Physic-Chemical Characterization of Bintaro Seed Oil (Cerbera manghas L) and Its Potency
for Biodiesel Raw Material
Abstrak
Kadar rendemen dan karakteristik minyak nabati sangat dipengaruhi oleh teknik ekstraksi yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas teknik soklet dan teknik hot press hidrolik dalam ekstraksi
minyak biji bintaro dan karakteristik fisiko-kimia minyak biji Bintaro (Cerbera manghas L) yang dihasilkan
untuk mengetahui potensinya sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Pada penelitian ini, minyak biji bintaro
diperoleh dari hasil ekstraksi menggunakan metode hot press hidrolik dan metode sokhletasi dengan pelarut
nonpolar n-heksana. Hasil ekstraksi berupa minyak berwarna kuning terang dengan kadar minyak biji bintaro 3,
7% dari hasil hot press hidrolik dan hasil sokletasi sebesar 51,07%. Hasil uji sifat fisiko-kimia biji bintaro yaitu
bobot jenis 0,9084 g/mL, indeks bias 1,4659, kadar air 0,30 %, bilangan asam 1,19 mg KOH/g, bilangan iod
76,30 g I2/100g, bilangan penyabunan 202,90 mg KOH/g, dan bilangan ester 201,71 mg KOH/g. Berdasarkan
sifat fisiko-kimianya minyak biji bintaro berpotensi sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Kata Kunci : Cerbera manghas L, Hot Press Hidrolik, Soklet, Karakteristik Fisiko-Kimia.
Abstract
Levels of yield and characteristics of the vegetable oil is strongly influenced by the extraction technique used.
This study aims to determine the effectiveness of the technique soklet and techniques in a hydraulic hot press
bintaro seed oil extraction and physico-chemical characteristics of the oil seed Bintaro (Cerbera manghas L)
generated to determine its potential as a raw material for making biodiesel. In this study, bintaro seed oil
obtained from extraction using hydraulic hot press method and the method sokhletasi with a nonpolar solvent n-
hexane. Extracted in the form of a bright yellow oil with seed oil content bintaro 3, 7% of the hydraulic hot press
and soxhletation result of 51.07%. Test results of physico-chemical properties bintaro seed is a specific gravity
of 0.9084 g / mL, 1.4659 refractive index, the water content of 0.30%, acid number of 1.19 mg KOH / g, iodine
number 76.30 g I2 / 100g , saponification 202.90 mg KOH / g, and the number of ester 201.71 mg KOH / g.
Based on the physico-chemical properties of oil seeds bintaro potential as raw material for making biodiesel.
177
Jurnal Akuatika Vol.VI No.2/September 2015 (177-186)
ISSN 0853-2532
Biji bintaro yang telah dikeringkan B = bobot labu dan ekstrak minyak (g)
dirajang dengan pisau dan dihaluskan A = bobot labu kosong (g)
dengan mortar. Kemudian ditimbang
sebanyak 5 gram, dan dimasukkan ke
dalam kertas saring dan diikat, setelah itu Analisa Kualitas Minyak
dimasukan ke dalam alat sokhlet.
Kemudian ditambahkan pelarut n-heksana Anilsa kualitas minyak dilakukan untuk
ke dalam labu alas sokhlet sebanyak 200 mengetahui karakteristik minyak biji
mL. Setelah itu dipanaskan pada suhu bintaro yang dihasilkan meliputi berat
65oC selama 9 jam. sedikit demi sedikit jenis, indeks bias, kadar air, bilangan
pelarut n-heksan di buang dari thimble asam, bilangan penyabunan, bilangan ester
sokhlet dengan cara menuangkannya dan bilangan iod mengacu pada metode
langsung pada botol bekas sampai pelarut Apriantono dkk (1989).
yang tersisa tinggal sedikit lagi. Kemudian
labu alas dimasukan ke dalam oven untuk Hasil Dan Pembahasan
menguapkan pelarut yang tersisa selama 1 Rata-rata rendemen biji bintaro yang akan
jam. Setelah 1 jam labu dimasukan ke diekstraksi dapat dilihat pada Tabel 1.
