PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
1. Sebagai bacaan bagi mahasiswi agar dapat menambah pengetahuan mengenai kehamilan
ektopik.
2. Untuk melengkapi tugas perkuliahan mahasiswi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat
yang semestinya”.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan
benar akan membahayakan bagi sipenderita (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
juga dipakai,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam
uterus tetapi tidak pada tempat yang normal. (Sarwono prawirohardjo,ilmu kandungan,2005)
Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik
terganggu.
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi dan tumbuh
di luar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah di
buahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan
ektopik berada di saluran telur (tuba fallopi).
2.2 Insiden
Kejadian hamil ektopik tidak dapat disamakan karena sangat tergantung pada perilaku
dan budaya masyarakat. Pada masyarakat yang mempunyai kecenderungan untuk melakukan
hubungan seksual bebas,dapat diasumsikan kejadian hamil ektopik akan makin meningkat.
Kejadian infeksi hubungan seksual sangat berperan untuk terjadinya hamil ektopik ,khususnya
infeksi Clhamydia trachomatis,infeksi ini akan merusak endometrium dan sel siliaris sehingga
mengganggu transportasi spermatozoa,ovum,dan hasil konsepsi.
Beberapa penulis mengemukakan kejadian hamil ektopik:
a) Jone Derek Llewellyn (1:80-150 kehamilan)
b) SK Resevear (2% dari kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 24-34
tahun)
c) Manuaba (1:97 kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 26-35 tahun)
2.3 Etiologi
Kehamilan ektopik terganggu terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari
indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan
sebagai penyebabnya adalah:
a. Infeksi saluran telur (salpingitis),seperti bakteri khusus dapat menimbulkan gangguan
pada tuba fallopi adalah Chlamydia trachomatis pada motilitas saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan infeksi pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada
endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat.
h. Operasi pada tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit
i. Abortus buatan.
j. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai
gangguan fungsi silia endosalping.
k. Tumor yang mengubah bentuk tuba dan menekan dinding tuba
l. Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan
ektopik)
m. Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorrhea, klamidia dan
PID (pelvic inflamamtory disease)
2.4 Klasifikasi
a. Kehamilan Servikal
Kehamilan servikal jarang terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lender servik.
Dengan tumbuhnya telur,servik menggembung. Pada implantasi di serviks, dapat terjadi
perdarahan tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya abortus spontan sangat besar.
Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan / ruptur yang terjadi sangat berat,
sehingga sering diperlukan tindakan histerektomi total.
b. Kehamilan Ovarial
Jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan rupture pada hamil muda. Untuk
mendiagnosa kehamilan ovarial harus dipenuhi kriteria dari spiegelberg.
Kehamilan ovarial ditegakkan atas dasar kriteria Spiegelberg :
1. tuba pada sisi kehamilan harus normal
2. kantung janin harus terletak dalam ovarium
3. kantung janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii proprium
4. jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin
Pada kenyataannya kriteria ini sulit dipenuhi, karena umumnya telah terjadi
kerusakan jaringan ovarium, pertumbuhan trofoblas yang luas, dan perdarahan
menyebabkan topografi kabur, sehingga pengenalan implantasi permukaan ovum sukar
ditentukan secara pasti.
c. Kehamilan Tuba
Kejadian kehamilan tuba ialah 1 di antara 150 persalinan (Amerika). Kejadian
dipengaruhi oleh factor social : mungkin karena pada golongan pendapatan rendah lebih
sering terdapat gonorrhoe karena kemungkinan berobat kurang. Ovum yang dibuahi dapat
berkembang disetiap bagian oviduktus yang menyebabkan kehamilan tuba di
ampula,ismus,atau interstisium. Ampula adalah tempat tersering kehamilan
tuba,sedangkan kehamilan interstisium terhitung hanya sekitar 3% dari seluruh gestasi
tuba.
Menurut tempatnya nidasi dapat terjadi:
Kehamilan ampula (dalam ampula tuba)
Kehamilan isthmik (dalam isthmus tuba)
Kehamilan interstisil (dalam pars interstitialis tubae)
Kehamilan infundibulum tuba
Kehamilan abdomoinal primer atau sekunder
d. Kehamilan Interstisial
Implantasi telur terjadi dalam pars interstisialis tuba. Karena lapisan myometrium
disini lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke-3 atau ke-4.
