Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit. Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit (Hoffbran, 2013). Anemia megaloblastik merupakan kelompok penyakit yang dicirikan dengan adanya morfologi sel darah merah yang berbeda pada sumsum tulang. Penyebabnya biasanya kekurangan vitamin B12 ataupun folat. Asam folat adalah salah satu vitamin, termasuk dalam kelompok vitamin B, merupakansalah satu unsur penting dalam sintesis DNA. Unsur ini diperlukan sebagai koenzim dalam sintesis pirimidin. Anemia megaloblastik merupakan manifestasi paling khas untuk defisiensiasam folat, walaupun ternyata defisiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan- kelainanyang berat mengenai jaringan non hemopoetik. Defisiensi asam folat juga mengakibatkan peningkatan homosistenin plasma (hiperhomosisteinemia) yang dianggapsebagai salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular berupa aterosklerosis. Mengingatbesarnya risiko akibat defisiensi folat, FDA (Food and Drug Administration) menganjurkan fortifikasi folat pada makanan yang banyak dikonsumsi sehari-hari olehmasyarakat seperti susu, dengan upaya menurunkan angka prevalensi defisiensi folat (Westen, 2013). Banyak faktor yang dapat membuat tubuh kekurangan folat untuk produksi sel darah merah, salah satunya adalah faktor diet. Konsumsi alkohol yang berkepanjangan dapat membuat kadar folat dalah tubuh berkurang, sehingga terjadi anemia megaloblastik. Konsumsi alkohol menyebabkan penurunan absorbsi asam folat di jejenum serta penurunan uptake asam folat di hepar. Konsumsi alkohol juga menyebabkan peningkatan kehilangan folat melalui urin (Eichner, 2013).