179
Jurnal Akuatika Vol.VI No.2/September 2015 (177-186)
ISSN 0853-2532
Tabel 1. Rendemen Biji Bintaro
Table 1. Rendement of Bintaro Seed Oil
Rata-rata rendemen biji bintaro sangat rendemen biji yang diperoleh dalam
kecil hal ini dikarenakan buah bintaro penelitian ini lebih besar dari nilai yang
memiliki daging buah yang besar dan diperoleh Towaha dan Indriati (2011).
ukuran biji yang kecil. Towaha dan
Indriati (2011) menyebutkan bahwa buah Kadar Minyak
bintaro terdiri atas 8% biji dan 92% daging
buah. Bijinya sendiri terbagi dalam Kadar minyak biji bintaro hasil ekstraksi
cangkang 14% dan daging biji 86%. metode soklet menggunakan pelarut n-
Sehingga jumlah daging biji hanya 0,069% heksan dapat dilihat pada Tabel 2.
dari keseluruhan buah bintaro. Nilai
Berdasarkan hasil pengamatan, biji bintaro pelarut lipida non polar yang paling
yang diekstrak selam 9 jam dengan banyak digunakan dengan alasan lebih
metode soklet menghasilkan minyak selektif terhadap lipida, senyawa non
berwarna kuning cerah dengan rendemen polar, bersifat stabil dan mudah menguap.
rata-rata 51,07%. Nilai rendemen ini Ekstraksi minyak biji bintaro
menurut Guenther (1990) bervariasi karena dengan metode hot presser hydraulic,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ekstraksi dengan menggunakan alat
misalnya tempat tumbuh, varietas, lama hot press hydraulic, bahan yang dipress
penyulingan, dan perlakuan bahan. dengan press hidrolik memperoleh tekanan
Menurut Bernasconi et al. (1995) 20 ton/196,15 cm2 dengan perlakuan panas
dalam ekstraksi minyak atau lemak pelarut 60-75o C menghasilkan rendemen minyak
berperan penting dalam menentukan biji bintaro yang lebih rendah dari metode
jumlah dari minyak atau lemak yang soklet maupun hasil penelitian Hendra dkk
dihasilkan. N-heksan merupakan bahan (2014) (Tabel 3).
Minyak biji bintaro yang kering. Rendemen hasil minyak tersebut
dihasilkan berwarna kuning cerah, sedikit masih relatif rendah dibandingkan hasil
kental, dan sedikit berbau kelapa. Minyak sokletasi 51.07% (ekstraksi dengan pelarut
yang dihasilkan dari 700 gram biji bintaro n-heksan).
kering yaitu 26 ml, dengan rata-rata Menurut Suyitno et al. (1989)
rendemen minyak sebesar 3,7 % dari bobot jumlah rendemen yang dihasilkan dari
180
Rani Handayani : Karakteristik Fisio-Kimia Minyak Biji Bintaro …
Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Bintaro jenis, indeks bias, kadar air, bilangan
asam, bilangan penyabunan, bilangan ester
Karakterisasi minyak biji bintaro dan bilangan iod. Sifat fisiko-kimia
dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat minyak biji bintaro hasil ekstraksi hot
fisiko-kimia minyak biji bintaro. Sifat-sifat press hidraulic disajikan pada Tabel 4.
fisiko-kimia yang dianalisa meliputi berat
Berat Jenis Berat jenis minyak bintaro ini lebih
Berdasarkan hasil pengujian rendah dibandingkan dengan berat jenis
didapatkan berat jenis pada minyak biji minyak kemiri sunan pada penelitian
bintaro sebesar 0,9084 g/ml. Hal ini sesuai Syafaruddin dan Wahyudi (2012) yang
dengan pernyataan Guenther (1987) bahwa berkisar antara 0,939-0,941 g/ml ataupun
nilai berat jenis minyak umumnya berat jenis minyak nyamplung pada
berkisar antara 0,696 – 1,188 pada suhu penelitian Sudradjat et al. (2007) yaitu
25oC. Nilai berat jenis minyak nyamplung dengan nilai 0,944 g/ml.
yang belum diproses menjadi biodiesel Perbedaan berat jenis dipengaruhi
lebih tinggi dari nilai standar nilai minyak oleh komposisi asam lemak dan kemurnian
disel yang ditetapkan Pertamina yaitu 0.82 bahan baku. Berat jenis akan meningkat
– 0.87g/ml. seiring dengan penurunan panjang rantai
181
Jurnal Akuatika Vol.VI No.2/September 2015 (177-186)
ISSN 0853-2532
karbon dan peningkatan jumlah ikatan tersusun oleh asam oleat sekitar 34.02%,
rangkap pada asam lemak (Mittelbach dan yang mana asam oleat merupakan asam
Remschmidt 2006). Selain itu dipengaruhi lemak tidak jenuh, sehingga berat jenis
juga oleh komponen pengotor kandungan minyak biji bintaro cenderung tinggi.