Kalau terjadi ruptur maka perdarahan hebat karena tempat ini banyak pembuluh
darahnya sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kematian.
2.6 Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam
tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal
(fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak
begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba dan faktor utama yang menyebabkan rupture ialah penembusan
villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum. Rupture dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan
terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian.
4. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil kosepsi tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada
umur kehamilan antara 6-10 minggu.
5. Hasil kosepsi mati dan diresorbsi pada implantasi secara kolumner,ovum yang dibuahi
cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total.dalam
keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa
hari.
6. Factor lain, seperti Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri
atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalan telur yang dibuahi ke uterus
pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi premature.
2.7 Diagnosa
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut) biasanya tidak
sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa waktu atau
terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian bawah dan penesmus. Dapat terjadi
perdarahan pervaginam.
Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan
ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam rongga perut. Pada pemeriksaan
ginekologik ditemukan servik yang nyeri bila digerakkan dan kavum douglas yang menonjol
dan nyeri raba.
Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis apitik
atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan muda tidak
jelas,demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat.
Hal ini dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung
lambat. Dalam keadaan demikian,alat bantu diagnostik amat diperlukan untuk memastikan
diagnosis.
Kehamilan ektopik lanjut biasa saja terjadi dimana janin dapat tumbuh terus karena
mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke
jaringan sekitarnya,misalnya ligamentum latum,uterus,dasar panggul,usus,dan sebagainya.
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara
lain dengan inspeksi, palpasi.
a) Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda,adanya perdarahan
per vaginam, Gangguan kehamilan sedikit saja sudah dapat menimbulkan perdarahan
yang berasal dari uterus. Perdarahan dapat berlangsung kontinyu dan biasanya berwarna
hitam. Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya
tidak ditemukan, tetapi bila dukungan endokrin dari endometrium sudah tidak memadai
lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut biasanya sedikit-
sedikit, berwarna coklat gelap dan dapat terputus-putus atau terus menerus. Meskipun
perdarahan vaginal yang masif lebih menunjukkan kemungkinan abortus inkompletus
intrauteri daripada kehamilan ektopik, tetapi perdarahan semacam ini bisa terjadi pada
kehamilan tuba. Ada nyeri perut kanan / kiri bawah, Pada kehamilan ektopik yang
terganggu rasa nyeri perut bawah bertambah sering dan keras. Rasa nyeri mungkin
unilateral atau bilateral pada abdomen bagian bawah atau pada seluruh abdomen, atau
malahan di abdomen bagian atas. Dengan adanya hemiperitoneum , rasa nyeri akibat
iritasi diafragma bisa dialami pasien. Diperkirakan bahwa serangan nyeri hebat pada
ruptura kehamilan ektopik, ini disebabkan oleh darah yang mengalir ke kavum peritonei.
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.
b) Pemeriksaan umum : keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk. Penderita
tampak kesakitan dan pucat: Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya
sedikit mengembung dan nyeri tekan pemeriksaan fisis
c) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
d) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan
nyeri lepas dinding abdomen.
e) Pemeriksaan ginekologis : perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan.
Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebabkan rasa
nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba
tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan,seviks teraba lunak, nyeri
tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
f) Diagnosis pasti kehamilan ektopik terganggu hanya bisa ditegakkan dengan laparotomi
g) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan
jumlah sel darah merah dapat meningkat. Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu
terutama ada tanda perdarahan dalam rongga perut,bahwa kadar Hb pada pasien
semakin menurun karena perdarahan yang terus menerus terjadi didalam rongga
perut.
Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis
kehamilan ektopik terganggu.
Pemeriksaan ultra sonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik terganggu.
Diagnosis pastinya ialah apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang
didalam nya tampak denyut jantung janin. Dan dapat dinilai kavum uteri,kosong
atau berisi. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri,adanya kantung
kehamilan di luar kavum uteri,adanya massa komplek di rongga panggul.
Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik
terganggu. Pada pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata sendiri perubahan-
perubahan pada tuba dan darah yang terkumpul dalam rongga perut terutama pada
kehamilan ektopik yang sudah terjadi rupture pada tuba.
2.8 Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang
menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam
rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang
harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan
pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus
menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik terganggu dapat pula dengan transfusi, infus,
oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-
sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat
dan harus dirawat inap di rumah sakit.
a) Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif
laparatomi.
b) Persiapan cito laparatomi:
Injeksi Cefotaxim 1g IV
Pasang DC
Pada pasien ini dilakukan infus serta transfusi sampai dengan Hb ≥ 8 g/dl,
e) Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat pengisap dan
wadah penampung yang steril
f) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam kantung
darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas
cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat
10ml untuk setiap 90ml darah.
g) Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada bagian
tabung tetesan.
h) Tindakan dapat berupa :
o Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung
hasil konsepsi tetapi pada kehamilan ektopik terganggu jika sudah terjadi ruptur
maka tuba harus diangkat.
o Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut
merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada
satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko
tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi
(hasil ektopik ulangan).
i) Mengingat kehamilan ektopik terganggu berkaitan dengan gangguan fungsi
transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di
beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
j) Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
Ketoprofen 100 mg supositoria.
Tramadol 200 mg IV.
Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
k) Konseling pasca tindakan
lanjutan fungsi reproduksi.
Resiko hamil ektopik ulangan.
Kontrasepsi yang sesuai.
Asuhan mandiri selama dirumah.
Jadwal kunjungan ulang
l) Criteria khusus yang diobati dengan cara ini adalah :
Kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah
Diameter kantong gestasi ≤ 4cm
Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml
Tanda vital baik dan stabil
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid
Gejala dan tanda kehamilan muda
Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam
Terdapat aminorex
Ada nyeri mendadak disertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan/kiri bawah
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara :hyperpigmentasi, hipervaskularisasi,
simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e. Ekstremitas : dingin
Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek TFU lebih kecil dari pada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa
b. Genetalia : nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol
Auskultasi
a. Abdomen : bising usus (+), DJJ (+)
Perkusi
a. Ekstremitas : reflek patella +/+
3. Pemeriksaan fisik umum
Pasien tampak anemis
Didapatkan Rahim yang juga membesar, adanya tumor didaerah
adneksa
Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar
Daerah ujung (ekstremitas) dingin
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegangbagian bawah,
nyeri tekan, dan nyeri lepas dinding abdomen
Pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
Pemeriksaan abdomen : perut kembung, terdapat cairan bebas darah,
nyeri saat perabaan
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan
seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter
dapat melakukan :
1) Laboratorium
Hematocrit : tergantung pada populasi dan derajat
abdominal yang terjadi
Sel darah putih : sangat bervariasi dan tak jarang terlihat
adanya leukositosis. Leukosite 15.00/mm3 laju endap darah
meningkat
Tes kehamilan : pada kehamilan ektopik hampir 100%
menunjukan pemeriksaan β-hCG positif.npada kehamilan
intrauterine, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali
lipat setiap dua hari 2/3 kasus kehamilan ektopik
menunjukan adanya peningkatan titer serial hCG yang
abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukan adanya peningkatan
titer hCG yang normal. Kadar hormone yang rendah
menunjukan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik.
2) Pemeriksaan penunjang khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat
Pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari Rahim seorang wanita.
Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik dirahim, saluran tuba, indung telur, maupun
ditempat lain.
Hasil USG pada kehamilan ektopik :
Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
Adanya kantung kehamilan diluar kavum uteri
Adanya massa komplek dirongga panggul
Laparoskopi : peranan untuk menegakan diagnose
kehamilan ektopik sudah diganti oleh USG
Laparotomi : harus dilakukan pada kehamilan ektopik
terganggu denggan gangguan hemostasis (tindakan
diagnosis dan definitive)
Kuldosintesis : memasukan jarum kedalam cavum
douglasntransvaginal untuk menentukan ada atau tidak
adanya darah dalam cavum douclas. Tindakan ini tak perlu
dikerjakan bila diagnoasa adanaya perdarahan abdominal
sudah dapat ditegakan dengan cara pemeriksaan lain.
