Gawat Darurat
Kelompok 1
Nama-nama kelompok
TEMPERATUR
WAKTU
OKSIGEN
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi
sampai 2 jam sesudah makan jamur yang timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang
beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa dimakan, cara penghidangan dan makanan
sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, penyerta lainnya.
berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan. Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang
disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang
muntah-muntah, penderita dirangsang agar berwarna putih nampak keluar bersama air
muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan kencing, kadang-kadang disertai darah.
larutan encer kalium permanganat (1 gram
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang
dalam 2 liter air), atau dengan putih telur ringan, penderita diberi minum air soda
campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang
dan kirim penderita ke rumah sakit. rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi
sakitnya.Pada keracunan yang lebih berat,
penderita harus dirawat di rumah sakit.
Keracunan Ikan Laut
Komplikasi
Alkohol dapat mengiritasi perut dan menyebabkan muntah. Alkohol juga
dapat mengganggu refleks muntah. Selain itu ada resiko secara tidak
sengaja menghirup muntahan ke paru-paru, hal ini akan menyebabkan
gangguan pernafasan yang fatal. Muntahan yang banyak juga berakibat
pada dehidrasi. Selain itu juga menyebabkan henti fungsi jantung yang
menuju pada kematian.
KERACUNAN KOROSIF
Keracunan korosif, yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat
korosif yang meliputi produk alkalin (Lye, pembersih kering,
pembersih toilet, deterjen non pospat, pembersih oven, tablet
klinitest, dan baterai yang digunakan untuk jam, kalkulator, dan
kamera) dan produk asam (pembersih toilet, pembersih kolam
renang, pembersih logam, penghilang karat, dan asam baterai)
(Brunner & Suddarth, 2001).
Keracunan korosif antara lain :
Keracunan Alkali
Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor bahan kimia
,mikroba, makanan, toksin, dll. Penyebab tersebut mempengaruhi vaskuler sistemik
sehingga terjadi penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan
sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya
cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi
maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin.
Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin
juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh
darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak
Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan
kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu
tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem
saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat
syok,asidemia,dan hipoksia .
(Brunner and Suddarth, 2010).
Patofisiologi
Kejang 1) Elektrokardiografi
Koma 2) Radiologi
3) Analisa Gas Darah, elektrolit dan pemeriksaan
Henti jantung
laboratorium lain
Henti napas (Apneu)
4) tes fungsi ginjal
Syok 5) Skrin toksikologi
Penatalaksanaan
Bisa dilakukan dengan cara mekanik Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih
(menekan reflek muntah di rendah.
tenggorokan), atau pemberian air garam
Pasang NGT dan bilas dengan : air,
atau sirup ipekak.
larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %,
Kontraindikasi: atau asam asetat 5 %.
Cara ini tidak boleh dilakukan pada Pembilasan sampai 20 X, rata-rata
keracunan zat korosif (asam/basa kuat, volume 250 cc.
minyak tanah, bensin), kesadaran menurun
Kontraindikasi : keracunan zat korosif &
dan penderita kejang.
kejang.
Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar,
klisma (air sabun atau gliserin).
Discharge Planning Keracunan
A (Airway)
Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi hipersaliva. Periksa kelancaran
jalan nafas, gangguan jalan nafas sering terjadi, karena klien sering
mengalami depresi pernapasan. Usaha untuk kelancaran jalan nafas dapat
dilakukan dengan head tilt, chin lift, jaw trust,nasopharyngeal airway,
pemasangan guedal.
Cegah aspirasi isi lambung dengan posisi kepala pasien diturunkan,
menggunakan jalan napas orofaring dan pengisap. Jika ada gangguan
jalan nafas maka dilakukan penanganan sesuai BHD (Bantuan hidup dasar).
Bebaskan jalan nafas dari sumbatan bahan muntahan, lender, gigi palsu,
pangkal lidah dan lain-lain. Kalau perlu dengan “Oropharingeal airway”,
alat penghisap lender. Posisi kepala ditengadahkan (ekstensi) bila perlu
lakukan pemasangan pipa ETT.
B (Breathing)
Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat dan dalam.
Kaji keadekuatan ventilasi dengan observasi usaha ventilasi melalui Analisa
gas darah atau spirometry. Siapkan untuk ventilasi mekanik jika terjadi
depresi pernnapasan. Tekanan ekspirasi positif diberikan pada jalan nafas,
masker kantong dapat membantu menjaga alveoli tetap mengembang.
Berikan oksigen pada klien yang mengalami depresi pernapasan, tidak
sadar dan syock,. Jaga agar pernapasan tetap dapat berlangsung
dengan baik.
C (Circulation)
Apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka pencernaan akan
mengalami perdarahan dalam terutama lambung.
Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani kemungkinan syok yang tepat,
dengan memasang IV line, mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio
depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran vena diekstremitas
bawah atau penurunan sirkulasi volume darah, sampai dengan
meningkatnya permeabilitas kapiler. Kaji TTV, kardiovaskuler dengan
mengukur nandi, tekanan darah tekanan vena sentral dan suhu. Stabilkan
fungsi kardiovaskuler dan pantau EKG.
D (disability)
Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran apabila keracunan
dalam dosis yang banyak.
Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan
GCS, ukuran dan reaksi pupil serta tanda-tanda vital. Penurunan
kesadaran dapat terjadi pada klien keracunan alcohol dan obat-obatan.
Penurunan kesadaran dapat juga disebabkan karena penurunan
oksigenasi, akibat depresi pernapasan seperti pada klien keracunan
baygon, botulinum.
E (Exposure)
Nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan, pernafasan cepat, kejang,
hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva.
Pengkajian
Pengkajian sekunder
Data subjektif
Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di
tenggorokan dan lambung.
Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun yang
digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain
sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan
kapan terjadinya.
Data objektif
Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan
saluran pencernaan.
Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi,
delirium, kejang sampai koma.
BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah
besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.
Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau
hipokalsemia
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat membantu diagnosis
keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di bawah 50 %. Kadar meth- Hb darah :
keracunan nitrit. Kadar barbiturat plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan
barbiturate.
Pemeriksaan toksikologi :
Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et repertum”
Bahan diambil dari :
Muntahan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100 ml)
Urine sebanyak 100 ml
darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.
Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
Dekomentaminasi Tingkat keracuan berat
Mata Terganggu rute eliminasi normal (gagal ginjal)
Irigasi dengan air bersih suam-suam Menelan zat dengan dodsis letal
kuku / larutan NaCl 0,9 % selama 15-20
Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang
menit, jika belum yakin bersih cuci koma
kembali
Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang
terkena larutan dengan air mengalir Tindakan eliminasi :
dingin atau hangat selama 10 menit
Dieresis paksa: Furosemida 250 mg dalam 100cc D5%
Gastroinstestinal habis dalam 30 menit.
Segera beri minum air atau susu Alkalinisasi urine: Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5%
secepat mungkin untuk pengenceran. atau NaCl 2,25%, dengan infuse continue 2-
3cc/kg/jam
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali
minum, anak-anak maksimal 100cc Hemodialisa : Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas
untuk sesekali minum. Pasang NGT Hemodialisa. Obat-obat yang dapat dieleminasi
setelah pengenceran jika diperlukan. dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat
molekul kurang dari 500 dalton, larut dalam air dan
berikatan lemah dengan protein.
Diagnose Keperawatan
Nurarif amin huda, kusuma hardi, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & Nanda Nic-
Noc. Mediaction , Jogjakarta.
2. Ketidakefektifan pola nafas
NOC
Respiratory status: ventilation
Respiratory status: airway patency
Vital sign status
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada purse lips)
Menunjukan jalan nafas yang paten
Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan)
Oxygen therapy
• Bersihkan mulut, hidung, dan
Airway management
secret trakea
• Buka jalan nafas, gunakan Teknik
• Pertahankan jalan nafas yang
chin lift atau jaw trust bila perlu
paten
• Posisikan pasien untuk
• Atur peralatan oksigen
memaksimalkan ventilasi
• Monitor aliran oksigen
• Identifikasi pasien perlunya
• Pertahankan posisi pasien
pemasangan alat jalan nafas
• Observasi adanya tanda-tanda
buatan
hipoventilasi
• Keluarkan secret dengan batuk
atau suction
Vital sign monitor
• Auskultasi suara nafas, catat
• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
adanya suara tambahan
• Catat adanya fluktuasi tekanan
• Monitor respirasi dan status O2
darah
• Monitor pola pernapasan
abnormal
3. Kekurangan volume cairan
NOC
Fluid balance
Hydration
Nutritional status : Food and fluid
Intake
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, urine normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Elastisitas turgor kulit baik. Membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
NIC
Hypovolemia management
Fluid management
• Monitor status cairan termasuk
• Pertahankan catatan intake dan
intake dan output cairan
output yang akurat
• Pelihara IV line
• Monitor status hidrasi
• Monitor tingkat Hb dan
(kelembaban membrane
hematocrit
mukosa, nadi adekuat, tekanan
• Monitor tanda vital
darah ortostatik), jika diperlukan
• Monitor respon pasien terhadap
• Monitor vital sign
penambahan cairan
• Monitor masukan
• Monitor BB
makanan/cairan dan hitung
• Pemberian cairan IV monitor
intake kalori harian
adanya tanda dan gejala
• Kolaborasi pemberian cairan IV
kelebihan volume cairan
• Kolaborasi dengan dokter
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
NOC
Circulation status
Tissue prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
Tidak ada ortostatik hipertensi
Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak
ada gerakan involunter.
Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orentasi
NIC
Peripheral Sensation management (Manajemen sensasi
perifer)
• Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
• Monitor adanya paretese
• Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
ada isi atau laserasi
• Gunakan sarung tangan untuk proteksi
• Batasi gerakan pada kepala, leher dan puggung
• Kolaborasi pemberian analgetik
• Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
NOC
Circulations status
Tissue perfusion : cerebral
Kriteria Hasil
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
Tidak ada ortostatik hipertensi
Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan :
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orentasi
Memproses informasi
Membuat keputusan dengan benar
Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada
gerakan involunter
NIC