LP SNH Indah
LP SNH Indah
OLEH :
P07120214027
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN
STROKE NON HEMORAGIK (SNH)
B. ETIOLOGI
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan
dari salah satu tempat kejadian, yaitu:
1. Trombosis (Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48
jam setelah thrombosis.
Adapun beberapa keadaan ini yang menjadi penyebab trombosis
yaitu:
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah
serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
thrombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus)
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis ( radang pada arteri )
C. FAKTOR RISIKO
Faktor resiko stroke dapat dikategorikan kedalam faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable) dan dapat dimodifikasi
(modifiable).
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable)
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi usia, jenis kelamin,
ras, dan herediter/keturunan.
a. Usia. Resiko stroke meningkat seiring dengan pertambahan usia, dua
kali lipat lebih besar ketika seseorang berusia 55 tahun. Namun,
stroke dapat terjadi juga pada semua usia.
b. Jenis kelamin. Sroke juga lebih umum terjadi pada laki-laki dari
pada wanita, namun lebih banyak wanita meninggal akibat stroke
dari pada laki-laki.
c. Ras. Ras Africa- America (berkulit hitam) memiliki resiko yang
lebih besar mengalami stroke daripada ras yang berkulit putih. Hal
ini berhubungan dengan tingginya insiden hipertensi, obesitas, dan
diabetes mellitus pada ras Africa- America.
d. Riwayat keluarga. Riwayat keluarga terhadap kejadian stroke,
serangan TIA sebelumnya, atau stroke sebelumnya juga
meningkatkan risiko terjadinya stroke. Orang tua yang pernah
mengalami stroke dikaitkan dengan peningkatan risiko 3 kali lipat
kejadian stroke pada keturunannya.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik klien yang terkena serangan stroke menurut
(Black & Hawk, 2009), bervariasi tergantung pada penyebabnya,
luas area neuron yang rusak, lokasi neuron yang terkena serangan,
dan kondisi pembuluh darah kolateral di serebral. Manifestasi dari
stroke iskemik termasuk hemiparesis sementara, kehilangan fungsi
wicara dan hilangnya hemisensori. Stroke dapat dihubungkan dengan
area kerusakan neuron otak maupun defisit neurologi, menurut
Smeltzer dan Bare (2002) manifestasi klinis dari stroke meliputi:
1. Kehilangan Motorik. Stroke adalah penyakit motor neuron atas
dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan
motorik. Disfungsi motor yang paling umum adalah Hemiparesis
(kelemahan) dan hemiplegia (paralisis pada satu sisi tubuh)
sering terjadi setelah stroke, yang biasanya desebabkan karena
stroke pada bagian anterior atau bagian tengah arteri serebral,
sehingga memicu terjadinya infark bagian motorik dari kortek
frontal.
2. Aphasia, klien mengalami defisit dalam kemampuan
berkomunikasi,termasuk berbicara, membaca, menulis dan
memahami bahasa lisan. Terjadi jika pusat bahasa primer yang
terletak di hemisfer yang terletak di hemisfer kiri serebelum
tidak mendapatkan aliran darah dari arteri serebral tengah karena
mengalami stroke, ini terkait erat dengan area wernick dan brocca.
3. Disatria, dimana klien mampu memahami percakapan tetapi
sulit untuk mengucapkannya, sehingga bicara sulit dimengerti.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
4. Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya, seperti terlihat ketika klien mengambil
sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
5. Disfagia, dimana klien mengalami kesulitan dalam menelan
karena stroke pada arteri vertebrobasiler yang mepengaruhi saraf
yang mengatur proses menelan, yaitu N V (trigeminus), N VII
(facialis), N IX (glossofarengeus) dan N XII (hipoglosus).
6. Pada klien stroke juga mengalami perubahan dalam penglihatan
seperti diplopia.
7. Horner’s syndrome, hal ini disebabkan oleh paralisis nervus simpatis
pada mata sehingga bola mata seperti tenggelam, ptosis pada
kelopak mata atas, kelopak mata bawah agak naik keatas, kontriksi
pupil dan berkurangnya air mata.
8. Unilateral neglected merupakan ketidak mampuan merespon
stimulus dari sisi kontralateral infark serebral, sehingga mereka
sering mengabaikan salah satu sisinya.
9. Defisit sensori disebabkan oleh stroke pada bagian sensorik dari
lobus parietal yang disuplai oleh arteri serebral bagian anterior dan
medial.
10. Perubahan perilaku, terjadi jika arteri yang terkena stroke bagian
otak yang mengatur perilaku dan emosi mempunyai porsi yang
bervariasi, yaitu bagian kortek serebral, area temporal, limbik,
hipotalamus, kelenjar pituitari yang mempengarui korteks motorik
dan area bahasa.
11. Inkontinensia baik bowel ataupun kandung kemih merupakan
salah satu bentuk neurogenic blader atau ketidakmampuan kandung
kemih, yang kadang terjadi setelah stroke. Saraf mengirimkan
pesan ke otak tentang pengisian kandung kemih tetapi otak tidak
dapat enginterpretasikan secara benar pesan tersebut dan tidak
mentransmisikan pesan ke kandung kemih untuk tidak
mengeluarkan urin. Ini yang menyebabkan terjadinya frekuensi
urgensi dan inkontinensia.
Memberikan saraf
Urutan saraf Nama Saraf Sifat Saraf
untuk dan fungsi
I Nervus olfaktorius Sensorik Hidung, sebagai alat
penciuman
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk
penglihatan
III Nervus Motorik Penggerak bola mata
okulomotoris dan mengangkat
kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata
dan penggerak bola
mata
5. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada completed stroke sangat dibatasi.
Jika kondisi pasien semakin buruk akibat penekanan batang otak yang
diikuti infark serebral maka pemindahan dari jaringan yang
mengalami infark harus dilakukan.
a. Karotis Endarterektomi
Prosedur ini mencakup pemindahan trombus dari arteri
karotis interna yang mengalami stenosis. Pada pasien yang
mengalami stroke di daerah sirkulasi anterior atau yang
mengalami stenosis arteri karotis interna yang sedang hingga
berat. Karotis Endarterektomi adalah prosedur bedah untuk
membersihkan plak dan membuka arteri karotis yang menyempit
di leher. Endarterektomi dan aspirin lebih baik digunakan
daripada penggunaan aspirin saja untuk mencegah stroke.
Endarterektomi tidak dapat digunakan untuk stroke di
daerah vertebrobasiler atau oklusi karotis lengkap. Angka
mortalitas akibat prosedur karotis endarterektomi berkisar 1-5
persen. (Simon, Harvey. Stroke – Surgery)
b. Angioplasti dan Sten Intraluminal
Pemasangan angioplasti transluminal pada arteri karotis dan
vertebral serta pemasangan sten metal tubuler untuk menjaga
patensi lumen pada stenosis arteri serebri masih dalam penelitian.
Suatu penelitian menyebutkan bahwa angioplasti lebih aman
dilaksanakan dibandingkan endarterektomi namun juga memiliki
resiko untuk terjadi restenosis lebih besar. Carotid angioplasty
dan stenting (CAS) digunakan sebagai alternative dari carotid
endarterectoomi untuk beberapa pasien. CAS berdasarkan pada
prinsip yang sama seperti angioplasty untuk penyakit jantung.
1) Sebuah kateter tube yang sangat kecil di insersikan ke dalam
arteri di lipatan paha
2) Melalui system sirkulasi sampai mencapai area yang
tersumbat di arteri karotis
3) Dapat juga mengahancurkan bekuan dengan mengembangkan
balon kecil didalam dindng pembuluh darah (angioplasty)
4) Setelah menggembungkan balon sementara waktu, dokter
biasanya meninggalkan kawat berbentuk sirkular(stent) ke
dalam pembuluh darah untuk menjaga agar pembuluh darah
tetap terbuka
2. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
a. Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda,
kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.
b. Pulse rate meningkat/menurun tergantung dari mekanisme
kompensasi, sistem konduksi jantung & pengaruh sistem saraf
otonom.
c. Respiratory rate
d. Suhu
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran.
Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara.
Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi.
b. Pemeriksaan integumen
Kulit : jika klien kekurangan oksigen, kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit
akan buruk. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-
tanda dekubitus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed
rest 2-3 minggu.
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.
Rambut: umumnya tidak ada kelainan.
c. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephalik.
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah
satu sisi.
Leher : kaku kuduk jarang terjadi. (Satyanegara, 1998)
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar
ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan
tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest
yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis : Umumnya terdapat gangguan
nervus cranialis VII dan XII
central.
Pemeriksaan motorik : Hampir selalu terjadi
kelumpuhan/kelemahan pada
salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan sensorik : Dapat terjadi hemihipestesi.
Pemeriksaan refleks : Pada fase akut reflek fisiologis
sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa
hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli
dengan
refleks patologis.(Jusuf
Misbach, 1999)
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi
CT scan : Didapatkan hiperdens fokal,
kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
(Linardi Widjaja, 1993)
MRI : Untuk menunjukkan area yang
mengalami hemoragik. (Marilynn E.
Doenges, 2000)
Angiografi serebral : Untuk mencari sumber perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi
vaskuler. (Satyanegara, 1998)
Pemeriksaan foto thorax : Dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita
stroke. (Jusuf Misbach, 1999).
b. Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal : Pemeriksaan likuor yang merah
biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu
hari-hari pertama. (Satyanegara,
1998)
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat
mencapai 250 mg dalam serum
dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali. (Jusuf Misbach,
1999)
Pemeriksaan darah lengkap : Untuk mencari kelainan pada
darah itu sendiri. (Linardi
Widjaja, 1993)
B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d O2 otak menurun
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient
3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot.
4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d factor risiko : lembap
5. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular,
kerusakan sentral bicara
6. Defisit perawatn diri : mandi b.d kelemahan motorik
C. INTERVENSI
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Perfusi jaringan Tujuan (NOC) : Intervensi (NIC)
cerebral tidak efektif Gangguan perfusi jaringan 1. Pantau TTV tiap jam dan 1. Peningkatan tekanan darah
b.d O2 otak menurun dapat tercapai secara optimal catat hasilnya sistemik yang diikuti dengan
penurunan tekanan
Kriteria hasil : darah diastolik merupakan
Mampu mempertahankan tanda peningkatan TIK. Napas
tingkat kesadaran tidak teratur menunjukkan
Fungsi sensori dan motorik adanya peningkatan TIK
membaik 2. Kaji respon motorik 2. Mampu mengetahui tingkat
terhadap perintah respon motorik pasien
sederhana 3. Mencegah/menurunkan
3. Pantau status neurologis atelektasis
secara teratur 4. Menurunkan statis vena
4. Dorong latihan kaki aktif/ 5. Menurunkan resiko terjadinya
pasif komplikasi
5. Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi
2 Ketidakseimbangan Tujuan (NOC) : Intevensi (NIC) :
nutrisi: kurang dari 1. Status gizi 1. Pengelolaan gangguan
kebutuhan tubuh b.d 2. Asupan makanan makanan
ketidakmampuan 3. Cairan dan zat gizi 2. Pengelulaan nutrisi
untuk mengabsorpsi Kritria evaluasi: 3. Bantuan menaikkan BB
nutrien 1. Menjelaskan komponen Aktivitas keperawatan :
kedekatan diet 1. Tentukan motivasi klien 1. Motivasi klien mempengaruhi
2. Nilai laboratorium untuk mengubah kebiasaan dalam perubahan nutrisi
(mis,trnsferin,albumin,dan makan
eletrolit) 2. Ketahui makanan kesukaan 2. Makanan kesukaan klien untuk
3. Melaporkan keadekuatan klien mempermudah pemberian
tingkat giji 3. Rujuk kedokter untuk nutrisi
4. Nilai laboratorium menentukan penyebab
(mis:trasferin,albomen dan perubahan nutrisi 3. Merujuk kedokter untuk
eletrolit mengetahui perubahan klien
5. Toleransi terhadap gizi serta untuk proses penyembuhan
yang dianjurkan. 4. Membantu makan untuk
4. Bantu makan sesuai mengetahui perubahan nutrisi
dengan kebutuhan klien serta untuk pengkajian
5. Menciptakan lingkungan untuk
5. Ciptakan lingkungan yang kenyamanan istirahat klien serta
menyenangkan untuk utk ketenangan dalam
makan ruangan/kamar.