Anda di halaman 1dari 10

Rani Handayani : Karakteristik Fisio-Kimia Minyak Biji Bintaro …

Karakteristik Fisiko-Kimia Minyak Biji Bintaro (Cerbera manghas L)


dan Potensinya sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel

Physic-Chemical Characterization of Bintaro Seed Oil (Cerbera manghas L) and Its Potency
for Biodiesel Raw Material

Rani Handayani1, Santi Rukminita A2 dan Iwang Gumilar2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unpad
2
Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang
Km. 21 Jatinangor, Sumedang 40600, Jawa Barat, Indonesia
E-mail korespondensi : ranih992@gmail.com

Abstrak

Kadar rendemen dan karakteristik minyak nabati sangat dipengaruhi oleh teknik ekstraksi yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas teknik soklet dan teknik hot press hidrolik dalam ekstraksi
minyak biji bintaro dan karakteristik fisiko-kimia minyak biji Bintaro (Cerbera manghas L) yang dihasilkan
untuk mengetahui potensinya sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Pada penelitian ini, minyak biji bintaro
diperoleh dari hasil ekstraksi menggunakan metode hot press hidrolik dan metode sokhletasi dengan pelarut
nonpolar n-heksana. Hasil ekstraksi berupa minyak berwarna kuning terang dengan kadar minyak biji bintaro 3,
7% dari hasil hot press hidrolik dan hasil sokletasi sebesar 51,07%. Hasil uji sifat fisiko-kimia biji bintaro yaitu
bobot jenis 0,9084 g/mL, indeks bias 1,4659, kadar air 0,30 %, bilangan asam 1,19 mg KOH/g, bilangan iod
76,30 g I2/100g, bilangan penyabunan 202,90 mg KOH/g, dan bilangan ester 201,71 mg KOH/g. Berdasarkan
sifat fisiko-kimianya minyak biji bintaro berpotensi sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

Kata Kunci : Cerbera manghas L, Hot Press Hidrolik, Soklet, Karakteristik Fisiko-Kimia.

Abstract

Levels of yield and characteristics of the vegetable oil is strongly influenced by the extraction technique used.
This study aims to determine the effectiveness of the technique soklet and techniques in a hydraulic hot press
bintaro seed oil extraction and physico-chemical characteristics of the oil seed Bintaro (Cerbera manghas L)
generated to determine its potential as a raw material for making biodiesel. In this study, bintaro seed oil
obtained from extraction using hydraulic hot press method and the method sokhletasi with a nonpolar solvent n-
hexane. Extracted in the form of a bright yellow oil with seed oil content bintaro 3, 7% of the hydraulic hot press
and soxhletation result of 51.07%. Test results of physico-chemical properties bintaro seed is a specific gravity
of 0.9084 g / mL, 1.4659 refractive index, the water content of 0.30%, acid number of 1.19 mg KOH / g, iodine
number 76.30 g I2 / 100g , saponification 202.90 mg KOH / g, and the number of ester 201.71 mg KOH / g.
Based on the physico-chemical properties of oil seeds bintaro potential as raw material for making biodiesel.

Keywords : Cerbera manghas L, Hot Press Hydraulic, Soxhlet, Physic-Chemical Characteristics

