Anda di halaman 1dari 59

Asuhan Keperawatan

Gawat Darurat

Kelompok 1
Nama-nama kelompok

Riska K assa Mega Tamunu


Sapta Padati Yulinda worung
16011104020 16011104017
16011104033 16011104032

Faris Wenas Yolanda Maweikere Rivaldo Muyu Sutriani tumewu


16011104058 16011104042 16011104044 16011104052
Definisi
Racun adalah zat yang
ketika ditelan, terhisap
diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan didalam
tubuh dalam jumlah relaktif
kecil menyebabkan cedera
tubuh dengan adanya reaksi
kimia
(Smeltzer suzana dalam nurarif kusuma, 2015).

Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk


merusak sel dan sebagian fungsi tubuh secara tidak normal
(Arisman, 2009).
Definisi Definisi
 Racun adalah zat bahan yang bila
masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), suntikan dan
absorpsi melalui kulit atau digunakan
terhadap organisme hidup dengan
dosis relative kecil akan merusak
kehidupan atau mengganggu
dengan serius fungsi satu atau lebih
organ tubuh atau jaringan

(Mc Graw Hill Nursing Dictionary)


 Keracuanan adalah penyakit yang tiba
– tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan /
minuman yang terkontaminasi.
( Brunner & Suddarth, 2015).

Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam


tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran
pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan gejala klinis.
KERACUNAN MAKANAN (Noncorosive agent)

 Keracunan makanan adalah suatu


penyakit yang terjadi setelah
menyantap makanan yang
mengandung racun, berasal dari
bahan beracun yang terbentuk
akibat pembusukan makanan dan
bakteri
(Arisman, 2009
 Junaidi (2011) menyatakan
Makanan adalah kebutuhan pokok keadaan darurat yang diakibatkan
yang harus dipenuhi oleh manusia. masuknya suatu zat atau makanan
Makanan tidak hanya dituntut cukup ke dalam tubuh melalui mulut yang
dari segi zat gizi dan memenuhi mengakibatkan bahaya bagi
kebutuhan manusia, tetapi juga harus tubuh disebut sebagai keracunan
aman ketika dikonsumsi makanan.

(Handayani & Werdiningsih, 2010).


KERACUNAN MAKANAN (Noncorosive
agent)
Perez dan Luke’s (2014)
menyatakan keracunan makanan
adalah keracunan yang terjadi
akibat menelan makanan atau air
yang mengandung bakteri,
parasit, virus, jamur atau yang
telah terkontaminasi racun.

Keracunan makanan, yaitu keracunan


yang disebabkan oleh perubahan kimia
(fermentasi) dan pembusukkan karena
kerja bakteri (daging busuk) pada bahan
makanan, misalnya ubi ketela (singkong)
yang mengandung asam sianida (HCn),
jengkol, dan racun pada udang maupun
kepiting.
Penyebab keracunan makanan adalah
kuman Clostridium botulinum yang hidup
dengan kedap udara (anaerobik), yaitu
di tempat-tempat yang tidak ada
udaranya
(Junaidi, 2011)
Keracunan makanan dapat disebabkan
oleh pencemaran bahan-bahan kimia
beracun, kontaminasi zat-zat kimia,
mikroba, bakteri, virus dan jamur yang
masuk kedalam tubuh manusia
(Suarjana, 2013).
Keracunan makanan dapat terjadi karena :
 Makanan tersebut memang mengandung zat-
zat kimia yang berbahaya (singkong, jamur
dsb.)
 Timbul zat beracun dalam makanan tersebut
karena proses pengolahan dan penyimpanan
 Makanan tercemar oleh zat beracun baik
disengaja ( pengawet,zat warna,penyedap )
ataupun tidak disengaja (salmonella,
staphylococcus dsb.)
 Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan
gejala pada sistem saraf dan saluran cerna. Tanda
gejala yang biasa terjadi pada sitem saraf adalah
adanya rasa lemah, kesemutan (parastesi), dan
kelumpuhan (paralisis) otot pernapasan
(Arisman, 2009).
 Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang
biasa terjadi pada saluran cerna adalah sakit perut,
mual, muntah, bahkan dapat menyebabkan diare.
Arisman (2009) menyatakan faktor pendukung perkembangbiakan bakteri dalam
makanan adalah