Diagnosi pasti hanya ditegakan dengan laparatomi
B. Diagnose keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih
banyak pada uterus
2. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi
implantasi , perdarahan
3. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan
intraperitonial
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh akibat
banyaknya darah yang keluar saat perdarahan
5. Berduka berhubungan dengan kematian janin
6. Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan
7. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman
atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Perubahan Setelah diberikan - Awasi tanda vital, kaji - Memberikan
perfusi asuhan pengisisn kapiler, warna kulit informasi tentang
jaringan keperawatan atau membran mukosa dan derajat/keadekuatan
berhubungan selama…..x jam dasar kuku perfusi jaringan dan
dengan diharapkan pasien membantu
perdarahan dapat menunjukan menentukan
yang lebih perfusi jaringan kebutuhan intervensi
banyak pada yang adekuat
uterus KH: - Kaji respon verbal melambat, - Dapat
- Kulit hangat dan mudah terangsang, agitasi, mengindikasikan
kering gangguan memori, bingung gangguan fungsi
- Ada nadi perifer / serebral karena
kuat hipoksia atau
- Tanda vital dalam defisiensi vitamin B12
batas normal
- Pasien sadar/ - Catan keluhan rasa dingin. - Fase konstriksi (organ
berorientasi Pertahankan suhu lingkungan vital) menurunkan
- Keseimbangan dan tubuh hangat sesuai sirkulasi perifer.
pemasukan/ indikasi Kenyamanan pasien
pengeluaran atau kebutuhan rasa
- Tak ada edema hangat harus seimbang
dengan kebutuhan
untuk menghindari
panas berlebihan
pencetus fasodilatasi
(penurunan perfusi
organ)
- Meningkatkan jumlah
Kolaborasi : sel pembawa oksigen ;
- Berikan SDM yang memperbaiki
lengkap/packed, produk darah defisiensi untuk
sesuai indikasi. Awasi ketat menurunkan risiko
untuk komplikasi tranfusi perdarahan.
- Berikan oksigen tambahan - Memaksimalkan
sesuai indikasi transfer oksigen ke
jaringan.
2 Defisit Setelah diberikan- Awasi tekanan darah dan - Perubahan dapat
volume cairan askep selama …x frekuensi jantung menunjukkan efek
yang jam diharapkan hipovolemik
berhubungan pasien (perdarahan/dehidrasi)
dengan menunjukkan
rupture pada volume cairan yang- Evaluasi turgor kulit, - Indicator langsung
lokasi adekuat dengan pengisian kapiler dan kondisi status cairan/hidrasi
implantasi criteria hasil : umum membran mukosa
sebagai efek - Tanda vital stabil
dari tindakan - Nadi teraba - Catat respon fisiologis - Simtomatologi dapat
pembedahan - Haluaran urine, individual pasien terhadap berguna dalam
berat jenis dan pH perdarahan misalnya : mengukur berat/
dalam batas normal perubahan mental, kelemahan, lamanya episode
gelisa, ansietas, pucat, perdarahan.
berkeringat, tacipnea, Memburuknya gejala
peningkatan suhu. dapat menujukkan
berlanjutnya
perdarahan atau tidak
adekuatnya
penggantian cairan.
Kolaborasi : - Mempertahankan
- Berikan cairan Iv sesuai keseimbangan
indikasi cairan/elektrolit pada
tak adanya pemasukan
melalui oral;
menurunkan risiko
komplikasi ginjal.
Kolaborasi : - Meningkatkan
- Berikan narkotik atau sedative kenyamanan,
berikut obat-obat praoperatif menurunkan risiko
bila prosedur pembedahan komplikasi
diindikasikan pembedahan.
- Siapkan untuk prosedur bedah - Tindakan terhadap
bila terdapat indikasi penyimpangan dasar
akan menghilangkan
nyeri
- Dapat mengurangi
- Berikan informasi akurat dan
konsisten mengenai ansietas dan
prognosis.hindari argumentasi
ketidakmampuan
mengenai persepsi pasien
terhadap situasi tersebut pasien untuk membuat
keputusan/pilhan
berdasarkan realita
- Memberikan
- Diskusikan kemungkinan
komplikasi jangka pendek pada informasi tentang
ibu/janin dari keadaan
kemungkinan
perdarahan
komplikasi dan
meningkatkan harapan
realitas dan kerjasama
dengan aturan
tindakan.
- Tinjau ulang komplikasi - Ibu dengan
jangka panjang terhadap situasi
kehamilan ektopik
yang memerlukan evaluasi dan
tindakan tambahan dapat memahami
kesulitan
mempertahankan
setelah pengankatan
tuba atau ovarium
yang sakit.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan Bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang hendak dicapai.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang
gawat keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamalan ektopik terganggu.
B. SARAN
a. Mahasiswi diharapkan untuk mengetahui bagaimana kehamilan ektopik.
b. Mahasiswi diharapkan untuk bisa mengatasi permasalahan pada
kehamilan ektopik.
c. Jika menemukan kasus kehamilan ektopik sebaiknya dilakukan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo B.2007. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo.