Anda di halaman 1dari 20

PRA RANCANGAN PABRIK ETHYLENE DARI BAHAN BAKU

BIOETHANOL DENGAN TEKNOLOGI HUMMINGBIRD


KAPASITAS 100.000 TON/TAHUN

Disusun oleh:
BAGJA MALIK SYAKUR (3335150035)
LUTHFI NUR FAJRINA (3335150014)

JURUSAN TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON - BANTEN
2019
BAB I

STRATEGI PERANCANGAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik


Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sedang berkembang.
Salah satu sektor yang sedang dikembangkan adalah sektor industri, terlihat dari
banyaknya pabrik-pabrik seperti pabrik kimia. Perkembangan industri kimia di
Indonesia pun semakin meningkat, sehingga menyebabkan meningkat pula
kebutuhan bahan baku maupun bahan penunjang produksi tersebut.
Etilen adalah bahan penting untuk industri petrokimia, yang terutama berasal
dari perengkahan uap minyak mumi atau bahan baku gas alam. Karena biaya
produksi yang tinggi dan konsumsi energi yang tinggi, cara dehidrasi katalitik
etanol menjadi etilena diterapkan secara komersial hanya di beberapa negara,
seperti Brasil dan India. Saat ini, dengan kekurangan sumber daya alam dan energi,
dan juga dengan melambungnya harga minyak mentah, dehidrasi katalitik etanol
terutama bioetanol menjadi etilen telah menjadi rute yang semakin kompetitif dan
menjanjikan, dan karenanya telah menarik banyak perhatian. (Chen, 2007)
Etilen saat ini merupakan jadi yang paling banyak dikonsumsi produk
setengah di dunia. Pada tahun 2009 diperkirakan bahwa permintaan dunia untuk
etilena adalah lebih dari 140 juta ton per tahun, dengan perkiraan pertambahan
tahunan sebesar 3,5%. Salah satu kegunaan paling penting dari etilen adalah
produksi polivinil klorida (PVC). PVC saat ini melayani lebih dari 70% pasar
konstruksi. Ini termasuk plastik, pipa dan perlengkapan yang mendominasi, janda,
papan, decking dan pagar. Selain itu, PVC melayani 60% pasar kawat dan kabel
plastik dan 25% pasar pelapis. Etilen pertama kali diperoleh dari etanol pada abad
ke-18, ketika etanol dilewatkan melalui katalis yang dipanaskan. Industri plastik
memunculkan beberapa unit dehidrasi etanol yang beroperasi dari tahun 1930-an
hingga 1960-an. Munculnya cracking naptha (liquefied petroleum gas) menjadikan
unit dehidrasi ini mati. Retak naptha melibatkan umpan cair hidrokarbon jenuh
yang diencerkan dengan uap dan dipanaskan hingga suhu ekstrem tanpa adanya
oksigen. Fungsionalitas proses ini membalikkan tren industri, mengubah etilen
menjadi bahan baku untuk etanol, sebagai lawan dari turunannya. Namun, dengan
meningkatnya permintaan global untuk hidrokarbon dan peraturan semakin ketat
lingkungan yang, proses untuk produksi etilena ini terbukti menjadi sangat mahal.
Oleh karena itu, proses pembuatan etilen yang lebih murah sangat dicari dalam
perekonomian saat ini, dan metode produksi asli dehidrasi etanol sedang
dipertimbangkan kembali (Cameron. dkk, 2012).
Untuk membuat dehidrasi etanol lebih ramah industri, banyak peneliti telah
menyelidiki katalis yang berbeda untuk meningkatkan hasil etilena dan
menurunkan suhu reaksi. Katalis yang diteliti dimulai dengan alumina dan logam
transisi oksida, tetapi sekarang telah diperluas untuk memasukkan banyak versi
modifikasi dari katalis lama, silicoaluminophosphate (SAPO), katalis zeolit
HZSM-5 dan katalis heteropolyacid. Sementara katalis saat ini telah mencapai
hasil yang jauh lebih baik daripada yang asli dalam hal suhu hasil dan reaksi,
sebagian besar masih belum siap untuk komersialisasi Pabrik etanol hingga etilena
Braskem (Brasil) mulai beroperasi pada 2010 dan saat ini merupakan satu-satunya
pabrik sejenis pada skala komersial. Meskipun dianggap sebagai skala komersial,
ia menghasilkan 200.000 ton etilen per tahun, yang artinya jika dibandingkan
dengan jutaan ton kapasitas etilen yang dimiliki oleh pabrik-pabrik pemecah steam
steam. Untuk membuat pabrik etilen hijau lebih kompetitif, kemajuan lebih lanjut
harus dilakukan dari langkah pertama Braskem menuju produksi etilena yang
ramah lingkungan. (Denise. dkk, 2013)