TEMPERATUR

WAKTU

OKSIGEN

KONDISI MAKANAN & MINUMAN


Keracunan butolinum

 Clostridium botolinum adalah kuman yang


hidup secara anaerobik, yaitu di tempat-
tempat yang tidak ada udaranya
 Gejala keracunan botolinum muncul secara
mendadak, 18-36 jam sesudah memakan
makanan yang tercemar. Gejala itu berupa
lemah badan yang kemudian disusul dengan
penglihatan yang kabur dan ganda.
 Pencegahan: sebelum dihidangkan,
makanan kaleng dibuka dan kemudian
direbus bersama kalengnya di dalam air
sampai mendidih.
Keracunan Jamur Keracunan Jengkol

 Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit  Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi
sampai 2 jam sesudah makan jamur yang timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang
beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa dimakan, cara penghidangan dan makanan
sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, penyerta lainnya.
berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.  Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang
disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu
 Tindakan pertolongan: apabila tidak ada kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang
muntah-muntah, penderita dirangsang agar berwarna putih nampak keluar bersama air
muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan kencing, kadang-kadang disertai darah.
larutan encer kalium permanganat (1 gram
 Tindakan pertolongan: pada keracunan yang
dalam 2 liter air), atau dengan putih telur ringan, penderita diberi minum air soda
campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang
dan kirim penderita ke rumah sakit. rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi
sakitnya.Pada keracunan yang lebih berat,
penderita harus dirawat di rumah sakit.
Keracunan Ikan Laut

 Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang


yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala
keracunan berbagai binatang laut tersebut
muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.
 Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di
sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas.
 Tindakan pertolongan: usahakan agar
dimuntahkan kembali makanan yang sudah
tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula
pembilasan lambung dan pernafasan buatan.
Keracunan Singkong

Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic


unamarine (mengandung HCN ).
Gejala klinis :
 Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan
kematian dengan cepat
 Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak
 Pernafasan cepat dengan bau khas ( bitter almond )
 Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis
 Mulut berbusa bercampur darah
 Warna kulit merah bata ( pada orang kulit putih ) dan sianosis
Keracunan alcohol
Keracunan alkohol terjadi bila seseorang menghabiskan sejumlah besar minuman
keras dalam jangka waktu singkat

Pada otak, alkohol Ada 3 golongan minuman Tanda dan gejala


mempengaruhi kinerja beralkohol, yaitu : keracunan alkohol :
reseptor neurotransmitter
sehingga mengakibatkan:  Golongan A : kadar  Pusing, Seperti Mau
etanol 1 – 5 % , Pingsan
 Peningkatan produksi misalnya bir dan lain –
norepinephrine dan lain.  Muntah-Muntah
dopamine  Serangan Jantung
 Golongan B : kadar
 Penurunan transmisi etanol 5 – 20 %,  Nafas Yang Lambat Atau
acetylcholine misalnya berbagai jenis Tidak Seperti Biasa
minuman anggur
 Peningkatan transmissi  Kulit Tubuh Membiru
gaba  Golongan C : kadar
etanol 20 – 45%,  Hipotermia
 Peningkatan produksi misalnya whiskey,
beta-endorphin di  Tidak Sadarkan Diri
vodka, TKW, manson, (Sudah Parah)
hypothalamus House dan lain lain.
Keracunan alcohol
Keracunan alkohol terjadi bila seseorang menghabiskan sejumlah besar
minuman keras dalam jangka waktu singkat