177
Jurnal Akuatika Vol.VI No.2/September 2015 (177-186)
ISSN 0853-2532

Pendahuluan kebutuhan bioenergi. Beberapa tumbuhan


penghasil minyak nabati yang banyak
Seiring kemajuan bidang industri dan tumbuh di Indonesia salah satunya adalah
transportasi dalam 15 tahun terakhir, tanaman mangrove. Seperti diketahui luas
permintaan BBM terus meningkat sekitar hutan mangrove di Indonesia diperkirakan
6% per tahun. Data dari departemen sekitar 4,25 juta ha atau sekitar 17% luas
ESDM menyebutkan bahwa produksi hutan mangrove di dunia (Irwanto 2006).
minyak di Indonesia saat ini per tahunnya Bintaro (Cerbera manghas L)
sebesar 55 juta ton, dimana produksi ini adalah salah satu jenis mangrove
diperkirakan hanya dapat mencukupi asosiasi/ikutan yang mempunyai sebaran
kebutuhan BBM di Indonesia selama 10 yang cukup luas di Indonesia, terutama di
tahun ke depan. Keberadaan minyak bumi hutan rawa pesisir atau di pantai hingga
sebagai sumber utama energi kini semakin jauh ke darat (400 m.d.p.l) Biasanya
langka karena termasuk bahan bakar yang tumbuh di bagian tepi daratan dari
tidak dapat diperbaharui. Penggunaan mangrove (Rusila Noor et al 1999).
bahan bakar dari minyak bumi juga Tanaman Bintaro dimanfaatkan sebagai
menuai kontroversi, karena dapat tanaman penghijauan dan kerajinan bunga
meningkatkan kadar CO2, CO, SOx, dan kering karena Bintaro dikenal mempunyai
NOx di udara. Hal tersebut berakibat pada racun seluruh bagian tanamannya sehingga
timbulnya hujan asam, efek rumah kaca, tidak banyak dimanfaatkan masyarakat dan
dan perubahan iklim global. Krisis energi nilai ekonomisnya masih rendah
dari minyak bumi akhirnya memicu (Rohimataun dan Suriati 2011). Hendra
pencarian dan pengembangan sumber dkk (2014) mengekstraksi minyak biji
bahan bakar alternatif yang dapat bintaro yang telah dikukus dengan cara
diperbaharui. Salah satu bakar alternatif pres hidrolik manual dan semi kontinyu,
yang dinilai layak sebagai pengganti hasil diperoleh sebanyak 38,78% dengan
minyak bumi yaitu bahan bakar yang karakteristik warna kuning gelap, bilangan
berasal dari minyak nabati atau lemak iod 74,10 g I2/100g, bilangan asam 6,33
hewani, yang dikenal dengan biodiesel mg basa/g, kadar air 2,48% v/v dan berat
(Hambali et al. 2008). jenis 910 kg/m3. Penelitian ini bertujuan
Pengembangan biodiesel atau untuk mengetahui efektifitas metode soklet
bahan bakar nabati sebagai sumber energi dan hot pres hidrolik untuk ekstraksi
alternatif sangat strategis untuk mengatasi minyak biji bintaro dan karakteristik fisika
permasalahan tersebut, karena biodiesel kimia minyak yang dihasilkan.
bersifat ramah lingkungan, lebih mudah
terurai, tidak beracun, bebas kandungan Bahan dan Metode
belerang (sulfur) (Paendong dan
Tangkuman 2010). Penelitian dilaksanakan pada bulan
Beberapa tumbuhan penghasil Agustus sampai dengan bulan Oktober
minyak nabati yang dapat digunakan 2014. Lokasi pengambilan sampel biji
sebagai bahan baku biodiesel sangat buah Bintaro (Cerbera manghas L)
beragam, namun dalam perkembangannya didapatkan di Bogor. Proses ekstraksi
kebutuhan tersebut berbenturan dengan minyak biji buah Cerbera manghas L dan
kebutuhan produksi dan pangan analisis minyak dilakukan di Laboratorium
masyarakat. Oleh karenanya pemilihan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
bahan baku biodiesel sangat penting untuk Obat, Bogor. Penelitian dilakukan dengan
mencegah timbulnya distorsi kebutuhan metode eksploratif. Kemudian data yang
antara kebutuhan pangan dengan diperoleh dianalisis secara deskriptif.
178
Rani Handayani : Karakteristik Fisio-Kimia Minyak Biji Bintaro …

dalam desikator ± 15 menit sampai dingin.


Setelah itu labu ditimbang dengan neraca
analitik dan dicatat hasilnya. Setelah
Persiapan Bahan Baku dan Rendemen Biji ditimbang, labu kemudian dimasukan
Bintaro kembali ke dalam oven selama 1 jam, dan
dilakukan penimbangan kembali sampai
Pengambilan buah Cerbera manghas L diperoleh bobot tetap.
dilakukan dengan cara mengumpulkan
buah mangrove yang sudah jatuh dari Metode Hot Press Hidrolik
pohonya dan mengambil secara langsung
dari pohonnya di daerah Bogor. Buah yang Sampel yang telah kering ditimbang
diambil yaitu buah yang sudah matang, sebanyak 100 gram, kemudian dimasukkan
yang ditandai dengan buah yang sudah ke dalam kain. Sebelum digunakan, mesin
berwarna warna merah dan hitam. press dinyalakan terlebih dahulu. Setelah
Sebelum dilakukan tahap ekstraksi itu sampel disimpan pada alat press, dan
dilakukan pemisahan antara biji dengan dilakukan pengepresan berkali-kali.
cangkangnya (tempurung) dengan cara Minyak kasar hasil pengepresan kemudian
manual. kemudian dipisahkan bagian ditampung pada erlenmeyer, dan bagian
cangkang dengan bijinya. Setelah itu biji ampas dibuang. Minyak kasar kemudian
bintaro dicuci sampai bersih, dipotong- disaring menggunakan kertas saring,
potong kecil dan dilakukan pengeringan di selanjutnya minyak yang telah disaring
bawah sinar matahari langsung selama 3 diukur menggunakan gelas ukur untuk
hari. Rendemen biji bintaro yang diperoleh menentukan volume minyak. Selanjutnya
dihitung dengan rumus sebagai berikut: minyak disimpan ke dalam botol.

