

perbankan syariah, yaitu Bank Muamalat menjadi pionirnya, dan seterusnya

bermunculan lembaga keuangan syariah lainnya, seperti lembaga asuransi syariah,

lembaga pegadaian syariah, dan lain-lainnya.

Usaha lembaga keuangan syariah dimulai oleh PT Bank Muamalat


Indonesia (BMI), beraliansi dengan Perum Pegadaian. Bentuk kerja sama kedua

pihak, yaitu Perum Pegadaian bertindak sebagai kontributor sistem gadai dan BMI

sebagai pihak kontributor muatan sistem syariah dan dananya. Aliansi kedua pihak

melahirkan Unit Layanan Gadai Syariah (kini Cabang Pegadaian Syariah). Selain

aliansi kedua lembaga tersebut, gadai syariah juga dilakukan oleh bank-bank umum

lainnya yang membuka unit usaha syariah (UUS).


7

Melihat adanya peluang dalam mengimplementasikan praktik gadai

berdasarkan prinsip syariah, Perum Pegadaian berinisiatif mengadakan kerja sama

dengan PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) dalam mengusahakan praktik gadai

syariah sebagai diversifikasi usaha gadai yang sudah dilakukannya sehingga pada

bulan Mei tahun 2002, ditandatangani sebuah kerja sama antara keduanya untuk

meluncurkan gadai syariah, yaitu BMI sebagai penyandang dana.

Untuk megelola kegiatan ini, dibentuklah Unit Layanan Gadai Syariah


sebagai gerai layanan tersendiri namun masih dalam satu atap pada cabang-cabang

Perum Pegadaian. Cabang pertama yang terpilih ketika itu adalah Perum Pegadaian

Cabang Dewi Sartika, yang menerima pembiayaan modal dari BMI sebesar Rp.

1.550.000.000,00 dan sejumlah uang sebesar Rp. 24.435.000.000,00 yang

diperuntukkan bagi perluasan jaringan Unit Layanan Gadai Syariah (kini Cabang

Pegadaian Syariah). Kerja sama ini menggunakan skim musyarakah (kerja sama

investasi bagi hasil). Nisbah bagi hasil yang disepakati oleh BMI dengan Perum

Pegadaian adalah 50-50, yang ditinjau setiap 6 bulan sekali dengan cara pembayaran

bulanan.

Realisasi kerja sama strategis tersebut, sebenarnya sudah pernah


dirancangkan sejak awal tahun 1998 ketika beberapa General Manager (GM) Perum

Pegadaian melakukan studi banding ke Malaysia, yang selanjutnya diadakan

penggodokkan rencana pendirian pegadaian syariah. Hanya saja dalam proses

selanjutnya, hasil studi banding yang didapatkan hanya ditumpuk dan dibiarkan,

karena terhambat oleh permasalahan internal perusahaan.

Pegadaian syariah merupakan sebuah lembaga yang relatif baru di

Indonesia. Konsep operasi pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi


8

modern yaitu asas rasionalitas, efisiensi, dan efektivitas yang diselaraskan dengan

nilai Islam. Fungsi operasional pegadaian syariah dijalankan oleh kantor-kantor

cabang Pegadaian Syariah/Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit

organisasi di bawah binaan Divisi Usaha Lain PT. Pegadaian. ULGS ini merupakan

unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional. Pegadaian syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah (ULGS) cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003.
Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makassar, Semarang, Surakarta,

dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003. Masih di tahun yang

sama pula, 4 kantor cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah.

Pada akhir Februari 2009 jumlah pembiayaan Pegadaian Syariah mencapai

Rp 1,6 triliyun dengan jumlah nasabah 600 ribu orang dan jumlah kantor cabang

berjumlah 120 buah. Jumlah tersebut masih lebih kecil dibanding dengan kantor

cabang pegadaian konvensional yang berjumlah 3.000 buah. Pembiayaan pegadaian

syariah untuk usaha kecil dan menengah (UKM) sebesar Rp 8,2 milyar, yang berarti

lebih besar jumlahnya dari target awal, sebesar Rp 7,5 milyar. Peningkatan bisnis
gadai syariah meningkat hingga 158 persen pada akhir tahun 2010. Hal tersebut

meningkat tajam dari tahun sebelumnya sebesar 90 persen. Sedangkan peningkatan

pegadaian syariah tahun 2008 lebih rendah dibanding dengan tahun 2009 dan 2010

yang hanya 67,7 persen. Secara umum, perkembangan pegadaian syariah mengalami

peningkatan yang pesat dari tahun-ketahun. 2

2
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 15-17).
9

C. Prospek Pegadaian Syariah

Dengan asumsi bahwa pemerintah mengizinkan berdirinya perusahaan

gadai syariah maka yang dikehendaki adalah perusahaan yang cukup besar yaitu yang

mempunyai persyaratan dua kali modal disetor setara dengan perusahaan asuransi

(minimum dua kali lima belas milyar rupiah atau sama dengan tiga puluh milyar

rupiah), maka untuk mendirikan perusahaan seperti ini perlu pengkajian kelayakan

usaha yang hati-hati dan aman. Prospek suatu perusahaan secara relatif dapat dilihat
dari suatu analisa yang disebut SWOT atau dengan meneliti kekuatan (Strength),

kelemahannya (Weakness), peluangnya (Oportunity), dan ancamannya (Threat),

sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strength) dari sistem gadai syariah.

a. Dukungan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk.

Perusahaan gadai syariah telah lama menjadi dambaan umat Islam di

Indonesia, bahkan sejak masa kebangkitan nasional yang pertama. Hal

ini menunjukkan besarnya harapan dan dukungan umat Islam terhadap

adanya pegadaian syariah.

b. Dukungan dari lembaga keuangan Islam di seluruh dunia. Adanya


pegadaian syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam

adalah sangat penting untuk menghindarkan umat Islam dari

kemungkinan terjerumus kepada yang haram. Oleh karena itu pada

konferensi ke 2 menteri-menteri luar negeri negara muslim di seluruh

dunia bulan Desember 1970 di Karachi, Pakistan telah sepakat untuk

pada tahap pertama mendirikan Islamic Development Bank (IDB)

yang dioperasikan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. IDB


10

kemudian secara resmi didirikan pada bulan Agustus 1974 dimana

Indonesia menjadi salah satu negara anggota pendiri.Beberapa bank

Islam yang berskala internasional telah datang ke Indonesia untuk

menjajangi kemungkinan membuka lembaga keuangan syariah secara

patungan. Hal ini menunjukkan besarnya harapan dan dukungan

lembaga keuangan internasional terhadap adanya lembaga keuangan

syariah di Indonesia.
c. Pemberian pinjaman lunak al-qardhul hassan dan pinjaman

mudharabah dengan sistem bagihasil pada pegadaian syariah sangat

sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

1) Penyediaan pinjaman murah bebas bunga disebut al-qardhul hassan

adalah jenis pinjaman lunak yang diperlukan masyarakat saat ini

mengingat semakin tingginya tingkat bunga.

2) Penyediaan pinjaman mudharabah mendorong terjalinnya

kebersamaan antara pegadaian dan nasabahnya dalam menghadapi

resiko usaha dan membagi keuntungan/kerugian secara adil.

3) Pada pinjaman mudharabah, pegadaian syariah dengan sendirinya


tidak akan membebani nasabahnya dengan biaya-biaya tetap yang

berada diluar jangkauannya. Nasabah hanya diwajibkan

membagihasil usahanya sesuai dengan perjanjian yang telah

ditetapkan sebelumnya. Bagihasil kecil kalau keuntungan usahanya

kecil dan bagihasil besar kalau hasil usahanya besar.


11

4) Investasi yang dilakukan nasabah pinjaman mudharabah tidak

tergantung kepada tinggi rendahnya tingkat bunga karena tidak ada

biaya uang (biaya bunga pinjaman) yang harus diperhitungkan.

5) Pegadaian syariah bersifat mandiri dan tidak terpengaruh secara

langsung oleh gejolak moneter baik dalam negeri maupun

internasional karena kegiatan operasional bank ini tidak

menggunakan perangkat bunga.


Dengan mengenali kekuatan dari pegadaian syariah, maka kewajiban kita

semua untuk terus mengembangkan kekuatan yang dimiliki perusahaan gadai dengan

sistem ini.

2. Kelemahan (weakness) dari sistem mudharabah.

a. Berprasangka baik kepada semua nasabahnya dan berasumsi

bahwa semua orang yang terlibat dalam perjanjian bagihasil

adalah jujur dapat menjadi bumerang karena pegadaian syariah

akan menjadi sasaran empuk bagi mereka yang beritikad tidak

baik. Contoh : Pinjaman mudharabah ang diberikan dengan

sistem bagihasil akan sangat bergantung kepada kejujuran dan


itikad baik nasabahnya. Bisa saja terjadi nasabah melaporkan

keadaan usaha yang tidak sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya. Misalnya suatu usaha yang untung dilaporkan rugi

sehingga pegadaian tidak memperoleh bagian laba.

b. Memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit terutama

dalam menghitung biaya yang dibolehkan dan bagian laba

nasabah yang kecil-kecil. Dengan demikian kemungkinan salah


12

hitung setiap saat bisa terjadi sehingga diperlukan kecermatan

yang lebih besar.

c. Karena membawa misi bagihasil yang adil, maka pegadaian

syariah lebi banyak memerlukan tenaga-tenaga profesional yang

andal. Kekeliruan dalam menilai kelayakan proyek yang akan

dibiayai dengan sistem bagihasil mungkin akan membawa akibat

yang lebih berat daripada yang dihadapi dengan cara


konvensional yang hasl pendapatannya sudah tetap dari bunga.

d. Karena pegadaian syariah belum dioperasikan di Indonesia,

maka kemungkinan disana-sini masih diperlukan perangkat

peraturan pelaksanaan untuk pembinaan dan pengawasannya.

Masalah adaptasi sistem pembukuan dan akuntansi pegadaian

syariah terhadap sistem pembukuan dan akuntansi yang telah

baku, tremasuk hal yang perlu dibahas dan diperoleh

kesepakatan bersama. Dengan mengenali kelemahan-kelemahan

ini maka adalah kewajiban kita semua untuk memikirkan

bagaimana mengatasinya dan menemukan penangkalnya.


3. Peluang (Opportunity) dari Pegadaian Syariah

Bagaimana peluang dapat didirikannya pegadaian syariah dan

kemungkinannya untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia dapat dilihat dari

pelbagai pertimbangan yang membentuk peluang-peluang dibawah ini :

a. Peluang karena pertimbangan kepercayaan agama.

1) Adalah merupakan hal yang nyata didalam masyarakat

Indonesia khususnya yang beragama Islam, masih banyak


13

yang menganggap bahwa menerima dan/atau membayar

bunga adalah termasuk menghidup suburkan riba. Karena

riba dalam agama Islam jelas -jelas dilarang maka masih

banyak masyarakat Islam yang tidak mau memanfaatkan

jasa pegadaian yang telah ada sekarang.

2) Meningkatnya kesadaran beragama yang merupakan hasil

pembagunan di sektor agama memperbanyak jumlah


perorangan, yayasan-yayasan, pondokpondok pesantren,

sekolah-sekolah agama, masjid-masjid, baitul-mal, dan

sebagainya yang belum memanfaatkan jasa pegadaian

yang sudah ada.

3) Sistem pengenaan biaya uang/sewa modal dalam sistem

pegadaian yang berlaku sekarang dikhawatirkan

mengandung unsur-unsur yang tidak sejalan dengan

syariah Islam.

b. Adanya peluang ekonomi dabi berkembangnya pegadaian syariah

1) Selama Repelita VI diperlukan pembiayaan pembangunan


yang seluruhnya diperkirakan akan mencapai jumlah yang

sangat besar. Dari jumlah tersebut diharpkan sebagian besar

dapat disediakan dari tabungan dalam negeri dan dari dana

luar negeri sebagai pelengkap saja. Dari tabungan dalam

negeri diharapkan dapat dibentuk melalui tabungan

pemerintah yang kemampuannya semakin kecil dibandingkan


14

melalui tabungan masyarakat yang melalui sektor perbankan

dan lembaga keuangan lainnya.

2) Mengingat demikian besarnya peranan yang diharapkan dari

tabungan masyarakat melalui sektor perbankan maka perlu

dicarikan berbagai jalan dan peluang untuk mengerahkan dana

dari masyarakat. Pegadaian berfungsi mencairkan

(dishoarding) simpanan-simpanan berupa perhiasan dan


barang tidak produktif yang kemudian diinvestasikan melalui

mekanisme pinjaman mudharabah.

3) Adanya pegadaian syariah yang telah disesuaikan agar tidak

menyimpang dari ketentuan yang berlaku akan memperkaya

khasanah lembaga keuangan di Indonesia. Iklim baru ini akan

menarik penanaman modal di sektor lembaga keuangan

khususnya IDB dan pemodal dari negara-negara penghasil

minyak di Timur Tengah.

4) Konsep pegadaian syariah yang lebih mengutamakan kegiatan

produksi dan perdagangan serta kebersamaan dalam hal


investasi, menghadapi resiko usaha dan membagi hasil usaha,

akan memberikan sumbangan yang besar kepada

perekonomian Indonesia khususnya dalam menggiatkan

investasi, penyediaan kesempatan kerja, dan pemerataan

pendapatan. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa mengingat pegadaian syariah adalah sesuai dengan

prinsip-prinsip syariat Islam, maka perusahaan gadai dnegan


15

sistem ini akan mempunyai segmentasi dan pangsa pasar yang

baik sekali di Indonesia. Dengan sedikit modifikasi dan

disesuaikan dengan ketentuan umum yang berlaku, peluang

untuk dapat dikembangkannya pegadaian syariah cukup besar.

4. Ancaman (threat) dari pegadaian syariah

Ancaman yang paling berbahaya ialah apabila keinginan akan adanya

pegadaian syariah itu dianggap berkaitan dengan fanatisme agama. Akan ada pihak-
pihak yang akan menghalangi berkembangnya pegadaian syariah ini semata-mata

hanya karena tidak suka apabila umat Islam bangkit dari keterbelakangan

ekonominya. Mereka tidak mau tahu bahwa pegadaian syariah itu jelas -jelas

bermanfaat untuk semua orang tanpa pandang suku, agama, ras, dan adat istiadat. Isu

primordial, eksklusivisme atau sara mungkin akan ilontarkan untuk mencegah

berdirinya pegadaian syariah. Ancaman berikutnya adalah dari mereka yang merasa

terusik kenikmatannya mengeruk kekayaan rakyat Indonesia yang sebagian terbesar

beragama Islam melalaui sistem bunga yang sudah ada. Munculnya pegadaian syariah

yang menuntut pemerataan pendapatan yang lebih adil akan dirasakan oleh mereka

sebagai ancaman terhadap status quo yang telah dinikmatinya selama puluhan tahun.
Isu tentang ketidakcocokan dengan sistem internasional berlaku di seluruh dunia

mungkin akan dilontarkan untuk mencegah berkembangnya di tengah-tengah mereka

pegadaian syariah. Dengan mengenali ancaman-ancaman terhadap dikembangkannya

pegadaian syariah ini maka diharapkan para cendekiawan muslim dapat berjaga -jaga

dan mengupayakan penangkalnya.

Dari analisa SWOT tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pegadaian syariah

mempunyai prospek yang cukup cerah, baik itu adalah Perum Pegadaian yang telah
16

mengoperasikan sistem syariah maupun pegadaian syariah yang baru. Prospek ini

akan lebih cerah lagi apabila kelemahan (weakness) sistem mudharabah dapat

dikurangi dan ancaman (threat) dapat diatasi.3

3
Agreement Establishing the Islamic Develoment Bank, (Jeddah: Dar Alasfahani Printing
Press, 1994) h. 6-9.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

1. Dalam melaksanakan tugas teknik operasinya penyaluran uang pinjaman

kepada masyarakat, dilakukan hubungan structural teknis operasional dengan

para pimpinan wilayah, serta pimpinan wilayah melakukan hubungan

sturuktural teknis operasional dengan para manajer kantor cabang.


2. Pihak pemerintah bersama DPR merumuskan rancangan peraturan perundang-

undangan yang kemudian disahkan pada bulan Mei menjadi UU No. 10 Tahun

1998 tentang Perbankan. Dibawah undang-undang tersebut maka terwujud

Lembaga-lembaga Keuangan Syariah (LKS). Pada awalnya, muncul lembaga

perbankan syariah, yaitu Bank Muamalat menjadi pionirnya, dan seterusnya

bermunculan lembaga keuangan syariah lainnya, seperti lembaga asuransi

syariah, lembaga pegadaian syariah, dan lain-lainnya.

3. Prospek suatu perusahaan secara relatif dapat dilihat dari suatu analisa yang

disebut SWOT atau dengan meneliti kekuatan (Strength), kelemahannya

(Weakness), peluangnya (Oportunity), dan ancamannya (Threat).

B. Saran

Apabila di dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan

kesalahan mohon untuk dimaafkan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya

dari Dosen Pembimbing serta rekan-rekan mahasiswa, agar dalam pembuatan

makalah berikutnya dapat menjadi baik dan benar.

17
DAFTAR RUJUKAN

Ali, Zainuddin. Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.


Agreement Establishing the Islamic Develoment Bank. Jeddah: Dar Alasfahani
Printing Press, 1994.
Sutedi, Adrian. Hukum Gadai Syariah, (Bandung: Alfabetha, 2011).

18

Anda mungkin juga menyukai