 Komplikasi
Alkohol dapat mengiritasi perut dan menyebabkan muntah. Alkohol juga
dapat mengganggu refleks muntah. Selain itu ada resiko secara tidak
sengaja menghirup muntahan ke paru-paru, hal ini akan menyebabkan
gangguan pernafasan yang fatal. Muntahan yang banyak juga berakibat
pada dehidrasi. Selain itu juga menyebabkan henti fungsi jantung yang
menuju pada kematian.
KERACUNAN KOROSIF
Keracunan korosif, yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat
korosif yang meliputi produk alkalin (Lye, pembersih kering,
pembersih toilet, deterjen non pospat, pembersih oven, tablet
klinitest, dan baterai yang digunakan untuk jam, kalkulator, dan
kamera) dan produk asam (pembersih toilet, pembersih kolam
renang, pembersih logam, penghilang karat, dan asam baterai)
(Brunner & Suddarth, 2001).
Keracunan korosif antara lain :
Keracunan Alkali

 Bahan-bahan yang termasuk alkali : Bahaya alkali terhadap kesehatan


Cairan pembersih saluran, bubuk/cairan
pembersih mobil, deterjen, ammonia,  Inhalasi : iritasi saluran nafas , nyeri
button batteries. kepala , odema dan kerusakan
paru.
 jika terjadi kontak dengan senyawa
alkali dengan jaringan akan  Kontak kulit : iritasi dan radang kulit
menyebabkan jaringan menjadi lunak,  Kontak melalui mata : iritasi mata ,
nekrotik, dan akan terjadi penetrasi kebutaan
yang dalam.
 Tertelan : nyeri menelan ,
 Akibat stimulasi yang intensif dari hipersalivasi, muntah, hematomesis
senyawa alkali menyebabkan hilangnya melana, nyeri dada, sesak, demam.
refleks tonus vaskuler dan hambatan
kerja jantung.
Keracunan Asam Klorida Keracunan Asam Oksalat
Bahan-bahan yang termasuk asam klorida Bahan yang termasuk asam oksalat :
Pemutih, pembersih, logam, pembersih
 Campuran pembersih keramik. karet.
Bahaya asam oksalat terhadap kesehatan
Bahaya bagi kesehatan :
 Inhalasi: iritasi saluran nafas , nyeri dada ,  Inhalasi : luka bakar, muntah, sukar
odema paru. bernafas, sakit kepala,dan kerusakan
ginjal
 Kulit : iritasi dan radang kulit
 Kulit : luka bakar sianosis
 Mata : iritasi mata dan kebutuhan
 Mata : luka bakar
 Tertelan : rasa terbakar , mual dan muntah
 Tertelan : luka bakar, mual, diare, nyeri
perut, mabuk dan kerusakan ginjal.
Keracunan minyak tanah

Bahaya minyak tanah bagi kesehatan :


 Minyak tanah merupakan senyawa
organic golongan hidrokarbon.  Inhalasi : Iritasi, mual, muntah,
Nama lain dari minyak tanah : mabuk, bendungan dan kerusakan
kerosene, paraffin bakar, atau paru, sakit kepala dan sensasi
minyak lampu. Minyak tanah kegelian.
diabsorpsi secara lambat melalui
lambung, usus dan paru-paru.  Kontak melalui kulit : Iritasi kulit,
melepuh, mual, nyeri kepala,
mabuk, kejang.
 Kontak melalui mata : Iritasi mata
 Tertelan : mual, muntah, aritmia
jantung, mabuk, sianosis,
bendungan dan kerusakan paru.
Keracunan Bensin

 Bensin merupakan senyawa


organic golongan hidrokarbon
berbau khas dan mudah terbakar.
Aspirasi bensin dalam beberapa Ml
dapat menyebabkan pneumonia.
Penelanan 10 -20 ml bensin dapat Efek potensial bensin terhadap
menyebabkan keracunan yang kesehatan :
serius.  Inhalasi : iritasi , telinga berdenging ,
mual ,muntah , dada perih sukar
bernafas, nyeri
 Kontak melalui kulit : iritasi kuli ,
melepuh
 Kontak melaui mata : iritasi mata ,
perih
 Tertelan : mual , muntah , diare ,
dada perih , sukar bernafas , denyut
jantung tidak normal ,sakit kepala ,
rasa ngantuk
Keracunan sianida
 Sianida merupakan bahan yang
amat beracun dan bereaksi
sangat cepat dan menyebabkan
kematian dalam beberapa menit.
Sianida berasal dari fungsida Gambar Klinis Keracunan Sianida :
untuk pembasmian serangga dan  Nyeri kepala
tikus , hasil pembakaran sampah
plastic , penyepuhan logam dll.  Mual
 Dispnoe
 Bingung
 Kejang
 Koma
 Sinkop
Manifestasi Klinis Keracunan akut
 Tanda dan gejala timbul dalam waktu
30-60 menit dan mencapai maksimum
dalam 2-8 jam. Berikut adalah kategori
Tanda dan gejala yang mungkin keracunan :
timbul akibat reaksi keracunan  Keracunan ringan : anoreksia, sakit
adalah gangguan penglihatan, kepala, pusing lemah, ansietas, tremor
gangguan pernafasan, dan hiper lidah dan kelopak mata, miosis,
penglihatan kabur.
aktif gastrointestinal.
 Keracunan sedang : Nausia, salivasi,
Untuk jenis keracunan akut dan lakrimasi, kram perut, muntah-muntah,
kronis memiliki tanda dan keringatan, nadi lambat dan fasikulasi
otot.
gejala yang berbeda-beda,
 Keracunan berat : Diare, pin point, pupil
seperti yang dijelaskan tidak bereaksi, sukar bernafas, edema
dibawah ini : paru, sianosis, control spirgter hilang,
kejang-kejang, koma, dan blok jantung.
Manifestasi Klinis
 Penghambatan kolinesterase akan
menetap selama 2-6 minggu
(organofosfat).
 Kematian biasanya terjadi karena
kegagalan pernafasan, dan pada
penelitian menunjukan bahwa segala
Keracunan kronis keracunan mempunyai korelasi dengan
perubahan dalam aktivitas enzim
kholinesterase yang terdapat pada pons
dan medulla (
Bajgor dalam Rohim, 2001).
 Kegagalan pernafasan dapat pula
terjadi karena adanya kelemahan otot
pernafasan, spasme bronchus dan
edema pulmonum.
Patofisiologi

Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor bahan kimia
,mikroba, makanan, toksin, dll. Penyebab tersebut mempengaruhi vaskuler sistemik
sehingga terjadi penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan
sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya
cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi
maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin.
Patofisiologi

Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin
juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh
darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak
Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan
kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu
tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem
saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat
syok,asidemia,dan hipoksia .
(Brunner and Suddarth, 2010).
Patofisiologi

Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat (


inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE
bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE
yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE
lebih banyak terjadi, Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat
tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulkan stimulasi kemudian
depresi SSP ).
Komplikasi Pemeriksaan penunjang

 Kejang 1) Elektrokardiografi

 Koma 2) Radiologi
3) Analisa Gas Darah, elektrolit dan pemeriksaan
 Henti jantung
laboratorium lain
 Henti napas (Apneu)
4) tes fungsi ginjal
 Syok 5) Skrin toksikologi
Penatalaksanaan

Penanganan pertama pada keracunan makanan dan korosif


 Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan memberi korban minum air
putih atau susu sesegera mungkin.
 Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban untuk muntah.
 Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke bawah dengan kepala
menunduk lebih rendah dari badannya agar tidak tersedak.
 Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
 Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut korban bila ia dalam
keadaan pingsan. Jangan berusaha memuntahkannya jika tidak tahu racun yang di telan.
 Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan seperti anti karat, cairan
pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah, tiner, serta pembersih toilet.
Penatalaksanaan

Penangana rumah sakit


 Tindakan emergency
 Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
 Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak adekuat
 Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi jaringan.
 Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 %. 15- 20
tts/menit,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan
saluran nafas, Jika perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut
kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.Pernafasan buatan hanya
dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
Penatalaksanaan
Eliminasi
 Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
 Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau
pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan
dalam 4 jam setelah keracunan.
 Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
 Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi
kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung
sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk
mencegah aspirasi pnemonia.

Antidotum (penawar racun)


Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir pada tempat
penumpukan.
Discharge Planning Keracunan

Tata cara mencegah atau menghentikan penyerapan


racun :
1. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)

 Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air,


susu, telor mentah atau norit)
 Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum
4 jam) dengan cara:
Dimuntahkan: Bilas lambung:

 Bisa dilakukan dengan cara mekanik  Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih
(menekan reflek muntah di rendah.
tenggorokan), atau pemberian air garam
 Pasang NGT dan bilas dengan : air,
atau sirup ipekak.
larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %,
 Kontraindikasi: atau asam asetat 5 %.
Cara ini tidak boleh dilakukan pada  Pembilasan sampai 20 X, rata-rata
keracunan zat korosif (asam/basa kuat, volume 250 cc.
minyak tanah, bensin), kesadaran menurun
 Kontraindikasi : keracunan zat korosif &
dan penderita kejang.
kejang.
 Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar,
klisma (air sabun atau gliserin).
Discharge Planning Keracunan

Racun melalui kulit atau Racun melalui inhalasi


mata

 Pakaian yang terkena racun  Pindahkan penderita ke tempat


dilepas aman dengan udara yang segar.
 Cuci / bilas bagian yang terkena  Pernafasan buatan penting untuk
dengan air dan sabun atau zat mengeluarkan udara beracun
penetralisir (asam cuka / bicnat yang terhisap, jangan
encer). menggunakan metode mouth to
mouth.
 Hati-hati: penolong jangan
sampai terkontaminasi.
Discharge Planning Keracunan
Mengeluarkan racun
Racun melaui suntikan
yang telah terserap

 Pasang torniquet proximal tempat Dilakukan dengan cara:


suntikan, jaga agar denyut arteri
 Diuretic: lasix, mannitol
bagian distal masih teraba dan
lepas tiap 15 menit selama 1  Dialisa
menit
 Transfusi exchange
 Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4
mg subkutan/im.
 Beri kompres dingin di tempat
suntikan
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian Primer
Resusitasi (ABCD)

A (Airway)
 Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi hipersaliva. Periksa kelancaran
jalan nafas, gangguan jalan nafas sering terjadi, karena klien sering
mengalami depresi pernapasan. Usaha untuk kelancaran jalan nafas dapat
dilakukan dengan head tilt, chin lift, jaw trust,nasopharyngeal airway,
pemasangan guedal.
 Cegah aspirasi isi lambung dengan posisi kepala pasien diturunkan,
menggunakan jalan napas orofaring dan pengisap. Jika ada gangguan
jalan nafas maka dilakukan penanganan sesuai BHD (Bantuan hidup dasar).
Bebaskan jalan nafas dari sumbatan bahan muntahan, lender, gigi palsu,
pangkal lidah dan lain-lain. Kalau perlu dengan “Oropharingeal airway”,
alat penghisap lender. Posisi kepala ditengadahkan (ekstensi) bila perlu
lakukan pemasangan pipa ETT.
B (Breathing)
 Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat dan dalam.
 Kaji keadekuatan ventilasi dengan observasi usaha ventilasi melalui Analisa
gas darah atau spirometry. Siapkan untuk ventilasi mekanik jika terjadi
depresi pernnapasan. Tekanan ekspirasi positif diberikan pada jalan nafas,
masker kantong dapat membantu menjaga alveoli tetap mengembang.
Berikan oksigen pada klien yang mengalami depresi pernapasan, tidak
sadar dan syock,. Jaga agar pernapasan tetap dapat berlangsung
dengan baik.
C (Circulation)
 Apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka pencernaan akan
mengalami perdarahan dalam terutama lambung.
 Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani kemungkinan syok yang tepat,
dengan memasang IV line, mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio
depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran vena diekstremitas
bawah atau penurunan sirkulasi volume darah, sampai dengan
meningkatnya permeabilitas kapiler. Kaji TTV, kardiovaskuler dengan
mengukur nandi, tekanan darah tekanan vena sentral dan suhu. Stabilkan
fungsi kardiovaskuler dan pantau EKG.
D (disability)
 Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran apabila keracunan
dalam dosis yang banyak.
 Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan
GCS, ukuran dan reaksi pupil serta tanda-tanda vital. Penurunan
kesadaran dapat terjadi pada klien keracunan alcohol dan obat-obatan.
Penurunan kesadaran dapat juga disebabkan karena penurunan
oksigenasi, akibat depresi pernapasan seperti pada klien keracunan
baygon, botulinum.

E (Exposure)
 Nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan, pernafasan cepat, kejang,
hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva.
Pengkajian
Pengkajian sekunder

Data subjektif
 Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di
tenggorokan dan lambung.
 Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun yang
digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain
sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan
kapan terjadinya.
Data objektif
 Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan
saluran pencernaan.
 Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi,
delirium, kejang sampai koma.
 BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
 Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah
besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
 Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.
 Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau
hipokalsemia
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
 Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat membantu diagnosis
keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di bawah 50 %. Kadar meth- Hb darah :
keracunan nitrit. Kadar barbiturat plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan
barbiturate.
 Pemeriksaan toksikologi :
Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et repertum”
Bahan diambil dari :
 Muntahan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100 ml)
 Urine sebanyak 100 ml
 darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.
Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
Dekomentaminasi  Tingkat keracuan berat
Mata  Terganggu rute eliminasi normal (gagal ginjal)
 Irigasi dengan air bersih suam-suam  Menelan zat dengan dodsis letal
kuku / larutan NaCl 0,9 % selama 15-20
 Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang
menit, jika belum yakin bersih cuci koma
kembali
 Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang
terkena larutan dengan air mengalir Tindakan eliminasi :
dingin atau hangat selama 10 menit
 Dieresis paksa: Furosemida 250 mg dalam 100cc D5%
Gastroinstestinal habis dalam 30 menit.
 Segera beri minum air atau susu  Alkalinisasi urine: Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5%
secepat mungkin untuk pengenceran. atau NaCl 2,25%, dengan infuse continue 2-
3cc/kg/jam
 Dewasa maksimal 250cc untuk sekali
minum, anak-anak maksimal 100cc  Hemodialisa : Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas
untuk sesekali minum. Pasang NGT Hemodialisa. Obat-obat yang dapat dieleminasi
setelah pengenceran jika diperlukan. dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat
molekul kurang dari 500 dalton, larut dalam air dan
berikatan lemah dengan protein.
Diagnose Keperawatan

 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersaliva


 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distress pernafasan
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah
 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipoksia
jaringan
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoventilasi,
emboli paru
 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular cerebral
Intervensi keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.


NOC
 Respiratory status: ventilation
 Respiratory status: airway patency
Kriteria Hasil
 Mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada purse lips)
 Menunjukan jalan nafas yang paten
 Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas.
AirwayNIC
suction
• Pastikan kebutuhan
Airway management
oral/tracheal suctioning
• Buka jalan nafas, gunakan Teknik
• Auskultasi suara nafas sebelum
chin lift atau jaw trust bila perlu
dan sesudah suctioning
• Posisikan pasien untuk
• Minta klien nafas sebelum
memaksimalkan ventilasi
suctioning
• Identifikasi pasien perlunya
• Berikan O2 dengan
pemasangan alat jalan nafas
menggunakan nasal untuk
buatan
memfasilitasi suction nasotrakeal
• Keluarkan secret dengan batuk
• Gunakan alat steril
atau suction
• Anjurkan pasien untuk istirahat
• Auskultasi suara nafas, catat
dan napas dalam setelah
adanya suara tambahan
kateter dikeluarkan dari
• Monitor respirasi dan status O2
nasotrakeal
• Monitor status O2 pasien

Nurarif amin huda, kusuma hardi, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & Nanda Nic-
Noc. Mediaction , Jogjakarta.
2. Ketidakefektifan pola nafas
NOC
 Respiratory status: ventilation
 Respiratory status: airway patency
 Vital sign status
Kriteria hasil :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada purse lips)
 Menunjukan jalan nafas yang paten
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan)
Oxygen therapy
• Bersihkan mulut, hidung, dan
Airway management
secret trakea
• Buka jalan nafas, gunakan Teknik
• Pertahankan jalan nafas yang
chin lift atau jaw trust bila perlu
paten
• Posisikan pasien untuk
• Atur peralatan oksigen
memaksimalkan ventilasi
• Monitor aliran oksigen
• Identifikasi pasien perlunya
• Pertahankan posisi pasien
pemasangan alat jalan nafas
• Observasi adanya tanda-tanda
buatan
hipoventilasi
• Keluarkan secret dengan batuk
atau suction
Vital sign monitor
• Auskultasi suara nafas, catat
• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
adanya suara tambahan
• Catat adanya fluktuasi tekanan
• Monitor respirasi dan status O2
darah
• Monitor pola pernapasan
abnormal
3. Kekurangan volume cairan
NOC
 Fluid balance
 Hydration
 Nutritional status : Food and fluid
 Intake
Kriteria Hasil :
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, urine normal, HT normal
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
 Elastisitas turgor kulit baik. Membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
NIC
Hypovolemia management
Fluid management
• Monitor status cairan termasuk
• Pertahankan catatan intake dan
intake dan output cairan
output yang akurat
• Pelihara IV line
• Monitor status hidrasi
• Monitor tingkat Hb dan
(kelembaban membrane
hematocrit
mukosa, nadi adekuat, tekanan
• Monitor tanda vital
darah ortostatik), jika diperlukan
• Monitor respon pasien terhadap
• Monitor vital sign
penambahan cairan
• Monitor masukan
• Monitor BB
makanan/cairan dan hitung
• Pemberian cairan IV monitor
intake kalori harian
adanya tanda dan gejala
• Kolaborasi pemberian cairan IV
kelebihan volume cairan
• Kolaborasi dengan dokter
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
NOC
 Circulation status
 Tissue prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
 Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
 Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
 Tidak ada ortostatik hipertensi
 Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
 Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak
ada gerakan involunter.
 Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orentasi
NIC
Peripheral Sensation management (Manajemen sensasi
perifer)
• Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
• Monitor adanya paretese
• Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
ada isi atau laserasi
• Gunakan sarung tangan untuk proteksi
• Batasi gerakan pada kepala, leher dan puggung
• Kolaborasi pemberian analgetik
• Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
NOC
 Circulations status
 Tissue perfusion : cerebral
Kriteria Hasil
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
 Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
 Tidak ada ortostatik hipertensi
 Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan :
 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
 Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orentasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan benar
 Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada
gerakan involunter
NIC

Peripheral Sensation Management (Manajeman sensasi


perifer)
• Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
• Monitor adanya paretese
• Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
ada isi atau laserasi
• Gunakan sarung tangan untuk proteksi
• Batasi gerakan pada kepala, leher dan puggung
• Kolaborasi pemberian analgetik
6. Nyeri Akut
NOC
 Pain level
 Pain control
 Comfort level
Kriteria Hasil :
 Mampu mengontrol nyeri (tahu peneyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
 Mampu mnegenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
Pain Management
• Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
• Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
• Gunakan Teknik komunikasi terapeutik untuk
mengurangi pengalaman nyeri
• Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
• Kurangi factor presipitasi nyeri
• Ajarkan Teknik non farmakologi
• Berikan analgetik untuk mnegurangi nyeri
• Evaluasi keefektifan control nyeri

Nurarif amin huda, kusuma hardi, 2015. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Mediaction ,
Jogjakarta.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai