Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa


eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit. Tetapi yang paling
lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit (Hoffbran, 2013).
Anemia megaloblastik merupakan kelompok penyakit yang dicirikan dengan
adanya morfologi sel darah merah yang berbeda pada sumsum tulang. Penyebabnya
biasanya kekurangan vitamin B12 ataupun folat. Asam folat adalah salah satu
vitamin, termasuk dalam kelompok vitamin B, merupakansalah satu unsur penting
dalam sintesis DNA. Unsur ini diperlukan sebagai koenzim dalam sintesis pirimidin.
Anemia megaloblastik merupakan manifestasi paling khas untuk defisiensiasam
folat, walaupun ternyata defisiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan-
kelainanyang berat mengenai jaringan non hemopoetik. Defisiensi asam folat juga
mengakibatkan peningkatan homosistenin plasma (hiperhomosisteinemia) yang
dianggapsebagai salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular berupa
aterosklerosis. Mengingatbesarnya risiko akibat defisiensi folat, FDA (Food and
Drug Administration) menganjurkan fortifikasi folat pada makanan yang banyak
dikonsumsi sehari-hari olehmasyarakat seperti susu, dengan upaya menurunkan
angka prevalensi defisiensi folat (Westen, 2013).
Banyak faktor yang dapat membuat tubuh kekurangan folat untuk produksi
sel darah merah, salah satunya adalah faktor diet. Konsumsi alkohol yang
berkepanjangan dapat membuat kadar folat dalah tubuh berkurang, sehingga terjadi
anemia megaloblastik. Konsumsi alkohol menyebabkan penurunan absorbsi asam
folat di jejenum serta penurunan uptake asam folat di hepar. Konsumsi alkohol juga
menyebabkan peningkatan kehilangan folat melalui urin (Eichner, 2013).

Anda mungkin juga menyukai