Rendemen Biji (% b/b) = bobot Analisa Rendemen Minyak


daging biji (g)/bobot buah (g) x 100%
Perhitungan untuk kadar perolehan atau
Ekstraksi Minyak Biji Bintaro rendemen minyak ditulis dengan rumus :
(𝐵−𝐴)
Metode Soklet Rendemen minyak = × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ (𝑔)

Biji bintaro yang telah dikeringkan B = bobot labu dan ekstrak minyak (g)
dirajang dengan pisau dan dihaluskan A = bobot labu kosong (g)
dengan mortar. Kemudian ditimbang
sebanyak 5 gram, dan dimasukkan ke
dalam kertas saring dan diikat, setelah itu Analisa Kualitas Minyak
dimasukan ke dalam alat sokhlet.
Kemudian ditambahkan pelarut n-heksana Anilsa kualitas minyak dilakukan untuk
ke dalam labu alas sokhlet sebanyak 200 mengetahui karakteristik minyak biji
mL. Setelah itu dipanaskan pada suhu bintaro yang dihasilkan meliputi berat
65oC selama 9 jam. sedikit demi sedikit jenis, indeks bias, kadar air, bilangan
pelarut n-heksan di buang dari thimble asam, bilangan penyabunan, bilangan ester
sokhlet dengan cara menuangkannya dan bilangan iod mengacu pada metode
langsung pada botol bekas sampai pelarut Apriantono dkk (1989).
yang tersisa tinggal sedikit lagi. Kemudian
labu alas dimasukan ke dalam oven untuk Hasil Dan Pembahasan
menguapkan pelarut yang tersisa selama 1 Rata-rata rendemen biji bintaro yang akan
jam. Setelah 1 jam labu dimasukan ke diekstraksi dapat dilihat pada Tabel 1.
179
Jurnal Akuatika Vol.VI No.2/September 2015 (177-186)
ISSN 0853-2532
Tabel 1. Rendemen Biji Bintaro
Table 1. Rendement of Bintaro Seed Oil

Biji (kg) Rata- rata


Buah (kg) No Rendemen Biji (%)
Rendemen Biji ( %)
1 16,4 1,3 7,93
8,13
2 3.6 0,3 8,33

Rata-rata rendemen biji bintaro sangat rendemen biji yang diperoleh dalam
kecil hal ini dikarenakan buah bintaro penelitian ini lebih besar dari nilai yang
memiliki daging buah yang besar dan diperoleh Towaha dan Indriati (2011).
ukuran biji yang kecil. Towaha dan
Indriati (2011) menyebutkan bahwa buah Kadar Minyak
bintaro terdiri atas 8% biji dan 92% daging
buah. Bijinya sendiri terbagi dalam Kadar minyak biji bintaro hasil ekstraksi
cangkang 14% dan daging biji 86%. metode soklet menggunakan pelarut n-
Sehingga jumlah daging biji hanya 0,069% heksan dapat dilihat pada Tabel 2.
dari keseluruhan buah bintaro. Nilai

Tabel 2. Kadar Minyak Biji Bintaro Hasil Ekstraksi Metode Sokhlet


Table 2. Bintaro Seed Oil Content from Soxhlet Extraction

Berat (g) Kadar Rata-rata


No
Sampel Minyak Minyak (%) (%)
1 5,1437 2,6257 51,04
2 5,0696 2,5831 50,95 51,07
3 5,0067 2,5659 51,24

Berdasarkan hasil pengamatan, biji bintaro pelarut lipida non polar yang paling
yang diekstrak selam 9 jam dengan banyak digunakan dengan alasan lebih
metode soklet menghasilkan minyak selektif terhadap lipida, senyawa non
berwarna kuning cerah dengan rendemen polar, bersifat stabil dan mudah menguap.
rata-rata 51,07%. Nilai rendemen ini Ekstraksi minyak biji bintaro
menurut Guenther (1990) bervariasi karena dengan metode hot presser hydraulic,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ekstraksi dengan menggunakan alat
misalnya tempat tumbuh, varietas, lama hot press hydraulic, bahan yang dipress
penyulingan, dan perlakuan bahan. dengan press hidrolik memperoleh tekanan
Menurut Bernasconi et al. (1995) 20 ton/196,15 cm2 dengan perlakuan panas
dalam ekstraksi minyak atau lemak pelarut 60-75o C menghasilkan rendemen minyak
berperan penting dalam menentukan biji bintaro yang lebih rendah dari metode
jumlah dari minyak atau lemak yang soklet maupun hasil penelitian Hendra dkk
dihasilkan. N-heksan merupakan bahan (2014) (Tabel 3).
Minyak biji bintaro yang kering. Rendemen hasil minyak tersebut
dihasilkan berwarna kuning cerah, sedikit masih relatif rendah dibandingkan hasil
kental, dan sedikit berbau kelapa. Minyak sokletasi 51.07% (ekstraksi dengan pelarut
yang dihasilkan dari 700 gram biji bintaro n-heksan).
kering yaitu 26 ml, dengan rata-rata Menurut Suyitno et al. (1989)
rendemen minyak sebesar 3,7 % dari bobot jumlah rendemen yang dihasilkan dari
180
Rani Handayani : Karakteristik Fisio-Kimia Minyak Biji Bintaro …

pengepressan secara mekanis dipengaruhi bear dan memudahkan pelarut n-heksan


oleh waktu pengepresan (pressing), dapat secara sempurna memisahkan
besarnya tekanan yang diberikan, ukuran komponen minyak yang terkandung dalam
bahan yang akan dipress, viskositas bahan sel, melalui prinsip “like dissolve like”
yang diekstrak, serta cara pengepresan. sehingga seluruh minyak dapat terekstrak
Kondisi lain yang juga mempengaruhi tanpa merusak struktur fisik bahan maupun
rendemen adalah kadar minyak dalam minyak. Dibandingkan dengan teknik
bahan (Ketaren 1986). Secara umum press yang menggunakan konsep
metode soklet mengahsilkan nilai pemisahan fisik. Semakin luas permukaan
rendemen yang jauh lebih besar dari kontak bahan yang akan diekstrak terhadap
metode pres baik secara manual, semi ekstraktor akan meningkatkan rendemen
kontinu (Hendra dkk, 2014) maupun hot yang dihasilkan. Kelemahan metode
press. Hal ini karena bentuk fisik sampel soklet adalah waktu yang dibutuhkan lebih
biji memiliki luas permukaan yang lebih lama dan skala produksi kecil.
Tabel 3. Rendemen Minyak Hasil Hot Press Hidrolik
Table 3. Rendement of Bintaro Seed Oil from Hydrolic Press Method

Minyak hasil press


No Berat Biji Bintaro (g) Rendemen (%)
(ml)
1 100 3 3
2 100 3 3
3 100 3.5 3.5
4 100 4 4
5 100 3,5 3.5
6 100 4 4
7 100 5 5
Total 700 26 Rata-rata 3,7 %
 Hendra dkk (2014) metode pres manual hidrolik dan semi kontinu : 38,78%

Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Bintaro jenis, indeks bias, kadar air, bilangan
asam, bilangan penyabunan, bilangan ester
Karakterisasi minyak biji bintaro dan bilangan iod. Sifat fisiko-kimia
dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat minyak biji bintaro hasil ekstraksi hot
fisiko-kimia minyak biji bintaro. Sifat-sifat press hidraulic disajikan pada Tabel 4.
fisiko-kimia yang dianalisa meliputi berat
Berat Jenis Berat jenis minyak bintaro ini lebih
Berdasarkan hasil pengujian rendah dibandingkan dengan berat jenis
didapatkan berat jenis pada minyak biji minyak kemiri sunan pada penelitian
bintaro sebesar 0,9084 g/ml. Hal ini sesuai Syafaruddin dan Wahyudi (2012) yang
dengan pernyataan Guenther (1987) bahwa berkisar antara 0,939-0,941 g/ml ataupun
nilai berat jenis minyak umumnya berat jenis minyak nyamplung pada
berkisar antara 0,696 – 1,188 pada suhu penelitian Sudradjat et al. (2007) yaitu
25oC. Nilai berat jenis minyak nyamplung dengan nilai 0,944 g/ml.
yang belum diproses menjadi biodiesel Perbedaan berat jenis dipengaruhi
lebih tinggi dari nilai standar nilai minyak oleh komposisi asam lemak dan kemurnian
disel yang ditetapkan Pertamina yaitu 0.82 bahan baku. Berat jenis akan meningkat
– 0.87g/ml. seiring dengan penurunan panjang rantai
181
Jurnal Akuatika Vol.VI No.2/September 2015 (177-186)
ISSN 0853-2532
karbon dan peningkatan jumlah ikatan tersusun oleh asam oleat sekitar 34.02%,
rangkap pada asam lemak (Mittelbach dan yang mana asam oleat merupakan asam
Remschmidt 2006). Selain itu dipengaruhi lemak tidak jenuh, sehingga berat jenis
juga oleh komponen pengotor kandungan minyak biji bintaro cenderung tinggi.
biji seperti gum, dan lendir yang kaya Proses degumming dan bleaching dapat
karbohidrat, protein dan fosfatida. dilakukan untuk menurunkan nilai densitas
Semakin tidak jenuh minyak yang minyak sebelum diproses menjadi
digunakan maka berat jenis akan semakin biodiesel.
tinggi. Sebagian besar minyak biji bintaro

Tabel 4. Karakteristik Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Bintaro


Table 4. Physic-Chemical Characteristics of Bintaro Seed Oil

Sifat fisiko-kimia Nilai


Sifat Fisika Biji Bintaro Biji Bintaro*
1. Berat jenis (g/mL) 0,9084 0,910
2. Indeks bias 1,4659 -
3. Kadar air (% v/v) 0,30 2,48
Sifat Kimia
1. Bilangan asam (mg KOH/g) 1,19 6,33
2. Bilangan iod (gr I2/100gr ) 76,30 74,10
3. Bilangan penyabunan (mg KOH/g) 202,90 -
4. Bilangan ester (mg KOH/g) 201,71 -
 Hendra dkk (2014)

Indeks Bias yang tersusun dalam minyak (asam-asam


lemak penyusun trigliseridanya). Semakin
Berdasarkan hasil pengujian nilai indeks panjang rantai karbon, dan semakin banyak
bias menggunakan refraktometer abbe ikatan rangkap asam lemak pada
yaitu 1,4659. Nilai ini lebih kecil minyak/lemak, maka kerapatan medium
dibandingkan dengan standar SNI yaitu minyak akan bertambah, sehingga cahaya
berkisar antara 1,52-1,54. Hal ini bisa yang datang akan lebih sukar uantuk
disebabkan karena proses pemanasan pada dibiaskan, sehingga indeks bias semakin
proses ekstraksi minyak yang besar. Selain itu, nilai indeks juga
menyebabkan kerapatannya telah dipengaruhi oleh adanya air dalam
berkurang, sehingga kecepatan cahaya kandungan minyak. Semakin banyak
dalam minyak tersebut lebih besar yang kandungan airnya, maka semakin kecil
mengakibatkan nilai indeks biasnya lebih nilai indeks biasnya. Sehingga minyak
kecil (Sutiah et al. 2008). dengan nilai indeks bias yang besar lebih
Nilai indeks bias minyak/lemak bagus
dipengaruhi oleh komponen-komponen
dibandingkan dengan minyak Berdasarkan hasil pengujian diperoleh
dengan nilai indeks bias yang kecil kadar air minyak biji bintaro sebesar
(Guenther 1990). 0,30%. Menurut Sunarko (2007) kadar air
minyak dengan rentang 0,2-0,39 %
Kadar Air termasuk kategori sedang. Namun angka
ini tidak memenuhi standar dan mutu
(Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel
182
Rani Handayani : Karakteristik Fisio-Kimia Minyak Biji Bintaro …

) jenis minyak nabati murni untuk bahan Tingginya bilangan asam pada
bakar motor diesel tahun 2013, yakni minyak biji bintaro disebabkan oleh
maksimal 0,075%. Proses lanjutan dalam pemanasan pada proses ektraksi. Selama
pembuatan biodiesel dengan proses ekstrasi, minyak dan lemak juga
menggunakan metanol dapat menurunkan dapat terhidrolisis, pemanasan yang
kadar air dalam minyak biji bintaro. digunakan selama proses ekstrasi dapat
Tingginya kadar air untuk sampel mengakibatkan enzim lipase yang secara
minyak diperoleh dari hasil ekstrasi biji alami terdapat dalam jaringan menjadi
bintaro disebabkan karena lamanya aktif dan menyebabkan adanya
penyimpanan sampel minyak sebelum pembentukan asam lemak bebas dari lemak
dianalisis. Menurut Winarno (1980), kadar tanaman (Winarno 1997).
air pada permukaan bahan dipengaruhi Menurut Mittelbach dan
oleh kelembaban udara disekitarnya tinggi, Remschmidt (2006), ada beberapa faktor
apabila kadar air bahan rendah, sedangkan yang mempengaruhi bilangan asam produk
disekitarnya tinggi maka akan terjadi yaitu kondisi bahan baku yang digunakan,
penyerapan uap air dari udara sehingga tingkat kemurnian minyak saat proses
kadar air bahan menjadi lebih tinggi. pemurnian, dan cara penyimpanan yang
Tingginya kadar air menyebabkan bisa menyebabkan terjadinya hidrolisis.
mikroorganisme banyak berkembang dan Tingginya bilangan asam biodiesel dapat
berakibat terbentuknya endapan dan menyebabkan biodiesel bersifat korosif dan
kotoran yang akan menyumbat saringan dapat menimbulkan kerak pada injektor
dan jalannya bahan bakar di dalam mesin mesin diesel, akibatnya injektor mesin
menuju ruang pembakaran. Proses diesel akan tersumbat (Syamsidar 2013).
hidrolisis juga dapat terjadi pada kondisi Salah satu cara untuk menurunkan
kadar air yang tinggi. Asam lemak kandungan asam lemak bebas dalam
biodiesel akan diubah menjadi asam lemak minyak adalah melalui proses pemurnian.
bebas, sehingga meningkatkan bilangan Kadar asam atau FFA juga dijadikan
asam yang berakibat korosi pada bagian parameter untuk menentukan tahapan
mesin dan sistem injeksi (Mittelbach dan proses pembuatan biodisel. Jika FFA > 5%
Remschmidt 2006). maka dilakukan proses 2 tahap (esterifikasi
dan transesterifikasi).
Bilangan Asam
Bilangan Penyabunan
Dari hasil pengujian diperoleh nilai
bilangan asam minyak biji bintaro 1,19 mg Berdasarkan hasil pengujian diperolah
KOH/g sampel. Nilai ini tidak memenuhi angka penyabunan yaitu 202,90 (mg
standar nasional (SNI) dan Amerika yaitu KOH/g). Nilai ini lebih tinggi
maksimum 0,8 mg KOH/g sampel. dibandingkan dengan bilangan penyabunan
Bilangan asam yang besar minyak biji jarak yang berkisar antara 176
menunjukkan asam lemak bebas yang – 181mg KOH/g minyak (Kirk dan Othmer
besar yang berasal dari hidrolisa minyak 1964). Bilangan penyabunan minyak
ataupun karena proses pengolahan yang bintaro yang didapatkan pada pengujian ini
kurang baik. Makin tinggi angka asam, memiliki nilai yang tidak jauh berbeda
makin rendah kualitasnya (Sudarmadji dengan nilai bilangan penyabunan minyak
1989). Hal ini disebabkan karena minyak sawit murni menurut Krischenbauer (1960)
yang mengandung asam lemak bebas lebih yang berada pada rentan 196 – 206 mg
dari 1% akan membentuk formasi emulsi KOH/g. Bilangan penyabunan setiap
sabun yang menyulitkan pada saat minyak berbeda – beda dan tidak pernah
pemisahan biodiesel (Listiawati 2007). sama, selain itu satu jenis minyak
183
Jurnal Akuatika Vol.VI No.2/September 2015 (177-186)
ISSN 0853-2532
cenderung memiliki bilangan penyabunan I2/100gr, hasil ini masih memenuhi standar
yang konstan (Muchtadi dan Sugiyono yang ditetapkan SNI yaitu ≤ 155 gI2/100g.
1992). Nilai bilangan iod ini termasuk rendah,
Menurut Ketaren (1986) tinggi sehingga menunjukkan bahwa jumlah iod
rendahnya bilangan penyabunan yang terikat pada ikatan rangkap sedikit,
dipengaruhi oleh berat molekul minyak. sehingga derajat ketidakjenuhan dari asam
Minyak yang disusun oleh asam lemak lemak atau campuran asam lemak yang
berantai pendek berarti memiliki berat rendah.
molekul rendah maka akan mempunyai Bilangan iod yang rendah dalam
bilangan penyabunan yang relatif tinggi penelitian ini menunjukkan bahwa minyak
dan sebaliknya minyak dengan berat biji bintaro hasil karakterisasi memiliki
molekul besar akan mempunyai bilangan ikatan rangkap yang rendah sehingga
penyabunan yang relatif kecil. Berarti diperoleh bobot molekul yang tinggi.
besar kecilnya bilangan penyabunan Nugrahani (2008) menambahkan bahwa
ditentukan oleh berat molekul asam lemak minyak dengan bilangan iod yang rendah
penyusunnya. Selain itu hal yang akan mempunyai titik tuang yang rendah.
menyebabkan berbedanya bilangan Titik tuang menunjukkan suhu terendah
penyabunan adalah dari faktor budidaya, dimana minyak dapat mengalir, khususnya
yaitu tempat tumbuh, iklim, waktu panen, pada saat mesin dihidupkan.
musim, faktor lainnya genetik dan proses Semakin tinggi bilangan iod maka
ekstraksi minyak (pengepresan) terjadi penuruan stabilitas oksidasi yang
(Nugrahani 2008). berakibat pada rendahnya kualitas produk
(biodiesel). Bilangan Iod memiliki korelasi
Bilangan Ester dengan viskositas kinematik dan bilangan
setana. Penurunan nilai dari dua parameter
Bilangan ester adalah bilangan yang ini menyebabkan meningkatnya
menyatakan jumlah berapa miligram KOH ketidakjenuhan minyak (Mittelbach dan
yang diperlukan untuk menyabunkan ester Remschmidt 2006). Bilangan iod untuk
yang ada dalam 1 gram minyak/lemak. bahan baku biodiesel yang paling optimal
Tujuan penentuan bilangan ester atau asam adalah sekitar 70-100.
lemak terikat yaitu untuk menghitung
gliserol yang teresterkan. Jadi, bilangan Simpulan
ester merupakan suatu ukuran kadar ester
yang terdapat dalam minyak atau lemak. Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul
Dari hasil pengujian diperoleh “Karakteristik Fisiko-Kimia Minyak Biji
bilangan ester yaitu 201,71 mg KOH/g. Bintaro (Cerbera Manghas L) dan
Nilai ini jauh melebihi dari standar SNI Potensinya Sebagai Bahan Baku
biodiesel yakni min. 96,5. Sehingga bisa Pembuatan Biodiesel” bisa ditarik
dikatakan minyak biji bintaro sangat kesimpulan : (1) Kadar minyak biji bintaro
berpotensi sebagai bahan baku biodiesel. yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan
Kadar ester yang dihasilkan menunjukkan metode soxhlet yaitu sebesar 51,07 % dari
bahwa komponen asam lemak penyusun bobot kering biji bintaro dan metode hot
biji bintaro sebagian besar sudah berbentuk press hidrolik sebesar 3,7%; (2) Metode
metil ester. sokletasi lebih efektif menghasilkan
rendemen minyak daripada metode fisik
Bilangan Iod dengan pengepresan; (3) Sifat fisiko-kimia
didapatkan hasil berat jenis 0,9084 g/ml,
Berdasarkan hasil pengujian indeks bias 1,4659, kadar air 0,30 %,
diperoleh bilangan iod sebesar 76,30 gr bilangan asam 1,19 mg KOH/g, bilangan
184
Rani Handayani : Karakteristik Fisio-Kimia Minyak Biji Bintaro …

iod 76,30 gr I2/100gr, Bilangan Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi


penyabunan 202,90 mg KOH/g, dan Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta
Bilangan ester 201,71 mg KOH/g; (4) : Universitas Indonesia. UI-Press.
Sebagian karakteristik fisiko-kimia minyak Kirk, R. dan Othmer, R. Encyclopedia of
biji bintaro memenuhi standar SNI sebagai Chemical Technology, Edisi
bahan baku alternatif pembuatan biodiesel; Keempat, TheInterscience
(5) Nilai berat jenis, indeks bias dan kadar Encyclopedia Inc., New York,1998.
air minyak biji bintaro yang diperoleh Listiawati, A.P. 2007. Pengaruh kecepatan
belum memenuhi standar SNI akan tetapi sentrifugasi terhadap karakteristik
dapat ditingkatkan sehingga memenuhi biodiesel jarak pagar (Jatropha
standar baku mutu dengan melalui proses curcas L.). Skripsi. Fakultas
pemurnian sebelum diolah menjadi Teknologi Pertanian, Institut
biodiesel; dan (6) Berdasarkan hasil Pertanian Bogor. Bogor. Diakses
keseluruhan, minyak biji bintaro berpotensi tanggal 10 Oktober 2014 Pukul
sebagai bahan baku biodiesel. 21.43 WIB.
Maulana, F. 2013. Pengaruh rasio molar
Ucapan Terima Kasih metanol dan waktu reaksi pada
proses transesterifikasi produksi
Terima kasih yang sebesar-besarnya biodiesel dari biji nyamplung
disampaikan kepada Balai Penelitian (Callophyllum inophyllum).
Tanaman Rempah dan Obat, Bogor yang Skripsi, Fakultas Perikanan dan
telah memberikan bantuan tempat dan Ilmu Kelautan, Universitas
bahan baku untuk penelitian dan kepada Padjadjaran.
seluruh pihak yang telah berkontribusi Mittelbach M dan Remschmidt C. 2006.
dalam pelaksanaan penelitian ini. Biodiesel: The Comprehensive
Handbook. Ed ke-3. Austria:
Daftar Pustaka Boersedruck Ges.m.b.H.
Muchtadi, D dan Sugiyono. 1992. Ilmu
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat
Sedarnawati, Budiyanto S. 1989. Antar-Universitas Pangan dan Gizi.
Analisis Pangan. Bogor: Pusat Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Antar Universitas, Institut Nugrahani, R.A. 2008. Perancangan
Pertanian Bogor. proses pembuatan pelumas dasar
Bernasconi, G., H. Gerster, H. Hauser, H. sintesis dari minyak jarak pagar
Staubel dan E. Schneiter. 1995. (Jatropha curcas L.) melalui
Teknologi Kimia. Jilid 2. modifikasi kimiawi. Disertasi.
Terjemahan Lienda Handojo. P.T. Program Pascasarjana, Institut
Pranya Paramita, Jakarta. Pertanian Bogor. Diakses pada
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. Jilid I. tanggal 23 September 2014 Pukul
UI-Press, Jakarta. 11.56 WIB.
Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, Paendong, J. E., Tangkuman, H.D. 2010.
A.H., Pattiwiri, A.W., dan Optimasi Biodiesel dengan
Hendroko, R., 2008, Menimba Ilmu Prekusor Minyak Kelapa. Chem.
dari Pakar Teknologi Bioenergi, Prog. Vol.3, No. 1. Mei 2010.
Cetakan ketiga, Agro Media Diakses pada tanggal 08 April
Pustaka: Jakarta. 2014 pukul 20.37 WIB.
Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Rohimataun dan Suriati, Sondang. 2011.
pada Habitat Mangrove. Makalah. Bintaro (Cerbera Manghas)
Yogyakarta sebagai Pestisida Nabati. Warta
185
Jurnal Akuatika Vol.VI No.2/September 2015 (177-186)
ISSN 0853-2532
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. ISBN 979-499-193-7.
Tanaman Industri. Volume 17 Liberty Yogyakarta. Yogyakarta.
Nomor 1. Diakses Pada tanggal 10 Sudradjat, R., Sahirman dan D. Setiawan.
Oktober 2014, Pukul 14.42 WIB. 2007. Pembuatan Biodiesel Dari
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I.N.N. Biji Nyamplung. Jurnal Penelitian.
Suryadiputra. 1999. Panduan Diakses Pada tanggal 10 Oktober
Pengenalan Mangrove di 2014, Pukul 12.42 WIB.
Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis
Diakses pada tanggal 08 April Pengolahan dan Budidaya Kelapa
2014 pukul 12.40 WIB. Sawit. Jakarta. Agromedia Pustaka.
SNI. 2006. Cara Uji Minyak dan Lemak. Suyitno, Haryadi dan Supriyanto. 1989.
SNI 06-2385 – 2006. Diakses Pada Petunjuk Laboratorium Rekayasa
tanggal 10 Agustus 2014, Pukul Pangan. Universitas Gadjah Mada,
15.42 WIB. Yogyakarta.
Syafaruddin, Wahyudi, Agus. 2012.
Soerawidjaja T.H, T. Adrisman, U.W. Potensi Varietas Unggul Kemiri
Siagian, T. Prakoso, I.K. Sunan Sebagai Sumber Energi
Reksowardojo dan K.S. Permana. Bahan Bakar Nabati. Jurnal. Vol.
2005. Studi Kebijakan Penggunaan 11 No. 1 /Juni 2012. Hlm 59 – 67.
Biodiesel di Indonesia. Kajian ISSN: 1412-8004. Diakses Pada
Kebijakan dan Kumpulan Artikel tanggal 10 Oktober 2014, Pukul
Penelitian Biodiesel. Kementerian 18.56 WIB.
Ristek dan Teknologi RI-MAKSI Syamsidar. 2013. Pembuatan dan Uji
IPB Bogor. Diakses Pada tanggal Kualitas Biodiesel dari Minyak
29 Agustus 2014 Pukul 15.40 WIB. Jelantah. Jurnal Teknosains,
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi. Volume 7 Nomor 2, Juli 2013, hlm:
1989. Analisa Bahan Makanan dan 209-218. Diakses Pada tanggal 10
Oktober 2014, Pukul 16.20 WIB.
Towaha, Juniaty., Indriati, Gusti. 2011.
Potensi Tanaman Bintaro (Cerbera
manghas) Sebagai Alternatif
Sumber Bahan Bakar Nabati.
Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri.
Volume 17 Nomor 1. Diakses Pada
tanggal 10 Oktober 2014, Pukul
14.42 WIB.
Winarno, F. G., Srikandi Fardiaz, dan Dedi
Fardiaz, 1980, Pengantar Teknologi
Pangan, P.T. Gramedia, Jakarta.

186

Anda mungkin juga menyukai