1.2 Penentuan Kapasitas Pabrik


Pabrik etilen dari bioetanol menggunakan teknologi hummingbird ini akan
dibangun dengan kapasitas 100.000 ton/tahun. Penentuan kapasitas produksi
pabrik yang akan dibangun pada tahun 2024 ini ditinjau dari beberapa
pertimbangan, yaitu:
1. Analisa pasar
2. Kapasitas minimum pabrik sejenis
3. Ketersediaan bahan baku
1.2.1 Analisa Pasar
Analisa pasar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa minat
pasar terhadap suatu produk. Analisa pasar dapat dihitung dengan
menggunakan data impor, ekspor, produksi dan konsumsi.
• Impor
Data tentang kebutuhan impor etilen di Indonesia didapatkan dari Badan
Pusat Statistik (BPS) dapat dilihat dari Tabel 1.
Tabel 1. Data Kebutuhan Impor Etilen Tahun 2013-2018
Tahun Jumlah Impor (Ton)
2013 628.278,4
2014 636.892,1
2015 705.633,4
2016 645.345,5
2017 620.711,7
2018 633.449,5
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari data diatas dibuat grafik dengan sumbu x sebagai tahun dan sumbu
y sebagai jumlah impor. Grafik dapat dilihat pada Gambar 1.
710000
700000
690000
680000 y = -2370,67366x + 5423144,519

670000
660000
650000
640000
630000
620000
610000
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 1. Grafik Data Impor Tahun 2013-2018


Proyeksi data impor Etilen pada saat pembangunan pabrik tahun 2024
dapat ditentukan dengan menggunakan metode regresi linear dan didapatkan
persamaan y = -2370,67366x + 5423144,519. Dengan persamaan tersebut
didapat proyeksi data impor etilen pada tahun 2024 sebesar 624.901 ton/tahun.
• Produksi
Berdasarkan Annual Report Chandra Asri Petrochemical tahun 2017,
satu-satunya pabrik yang memproduksi etilen di Indonesia yaitu PT. Chandra
Asri Petrochemical. Maka dapat disimpulkan bahwa produksi etilen di
Indonesia mengikuti kapasitas produksi etilen di PT. Chandra Asri
Petrochemical. Perusahaan tersebut memproduksi sebanyak 860.000
ton/tahun. Oleh karena itu dapat diperkirakan bahwa pada tahun 2024,
produksi etilen di Indonesia yaitu sebanyak 860.000 ton/tahun.
• Ekspor
Data statistik ekspor etilen di Indonesia didapatkan dari Badan Pusat
Statistik (BPS) dapat dilihat dari Tabel 3.
Tabel 3. Data Ekspor Etilen di Indonesia Tahun 2013-2018
Tahun Jumlah Impor (Ton)
2013 11.680,114
2014 700,48
2015 19.109,638
2016 114.404,278
2017 120.077,035
2018 121.427,691
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari data diatas dibuat grafik dengan sumbu x sebagai tahun dan sumbu
y sebagai jumlah ekspor. Grafik dapat dilihat pada Gambar 1.2
160000

