Anda di halaman 1dari 25

0

TAKE HOME EXAMINATION

Mata Kuliah : Promosi Kesehatan


Dosen : Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes.
Nama : Herry Setiawan
NIM : 22020114410007

PERTANYAAN :

Bagaimana Pendekatan Strategi Promosi Kesehatan pada Masyarakat


Bantaran Sungai Martapura Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan ?

Semarang, 25 Desember 2014

Herry Setiawan
NIM.22020114410007

i
1

PENDEKATAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN PADA


MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI MARTAPURA
KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

Herry Setiawan1
1
Mahasiswa Program Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang

A. PENDAHULUAN
Promosi kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni
praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan merupakan penunjang bagi
program-program kesehatan lain. Setiap program kesehatan yang telah ada
misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan
gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program
pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta
didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan kepada masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat
memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Menurut Ottawa
Charter (1986), promosi kesehatan merupakan suatu proses pemberdayaan
atau memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat tidak
hanya terbatas pada kegiatan pemberian informasi seperti kegiatan
penyuluhan, KIE (komunikasi, informasi, edukasi) dan pendidikan kesehatan
tetapi juga menyangkut penggalangan berbagai dukungan di masyarakat.
Menurut Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 9
yang berbunyi “Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya”.2 Bunyi pasal tersebut memberikan tantangan dan
gambaran kepada masyarakat Indonesia agar selalu menjaga dan

1
2

mempertahankan status kesehatan demi mewujudkan cita-cita bersama yaitu


masyarakat Indonesia Sehat.
Menurut Depkes RI, Visi Misi Indonesia Sehat 2025 adalah lingkungan
yang strategis. pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun
sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi.
Tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai,
perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang
memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.1
Air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai merupakan
salah satu dari kebutuhan hidup masyarakat banyak. Air minum sebagai salah
satu kebutuhan fisiologis yang harus selalu terpenuhi, sedangkan sarana
sanitasi lingkungan yang sehat merupakan penunjang dalam upaya
mempertahankan kesehatan masyarakat secara luas. Seiring pertumbuhan
masyarakat maka fasilitas sanitasi sangatlah penting. Ketidaktersediaan
fasilitas sanitasi yang baik akan memberikan dampak kesehatan yang negatif
yaitu timbulnya penyakit karena masalah lingkungan.
Masalah lingkungan yang terjadi karena sanitasi yang tidak baik
biasanya berupa polusi. Polusi yang terjadi bisa berupa pencemaran air
minum sebagai kebutuhan masyarakat atau lingkungan pemukiman tempat
tinggal. Pencemaran yang terjadi juga dapat berupa pencemaran air sungai
oleh bakteri yang akan mengganggu status kesehatan masyarakat yang
mengkonsuminya. Kejadian seperti diare, kolera dan muntaber akan melanda
secara luas pada masyarakat yang mengkonsumsi air minum tercemar.
Menurut hasil Pencatatan Dinas Kesehtan Provinsi Kalimantan Selatan,
kasus Diare dan Gastroenteritis / Diarrhea and Gastroenteritis sebanyak
14.430 kasus yang ditemukan. Menurut hasil pencatatan Dinas Perumahan
dan Permukiman Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, dari tengah kota
Martapura hingga ke Desa Lok Baintan terdapat deretan jamban terapung di
atas air yang jumlahnya mencapai 2800 buah. Setiap harinya jamban terapung
3

sebanyak itu dipakai untuk buang air besar antara 10 hingga 15 penduduk
sehingga menghasilkan pencemaran antara 10 hingga 14 ton tinja manusia.
Hal ini, pastinya akan berbanding lurus dengan tingginya kandungan baktari
E.coli di air sungai Martapura. Keadaan seperti ini pastinya akan
mengganggu status kesehatan masyarakat bantaran sungai Martapura sebagai
pihak yang mengkonsumsi air sungai untuk kebutusan sehari-hari.
Escherichia coli, atau biasa disingkat E.coli, adalah salah satu jenis
spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan
oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
Menurut pencatatan Kepala Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbal (PAL)
Banjarmasin, kandungan baktari coli di sungai Martapura, khususnya di
Banjarmasin tercatat 16000 PPM, sementara batas baku mutu hanya 30 PPM,
sehingga menunjukkan begitu tingginya pencemaran tinja di wilayah ini.
Kebiasaan masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Martapura membuang
seenaknya tinja ke sungai menyebabkan air yang mengalir ke Banjarmasin ini
tercemar bakteri yang berasal tinja tersebut. Kejadian kasus yang diakibatkan
pencemaran E.coli, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan, menunjukan kasus diare terjadi pada 7,71/1000 penduduk dengan
angka kematian 0,27/100.000 penduduk.
Menurut UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, Pelayanan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit. Kewajiban seorang perawat dalam
usaha meningkatkan kesehatan dapat dilaksanakan dengan kerjasama dan
upaya memberdayakan masyarakat setempat sehingga mampu menjaga
kesehatan mereka dari segala ancaman penyakit.
Salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah
dengan strategi pemberdayaan masyarakat. Memperhatikan Undang-undang
No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 11 yang disebutkan di atas,
masyarakat ditekankan untuk selalu membiasakan diri dengan Perilaku Hidup
4

Bersih dan Sehat (PHBS).2 Kegiatan pemberdayaan PHBS pada masyarakat


tidak akan berjalan susuai harapan apabila penekanan hanya terletak pada
kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat
sebagai tenaga profesional.
Pentingnya peranan promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan
telah diakui oleh berbagai pihak, secara makro paradigma sehat berarti semua
sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan
lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih
menekankan upaya promotif dan preventif melalui pemberdayaan
masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
merupakan pilar utama yang mempengaruhi keberhasilan jenis layanan
kesehatan lainnya, yaitu preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri tersebut.
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui strategi promosi
kesehatan meliputi advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat.
Strategi advokasi ditujukan kepada pembuat keputusan baik di bidang
kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan; dukungan sosial ditujukan
kepada para tokoh masyarakat baik formal (guru, lurah, camat) maupun
informal (tokoh agama), sedangkan pemberdayaan masyarakat ditujukan
langsung kepada masyarakat setempat.5,6,7
Pemberdayaan terhadap masyarakat dalam promosi kesehatan
dilakukan dengan berbagai macam cara pendekatan untuk menghasilkan
tujuan sesusai dengan keinginan tenaga profesional. Pendekatan yang
dimaksudkan antara lain: pendekatan medik, pendekatan perubahan perilaku,
pendekatan edukasional, pendekatan berpusat pada klien dan pendekatan
perubahan sosial.
Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga karena
rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di masa
depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa
anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit menular dan
penyakit tidak menular oleh karena itu untuk mencegah penyakit tersebut,
5

anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS.


Keadaan lingkungan yang tidak sehat merupakan ancaman tersendiri bagi
usia rentan yaitu pada anak-anak maupun orang lanjut usia.8
Berdasarkan data dan fenomena di atas maka penulis tertarik membahas
mengenai Strategi Pendekatan Promosi Kesehatan pada Masyarakat Bantaran
Sungai Martapura Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

B. PROMOSI KESEHATAN
Menurut Lawrence Green (1984), promosi kesehatan merupakan segala
bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan
ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan
perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Menurut Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986), promosi kesehatan
merupakan suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka untuk mencapai keadaan fisik, mental,
dan kesejahteraan sosial, individu atau kelompok harus mampu
mengidentifkasi dan mewujudkan aspirasi untuk memenuhi kebutuhan dan
untuk mengubah atau mengatasi lingkungan.10
Menurut WHO, pengertian promosi kesehatan sebagai “the procces of
enabling individuals and communities to increase control over the
determinants of health and thereby improve their health“ (proses
mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya).
Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO tersebut di Indonesia
pengertian promosi kesehatan dirumuskan sebagai berikut: “upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan”.
C. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
1. Strategi Promosi Kesehatan Global
6

Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan


secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu:
a. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar
orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang
diinginkan. Advokasi dalam konteks promosi kesehatan adalah
pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di
berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut
mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari
para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan
advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal
mnaupun informal. Secara formal misalnya:
1) Penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu kesehatan
lingkungan di masyarakat setempat dan pentinya air bersih pada
masayarakat bantaran sungai yang biasa digunakan sehari-hari
keperluan konsumsi.
2) Usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat
yang terkait baik dana maunpun kebijakan seperti pembuatan jamban
umum di darat (jamban komunal).
Kegiatan advokasi secara informal misalnya bertemu kepada para
pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara
informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin
dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun
legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah
kesehatan (sasaran tertier) yang ingin diselesaikan demi terciptanya
masyarakat yang sejahtera jauh dari penyakit..
b. Dukungan Sosial (Social Support)
7

Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari


dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh
masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah
agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
sebagai (pelaksana program kesehatan) dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan. Kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma
pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan,
agar masyarakat bersedia menerima dan ikut berpartisipasi terhadap
program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat
dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang
kondusif terliadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini
antara lain:
1) Pelatihan-pelatihan dan bimbingan para tokoh masyarakat mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat
2) Seminar kesehatan yang berkaitan dengan masalah lingkungan dan
kesehatan sanitasi
3) Lokakarya kesehatan yang melibatkan para pemangku jabatan serta
masyarakat setempat untuk tujuan memecahkan masalah kesehatan
di lingkungan masyarakat.
Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sasial atau bina
suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran
sekunder).
c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah
mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan).
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai
kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-
pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income
8

generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga


akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharan kesehatan
mereka, misalnya:
1) Terbentuknya dana sehat sebagai upaya tabungan kesehatan ketika
masyarakat mengalami sakit
2) Terbentuknya pos obat desa untuk menyediakan obat-obatan yang
bersesuaian dengan keadaan dan penyakit yang sering dialami
masyarakat
3) Berdirinya polindes sebagai garda terdepan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut
"gerakan masyarakat" untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah
masyarakat (sasaran primer).
Tabel 1. Strategi Promosi Kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 585/MENKES/SK/V/2007

Strategi Sasaran Utama Hasil Tatanan


ADVOKASI Sasaran tertier Kebijakan • Rumah
(Advocacy) DPRD, Ka Daerah, Berwawasan
Tangga
Ka Pusesmas Kesehatan • Institusi
BINA SUASANA Sasaran sekunder: Kemitraan dan
Pendidikan
Toma, PKK, Kader
(Social Support) Opini • Tempat
Kerja
PEMBERDAYAAN Sasaran primer Gerakan • Tempat
- Individu Umum
(Empowerment) Masyarakat
- Unit kerja • Sarana
Mandiri
Kesehatan

2. Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa Charter


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa-Canada
(1986) menghasilkan piagam Ottawa Charter yang rumusan strateginya
dikelompokkan menjadi 5 butir, yaitu:
a. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy)
9

Kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan/


penentu kebijakan yang berwawasan kesehatan. Setiap kebijakan
pembangunan di bidang apa saja harus mempertimbngkan dampak
kesehatannya bagi masyarakat. Kegiatan ini ditujukan kepada para
pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan (decision
makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta. Sebagai contoh;
adanya perencanaan pembangunan jamban komunal sebagai pengganti
jamban jongkok (jamban terapung) di bantaran sungai sehingga lambat
laun dapat mengubah perilaku masyarakat setempat. Tersedianya
jamban komunal yang direncanakan oleh pemerintah sebagai pengambil
kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan (decision makers)
merupakan langkah baik sehingga akan menciptakan lingkungan
terutama persediaan air bersih yang mencukupi untuk kebutuhan
masyarakat setempat.
b. Lingkungan yang Mendukung (Supportive environtment)
Kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana
yang mendukung yang ditujukan pada:
1) Pemimpin organisasi masyarakat
2) Pengelola tempat
3) Tempat umum
Diharapkan memperhatikan dampak terhadap lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik yang mendukung atau
kondusif terhadap kesehatan masyarakat. Misalnya adalah tersedianya
jamban komunal yang dibuat di daratan oleh masyarakat dengan
bekerjasama dengan pihak pemerintah. Fasilitas yang tersedia akan
dijaga dan dirawat keberadaannya oleh masyarakat setempat untuk tetap
melanjutkan kebiasaan hidup bersih dan sehat demi terciptanya
kesehatan bersama serta terhindar dari ancaman penyakit oleh sebab
faktor lingkungan yang tidak sehat.

c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)


10

Kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan, tanggung


jawab pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi
pelayanan (health provider), tetapi pelayanan kesehatan juga
merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi pelayanan
kesehatan (health provider) dan pihak yang mendapatkan pelayanan.
Bagi pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya sekedar
memberikan pelayanan kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan
peran serta aktif masyarakat untuk berperan dalam pembangunan
kesehatan. Sebaliknya bagi masyarakat, dalam proses pelayanan dan
pembangunan kesehatan harus menyadari bahwa perannya sangatlah
penting, tidak hanya sebagai subyek, tetapi sebagai obyek. Sehingga
peranserta masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangatlah
diharapkan. Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri. Bentuk
pemberdayaan masyarakat yaitu LSM yang peduli terhadap kesehatan
baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan teknis (pelatihan-
pelatihan) sampai upaya swadaya masyarakat sendiri. Contoh: Upaya
kesehtan yang dilakukan pemerintah dengan melakukan kerjasama
dengan pihak asing, kerjasama pembangunan jamban komunal dengan
anggaran dana dari pemerintah serta pemerintah asing.
d. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur-unsur
yang ada di masyarakat tersebut bergerak bersama-sama. Kutipan
piagam Ottawa, dinyatakan bahwa: Promosi Kesehatan adalah upaya
yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan sendiri. Adanya
gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kesehatan tidak
hanya milik pemerintah, tetapi juga milik masyarakat. Untuk dapat
menciptakan gerakan ke arah hidup sehat, masyarakat perlu dibekali
dengan pengetahuan dan ketrampilan. Selain itu, masyarakat perlu
diberdayakan agar mampu berperilaku hidup sehat. Kewajiban dalam
11

upaya meningkatkan kesehatan sebagai usaha untuk mewujudkan


derajat setinggi-tingginya, teranyata bukanlah semata-mata menjadi
tanggung jawab tenaga kesehatan. Masyarakat justru yang berkewajiban
dan berperan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Hal
ini sesuai yang tertuang dalam Pasal 9, UU No.36 tahun 2009 Tentang
kesehatan, yang berbunyi : “Setiap orang berkewajiban ikut
mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya”. Untuk Memerkuat kegiatan-
kegiatan komunitas (strengthen community actions) promosi kesehatan
bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam
mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan
melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari
proses ini adalah memberdayakan komunitas-kepemilikan mereka dan
kontrol akan usaha dan nasib mereka. Pengembangan komunitas
menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam
komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial,
dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat
partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses
yang penuh serta terus menerus akan informasi, memelajari kesempatan
untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan dukungan. Gerakan
Masyarakat merupakan suatu partisifasi masyarakat yang menunjang
kesehatan. Contoh adanya gerakan jumat bersih dan minggu hijau.
Keberadaan jamban komunal ini lama kelamaan akan membuat
perubahan perilaku masyarakat untuk (Buang Air Besar) BAB di
daratan bukan di sungai lagi
e. Keterampilan Individu (Personal Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari
kelompok, keluarga dan individu-individu. Meningkatnya keterampilan
setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (personal skill) sangat penting. Dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, keterampilan
12

individu mutlak diperlukan. Semakin banyak individu yang terampil


akan dapat memelihara diri dalam bidang kesehatan, maka akan
memberikan cerminan bahwa dalam kelompok dan masyarakat tersebut
semuanya dalam keadaan yang sehat. Keterampilan individu sangatlah
diharapkan dalam mewujudkan keadaan masyarakat yang sehat.
Sebagai dasar untuk terapil tentunya individu dan masyarakat perlu
dibekali dengan berbagai pengetahuan mengenai kesehatan, selain itu
masyarakat juga perlu dilatih mengenai cara-cara dan pola-pola hidup
bersih dan sehat.
Masing-masing individu seyogyanya mempunyai pengetahuan
dan kemampuan yang baik terhadap:
1) Cara – cara memelihara kesehatannya
2) Mengenal penyakit-penyakit dan penyebabnya
3) Mampu mencegah penyakit
4) Mampu meningkatkan kesehatannya
5) Mampu mencari pengobatan yang layak bilamana sakit
Di lingkungan Puskesmas upaya promosi kesehatan lebih
ditekankan daripada di rumah sakit. Sebagai contoh perawat di
komunitas menyikapi dan menindaklanjuti perilaku masayarakat
bantaran sungai yang selalu melakukan Buang Air Besar (BAB) di
sungai sehingga mengotori dan mencemari sungai sebagai sumber air
bersih keperluan masyarakat setempat. Perawat beranggapan bahwa
suatu masalah kesehatan salah satunya yaitu diare. Diare yang terjadi
akibat tercemarnya sumber air bersih oleh E.coli tidak akan pernah
tuntas apabila hanya mengobati pasien di rumah sakit tanpa memotong
atau menyingkirkan penyebab utamanya. Penyebab utamanya yaitu
pencemaran serta pengkontaminasian sumber air sungai yang
menyebabkan keadaan diare pada masyarakat setempat. Ibaratkan
pepatah “Buat apa membersihkan Noda di hilir apabila Sumber Noda di
hulu tidak dibersihkan”.
13

Kecakapan perawat dalam melakukan strategi promosi kesehatan


sangat dibutuhkan untuk mencoba melakukan advokasi kepada pembuat
dan penentu kebijakan dalam hal ini pemerintah. Upaya advokasi
dengan harapan yaitu pemerintah dapat mengeluarkan Peraturan Daerah
atau kebijakan lainnya sehingga adanya usaha penertiban jamban
terapung yang kiat menjamur di bantaran sungai. Upaya bina suasana
dengan cara pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat atau pihak
yang berpengaruh sangatlah penting mengingat kebiasaan masyarakat
selalu mempertimbangkan pendapat orang yang dianggap mempunyai
pengaruh di lingkungan mereka. Pandangan dan himbauan dari tokoh-
tokoh masyarakat juga sangat bermanfaat dalam mempengaruhi
masyarakat agar tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak
lingkungan, dalam hal ini pencemaran air sungai. Selanjutnya, upaya
pemberdayaan dapat dilakukan dengan membina beberapa kader yang
berkompeten untuk menjadi penyuluh dan petugas pengawas yang
selalu mengontrol kesehatan dan juga kelayakan air sungai sebagai
salah satu barang vital di lingkungan mereka.

Gambar 1. Foto Citra Satelit dari Google Map


14

Gambar 2. Foto Citra Satelit dari Google Map

Pada Gambar.1 dan Gambar.2 merperlihatkan sungai sebagai


bagian penting dari kehidupan. Letak sungai yang ada di sekitar area
perumahan penduduk memperlihatkan bahwa sungai mempunyai daya
tarik tersendiri bagi penduduk untuk bertempat tinggal di dekatnya.

Gambar 3. Mandi dan Mencuci di Sungai sebagai Kebiasaan


Masyarakat Bantaran Sungai Martapura
15

Gambar 4. Kegiatan Masyarakat Bantaran Sungai Martapura

Pada gambar di atas terlihat sungai merupakan bagian yang vital


dari kehidupan masyarakat. Kegiatan keseharian seperti mandi,
mencuci dan kakus atau yang dikenal dengan MCK juga dilaksanakan
di sungai. Namun karena hal inilah yang menyebabkan sungai tidak lagi
hygienis sebagai sumber kebutuhan untuk makan minum masyarakat.
Sungai yang didalamnya mengandung bakteri berbahaya seperti E.coli
dapat menyebabkan masyarakat terkena penyakit misalkan diare.
Penyakit lain yang sering dialami masyarakat bantaran sungai adalah
gatal-gatal karena air yang mereka gunakan untuk mandi tidak bersih.
Pada dasarnya promosi kesehatan mendukung pengembangan
personal dan sosial melalui penyediaan informasi, pendidikan
kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Hal ini dapat
meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih
dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk
membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan. Memungkinkan
masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri
mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit
sangatlah penting. Keterampilan Individu adalah kemapuan petugas
dalam menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam
16

mencontohkan (mendemostrasikan). Contoh: melalui penyuluhan secara


individu atau kelompok seperti di Posyandu, PKK. Adanya pelatihan
kader kesehatan, pelatihan guru UKS, dll.

B. PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN


1. Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan medik yaitu kebebasan dari penyakit dan
kecacatan yang didefinisikan secara medik, seperti penyakit infeksi,
kanker, dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan didiplin ilmu
kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan. Pendekatan
melalui metode persuasif maupun paternalistik. Sebagai contoh,
memberitahukan kepada keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat
dalam pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih, memberitahukan
kepada masyarakat agar selalu mengkonsumsi air bersih dan sehat yang
bebas dari pencemaran bakteri atau zat berbahaya, memberitahu orang tua
agar membawa anak mereka untuk imunisasi secara teratur, memberitahu
para wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur
pertengahan untuk dilakukan screening takanan darah. Pendekatan ini
memberikan arti penting dari tindakan pencegahan medik dan tanggung
jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa pasien patuh
pada prosedur yang dianjurkan.
2. Pendekatan Perubahan Perilaku
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku
individu masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “sehat “.
Contohnya antara lain mengajarkan masyarakat bagaimana mendapatkan
sumber air minum yang bersih dan sehat, memberikan pengetahuan akan
pentingnya proses memasak air sebelum dikonsumsi, memberitahu arti
pentingnya upaya menghentikan merokok, mendorong orang untuk
melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang baik
dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan
merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling baik bagi
17

kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk


mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat
yang menguntungkan.
3. Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan
memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan
membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada.
Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali
nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri.
Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan dan mengadopsi
praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan
kesehatan sekolah, misalnya menekankan membantu murid mempelajari
keterampilan hidup bersih dan sehat, kebiasaan mencuci tangan sebelum
dan setelah makan. Tidak hanya memperoleh pengetahuannya, orang-
orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi
proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku
mereka sendiri dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka
mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap
menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.
Promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan, bukan hal umum
untuk promosi kesehatan dikelirukan dengan pendidikan kesehatan. Istilah
ini tidak seharusnya digunakan dengan dapat dipertukarkan. Promosi
kesehatan mencakup seluruh aktivitas yang bertujuan untuk
mempromosikan gaya hidup sehat; pendidikan kesehatan merupakan
bagian integral dari prosesnya. Dines dan Crib (1993) menggambarkan
promosi kesehatan sebagai istilah cakupan luas dibandingkan pendidikan
kesehatan dan menunjuk kepada ’pendidikan kesehatan plus’.
Penjelasan ini menyediakan sedikit kejelasan untuk cakupan promosi
kesehatan. Aktivitas promosi kesehatan yang termasuk, contohnya,
pengembangan komunitas kerja dan aksi politik menyimpang di luar
jangkauan promosi kesehatan dan dicakup dalam disiplin promosi
18

kesehatan yang lebih luas. Pendekatan tradisional ke dalam pendidikan


kesehatan ditujukan untuk mencegah penyakit, dalam meningkatkan gaya
hidup sehat.
Pendekatan ini dimulai sejak abad ke-19 di mana masyarakat diajari
dan meningkat kegelisahannya dipandu ke gaya hidup sehat untuk
mencegah penyakit. Pendekatan ini juga dapat tercermin dalam perubahan
paradigma masyarakat yaitu “Paradigma Sakit” menjadi “Paradigma
Sehat”. Sasaran dari pendidikan kesehatan modern adalah bekerja dengan
pendekatan individual sebuah tingkat atau bagian dari kesehatan melalui
strategi kemungkinan. Hal ini menggunakan dasar yang terfasilitasi.
Pengenalan pendekatan membujuk dan peningkatan kegelisahan
diproduktifkan untuk hal pokok dan penghargaan kesehatan. Landasan dari
pendidikan kesehatan modern adalah pemberdayaan (Tones 1992).
Pendidikan kesehatan modern dilihat sebagai elemen penting dalam
promosi kesehatan. Perawat secara aktif termasuk ke dalam bagian antara
promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan dan memiliki relasi yang
unik dengan keluarga untuk mempengaruhi penggunaan gaya hidup sehat.
4. Pendekatan Berpusat pada Klien
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat
membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan
lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan
kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak
sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-
kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta keterampilan yang
mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan
diri sendiri klien dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien dihargai sama
yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol
tujuan kesehatan mereka sendiri.

5. Pendekatan Perubahan Sosial


19

Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan


pada lingkungan fisik, sosial dan ekonomi, supaya dapat membuatnya
lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Contohnya adalah mengubah
masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku individu-individunya. Hal
utama bukan untuk mengubah kebiasaan indiviu, tapi secara positif
mempengaruhi kesehatan masyarakat. Contoh lainnya adalah
profesional perawat disini mengusahakan mengajak masyarakat
untuk tidak melakukan BAB di sungai lagi dan mulai beralih ke
bentuk jamban komunal.
Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai
penting bagi hak demokerasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai
komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai
tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada
pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat
tersebut. Pendekatan ini menyatakan kemunduran sosial ekonomi sebagai
faktor dari sakit. Hal ini dipusatkan dengan membuat lingkuangan,
perubahan sosial dan ekonomi dengan rencana kebijakan, aksi perubahan
politik dan kolaborasi yang lebih luas dengan pembuat keputusan.

C. PENUTUP
Promosi Kesehatan bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan
kegiatan terdepan yang harus terpadu dan berkesinambungan dengan
program-program kesehatan lainnya. Pentingnya pendekatan Promosi
Kesehatan untuk setiap upaya kesehatan yang akan menjaga keberlangsungan
proses pemberdayaan sehingga masyarkat dapat menerima dan meneruskan
kegiatan dengan sumberdaya yang masyarakat miliki sendiri. Pendekatan
yang biasa digunakan oleh tenaga kesehatan terutama perawat profesional
bisa menghasilkan efek negatif atau positif pada kebiasaan seseorang.
Pemilihan pendekatan merupakan faktor terbesar oleh interpretasi personal
dan pemahaman kesehatan dan promosi kesehatan yang dilakukan.
20

Dalam pendekatan promosi kesehatan perlu adanya hubungan kerja


sama yang baik dengan pihak-pihak yang berpengaruh dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat. Pelaksanaan evaluasi dan audit yang juga
merupakan mekanisme untuk menentukan kebutuhan kesehatan. Pelaksanaan
pendekatan promosi kesehatan lebih baik daripada menggunakan pendekatan
yang persuasif atau bahkan memaksa. Lebih memberikan manfaat
menggunakan pendekatan yang bekerjasama dengan masyarakat untuk
mencari pemecahan masalah mereka sendiri, sembari memberi informasi
yang mereka perlukan dalam membuat keputusan tersebut. Dalam kondisi
yang lebih darurat, seperti penyebaran epidemi yang memerlukan aksi
sesegera mungkin, perlu dipertimbangkan untuk menggunakan pendekatan
persuasif untuk merubah sikap dan perilaku masyarakatnya.

D. REFERENSI
1. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Pembinaan Program
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Rumah Tangga, Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat : 2006.

2. Departemen Kesehatan RI. Strategi Promosi Kesehatan Di Indonesia.


Jakarta : 2000

3. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional.

4. Undang-undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.

5. Efendi, Feri dan Makhfudi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas


Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

6. Maryani, Dewi Sri. (2014).Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung:


Yrama Widya

7. Maulana H. D. (2009). Promosi Kesehatan. Edisi 1. Jakarta : EGC.

8. Depkes RI. Sistem Ketahan Nasional, Bentuk dan Cara


Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan. Depkes RI : Jakarta : 2009.

9. Depkes RI. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.


21

10. Notoadmodjo S. (2010). Promosi kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi


Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas.

12. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor : 1193/MENKES/SK/X/2004.Jakarta,
Departemen Kesehatan RI, 2005.

13. PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis


Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
22

Kondisi air Sungai Martapura


Banjarmasin, 20/3 (Antara) –
Kondisi air Sungai Martapura,
baik di wilayah Kabupaten
Banjar, maupun di wilayah
Kota Banjarmasin, Provinsi
Kalimantan Selatan yang
terlihat bersih tidak berarti
bisa langsung dikonsumsi
tanpa direbus terlebih sebab
bisa-bisa terkena diare.
Masalahnya kandungan
bakteri e-coli di sungai yang
berhulu di Pegunungan
Meratus dan bermuara di
Sungai Barito Kota
Banjarmasin tersebut begitu tinggi setelah tercemar berat kotoran manusia (tinja).
Hal itu terjadi setelah sekian lamanya kebiasaan (budaya) masyarakat membuang
air besar ke sungai, lalu bermunculanlah ratusan bahkan ribuan buah jamban terapung
di sisi kanan dan kiri sungai yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat setempat itu.
Masyarakat sudah terbiasa masuk jamban lalu membuang air besar dengan mudah jatuh
ke sungai, dengan mudah pula memanfaatkan air sungai untuk membersihkan badan
setelah buang hajat tersebut.
“Lihat saja di tengah kota Martapura, hingga ke Desa Lok Baintan terdapat
deretan jamban terapung di atas air, jumlahnya sudah mencapai 2800 buah,” kata
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Banjar, Boyke W Triestianto ST MT ketika
berkunjung ke kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, Sabtu (16/3).
Boyke mendampingi Bupati Banjar, Sultan KhairulSaleh bersama puluhan wartawan yang
tergabung dalam komunitas “pena hijau” untuk melakukan penanaman bibit
penghijauan di lokasi hutan lindung tersebut.
Menurut Boyke, dengan jumlah jamban terapung sebanyak itu bila satu jamban
setiap harinya dipakai untuk buang air besar antara 10 hingga 15 penduduk maka
kawasan tersebut setiap harinya tercemar antara 10 hingga 14 ton tinja manusia.
Itu hanya kawasan tersebut
padahal jamban terapung juga
terlihat dimana-mana di sungai
Martapura itu, maka sudah bisa
dibayangkan berapa besar
pencemaran tinja terhadap
lingkungan di kawasan itu, wajar
bila kawasan tersebut begitu tinggi
kandungan baktari e-koli.
Berdasarkan catatan,
Escherichia coli, atau biasa
disingkat E. coli, adalah salah satu
23

jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh
Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
Secara terpisah, Kepala Perusahaan Daerah (PD) Pengolahan Air Limbal (PAL)
Banjarmasin, Muh Muhidin membenarkan kandungan baktari coli di sungai
Martapura,khususnya di Banjarmasin sudah tercatat 16000 PPM, sementara batas baku
mutu hanya 30 PPM, begitu tingginya pencemaran tinja di wilayah ini. Hal itu karena
kebiasaan masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Martapura membuang seenaknya
tinja ke sungai, sehingga air yang mengalir ke Banjarmasin ini tercemar bakteri yang
berasal tinja tersebut.
Kasus diakibatkan pencemaran e-coli, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kalsel,
menunjukan kasus diare terjadi pada 7,71/1000 penduduk dengan angka kematian
0,27/100.000 penduduk. Kepala Bidang Pemantauan dan Pemulihan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Pemerintah Provinsi Kalsel, Ninuk Murtini, pernah pula mengatakan
mengatakan dari hasil pemeriksanaan kondisi air sungai beberapa titik hasilnya
sebagian besar air sungai tercemar dengan rata-rata kandungannya di atas ambang
batas. Bukan hanya e-coli, pencemaran sungai tersebut antara lain, untuk kandungan
mangan atau Mn seharusnya hanya 0,1 miligram tapi berdasarkan hasil penelitian di
Sungai Barito mencapai 0,3135 miligram atau jauh di atas ambang batas.
Titik terparah berada di
Sungai Barito di sekitar Pasar Gampa
Marabahan, Kabupaten Barito Kuala,
selain itu di Hilir Pulau Kaget
mencapai 0,2097 miligram dan Hulu
Kuripan atau di sekitar kantor Bupati
Barito Kuala mencapai 0.2029
miligram. Menurut Ninuk
pemeriksanaan tidak hanya
dilakukan di Sungai Barito tetapi di
sungai lainnya dengan total
pengambilan sampel sebanyak 29
titik yaitu enam titik di sungai
Barito, enam titik sungai Martapura
dan tujuh titik di Sungai Negara.
Dengan kondisi tercemar itu, maka
bisa jadi salah satu pemicu
timbulnya penyakit lainnya seperti
autis, gangguan saraf, dan ginjal.
24

PENDEKATAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN PADA


MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI MARTAPURA
KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester :


Promosi Kesehatan
Dosen: Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes.

Oleh :
Herry Setiawan
NIM.22020114410007

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

Anda mungkin juga menyukai