Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata “apokaliptik” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “menyingkapkan” atau
“membukakan” dan merujuk pada sesuatu yang sebelumnya tersembunyi dan sekarang telah
disingkapkan sekarang. Kata “apokaliptik” sebetulnya merupakan suatu ungkapan dari Gereja
Kristen abad ke-2 untuk jenis sastra yang dipakai dalam surat Wahyu kepada
Yohanes di Perjanjian Baru. Dari sinilah kata “apokaliptik” kemudian menjadi sebutan untuk
gaya penulisan yang banyak menggunakan simbol, seperti di dalam Kitab Wahyu. 1
Secara khsus Dalam PL sastra Apokaliptik ditemukan dalam Yesaya 24-27, Yer
24:1-3, Hesekiel 1-37, dan puncak apokaliptik ditemukan dalam kitab Daniel (200-64 sM),
namun banyak buku-buku yang bersifat apokaliptik yang tidak termasuk dalam kanon.

B. Tujuan
Tujun pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi tugas dan salah satu syarat
kelulusan dari mata kuliah Teologi Perjanjian Lama. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk
memberi suatu pandangan yang jelas tentang Apokaliptik Dalam Perjanjin Lama.

C. Manfaat
Salah satu manfaat dari penulisan Paper ini adalah agar para pembaca mengetahui,
memahami dan mengerti tentang Apokaliptik Dalam Perjanjin Lama.

1
Lih. D.S Russel, Penyingkapan Ilahi:Pengantar ke dalam Apokaliptik Yahudi, Jakarta 2007:
BPK Gunung Mulia, hlm. 19, 36-43
BAB II
ISI

I. Kitab Apokaliptik dalam Perjanjian Lama


 Kitab Daniel
Kitab Daniel merupakan sastra apokaliptik yang paling tua, ditulis sekitar tahun 167-164 SM,
yang dikenal orang-orang Kristen bahkan kitab ini menjadi satu-satunya kitab apokaliptik
yang masuk dalam kanon Perjanjian Lama. Tulisan ini sebagian ditulis dengan menggunakan
bahasa Ibrani dan sebagaian lagi dalam bahasa Aram. Dalam kitab Danielditemukan dua pola
yang berbeda antara pasal 1-6 dengan pasal 7-12. Daniel 1-6 banyak menceritakan
kehidupan Daniel dan teman-temannya di dalam istana pada masa pemerintahan raja-
raja Babel dan Persia abad ke-6 SM sedangkan Daniel 7-12 berisi berbagai penglihatan. Kitab
Daniel merupakan sebuah kitab apokaliptik yang berisi tentang beberapa penglihatan masa
depan dan sejarah dari empat kerajaan dunia, tentang Raja Antiokhus yang jahat,
penghukuman Allah, dan kedatangan Kerajaan Allah.2
a. Penglihatan-penglihatan Apokaliptik dalam Daniel
Bagian apokaliptik dari Daniel terdiri dari tiga penglihatan dan sebuah komunikasi kenabian
yang panjang, yang terutama berkaitan dengan masa depan Israel:
1. Penglihatan pada tahun pertama Belsyazar Raja Babel (7:1) mengenai empat binatang
buas yang besar (7:3) mewakili empat raja (7:17) dan empat kerajaan (7:23) yang
akan datang, dan yang keempat akan menelan seluruh bumi, menginjak-injak, dan
menghancurkannya (7:23); kerajaan keempat ini menghasilkan sepuluh orang raja,
dan kemudian, orang kesebelas yang khusus, muncul dari kerajaan keempat yang
menaklukkan tiga dari sepuluh raja (7:24), berbicara melawan Yang Maha Tinggi dan
orang-orang kudus dari Yang Maha Tinggi, dan bermaksud mengubah masa dan
hokum (7:25); setelah suatu masa dan satu setengah masa (tiga setengah tahun), orang
ini dihakimi dan wilayahnya pun diambil daripadanya (7:26). Lalu kerajaan itu dan
wilayahnya dan kebesaran kerajaan-kerajaan di bawah seluruh langit itu diserahkan
kepada orang-orang kudus dari Yang Maha Tinggi (7:27)