140000

120000

100000

80000

60000

40000 y = 28633,20543x - 57645659

20000

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
-20000

Gambar 2. Grafik Data Impor Tahun 2013-2018


Proyeksi data impor etilen pada saat pembangunan pabrik tahun 2024 dapat
ditentukan dengan menggunakan metode regresi linear dan didapatkan
persamaan y = 28633,20543x - 57645659. Dengan persamaan tersebut didapat
proyeksi data ekspor etilen pada tahun 2024 sebesar 307.948 ton/tahun.
• Konsumsi
Etilen dapat digunakan sebagai monomer dari polietilen. Polietilen yang
merupakan bahan dasar dari pembuatan plastik terbagi menjadi dua macam
yaitu Linier Low Density Polyethylene (LLDPE) dan High Density
Polyethylene (HDPE). Selain digunakan sebagai monomer dari polietilen,
etilen juga digunakan sebagai bahan baku utama dari etilen oksida. Indonesia
memiliki pabrik yang menghasilkan etilen oksida yakni PT. Polychem
Indonesia. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi etilen oksida sebanyak
240.000 ton/tahun. Konversi etilen untuk menjadi etilen oksida yaitu sebesar
15%. Untuk menghasilkan kapasitas tersebut, dibutuhkan etilen sebanyak
1.600.000 ton.
100%
Etilen yang dibutuhkan = 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 x Etilen Oksida yang dihasilkan
100%
Etilen yang dibutuhkan = x 216.000 ton
15%

Etilen yang dibutuhkan = 1.600.000 ton


Berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan jumlah konsumsi etilen di
Indonesia dengan menghitung jumlah konsumsi etilen untuk produksi LLDPE,
HDPE dan etilen oksida. Data konsumsi etilen di Indonesia disajikan dalam
Tabel 4.
Tabel 4. Data Konsumsi Etilen di Indonesia Setiap Tahun
Kapasitas Etilen yang digunakan (ton)
PT. Chandra PT. Lotte PT.
Jenis Total (ton)
Asri Chemical Polychem
Petrochemical Titan Indonesia
LLDPE 200.000 200.000 400.000
HDPE 136.000 250.000 386.000
Etilen 1.600.000 1.600.000
Oksida
Total (ton) 2.386.000
Sumber: Annual Report CAP 2017
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsumsi etilen di
Indonesia yaitu sebanyak 2.386.000 ton/tahun.
Menurut data proyeksi impor, ekspor, konsumsi dan produksi pada tahun
2024 diatas, maka peluang pasar untuk etilen dapat ditentukan kapasitas
perancangan pabrik sebagai berikut:
Peluang pasar = Demand – Supply
Peluang pasar = (Konsumsi + Ekspor) – (Produksi + Impor)
Peluang pasar = (2.386.000 + 307.948) – (860.000 + 624.901)
Peluang pasar = 1.209.047 ton/tahun

1.2.2 Kapasitas Minimum Produk Sejenis


Berdasarkan Annual Report Chandra Asri Petrochemical tahun 2017, satu-
satunya pabrik yang memproduksi etilen di Indonesia yaitu PT. Chandra Asri
Petrochemical. Perusahaan tersebut memproduksi etilen dengan kapasitas
860.000 ton/tahun. Akan tetapi, kapasitas tersebut belum dapat memenuhi
kebutuhan etilen dalam negeri sehingga Indonesia masih mengimpor dari
negara lain.

1.2.3 Ketersediaan Bahan Baku


Ketersediaan bahan baku untuk produksi etilen merupakan salah satu faktor
yang sangat penting terkait pendirian pabrik ini. Bahan baku yang di gunakan
dalam merancang pabrik etilen adalah etanol yang di dapatkan dari PT. Enero
berada di mojokerto dengan kapasitas 23.670 ton/tahun, PT. Indo Acidatama
yang berada di surakarta dengan kapasitas 39.450 ton/tahun dan PT. Molindo
Raya Industrial dengan kapasitas 63.120 ton/tahun dengan lokasi pabrik di
malang, jawa timur. Adanya banyak pabrik yang memproduksi etanol dengan
kapasitas yang cukup banyak ini menunjukkan bahwa ketersediaan bahan baku
cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan pembuatan etilen bahkan untuk
beberapa tahun kedepan tanpa impor dari negara lain.
Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas dimana analisa pasar pada tahun
2024 sebesar 1.209.047 ton/tahun dengan kapasitas produksi etilen yang ada di
Indonesia 860.000 ton/tahun maka kapasitas pabrik etilen yang akan didirikan
diambil 8% dari analisa pasar yaitu sebesar 100.000 ton/tahun.

1.3 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk


1.3.1 Spesifikasi Bahan Baku
Bahan baku pembuatan etilen (C2H4) adalah etanol, selain bahan baku
tersebut digunakan juga katalis zeolit untuk mempercepat laju reaksi. Adapun
spesifikasi bahan baku pembuatan etilen adalah sebagai berikut:
a. Etanol
Sifat Fisika
Rumus kimia : C2H5OH
Fasa : cair
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rapat massa : 789 kg/m3
Titik didih (760 mmHg) : 78,73oC
Titik leleh : -114,1oC
Temperatur kritis : 243,1oC
Tekanan kritis : 63,1 atm
Larut dalam : Air dan pelarut organik lainnya meliputi
asam asetat, aseton, benzena, karbon
tetraklorida, kloroform, dietil eter, Etilen
glikol, gliserol, nitrometana, piridina dan
toluena.
(Perry, 1999)

Sifat Kimia
1. Merupakan pelarut yang baik untuk senyawa organik.
2. Mudah menguap dan mudah terbakar
3. Bila direaksikan dengan asam halida akan membentuk alkyl halida
dan air.
CH3CH2OH + HC=CH CH3CH2OCH=CH2
4. Bila direaksikan dengan asam karboksilat akan membentuk ester dan
air.
CH3CH2OH + CH3COOH CH3COOCH2CH3 + H2O
5. Dehidrogenasi etanol menghasilkan asetaldehid
6. Mudah terbakar diudara sehingga menghasilkan lidah api (flame)
yang berwarna biru muda dan transparan, dan membentuk H2O dan
CO2.

b. Zeolit
Sifat fisika
Fasa : padat
Porositas : 0,31
Rapat massa : 1,1 g/cc
Volume berpori : 0,28 – 3 cc/gr
Surface area : 1-20 m2/gr
Jari-jari makropori : 30-100 nm
Jari-jari mikropori : 0,5 nm

Sifat Fisika
1. Hidrasi derajat tinggi
2. Ringan
3. Penukar ion yang tinggi
4. Ukuran saluran yang uniform
5. Menghantar listrik
6. Mengadsorbsi uap dan gas
7. Mempunyai sifat katalitik
(Sutarti, 1994)

1.3.2 Spesifikasi Produk


Produk yang dihasilkan dari proses ini adalah etilen dan air. Adapun sifat
fisik dan sifat kimia produknya adalah sebagai berikut:
a. Etilen
Sifat Fisika
Rumus kimia : C2H4
Fasa : cair (-104oC, 1 atm)
Berat molekul : 28,054 g/mol
Rapat massa : 1,18 kg/m3
Titik didih (760 mmHg) : -103,7oC
Titik leleh : -169,2oC
Temperatur kritis : 9,914oC
Tekanan kritis : 49,7 atm
(Yaws, 1999)
Sifat Kimia
1. Polimerisasi
Etilen dapat dipolimerisasikan dengan cara memutuskan ikatan
rangkapnya dan bergabung dengan molekul etilen yang membentuk
molekul yang lebih besar pada tekanan dan suhu tertentu.
N (CH2=CH2) → (-CH2-CH2-)n

2. Oksidasi
Etilen dapat dioksidasi sehingga akan menghasilkan senyawa-
senyawa etilen oksida, etilen dioksida dan etilen glikol.
CH2=CH2 + ½ O2 → C2H4O
Etilen juga dapat dioksidasi oleh asam asetat dan oksigen
menghasilkan vinil asetat dengan katalis palasium, alumina-silika
pada temperatur 175-200oC dan tekanan 0,4-1 Mpa.
CH2=CH2 + CH3COOH + ½ O2 → H2C=CHOCOCH3 + H2O
3. Alkilasi
Etilen dapat dialkilasi dengan katalis tertentu, misalnya
alkilasifiedelcraft, mereaksikan etilen dengan benzena untuk
menghasilkan produk etil benzene dengan katalis AlCl3 pada suhu
300oC.
CH2=CH2 + C6H6 → C6H5C2H5
4. Klorinasi
Etilen dapat diklorinasi oleh klorin menjadi dikloro etan dan dengan
klorinasi lanjutan akan terbentuk trikloroetan.
CH2=CH2 + Cl2 → ClCH2CH2Cl
ClCH2CH2Cl → CH2ClCHCl2 + HCl
5. Oligomerisasi
Etilen dapat dioligomerisasi, misalnya menjadi Linear Alfa Olefini
(LAO), C10-C14 dengan rantai dan alifatik alkohol. Reaksi
dijalankan pada suhu 80-120oC dengan tekanan 20 Mpa.
Al(C2H5)3 + nC2H4 → AlR1R2R3
b. Air
Sifat Fisika
Rumus kimia : H2 O
Fasa : cair
Berat molekul : 18,01 g/mol
Rapat massa : 1000 kg/m3
Titik didih (760 mmHg) : 100oC
Titik leleh : 0oC
Temperatur kritis : 400,98oC
Tekanan kritis : 217,66 atm
(Perry, 1999)

Sifat Kimia
1. Dengan CO (karbon monoksida) bereaksi membentuk asam formiat
CO + H2O → HCOOH
2. Dengan metil format membentuk asam formiat dan methanol
HCOOCH3 + H2O → HCOOH + CH3OH

1.4 Pemilihan Lokasi Pabrik


Tata letak peralatan dan lokasi dalam suatu rancangan pabrik merupakan syarat
penting untuk memperkirakan biaya secara sebelum mendirikan pabrik yang
meliputi desain sarana perpipaan, fasilitas pembangunan jenis dan jumlah peralatan
serta kelistrikan. Dalam menentukan lokasi dari suatu pabrik, perlu diperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi, adalah:
a. Faktor Primer
Faktor primer secara langsung mempengaruhi tujuan dalam usaha
pembuatan pabrik. Tujuan utamanya meliputi produksi dan distribusi
produk. Adapun faktor primer tersebut yaitu:
1. Persediaan Bahan Baku
Idealnya sumber bahan baku tersedia dekat dengan lokasi pabrik,
hal ini lebih menjamin penyediaan bahan baku dan kontinuitasnya.
Setidaknya dapat mengurangi keterlambatan penyediaan bahan baku.
Serta penempatan lokasi pabrik yang dekat dengan sumber bahan baku
juga dapat menurunkan biaya transportasi dan penyimpanan. Dalam hal
ini, bahan baku utama (bioetanol) diperoleh dari PT. Energi Agro
Nusantara, Mojokerto, Jawa Timur yang berkapasitas produksi sekitar
10.600 ton/tahun. Dan juga bisa di datangkan dari PT. Molindo Raya
Industrial di Kab. Malang dengan kapasitas produksi sekitar 29.000
ton/tahun.
2. Pemasaran
Pemasaran produk dari suatu industri ditunjukan pada penggunaan
dari produk tersebut. Hal ini didasarkan pada kebutuhan manusia
terhadap kapasitas produksi dan impornya. Faktor yang perlu
diperhatikan adalah letak wilayah pabrik yang membutuhkan etilen dan
jumlah kebutuhannya. Daerah Mojokerto, Jawa Timur merupakan
daerah yang strategis untuk pendirian suatu pabrik karena terdapat 11
kawasan industri dan developer tertarik untuk mengembangkan
kawasan industri karena pertumbuhan ekonomi yang baik di provinsi
ini, lalu dekat dengan Surabaya sebagai salah satu pusat perdagangan
Indonesia.
3. Fasilitas Transportasi
Faktor transportasi perlu diperhatikan dalam merencanakan lokasi
pendirian pabrik yaitu transportasi bahan baku dan transportasi
produk. Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan untuk
proses penyediaan bahan baku dan pemasaran produk. Dengan adanya
fasilitas jalan raya, rel kereta api, dan pelabuhan laut yang memadai,
serta letaknya yang berada ditengah provinsi Jawa Timur dan dapat
mengakses ke tiap daerah, maka pemilihan lokasi di Mojokerto, Jawa
Timur sangat tepat.
4. Utilitas
Utilitas suatu pabrik juga merupakan faktor penting dalam pemilihan
lokasi suatu pabrik. Perlu diperhatikan sarana-sarana pendukung seperti
tersedianya air, listrik, dan sarana lainnya sehingga proses produksi
dapat berjalan dengan baik. Sebagai suatu kawasan industri
yang telah direncanakan dengan baik dan tempat industri berskala
besar (PT. Ajinomoto Indonesia, PT. Yakult Indonesia dan PT.
Unicharm Indonesia), telah mempunyai sarana-sarana pendukung yang
memadai telah terdapat di kawasan industri Ngoro, Kab. Mojokerto.
5. Tenaga Kerja
Tersedianya tenaga kerja yang terampil mutlak diperlukan untuk
menjalankan mesin-mesin produksi, dan tenaga kerja dapat direkrut
dari daerah Mojokerto, Surabaya, dan sekitarnya.

b. Faktor Sekunder
1. Tanah dan Gudang
Harga tanah dan pembangunan gedung yang relative murah
merupakan daya tarik tersendiri tetapi perlu dikaitkan dengan rencana
jangka panjang untuk masa yang akan datang.
2. Kemungkinan Perluasan Pabrik
Kemungkinan perluasan pabrik dapat dilakukan disekitar lokasi
pabrik, karena arealnya yang masih kosong dan tidak
mengganggu pemukiman yang ada disekitar lokasi pabrik.
3. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas yang akan disediakan seperti rumah sakit, bengkel, tempat
ibadah, pendidikan, taman dan lain-lain. Rumah sakit diperlukan untuk
laboratorium pengujian bahan-bahan kimia yang berbahaya di pabrik.
4. Fasilitas Finansial
Suatu pabrik dibantu oleh fasilitas finansial seperti pasar modal,
koperasi, simpan pinjam serta lembaga keuangan lainnya. Fasilitas
tersebut akan lebih membantu atau memberikan kemungkinan bagi
suksesnya industri dalam usaha pengembangan.
5. Iklim di daerah lokasi
Suatu pabrik ditinjau dari segi teknik ada kalanya membutuhkan
kondisi operasi tertentu, misalnya kelembaban udara, suhu sekitar
pabrik, panas matahari dan variasi iklim yang berkaitan dengan
kegiatan proses, penyimpanan bahan baku dan produk.
6. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam hal ini, pendirian pabrik juga perlu memperhatikan beberapa
faktor kepentingan yang terkait di dalamnya, kebijaksanaan
pengembangan industri, dan hubungannya dengan pemerataan
kesempatan kerja, kesejahteraan, dan hasil-hasil pembangunan.
Disamping itu, pabrik yang didirikan juga harus berwawasan
lingkungan, artinya keberadaan pabrik tersebut tidak boleh
mengganggu atau merusak lingkungan sekitarnya.
7. Kemasyarakatan
Dengan masyarakat yang akomodatif terhadap perkembangan
industri dan tersedianya fasilitas umum untuk hidup bermasyarakat,
maka lokasi di Mojokerto dirasa tepat.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, dipilih untuk lokasi
perencanaan pembangunan pabrik Etilen ini bertempat di daerah Mojokerto,
Propinsi Jawa Timur sebagai lokasi pendirian pabrik Etilen. Faktor-faktor
pendukungnya antara lain:
- Bahan baku utama yaitu bioetanol mudah didapat dari PT. Energi Agro
Nusantara, Mojokerto, Jawa Timur.
- Tidak terlalu jauh dengan pelabuhan Tanjung Perak dan bisa ditempuh
dengan jalan tol.
- Tenaga kerja dapat diperoleh dari daerah sekitarnya, baik tenaga kasar
maupun ahli.
- Masih banyak lahan kosong yang bisa didirikan pabrik.
1.5 Pemilihan Proses
Proses pembuatan etilen ada beberapa macam proses yang biasa digunakan
maka dari itu diperlukan untuk menentukan proses yang dinilai paling efisien
dengan beberapa parameter diantaranya yakni dilihat dari profit dan kemudahan
dalam menjalankan prosesnya. Berikut merupakan beberapa proses untuk
pembuatan etilen, antara lain:
1. Proses Dehidrasi Etanol
Produk dari dehidrasi etanol adalah etilen sebagai produk utama dan eter
sebagai hasil reaksi lebih lanjut. Reaksinya sebagai berikut:

C2H5OH C2H4 + H2O


Etanol etena air
Reaksi terjadi dengan bantuan katalisator alumina aktif dan asam fosfat.
Reaksi ini berlangsung dalam fasa gas-gas dan secara endotermis sehingga
reaktor yang digunakan adalah fixed bed multitube. Pembentukan eter terjadi
pada suhu 230oC sedangkan pada suhu 300-400oC dan tekanan 1,4 atm
diperoleh etilen dengan kandungan eter minimum. Hasil etilen dapat mencapai
94 – 99 % dari nilai teoritis tergantung pada proses yang dipakai. Pemurnian
yang lebih lanjut dipakai untuk memisahkan asetaldehid, asam, hidrokarbon
lain, CO2 dan air. (Kniel, 1980). Berikut blok diagram proses dehidrasi etanol:

Gambar 3. Blok Diagram Proses Dehidrasi Etanol


Analisa Gross Profit Margin:
C2H5OH C2H4 + H2O
Etanol etena air
Tabel 5. Harga Tiap Komponen Utama Proses Dehidrasi Etanol
Komponen Harga (US $/kg) BM (kg/kmol) Harga (US $/kmol)
Etanol 1,8 46 82,8
Etena 5,5 28 154
Sumber: www.alibaba.com
Tabel 6. Analisa Produksi Konsumsi Proses Dehidrasi Etanol
Reaksi Etanol Etena
Σ -1 1

GPM = (Harga Jual Produk) – (Harga Beli Bahan Baku)


GPM = (Etena terbentuk x harga jual etena) – (Etanol terbentuk x harga beli
etanol)
GPM = (1 x US $154) – (1 x US $82,8)
GPM = US $71,2

2. Proses Perengkahan dengan Panas (Thermal Cracking)


Reaksi perengkahan merupakan reaksi pemecahan rantai karbon pada suhu
yang cukup tinggi. Reaksi dilakukan dalam reaktor alir pipa multitube atau
langsung di dalam suatu furnace. Reaksi perengkahan terjadi pada suhu di atas
637oC tanpa katalis dan tekanan atmosferis. Setelah keluar dari reaktor, produk
didinginkan secara mendadak dan kemudian dimurnikan untuk mendapatkan
produk dengan kemurnian yang diinginkan, biasanya 80-85%. Pada proses ini
pengaturan kondisi operasi, terutama pemberian panas, sangat diperhatikan
dimaksudkan agar pembentukan prodik yang diinginkan dapat maksimal. Suhu
produk keluar sekitar 1800oF (850oC) didinginkan mendadak pada alat penukar
panas hingga suhu di bawah suhu 640oC. Untuk pemurnian produk dilakukan
pada suhu rendah. (Rase, HF, 1977). Adapun reaksi perengkahan etana secara
sederhana adalah sebagai berikut:
4C2H6 2CH4 + C2H4 + C4H10 + H2
Etana Metana etena butana hidrogen
Analisa Gross Profit Margin:
4C2H6 2CH4 + C2H4 + C4H10 + H2
Etana Metana etena butana hidrogen
Tabel 7. Harga Tiap Komponen Utama Proses Perengkahan dengan Panas
Komponen Harga (US $/kg) BM (kg/kmol) Harga (US $/kmol)
Etana 5 30 150
Metana 7 16 112
Etena 5,5 28 154
Butana 4 58 232
Sumber: www.alibaba.com
Tabel 8. Analisa Produksi Konsumsi Proses Dehidrasi Etanol
Reaksi Etana Metana Etena Butana
Σ -4 2 1 1

GPM = (Harga Jual Produk) – (Harga Beli Bahan Baku)


GPM = [(Metana terbentuk x harga jual metana) + (Etena terbentuk x
harga jual etena) + (Butana terbentuk x harga jual butana)] –
[(Etanol terbentuk x harga beli etanol)]
GPM = [(2 x US $112) + (1 x US $154) + (1 x US $232)] – [(4 x US $150)]
GPM = US $10

3. Proses Pirolisis Hidrokarbon


Proses Pirolisis Hidrokarbon dapat menghasilkan etilen dalam skala
besar, teknik ini adalah teknik yang paling banyak dipakai dalam pembuatan
etilen. Pada umumnya digunakan nafta sebagai bahan bakunya. Nafta dapat
bervariasi dalam komposisi tergantung pada sumber dan kondisi kilang.
Salah satu komponen utama dari nafta adalah heksana. Persamaan reaksi
dalam pirolisis hidrokarbon:
C6H14 3C2H4 + H2
Heksana Etena Hidrogen
Pada proses Pirolisis hidrokarbon bahan baku hidrokarbon bersama -
sama dengan steam dimasukkan kedalam reaktor pirolisis (furnace). Reaksi
yang terjadi di dalam furnace bersifat endotermis dan non isotermal. Proses
belangsung secara kontinyu dengan suhu 650-950˚C, tekanan 3,5 atm dan
dengan perbandingan steam 0,3 - 0,7 dari bahan baku. Gas hasil reaksi
didinginkan secara cepat dengan Querching Tower guna menghindari
terjadinya proses polimerisasi. Selanjutnya dilakukan pemurnian untuk
mernisahakan komponen komponen hidrokarbon yang terbentuk dari reaksi
dengan menggunakan kolom fraksinasi (Mackenzie, et al., 1983).
Analisa Gross Profit Margin:
C6H14 3C2H4 + H2
Heksana Etena Hidrogen
Tabel 9. Harga Tiap Komponen Utama Proses Pirolisis Hidrokarbon
Komponen Harga (US $/kg) BM (kg/kmol) Harga (US $/kmol)
Heksana 5 86 430
Etena 5,5 28 154
Sumber: www.alibaba.com
Tabel 10. Analisa Produksi Konsumsi Proses Dehidrasi Etanol
Reaksi Hekasana Etena
Σ -1 3

GPM = (Harga Jual Produk) – (Harga Beli Bahan Baku)


GPM = (Etena terbentuk x harga jual etena) – (Heksana terbentuk x harga
beli heksana)
GPM = (3 x US $154) – (1 x US $430)
GPM = US $32
Tabel 11. Kesimpulan Penjelasan masing-masing Proses
Proses Proses Proses Proses Pirolisis
Dehidrasi Perengkahan Hidrokarbon
Etanol dengan Panas
(Thermal
Parameter Cracking)
Bahan Baku Etanol Etana Nafta
Kondisi operasi Menggunakan Tidak Tidak
(Tipe reaksi, katalis, 300- menggunakan menggunakan
temperatur, 400oC, 1,4 atm katalis, 800- katalis, 650-
tekanan) 860oC, 1 atm 950oC, 3,5 atm
Konversi 99% 85% 92%
Hasil samping Air Metana, Butana H2
Reaktor Fixed bed RAP multitube RAP
multitube Multitubular
dengan Box-
Type Furnace
GPM US $71,2 US $10 US $32

Dari ketiga proses pembentukan etilen tersebut dipilih proses dehidrasi


etanol menjadi etilen, proses tersebut dipilih dengan pertimbangan:
a. Bahan baku etanol yang di produksi di dalam negeri sehingga tidak
membutuhkan impor bahan baku, sedangkan ke dua proses yang lain
menggunakan bahan baku yang tidak terbarukan dan nafta dapat di
alokasikan lebih sebagai sumber energi.
b. Proses berlangsung pada tekanan 1,4 atm sehingga cukup aman.
c. Suhu operasi yang tidak terlalu tinggi sebesar300- 400˚C.
d. Proses dehidrasi etanol memilik konversi mencapai 99%.
e. Reaktor yang digunakan fixed bed.
f. Analisa gross profit margin menghasilkan keuntungan yang lebih
besar menggunakan proses dehidrasi etanol dibandingkan proses lainnya.

Anda mungkin juga menyukai