biji seperti gum, dan lendir yang kaya Proses degumming dan bleaching dapat
karbohidrat, protein dan fosfatida. dilakukan untuk menurunkan nilai densitas
Semakin tidak jenuh minyak yang minyak sebelum diproses menjadi
digunakan maka berat jenis akan semakin biodiesel.
tinggi. Sebagian besar minyak biji bintaro
) jenis minyak nabati murni untuk bahan Tingginya bilangan asam pada
bakar motor diesel tahun 2013, yakni minyak biji bintaro disebabkan oleh
maksimal 0,075%. Proses lanjutan dalam pemanasan pada proses ektraksi. Selama
pembuatan biodiesel dengan proses ekstrasi, minyak dan lemak juga
menggunakan metanol dapat menurunkan dapat terhidrolisis, pemanasan yang
kadar air dalam minyak biji bintaro. digunakan selama proses ekstrasi dapat
Tingginya kadar air untuk sampel mengakibatkan enzim lipase yang secara
minyak diperoleh dari hasil ekstrasi biji alami terdapat dalam jaringan menjadi
bintaro disebabkan karena lamanya aktif dan menyebabkan adanya
penyimpanan sampel minyak sebelum pembentukan asam lemak bebas dari lemak
dianalisis. Menurut Winarno (1980), kadar tanaman (Winarno 1997).
air pada permukaan bahan dipengaruhi Menurut Mittelbach dan
oleh kelembaban udara disekitarnya tinggi, Remschmidt (2006), ada beberapa faktor
apabila kadar air bahan rendah, sedangkan yang mempengaruhi bilangan asam produk
disekitarnya tinggi maka akan terjadi yaitu kondisi bahan baku yang digunakan,
penyerapan uap air dari udara sehingga tingkat kemurnian minyak saat proses
kadar air bahan menjadi lebih tinggi. pemurnian, dan cara penyimpanan yang
Tingginya kadar air menyebabkan bisa menyebabkan terjadinya hidrolisis.
mikroorganisme banyak berkembang dan Tingginya bilangan asam biodiesel dapat
berakibat terbentuknya endapan dan menyebabkan biodiesel bersifat korosif dan
kotoran yang akan menyumbat saringan dapat menimbulkan kerak pada injektor
dan jalannya bahan bakar di dalam mesin mesin diesel, akibatnya injektor mesin
menuju ruang pembakaran. Proses diesel akan tersumbat (Syamsidar 2013).
hidrolisis juga dapat terjadi pada kondisi Salah satu cara untuk menurunkan
kadar air yang tinggi. Asam lemak kandungan asam lemak bebas dalam
biodiesel akan diubah menjadi asam lemak minyak adalah melalui proses pemurnian.
bebas, sehingga meningkatkan bilangan Kadar asam atau FFA juga dijadikan
asam yang berakibat korosi pada bagian parameter untuk menentukan tahapan
mesin dan sistem injeksi (Mittelbach dan proses pembuatan biodisel. Jika FFA > 5%
Remschmidt 2006). maka dilakukan proses 2 tahap (esterifikasi
dan transesterifikasi).
Bilangan Asam
Bilangan Penyabunan
Dari hasil pengujian diperoleh nilai
bilangan asam minyak biji bintaro 1,19 mg Berdasarkan hasil pengujian diperolah
KOH/g sampel. Nilai ini tidak memenuhi angka penyabunan yaitu 202,90 (mg
standar nasional (SNI) dan Amerika yaitu KOH/g). Nilai ini lebih tinggi
maksimum 0,8 mg KOH/g sampel. dibandingkan dengan bilangan penyabunan
Bilangan asam yang besar minyak biji jarak yang berkisar antara 176
menunjukkan asam lemak bebas yang – 181mg KOH/g minyak (Kirk dan Othmer
besar yang berasal dari hidrolisa minyak 1964). Bilangan penyabunan minyak
ataupun karena proses pengolahan yang bintaro yang didapatkan pada pengujian ini
kurang baik. Makin tinggi angka asam, memiliki nilai yang tidak jauh berbeda
makin rendah kualitasnya (Sudarmadji dengan nilai bilangan penyabunan minyak
1989). Hal ini disebabkan karena minyak sawit murni menurut Krischenbauer (1960)
yang mengandung asam lemak bebas lebih yang berada pada rentan 196 – 206 mg
dari 1% akan membentuk formasi emulsi KOH/g. Bilangan penyabunan setiap
sabun yang menyulitkan pada saat minyak berbeda – beda dan tidak pernah
pemisahan biodiesel (Listiawati 2007). sama, selain itu satu jenis minyak
183
Jurnal Akuatika Vol.VI No.2/September 2015 (177-186)
ISSN 0853-2532
cenderung memiliki bilangan penyabunan I2/100gr, hasil ini masih memenuhi standar
yang konstan (Muchtadi dan Sugiyono yang ditetapkan SNI yaitu ≤ 155 gI2/100g.
1992). Nilai bilangan iod ini termasuk rendah,
Menurut Ketaren (1986) tinggi sehingga menunjukkan bahwa jumlah iod
rendahnya bilangan penyabunan yang terikat pada ikatan rangkap sedikit,
dipengaruhi oleh berat molekul minyak. sehingga derajat ketidakjenuhan dari asam
Minyak yang disusun oleh asam lemak lemak atau campuran asam lemak yang
berantai pendek berarti memiliki berat rendah.
molekul rendah maka akan mempunyai Bilangan iod yang rendah dalam
bilangan penyabunan yang relatif tinggi penelitian ini menunjukkan bahwa minyak
dan sebaliknya minyak dengan berat biji bintaro hasil karakterisasi memiliki
molekul besar akan mempunyai bilangan ikatan rangkap yang rendah sehingga
penyabunan yang relatif kecil. Berarti diperoleh bobot molekul yang tinggi.
besar kecilnya bilangan penyabunan Nugrahani (2008) menambahkan bahwa
ditentukan oleh berat molekul asam lemak minyak dengan bilangan iod yang rendah
penyusunnya. Selain itu hal yang akan mempunyai titik tuang yang rendah.
menyebabkan berbedanya bilangan Titik tuang menunjukkan suhu terendah
penyabunan adalah dari faktor budidaya, dimana minyak dapat mengalir, khususnya
yaitu tempat tumbuh, iklim, waktu panen, pada saat mesin dihidupkan.
musim, faktor lainnya genetik dan proses Semakin tinggi bilangan iod maka
ekstraksi minyak (pengepresan) terjadi penuruan stabilitas oksidasi yang
(Nugrahani 2008). berakibat pada rendahnya kualitas produk
(biodiesel). Bilangan Iod memiliki korelasi
Bilangan Ester dengan viskositas kinematik dan bilangan
setana. Penurunan nilai dari dua parameter
Bilangan ester adalah bilangan yang ini menyebabkan meningkatnya
menyatakan jumlah berapa miligram KOH ketidakjenuhan minyak (Mittelbach dan
yang diperlukan untuk menyabunkan ester Remschmidt 2006). Bilangan iod untuk
yang ada dalam 1 gram minyak/lemak. bahan baku biodiesel yang paling optimal
Tujuan penentuan bilangan ester atau asam adalah sekitar 70-100.
lemak terikat yaitu untuk menghitung
gliserol yang teresterkan. Jadi, bilangan Simpulan
ester merupakan suatu ukuran kadar ester
yang terdapat dalam minyak atau lemak. Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul
Dari hasil pengujian diperoleh “Karakteristik Fisiko-Kimia Minyak Biji
bilangan ester yaitu 201,71 mg KOH/g. Bintaro (Cerbera Manghas L) dan
Nilai ini jauh melebihi dari standar SNI Potensinya Sebagai Bahan Baku
biodiesel yakni min. 96,5. Sehingga bisa Pembuatan Biodiesel” bisa ditarik
dikatakan minyak biji bintaro sangat kesimpulan : (1) Kadar minyak biji bintaro
berpotensi sebagai bahan baku biodiesel. yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan
Kadar ester yang dihasilkan menunjukkan metode soxhlet yaitu sebesar 51,07 % dari
bahwa komponen asam lemak penyusun bobot kering biji bintaro dan metode hot
biji bintaro sebagian besar sudah berbentuk press hidrolik sebesar 3,7%; (2) Metode
metil ester. sokletasi lebih efektif menghasilkan
rendemen minyak daripada metode fisik
Bilangan Iod dengan pengepresan; (3) Sifat fisiko-kimia
didapatkan hasil berat jenis 0,9084 g/ml,
Berdasarkan hasil pengujian indeks bias 1,4659, kadar air 0,30 %,
diperoleh bilangan iod sebesar 76,30 gr bilangan asam 1,19 mg KOH/g, bilangan
184
Rani Handayani : Karakteristik Fisio-Kimia Minyak Biji Bintaro …
186