2
Lih. S.M Siahaan, Robert M.Paterson, Kitab Daniel: Latar Belakang, Tafsiran dan Pesan, Jakarta
2007: BPK Gunung Mulia, hlm. 17
2. Penglihatan dalam tahun ketiga Belsyazar mengenai seekor domba jantan dan
seekorkambing jantan (8:1-27); Daniel menafsirkan kambing itu sebagai “kerajaan
Yawan” artinya, kerajaan Yunani (8:21)
3. Penglihatan pada tahun pertama dari Darius anak Ahasyweros (9:1) mengenai tujuh
puluh minggu, atau tujuh puluh kali “tujuh”, yang dibagi ke dalam sejarah bangsa
Israel dan Yerusalem (9:24)
4. Sebuah penglihatan yang panjang dalam tahun ketiga dari Koresh raja
dari Persia (10:1 – 12:13)
Penglihatan-penglihatan kenabian dan eskatologis Daniel, dengan penglihatan-penglihatan
Yehezkiel dan Yesaya, adalah ilham kitab suci bagi banyak ideologi dan simbolisme
apokaliptik dari Naskah Laut Mati komunitas Qumran dan sastra awal kekristenan.
“Hubungan Daniel yang jelas dengan pemberontakan Makabe di Palestina tidak disangsikan
merupakan salah satu alasan mengapa para prabi, setelah pemberontakan melawan Roma,
menurunkannya dari posisinya di antara nabi-nabi. Dalam Daniel terdapat rujukan-rujukan
pertama kepada “kerajaan Allah”, dan rujukan yang paling jelas terhadap kebangkitan orang
mati di dalam Tanakh.3
 Kitab Yesaya
Yesaya pasal 24-27 adalah tergolong sastra apokaliptik. Jika menganalisa tulisan pasal 24-
27, maka ada beberapa pokok penting yang menjadi thema theologianya:
a. Hukuman, penghakiman pada hari TUHAN(bnd Yes 24)
b. Keselamatan. Tuhan adalah penolong adan pemberi kehidupan masa depan bagi
umat-Nya menjaadi pemahaman yang sangta mengakar dalam keadaan politis
yahudi sesudah pembuangan, dimana kehidupan mereka dirasakan makin sempit
karena berada dalam pembuangan. namun yahudi masih meyakini janjian Allah
kepada nenek moyang mereka ( Ul 19:8, Yes 54:2, Yes 47:13-48:3)
c. Pemulihan Israel (bnd Yes 27:2-13)
Kesetiaan Allah terhadap perjanjian tetap aktual di dalam rencama keselamatan umat.
Hal ini menjadi pengharapan dan penghiburan yang ditekankan dalam Kitab Yesaya ( 7:4;
6:13. Allah akan mendatangkan zaman baru di dalkam pemerintahan raja damai untuk
mebawa kebenaran dan keadilan secara universal. Allah yanag Mahakudus merupakan satu-
satunya Allah yang bertindak dan berkuasa atas sejarah hidup manusia dan seluruh ciptaan-
Nya. Kekudusan Allah menujukkan eksisntesi manusia yang berdosa. Kekudusan Allah

3
Lih. J. G. Baldwin, Book of Daniel: in New Bible Dictionary 3rd edition, hlm. 87-109
menjadi panggilan terhadap umat untuk memuji dan memuliakan-Nya (bnd Mzm 29, 93,96-
99). Yesaya melihat bahwa pemulihan Allah merupakan keterbatasan manausia. Dalam hal
inilah Yesaya mengkritik para raja Yehuda untuk mengandalkan kekuatan politk sebagai
solusi untuk menyelamatkan dan menjadi ukuran untuk menentukan nasip sendiri. Dalam hal
itulah Yesaya menekankan pentingnya iman kepada Allah, sebagaimana yng dianjurkan
kepada raja Ahas (7:9). Iman dalam hal ini adalah kesetiaan yang teguh. Pada awalnya
konteks dari iman merupakan gagasan di dalam dinasti Daud (bnd 2 Sam 7:10-16). Janji
kepada Daud menjadi teologi yang aktual, dalam konteks dari iman Yesaya (tidak seperti
nabi sezamannya yakni Amos,. Hosea, Yesaya tidak mengambil tradisi keluaran). Panngilan
untuk hidup beriman menjadi anjuran Yesaya bagi raja dan seluruh rakyat. Krisis politik
akibat ancaman dari Asyut menjadi tantangan umat untuk berim,an kepada Alllah. Namun
sejalan dengan itu Yesaya mengakui penderitaan dan kehancuran tidak dapat dielakkan, akan
tetapi Allah dinyatakan tidak berdiam dalam penderitaan itu. Nama anaknya Syar Yashub
(sebuah sisa akan kembali) memiliki makna ganda yakni “sikacita dan dukacita”. Di tengah
kehancuran masih ada kehidupan yang tersisa, pohon yang ditebang akan muncul tunas baru
yakni raja masa depan. Dalam hal ini makna Sion berubah dari pemahanan geografis atau
teritorial kepada universal. Teologia politik nabi Yesaya menekankan nama simbolis
“Imanuel” (Tuhan beserta kita) yang merupakan keyakinan iman dalam dinasti Daud.
Keselamatan dari Allah sulit diterima dalam pemahaman manusia. Keselamatan tidak idenik
dengan kekayaan secara materi. Kerajaan yang ideal bukan berorietasi pada kekuasaan
politik, melainkan kesedehanaan dan kedamaian. Kehadiran Allah yang tampak dalam
pedang Asyur merupakan cambuk dari kemarah-Nya (10-5), merupakan proses pembelajaran
untuk menyadarkan umat yang mengandalakan kekuatan dan kemewahan materi.4
Ada empat muatan teologi Proto Yesaya yakni: Pertama Menekankan tentang
kekudusan Allah. Kekudusan dalam kitab Yesaua bertentangan dengan dosa dan
ketidakadilan (6:7). Kedua; Menekanakan tentang hukuman terhadap bangsa Israel Utara an
Yehuda. Allah memakai Asyur untuk menghukum bangsa-Nya (10:5) namun asyur juga
dihukum karena kseombongannya ( 10:15-17). Ketiga; Tuhan sebagai pengharapoan dan
pertolongan bagi umat pilihan-Nya. Hal ini ditekankan Yesaya dalam menjelang perang
Syro Efraim, dimana Yesaya tidak menyetuji Ahhas meminta pertolongan dari kuasa lain
(Asyur). Keempat; nubuat tentang masa depan, bangsa yang bertobat akan diselamatkan oleh
TUHAN ( 10:20). Hari Tuhan akan datang melalui tunas Daud (9:1-6; 11:1) akan

4
Lih. Modeleine,. S Miller & J Lane Miller, Harpers Bible Dictionary, USA: Harper & Row
Publisher, 1973, hlm. 24-27
mendirikan kerajaan kekal dan sempurna (9:6; 11;1-10; 29:17-24; 30:18-26; 32:1-8).
Kemudian redaktur menyisipkan nubuta-nubuat yang diucapkan pada zaman sesudah
pembungan seperti pasal 11:11-16; 24-27; 35. Penempatan pasal 24-27 menunjukkan
bahwa kitab Yesaya menekankan bangsa “keselamatan itu tidak bersifat esklusif (Israel dan
Yehuda), namun keselamatan itu bersifat kolektif dan universal (11:10; 25:6-9). Kehidupan
dan keselamatan yang datang dari Allah yang dilukiskana dalam pasal 24-26 merupakan
pesan theologis tentang pengharapan kehidupan masa depan dalam jaminana dan karya
Allah.5
Seperti nabi Hosea, nabi Yesaya meletakkan pemahaman yang kuat tentang
pengharapan pada keselamatan yang akan datang. Namun orientasi keselamatan itu tidak
dibatasi oleh satu tempat saja, melainkan seluruh dunia. Oleh sebab itu dapat disimpulkan
bahwa Yesayalah yang meletakkan pengharpan eskatologi yang bersifat
universal.Pengharapan eskatologis memainkan pengaruh dan peranan penting dalam
pemikiran Israel setelah satu abad kematian Yesaya, yakni ketika kerajaan Yehuda hancur.
Konsep itulah kemudian dikembangkan dalam Deutro Yesaya, yang menekankan
pengharapan akan kehidupan masa depan yang lebih indah, dan pengharapan itu kemudian
semakin berkembang pada zaman berikutnya dan menjadi inspirator dan motivator gerakan
pembaharuan yang diprakarsai kalangan Yudaisme, yanag kemudian pengaruhnya meluas
ke dunia di luar Israel dan berakar dalam tradisi Kristen.6
Jika ditinjau dari penulisan proto Yesaua maka dapat disimpulkan bahwa : Redaktor
menyatukan Proto-Yesaya secara teologis. Secara khusus bagian inti dari kitab Proto-Yesaya
dapat kita lihat dalam Yes 6-8, yang yang mana isinya berhubungan dengan Syro-Efraim,
perang antara Siria dengan Israel. Nabi Yesaya menasehati raja Ahas agar tidak terlibat dalam
perang tersebut. Namun, raja Ahas tetap melibatkan dirinya. Tema penghukuman dan
penebusan Eskatologis menyebar luas dibagian utama kitab Proto-Yesaya ini dengan kata
lain, bagian inti daripada proto-Yesaya dikelilingi oleh tema-tema penghukuman dan
penebusan Eskatologis. (Yes 2-11). Redaktor mengatakan bahwa Yesaya dipanggil Tuhan
untuk memberikan hukuman Tuhan pada uamat itu. Tetapi kemudian, redaktor membubuhi
kitab-kitab itu dengan tema-tema Eskatologis yakni:
 Pasal 1-12 : Memuat kumpulan hukuman dan keselamatan
 Pasal 13-23 : Merupakan ucapan-ucapan bahagia terhadap bangsa-bangsa

5
Lih. D.C. Mulder, Pembimbing Kedalam Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1970,
hlm. 104
6
Lih. Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000, 243-244
 Pasal 24-27 : Penindasan dan keselamatan yang akan datang
 Pasal 25-35 : Nubuat tentang penghukuman terhaap Efraimi, Yehuda dan penebusan
Sion
 Pasal 35-39 : Sejarah serangan Sanhenrib terhadap Yehu dan dan kota Yerusalem
Eksisntensi pasal 24-27 dalam Proto Yesaya merupakan sisipan yang mirip dengan Trito
Yesaya. Pasal 24-27 merupakan karya yang menggambarkan kondisi kehidupan yang
mengalami putus asa dan mengharapkan masa depan yang lebih baik. Pasal 24-27 disebut
sebagai “apokaliptis Yesaya” sebab bahasa yang dipakai identik dengan simbol-simbol
mitologis yang merupakan ciri khas sastra apokaliptik. Para ahli menempatkan bahwa isi
pasal 24-27 menggambarkan zaman sesudah pembuangan sekitar tahun 500 sM, dan bahkan
tahun 300 sM. Pasal 24-27 mempunyai tempat tersendiri dalam kitab Yesaya. Penempatan
pasal 24-27 yang ditempatkan sesudah pasal 13-23 yang menyatakan ucapan ilahi dan
hukuman atas bangsa-bangsa. Namun pasal ini merupakan klimaks yang menyatakan
seluruh bumi berasal di bawah penghukuman Tuhan (24:1) Tak seorang pun yang luput
dari hukuman itu ( 24:17). Leaviathan, ular yang melingkar itu akan dihancurkan (27:1), dan
sebaliknya Sion akan diselamatkan dan Tuhan akan memerintah untuk selamanya ( Yes
24:23, 25:6-12; 27:1-3a). maut akan ditiadakan (25:8a) kebangkitan orang yang sudah mati
(26:19), Israel yang terbuang akan dikumpulkan kembali dalam Sion untuk menyembah
Allah (27:12-13), Israel menjadi kebun anggur Tuhan yang indah (27:2-4), Tunas akan
muncul dari Israel (27:6). Pasal 24-27 menyinggung tentang kehancuran sebuah kota dalam
24:10-12; 25:1-5; 26:5; 27:10-11. Kota yang dimaksud bisa menunjukkan wilayah kota
Babel pada abad ke 6 sM sampai Samaria pada abad ke 2 sM. Oleh sebab itu sebutan kota
dalam pasal tersebut dapat merujuk pada kota Babel, namun tidak ada perincian yang
spesifik, dalam hal ini isi sebutan tentang kota yang dimaksud lebih cocok untuk umum
yakni sebuah dunia yang terasing dan harapan untuk mendapat keselamatan yang pasti
melalui kuasa Allah.7

7
Lih. John J. Collins “Yesaya” dalam Dianne Bergant & Robert J Karris, Tafsiran Alkitab
Perjanjina Lama, terjemahan A.S. Hadiwiyata, Yokyakarta, Kanisius, 2006, hlm. 526
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Jadi apokaliptik atau pewahyuan yang sudah ditetapkan Allah itu akan tergenapai, yang
secara umum kita ketahui dalam Kitab Suci. Dalam perjanjian Allah kita sebagai orang
percaya harus mengimani bahwa apa yang sudah ditetepkan-Nya itu benar-benar akan terjadi,
jadi apa yang kita dapat lakukan itu yangakan kita tuai, sehingga di jannjikan bagi orang yang
mau setia dia akan menerima jajanji kekal itu, yaitu keselamatan kekal.

B. Saran
Kita sebagai anak Tuhan harus lebih dalam lagi mempelajari Kitab PL dan PB,
sehingga kita mengetahui semua Janji Allah dalam kehidupan kita. Dan jangan lupa
memperkatakan Kitab Taurat dan dapat melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai