Anda di halaman 1dari 178

ANALISA KRITIS ROMA 8: 18-25 TERHADAP PENGAJARAN

THEOLOGIA KEMAKMURAN MENGENAI PENDERITAAN

Tesis ini diajukan kepada


Institut Injil Indonesia
untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
guna mencapai gelar Master of Theologia

IWAN SETIAWAN
NIM: 01. 1896

INSTITUT INJIL INDONESIA


BATU, 09 MARET 2013
2

ANALISA KRITIS ROMA 8: 18-25 TERHADAP PENGAJARAN


THEOLOGIA KEMAKMURAN MENGENAI PENDERITAAN

TESIS

IWAN SETIAWAN
NIM: 01. 1896

INSTITUT INJIL INDONESIA


BATU, 09 MARET 2013
3

Dosen pembimbing telah menerima hasil penelitian dan penulisan tesis yang
berjudul ANALISA KRITIS ROMA 8: 18-25 TERHADAP PENGAJARAN
THEOLOGIA KEMAKMURAN MENGENAI PENDERITAAN oleh Iwan Setiawan
dan telah menyetujui untuk diuji dalam ujian tesis

Disetujui Di
Batu, 02 Maret 2013

Pdt. Dr. Morris Ph. Takaliuang Pdt. Dr. Erni Efruan-Takaliuang


Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
4
5

ABSTRAK

Setiawan, Iwan. Analisa Kritis Roma 8: 18-25 Terhadap Pengajaran Theologia


Kemakmuran Mengenai Penderitaan. Tesis, Institut Injil Indonesia, Pembimbing: (I) Pdt.
Dr. Morris Ph. Takaliuang., (II) Pdt. Dr. Erni Efruan-Takaliuang.
Kata kunci: Analisa Kritis, Penderitaan, Theologia Kemakmuran
Berbicara mengenai penderitaan, tidak lepas dari akibat kejatuhan manusia di
dalam dosa, karena sejak manusia jatuh dalam dosa manusia hidup dalam penderitaan.
Dan penderitaan ini dialami oleh setiap manusia di muka bumi ini, dimulai dari manusia
pertama Adam dan Hawa, serta keadaan ini berlanjut kepada keturunannya Kain dan
Habel, bangsa Israel, nabi-nabi, raja-raja, para rasul, orang-orang percaya dan bahkan
Yesus turut menderita akibat dosa manusia. Namun banyak orang percaya tidak
memahami arti penderitaan yang sesungguhnya, banyak orang percaya yang kecewa,
putus asa dan hilang pengharapan ketika diperhadapkan dengan penderitaan. Bahkan ada
konsep-konsep yang keliru yang mempengaruhi cara berpikir orang percaya yang
mengajarkan bahwa tidak perlu ada penderitaan. Maka muncullah konsep theologia
kemakmuran. Manusia hanya ingin hidup enak, makmur, sehat dan nyaman, menurut
mereka tidak perlu ada penderitaan dan pergumulan hidup, karena bagi mereka orang
yang menderita adalah orang yang masih terikat dengan dosa.
Berkenaan dengan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apa dan bagaimana pengajaran theologia kemakmuran mengenai penderitaan?
2. Apa prinsip-prinsip penderitaan yang terdapat dalam Roma 8: 18-25?
3. Bagaimana analisa kritis Roma 8: 18-25 terhadap pengajaran theologia
kemakmuran mengenai penderitaan?
Adapun maksud dan tujuan penulisan ini adalah Untuk mengetahui pengajaran
teologi kemakmuran mengenai penderitaan, supaya memperoleh pemahaman secara
komprehensif mengenai pengajaran teologi kemakmuran mengenai penderitaan. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip rohani yang terdapat Roma 8: 18-25 mengenai penderitaan,
supaya orang percaya dapat menyikapi dengan benar ketika menghadapi pandangan
yang keliru khususnya mengenai pengajaran teologia kemakmuran mengenai
penderitaan. Untuk mengkritisi pengajaran teologi kemakmuran mengenai penderitaan
berdasarkan Roma 8: 18-25, supaya dapat memberikan penjelasan secara Alkitabiah
sebagai pertanggungjawaban iman kepada Tuhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan metode deskriptif. Metode
deskriptif adalah Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,
suatu riset kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang yang bertujuan untuk membuat detesis, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki. Langkah pertama, adalah mengumpulkan dan meyelidiki data-
data kepustakaan tentang penderitaan secara umum, termasuk pandangan Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru serta aspek-aspek mengenai penderitaan, kemudian penulis
menjelaskan mengenai theologia kemakmuran yang didalamnya menjelaskan ajaran
6

theologia kemakmuran mengenai penderitaan, lalu dilanjutkan dengan mengumpulkan,


menggali, dan menguraikan prinsip-prinsip penderitaan yang terdapat dalam Roma 8:
18-25 secara eksegetis-theologis. Langkah kedua, menganalisa secara kritis pengajaran
theologia kemakmuran mengenai penderitaan berdasarkan Roma 8: 18-25.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka penulis menyimpulkan bahwa
penderitaan secara umum adalah masalah atau problema hidup yang biasa terjadi dalam
kehidupan manusia di dunia ini, baik yang dialami orang percaya maupun yang tidak
percaya, penderitaan itu bisa berupa kesulitan, kekurangan, kemiskinan, penyakit, dan
keadaan-keadaan yang menyedihkan hati yang harus ditanggung sebagai ganjaran atau
akibat dari tindakan-tindakan yang diperbuat. Menurut theologia kemakmuran bahwa
penderitaan itu tidak ada bagi orang percaya, bagi orang percaya yang ada hanyalah
hidup sehat, kaya, hidup berkelimpahan, dan orang yang berhak menerima janji-janji
Allah, sedangkan penderitaan yang dialami karena mengikut Kristus bisa berupa
penindasan, tekanan, pencobaan, aniaya yang berasal dari perbuatan dan perkataan
orang-orang yang tidak menyukai pemberitaan firman Tuhan. Sedangkan menurut Roma
8: 18-25 dapat disimpulkan: Pertama, penderitaan yang dialami orang percaya pada
masa kini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan Tuhan berikan. Dalam
arti lain bahwa kemuliaan itu lebih besar dibandingkan dengan segala bentuk
penderitaan apapun yang dialami orang percaya pada masa kini. Kedua, penderitaan itu
dialami juga oleh ciptaan Tuhan yang lain, hal ini terjadi karena dosa, sesudah dosa
terjadi maka penderitaanpun timbul dalam bentuk pertentangan, kesakitan, kebinasaan
bahkan maut (Kej 3: 15-19). Ketiga, penderitaan mempunyai makna baru bagi orang-
orang percaya karena penderitaan orang percaya memiliki pengharapan. Pengharapan
yang pasti akan keselamatan kekal bersama dengan Tuhan. Dan dalam pengharapan itu
diikuti dengan sikap ketekunan atau kesabaran.
Dari hasil penelitian tersebut penulis memberikan saran bagi orang percaya dan
bagi gereja, supaya memiliki pandangan yang Alkitabiah tentang penderitaan terkhusus
dalam menghadapi ajaran theologia kemakmuran mengenai penderitaan. Penderitaan
adalah suatu yang mendatangkan kebahagiaan atau kemuliaan, jika orang percaya
memahami dengan benar bahwa penderitaan adalah kasih karunia Allah. Orang percaya
jangan hanya mau menikmati kesenangan, kemakmuran, kemewahan, kesehatan dan
kesenangan lainnya, melainkan tetap hidup dalam ketekunan dan kesabaran meskipun
menghadapi segala macam penderitaan. Gereja harus memberikan pengajaran yang
benar tentang konsep theologia kemakmuran terkhusus mengenai penderitaan supaya
jemaat memiliki pengertian yang positif akan penderitaan dan melaluinya jemaat
bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus.
7

Dengan Segala Penghargaan Dan Kasih


Tesis ini Kupersembahkan
Kepada:

Penebusku Dan Juruselamatku Tuhan Yesus Kristus


Yang Telah Memilih Dan Memanggilku
Untuk Menjadi Rekan Sekerja-Nya

Istriku Tercinta Dan Teman Dalam Pelayanan


Yuliana Jenny Lu

Anak Yang Kukasihi


Jaydon Licht Dominig Setiawan

Orang tua Tercinta:


Idodo

Kakak Dan Adikku Tercinta: Suryani, Marbun,


Dian Natalia, Joko Priyatno

Kelima Keponakanku: Pitri Agriyani Marbun, Lucky


Julianto Marbun, Samuel Fernando Marbun, Sisilia
Dbigael Marbun Lumbangaol dan Priskilia Xena Priyatno
8

Mengetahui Kehendak Allah


Adalah Hikmat Terbesar,
Menemukan Kehendak Allah
Adalah Penemuan Terbesar
Dan Melakukan Kehendak Allah
Adalah Prestasi Terbesar

Kita tahu sekarang, bahwa Allah


turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan
bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah
(Roma 8: 28)
9

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala hormat, pujian dan kemuliaan bagi Allah Tri Tunggal yang telah menolong

dan memampukan penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik karena

adanya peran serta dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya,

penulis sampaikan kepada:

1. Pdt. Dr. Morris Ph. Takaliuang., sebagai dosen pembimbing I, yang telah

membimbing penulis dengan ketulusan hati, sabar, penuh pengertian, perhatian

mengarahkan serta mendoakan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan ini

2. Pdt. Dr. Erni Efruan-Takaliuang., sebagai dosen pembimbing II, yang dengan

sabar telah membimbing, mengoreksi, memberikan sumbangan pemikiran serta

doa dalam penyelesaikan tesis ini

3. Pdt. Dr. Stevri Indra Lumintang, D.Th., Th.D, sebagai penguji utama, yang telah

bersedia membaca, menguji, mendoakan dan menyempurnakan tesis ini

4. Pdt. Dr. Stevri Indra Lumintang, D.Th., Th.D., sebagai rektor Institut Injil

Indonesia, serta seluruh staf pembina, dosen dan karyawan kantor dan

perpustakaan Institut Injil Indonesia yang berkenan dipakai Tuhan membina dan

mendoakan penulis

5. Pdt. Petrus Octavianus, D.D., Ph.D., sebagai pembina dan pendiri YPPIIB

6. Pdt. DR. Roland M. Octavianus sebagai Ketua BPP (Badan Penyelenggara

Pendidikan)
10

7. Istri yang sangat penulis kasihi Yuliana Jenny Lu, yang telah dengan setia

mendampingi, memperhatikan, memotivasi dan mendoakan penulis dalam

penyelesaian tesis ini

8. Anakku yang sangat penulis sayangi, Jaydon Licht Dominig Setiawan, yang

memberi dorongan dan motivasi yang berupa candaan dan kelucuan sehingga

memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini

9. Orang tua yang penulis kasihi: Bapak Idodo; Kakak Suryani dan Marbun dan

Adik Dian Natalia dan Joko Priyatno, serta kelima keponakanku: Pitri, Ucok,

Muel, Sisil dan Cila yang telah memberi dukungan berupa perhatian dan doa

selama studi

10. Mama Sara Kitu, Kak Esa, Kak Usu dan Teto, Jefry Lu, Enci Lu, Ade Lu,

Hayden dan Karis Lu di Sumba, yang setia mendoakan dan mendukung penulis

11. Kel. Yahudi (Mas Yudi) yang telah mendukung dan mendoakan penulis

12. Kel. Pdt. Awasuning Manaransyah, yang terus mendukung dan mendoakan

penulis dalam pelayanan Institut Injil Indonesia dan dalam penyelesaian

penulisan tesis ini

13. Jemaat GKII cabang Bengko yang telah dan terus mendukung dan mendoakan

penulis dalam penulisan tesis ini dan dalam setiap pelayanan

14. Anak-anak Unit 13 ASPRA: Christian, Wardianus, Bebmen, Restu, Albrian,

Juan, Risky, Yohanes, Samuel Andi, Melven, Rio, Ifri Sudriyo dan Rustam

Djami yang telah mendukung dan mendoakan penulis selama penulisan tesis ini
11

15. Rekan Pelayanan Henokh Team: Pdt. Dr. Ferdinan Manafe, David, Hizkia,

Nova, Idho, Dewi dan Hedista, yang mendukung penulis dalam doa selama

penulisan tesis ini

16. Semua bapak, ibu, saudara yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Kasih karunia dan berkat dari Allah Tri Tunggal memberkati bapak, ibu,

saudara sekalian. Akhir kata, penulis berharap tulisan ini untuk kemuliaan Tuhan dan

menjadi berkat serta memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca.

Penulis
12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................... iii
ABSTRAK...................................................................................................................... iv
DEDIKASI...................................................................................................................... vi
MOTTO........................................................................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................................ viii
DAFTAR ISI................................................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................. 1
Latar Belakang Masalah……………………………………………………..... 1
Rumusan Penelitian…………………………………………………………… 7
Maksud dan Tujuan Penelitian………………………………………………... 7
Hipotesa Penelitian............................................................................................ 7
Asumsi Penelitian……………………………………………………………... 8
Signifikansi Penelitian………………………………………………………… 8
Delimitasi Penelitian………………………………………………………….. 9
Definisi Penelitian……………………………………………………………. 10
Metode Penelitian……………………………………………………………... 13
Tinjauan Literatur............................................................................................... 14
Sistematika Penelitian………………………………………………………… 16

BAB II. PENDERITAAN MENURUT THEOLOGIA KEMAKMURAN................... 17


Etimologi Penderitaan..................................................................................... 17
Pengertian Penderitaan Secara Umum…………………………………. 18
Penderitaan Menurut Perjanjian Lama………………………………….19
Penderitaan Menurut Perjanjian Baru………………………………….. 25
Aspek-Aspek Penderitaan.......................................... ……………………….. 29
Sumber-Sumber Penderitaan…………………………………………... 29
Dosa atau Kutukan Allah............................................................ 30
Iblis............................................................................................. 31
Jenis-Jenis Penderitaan………………………………………………… 32
Perpisahan atau Kematian........................................................... 32
Dibuang Oleh Masyarakat (Penderitaan Karena Kristus)........... 32
Bencana....................................................................................... 33
Tindak Kejahatan........................................................................ 34
Penyakit....................................................................................... 34
Iri Hati......................................................................................... 35
Pergumulan.................................................................................. 35
Tujuan Penderitaan................................................................................. 35
Pengertian Theologia Kemakmuran................................................................. 40
Latar Belakang MunculnyaTheologia Kemakmuran........................................ 41
13

Sejarah dan Perkembangan Theologia Kemakmuran....................................... 43


Karakteristik Theologia Kemakmuran............................................................. 47
Dampak Theologia Kemakmuran.................................................................... 47
Penderitaan Menurut Theologia Kemakmuran................................................ 48
Kesehatan dan Kesembuhan Yang Sempurna......................................... 48
Kaya dan Hidup Berkelimpahan.............................................................. 52
Orang Yang Berhak Menerima Janji Allah.............................................. 54
Rangkuman....................................................................................................... 57

BAB III. PENDERITAAN MENURUT ROMA 8: 18-25.............................................. 61


Analisa Sejarah................................................................................................. 61
Latar Belakang Kota Roma...................................................................... 61
Alamat Surat Roma................................................................................. 63
Penulis, Waktu dan Tempat Penulisan……………...........….…….….. 65
Maksud dan Tujuan Penulisan Surat Roma……………...............…….. 67
Analisa Konteks..........................…………………………………………… 70
Analisa Konteks Jauh………………………………………………….. 71
Analisa Konteks Dekat………………………………………………… 72
Struktur Teks.........................…………………………………..................... 74
Uraian Eksegetis Roma 8: 18-25…………………………….……………… 76
Penderitaan orang Kristen tak sebanding dengan kemuliaan.................. 76
Menerangkan penderitaan yang mengacu pada keadaan ciptaan............ 82
Orang percaya memiliki keselamatan berupa pengharapan.................... 92
Rangkuman………………………………………………………………...... 102

BAB IV. ANALISA KRITIS ROMA 8: 18-25 TERHADAP PENGAJARAN


TEOLOGI KEMAKMURAN MENGENAI PENDERITAAN...................... 105
Analisa Kristis Terhadap Kesehatan dan Kesembuhan Sempurna .................. 105
Analisa Kristis Terhadap Kaya dan Hidup Yang Berkelimpahan.................... 109
Analisa Kritis Terhadap Orang Yang Berhak Menerima Janji Allah .............. 115

BAB V. PENUTUP........................................................................................................ 122


Kesimpulan……………….....……………………………………………….. 122
Saran…………………………………………………………………………. 128
Bagi Orang Percaya ............................…………………………………. 128
Bagi Gereja…..........................................………………………………. 129

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 130


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
14

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang menjadi dasar untuk pembahasan

berikutnya. Karena itu penulis menguraikan mengenai Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Maksud dan Tujuan Penulisan, Hipotesa Penelitian, Asumsi

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian, Definisi

Istilah, Metode Penelitian Tinjauan Liteatur dan Sistematika Penulisan.

Latar Belakang Masalah

Pada mulanya Allah menciptakan manusia dan menghendaki agar manusia dapat

mencerminkan hidup sebagai ciptaan Allah yang mulia, yaitu segambar dan serupa

dengan Allah.1 Berkaitan dengan istilah “segambar dan serupa dengan Allah,” Lempp

menuliskan bahwa: ”manusia adalah tujuan dan mahkota segala makhluk, secara lahiriah

dan batiniah diciptakan Allah, menurut Allah, seakhlak, sebakat, setabiat, sewatak

1
Louis Berkhof, Theologiaa Sistematika, Doktrin Manusia Vol. 2, (Jakarta: Lembaga Reformed
Indonesia, 1995), 45
15

dengan Allah, dan semuanya ditiru menurut aslinya.”2 Hal inipun dikemukakan oleh

Hoekema, yang menyatakan bahwa sementara Allah menciptakan setiap hewan

“menurut jenisnya” (Kej. 1: 21, 24-25), hanya manusia yang diciptakan menurut gambar

dan rupa Allah (Kej. 1: 26-27).3 Maka saat manusia bermula dari tangan sang pencipta,

ia tidak rusak, bobrok atau berdosa; manusia berada pada posisi yang baik, tidak

bersalah dan kudus. Apapun yang terdapat pada diri manusia saat ini, yang jahat atau

menyimpang, bukan merupakan bagian dari penciptaan yang semula: manusia sangat

baik adanya, akan tetapi iblis berhasil menggoda manusia pertama untuk memberontak

dan tidak mentaati perintah-Nya. Akibatnya manusia jatuh ke dalam dosa dan

mengakibatkan hubungan antara Allah dan manusia terputus (Kej 3). Berkenaan dengan

istilah “dosa,” Hadiwijono menuliskan bahwa: “akan tetapi manusia memberontak

terhadap Tuhan Allah. Ia tidak mau tunduk pada perintah Allah. Oleh karena itu manusia

terputus hubungannya dengan Tuhan Allah.”4 Hal inipun dikemukakan oleh Michaeli

yang menyatakan bahwa:

Walaupun manusia memiliki kuasa untuk melakukan tuntutan Allah.


Manusia tidak mentaati Allah. Manusia ingin menjadi tuan atas dirinya
sendiri, ingin menggantikan Allah dan ingin hidup tanpa Allah, Bapanya,
timbullah kekacauan dan setiap kehidupan manusia menjadi rusak, di dalam
pekerjaanya, keluarganya, hubungan dengan sesama manusia timbul
penderitaan, iri hati, kebencian dan kematian. Inilah dosa. Tak ada
seorangpun yang bebas dari dosa.5

Akibat inilah yang harus ditanggung oleh manusia setelah jatuh di dalam dosa,

bahkan permusuhan antara Allah dan manusia (Kej. 3: 15) dan yang lebih menyedihkan

2
Walter Lempp, Tafsiran Alkitab Kejadian1: 1-4: 26, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), 36-40
3
Anthony A.Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut gambar Allah, (Surabaya: Momentum, 2003), 16
4
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), 244
5
Frank Michaeli, Bagaimana Memahami Perjanjian Lama, (Bandung: Kalam Hidup, 1972), 8-9
16

lagi manusia harus mengalami penderitaan (Kej. 3: 16-19). Berkaitan dengan hal ini

Pfeiffer dan Harrison menuliskan bahwa: “kesukaran jasmaniah, kerja keras dan

kelelahan yang mengecewakan serta perjuangan yang berat ditetapkan sebagai nasib si

laki-laki yang dengan pasti dihukum sebagai orang berdosa. 6 Hal inipun dikemukakan

oleh Epp, yang menyatakan bahwa: “oleh karena dosa Adam dan Hawa, Allah mengusir

mereka keluar dari taman itu kepada suatu hidup penderitaan dan bekerja keras dengan

membanting tulang.7 Keadaan ini terus berlanjut mulai dari keturunan Adam yaitu Kain

dan Habel, bangsa Israel, nabi-nabi, raja-raja, para rasul, orang-orang percaya, bahkan

Tuhan Yesus sendiri turut menderita akibat dosa manusia. Namun Kristus menderita

bukan karena dosa-Nya melainkan karena dosa manusia. Epp menambahkan bahwa: “Ia

menderita di dalam tubuh, mental dan roh-Nya agar Ia dapat membayar hukuman dosa.

Bukan dosa-Nya melainkan dosa manusia. Dan penderitaan-Nya itu tidak sia-sia. Orang-

orang yang sudah menerima Dia sebagai juruselamat, mereka akan menerima hidup

yang kekal.8

Ada beberapa fenomena yang terjadi sekarang ini yaitu bahwa ketika hidup

sebagai orang Kristen, justru seolah-olah lebih banyak menanggung penderitaan

dibandingkan penderitaan dunia yang sudah ada. Penderitaan adalah kata yang sering

dihindari oleh manusia termasuk orang percaya. Selain itu situasi zaman sekarang yang

semakin menekan umat manusia, seperti yang dikatakan Tuhan Yesus bahwa zaman

6
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe Vol I, (Malang: Penerbit
Gandum Mas, 2004), 41
7
Theodore H. Epp, Mengapa Orang-Orang Kristen Menderita, (Jakarta: Mimery Press, 1991), 25
8
Ibid., 29
17

akhir dunia ini ditandai bukan oleh perdamaian, melainkan oleh peperangan yang

bertambah-tambah (Mat. 24: 6).

Fenomena yang lain mengenai kesaksian gereja-gereja, banyak para martir di

negara-negara komunis yang menjadi korban kekerasan, penindasan yang

mengakibatkan penderitaan. Mengenai Indonesia meskipun bukan negara komunis atau

negara terlarang untuk Injil namun ratusan gereja telah dirusak, dibakar, yang

mengakibatkan adanya korban yang cukup banyak. Bahkan berita majalah Tempo,

mencatat hasil Konfensi Wali Gereja Indonesia menegaskan bahwa jumlah gereja yang

telah dirusak hingga Januari 2004 adalah 922 gereja.9

Ada cukup banyak kesaksian tentang penderitaan orang percaya karena iman

mereka kepada Kristus, namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak orang

percaya yang belum memahami arti penderitaan itu. Hal ini nampak pada seringnya

jemaat disuguhkan firman Tuhan yang menawarkan kesenangan hidup belaka, tanpa

harus mengalami penderitaan. Karena itu mereka lebih banyak melarikan diri, putus asa

dan kecewa ketika mengalami penderitaan, padahal sesungguhnya penderitaan tidak

dapat dihindari, namun yang dimaksudkan penulis adalah cara menanggapi penderitaan

itu harus sesuai dengan apa yang Tuhan ajarkan, yaitu bahwa penderitaan yang dialami

manusia itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan (Rm. 8: 18).

Dari fenomena- fenomena di atas, jelas bahwa penderitaan memang terjadi dalam

kehidupan orang percaya, namun ternyata ada juga konsep-konsep yang keliru mengenai

penderitaan yang mempengaruhi cara berpikir manusia termasuk orang percaya,

9
Setiyardi, Y., Tomi Aryanto, & Ayu Cipta, (Majalah Tempo, Edisi 21 November 2004), 64
18

diantaranya adalah theologia sukses. Theologia sukses atau theologia kemakmuran, lahir

karena pengaruh perkembangan dunia yang semakin materialistis dimana uang dan

materi dipuja-puja dan dikejar. Herlianto mengutip rumusan Yakub Nahuway mengenai

masalah theologiaa sukses sebagai berikut:

Yesuslah jawaban dari segala pergumulan, masalah, sakit penyakit, beban


hidup yang berat, keputusasaan, bahkan dosa itu sendiri yang menjadi
penyebab utama malapetaka, penderitaan dan kesusahan manusia. Empat hal
yang menjadi kelengkapan kesuksesan adalah: “pandai, benar, adil, dan
jujur adalah empat kelengkapan yang menuntun hidup ini kepada jalan
sukses, bahagia dan damai sejahtera.10

Para penganut theologia ini juga menekankan bahwa kesuksesan di atas telah

disediakan Allah bagi setiap orang Kristen. Hanya saja, Allah telah menetapkan

instrumen atau syarat untuk menerima kesuksesan tersebut, yaitu melalui iman.

Penekanan pada “iman” ini membuat theologia kemakmuran seringkali disebut sebagai

Theologia Iman (Theology of Faith). Istilah lain yang mirip dan sering dipakai adalah

Word-Faith Theology. Menurut mereka, iman bukan hanya apa yang ada dalam hati

orang percaya, tetapi harus dibuktikan secara konkret melalui perkataan positif (Robert

Schuller, Norman Vincent Peale), visualisasi (Kenneth Copeland; Yonggi Cho) maupun

investasi materi dalam bentuk persembahan (Oral Roberts).11

Doktrin kemakmuran mulai populer di Amerika melalui pelayanan TV evangelist

dan para pengkhotbah dari denominasi pentakosta maupun kharismatik. Mereka

menekankan bahwa Allah menginginkan semua orang Kristen untuk sukses dalam

10
Herlianto, Theologiaa Sukses Antara Allah dan Mamon, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 10;
Yakub Nahuway, Jalan Ke Surga Telah Ada, (Jakarta: Gereja Bethel Indonesia Mawar Saron, 1990), 9, 14
11
Yakub Tri Handoko, Theologia Kemakmuran, (Tenggilis Mejoy: Sekolah Alkitab Malam
GKKA, 7 Mei 2007), 1
19

segala hal, termasuk secara jasmani. Para penganut ajaran ini menyatakan bahwa tujuan

dari kesuksesan jasmaniah ini adalah untuk mendanai pekabaran injil ke seluruh dunia.

Tujuan seperti ini dianggap mendapat dukungan dari Ulangan 8:18 “Dialah yang

memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud

meneguhkan perjanjian”.12 Sebab itu akibat dari pengajaran ini tidak sedikit dari orang

Kristen yang telah jatuh imannya karena tidak sanggup ketika menerima perlawanan-

perlawanan yang menderitakan, sehingga akhirnya mereka kecewa, putus asa, tidak

berdaya, menghadapi penderitaan karena mereka tidak sanggup melihat makna rencana

Allah yang rahmani di balik penderitaan itu.

Dengan melihat permasalahan di atas, maka judul penelitian penulis adalah

”Analisa Kritis Roma 8: 18-25 Terhadap Pengajaran Theologia Kemakmuran Mengenai

Penderitaan.” Penulis berharap agar kajian ini dapat memberikan kontribusi theologis

bagi orang percaya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam persekutuan orang percaya.

Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, muncul beberapa pertanyaan, yang

bertujuan untuk memperdalam kajian penelitian ini, di antaranya adalah:

4. Apa dan bagaimana pengajaran theologia kemakmuran mengenai penderitaan?

5. Apa prinsip-prinsip penderitaan yang terdapat dalam Roma 8: 18-25?

6. Bagaimana analisa kritis Roma 8: 18-25 terhadap pengajaran theologia

kemakmuran mengenai penderitaan?

12
Yakub Tri Handoko, Theologia Kemakmuran…, 1
20

Maksud dan Tujuan Penulisan

Bertolak dari rumusan masalah di atas yang dipaparkan dalam bentuk pertanyaan-

pertanyaan, maka inti maksud dan tujuan penulisan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengajaran theologia kemakmuran mengenai penderitaan,

supaya memperoleh pemahaman secara komprehensif mengenai pengajaran

theologia kemakmuran mengenai penderitaan.

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip rohani yang terdapat Roma 8: 18-25

mengenai penderitaan, supaya orang percaya dapat menyikapi dengan benar

ketika menghadapi pandangan yang keliru khususnya mengenai pengajaran

theologiaa kemakmuran mengenai penderitaan.

3. Untuk mengkritisi pengajaran theologia kemakmuran mengenai penderitaan

berdasarkan Roma 8: 18-25, supaya dapat memberikan penjelasan secara

Alkitabiah sebagai pertanggungjawaban iman kepada Tuhan.

Hipotesa Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian tesis ini, maka

penulis mengemukakan hipotesis penelitian, sebagai berikut:

1. Jika orang percaya memiliki pemahaman yang benar mengenai penderitaan

menurut Roma 8: 18-25, maka setiap orang percaya akan mempunyai sikap yang

benar terhadap pengajaran theologia kemakmuran mengenai penderitaan.


21

2. Jika pengajaran theologia kemakmuran mengenai penderitaan bertentangan

dengan pengajaran Alkitab, maka ajaran tersebut tidak dapat diterima sebagai

teladan kasih.

Asumsi Penelitian

Dalam mengadakan penelitian ini, penulis berasumsi bahwa:

1. Alkitab adalah firman Tuhan yang tidak bersalah karena diinspirasikan oleh Roh

Kudus kepada para penulis, yang bermanfaat untuk mengajar dan juga

mengoreksi setiap pengajaran yang menyimpang dan sebagai penuntun untuk

kembali kepada pengajaran yang benar sehingga pengajaran-pengajaran yang

muncul perlu dikoreksi oleh kebenaran Firman Tuhan (2 Tim. 3: 16 dan 2 Pet. 1:

21).

2. Untuk mengkritisi pengajaran theologia kemakmuran, maka Teks Roma 8: 18-

25 layak dijadikan salah satu acuan.

3. Berdasarkan pemahaman penulis, maka pengajaran yang benar bahwa

penderitaan, pergumulan merupakan bagian dari hidup orang percaya dengan

tujuan sebagai ujian iman orang percaya.

Signifikansi Penelitian

Berkenaan dengan penelitian yang sedang penulis lakukan, penulis merasa perlu

sekali untuk mengkajinya lebih mendalam dalam bentuk tulisan, dan yang menjadi

harapan penulis, tulisan ini dapat berguna:


22

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat menjadi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan,

khususnya bagi pengembangan pemikiran Kristen melalui pengembangan

literatur tentang Analisis Kritis Roma 8: 18-25 Terhadap Pengajaran Theologia

Kemakmuran Mengenai penderitaan, sehingga karya tulis theologia semakin

diperkaya.

2. Bagi Gereja

Tulisan ini sangat berguna bagi gereja untuk mengingatkan gereja secara terus-

menerus agar dapat mengetahui ajaran yang benar sesuai dengan Firman Allah.

3 . Bagi Hamba Tuhan

Tulisan ini dapat memberi kontribusi bagi pendeta, hamba Tuhan untuk memiliki

pemahaman yang benar sesuai dengan Firman Allah sehingga setiap hamba

Tuhan dapat mengajarkan pemahaman yang benar kepada setiap jemaatnya.

4. Penulis Sendiri

Tulisan ini sangat berguna bagi penulis sendiri untuk memperoleh pemahaman

yang baru dari hasil penelitian ini, menerapkannya dalan kehidupan pribadi

penulis, serta bermanfaat dalam pelayanan penulis dalam rangka membangun

kerohanian orang percaya.

Delimitasi Penelitian

Untuk mengarahkan penulisan ini guna mencapai tujuan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu:


23

1. Hanya mengacu pada Eksegese Roma 8: 18-25.

2. Hanya menyoroti mengenai pengajaran “Theologia Kemakmuran” mengenai

Penderitaan

3. Hanya mengacu pada Analisa Kritis Roma 8: 18-25 terhadap pengajaran

Theologia Kemakmuran mengenai penderitaan.

Definisi Istilah

Judul tesis ini adalah ”Analisa Kritis Roma 8: 18-25 Terhadap Theologia

Kemakmuran.” Sehubungan dengan judul penelitian, penulis memberikan beberapa

istilah yang harus didefinisikan terlebih dahulu, yaitu:

Analisa Kritis

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Analisa kritis adalah penyelidikan tentang

suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebabnya,

bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya.13 Salim menegaskan bahwa yang

dimaksud dengan analisa adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian,

penelaahan bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan

pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.14 Demikian juga dengan

istilah kritis memiliki beberapa pengertian yaitu: mempunyai sifat selalu berusaha

13
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976) 39-40
14
Peter dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English
Press, 19910, 61
24

mencari kesalahan dan kekeliruan terhadap suatu hal; memiliki ketajaman dalam

menganalisis suatu hal atau persoalan.15

Melalui pemaparan di atas maka yang dimaksud analisa kritis adalah suatu

tindakan, kegiatan dan sifat yang tidak langsung menerima atau mempercayai suatu

peristiwa, opini dan sebagainya melainkan terlebih dahulu melakukan suatu penelaahan

untuk dapat mengetahui dan memahami penyebab dari suatu masalah, opini atau

termasuk juga di dalamnya pemahaman theologia.

Theologia Kemakmuran

Theologia Kemakmuran (Prosperity theology), adalah doktrin yang mengajarkan

bahwa kemakmuran dan sukses dalam bisnis adalah tanda-tanda eksternal bahwa yang

bersangkutan dikasihi Allah. Kasih Allah ini diperoleh sebagai takdir (predestinasi), atau

diberikan sebagai ganjaran untuk doa atau jasa-jasa baik yang dibuat orang tersebut.

Theologia Kemakmuran adalah sebuah doktrin yang mengajarkan kesuksesan hidup

secara jasmani sebagai tanda atau bukti orang tersebut diperkenan Allah. Kemakmuran

hidup ini terutama mencakup kekayaan dan kesehatan. Keadaan yang menyenangkan ini

dianggap bisa terjadi karena ditentukan Allah sebelumnya (preordained) atau diberikan

sebagai balasan atas doa atau tindakan tertentu (law of reciprocity).16

Theologi sukses atau Injil sukses (gospel of success) sering juga dikenal sebagai

Injil-injil kemakmuran (prosperity), kelimpahan, berkat (Gospel of Blessing), atau

Theologi Anak Raja, dan secara sederhana dapat disebutkan ajaran ini menekankan:

15
Peter dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa..., 778
16
Yakub Tri Handoko, Theologia Kemakmuran…, 1
25

Allah kita adalah Allah yang mahabesar, kaya dan penuh berkat dan manusia yang

beriman pasti akan mengalami kehidupan yang penuh berkat pula, kaya, sukses dan

berkelimpahan materi.17

Jadi dalam pandangan ini, seorang Kristen yang beriman seharusnya hidup dalam

kekayaan dan kelimpahan materi sebagai tanda bahwa hidupnya diberkati Tuhan, karena

sekarang umat Kristen telah mengalami pemulihan. Sebaliknya orang Kristen yang tidak

kaya dan hidup berkekurangan dianggap sebagai mempunyai iman yang lemah dan tidak

diberkati Tuhan.

Penderitaan

Kata penderitaan berarti: keadaan yang menyedihkan yang harus ditanggung,

penanggungan. Kata ini berasal dari kata dasar derita, yang artinya sesuatu yang

menyusahkan yang ditanggung dalam hati, (seperti kesengsaraan, penyakit, dll).18

Berkaitan dengan hal ini Gove menambahkan bahwa kata ini memiliki tiga arti yaitu: 1)

The state or experience of one who suffers the endurance of or submission to affliction,

pain, lass. 2) A pain endured or a distress, loss, or injury incurred. 3) Ill, sick.19 Kata

Yunani untuk kata penderitaan adalah paskho yaitu istilah umum untuk sesuatu yang

dilakukan terhadap seseorang; dalam Kisah Para Rasul 1: 3 kata ini khususnya

dikenakan pada penderitaan Yesus. Kata Yunani thlipsis mempunyai arti umum yaitu

tekanan, beban yang berat bagi hati orang. Kata ini juga dipakai mengenai siksaan besar

17
Herlianto, Theologia Sukses, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 1
18
Ibid., 255-256
19
Philip Babcock Gove, Webster’s Third New International Dictinary Of The English Language
Unabridged. (Springfield, Massachu Setts, USA: G & C. Merriam Company, Publisher, 1961), 2284
26

yaitu pada masa akhir zaman (Mrk. 13: 19; 2 Tes. 1: 6; Why. 7: 14). Dalam Perjanjian

Lama tidak ada kata yang artinya penderitaan secara umum. Tetapi penderitaan dipakai

dalam Terjemahan Bahasa Indonesia untuk menerjemahkan banyak kata yang artinya

sakit, dukacita, malang, siksaan, dan lain lain. Dalam Alkitab penderitaan dianggap

gangguan atas dunia ciptaan ini. Seluruh ciptaan diciptakan dalam keadaan baik dan

bebas dari penderitaan (Kej. 1: 31). Setelah dosa terjadi maka penderitaanpun timbul

dalam bentuk pertentangan, kesakitan, kebinasaan, maut dan lain-lain (Kej. 3: 15-19).20

Jadi kesimpulan penulis kata penderitaan berarti derita, kesengsaraan, penyakit,

beban berat atau sesuatu yang menyusahkan yang harus ditanggung yang dilakukan

terhadap seseorang.

Metode Penelitian

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap teks Roma 8:

18-25, maka penulis menggunakan metode penelitian yang mendukung proses penelitian

yang dilakukan. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

karena mampu memberikan informasi yang mendasar dan baik bagi pengembangan ilmu

pengetahuan. Natzir mendefinisikan metode deskriptif, yaitu:

Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu
riset kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang yang bertujuan untuk membuat detesis, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.21

20
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1999), 244
21
Muhammad Natzir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 63
27

Adapun cara yang diambil dari metode penelitian deskriptif adalah penulis

melakukan riset perpustakaan untuk memilih buku-buku yang dapat menunjang dalam

penelitian. Adapun tempat untuk riset perpustakaan adalah menggunakan perpustakaan

sekolah. Penulis melakukan riset terhadap buku-buku yang akan digunakan dalam

penelitian yaitu meliputi buku-buku theologia yang membahas hubungan dengan

penelitian yang dilakukan, kemudian buku-buku kamus umum yang membahas

pengertian kata secara umum, kamus theologia untuk membahas pengertian kata secara

theologia. Dan juga buku-buku tafsiran yang membahas sehubungan dengan judul

penelitian. Dan juga penulis mengunakan buku-buku yang bersifat praktis yang juga

berhubungan dengan pembahasan penelitian.

Selain menggunakan riset perpustakaan dalam metode deskriptif ini, penulis juga

melakukan suatu studi eksegetis yaitu penulis melakukan studi kata untuk menggali

keluar arti teks yang sedang diteliti sehingga akan ditemukan suatu makna yang

terkandung di dalam teks tersebut. Dengan kata lain metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian literatur dengan menggunakan pendekatan

eksegetis theologis.

Tinjauan Literatur

Pada bagian ini, penulis memaparkan tinjauan pustaka untuk memudahkan

penulisan tesis ini dalam rangka memberikan penjelasan singkat mengenai buku-buku

yang digunakan untuk menunjang terselesaikannya penulisan karya ilmiah ini. Adapun

buku-buku yang penulis persiapkan untuk mengembangkan tulisan ini:


28

Buku yang berjudul Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Umum Bahasa

Indonesia serta Kamus Theologi, dalam ketiga buku ini penulis menggunakannya untuk

menemukan arti kata-kata yang beraitan langsung dengan penelitian penulis.

Buku yang berjudul Theologia Sukses (Antara Allah dan Mamon). Buku ini

memaparkan secara jelas mengenai theologia sukses, mulai sejarahnya hingga himbauan

sekaligus tantangan bagi gereja-gereja masa kini dalam menghadapi pengajaran

mengenai theologia kemakmuran.

Buku yang berjudul Ujian Pencobaan & Kemenangan memaparkan mengenai

penderitaan, yang dimulai dengan aspek-aspek penderitaan, jenis-jenis penderitaan dan

tujuan penderitaan. Dalam pengetian bahwa penderitaan atau pergumulan hidup itu

dialami oleh setiap orang percaya pada masa kini.

Buku yang berjudul Intoduksi Perjanjian Baru memaparkan mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan kitab Roma khususnya latar belakang, penulis, tempat dan waktu

penulisan, alamat surat Roma serta maksud dan tujuan penulisan surat Roma.

Buku yang berjudul Tafsiran Roma, yang memaparkan mengenai penjelasan dari

arti kata-kata yang digali oleh penulis. Dalam buku ini berupa tafsiran yang berkaitan

dengan surat Roma.

Buku yang berjudul Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian

Baru Jilid I dan II, dalam buku ini penulis menggunakannya untuk menemukan arti kata

sehingga menemukan arti yang sesungguhnya dari bahasa Yunani.


29

Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis maka hasil penelitian telah

disusun dalam beberapa bab sebagai berikut:

Dalam bab I penulis menguraikan suatu pendahuluan dari penelitian yang meliputi

pembahasan tentang Latar Belakang Penelitian, Rumusan Penelitian, Maksud dan

Tujuan Penelitian, Hipotesa Penelitian, Asumsi Penelitian, Kegunaan Penelitian, Ruang

Lingkup atau Batasan Penelitian, Defenisi Istilah, Metode Penelitian, Tinjauan Literatur

dan Sistematika Penulisan dari penelitian.

Sebagai pengantar secara umum dalam bab II ini penulis memaparkan mengenai

penderitaan, penulis juga membahas tentang penderitaan secara umum dan penderitaan

menurut theologia kemakmuran. Bab ini sifatnya berupa kajian pustaka yang membahas

tentang penderitaan dan theologia kemakmuran secara lengkap.

Dalam bab III penulis memaparkan mengenai penderitaan menurut Roma 8: 18-25

yakni dengan melakukan studi eksegetis teks Roma 8: 18-25 yang meliputi analisa

sejarah, analisa konteks Roma 8: 18-25, baik konteks jauh maupun dekat, analisa

struktur teks Roma 8: 18-25, serta mengeksegese bagian teks dari Roma 8: 18-25.

Bab IV ini penulis menganalisa secara kritis terhadap pengajaran theologia

kemakmuran mengenai penderitaan berdasarkan Roma 8: 18-25.

Sebagai penutup dalam bab V ini, penulis akan mengakhiri dengan penutup yang

terdiri dari kesimpulan dan saran, yaitu kesimpulan dari keseluruhan hasil penulisan dan

saran kepada theolog, orang percaya dan gereja.


30

BAB II

PENDERITAAN MENURUT THEOLOGIA KEMAKMURAN

Pada bab ini penulis akan memaparkan mengenai Penderitaan Menurut Theologia

Kemakmuran dan juga Penderitaan. Untuk mengefektifkan penulisan dalam bagian ini,

penulis membaginya dalam beberapa bagian yaitu Etimologi Penderitaan, meliputi

Pengertian Penderitaan Secara Umum, Penderitaan Menurut Perjanjian Lama,

Penderitaan Menurut Perjanjian Baru, dan Aspek-Aspek Penderitaan. Selain itu penulis

juga akan memaparkan mengenai Pengertian Theologia Kemakmuran, Latar Belakang

Theologia Kemakmuran, Sejarah Theologia Kemakmuran, Beberapa Konsep Utama

Theologia Kemakmuran, Dampak Theologia Kemakmuran, Penderitaan Menurut

Theologia Kemakmuran.

Etimologi Penderitaan

Pada bagian ini penulis akan menguraikan secara lebih luas tentang pengertian

penderitaan dari beberapa pandangan. Ada banyak pandangan yang mendefinisikan

tentang penderitaan oleh karena itu sangat penting untuk memahami penderitaan dari
31

berbagai perspektif sebagai satu perbandingan sehingga tidak mengalami kekeliruan

dalam menafsirkan penderitaan. Dalam bagian ini penulis akan memaparkan pengertian

penderitaan secara umum, menurut Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru.

Pengertian Penderitaan Secara Umum

Kata penderitaan berarti: keadaan yang menyedihkan yang harus ditanggung,

penanggungan. Kata ini berasal dari kata dasar derita, yang artinya sesuatu yang

menyusahkan yang ditanggung dalam hati, (seperti kesengsaraan, penyakit, dll).22

Berkaitan dengan hal ini Gove menambahkan bahwa kata ini memiliki tiga arti yaitu: 1)

The state or experience of one who suffers the endurance of or submission to affliction,

pain, lass. 2) A pain endured or a distress, loss, or injury incurred. 3) Ill, sick.23

Dalam kamus bahasa Inggris kata penderitaan (sufferings) mempunyai pengertian

penderitaan, sengsara (agony),24 kesukaran, kekurangan (hardsip),25 kesukaran,

kesusahan, kecelakaan, kecemasan, kekuatiran (trouble),26 dukacita, sesal, kesengsaraan

(distress).27 Berasal dari kata dasar derita (suffer) yang artinya menderita, membiarkan,

mengizinkan dengan tidak berkata-kata.28 Penderitaan diartikan sebagai keadaan yang

22
__________, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1990), 255-256
23
Philip Babcock Gove, Webster’s Third New International Dictinary…, 2284
24
S. Wojowasito & Tito Wasito, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Bandung:
HASTA, 1080), 4
25
Ibid., 73
26
Ibid., 245
27
Ibid., 45
28
Ibid., 219
32

sulit hidup, serba kekurangan.29 Sedangkan menurut Moeliono kata penderitaan berarti

suatu proses atau perbuatan, cara menderita, penanggungan.30

Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian penderitaan

secara umum berarti suatu keadaan yang menyedihkan (kesukaran, dukacita,

kesengsaraan, penyakit, dll) yang harus ditanggung oleh si penderita yang disebabkan

baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri.

Penderitaan Menurut Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama khususnya dalam Alkitab Terjemahan Bahasa Indonesia

penderitaan menerjemahkan banyak kata yang artinya sakit, dukacita, malang, siksaan,

dan lain lain. Dalam Alkitab penderitaan dianggap gangguan atas dunia ciptaan ini.31

Menurut Goodrick dan Kohlenberger III,32 dalam Perjanjian Lama ada beberapa

istilah yang digunakan untuk kata penderitaan. Yang pertama (raa) yang

diterjemahkan distress, misery (Ul 26: 7; Kel 3: 9; 2 Raj 13: 4).33 Dalam bentuk

maskulin yang artinya keadaan sukar atau berbahaya, kesengsaraan.34 Kata ini

menunjukkan pengalaman-pengalaman yang mengalami penderitaan secara fisik.35

Pengertian lain untuk kata ini adalah afliction, labour, oppression, yang diartikan

29
Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Edisi Pertama, (Jakarta:
Modern Engglis Pres, 1991), 343
30
Anton. M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 199
31
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 244
32
Edwad W. Goodrick & John R. Kohlenberger III, The NIV Exhaustive Concordance, (Grand
Rapids, Michigan: Regency reference Library, 1990), 1106
33
Kennet Barker, The NIV Study Bible, (Michigan: Zondervan, 1995), 275
34
Francis Brown, The Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew and English Lexikon, (Indiana:
Associated Publishers and Author, INC, 1978), 776
35
John Oswatt, Theological Wordbook of the Old Testament Vol 2, R. Laird Harris (Ed), (Chicago:
Moody Press, 1980), 854
33

penderitaan, kesusahan, kemalangan atau derita, penindasan, tekanan, aniaya.36 Dengan

demikian pengertian penderitaan dalam bagian ini menjelaskan bahwa adanya

penderitaan dikarenakan berbagai tekanan, penindasan atau aniaya, dan hal ini

menandakan pengalaman yang membawakan suatu beban penderitaan secara jasmani,

seperti halnya dengan keadaan bangsa Israel ketika mengalami penindasan atau

kesukaran dari bangsa Mesir, dimana mereka diperintahkan melakukan kerja paksa dan

mengakibatkan tekanan yang dalam, baik secara fisik maupun mental.

Kedua, nasa kata ini memiliki pengertian experience (mengalami penderitaan), dan

endure (memikul).37 Yang dalam bentuk kata kerja terdapat 654 kali dalam Perjanjian

Lama.38 Berkaitan dengan kata ini Oswatt memberi penjelasan:

In semantical category, of bearing and carrying, is used especially of bearing


the guilt or punishment of sin, cf. Gen 4: 13. This leads easily into the idea of
bearing the guilt of another by representative or subtitusion (Lev 10: 17) or of
the scapegoat (Lev 16: 22). The root sabal: “to bear a burden” in Is 53: 11, is
parallel in the next verse by nasa: “the servant bore the sins of many,” as in
Is 53: 4.39

Ketiga, kata aniy memiliki pengertian: depress in mind or circum stanles, afflicted,

poor, weak, humble. Tekanan yang menyakiti hati dan pikiran seseorang yang

disebabkan oleh karena keadaan yang miskin, lemah, rendah. Berkaitan dengan hal ini.

Laird Harris menjelaskan bahwa kata ini juga dapat menggambarkan sesuatu gangguan

secara fisik yang dialami seseorang seperti halnya penyakit karena ditindas (Yes 51:

36
Jay P. Green, The Interlinear Bible Hebrew-Greek English, (London: Hendrickson Publisher
Peabody, 1986), 177
37
John Oswatt, Theological Wordbook of the Old Testament Vol 2, R. Laird Harris (Ed)…, 600
38
W. E. Vine, Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words, (London:
Thomas Nelson Publisher, 1996), 189
39
John Oswatt, Theological Wordbook of the Old Testament Vol 2, R. Laird Harris (Ed)…, 601
34

21).40 Kata ini biasa digunakan dalam pengertian penderitaan yang bersifat pribadi.41

Berkenaan dengan kata ini Bromiley menjelaskan:

Aniy can refer to one who physically oppressed, therefore hear now this, thou
afficted and drunken, but not with wine (Is 51: 21). The psysical oppression
is sometimes related to spiritual oppression, ‘for he hath not despised not
abhorred the affliction of the afflicted, neither. And the spiritual affliction
result an outcry to God.42

Dengan demikian penderitaan disini merupakan suatu kesusahan batin yang

sungguh-sungguh berat dan hal ini digambarkan seperti orang yang masuk dalam

pembuangan atau pengasingan dan merasakan terhilang dari hadapan Tuhan.

Keempat dipakai kata makabot artinya: anguish (kesedihan yang mendalam,

penderitaan yang berat, derita), affliction (penderitaan, kesusahan), pain, sorrow, grief

(dukacita, penderitaan). Untuk kata makabot, Brown menjelaskan bahwa penderitaan

secara fisik dalam penggunaan istilah yang sama ialah menderita kesakitan karena sunat

(Kej 34: 25), dan menderita karena penyakit (Ayb 14: 22), sedangkan penderitaan secara

mental terdapat dalam Amsal 14: 13 yaitu dalam tertawapun hati dapat merana dan

tertindas secara mental (Maz 69: 30).43 Kata ini berasal dari kata dasar ka’ab yang

diterjemahkan to feel pain, be sore (luka), have pain (mengalami kesakitan), dan be

sorrowful (penuh dengan dukacita).44 Kata ini merupakan bentuk kata kerja, berarti

adanya penyebab terjadinya penderitaan. Kata ini dipakai 30 kali dan 4 kali digunakan

dalam persajakan, puisi. Meskipun kata ini menjelaskan kepada penderitaan yang

40
Ibid., 682
41
Geoffrey W. Bromiley, The International Standart Bible Encyclopedia Vol IV, (Grand Rapids,
Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1988), 649
42
Ibid., 216
43
Francis Brown, A Hebrew and English Lexikon of The Old Testament, (Oxford; Clarendon Press),
456
44
John Oswatt, Theological Wordbook of the Old Testament Vol 2, R. Laird Harris (Ed)…, 425
35

dialami secara fisik, tetapi hal itu biasanya menekankan gambaran kesedihan yang

mendalam atau penderitaan yang berat dalam mental seseorang.45 Berkenaan dengan

istilah ini Oswalt menjelaskan:

Kaab occurs with its derivatives thirty times, all but four of which are found in
poerty. Although the root does not appear in ugaritic, it is found in Aramic,
Akkadian, and Arabic. The former two emphasize the pain aspect while the
Arabic usage stresses and sorrow. Although the root can be used to express
physical suffering, it much more commenly has to do with mental anguish.46

Dengan demikian penderitaan yang dimaksudkan di sini adalah penderitaan yang

diakibatkan karena konflik dalam diri (batiniah) yang sedang mengalami tekanan

sehingga menimbulkan perasaan terluka. Menurut Perjanjian Lama segala sengsara,

penyakit dan derita masuk ke dalam dunia yang diciptakan Allah dengan baik, itu karena

manusia pertama berdosa dengan menuruti godaan setan (Kej 2). Di dalam kitab Ayub

mengajarkan bahwa iman seseorang perlu diuji dengan menanggung sengsara atau

penderitaan.47 Sedangkan menurut Tong penderitaan adalah cara terbaik untuk menguji

dan menguatkan seseorang, untuk mendidik dan mengokohkan orang.48

Kelima, enut, yang diterjemahkan hardship (Maz 132: 1).49 Dari kata dasar ana,

dalam bentuk kata benda feminim, kemudian diterjemahkan menjadi be bowed down,

afflicted, yang artinya membungkukkan diri, merundung, menyebabkan sakit atau derita,

menimpai, mengenai.50 Harris mengartikan sebagai God uses affliction to promt

repentance. Maka kata ini berarti kesalahan atau pelanggaran atau dosa yang diperbuat

45
Ibid
46
John Oswatt, Theological Wordbook of the Old Testament Vol 2, R. Laird Harris (Ed)…, 425
47
Adolf Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja Vol 3, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993), 321
48
Stephen Tong, Ujian Pencobaan & Kemenangan, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2008), 79
49
John Joseph Owens, Analytical Key to The Old Testament Vol 3, (Michigan: Baker Book House,
1993) 495
50
Francis Brown, A Hebrew and English Lexikon of The Old Testament…, 776
36

sehingga menerima akibatnya, hal ini terjadi supaya orang yang mengalami penderitaan

tersebut bertobat atau menyesalinya (Kel 8: 24).51 Dengan demikian kata ini

menerangkan tentang akibat-akibat dari penderitaan yang dialami.

Keenam, mak’ob yang diterjemahkan pain (Ayb 33: 19), berasal dari kata dasar

ke’eb dalam bentuk kata kerja maskulin. Harris menuliskannya sorrow, grief, pain. Kata

ini dalam Perjanjian Lama digunakan sebanyak 60 kali yang diartikan dukacita,

kesedihan, perasaan sakit atau kesakitan.52 Khususnya dalam kitab Ayub kata ini

menunjukkan betapa Ayub mengalami penderitaan sampai ke tingkat yang paling

mengerikan dan membingungkan serta yang tidak terjelaskan. Pada saat itu ia menolak

menghibur dirinya dengan teori-teori rasional yang selalu membuat jalan-jalan Allah

takhluk kepada perhitungan-perhitungan manusia.53 Tapi akhirnya ia dapat bangkit

kembali, dalam penglihatan ia melihat Allah sendiri menentangnya dan oleh penglihatan

itu Ayub mencapai kepastian dapat menang mengatasi segala kesukarannya kendati ia

belum mampu dan ia tahu takkan mampu memberikan penjelasan rasional mengenai

segala ihwal dalam kehidupan ini.54

Ketujuh, sara (feminim, subject) yang diterjemahkan trouble, distress (Yer 14: 8),

yang diterjemahkan kesukaran, kekacauan, persoalan.55 Kata ini berasal dari kata dasar

sar, merupakan kata benda feminim yang diterjemahkan straits, distress, yang berarti

menyakitkan hati.56 Tense yang dipakai menunjukkan suatu permohonan yang sangat

51
John Oswatt, Theological Wordbook of the Old Testament Vol 2, R. Laird Harris (Ed)…, 682
52
John Oswatt, Theological Wordbook of the Old Testament Vol 2, R. Laird Harris (Ed)…, 287
53
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I...244
54
Ibid
55
John Joseph Owens, Analytical Key to The Old Testament Vol 3…, 265
56
Francis Brown, A Hebrew and English Lexikon of The Old Testament…, 865
37

mengharapkan akan pertolongan Tuhan pada waktu mengalami kesukaran atau dalam

persoalan. Berkenaan dengan kata ini Harris menyatakan bahwa kata ini menunjukkan

suatu indikasi yang kuat akan kegelisahan hati untuk keluar dari kesulitan (Maz 25: 17).

Dalam konteks ini Daud mengalami kesukaran atau berada dalam keadaan yang

terancam atau berbahaya karena musuh-musuh yang ingin membunuhnya. Penderitaan

yang dimaksudkan di sini disamakan dengan kesakitan atau penderitaan seperti

perempuan yang sedang melahirkan anaknya yang pertama (Yer 4: 31).57 Dengan

demikian ini menunjukkan bahwa penderitaan hidup ini hanya bersifat sementara dan

pada waktunya akan berakhir sesuai janji-Nya.

Dari penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian penderitaan

menurut Perjanjian Lama adalah penderitaan, kesusahan, kesedihan yang mendalam,

penderitaan yang berat baik itu yang bersifat pribadi atau umum yang disebabkan oleh

dosa dan karena dosa itu maka manusia harus menanggung akibatnya berupa hukuman

(penderitaan). Penderitaan ini dialami secara fisik dan mental oleh orang percaya

maupun orang yang tidak percaya dan hal ini diizinkan oleh Allah dengan maksud untuk

menguji iman orang tersebut. Dengan tujuan supaya menyadari dosanya dan bertobat.

Penderitaan Menurut Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru ada beberapa istilah yang dipakai untuk kata penderitaan.

Pertama, dalam Alkitab Yunani dipakai kata  (Paskho) yang berarti experience

57
John Oswatt, Theological Wordbook of the Old Testament Vol 2, R. Laird Harris (Ed)…, 779
38

(pengalaman menderita), undergo (mengalami penderitaan), suffer (menderita), death

(kematian), dan endure (sabar atau tahan menderita).58

Pengertian dasar untuk kata  (Paskho) adalah undergo, experience, suffer,

yang diartikan menderita, mengalami penderitaan. Kata ini terdapat 42 kali dalam

Perjanjian Baru, khususnya di Injil Sinoptik, I Petrus dan Ibrani; dan 7 kali diantaranya

dalam bentuk umum.59 Berkaitan dengan itu Sutanto menjelaskan bahwa kata ini juga

diterjemahkan mengalami menderita, mengalami kematian (Mat 16: 21; Luk 17: 25; Kis

9: 16; 1 Kor 12: 26; 1 Pet 2: 19; Gal 3: 4; Kis 1: 3; Kis 3: 18; Ibr 13: 12).60

Pengertian secara umum untuk kata  (paskho) adalah menekankan

penderitaan yang secara umum dialami oleh setiap umat manusia di dunia ini, baik yang

dialami orang percaya maupun orang yang tidak percaya. 61 Istilah ini juga menunjuk

kepada penderitaan yang disebabkan oleh manusia (Mat 16: 21; 17: 12; 1 Pet 2: 23).62

Istilah ini adalah istilah umum untuk sesuatu yang dilakukan terhadap seseorang.63

Berkenaan dengan kata ini Kraemer menjelaskan:

General meaning of paskho refer to suffering of Christians in persecution 1


Thess 2: 14. According to Phil 1: 29; it is a grace to suffer fof Christ, i.e: to
be subjected to persecution for the sake of Christ (v. 28), since this points
towards the coming glory (cf. Phil 3: 10-pathema).64

58
J. Kremer, Exegetical Dictionary of the New Testament Vol 3, (Grand Rapids, Michigan: William
B. Eerdmans Publishing Company, 1993), 1
59
J. Kremer, Exegetical Dictionary of the New Testament Vol 3, 51
60
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru
Jilid 2, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 618
61
Gerhard Kittell, Theological Dictionary of The new Testament, (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans
publishing Company, 1992), 912
62
Sugeng Prayitno, Penderitaan Kristus Menurut Surat-Surat Rasul Paulus dan Relevansinya Bagi
Orang Percaya, (Tanjung Enim: STEE, 1996), 9
63
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I…, 244
64
J. Kraemer, Exegetical Dictionary of the New Testament Vol 3…, 51
39

Pengertian secara khusus mengenai kata  (paskho) mengarah kepada

penderitaan dan kematian Kristus menggantikan manusia berdosa. Dalam Kisah Para

Rasul 1: 3 kata ini secara khusus dikenakan pada penderitaan Yesus.65 Selanjutnya

Kittell menjelaskan bahwa istilah ini juga menunjuk kepada perlakuan tidak adil yang

dialami oleh para budak, sebagai gambaran penderitaan orang-orang percaya dalam

mengikuti teladan Kristus. Menunjuk kepada penderitaan orang-orang Kristen yang

mengalami penganiayaan. Istilah ini paling banyak menekankan pada penderitaan

Kristus.66 Douglas juga menjelaskan bahwa dalam memberikan kesaksian tentang

penderitaan Mesias (1 Pet 1: 10-12), para penulis Perjanjian Baru diajarkan bagaimana

Allah dapat memberikan makna baru dari penderitaan. Ini Mengajarkan kepada orang

percaya bahwa Allah menunjukkan kasih-Nya dengan cara mengalami penderitaan dan

penganiayaan, Ia terlibat dalam malang dan malu demi orang-orang berdosa yang

hendak diselamatkan-Nya. Karena itulah dalam menggenapi secara sempurna kehendak-

Nya, Kristus rela menjadi Hamba Yang Menderita.67

Istilah kedua dalam Alkitab Yunani dipakai kata  (thlipsis), (Nominatif,

Feminine, Subjek, Akusative) mempunyai arti umum yaitu tekanan, beban yang berat

bagi hati orang. Kata ini juga dipakai mengenai siksaan besar yaitu pada masa akhir

zaman (Mrk 13: 19; 2 Tes 1: 6; Why 7: 14).68 Dalam bentuk Feminine diartikan

penderitaan, penganiayaan, kesusahan, penderitaan. Maka sesuai bentuknya diartikan

orang-orang yang dikenai penganiayaan atau penderita dan kata ini muncul 45 kali

65
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I…, 244
66
Gerhard Kittell, Theological Dictionary of The new Testament…, 912
67
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I…, 245
68
Ibid., 244
40

dalam Perjanjian Baru.69 Sutanto menjelaskan bahwa kata ini memiliki pengertian

penindasan dan kesusahan. Kata ini dipakai 45 kali dalam Perjanjian Baru (Mat 13: 2;

Yoh 16: 2; Kis 7: 10; Rm 8: 35; 2 Kor 1: 4).70 Secara figuratif kata ini diartikan tekanan

dari kejahatan-kejahatan, penderitaan, kesusahan (2 Kor 2: 4; Fil 1: 16); seperti seorang

perempuan yang merasa kesakitan pada waktu melahirkan (Yoh 16: 21).71 Menurut W.

Barclay kata thilipsis dan basileia mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab ketika

Yohanes dalam keadaan kesusahan (thilipsis), ia melihat ke arah kerajaan (basileia).

Yang dimaksudkan di sini adalah Yohanes ingin masuk ke dalam kerajaan, yaitu

kemuliaan setelah ia mengalami penganiayaan-penganiayaan.72

Istilah ketiga dalam Alkitab Yunani adalah  (odin) yang diterjemahkan birth

pangs, labor pains, travail, yang berarti rasa sakit bersalin, penderitaan. Kata ini muncul

4 kali dalam Perjanjian Baru.73 Sesuai dengan bentuk kata kerjanya menunjukkan

bentuk-bentuk penderitaan yang terjadi dalam kehidupan orang-orang percaya dan

pelayanan-Nya pada masa sekarang ini. Sedangkan Preiffer dan Harrison menjelaskan

bahwa penderitaan ini sungguh amat menyakitkan, namun segera diikuti dengan hari-

hari yang lebih bahagia.74

Istilah keempat dalam Alkitab Yunani adalah dipakai kata  (pathema).

Istilah ini muncul sebanyak 16 kali dalam Perjanjian Baru yang artinya diderita, dipikul,

69
Barbara Friberg, Analitical Greek New Testament, (Michigan: Baker Book house, 1986), 344
70
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia ..., 374
71
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament, (Chattanooga: AMG
Publisher, 1993), 736
72
Y. Bambang Mulyono, Theologia Ketabahan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 21
73
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia ..., 830
74
Charles F. Preiffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe Vol 3…, 106
41

dan kemalangan.75 Sutanto menjelaskan bahwa kata ini diterjemahkan penderitaan, hawa

nafsu (Rm 7: 5; Rm 8: 18; 2 Kor 1: 5-7; Gal 5: 24; Fil 3: 10; Kol 1: 24; 2 Tim 3: 11; Ibr

2: 9-10; Ibr 10: 32; 1 Pet 1: 11; I Pet 4: 13; 1 Pet 5: 1, 9).76 Mengenai hawa nafsu akan

dijelaskan secara terperinci pada bab berikutnya. Istilah  (pathema)

menunjukkan penderitaan Kristus karena penganiayaan orang yang menolak-Nya,

sehingga dengan penderitaan-Nya memberikan hidup bagi orang yang percaya kepada-

Nya.77

Menurut Karpersen istilah ini juga menunjuk kepada kesukaran, menderita, baik

dalam hidup orang-orang percaya maupun dalam diri Kristus. Istilah ini dipakai Paulus

dengan acuan kepada apa yang diderita oleh orang-orang percaya yang bersatu dengan

Kristus (Rm 8: 18; 2 Kor 1: 5-17; Fil 3: 10). Paulus sedang menderita dan dipenjarakan

bukan karena bersalah tetapi karena menjalankan tugas apostolisnya, yaitu meneruskan

firman-Nya dengan sepenuhnya.78 Berkaitan dengan istilah ini Moulton dan Howard

berpendapat bahwa penderitaan dalam kata ini menandai adanya suatu ide yaitu adanya

hasil yang akan didapatkan dari penderitaan itu79

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, pengertian penderitaan menurut

perspektif Perjanjian Baru adalah kesukaran, penderitaan, penganiayaan baik yang

dialami dalam hidup manusia pada umumnya juga pada penderitaan dan kematian

Kristus pada khususnya, yang juga dialami oleh setiap orang percaya yang menderita
75
Gerhard Kittell, Theological Dictionary of The new Testament…, 602
76
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia…, 599
77
J. Kraemer, Exegetical Dictionary of The New Testament Vol III…, 52
78
Dag Kaspersen dan Pulungan Sihombing (Ed), Eksposisi Surat Roma dalam Konsep
Kesengsaraan Menurut Kitab Wahyu (Batu: STT ”I-3,” 1995), 8-9
79
James Hope Moulton, William Francis Howard, In Frisz Rienecker, A Linguistic Key to The Greek
New Testament, (Grand Rapids, Michigan: Regency Reference Library, 1980), 570
42

karena nama-Nya. Namun penderitaan dapat memberikan makna baru bagi setiap orang

percaya yang mengalami penderitaan karena nama-Nya yaitu kemuliaan yang telah

dijanjikan-Nya.

Aspek-Aspek Penderitaan

Berkenaan dengan aspek-aspek penderitaan penulis akan memaparkan mengenai

sumber-sumber penderitaan, jenis-jenis penderitaan, dan tujuan penderitaan.

Sumber-Sumber Penderitaan

Ada berbagai macam hal yang dapat membuat seseorang mengalami penderitaan.

Sumber-sumber penderitaan yang membuat seseorang mengalami penderitaan akan

penulis paparkan sebagai berikut:

Dosa atau Kutukan Allah

Pada saat dunia diciptakan seluruh ciptaan diciptakan dalam keadaan baik dan

bebas dari penderitaan (Kej 1: 31). Setelah dosa terjadi maka penderitaanpun timbul

dalam bentuk pertentangan, kesakitan, kebinasaan, maut dan lain-lain (Kej 3: 15-19).80

Hal ini terjadi karena bumi ini sudah dikutuk oleh Tuhan. Setelah Adam berbuat dosa,

maka bumi ini dikutuk oleh Tuhan dan akibat kutukan itu timbullah onak dan semak

duri (Kej 3: 16-19), yang berupa susah payah pada waktu mengandung, kesakitan pada

waktu melahirkan, berahi kepada suami dan suami berkuasa atasnya. Sedangkan untuk

80
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I…, 244
43

Adam berupa Tuhan mengutuk tanah, susah payah dalam mencari nafkah dan berpeluh

dalam mencari makan.81 Browning menambahkan bahwa beberapa bagian Alkitab

menyatakan bahwa sebagian penderitaan manusia disebabkan oleh dosa atau kutukan

Allah (Kej 3: 14-19).82 Penyebab utama dari penderitaan terlihat di dalam ungkapan

berikut ini ”karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau,” ungkapan yang

serupa juga diucapkan terhadap Hawa: ”karena engkau berbuat demikian, susah

payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak.” Ungkapan ini dapat juga

digunakan terhadap Adam: ”karena engkau berbuat demikian, terkutuklah tanah karena

engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur

hidupmu.”83

Iblis

Penderitaan juga bisa disebabkan karena iblis mencobai, menggoncang dan

menyerang kita. Mengenai hal ini dapat dijelaskan ketika setan datang kepada Tuhan

dan meminta Allah menyerahkan Ayub kepadanya untuk dicobai. Dengan kata lain iblis

mempunyai kekuatan untuk membuat manusia menderita (Ayb 1: 11-12; 2: 4-6; 2 Kor

12: 7).84 Pencobaan seperti ini pernah juga dialami oleh Yesus ketika Ia dicobai di

padang gurun ketika Ia berpuasa 40 hari (Mat 4: 1-11). Dengan demikian bertitik tolak

dari pengalaman Alkitab maka penulis menyimpulkan bahwa penderitaan bisa juga

disebabkan oleh Iblis.

81
Stephen Tong, Iman Penderitaan dan Hak Asasi Manusia…, 68
82
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 80
83
Theodore H. Epp, Mengapa Orang-Orang Kristen Menderita..., 17
84
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I…, 244
44

Sedangkan menurut Richard L. Pratt ada 3 sumber dari penderitaan:

Pertama, penderitaan akibat dosa. Hidup kita penuh dengan kesulitan karena
kita hidup di dalam dunia yang berdosa. Allah belum sepenuhnya
mengangkat kutuk yang ia tempatkan di dalam ciptaan ketika Adam dan
Hawa jatuh dalam dosa (Kej 3: 16-19). Orang percaya mengalami banyak
masa sukar yang biasa dialami oleh manusia. Kita menjadi korban
ketidakadilan; kita mengalami kekejaman perang; kita mengalami bencana
alam; kita menjadi sakit dan mati. Kesulitan-kesulitan ini terjadi bukan
karena kita tidak taat kepada Allah. Kita mengalaminya karena kita hidup di
dalam dunia yang dikutuk oleh karena dosa Adam. Kedua, penderitaan
akibat dosa karena kesalahan sendiri. Orang percaya yang menderita karena
ketidakbenaran mereka secara pribadi. Pelanggaran terhadap standar moral
Allah mendatangkan banyak penderitaan ke dalam kehidupan kita.
Perceraian yang terjadi di kalangan orang dewasa; pencurian yang bisa
membawa orang ke penjara. Kita mengalami berbagai kesulitan ini karena
semua ini merupakan konsekuensi dari ketidaktaatan kita. Lebih dari ini,
dosa-dosa kita seringkali membuat hukuman Allah dijatuhkan kapada kita.
Ia mendisiplinkan anak-anak-Nya yang menyimpang melalui berbagai
kesulitan supaya mereka kembali ke jalan yang benar (Ibr 12: 10). Di dalam
kedua hal ini, dosa pribadi membuat kita menderita. Ketiga, panggilan untuk
menderita. Kesulitan yang secara spesifik Allah tetapkan bagi para pengikut
Kristus. Kita mengalami kesukaran karena Allah memanggil kita untuk
menderita.85

Dengan demikian menurut pemaparan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

ada beberapa sumber dari penderitaan yaitu dosa karena kutukan Allah, dosa karena

kesalahan sendiri dan pencobaan dari iblis.

Jenis-Jenis Penderitaan

Penderitaan terjadi karena beberapa hal. Ada beberapa jenis penderitaan yang perlu

penulis paparkan dalam bagian ini, yaitu:

85
Richard L. Pratt, Jr, Dirancang Bagi Kemuliaan, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2002), 212
45

Perpisahan atau Kematian

Perpisahan atau kematian diakibatkan oleh karena perpisahan dengan orang yang

dikasihi, sehingga mengakibatkan duka yang mendalam yang dirasakan di dalam hati.

Banyak orang yang menjadi janda, duda, atau anak yatim-piatu. Ada yang menikah

beberapa tahun, sudah ditinggal suami. Ada juga yang baru menikah dan istrinya sudah

meninggal. Di dalam kesulitan-kesulitan seperti ini orang percaya tidak boleh

meninggalkan Tuhan, justru orang percaya harus semakin dekat dengan Tuhan.86

Dibuang oleh Masyarakat (Penderitaan Karena Kristus)

Penderitaan yang seperti ini disebabkan karena sakit, gagal, akhirnya tidak ada

orang yang mengaku mengenalnya. Ada orang yang karena menerima Tuhan Yesus,

dipukul dan diusir keluar dari keluarga dan tempat tinggal mereka. Namun penderitaan

yang diderita karena mengikut Kristus merupakan partisipasi dalam penderitaan Kristus,

dapat disebut menggenapkan apa yang belum tercakup dalam penderitaan Kristus (Kol

1: 24).87 Berkaitan dengan hal ini Wellem menjelaskan bahwa penganiayaan terhadap

pengikut-pengikut Kristus telah dinubuatkan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berkata

kepada para murid-Nya: ”Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah

terlebih dahulu membenci Aku” (Yoh 15: 18); ”Kamu akan dikucilkan, bahkan akan

datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia

berbuat bakti bagi Allah” (Yoh 16: 2).88 Rasul Petrus mengatakan: ”Berbahagialah

86
Stephen Tong, Iman Penderitaan dan Hak Asasi Manusia..., 62-64
87
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini..., 45
88
F.D. Wellem, Hidupku Bagi Kristus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 1
46

kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah

ada padamu (1 Pet 4: 14). Hal ini menunjukkan bahwa jenis penderitaan seperti ini

sudah dinubuatkan dalam Alkitab dan orang percaya pasti akan mengalami penderitaan

entah itu terjadi pada saat ini maupun pada waktu yang akan datang.

Bencana

Bencana yang dimaksudkan adalah pertama, bencana alam. Misalnya gunung

meletus, gempa bumi atau badai tsunami, yang menghancurkan apa yang kita miliki.

Kedua, bencana perang, yaitu meletusnya kebencian antara bangsa dengan bangsa, yang

menimbulkan berbagai kekejaman di medan perang. Akibatnya, ada orang-orang yang

terkena bom atau peluru sehingga cacat atau mati.89

Tindak Kejahatan

Penderitaan karena tindak kejahatan berarti penderitaan karena melakukan tindak

kejahatan. Rasul Petrus menasihati penerima suratnya dengan mengatakan: ”Janganlah

ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat,

atau pengacau” (1 Pet 4: 15).90 Tuhan Yesus secara spesifik mengatakan bahwa orang

percaya akan berbahagia jika orang percaya menderita untuk kebenaran dan untuk

kepentingan nama-Nya (Mat 5: 10-11). Pengertian lain penderitaan dapat diakibatkan

oleh kesalahan diri sendiri. Orang percaya tidak boleh mengundang penganiayaan

dengan bersikap tidak peka secara kultural terhadap lingkungan. Sebagai contoh dengan

89
Stephen Tong, Iman Penderitaan dan Hak Asasi Manusia..., 69
90
Ibid.
47

mengungkapkan komentar-komentar yang tidak sopan tentang agama lain, mengadakan

ibadah yang ribut di daerah-daerah yang sensitif, atau metode-metode penginjilan yang

tidak etis. Semuanya ini mengundang permusuhan terhadap gereja dan mengakibatkan

penderitaan yang tidak perlu bagi diri sendiri.91

Penyakit

Ada juga penderitaan yang diakibatkan oleh berbagai macam penyakit, yang

mengikis habis uang untuk biaya penyembuhan. Ada penyakit-penyakit dalam tubuh

yang tidak dapat ditolong lagi, yang merebut pengharapan hidup. 92 Selain itu penyakit

yang dimaksud adalah kecacatan alamiah. Ada yang dilahirkan buta, tuli, bisu, atau

memiliki tangan dan kaki yang tidak sempurna. Ini merupakan penderitaan alamiah yang

didapatkan seseorang ketika ia dilahirkan.93

Iri Hati

Penderitaan yang disebabkan karena iri hati muncul karena melihat kesuksesan

orang lain, menderita melihat orang lain lebih rupawan, menderita melihat orang lain

lebih pandai. Jenis penderitaan ini berkaitan dengan karakter hidup seseorang. Tong

menambahkan bahwa ”jika dibandingkan dengan yang lebih tinggi, saya memang

91
Paul Estabrooks, Berdiri Teguh Di Tengah Badai..., 24
92
Stephen Tong, Iman Penderitaan dan Hak Asasi Manusia..., 67
93
Ibid., 69
48

kurang, tetapi jika dibandingkan dengan yang lebih rendah, saya merasa kelebihan.”94

Inilah cara menangani kesulitan-kesulitan yang disebabkan karena iri hati.

Pergumulan

Penderitaan yang dimaksud adalah penderitaan mengenai pergumulan hidup. Baik

itu dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Penderitaan ini

berupa kesusahan dalam hidup (ekonomi), pergumulan dalam studi, pekerjaan, keluarga,

dan dalam hidup bermasyarakat.

Tujuan Penderitaan

Penderitaan di dalam kehendak Allah mempunyai tujuan. Ada beberapa tujuan

yang akan penulis paparkan dalam bagian ini, yaitu:

Pertama, untuk menguji dan memurnikan iman (1 Pet 1: 6,7; 5: 10; Rm 5: 3-4; Yak

1: 2-4). Ayub mengajarkan bahwa iman seseorang perlu diuji dengan menanggung

sengsara.95 Iman Ayub telah diuji sebagaimana emas diuji dengan api. Di tengah-tengah

penderitaannya, Ayub berkata: ”karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji

aku, aku akan timbul seperti emas” (Ayb 23: 10). Selanjutnya ia merenungkan seluruh

pertanyaan akan arti dari penderitaan di dunia. Lagi-lagi ia tidak menemukan jawaban

selain tunduk dengan iman kepada Allah yang maha bijaksana dan maha kuasa (Ayb 42:

1-6).96 Ayub mempunyai kepercayaan akan Allah sekalipun ia berada di tengah-tengah

94
Stephen Tong, Iman Penderitaan dan Hak Asasi Manusia..., 67
95
Adolf Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja Vol 3, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993), 320
96
Paul Estabrooks, Berdiri Teguh Di Tengah Badai..., 25
49

penderitaan fisik yang hebat dan kesedihan jiwa yang mendalam.97 Allah memberikan

penderitaan untuk menguji, menyempurnakan, dan membentuk karakter, sehingga

melalui ujian karakter orang percaya dibentuk dan semakin lama menjadi semakin

matang.98

Kedua, untuk menyingkirkan kesombongan (2 Kor 12: 7-10).99 Tong

menambahkan bahwa penderitaan mengajar manusia bahwa dirinya hanyalah orang

yang terbatas. Penderitaan merupakan salah satu guru yang terbaik di dalam kehidupan

orang percaya.100

Ketiga, untuk membuat hidup lebih kudus. Hal ini Tuhan lakukan dengan cara

memberi disiplin terhadap umat-Nya (Ibr 12: 3-10). Berkaitan dengan hal ini Epp

menambahkan bahwa: Penghajaran adalah sebuah disiplin sorgawi. Istilah ”menghajar”

berarti melatih dengan koreksi. Jadi istilah penghajaran tidaklah menekankan kepada

penghukuman melainkan menekankan pada koreksi atau pembetulan.101

Keempat, untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak diketahui oleh kita saat ini

(Pkh 3: 11).102 Karena penderitaan sesungguhnya mendatangkan kebaikan (Rm 8: 28),

dengan penderitaan juga Allah mempunyai maksud yaitu untuk memperbaiki cara hidup

umat-Nya (Am 3: 12)103

Kelima, untuk membawa orang percaya hidup bersama dalam kesatuan (Yoh 17:

3). Kesatuan ini menghasilkan kekuatan spriritual (Kis 2: 42-47). Mendekatkan orang

97
Theodore H. Epp, Mengapa Orang-Orang Kristen Menderita..., 49
98
Stephen Tong, Iman Penderitaan dan Hak Asasi Manusia..., 69
99
Paul Estabrooks, Berdiri Teguh Di Tengah Badai..., 23
100
Stephen Tong, Iman Penderitaan dan Hak Asasi Manusia..., 76
101
Theodore H. Epp, Mengapa Orang-Orang Kristen Menderita,..., 60
102
Paul Estabrooks, Berdiri Teguh Di Tengah Badai,..., 23
103
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I…, 245
50

percaya kepada Allah dalam rangka ketaatan dan persekutuan yang baru (Maz 119: 67;

Rm 8: 35-37).104

Keenam, untuk membawa tuaian jiwa-jiwa yang lebih besar kepada Kristus (Kis 8:

1-25).105 Dengan penderitaan yang dialami, justru mengajarkan kepada setiap orang

percaya untuk semakin giat dalam pelayanan penginjilan dan membawa jiwa-jiwa lebih

banyak kepada Tuhan.

Ketujuh, untuk memperingatkan orang percaya. Sebesar apa pun kebencian orang

percaya terhadap rasa sakit dan penderitaan, namun harus diakui bahwa rasa sakit itu

seringkali mempunyai tujuan yang baik. Rasa sakit itu mengingatkan akan sesuatu yang

tidak beres. Rasa sakit hanyalah merupakan suatu gejala, suatu sirene, atau bel yang

akan berbunyi tatkala tubuh mengalami bahaya atau mendapat serangan. Dengan

demikian penderitaan merupakan cara Allah untuk memperingatkan kita bahwa ada

yang tidak beres dengan dunia ini, ada yang tidak beres dengan ciptaan Allah, ada yang

tidak beres dengan diri sendiri.106

Kedelapan, untuk menuntun orang percaya pada kemuliaan. Penderitaan

mengarahkan hati dan pikiran kepada kemuliaan yang akan menjadi milik orang percaya

di Sorga. Yesus menjanjikan upah yang besar di sorga bagi mereka yang menderita (Mat

5: 12). Paulus berkata bahwa penderitaan sekarang ini tidak ada artinya jika

dibandingkan dengan kemuliaan yang akan datang (Rm 8: 17-18), dan Petrus setuju

dengan hal itu (1 Pet 1: 6,7; 4: 13; 5: 1-10). Penderitaan orang percaya, itu dianggap

104
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I…, 245
105
Paul Estabrooks, Berdiri Teguh Di Tengah Badai,…, 24
106
Denny Teguh Sutandio, Penderitaan, Http://www.penderitaan.com/(diakses juni 2008)
51

sebagai salib yang wajib dipikul dalam rangka mengikut Yesus di jalan salib-Nya (Mat

16: 24; Rm 8: 28-29). Karena penderitaan itu menuju kepada kebangkitan dan kemuliaan

(Rm 8: 18; Ibr. 12: 21-22; Mat 5: 10; 2 Kor 4: 17).107

Kesembilan, supaya orang percaya dapat ambil bagian dalam penderitaan Kristus.

Dalam penderitaan, orang percaya mengikuti teladan Yesus (1 Pet 2: 21-25). Dan kita

juga berpartisipasi dengan Dia dalam penderitaan (Rm 8: 17; Fil 3: 10; 1 Pet 4: 13).

Penderitaan-Nya telah dinubuatkan (sebagaimana juga penderitaan orang percaya). Ia

dihina, menderita sakit secara fisik. Apapun bentuk penderitaan orang percaya, itu

dianggap sebagai salib yang wajib dipikul dalam rangka mengikuti Yesus di jalan salib-

Nya (Mat 16: 24; Rm 8: 28-29).108

Kesepuluh, supaya menjadi berkat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Berkat

itu mungkin berbentuk kedamaian batin dan sukacita. Ini adalah arti dari kata yang

diterjemahkan ”sukacita” atau ”bahagia” dalam pengajaran Yesus yang disebut bahagia

(Mat 5: 1-12) dan juga dalam tulisan Petrus yang mengatakan, ”Tetapi sekalipun kamu

harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia.” (1 Pet 3: 14; 4: 14).109

Dan dalam 1 Petrus 2: 19-20 dijelaskan merupakan kasih karunia jika kita mengalami

penderitaan. Dalam kitab Yakobus tekanan mengindikasikan suatu berkat yang

tersembunyi dan harus diresponi dengan sukacita (Yak 1: 2-3).

Kesebelas, supaya melakukan apa yang menjadi kehendak Allah. Mengenai hal ini

Estabrooks menambahkan bahwa banyak orang percaya kalah oleh penderitaan karena

107
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I…, 245
108
Ibid
109
Paul Estabrooks, Berdiri Teguh Di Tengah Badai,..., 24
52

orang percaya tidak yakin bahwa mereka berada pada kehendak Allah, karena

sesungguhnya ”Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan

bagi mereka yang mengasihi Dia” (Rm 8: 28).110 Orang percaya akan mengalami

penderitaan, maka orang percaya harus siap menerimanya sebagai kehendak Allah (2

Kor 12: 7-10). Petrus menjelaskan dalam 1 Petrus 2: 19, ”Sebab adalah kasih karunia,

jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak

harus ia tanggung.” 1 Petrus 3: 17, ”Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik

daripada karena berbuat jahat.” Lalu ia menyimpulkan dalam 1 Petrus 4: 19, ”Karena itu

baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan

jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.”

Pengertian Theologia Kemakmuran

Theologia sukses atau injil sukses sering juga disebut sebagai injil-injil

kemakmuran, kelimpahan berkat, atau theologia anak raja, dan secara sederhana ajaran

ini menekankan bahwa: Allah kita adalah Allah yang maha besar, kaya dan penuh berkat

dan manusia yang beriman pasti akan mengalami kehidupan yang penuh berkat pula,

kaya, sukses dan berkelimpahan materi. Jadi dalam pandangan ini, seorang Kristen yang

beriman seharusnya hidup dalam kekayaan dan kelimpahan materi sebagai tanda bahwa

hidupnya diberkati Tuhan, karena sekarang umat Kristen telah mengalami pemulihan.

110
Paul Estabrooks, Berdiri Teguh Di Tengah Badai..., 22
53

Sebaliknya orang Kristen yang tidak kaya dan hidup berkekurangan dianggap sebagai

mempunyai iman yang lemah dan tidak diberkati Tuhan.111

Theologia Kemakmuran (Prosperity Theology) adalah sebuah doktrin yang

mengajarkan kesuksesan hidup secara jasmani sebagai tanda atau bukti orang tersebut

diperkenan Allah. Kemakmuran hidup ini terutama mencakup kekayaan dan kesehatan.

Keadaan yang menyenangkan ini dianggap bisa terjadi karena ditentukan Allah

sebelumnya (preordained) atau diberikan sebagai balasan atas doa atau tindakan tertentu

(law of reciprocity). Para penganut theologia ini juga menekankan bahwa kesuksesan di

atas telah disediakan Allah bagi setiap orang Kristen. Hanya saja, Allah telah menetapkan

instrumen atau syarat untuk menerima kesuksesan tersebut, yaitu melalui iman.112

Latar Belakang Munculnya Theologia Kemakmuran

Pengaruh perkembangan ekonomi global di Amerika serikat paska Perang Dunia II

dan perang Korea. Ekonomi Amerika mengalami booming setelah berhasil

memproduksi alat-alat tempur yang dikonsumsi pada Perang Dunia II (1941-1945) dan

Perang Korea (1950). Ketika Amerika mengalami kemenangan dalam peperangan,

mereka mengalami kepesatan dibidang perekonomian dan perindustrian.

Konsekwensinya masyarakat Amerika mengalami kemakmuran secara materil. Suasana

kemakmuran, menciptakan iklim dan filosofi “Materialsm”, dan “Hedonism”.

111
Herlianto, Theologia Sukses, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 1
112
Yakub Tri Handoko, Theologia Kemakmuran, (Tenggilis Mejoy: Sekolah Alkitab Malam GKKA,
7 Mei 2007), 1
54

Akibatnya, muncullah berbagai kajian dibidang sosiologi, psikologi bahkan theologia

serta praktek-praktek keagamaan yang menyesuaikan diri dengan iklim materialism.

Bermunculanlah berbagai buku-buku psikologi yang mengajarkan bagaimana cara untuk

memperoleh kesuksesan, seperti karya Norman Vincent Peale yang berjudul, “Positiv

Thinking”, dan lain-lain. Kemajuan ekonomi Amerika semakin meluas dan bergeser ke

kawasan pantai Barat (pasifik), sehingga terjadi perkembangan ekonomi yang luar biasa

dinegara bagian California khususnya disekitar Los Angeles. Dikawasan inilah ajaran

“self Actualization” dan “Self Esteem” sangat tumbuh subur. Di wilayah ini, Robert

Schuller berhasil membangun Cristal Cathedral yang mewah dan mengembangkan

ajaran kemakmuran yang dipromosokan Norman Vincent Peale. Gejala ini meluas

kedalam tubuh gereja-gereja di Amerika. Muncullah penginjil-penginjil yang

mengajarkan “kesuksesan material”, melalui sarana televisi. Julukan mereka adalah,

“TV-Evangelist”

Korea Selatan baru mengalami penderitaan hidup akibat perang Dunia ke-2 (1941-

1945) dan sebelum bisa bangun sudah terkena pula perang Korea (awal tahun 50-an).

Karena itulah,ketika ekonomi pasca perang mulai bertumbuh, banyak orang seperti lepas

dari sangkar penderitaan menjadi berlomba-lomba mengejar kemakmuran materi, tidak

terkecuali umat Kristen. Dengan demikian, banyak penginjil-penginjil Kore memadukan

ajaran perdukunan (shamanisme) Korea dan kekristenan di tengah-tengah kebangunan

industry negaranya mengemangkan ajaran sukses atau kemakmuran. Seperti yang

dihasilkan oleh penelitian Christianity Today Institute pada geea-gereja di Korea dan

dimana ditemukan fakta-fakta konkret adanya kenyataan dan disebutkan bahwa: banyak
55

gereka Korea mengajarkan “Injil Sukses” yang sebetulnya merupakan percampuran

paham kekristenan dengan Shamanasime (perdukunan yang melibatkan pahala sebagai

motivasi penyembahan kepada dewa) yang merupakan paham tradisi nenek moyang

Korea.113

Dari jajaran penginjil-penginjil sukses Korea ini tokoh yang menonjol adalah Sun

Moon Myung yang mengaku sebagai Kristus Ke-2 yang terlibat skandal perpajakan di

Amerika Serikat, dan terutama Paul Yonggi Cho yang mengaku mempunyai gereja

terbesar di dunia yaitu Yoido Full Gospel Church.114 Melalui seminar-seminar

pertumbuhan gereja ajaran sukses ini disebarkan oleh Cho ke seluruh dunia dan tidak

lepas pengaruhnya juga masuk ke Indonesia pula seperti dapat dibaca dalam beberapa

kutipan berikut: Yesuslah jawaban bagi segala pergumulan, masalah, sakit-penyakit,

beban hidup yang berat, keputusasaan, bahkan dosa itu sendiri yang menjadi penyebab

utama malapetaka, penderitaan dan kesusahan manusia.115 Selanjutnya berbunyi: Pandai,

benar, adil, jujur, adalah empat kelengkapan hidup yang patut dimiliki setiap orang

percaya, karena keempat kelengkapan itu menuntun hidup ini kepada jalan sukses,

bahagia dan damai sejahtera.116

Penyebaran di Indonesia juga dipopulerkan melalui ajaran-ajaran penginjil-

penginjil sukses dan membangun Praise Center dan di samping itu, penyebaran ajaran

sukses demikian diramaikan dengan outreach yang banyak menggunakan tempat-tempat

113
Will Success Spoil The South Korean Church? Christian Today, 20 November 1987
114
Herlianto, Theologia Sukses…, 10
115
Yakub Nahuway, Jalan Ke Surga Telah Rata, (Jakarta: Gereja Bethel Indonesia Mawar Saron,
1990), 9
116
Ibid., 14
56

mewah seperti hotel-hotel berbintang, restoran-restoran mewah, kelap malam, maupun

gedung-gedung megah lainnya.117 Dengan meningkatnya perekonomian jemaat kota

besar dan kejenuhan hidup di kota-kota besar, maka ibadah gaya theologia sukses

cenderung makin popular, karena merupakan kompensasi kejiwaan yang menarik dan

diinginkan manusia, sekalipun ibadah mereka tidak memberikan dampak spiritual yang

mendalam. Ibadah yang menawarkan spiritual semu tanpa mempersoalkan perlunya

etika Kristen selalu akan menarik hati manusia.

Sejarah dan Perkembangan Theologia Kemakmuran

Theologia Kemakmuran atau Doktrin Kemakmuran (Inggris Prosperity theology),

yang kadang-kadang disebut pula Theologia Sukses, adalah doktrin yang mengajarkan

bahwa kemakmuran dan sukses dalam bisnis adalah tanda-tanda eksternal bahwa yang

bersangkutan dikasihi Allah. Kasih Allah ini diperoleh sebagai sesuatu takdir

(predestinasi), atau diberikan sebagai ganjaran untuk doa atau jasa-jasa baik yang dibuat

orang tersebut.

Theologia Kemakmuran adalah bagian yang cukup umum dari televangelis dan

beberapa gereja Pentakostal di Amerika Serikat yang mengklaim bahwa Allah

menginginkan agar orang Kristen sukses dalam segala hal, khususnya dalam segi

keuangan mereka. Para penganjur dogma ini mengklaim bahwa tujuannya adalah untuk

pekerjaan misi atau mendanai pemberitaan Injil di seluruh dunia. Ajaran mereka

didasarkan pada beberapa ayat di Alkitab dan salah satunya adalah Ulangan 8:18 yang

117
Herlianto, Theologia Sukses…, 10
57

mengatakan: "Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah

yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud

meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu,

seperti sekarang ini." Sebaliknya, para pengkritiknya mengklaim bahwa doktrin itu

digunakan oleh para penganjurnya untuk memetik keuntungan dari orang-orang yang

memberi atau bahwa fokus doktrin itu pada kekayaan materi adalah keliru. Mereka

berpendapat bahwa kekayaan materi malah justru bisa membuat orang percaya jatuh ke

dalam rasa cinta akan uang.

Beberapa penginjil di Amerika Serikat yang menganut theologia kemakmuran

antara lain adalah Kenneth Copeland, Benny Hinn, Nasir Saddiki, Robert Tilton, T.D.

Jakes, Paul Crouch, Joel Osteen, dan Peter Popoff. Pat Robertson menyebut teorinya ini

sebagai "Hukum Timbal-Balik" dalam acaranya TV-nya, The 700 Club.

Sebagian orang menelusuri cikal-bakal Theologia Kemakmuran sampai pada

gerakan gnostik kuno abad ke-2 M, walaupun bukti-bukti yang dipaparkan masih bisa

diperdebatkan. Hampir semua orang tampaknya setuju bahwa akar modern dari

Theologia Kemakmuran terdapat pada diri E. W. Kenyon (1867-1948) dari Inggris. Ia

berasal dari gereja Metodist, kemudian berpindah ke Baptis dan terakhir ke Pentakosta.

Ia adalah seorang pengkhotbah, pendidik dan penulis yang hebat. Penekanannya pada

‘iman sebagai sarana mendapatkan janji Allah’ tertuang dalam 18 buku yang dia tulis.
58

Salah satu frase yang berasal dari Kenyon dan terus dipakai sampai sekarang adalah

“apa yang saya akui, itu yang saya miliki” (what I confess, I possess).118

Para peneliti berbeda pendapat tentang pemikiran tertentu yang mempengaruhi

Kenyon. Di satu sisi sebagian berpendapat bahwa ia dipengaruhi oleh filosofi Gerakan

Jaman Baru dalam berbagai bentuknya (D.R. McConnell, A Different Gospel, 31-35; H.

Terris Neuman, An Analysis of the Sources of the Charismatic Teaching of Positive

Confession, 43), sedangkan di sisi lain sebagian peneliti menganggap ia dipengaruhi

oleh para tokoh pentakosta aliran Faith Cure, misalnya A. B. Simpson dan A. J. Gordon

(Joe McIntyre, E. W. Kenyon: he True Story). Beberapa ahli lain mengamini pengaruh

Pemikiran Baru dalam konsep Kenyon, tetapi bersimpati terhadap usaha Kenyon

mengintegrasikannya dengan Alkitab (William 2/17 DeArteaga, Quenching The Spirit),

sedangkan yang lain menolak latar belakang pemikiran tersebut tetapi lebih kritis

terhadap doktrin Kenyon (Robert Bowman, Word-Faith Controversy).119

Konsep di atas selanjutnya terus dikumandangkan oleh beberapa tokoh, misalnya

Kenneth Copeland, Kenneth Hagin, Benny Hinn, Oral Roberts, Nasir Saddiki, Robert

Tilton, T. D. Jakes, Morris Cerullo, Paul Crouch, Joel Osteen, John Avanzini, Fred

Price, David (Paul) Yonggi Cho, dan Peter Popoff. Dari deretan nama tersebut, Hagin

adalah yang terkemuka, sehingga dia seringkali disebut sebagai The Father of Faith

Movement (Sherry Andrews, "Kenneth Hagin ‹ Keeping the Faith," Charisma, October

1981, 24), walaupun menurut jajak pendapat dari majalah yang sama Hagin hanya

118
Yakub Tri Handoko, Theologia Kemakmuran, (Tenggilis Mejoy: Sekolah Alkitab Malam GKKA, 7
Mei 2007), 1
119
Yakub Tri Handoko, Theologia Kemakmuran…, 2
59

berada di urutan ke-3 setelah Pat Robertson dan Kenneth Copeland (Kenneth Hagin, Jr.,

Charisma,"Trend Toward the Faith Movement," August 1985, 67-70). Hagin terkenal

dengan kotbahnya tentang 4 formula menerima janji Allah: katakan-lakukan-terima-

beritakan. Ada dua faktor utama mengapa gerakan ini mampu menarik banyak pengikut.

Faktor pertama adalah efek dari kebangkitan ekonomi dan sekularisasi. Pasca Perang

Dunia II Amerika mengalami perkembangan ekonomi yang luar biasa. Kemakmuran

merupakan hal yang sangat mudah didapat dan perlahan-lahan membentuk pola pikir

yang materialistis. Situasi seperti ini akhirnya menimbulkan kekosongan batiniah dalam

diri banyak orang. Nilai-nilai keagamaan dan mentalitas baru ini tampaknya sulit

digabungkan. Dalam situasi seperti ini Theologia Kemakmuran menawarkan salah satu

bentuk integrasi dari dua hal itu. Faktor berikutnya adalah perkembangan Pemikiran

Baru (New Thought). Kemiripan yang fundamental antara Theologia Kemakmuran dan

Gerakan Jaman Baru-penekanan pada kemampuan aspek batiniah dan perkataan

manusia, nilai-nilai keilahian manusia, kesuksesan dan kemakmuran - menunjukkan

bahwa keduanya saling berkaitan (Hendrik H. Hanegraaff, Christianity in Crisis).

Masyarakat Amerika yang telah diracuni paham pantheisme Timur melalui Pemikiran

Baru dengan mudah beralih pada Theologia Kemakmuran yang menekankan hal-hal

yang sama.120

120
Yakub Tri Handoko, Theologia Kemakmuran…, 2
60

Karakteristik Theologia Kemakmuran

Pada bagian ini kami akan memaparkan beberapa karakteristik dari para penganut

theologia kemakmuran: Pertama, Kehidupan para pengkhotbah yang bergelimang

kemewahan. Kedua, menekankan pola ibadah model “Praise Worship” dan “Kebaktian-

kebaktian Kebangunan Rohani” berskala besar. Ketiga, menekankan perpuluhan sebagai

upaya untuk memperoleh upah berkat fisik dari Allah. Keempat, kecenderungan untuk

membangun gedung gereja yang megah dan glamor. Kelima, ditonjolkannya kesaksian-

kesaksian orang kaya yang bertobat atau yang diberkati dalam usahanya. Keenam,

kultus pengkhotbah tertentu. Ketujuh, menjamurnya praktek penggunaan ijasah palsu

seperti Doktor (DR), Doktor Philosophi (Ph.D), Profesor (Prof).

Dampak Theologia Kemakmuran

Kehadiran theologia sukses sebenarnya memiliki dua dampak besar. Pertama,

secara positif, manusia “dibakar” semangatnya akan pentingnya dinamika iman. Iman,

bukan hanya dipahami sebagai suatu bentuk sikap yang pasif dan menyerah pada takdir,

namun lebih merupakan suatu tindakan. Kedua, secara negatif bisa menjerumuskan

manusia pada instant faith dan anggapan bahwa tanda kita diberkati adalah kesuksesan.

Penderitaan Menurut Theologia Kemakmuran

Dalam bagian ini penulis akan memaparkan mengenai Penderitaan Menurut

Theologia Kemakmuran diantaranya Kesembuhan Yang Sempurna, Kesehatan dan

Kemakmuran, Kaya dan Hidup Yang Berkelimpahan.


61

Kesehatan dan Kesembuhan Yang Sempurna

Kesembuhan Yang Sempurna merupakan salah satu tujuan dari ajaran Theologia

Sukses, yang merupakan tanda dari kehidupan yang sukses yang terwujud dalam

kesembuhan yang sempurna dan bebas dari sakit-penyakit. Sebaliknya orang yang sakit

sering dianggap sebagai orang yang sakit imannya atau bahkan dikatakan sebagai

ketiadaan iman. Dan orang yang beriman dapat menggunakan imannya untuk

mengalami kesembuhan apabila sakit.121 Kesembuhan ilahi yang diajarkan oleh

theologia sukses adalah bahwa kesembuhan itu dianggap sebagai tanda sukses pula.

Artinya, kalau seorang sakit itu berarti ia tidak sukses. Lebih dari itu dikatakan bahwa

kesembuhan itu harus sempurna, dalam arti kata bahwa seorang beriman harus

menunjukkan imannya dengan kesembuhan jasmani yang sempurna pula. Jadi ada

kaitan langsung antara iman dan kesembuhan serta dosa dan penyakit.122

Kesembuhan Ilahi penting dalam ajaran sukses seperti yang terdapat dalam ajaran

Paul Yonggi Cho, karena hal ini merupakan pokok doa yang banyak dituntut dalam

ajaran Cho. Ajaran kesembuhan dari sakit-penyakit bukan sekedar ajaran yang

dipercayainya sebagai anggota Gereja Pentakosta, tetapi berakar dari pengalamannya

sendiri akan kesembuhan dari berbagai penyakit yang dideritanya seperti TBC,

gangguan syaraf, jantung dan sakit perut parah. Selama berlangsungnya tahun-tahun

kesukaran itu, satu demi satu penyakitnya mengalami kesembuhan dan sampai saat ini

Dr. Cho menikmati kesembuhan yang sempurna.123 Berdasarkan kesembuhan yang

121
Herlianto, Theologia Sukses…, 146
122
Ibid.
123
Paul Yonggi Cho, Mengapa Saya Harus Menderita? (Jakarta: Immanuel, 1988), xv
62

dialaminya, keyakinannya akan kesembuhan ilahi sangat kuat dan dianggapnya berlaku

secara universal. Ia beranggapan bahwa penyakit berasal dari Iblis, dosa dan kutuk.

Menurutnya, sebagaimana yang dinubuatkan nabi Yesaya dalam Yesaya 53, salib

Kristus dianggap menebus dosa dan penyakit. Matius 8: 17: Dialah yang memikul

kelemahan kita dan menanggung penyakit kita (Bnd. Yes 53: 4), dan 1 Petrus 2: 24b:

Oleh bilur-bilurnya kamu telah sembuh (bnd. Yes 53: 5). Berdasarkan ayat-ayat ini, ia

beranggapan bahwa orang beriman juga seharusnya mengalami kesembuhan sempurna

selagi masih hidup di dunia ini, dan ada hubungan timbal balik antara iman dan

kesembuhan. Karena Tuhan telah menebus kita dari kuasa Iblis, dosa dan kutuk maka

karena penyakit bersumber dari ketiga hal di atas, maka penebusan Yesus juga

mendatangkan kesembuhan jasmani pula.124

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, Cho beranggapan bahwa dalam hidup

kita di dunia ini, hak kesembuhan sempurna bebas dari sakit secara total adalah hak

yang harus dipunyai oleh orang beriman, dan sakit penyakit merupakan salah satu wujud

kutukan Allah. Dalam kaitan dengan hal ini Cho mengatakan:

Kita orang-orang Kristen dapat menjalani kehidupan di dunia ini dalam


keadaan bebas dari segala penyakit. Dalam perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru sikap Allah sama saja. Kehendak Allah bagi manusia
bukanlah untuk memberikan sakit-penyakit melainkan kesembuhan dari
segala penyakit.125 Penyakit hanyalah merupakan salah satu wujud kutukan
Allah. Barangsiapa sungguh-sungguh mengakui dosanya dan menerima
pengampunan melalui kuasa Tuhan Yesus Kristus, akan menerima
keselamatan dan dalam menerima keselamatan, akan dengan sendirinya
beroleh kelepasan dari kutuk sakit-penyakit.126 Begitu kuatnya fanatisme
Cho sehingga ia berani berkata tegas bahwa berdasarkan penebusan Kristus

124
Herlianto, Theologia Sukses…, 147
125
Paul Yonggi Cho, Mengapa Saya Harus Menderita…, 9, 14
126
Ibid., 29
63

di atas kayu salib, Ia telah menyembuhkan kitasecara total lahir dan batin
bahkan nyawa kita. Sekarang ini, siapa saja yang percaya kepada Kristus
akan menikmati kelepasan dari segala dosa, sakit penyakit, kutuk, kuasa
iblis, dan kematian.127

Dari penafsiran ini, Cho tidak membedakan antara hal-hal yang bersifat jasmani

dan rohani dan tidak membedakan antara kesembuhan sempurna dan kesembuhan yang

dimaksud dalam Alkitab. Seperti yang ia tulis dalam bukunya, yakni: Saudaraku yang

kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala

sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja (3 Yoh. 2). Pandangan hitam putih atas

penyakit itu dengan jelas dari tulisan Hagin, yang berbunyi: ”Jelaslah bahwa penyakit

itu bukanlah suatu berkat. Penyakit adalah suatu kutuk. Suatu kutuk oleh karena kita

melanggar hukum Tuhan.”128

Theologia Kemakmuran mengajarkan bahwa Allah menghendaki kita untuk hidup

makmur. Mereka bahkan menganggap kemiskinan sebagai sebuah dosa. Mereka juga

menandaskan bahwa Allah dalam kasih dan kemurahan-Nya yang besar menghendaki

agar tidak ada satupun orang percaya yang pernah sakit. Penyakit adalah usaha iblis

merampok hak-hak ilahi orang percaya dalam memiliki kesehatan yang sempurna.

Setiap orang percaya akan berumur panjang di bumi tanpa mengalami penyakit dan

akhirnya tertidur bersama dengan Tuhan. Hagin juga menyatakan bahwa ia tidak pernah

mengalami sakit kepala selama 45 tahun.

Berdasarkan keyakinan di atas, mereka menganggap tubuh yang sakit tidak bisa

memuliakan Tuhan. Price mengajarkan bahwa Roh Kudus tidak mau tinggal di dalam

127
Paul Yonggi Cho, Mengapa Saya Harus Menderita…, 41
128
Kenneth Hagin, Ditebus Dari Kemiskinan, Penyakit, Kematian, (Jakarta: Immanuel, 1988), 23
64

tubuh seseorang yang buta maupun tuli, karena Ia tidak bisa melihat keluar maupun

mendengarkan. Orang percaya harus mengabaikan gejala-gejala penyakit dan percaya

bahwa mereka telah disembuhkan. Beberapa orang secara tegas menolak penggunaan

obat-obatan medis.

Ada beberapa dasar yang dipakai mereka untuk mengklaim kesehatan bagi setiap

orang percaya. Pertama, kehidupan Yesus di dunia. Menurut mereka Yesus selama di

dunia hidup sebagai orang kaya. Avanzini meyakini bahwa Yesus memiliki sebuah

rumah besar yang bagus, mengenakan pakaian-pakaian rancangan desainer (Yoh 19:23-

24) dan memegang uang yang sangat banyak. Begitu kayanya Yesus, sampai-sampai

pakaian-Nya pun diperebutkan orang sehingga terpaksa diadakan undian (Yoh 19:23-

24). Karena Yesus (dan pararasul) adalah orang-orang kaya, maka orang percaya

seharusnya mengharapkan kesuksesan finansial yang sama. Dasar lain yang diajukan

untuk mendukung Theologia Kemakmuran adalah tujuan kedatangan Yesus ke dalam

dunia. Dalam Yohanes 10:10 dikatakan bahwa Yesus datang supaya orang percaya

memiliki hidup yang berkelimpahan. Dalam 2 Korintus 8:9 juga disebutkan bahwa

Yesus yang kaya mau menjadi miskin supaya kita kaya. Dua ayat ini ditafsirkan sebagai

kelimpahan secara jasmani/materi. Ayat lain yang kadangkala dipakai adalah Roma

8:32. Kalau Allah saja memberikan Anak-Nya datang ke dalam dunia dan mati bagi

manusia, maka Allah pasti akan memberikan segala sesuatu yang lain. Dasar selanjutnya

adalah nubuat nabi Yesaya (pasal 53:4-6) yang digenapi dalam pelayanan Yesus. Yesaya

53: 4 dikutip dalam Matius 8:17, sedangkan Yesaya 53:5-6 dikutip dalam 1Petrus 2:24-

25. Secara khusus pengikut Theologia Kemakmuran menyoroti bentuk present tense
65

“kita menjadi sembuh” di Yesaya 53:5 (semua versi Inggris “we are healed”). Ayat ini

dipahami secara hurufiah (kesembuhan fisik) dan dianggap berlaku secara terus-

menerus, karena memakai present tense. Dasar keempat yang dipakai adalah status

orang percaya sebagai anak-anak Allah atau anak-anak Raja. Sebagai anak-anak Raja

orang percaya pasti kaya. Price pernah mengatakan, “kalau mafia saja bisa mengendarai

mobil Lincoln Continental, mengapa anak-anak raja tidak bisa?” Konsep seperti inilah

yang sangat mempengaruhi berbagai langkah konkret yang diambil Yonggi Cho dalam

usaha membangun gerejanya yang megah (Fourth Dimension). Ayat terakhir yang

sangat sering dikutip penganut Theologia Kemakmuran adalah 3 Yohanes 2. Mayoritas

versi Inggris menerjemahkan ayat 2a dengan “saudara-saudaraku, aku berdoa semoga

engkau sukses (prosper) dalam segala hal”. Mereka menafsirkan prosper di sini secara

hurufiah merujuk pada kemakmuran materi.

Kaya dan Hidup Yang Berkelimpahan

Hagin salah satu tokoh theologia kemakmuran yang menekankan kekayaan. Hal ini

bermula ia dilahirkan dalam keadaan sakit jantung dan sangat kurus, sehingga ia

mengalami kehidupan yang sangat menderita bagaikan seorang cacat. Keadaan itu

berakhir pada waktu ia berumur 19 tahun, pada tahun 1937 ia mengaku mengalami

baptisan Roh Kudus, dan sejak saat itu ia memulai pelayanannya berupa penyembuhan

ilahi dengan mempopulerkan slogan yang berbunyi “name it and claim it” (sebutlah dan

tuntutlah), yang artinya asal kita sebutkan dan minta dengan iman, Allah pasti
66

memberikan kepada kita, sehingga kalau doa kita tidak dikabulkan oleh Allah, itu berarti

iman kita masih kurang.129

Pada tahun 1960-an ia mengembangkan pelayanan dengan ajaran: “faith,

prosperity, and positive confession” (iman, kemakmuran dan pengakuan yang positif),

selain juga penyembuhan ilahi yang sebelumnya menjadi cirri khasnya. Ajaran

mengenai kemakmuran dapat terlihat dari buku-bukunya, antara lain ia menulis: Apakah

anda maksudkan bahwa Tuhanpun bermaksud membuat kita semua ini kaya? Ya, benar!

Itulah yang saya maksudkan. Tuhan tidak menjanjikan kepada kita bahwa kita akan

beroleh persediaan yang kurang melainkan persediaan yang penuh kelimpahan. Yang

dianugerahkan-Nya dengan penuh kelimpahan! Sekali lagi kita harus bersyukur dan

memuji Tuhan atas berkat yang begitu besar.130

Guna mendukung ajaran Theologia Sukses khususnya untuk ajaran hidup yang

kaya dan berkelimpahan, ayat-ayat faforit digunakan dengan tafsiran harafiah. Yohanes

10: 10b: Aku datang, supaya mereka mepunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala

kelimpahan. Ayat ini merupakan ayat andalan ajaran theologia kemakmuran untuk

menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sendiri mengajarkan bahwa domba-domba-Nya

diberi-Nya kelimpahan, termasuk kelimpahan materi.131 3 Yohanes 2: Saudaraku yang

kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala

sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja. Hal ini diartikan sebagai keberhasilan

129
Herlianto, Theologia Sukses…, 26
130
Kenneth Hagin, Ditebus Dari Kemiskinan, Penyakit dan Kematian…, 10-11
131
S. Christian Robirosa S, Teologi Kemakmuran, (Malang: Gandum Mas, 2009), 70
67

dalam usaha dan kekayaan.132 2 Korintus 8: 9: Karena kamu telah mengenal kasih

karunia Tuhan kita yesus Krstus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin,

sekalipun ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinannya. Ayat ini

dipakai oleh theologia kemakmuran untuk menunjukkan bahwa Tuhan menginginkan

kita menjadi kaya karena itulah tujuan kedatangan-Nya.133 Roma 8: 32: Ia, yang tidak

menyayangkan anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua,

bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-

sama dengan Dia? Kata segala sesuatu dalam ayat ini diterjemahkan sebagai kekayaan

materi.134 Filipi 4: 9: Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan

dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Theologia kemakmuran menyimpulkan ayat

ini bahwa karena Allah itu kaya maka Dia akan memenuhi segala keperluan orang

percaya dengan kekayaan yang melimpah, sesuai dengan kayanya Allah. 135 Roma 10:

11-12: Karena Kitab suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan

dipermalukan.” Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani.

Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang

yang berseru kepada-Nya.” Ayat ini diartikan karena Allah itu kaya kepada orang yang

berseru kepada-Nya, maka Dia juga akan memberikan kekayaan itu kepada mereka.136

132
S. Christian Robirosa S, Teologi Kemakmuran..., 70
133
Ibid., 75-76
134
Ibid., 70
135
Ibid., 80
136
Ibid., 78
68

Berdasarkan ayat-ayat ini diartikan sebagai petunjuk bahwa umat Kristen berhak

menjadi kaya, hidup dalam kelimpahan materi dan duniawi yang berarti banyak uang,

hidup berlebihan, dan hidup dalam segala kenikmatan.137

Dalam ajaran Theologia kemakmuran, hidup yang diberkati Tuhan adalah hidup

yang kaya, berkelimpahan dan tidak kurang suatu apapun. seseorang yang miskin hal itu

disebabkan karena dosa, sehingga pengjinjil-penginjil sukses berpedapat bahwa setiap

orang yang sudah percaya kepada Yesus harus kaya karena sudah dilepaskan dari kuasa

dosa atau kutuk.

Orang Yang Berhak Menerima Janji Allah

Dalam Theologia Kemakmuran diajarkan bahwa orang percaya pasti akan

mendapatkan apapun yang dia inginkan, karena semua itu sudah disediakan oleh Allah.

Jika tidak terjadi kesembuhan (atau kekayaan), maka persoalannya terletak pada

penerimaan kita, bukan pada pemberian Allah. Allah selalu memberi, tetapi kita tidak

selalu memenuhi persyaratan untuk menerima pemberian itu. Bagi orang percaya yang

sungguh-sungguh, ia pasti menerima. Kalau ada orang Kristen yang sungguh-sungguh

tetapi tidak menerima, maka hal itu hanyalah kebohongan semata-mata.138 Persyaratan

utama yang harus dimiliki orang Kristen adalah iman yang sungguh-sungguh. Iman

adalah sebuah kekuatan. Dengan kekuatan ini orang percaya dapat menggerakkan Allah.

Bagi pengikut Theologia Kemakmuran, doa yang pengabulannya diserahkan pada

kehendak Allah sama saja menganggap Allah sebagai pribadi yang bodoh. Sebaliknya,

137
Herlianto, Theologia Sukses…, 37
138
Hagin dalam buku Yakub Tri Handoko, Theologia Kemakmuran…, 6
69

melalui kekuatan iman, orang percaya dapat melakukan apa saja yang mereka minta,

sekalipun hal itu tampak mustahil (Mat. 17:20; Mrk. 11: 23-24).

Tokoh Theologia Kemakmuran mengajarkan bahwa Allah terikat pada hukum

spiritual dalam dunia roh dan hanya dapat bekerja melalui kekuatan iman. Allah taat

pada perintah dan keinginan orang Kristen yang penuh iman. Mengapa Allah

sedemikian tunduk kepada iman? Jawabannya adalah karena Allah merupakan

keberadaan (Being) yang beriman. Ayat yang dipakai untuk mendukung pandangan ini

adalah Markus 11:22 (“milikilah iman kepada Allah”). Menurut penganut Theologia

Kemakmuran, terjemahan ini tidak tepat, karena bentuk genitif qeou (“Allah”) di ayat ini

seharusnya diterjemahkan “iman milik Allah” (band. YLT dan footnote KJV). Alasan

lain yang mengapa Allah begitu terikat dengan iman orang percaya adalah konsep

perjanjian Allah dengan Abraham. Menurut mereka, orang percaya berdasarkan otoritas

Firman dapat memerintahkan Allah untuk melakukan bagian-Nya dalam perjanjian itu.

Copeland bahkan mengajarkan bahwa Allah adalah pihak yang lebih lemah dalam

perjanjian itu dibandingkan dengan Abraham. Kualitas iman yang ditunjukkan haruslah

istimewa. Orang percaya harus mengimani kesaksian Firman Allah sekalipun kondisi

fisik menunjukkan hal sebaliknya. Sebagai contoh: orang sakit yang sudah didoakan

tidak boleh menguji apakah kesembuhan sudah terjadi atau tidak, karena tindakan ini

merupakan bentuk pengakuan negatif yang bisa membatalkan kuasa iman dan doa.

Selain harus memiliki kualitas iman yang luar biasa, orang percaya dituntut untuk

mempraktekkan iman itu dalam beberapa langkah konkret. Orang percaya harus

memvisualisasikan dalam pikiran apa yang mereka inginkan. Copeland mengajarkan


70

untuk membangun gambaran pengharapan di dalam diri orang percaya dan memelihara

firman itu di depan mata mereka. Visualisasi ini merupakan bahasa dalam kehidupan

dimensi rohani (keempat) dan Roh Kudus berkomunikasi melalui cara itu. Langkah

konkret lain yang harus dilakukan adalah perkataan/pengakuan positif. Orang percaya

harus mengucapkan terus-menerus apa yang mereka imani, karena apa yang diakui itu

pula yang didapat.

Orang percaya dapat menentukan masa depan mereka sendiri melalui iman yang

diucapkan dan pemanfaatan hukum. Sebagaimana Allah hanya memakai kata-kata untuk

menciptakan alam semesta, maka orang percaya juga dapat membuat sesuatu bisa terjadi

melalui perkataan yang positif. Sebagaimana kata-kata yang positif dapat menghasilkan

hal-hal yang luar biasa, demikian pula perkataan yang negatif akan menciptakan realita

yang negatif pula, karena menurut Amsal 18:21 “hidup dan mati dikuasai lidah. Langkah

konkret yang terakhir adalah tindakan memberi persembahan untuk hamba Tuhan atau

pekerjaan Tuhan. Langkah ini didasarkan pada konsep hukum tabur-tuai. Beberapa ayat

yang sering dipakai sebagai dukungan antara lain Maleakhi 3:10, Markus 10:30, Lukas

6:38 dan Galatia 6:17. Dengan menanam benih finasial melalui persembahan, orang

percaya dapat menyebut imbalan apa yang mereka inginkan dan mereka akan

mendapatkannya. Mereka tidak jarang memakai nama Tuhan atau mengklaim

mendengar suara Tuhan secara langsung guna mendapatkan persembahan yang banyak,

seperti yang dilakukan Cerullo ketika ia berkata “maukah engkau menyerahkan

dompetmu kepada-Ku- kata Allah - dan biarlah aku menjadi Tuhan atas dompetmu...Ya,

dengan demikian engkau taat kepada suara-Ku.”


71

Rangkuman

Penderitaan secara umum berarti suatu keadaan yang menyedihkan (kesukaran,

dukacita, kesengsaraan, penyakit, dan lain lain) yang harus ditanggung oleh si penderita

yang disebabkan baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri.

Penderitaan menurut Perjanjian Lama adalah penderitaan, kesusahan, kesedihan

yang mendalam, penderitaan yang berat baik itu yang bersifat pribadi atau umum yang

disebabkan oleh dosa dan karena dosa itu maka manusia harus menanggung akibatnya

berupa hukuman (penderitaan). Penderitaan ini dialami secara fisik dan mental oleh

orang percaya maupun orang yang tidak percaya dan hal ini diizinkan oleh Allah dengan

maksud untuk menguji iman orang tersebut. Dengan tujuan supaya menyadari dosanya

dan bertobat.

Penderitaan menurut perspektif Perjanjian Baru adalah kesukaran, penderitaan,

penganiayaan baik yang dialami dalam hidup manusia pada umumnya juga pada

penderitaan dan kematian Kristus pada khususnya, yang juga dialami oleh setiap orang

percaya yang menderita karena nama-Nya. Namun penderitaan dapat memberikan

makna baru bagi setiap orang percaya yang mengalami penderitaan karena nama-Nya

yaitu kemuliaan yang telah dijanjikan-Nya.

Aspek-aspek penderitaan antara lain: Aspek pertama, Sumber dari penderitaan

yaitu dosa karena kutukan Allah, dosa karena kesalahan sendiri dan pencobaan dari iblis.

Aspek kedua, jenis-jenis penderitaan, yaitu perpisahan atau kematian, dibuang oleh

masyarakat, bencana, tindak kejahatan, penyakit, iri hati dan pergumulan hidup. Dan

aspek ketiga, Tujuan Penderitaan, yaitu: untuk menguji dan memurnikan iman (1 Pet 1:
72

6,7; 5: 10; Rm 5: 3-4; Yak 1: 2-4). Untuk menyingkirkan kesombongan (2 Kor 12: 7-

10). Untuk membuat hidup lebih kudus. Untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak

diketahui oleh kita saat ini (Pkh 3: 11). Untuk membawa orang percaya hidup bersama

dalam kesatuan (Yoh 17: 3). Untuk membawa tuaian jiwa-jiwa yang lebih besar kepada

Kristus (Kis 8: 1-25). Untuk memperingatkan orang percaya. Untuk menuntun orang

percaya pada kemuliaan. Supaya orang percaya dapat ambil bagian dalam penderitaan

Kristus. Supaya menjadi berkat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dan supaya

melakukan apa yang menjadi kehendak Allah.

Theologia sukses atau injil sukses sering juga disebut sebagai injil-injil

kemakmuran, kelimpahan berkat, atau theologia anak raja, dan secara sederhana ajaran

ini menekankan bahwa: Allah kita adalah Allah yang maha besar, kaya dan penuh berkat

dan manusia yang beriman pasti akan mengalami kehidupan yang penuh berkat pula,

kaya, sukses dan berkelimpahan materi.

Kesembuhan Yang Sempurna merupakan salah satu tujuan dari ajaran Theologia

Sukses, yang merupakan tanda dari kehidupan yang sukses yang terwujud dalam

kesembuhan yang sempurna dan bebas dari sakit-penyakit.

Theologia Kemakmuran mengajarkan bahwa Allah menghendaki kita untuk hidup

makmur. Mereka bahkan menganggap kemiskinan sebagai sebuah dosa. Mereka juga

menandaskan bahwa Allah dalam kasih dan kemurahan-Nya yang besar menghendaki

agar tidak ada satupun orang percaya yang pernah sakit. Penyakit adalah usaha iblis

merampok hak-hak ilahi orang percaya dalam memiliki kesehatan yang sempurna
73

Dalam ajaran Theologia kemakmuran, hidup yang diberkati Tuhan adalah hidup

yang kaya, berkelimpahan dan tidak kurang suatu apapun. Seseorang yang miskin hal itu

disebabkan karena dosa, sehingga pengjinjil-penginjil sukses berpendapat bahwa setiap

orang yang sudah percaya kepada Yesus harus kaya karena sudah dilepaskan dari kuasa

dosa atau kutuk.

Dalam Theologia Kemakmuran diajarkan bahwa orang percaya pasti akan

mendapatkan apapun yang dia inginkan, karena semua itu sudah disediakan oleh Allah.

Jika tidak terjadi kesembuhan (atau kekayaan), maka persoalannya terletak pada

penerimaan kita, bukan pada pemberian Allah. Allah selalu memberi, tetapi kita tidak

selalu memenuhi persyaratan untuk menerima pemberian itu. Bagi orang percaya yang

sungguh-sungguh, ia pasti menerima. Kalau ada orang Kristen yang sungguh-sungguh

tetapi tidak menerima, maka hal itu hanyalah kebohongan semata-mata.


74

BAB III

PENDERITAAN MENURUT ROMA 8: 18-25

Berkaitan dengan bab-bab sebelumnya, maka penulis akan melakukan penelitian

melalui metode penelitian deskriptif dan penelitian sejarah dalam menganalisa mengenai

penderitaan dan mengeksegese Roma 8: 18-25.

Analisa Sejarah

Dalam analisa sejarah ini penulis memaparkan mengenai Latar Belakang Kota

Roma, Alamat Surat Roma, Penulis Surat Roma, Tempat Penulisan dan Waktu

Penulisan serta Tujuan Penulisan Surat Roma.

Latar Belakang Kota Roma

Nama Roma diambil dari nama ibu kota Italia, tempat asal mula bertumbuhnya

negara Romawi. Negara ini didirikan pada tahun 753 SM. Sekitar permulaan abad ke 5

SM, kerajaan ini telah berkembang menjadi suatu organisasi politik yang agak mantap
75

berbentuk pemerintahan republik.139 Melalui perserikatan dengan kelompok-kelompok

masyarakat lain di sekitarnya, dan melalui serangkaian peperangan yang panjang dengan

bangsa Estruska di sebelah utara, serta berbagai suku bangsa lain di sebelah selatan,

negara Roma mengepalai seluruh semenanjung Italia pada tahun 265 SM. Mereka yang

terkalahkan terikat perjanjian untuk memelihara perdamaian dengan Roma dan lambat

laun melebur diri dalam daerah kekuasaan Romawi.140 Berkenaan dengan hal ini

Douglas menyatakan:

Menurut tradisi kota Roma didirikan tahun 753 SM di tujuh bukit, di atas
jurang tebing di mana tanah datar latin bertemu dengan sungai Tiber, tempat
penyeberangan pertama di muara. Sebagaimana diperlihatkan oleh
penggalian, mula-mula Roma adalah tempat bertemu dan bercampurnya
bangsa-bangsa, bukan tempat tinggal satu bangsa saja. Perkembangan Roma
pesat, pada tahap pertama dirangsang oleh keperluan strategis negara Etruria
ke utara dan ke selatan, kemudian oleh kebijaksanaan politik liberal dalam
pemberian hak suara yang unik di dunia kuno: Roma menarik kepada dirinya
orang dan ide dari seluruh daerah laut tengah, sehingga hampir 1000 tahun
semua masyarakat beradab dari Inggris sampai Arab menjadi anggota
kerajaannya.141

Pada masa itu kota Roma adalah kota yang paling ramai dan paling menarik di

dunia, di sepanjang jalan-jalannya terdapat kurang lebih tiga ratus air mancur umum,

lalu kota ini dilimpahi dengan kemewahan, sejarah dan bangunan-bangunan megah,

sehingga Charles Ludwig menyatakan bahwa kota Roma adalah kota abadi. 142 Di kota

inilah Paulus dipenjarakan, diperkirakan pada saat itu kota Roma telah berusia delapan

ratus tahun.143 Pada masa itu Roma merupakan pusat pemerintahan dari seluruh daerah

139
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2003), 3
140
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru..., 3
141
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 321
142
Charles Ludwig, Kota-Kota Pada Zaman Perjanjian Baru, (Bandung: Kalam Hidup, 1999), 16
143
Ibid., 20
76

laut Tengah. Donald Guthrie menjelaskan bahwa Roma merupakan pusat diplomatik dan

perdagangan dunia yang terkenal pada waktu itu. Orang tidak putus-putusnya pulang

pergi ke situ, kekaisaran Romawi dalam keadaan damai dan makmur (Pax Romana),

menjamin perjalanan orang kesitu.144 Dengan demikian kota Roma adalah kota yang

sangat menarik untuk dikunjungi bahkan untuk dijadikan sasaran pelayanan.

Alamat Surat Roma

Alamat penulisan atau penerima surat Roma adalah jemaat di Roma (Rm 1: 7),

”Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan

dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari

Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.” Jemaat di Roma terdiri dari banyak

orang Yahudi (Rm 2: 17; 4: 1), dan banyak orang non Yahudi (Rm 1: 13; 11: 17-31).

Dengan kata lain surat ini dialamatkan kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma,

yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus (Rm 1: 7).145

Namun yang banyak menjadi perdebatan adalah asal mula jemaat di Roma. Asal-usul

dari jemaat pembaca pertama surat ini tidak diketahui dengan pasti.

Katolik Roma setuju bahwa jemaat di Roma didirikan oleh Petrus pada tahun

42.146 Namun pendapat ini kurang diterima, sebab seharusnya Paulus menyebut Petrus

dalam tulisan-tulisannya secara khusus berkaitan dengan jemaat Roma, dan juga dalam

surat Roma sendiri, seandainya Petrus pendiri jemaat Roma. Kemungkinan juga jemaat

144
Donald Guthrie, Hand Book to The Bible, (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 654
145
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu, Malang: Departemen Literatur YPPII), 122
146
Ibid., 124
77

pertama di Roma didirikan oleh ”pendatang-pendatang dari Roma” yang percaya kepada

Kristus di Bait Allah pada hari Pentakosta (Kis 2: 10), setelah mereka pulang ke Roma.

Mungkin juga orang-orang yang pernah diinjili oleh Paulus yang mendirikan jemaat

disana.147 Tetapi jemaat itu tidak didirikan oleh Paulus. Kemungkinan lain adalah jemaat

Roma didirikan oleh orang-orang Yahudi, baik yang datang ke Roma (sebab Roma

adalah ibu kota kekaisaran Romawi atau pusat dunia pada waktu itu), ataupun orang

Yahudi yang datang kembali ke Roma setelah diusir oleh kaisar Claudius (Kis 18: 2).148

Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sebelum tahun 49, telah ada orang

Kristen di Roma dan orang Kristen itu termasuk suku Yahudi. Dari beberapa kata dalam

surat Roma dapat diambil kesimpulan bahwa jemaat pada waktu itu terdiri dari orang

Yahudi (Rm. 4: 1; 7: 4-6). Dan orang non Yahudi (Rm. 1: 5, 13; 11: 13). Tampaknya

orang Kristen non Yahudi merupakan mayoritas jemaat. Data dalam pasal 16 memberi

kesan bahwa orang Kristen berkumpul dalam sejumlah jemaat rumah tangga.149

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa surat Roma ditujukan kepada

jemaat di Roma (Rm 1: 7), ”Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi

Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu

dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.” Baik itu orang

Yahudi (Rm. 2: 17; 4: 1) maupun untuk orang non Yahudi di Roma (Rm 11: 13).150

147
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000), 5
148
Menurut Suetonius, seorang pengarang Romawi dalam karangannya berjudul Life of Claudius,
menuliskan bahwa pada tahun 49, Klaudius mengusir orang-orang Yahudi dari Roma (juga disaksikan
dalam Kisah Rasul 18: 2), oleh karena mereka bertengkar, atas hasutan seorang yang bernama Krestus,
dan kisah ini terkenal dengan sebutan Impulsore Chresto. F. F. Bruce, The Epistle of Paul to The Romans,
(Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1975), 14
149
Van Den End, Surat Roma, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 5-6
150
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 5
78

Penulis, Waktu dan Tempat Penulisan

Penulis surat Roma adalah Paulus (Rm 1: 1), hal itu tidak perlu diragukan lagi.

Banyak ahli bahasa menilai surat itu sebagai karya sastra yang terbaik dari semua surat

kiriman Paulus. Isi surat Roma adalah khas Paulus, sejak abad kedua keaslian surat

Roma tidak diragukan.151 Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas-identitas

penulis surat Roma. Para pakar theologia liberal berusaha menyakinkan pendapat

mereka bahwa rasul Paulus tidak menulis surat Roma, tetapi perdebatan tersebut sudah

dapat diselesaikan dan hampir semua sepakat untuk mengakui rasul Paulus sebagai

penulis surat Roma.152 Hal lain yang menguatkan Paulus sebagai penulis surat Roma

adalah ada banyak kecocokkan antara tulisan Paulus dalam surat Roma dan tulisannya

dalam kitab Kisah Para Rasul dan surat-surat lain (Rm 15: 25-27 dengan Kis 19: 2; 20:

1-5; 21: 15-19; 1 Kor 16: 1-5; 2 Kor 8: 1-12 dan 9: 1-5, Rm 11: 1 dengan Fil 3: 5, Rm

16: 3 dengan Kis 18: 2-3 dan ay 18-19, serta Rm. 1: 10-15; 15: 22-32 dengan Kis 19:

21). Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat terhadap apa yang telah

dinyatakan oleh Roma 1: 1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang surat ini.153

Dari kelahirannya sampai ia tampil di Yerusalem sebagai penganiaya orang

Kristen, hanya sedikit yang diketahui tentang Paulus. Ia berasal dari suku Benyamin dan

anggota Farisi yang sangat aktif (Rm 11: 1; Fil 3: 5; Kis 23: 6), ia lahir di Tarsus sebagai

warga negara Roma (Kis 16: 37; 21: 39; 22: 25). Yerome mengutip cerita tradisi yang

mengatakan leluhur Paulus berasal dari Galilea. Tidak jelas apakah mereka pindah ke

151
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru..., 121
152
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 5
153
Ibid., 4
79

Tarsus karena alasan perdagangan atau karena dijajah oleh pemerintah Siria. Tentang

mereka warga negara Roma memberi kesan bahwa mereka sudah lama tinggal disana.154

Surat Roma ditulis oleh Paulus pada saat ia sedang dalam perjalanan menuju

Yerusalem untuk membawa sumbangan, Roma 15: 25, ”Tetapi sekarang aku sedang

dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang

kudus.” Dengan demikian surat Roma ditulis pada perjalanan misi yang ketiga.155

Tahun penulisannya masih agak sulit untuk ditentukan. Menurut Crandfield surat

ini ditulis antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59 dan kemungkinan besar akhir

tahun 55 sampai awal tahun 57.156 Acuan-acuan dalam surat Roma mengenai lokasi

dimana Paulus menulis surat Roma, menunjukkan masa ia tinggal di Yunani pada akhir

masa penginjilan ketiganya (Kis 20: 2), ia memusatkan perhatian ke dunia barat , karena

itu ia ingin mengunjungi Roma bahkan Spanyol (Rm 15: 24, 28). Tak dapat diragukan

bahwa Paulus menulis surat Roma tepat sebelum akhir masa perjalanan misi

ketiganya.157 Kesimpulan ini didukung oleh acuan dalam pasal 16 tentang Korintus

sebagai tempat pengiriman surat. Karena itu waktu penulisan surat Roma dapat

ditentukan dengan ketetapan relatif, kendati masalah kronologi umumnya, dan kronologi

Paulus khususnya, tidak memungkinkan penentuan mutlak. Nampaknya antara tahun 57

dan 59 M cocok dengan data yang tersedia.158 Searah dengan itu Van Den End

menyatakan bahwa:

154
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 208
155
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru..., 108
156
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 6
157
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 324
158
Ibid
80

Surat Roma ditulis di Korintus (Rm 15: 32), agaknya pada akhir perjalanan
Paulus yang ketiga (Rm 15: 25), menjelang awal musim pelayaran di wilayah
Laut Tengah, jadi pada akhir musim dingin (Februari-Maret 57). Keadaan
Paulus pada waktu itu digambarkan dalam Kisah Para Rasul 20: 2-3.
Ternyata pada waktu itu orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia,
sehingga ia terpaksa membatalkan pelayaran ke Siria dan mengambil jalan
darat ke Filipi (700 km jalan kaki dari Korintus).159

Jadi menurut keterangan data-data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tempat

penulisan surat Roma adalah Korintus dan ditulis sekitar tahun 52-57 M. Dengan

demikian pandangan tahun penulisan diluar tahun-tahun ini160 perlu dipertimbangkan.

Karena penulisan surat ini pada perjalanan sebelum ke Asia Kecil atau Yerusalem, yaitu

akhir perjalanan misi ketiga.

Maksud dan Tujuan Penulisan Surat Roma

End menuliskan paling tidak ada lima maksud dan tujuan Rasul Paulus manuliskan

surat kepada jemaat di Roma:

a) Berkenaan dengan jemaat, yang tidak didirikan Paulus (1: 11). b) Meminta
dukungan keuangan dan penyediaan sarana untuk perjalanan ke Spanyol
yang sedang direncanakan Paulus (15: 24). c) Meminta doa syafaat jemaat
Roma berhubung dengan konfrontasi dengan orang Yahudi di Yerusalem
(15: 30-31). d) Meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan
ketidakpastian Paulus mengenai sikap jemaat Kristen di Yerusalem terhadap
sumbangan jemaat-jemaat di Makedonia dan Akhaya yang dibawa Paulus ke
Yerusalem (15: 30-31). e) Agaknya juga meredakan perselisihan yang sedang
berlangsung dalam jemaat Roma (14: 1-15: 13).161

159
Van Den End, Surat Roma..., 3
160
Misalnya R. A. Jaffray yang menyatakan bahwa surat Roma ditulis tahun 58-59, R. A. Jaffray,
Tafsiran Surat Roma, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2007), 12. Juga Barclay yang menafsirkan bahwa
surat Roma ditulis tahun 58, William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Roma, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1986), 9
161
Van Den End, Surat Roma..., 4
81

Paulus mengetahui bahwa perjalanannya ke Yerusalem bukanlah tanpa bahaya. Ia

tahu bahwa ia mempunyai musuh-musuh disana, dan pergi ke Yerusalem berarti resiko

besar kehilangan hidup dan kebebasannya. Ia merindukan doa jemaat Roma sebelum ia

memulai perjalanan itu (Rm 15: 30-31).162 Paulus mempunyai rencana yang besar dalam

angan-angannya. Tiap kali ia melihat kapal berlabuh ia ingin menaikinya dan membawa

kabar baik kepada orang-orang di seberang laut. Waktu itu Paulus dibayangi oleh pikiran

tentang Spanyol (Rm 15: 24, 28). Itulah alasan Paulus menulis surat Roma, ia

mempunyai impian besar di dalam hatinya dan rencana besar dalam pikirannya. Oleh

sebab itu ia mengemukakan kepercayaannya yang paling hakiki, supaya nanti apabila

tiba saatnya untuk pergi ke Spanyol, ia menemukan di Roma jemaat yang menaruh

simpati dan melalui mana jalur komunikasi ke Spanyol dan ke daerah barat akan

terbuka.163

Maksud dan tujuan yang lain dari apa yang sudah diuraikan di atas, Donald

Guthrie menguraikan bahwa Paulus ingin memperkenalkan theologianya kepada jemaat

di Roma, dia juga menasehati mereka dengan beberapa hal praktis baik dari segi etika

(Rm 14), guru palsu yang harus dihindari (Rm 16: 17-19), bahkan mau menguatkan

jemaat tersebut melalui pengalaman yang ia alami di akhir pelayanannya, supaya jemaat

Roma bertahan di tengah-tengah penganiayaan dan menjadi jemaat yang misioner. Lebih

lanjut Guthrie menyatakan bahwa dari hal ini, bukan berarti Paulus ingin meletakkan

theologiaa Paulinis dalam surat Roma, sebab jika diamati tidak semua theologiaa Paulus

dituliskan dalam surat tersebut. Walaupun demikian, dalam surat Roma disajikan secara

162
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Roma…, 9
163
Ibid
82

logis beberapa tema utama dalam theologiaa Paulus, dan boleh jadi Paulus hendak

memberitahukan itu dulu kepada jemaat di Roma sebelum kunjungannya, sehingga bila

ia tiba mereka telah memahami ajarannya.164

Jadi maksud dan tujuan Paulus menuliskan surat kepada jemaat di Roma adalah

untuk menyatakan kerinduannya untuk pelayanan di Roma, dan untuk menasehati dan

menguatkan mereka supaya menjadi jemaat yang setia dan misioner serta untuk meminta

dukungan dari mereka supaya mereka mendukung Paulus dalam pelayanan-

pelayanannya.

Analisa Konteks

Kata konteks berasal dari dua kata bahasa latin yaitu Con berarti bersama-sama

atau menjadi satu dan Textus berarti tersusun. Jadi konteks adalah hubungan yang

menyatukan bagian Alkitab yang ingin ditafsir dengan sebagian atau seluruh Alkitab.

Analisa konteks dapat dibagi dalam pengertian yang sempit atau dekat, dan luas atau

jauh.165 Analisa konteks sangat penting dalam penemuan arti kata, tata bahasa, nada atau

modus, dan juga gaya sastra ayat-ayat yang ingin ditafsir. Analisa konteks sangat

menolong dalam penentuan tujuan, dan maksud ayat-ayat yang hendak ditafsir.166

Untuk mengetahui konteks Roma 8: 18-25, maka perlu melihat pembagian surat

Roma secara keseluruhan. Baxter membagi surat Roma dalam tiga bagian besar, yang

akan penulis paparkan secara rinci di bawah ini:

164
Donald Guthrie, “Roma, Surat Kepada”, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II…, 325
165
Deni C. H. Telaumbanua, Relasi Israel dan Gereja Menurut Roma 9-11 dan Relasinya Bagi
Pengharapan Kristen, Skripsi (Batu: Institut Injil Indonesia, 2009), 45
166
Ibid
83

I. DOKTRIN: CARA INJIL MENYELAMATKAN ORANG BERDOSA


A. Keadaan Segala Manusia: ”berbuat dosa dan di bawah kuasa dosa (1: 18-3: 20)
Bangsa-bangsa lain bersalah dan berdosa (1: 18: 1: 32)
Bangsa Israel bersalah dan berdosa (2: 1-3: 20)
B. Jawaban Injil Dalam hal berbuat dosa (3: 21-5: 11)
Menurut hukum (3: 21-4: 25)
Menurut pengalaman (5: 1-11)
C. Jawaban Injil dalam keadaan kita di bawah kuasa dosa (5: 12-8: 29)
Menurut hukum (5: 12-7: 8)
Menurut pengalaman (7: 7-8: 39)

II. KEBANGSAAN: CARA INJIL BERSANGKUTAN DENGAN BANGSA ISRAEL


D. Tidak meniadakan kehendak Allah bagi bangsa Israel (ps 9)
Tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel (9: 7-13)
Sisa yang terpilih diselamatkan (9: 27-29)
E. Menggenapi janji kepada Israel (ps 10)
Israel mencari kebenaran karena perbuatan (10: 1-4)
Lalu tersandung (9: 32) dan tidak percaya (10: 18-21)
F. Meneguhkan pengharapan Israel (ps 11)
Jatuhnya Israel mengadakan jalan untuk memberkati bangsa-bangsa lain (11: 1-24)
Dan seluruh Israel akan diselamatkan (11: 25-29)

III. PRAKTIK: CARA INJIL MEMPENGARUHI KELAKUAN


G. Aspek-aspek sosial dari hidup Kristen (ps 12)
Akarnya: pengudusan dan perubahan batin (12: 1-2)
Buahnya: berbakti dan kasih kepada sesama manusia (12: 3-21)
H. Aspek-aspek kewargaan dari hidup Kristen (ps 13)
Takluk secara setia dan bertanggung jawab (13: 1-7)
Dasarnya: kasih kepada sesama manusia (13: 8-14)

I. Beberapa perhubungan timbal-balik dalam hidup Kristen (ps 14, 15)


Asasnya: saling mengasihi (14: 1-23)
Anjuran: teladan Kristus (15: 1-13)
IMBUHAN: 15: 15-16-27.167

167
J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 4, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2002),
28
84

Dari pembagian di atas, Roma 8: 18-25 terletak pada bagian pertama yaitu:

Doktrin: Cara Injil menyelamatkan orang berdosa, yang membahas mengenai Jawaban

Injil dalam keadaan kita di bawah kuasa dosa, yakni menurut pengalaman.

Analisa Konteks Jauh

Dalam Alkitab penderitaan dianggap gangguan atas dunia ciptaan ini. Seluruh

ciptaan diciptakan dalam keadaan baik dan bebas dari penderitaan (Kej 1: 31). Setelah

dosa terjadi maka penderitaan pun timbul dalam bentuk pertentangan, kesakitan, maut,

dan lain-lain (Kej 3: 15-19). Walaupun iblis dianggap mempunyai kekuatan untuk

membuat manusia menderita (2 Kor 12: 7; Ayb 1: 12; 2: 6), tetapi yang perlu orang

percaya ketahui bahwa manusia menderita tidak lepas dari kedaulatan Allah, Allah

mengontrol serta mendatangkan penderitaan (Am 3: 6; Yes 45: 7; Mat 26: 39; Kis 2:

23). Beban penderitaan selalu dirasa berat oleh umat Allah (Kej 47: 9; 2 Sam 14: 14).

Adanya penderitaan senantiasa menjadi persoalan, karena dianggap didatangkan oleh

Allah (Maz 39: 10). Justru penderitaan harus dihubungkan dengan fakta yakni kasih

Allah, keadilan dan kebenaran-Nya (Maz 73). Maka di tengah-tengah penderitaan,

manusia dipaksa untuk menentukan sampai dimana dia bisa hidup oleh iman, dan

seberapa jauh dapat ditolaknya keinginan hatinya untuk mendapati keterangan yang

rasional.168 Dalam memberikan kesaksian tentang penderitaan Mesias (I Pet 1: 10-12),

para penulis Perjanjian Baru diajarkan bagaimana Allah dapat memberi makna baru dari

penderitaan. Pengalaman mereka mematuhi Allah berkaitan dengan maksud-Nya

menyelamatkan Israel dan mengajarkan mereka bahwa kasih Allah justru ada melalui

168
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 244
85

penderitaan-Nya dan ini dilakukan oleh Allah untuk menyelamatkan umat-Nya (Hos 1-

3; Yer 9: 1-2; 20: 7-10; Yes 63: 9). Dalam penderitaan khas seperti itu nampak makna

baru dari Vicarious.169 Dengan perkataan lain penderitaan ini menyatakan bahwa Yesus

bisa menanggung derita dan menderita sebagai pengganti semua orang yang menjadi

objek penderitaan, dan sekaligus mewakili segenap orang yang mau menerima Yesus

(Yes 53; 1 Pet 2: 24).170

Penderitaan mempunyai makna baru bagi orang-orang yang menjadi anggota tubuh

Kristus. Mereka turut menderita dalam penderitaan Kristus (2 Kor 1: 5; Mrk 10: 39;

Rom 8: 17), dan menganggap dirinya wajib menanggung penderitaan atau terpanggil

kepada penderitaan (Fil 1: 29; 1 Pet 4: 1-2). Apapun bentuk penderitaan orang Kristen,

itu dapat dianggap sebagai salib yang wajib dipikul dalam rangka mengikuti Yesus di

jalan salib-Nya (Mat 16: 24; Rm 8: 28-29). Penderitaan demikian memang tidak dapat

dielakkan, menuju kepada kebangkitan dan kemuliaan (Rm 8: 18; Ibr 12: 1-2; Mat 5; 10;

2 Kor 4: 17). Jadi penderitaan yang ditanggung oleh setiap orang percaya, itu sebagai

bentuk partisipasi dalam penderitaan Kristus, dapat disebut menggenapkan apa yang

belum tercakup dalam penderitaan Kristus (Kol 1: 24). Hal ini menunjukkan supaya

orang percaya dapat bersekutu dengan Dia dalam penderitaan-Nya yang Vicarious-

menggantikan dan melepaskan.171

Analisa Konteks Dekat

169
Vicarious adalah tindakan rela bertindak atau berbuat demi orang lain, dan iklas menanggung
segala resikonya. J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 245
170
Ibid
171
Ibid
86

Dalam kaitan eksegetis Roma 8: 18-25, tidak terlepas dari ayat-ayat sebelum dan

sesudahnya. Dalam ayat 17, ”Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli

waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan

menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama

dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Paulus ingin

menjelaskan bahwa orang percaya adalah ahli waris Allah melalui Kristus. Kalau

manusia percaya kepada Tuhan Yesus, maka orang percaya memperoleh suatu warisan,

yaitu ahli waris Allah. Itu didapatkan kalau orang percaya menderita dengan Kristus

(Rm 8: 17). Kalau orang percaya mengikuti jalan kemenangan yang telah disediakan di

dalam Roh Allah, maka orang percaya akan menderita dengan Dia, tetapi selain itu

orang percaya juga akan dipermuliakan dengan Dia (Rm 8: 18). Penderitaan merupakan

peranan yang ditetapkan Allah untuk Kristus. Penderitaan juga merupakan pengalaman

yang ditetapkan Allah bagi orang-orang percaya di dalam Kristus. Orang-orang yang

ikut berbagi penderitaan dengan Kristus juga akan ikut berbagi kemuliaan dengan Dia

(Rm 8: 17). Orang percaya lebih dahulu mengalami penderitaan sebelum ia mengalami

kemuliaan.172

Kemudian berkenaan dengan ayat-ayat sesudahnya, yaitu ayat 26-28. masih

menekankan pokok yang sama yaitu tentang penderitaan. Dalam bagian ini Paulus

menjelaskan bahwa orang percaya dilayani oleh Roh Allah sehingga orang percaya

dapat menang atas ’tubuh maut ini’, justru pada waktu orang percaya menderita, lemah,

orang percaya tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa. Dan berdoa supaya dapat lepas

172
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe..., 558
87

dari kesusahan dunia. Dalam ayat ini ada penghiburan bagi orang percaya. Orang

percaya memang menanggung penderitaan dan kesusahan yang berat, tetapi pada

keadaan itu justru orang percaya dihibur karena Roh sendiri berdoa untuk setiap orang

percaya dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.173 ”Dan Allah yang menyelidiki

hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah,

berdoa untuk orang-orang kudus” (Rm 8: 27).

Dalam ayat 28, Paulus menyatakan suatu kenyataan yang jarang disebut yaitu

bahwa janji yang indah yang dikhususkan bagi orang-orang yang mengasihi Allah. Ini

bukan merupakan janji yang umum, yang berlaku untuk semua orang percaya. Janji ini

berlaku untuk orang percaya yang mengasihi Allah. Orang percaya yang mengasihi

Allah juga menantikan kedatangan Kristus (Rm 8: 19). Sekalipun orang percaya masih

merintih dan mengalami penderitaan namun orang percaya diberi janji bahwa dalam

semuanya itu mendatangkan kebaikan. Kebaikan yang bagaimana yang dihasilkan?

Paulus menjawab pertanyaan ini di dalam ayat 29, dimana ia menjelaskan bahwa orang

percaya akan menjadi serupa dengan gambar anak-Nya, yang mulia yang akan bertahta

dalam Kerajaan Allah174 Dan di akhir ayat 28, puncaknya bagi orang percaya yang

mengasihi Allah juga terpanggil menurut rencana Allah (Rm 8: 28).

Struktur Teks

Pada bagian ini penulis akan menguraikan struktur teks Roma 8: 18-25, yang

merupakan kelanjutan dari ayat 1-17 mengenai hidup oleh Roh. Oleh sebab itu penulis

173
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 161
174
Ibid., 163
88

akan membuat analisa struktur teks berdasarkan pendapat beberapa theolog untuk

memudahkan dalam menganalisa teks tersebut.

Mengenai strukturalisasi, End membagi ayat 18-25 dalam tiga bagian yaitu:

Penderitaan orang Kristen tak sebanding dengan kemuliaan (ay 18)

Menerangkan penderitaan yang mengacu pada keadaan ciptaan (ay 19-22)

Keadaan orang percaya, yang memiliki keselamatan berupa pengharapan (ay 23-25).175

Soedarmo membagi bagian ini dalam tiga bagian yaitu:

Ketahanan dalam mengikut Kristus (ay 18)

Kesatuan yang hidup dari seluruh mahkluk (ay 19-22)

Kesadaran orang Kristen tentang pengharapan (ay 23-25)176

Selain itu Jaffray membagi ayat 18-25 dalam tiga bagian yaitu:

Anak-anak Allah akan menderita dan dipermuliakan (ay 18)

Anak-anak Allah dipermuliakan-dirindukan oleh seluruh makhluk (ay 19-22)

Anak-anak Allah dipermuliakan-itulah pengharapan kita (ay 23-25).177

Sedangkan Wiersbe membagi dalam dua bagian yaitu:

Segala makhluk mengeluh (ay 18-22)

Kita orang-orang percaya mengeluh (ay 23-25)

Dari beberapa struktur teks yang telah dikemukakan di atas maka penulis

menggunakan struktur Th. Van den End karena sesuai dengan maksud penulis yaitu:

Penderitaan orang Kristen tak sebanding dengan kemuliaan (ay 18)

175
Van Den End, Surat Roma..., 433
176
Soedarmo, Tafsiran Alkitab Masa KIni Jilid III, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), 457-458
177
R. A. Jaffray, Tafsiran Surat Roma..., 151-154
89

Menerangkan penderitaan yang mengacu pada keadaan ciptaan (ay 19-22)

Keadaan orang percaya, yang memiliki keselamatan berupa pengharapan (ay 23-25).

Uraian Eksegetis Roma 8: 18-25

Penulis akan memaparkan melalui uraian eksegetis sesuai dengan struktur Th. Van

den End.

Penderitaan Orang Kristen tak Sebanding Dengan Kemuliaan (ay 18)

18

aku berpendapat Sebab bahwa tidak yang dapat dibandingkan (ini) penderitaan2


sekarang waktu dengan (yang) bersegera kemuliaan


dinyatakan kepada kita.178

Bagian ini menjelaskan bahwa penderitaan orang Kristen tak sebanding dengan

kemuliaan yang mereka nantikan.

Dalam memulai ayat ini Paulus menulis pernyataannya dengan kata 

(Verb 1 Singular Present Midle Indikatif) yang diartikan memperhitungkan,

menganggap, mengira, berpikir, berpendapat. Berasal dari kata  (lego) yang

178
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid I..., 843
90

diterjemahkan berkata, berbicara, mengucapkan, berpendapat.179 Namun dalam konteks

ini lebih tepat jika diterjemahkan ”aku berpendapat.” Indikatif yang dimaksud adalah

suatu tindakan yang menyatakan bahwa pernyataan itu sebagai suatu kepastian atau

keyakinan. Keyakinan disini adalah keyakinan yang bertentangan dengan kenyataan

(Rm 3: 28; 4: 3). Sebagaimana orang percaya dibenarkan oleh Allah meski mereka

sendiri tidak memiliki kebenaran nyata, begitu pula Paulus yakin akan kebesaran

kemuliaan yang akan datang, meski ia bersama semua orang percaya masih berada di

tengah-tengah penderitaan.180 Kata ’yakin’ dalam ayat ini tidak berarti beriman, karena

beberapa terjemahan menerjemahkan bukan believe, tetapi reckon (berharap,

menganggap) dalam KJV diterjemahkan consider (menganggap, memperhatikan,

memikirkan).181 Dengan demikian kata  (logizomai) dalam Present Midle

Indikatif memiliki pengertian bahwa apa yang disampaikan Paulus merupakan suatu

keyakinan dan kepastian bahwa orang percaya akan mengalami penderitaan namun

penderitaan itu hanya sedikit atau sebagian kecil dari kemuliaan yang akan dinyatakan.

Penderitaan dalam teks ini digunakan kata  (Noun Neuter Plural

Nominatif). Kata pathemata berasal dari kata  (pathema) yang berarti

penderitaan, hawa nafsu.182 Hawa nafsu yang dimaksudkan disini adalah hawa nafsu

dosa atau hawa nafsu ingin berbuat dosa, yaitu dengan hidup dalam kedagingan (Rm 7:

179
Ibid., 488
180
Van Den End, Surat Roma..., 435
181
Denny Teguh Sutandio, Hidup Oleh Roh dan Pengharapan Anak-anak Allah, http://www.dgip-
go.id/ebscript/publicportal.cgi
182
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 599
91

5; Gal 5: 24).183 Dengan kata lain penderitaan dan hawa nafsu terjadi karena dunia ini

memang berdosa, penderitaan yang diderita umat manusia terjadi setelah kejatuhan

manusia ke dalam dosa. Setelah dosa terjadi maka penderitaan pun timbul dalam bentuk

pertentangan, kesakitan, maut, dan lain-lain (Kej 3: 15-19).184 Akibat dari hawa nafsu

dosa atau hidup dalam kedagingan adalah penderitaan. Dengan demikian penderitaan

yang dimaksud dalam bagian ini adalah penderitaan akibat dosa, dalam arti lain

penderitaan itu pasti ada dalam dunia sejak manusia jatuh di dalam dosa, bentuk

penderitaan itu bisa kesusahan, kesakitan, penderitaan, pertentangan dan juga hawa

nafsu dosa. Hal ini menunjukkan ada keterkaitan antara hawa nafsu dan penderitaan

karena akibat dari hawa nafsu akan menimbulkan penderitaan. Tetapi penderitaan

mempunyai makna baru bagi orang-orang percaya yang menjadi anggota tubuh Kristus.

Karena mereka turut menderita dalam penderitaan Kristus (2 Kor 1: 5; Mark 10: 39; Rm

8: 17), dan menganggap dirinya wajib menanggung penderitaan atau terpanggil kepada

penderitaan (Fil 1: 29; 1 Pet 4: 1-2). Apapun penderitaan orang Kristen, itu dianggap

sebagai salib yang wajib dipikul dalam rangka mengikuti Yesus di jalan salib-Nya (Mat

16: 24; Rm 8: 28-29).185

Kata  (Noun Masculine Singular Genetif), yang berarti waktu, zaman,

waktu yang tepat, kesempatan.186 Genetif menunjukkan bahwa waktu ini adalah milik

Tuhan. Yang dimaksudkan ialah zaman sejak kedatangan pertama Kristus sampai

183
Van Den End, Surat Roma..., 351
184
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 245
185
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 245
186
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 419
92

kedatangan-Nya kembali.187 Berkaitan dengan kata ini Dunn menjelaskan bahwa kata ini

menunjukkan waktu antara kebangkitan Kristus dan kedatangan-Nya kembali. Dan ini

mempunyai makna penting bagi orang percaya karena orang percaya harus melewati

waktu yang jahat ini untuk menuju waktu kedatangan-Nya kembali.188 Pemikiran

Yahudi membagi waktu ke dalam dua bagian masa sekarang dan masa yang akan

datang. Masa sekarang ini semuanya jahat, menjadi pokok dosa, kematian dan

kebinasaan. Suatu ketika akan datang hari Tuhan, yaitu hari penghakiman, ketika dunia

akan digoncangkan sampai kedasarnya; tetapi sesudah itu akan datanglah suatu dunia

baru. Ketika Paulus menggambarkan ini, ia memakai pengertian yang setiap orang

Yahudi sudah kenal dan mengerti. Ia berbicara tentang masa sekarang dan tentang

kemuliaan yang akan dinyatakan.189

Kata akan dalam bahasa Yunani dipakai kata  (Verb Present Aktif

Participle Feminine Singular Accusative). Berasal dari kata dasar  (mello) yang

diterjemahkan bersegera, akan datang, pasti, akan, harus, menghendaki, hampir,

menunda.190 Namun dalam konteks ini penulis lebih setuju jika diterjemahkan ”pasti

segera.” Present Aktif Participle artinya bahwa hal tersebut dilakukan pada waktu yang

sama dengan apa yang disebut dalam kata kerja induk kalimat.191 Sedangkan Greenlee

menuliskan bahwa Present Aktive Participle menyatakan identitas seseorang atau

187
Van Den End, Surat Roma..., 436
188
James D. G. Dunn, Word Biblical Commentary Roman 1-8, (Dalas, Texas: Word Book Publisher,
1988), 47
189
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…, 165
190
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 507
191
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I, (Batu: Departemen Literatur YPPII, 2002), 92
93

sesuatu melalui suatu karakteristik sebuah tindakan atau kegiatan.192 Dengan demikian

akan dalam kasus ini memiliki pengertian bahwa kemuliaan itu pasti segera dinyatakan

dan hal itu dilakukan pada waktu yang sama dengan kemuliaan yang akan dinyatakan.

Inilah yang dinantikan setiap orang percaya yaitu kemuliaan. Kata kemuliaan

dalam bahasa Yunani dipakai kata  (Noun Feminine Singular Accusative), kata

ini berasal dari kata dasar  (doksa) yang diartikan kemuliaan, kemegahan, cahaya,

hadirat Allah, surga (1 Tim 3: 16), makhluk sorgawi yang mulia (2 Pet 2: 10).193 Sutanto

menambahkan bahwa kata ini dipakai 166 kali dalam Perjanjian Baru yang diartikan

juga makhluk supranatural, kebanggaan, kebesaran, kehormatan, keindahan, ketenaran,

pujian, yang mulia.194 Berkaitan dengan hal ini Douglas menuliskan bahwa perkataan

kemuliaan mengacu pada cahaya terang yang mengelilingi Tuhan, bahkan pada

hakikatnya Tuhan sendiri. Kata ini juga mengacu pada kehormatan manusia (Mat 4: 8;

6: 9), tetapi penggunaannya yang utama adalah untuk menggambarkan penyataan sifat

dan kehadiran Allah dalam diri dan pekerjaan Yesus Kristus. Ia adalah cahaya

kemuliaan Allah (Ibr 1: 3). Dalam bahasa Yunani Umum kata doxa berarti pendapat atau

reputasi (nama), pendapat mengenai seseorang, nama baik, kemuliaan. Dalam kosakata

Yunani Perjanjian Baru doxa menjadi terjemahan Ibrani kabod, yang menunjuk kepada

kehormatan dan kemuliaan manusia atau Allah (Kel 24: 16; Maz 97: 6; 1 Raj 8; 11).195

Selanjutnya End menambahkan:

192
J. Harold Greenlee, A Consice Exegetical Grammer of New Testament Greek, (Michigan: W. B.
Eerdemand Publishing Company, 1979), 55
193
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 43
194
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 221
195
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol II…, 98
94

Kemuliaan pertama-tama dimiliki oleh Tuhan. Istilah dalam bahasa Ibrani


qabod dalam Perjanjian Lama yang diartikan cahaya terang yang
mengelilingi Tuhan bilamana Tuhan menyatakan dirinya. Tetapi Tuhan telah
menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya, sehingga manusia pun
mendapat bagian dalam kemuliaan itu. Tentu kemuliaan itu menjadi
kehormatan baginya. Dalam Mazmur 8: 6 terdapat pasangan kata yang sama
yaitu kemuliaan dan kehormatan. Maka kemuliaan itu menandakan hubungan
yang sempurna antara manusia dengan Tuhan.196

Yang menjadi puncak dari semuanya ini bahwa kemuliaan itu akan dinyatakan.

Kata dinyatakan dalam bahasa Yunani dipakai  (Verb Aorist Passive

Infinitive) berasal dari kata dasar  (apokalupto) yang diartikan membuka

(rahasia), mewahyukan, menyatakan.197 Aorist Passive Infinitive dipakai untuk

menyatakan suatu perbuatan yang hanya satu kali saja.198 Dalam arti bahwa kemuliaan

itu hanya satu kali dinyatakan ketika kedatangan Tuhan yang kedua. Berkaitan dengan

itu End menjelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan

kemuliaan Allah (Rm 3: 23), tetapi orang percaya akan menerimanya kembali (Rm 5: 2;

8: 30; 1 Kor 15: 40-43; 1 Tes 2: 12).199 Dalam ayat ini tidak dikatakan ”dianugrahkan

kepada kita” tetapi ”dinyatakan kepada kita.” Kata dinyatakan yang dipilih karena

kemuliaan itu memang sudah ada, tetapi masih tersembunyi. 200 Dan kemuliaan itu akan

dinyatakan lagi kepada kita satu kali pada kedatangan Yesus yang kedua.

Dengan demikian yang dimaksudkan Paulus dalam bagian ini adalah keyakinan

kita bahwa penderitaan sekarang tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan datang

yang akan dinyatakan kepada kita orang yang percaya kepada-Nya. Jadi penderitaan

196
Van Den End, Surat Roma..., 107-108
197
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 19
198
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 74
199
Van Den End, Surat Roma..., 436
200
Ibid
95

yang ditanggung oleh setiap pengikut Kristus menunjukkan keikutsertaan kita dalam

penderitaan Kristus, dapat disebut juga menggenapkan apa yang belum tercakup dalam

penderitaan Kristus (Kol 1: 24). Hal ini supaya kita dapat bersekutu dengan Kristus

dalam penderitaan-Nya. Kesukaran yang terjadi saat ini akan dibayar dengan sukacita di

masa yang akan datang. ”Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi

kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada

penderitaan kami” (2 Kor 4: 17).

Menerangkan Penderitaan yang Mengacu pada Keadaan Ciptaan (ay 19-22)

19

sebab kerinduan2 dari ciptaan penampakan anak2


Allah menantikan dengan sungguh2.

20

karena kepada kesia2an (itu) ciptaan telah tunduk bukan dengan rela


tetapi karena (Dia yang) telah menundukkan dalam harapan
21

96

sebab (bahkan) (itu) ciptaan akan dibebaskan dari perbudakan


(yang menghasilkan) kebinasaan ke dalam kebebasan
 
(yang menghasilkan) kehormatan anak-anak Allah

22

kita tahu sebab bahwa semua (itu) ciptaan mengeluh bersama dan


merasa sakit bersalin bersama/sangat menderita bersama sampai sekarang;201

Ayat 19 dimulai dengan kata  yang diartikan sebab. Kata ini tidak

menunjukkan hubungan sebab akibat, tetapi kata ini mengawali penjelasan ayat

terdahulu. Ayat 19 menjelaskan ayat 18, tetapi pada gilirannya memerlukan penjelasan

yang diberikan dalam ayat 20 dan 21.202 Kata rindu dipakai kata  (Noun

Feminine singular Nominative) yang diartikan kerinduan. Kata apokaradokia hanya

dipakai dua kali dalam Perjanjian Baru yaitu dalam Roma 8: 19 dan Filipi 1; 20. Kata ini

secara harafiah diartikan memanjangkan leher, mengintai dengan leher yang diulurkan,

menantikan dengan tegang-tegang, merindukan.203 Kata ini menggambarkan sikap

manusia yang mengamati cakrawala dengan kepala dicondongkan ke depan, mengawasi

201
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid I…, 844
202
Van Den End, Surat Roma..., 437
203
Ibid
97

dengan penuh perhatian ke tempat yang jauh untuk melihat tanda-tanda pertama

datangnya fajar kemuliaan.204 Dengan demikian kata ini menunjukkan ada kerinduan

yang sangat (LAI: sangat rindu), dalam menantikan hari penyataan itu.

Kata makhluk dalam ayat 19 dipakai kata  (Noun Feminine Singular

Genetive), berasal dari kara dasar  (ktisis) yang diartikan makhluk, penciptaan,

ciptaan, dunia, lembaga, kekuasaan.205 Kata ini dipakai 19 kali dalam Perjanjian Baru.

Namun dalam konteks ini lebih tepat jika diterjemahkan makhluk atau ciptaan.

Berkaitan dengan kata ini End menjelaskan:

Sejak zaman gereja lama para penafsir surat Roma berbeda pendapat
mengenai isi istilah ’makhluk’. Seluruh ciptaan, termasuk malaikat dan umat
manusia? Malaikat-malaikat? Seluruh umat manusia? Orang tidak percaya?
Ciptaan dalam arti binatang, tanam-tanaman, dan alam tak bernyawa?
Berdasarkan ayat 23, orang percaya tidak termasuk. Kata-kata ’bukan oleh
kehendakNya sendiri’ (ay 20) mengisyaratkan umat manusia disini pada
umumnya tidak tercantum dalam ktisis itu (Rm 5: 12). Sebab umat manusia
ditaklukkan kepada kesia-siaan karena pilihan salahnya sendiri. Maka, sama
seperti dalam Roma 1: 20, 25, ktisis disini berarti binatang, tanam-tanaman,
alam tak bernyawa. Makhluk yang disebut dalam ayat 19 ini adalah makhluk
Allah, yang karena itu pernah mengenal hubungan akrab dengan Dia. Tetapi
hubungan itu putus, seluruh makhluk ikut terseret ketika manusia jatuh ke
dalam dosa (Kej 3: 17).206

Senada dengan kalimat di atas Hagelberg menambahkan bahwa yang dimaksudkan

dengan makhluk adalah seluruh ciptaan Allah kecuali manusia.207 Dengan demikian kata

makhluk (kecuali ayat 22) mengacu kepada seluruh ciptaan Allah yang lebih rendah dari

manusia.208

204
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…, 168
205
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 466
206
Van Den End, Surat Roma..., 437
207
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 157
208
Charles F. Preiffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe..., 559
98

Selanjutnya kata menantikan dipakai kata  (Verb Third person

Singular Present Midle Indicative) kata ini barasal dari kata dasar 

(apekdekhomai) yang diterjemahkan menanti, menantikan dengan sungguh-sungguh.209

Berasal dari preposisi apo yang memiliki pengertian sungguh-sungguh, tertuju kepada,

sedang asyik mengusahakan. Dan kata kerja ekdechomai memiliki pengertian mencari,

mengharapkan, menantikan.210 Kata menantikan merupakan suatu ekpresi orang percaya

dalam menantikan pernyataan-Nya yang di dalamnya terdapat dua unsur yaitu

pengharapan dan ketekunan (Rm 8: 25).211 Kata  berarti menantikan

dengan sungguh-sungguh dengan hati yang tertuju kepada apa yang dinantikan.

Kata  dalam ayat 20 menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, yaitu antara

ayat 20 dan 21 dengan ayat 19.212 Kata ditaklukkan dalam ayat 20 dalam bahasa Yunani

dipakai kata  (Verb Third Person Singular Aorist Passive Indikative). Berasal

dari kata dasar  (hupotasso) yang diterjemahkan manaklukkan,

menundukkan, tunduk.213 Kata ditaklukkan dan menaklukkan dalam ayat ini memakai

bentuk Aorist sehingga dapat dikaitkan dengan peristiwa tertentu di masa lampau.214 Hal

ini mengacu pada Kejadian 3: 15 dan Roma 16: 20, sebagaimana kejatuhan manusia

telah mandatangkan malapetaka atas seluruh alam, begitu juga pemulihan kedudukan

manusia akan membawa pemulihan kemuliaan alam itu.215 Berasal dari preposisi hupo

209
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 92
210
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 210
211
Ibid
212
Van Den End, Surat Roma..., 438
213
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 180
214
Van Den End, Surat Roma..., 438
215
Ibid., 440
99

dan tasso. Yang diartikan menakhlukkan, menempatkan diri dalam keadaan yang

rendah.216

Kata kesia-siaan dipakai kata  (Noun Feminine Singular Dative) yang

berasal dari kata dasar  (mataiotes) yang diterjemahkan kesia-siaan,

kehampaan.217 Akar kata Yunani dari kata ini adalah mataios secara kiasan kata ini

berkaitan dengan ilmu sihir.218 Tetapi sebaiknya menafsirkan kata ’kesia-siaan’ dengan

melihat Kejadian 3: 17-19 dan Roma 1: 18-32. Allah telah menciptakan alam demi

kemuliaan-Nya sendiri. Tetapi manusia, yang telah diangkat menjadi penguasa alam itu,

jatuh ke dalam dosa sehingga kehidupannya menjadi kacau, sia-sia. Berarti tidak

memenuhi lagi tujuannya, yakni memuliakan Tuhan. Maka seluruh lingkungan

kekuasaannya yaitu alam ikut kena kekacauan, kesia-siaan, sehingga tidak lagi dapat

menunaikan tugasnya yang agung.219

Kata kehendak dipakai kata  (Adjective Feminine Singular Nominative No

degree) berasal dari kata dasar  (hekon) yang diterjemahkan yang rela, dengan

rela.220 Sedangkan Newman menerjemahkan menurut kehendaknya sendiri.221 Kata ini

didahului dengan kata  (ouk) yang diterjemahkan tidak, bukan, jangan. Namun

dalam konteks ini lebih tepat diterjemahkan ’bukan’ sesuai dengan terjemahan LAI.

Kata ini mengandung arti bukan karena kesalahannya sendiri. Makhluk ikut bersalah

216
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 1427
217
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 103
218
Van Den End, Surat Roma..., 439
219
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 157
220
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 266
221
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 52
100

ketika Adam mendurhaka terhadap Tuhan.222 Dengan demikian kata ini memiliki arti

bahwa ciptaan ini ditaklukkan pada kesia-siaan bukan karena kehendak mereka sendiri

atau bukan karena kesalahan mereka melainkan karena kehendak Tuhan.

Kemudian di akhir ayat 20 ini ada kata menaklukkannya yang memakai kata

 (Verb Aorist Active Participle Masculine Singular Accusative) yang dari

kata dasar  (hupotasso) yang diterjemahkan menaklukkan, menundukkan,

mematuhi, takluk, menerima perintah dari, mengambil tempat rendah (1 Kor 14: 34).223

Namun dalam konteks ini lebih tepat jika diterjemahkan telah menundukkan. Kata ini

didahului dengan kata  yang diterjemahkan Dia yang.224 Karena kata ini dalam

bentuk Pasive menimbulkan dugaan bahwa yang menaklukkan alam itu adalah Allah

sendiri (Kej 3: 17; Rm 1: 21; 3: 27). Dengan demikian kesia-siaan atau kerusakan dunia

ini diizinkan oleh kehendak Allah. Allah mengizinkan dosa terjadi di dalam dunia, tetapi

ingat, bukan Allah penyebab dosa. Allah ingin menunjukkan betapa rapuh dan rusaknya

manusia tanpa Allah.225 Badai taufan, angin ribut, gempa bumi, kekeringan, banjir

merupakan sedikit bukti dari ketidakseimbangan alam. Paulus mengatakan bahwa alam

sampai pada keadaan ini karena Allah.226 Tetapi Allah menaklukkan ciptaan pada kesia-

siaan dalam pengharapan.227

Kata pengharapan dalam ayat 21 dipakai kata  (Noun Feminine Singular

Dative) dari kata dasar  (elpis) yang diterjemahkan harapan berarti suatu

222
Van Den End, Surat Roma..., 440
223
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 180
224
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid I…, 843
225
Denny Teguh Sutandio, Hidup Oleh Roh dan Pengharapan Anak-anak Allah
226
Charles F. Preffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559
227
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 157
101

keyakinan, apa yang diharapkan, atau alasan untuk berharap.228 Pengharapan yang

dimaksud di sini adalah pengharapan yang pasti akan suatu saat ketika kegagalan atau

kesia-siaan akan ditiadakan.229 Dengan demikian pengharapan di sini berarti harapan

adanya suatu keyakinan dan kepastian bahwa orang percaya akan dibebaskan atau

dimerdekakan dari kesia-siaan.

Kata dimerdekakan dipakai kata  (Verb third person Singular

Future Passive Indicative) yang berasal dari kata dasar  (eleutheroo) yang

diterjemahkan membebaskan, memerdekakan.230 Future Passive Indicative

menunjukkan apa yang menyangkut masa depan.231 Dengan demikian kata ini berarti

bahwa ada waktunya orang percaya akan dibebaskan atau dimerdekakan dari

perbudakan kebinasaan. dengan kata lain kata ini menunjukkan adanya suatu proses

pembebasan dari perbudakan. Kata perbudakan dipakai kata  (Noun Feminine

Singular genetive) berasal dari kata dasar  (douleia) yang diterjemahkan

perhambaan, perbudakan.232 Sedangkan kata perbudakan dipakai kata  (Noun

Future Singular Genetive) yang berasal dari kata dasar  (phthora) yang

diterjemahkan kebinasaan, kefanaan, kerusakan moral, rusak, pembinasaan.233 Istilah ini

menunjuk pada kenyataan bahwa segala sesuatu yang kelihatan di dunia ini bersifat fana,

dan akan busuk atau binasa. Hal ini berkaitan erat dengan kata kesia-siaan yang disebut

228
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 271
229
Charles F. Preffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559
230
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 269
231
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 40
232
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 44
233
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 792
102

dalam ayat 20.234 Dengan demikian arti kedua kata ini adalah perbudakan yang

menghasilkan kebinasaan, kerusakan moral, kefanaan. Namun Allah berjanji bahwa

setiap ciptaan yang telah diperbudak oleh kebinasaan dan kehancuran suatu saat akan

dibebaskan dari keadaan tersebut dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-

anak Allah.235

Kata kemerdekaan dipakai kata  (eleutherian) dari kata dasar

 (eleutheria) yang diterjemahkan kebebasan, kemerdekaan.236 Kata

kemerdekaan yang dimaksud disini menunjukkan hasil dari proses pembebasan

(dimerdekakan) yang sudah dijelaskan diatas. Hasil pembebasan itu sendiri adalah

kemerdekaan, yaitu kemerdekan yang menghasilkan kehormatan atau kemuliaan. Kata

kemuliaan merupakan kata yang sama yang dipakai dalam ayat 18, namun dalam ayat

ini lebih tepat jika diterjemahkan kehormatan. Dengan demikian kemerdekaan ini akan

menghasilkan kehormatan anak-anak Allah. Kata anak-anak dipakai kata  yang

diterjemahkan anak, keturunan, penduduk suatu kota.237 Kata ini berbeda dengan kata

 yang dipakai dalam ayat 19. Kata ini menjelaskan bahwa semua yang lahir dari

atas yaitu semua yang disebut anak-anak Allah akan berperan serta dalam kemerdekaan

kemuliaan itu. Tetapi dalam ayat 19 ia memakai kata huios karena yang dinantikan oleh

ciptaan Allah adalah penguasa baru, mereka yang akan memerintah bersama Tuhan

Yesus dan kata ini disamakan dengan kata ahli waris Kristus dalam ayat 17.238

234
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 157
235
Charles F. Preffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559
236
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 269
237
Ibid., 748
238
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 157
103

Kemudian diikuti dengan kata  (Noun Masculine Singular Genetive) yang

diterjemahkan Allah, sesuai dengan kehendak Allah atau menurut persamaan Allah (Kis

19: 37).239 Genetive disini menyatakan milik. Dalam arti anak-anak itu adalah milik

kepunyaan Allah. Dengan demikian kemerdekaan merupakan hasil kemuliaan anak-anak

Allah. Artinya penyingkapan kemuliaan itu pada akhir zaman akan memerdekakan

(membebaskan) ciptaan dari keterikatan pada kebinasaan. Pada saat manusia jatuh ke

dalam dosa, alam kehilangan kemuliaan, alam menjadi kacau balau. Tetapi pada zaman

akhir kemuliaan anak-anak Allah akan dipulihkan dan dengan demikian makhluk-

makhluk lainnya akan kembali menjadi amat baik.240

Ayat 22 ini merupakan ringkasan dari ayat 20-21 dan dengan demikian ikut

menjelaskan ayat 19. Ayat ini dimulai dengan kata sebab kita tahu, kata ini

menunjukkan kenyataan yang umum diketahui dan diakui oleh orang Kristen (Rm 2: 2;

7: 4). Yang dimaksud dengan kata ini adalah segala makhluk sama-sama mengeluh dan

sama-sama merasa sakit bersalin. ’sama-sama’ itu tidak berarti bersama-sama anak-anak

Allah.241 Kata sama-sama mengeluh dipakai kata  (Verb third person

Singular Present Active Indicative). Kata ini berasal dari kata dasar 

(sustenazo) yang diterjemahkan mengeluh bersama, merintih bersama.242 Kata ini hanya

dipakai satu kali dalam Perjanjian Baru yaitu dalam ayat ini. Present Active Indicative

menunjukkan waktu masa kini, dan juga menyatakan sesuatu yang berlangsung terus-

239
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 77
240
Van Den End, Surat Roma..., 441
241
Ibid., 443
242
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 738
104

menerus atau berulang kali.243 Kata ini memiliki arti mengerang (merasa sakit dengan

hebat) atau keluh kesah secara berkepanjangan yang dirasakan ciptaan.244 Dengan

demikian keadaan ini (mengeluh) akan terjadi pada masa sekarang ini dan ini akan

berlangsung terus-menerus sampai kedatangan-Nya yang kedua. Kemudian dilanjutkan

dengan kata sama-sama merasa sakit bersalin, yang dipakai kata  (Verb third

person Singular Present Active Indicative) berasal dari kata dasar  (sunodino)

yang diterjemahkan merasa nyeri bersama (seperti wanita sedang melahirkan), 245 merasa

sakit bersalin bersama, sangat menderita bersama.246 Kata ini juga hanya dipakai sekali

dalam Perjanjian Baru yaitu dalam ayat ini. Cranfield menjelaskan bahwa rabi-rabi

Israel memakai istilah ’sakit bersalin Mesias’ yang menunjuk bukan saja pada

penderitaan Mesias, tetapi juga penderitaan di dunia yang mengawali kedatangan

Mesias, rupanya gambaran tersebut berasal dari ayat-ayat Perjanjian Lama (Yes 26: 17;

66: 8; Yer 4: 31; Hos 13: 13; Mikh 4: 9) dan dikembangkan dalam Perjanjian Baru

(Mark 13: 9; Yoh 16: 21; 1 Tes 5: 3).247 Kata ini juga berarti bersama-sama merasa sakit

seperti seorang wanita yang akan melahirkan, merasa sakit bersama-sama. Secara

figuratif arti kata ini bersama-sama merasakan kesakitan, yang dalam satu kesadaran

sebagai suatu ciptaan.248 Dengan demikian arti kata ini dalam Present Active Indicative

adalah menunjukkan kesakitan, penderitaan (seperti orang yang akan melahirkan) yang

243
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 34
244
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 1349
245
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 166
246
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 737
247
C. E. B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans,
(Edinburgh: The International Commentary, Clark Limited, 1975), 416
248
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 1347
105

akan dialami pada masa kini dan akan berlangsung secara terus-menerus sampai Tuhan

menyatakan diri-Nya.

Dengan demikian bagian kedua ini meneguhkan pengharapan yang telah dituliskan

dalam ayat 18 yaitu bahwa kemuliaan yang akan datang itu akan lebih kuat kalau orang

percaya memperhatikan makhluk lainnya. Allah telah mengaitkan keadaan mereka

dengan keadaan manusia, sehingga mereka ikut menanggung akibat kesalahan manusia.

Tetapi makhluk lain itu turut menikmati pula keselamatan dan kemuliaan yang

dijanjikan kepada manusia. Alangkah besar dan luasnya keselamatan dan kemuliaan itu.

Orang Percaya Memiliki Keselamatan Berupa Pengharapan (Ay 23-25)

23

bukan hanya (itu) lalu, tetapi juga kita sendiri buah sulung

dar
i Roh (yang) beroleh, kita juga sendiri dalam diri kita


mengeluh pengangkatan sebagai anak sambil menantikan dengan sungguh2,


(yaitu) pembebasan tubuh kita

24
106


Sebab dalam harapan kita diselamatkan; harapan tetapi (yang) dilihat


bukanlah harapan; (apa) yang sebab melihat seorang ia mengharap?
25

jika Tetapi (apa) yang tidak kita lihat kita mengharap, dengan


ketekunan kita menantikan dengan sungguh2249

Dalam ayat 23 kata kita dipakai kata  (autoi) yang diterjemahkan diri

sendiri, kita sendiri.250 Kata ini didahului dengan kalimat ’dan bukan mereka saja’, ini

menunjukkan kesejajaran dengan ayat sebelumnya, bahkan suatu peningkatan.

Peningkatan ini diperkuat lagi dengan pengulangan kata ’kita’ dengan tambahan

’sendiri’: ’bahkan kita sendiri.’ Kita yang dimaksudkan di sini adalah kita yang

mempunyai karunia sulung Roh.251 Karunia sulung dipakai kata  (Noun

feminine singular Accusative) dari kata dasar  (aparkhe) yang diterjemahkan

sulung (istilah Yahudi untuk bagian yang pertama termasuk hewan yang dikhususkan

bagi Allah sebelum sisanya dapat digunakan),252 buah sulung berarti sebagian dulu atau

249
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 844
250
Ibid., 129
251
Van Den End, Surat Roma..., 444
252
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 16
107

yang pertama.253 Kata ini dipakai sembilan kali dalam Perjanjian Baru (Rm 11: 16; 16:

5; 1 Kor 15: 20, 23; 16: 15; Yak 1: 18 dan Wahy 14: 4). Secara harafiah istilah ini

menunjuk pada hasil pertama dari setiap tuaian. Secara kiasan istilah ini menunjuk

antara lain pada hasil pertama dari suatu pelayanan orang (Rm 16: 5) atau hasil pertama

dari pelayanan Roh Kudus (Rom 8: 23).254 Namun dalam ayat ini ’karunia sulung’ tidak

mengacu pada persembahan manusia kepada Allah, tetapi pada pemberian Allah kepada

manusia yaitu kehadiran Roh Kudus, jaminan pemberian lebih besar yang akan diterima

di masa depan (2 Kor 5: 5).255 Berkaitan dengan hal ini Zodhiates menjelaskan bahwa

istilah ini merupakan pemberian Allah yaitu karunia Roh yang Kudus sebagai suatu

pendahuluan atau jaminan sebagai warisan orang percaya yang bersifat kekal (Rm 8: 23;

Ef 1: 14; Ibr 6: 5).256 Kata karunia sulung dilanjutkan dengan kata Roh yang dipakai kata

 (pneumatos) dari akar kata  (pneuma) yang diterjemahkan dari

Roh, napas, angin, Roh.257 Berkenaan dengan kata ini Barclay menjelaskan:

Kata ini kurang lebih 20 kali dipakai dalam pasal ini. Kata ini mempunyai
latar belakang yang jelas dalam Perjanjian Lama. Dalam bahasa Ibraninya
dipakai kara Ruach, dan kata ini mempunyai dua arti dasar: (a) Tidak hanya
berarti Roh, tetapi juga angin. Dan di dalamnya ada pengertian tentang
kuasa, yaitu kuasa seperti angin yang dasyat. (b) Dalam Perjanjian Lama,
kata ini selalu dipakai dalam pengertian sesuatu yang melebihi manusia.
Bagi Paulus Roh menyatakan suatu kuasa Ilahi.258

Selanjutnya berkenaan dengan kata ini End juga menjelaskan:

253
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 91
254
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 158
255
Van Den End, Surat Roma..., 445
256
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 206
257
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 651
258
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…, 156
108

Tambahan ’Roh’ di belakang ’karunia sulung’ dapat ditafsirkan dengan tiga


cara. (a) Karunia sulung itu merupakan bagian pertama dari Roh dan
karyaNya; di masa depan kita akan menerima Roh sepenuhnya. (b) Roh,
(kehadiranNya, karyaNya dalam diri kita) itu sendiri merupakan pemberian
pertama, yang akan disusul pemberian lain, yaitu kemuliaan (ay 18),
pembebasan tubuh (ay 23b) di masa depan (c) Karunia sulung adalah
pemberian pertama oleh Roh; di masa depan Roh akan mengaruniakan hal-
hal lain lagi kepada kita (ay 18, 23b).259

Dari segi tata bahasa, ketiga tafsiran ini dapat diterima, namun jika dilihat dari

keseluruhan pasal 8 penulis lebih memilih tafsiran yang kedua karena tepat dengan

konteks pasal ini. Dengan demikian karunia sulung yaitu Roh. Allah yang memberikan

Roh kepada kita sebagai jaminan (2 Kor 5: 5). Dia juga yang akan memberikan berkat-

berkat lain di masa depan.

Kata mengeluh dalam ayat ini dipakai kata  (Verb firs person Plural

Present Active Indicative). Dari kata dasar  (stenazo) yang diterjemahkan

mengeluh, bernafas keras (karena simpati).260 Kata ini juga berarti situasi ketika ditekan

oleh keadaan, mengerang, keluh kesah yang berkepanjangan, kesusahan, penderitaan

(Rm 8: 23; 2 Kor 5: 2, 4; Ibr 13: 17).261 Kata ini lebih tepat sebagai ungkapan sedih

karena hidup dalam dunia yang penuh dosa.262 Penggunaan yang kedua dari kata

mengeluh tentu saja adalah secara sadar diharapkan untuk mengingat keluhan ciptaan di

dalam ayat 22, namun dalam ayat 23 ini untuk menekankan keterlibatan orang percaya

di dalam rasa sakit, penderitaan yang akan menghasilkan sesuatu yang bersifat

259
Van Den End, Surat Roma..., 445
260
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 717
261
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 1310
262
Charles F. Preiffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559
109

eskatologi,263 sambil menantikan dengan sungguh-sungguh pengangkatan sebagai anak.

Kata pengangkatan sebagai anak dipakai kata  (Noun feminine Singular

Accusative) dari kata dasar  (huiothesia) yang diterjemahkan pengangkatan

sebagai anak.264 Paulus menggunakan istilah pengangkatan sebagai anak dalam

kehidupan Romawi karena pengangkatan sebagi anak lebih serius dan lebih sulit karena

adanya konsep patria potestas yaitu kekuasaan ayah atas keluarganya. Dalam hubungan

dengan ayahnya seorang anak laki-laki sebenarnya tidak pernah menginjak dewasa, tak

peduli berapapun umurnya ia tetap di bawah patria potestas. Dalam pengangkatan anak

seorang harus bisa keluar dari satu patria potestas dan masuk ke bawah yang lain.265

Mengenai istilah pengangkatan sebagai anak Barclay menjelaskan:

(a) Orang yang diangkat itu kehilangan seluruh hak di dalam keluarganya
yang lama dan mendapat hak sebagai anak yang sah dalam keluarganya
yang baru. Melalui jalan sah yang sangat mengikat itu, ia mendapat seorang
ayah baru. (b) Ia menjadi ahli waris atas harta ayah barunya. Walaupun
sesudah itu lahir anak yang lain, hal itu tidak mempengaruhi haknya. Tidak
dapat dicabut haknya untuk bersama-sama mewarisi dengan mereka. (c)
Secara hukum, kehidupan yang lama dari orang yang diadopsi itu
dihapuskan; misanya, semua hutang-hutang dibatalkan. Ia dianggap sebagai
orang baru yang masuk ke dalam kehidupan baru; yang lama sama sekali
tidak berlaku lagi. (d) Dalam pandangan hukum, ia adalah mutlak anak dari
ayah barunya.266

Dengan demikian Paulus menggunakan pemakaian gambaran ini pada

pengangkatan orang percaya ke dalam keluarga Allah. Dahulu manusia berada di dalam

kekuasaan mutlak dari tabiat manusia yang berdosa tetapi Allah karena kasih setia-Nya

telah membawa orang percaya ke dalam ikatan kasih-Nya. Kehidupan lama tidak

263
James D. G. Dunn, Word Biblical Commentary Roman 1-8…, 474
264
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 770
265
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…, 161
266
Ibid., 162
110

mempunyai hak lagi, Allah yang mempunyai hak mutlak. Yang lama telah dibatalkan dan

hutangnya telah dihapuskan, orang percaya mulai dengan kehidupan yang baru dengan

Allah dan menjadi ahli waris seluruh kekayaan-Nya. Dengan demikian pengangkatan

sebagai anak di sini yang dimaksud adalah pembebasan tubuh.

Kata pembebasan dipakai kata  (Noun Feminine Singular

Accusative) dari kata dasar  (apolutrosis) yang diterjemahkan

pembebasan, penebusan.267 Kemudian dilanjutkan dengan kata tubuh, dipakai kata

 (somatos) yang diterjemahkan tubuh, jenazah, bangkai, hamba, kenyataan.268

Namun dalam konteks ini lebih tepat diterjemahkan tubuh. Yang dimaksud dengan

pembebasan tubuh kita adalah kita akan dibebaskan dari kuasa dosa dan maut (1 Kor 15:

54; Fil 3: 21).269 Berkaitan dengan ini Preiffer dan Harrison menambahkan bahwa yang

dimaksud pembebasan tubuh kita adalah pembebasan dari dosa dan keterbatasan, yang

tekanan-tekanannya senantiasa kita rasakan selama kita hidup di dalam tubuh yang fana

ini.270

Ayat 24 langsung merumuskan pertentangan yang telah dicatat pada permulaan

tafsiran ayat 23. Mengapa orang percaya masih mengeluh sambil menantikan

pembebasan? Jawabnya: ”Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan” (Ay 24a). Kata

kita dalam ayat ini adalah kata yang sama dengan ”kita yang telah menerima buah

sulung” (ay 23). Kata diselamatkan dipakai kata  (Verb Firs Person Plural

Aorist Passive Indicative) dari kata dasar  (sozo) yang diterjemahkan
267
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 104
268
Ibid., 741
269
Van Den End, Surat Roma..., 446
270
Charles F. Preiffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559
111

menyelamatkan, membebaskan, mengamankan, melestarikan, menyembuhkan.271 Kata

diselamatkan memakai bentuk Aorist yang menunjukkan peristiwa di masa lampau.272

Berkaiatan dengan ini Zodhiates menjelaskan arti keselamatan dalam lima bagian:

Pertama, kata ini biasa digunakan terutama untuk menolong orang-orang dari kesusahan

atau kesulitan (Mat 8: 25; 14: 20; Kis 27: 20, 31). Kedua, menyembuhkan orang-orang

yang sakit, menyelamatkan dari kematian dan dengan tujuan untuk menyembuhkan,

menyehatkan sampai kepada pemulihan (Mat 9: 21, 22; Mark 5: 23). Ketiga, secara

khusus berarti keselamatan dari kematian kekal, dosa, hukuman dan kesengsaraan

sebagai akibat dosa. Sehingga keselamatan ini memberikan hidup kekal (Kis 2: 40; Rom

5: 9). Keempat, maksud kata kerja dasar  memiliki arti untuk menolong dari risiko,

untuk melindungi, untuk melihara dalam keadaan hidup. Kata ini juga menyangkut

pemeliharaan hidup, yang bersifat rohani maupun secara fisik. Kelima, berkaitan

dengan keselamatan jiwa yaitu kelepasan dari kebinasaan dengan hidup melalui Kristus

(Yoh 6: 56; 14: 20; Rm 16: 7; Ef 2: 13).273 Kata keselamatan yang dipakai dalam ayat ini

sama dengan keselamatan yang ada dalam pasal 1: 16; 5: 9, yaitu keselamatan dari

murka Allah,274 yang diceritakan dalam pasal 1: 18-32, suatu murka yang dialami zaman

ini oleh setiap makhluk yang hidup dalam dunia yang berdosa ini. Orang percaya yang

telah menerima buah sulung Roh akan diselamatkan dari murka Allah yang dialami oleh

271
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 167
272
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 40
273
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 1353-1354
274
Istilah murka Allah menunjukkan murka Allah yang sedang dinyatakan atas segala kefasikkan
dan kelaliman manusia dalam bentuk penyerahan pada dosa yang semakin mengerikan, dan pada murka
Allah pada akhir zaman seperti yang disebut dalam Roma 2: 5. Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 96
112

orang lain di muka bumi ini.275 Makna kata ini akan bertambah jelas setelah

memperhatikan bentuk kata kerja Yunani. Kata ini menjadi ’kita telah diselamatkan’

tetapi keselamatan itu baru kita peroleh dengan cara pengharapan.276 Dengan

keselamatan yang telah kita peroleh memberi kita pengharapan.

Kata pengharapan sendiri dipakai kata  kata yang sama dipakai dalam ayat

21. Dalam ayat ini kata pengharapan terdapat tiga kali. Dan satu kali memakai kata

dasar  (elpizo) yang diterjemahkan berharap, mengharap.277 Kata ini dalam

bentuk dative yang menunjukkan objek tak langsung (pelengkap penyerta/penderita).278

Sehingga kata ini mengandung arti oleh, bagi/untuk, atau secara. Melihat isi ayat 24b

dan 25, arti pertama dan kedua tidak mungkin, sehingga arti dative disini menunjukkan

cara penyelamatan orang percaya.279 Kata pengharapan dipakai 13 kali dalam surat

Roma.280 Hagelberg membedakan pengharapan dalam dua bagian yaitu pengharapan

karena hasil penderitaan orang percaya dalam tangan Tuhan dan pengharapan karena

hasil anugerah Tuhan.281 Dalam konteks ini pengertian keduanya dapat diterima. Istilah

pengharapan berarti antisipasi yang penuh keyakinan dari apa yang belum kita lihat.282

Dalam lingkungan orang-orang Yunani pengharapan berarti mudah-mudahan besok

lebih baik daripada hari ini. Sedangkan dalam lingkungan orang-orang Yahudi istilah

pengharapan menunjuk pada suatu keyakinan yang teguh mengenai masa depan yang

275
Ibid., 160
276
Van Den End, Surat Roma..., 447
277
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 270
278
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 14
279
Van Den End, Surat Roma..., 446
280
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 91
281
Ibid., 93
282
C. E. B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans…, 260
113

cerah.283 Dalam konteks ini bahkan konteks surat Roma, penulis lebih setuju arti yang

bersifat Yahudi karena arti ini lebih tepat untuk kata pengharapan yaitu suatu keyakinan

yang teguh mengenai masa depan yang cerah. Berkenaan dengan hal ini Pfeiffer dan

Harrison menjelaskan bahwa pengharapan ialah suatu penantian penuh keyakinan akan

berkat-berkat yang dijanjikan yang sekarang belum ada atau belum tampak.

Pengharapan ini bukanlah keinginan akan sesuatu yang terlalu indah yang tidak mungkin

menjadi kenyataan. Berkat yang diharapkan itu (penebusan tubuh), bersifat nyata dan

jelas sekalipun belum ada.284

Kemudian ayat ini diakhiri dengan kalimat bagaimana orang masih mengharapkan

apa yang dilihatnya? Kata dilihatnya dipakai kata  (Verb First Person Plural

Present Active Indicative) dari kata dasar  (blepo) yang diterjemahkan melihat,

dapat melihat, mewaspadai, memperhatikan, merasakan, sadar, ingat, berusaha,

menghadap.285 Melihat disini diartikan melihat dengan mata jasmani, melihat hal-hal

jasmani (2 Kor 4: 18). Melihat dengan cara itu berbeda dengan melihat Tuhan (2 Kor 5:

7).286 Present Active Indicative menyatakan masa kini dan menyatakan sesuatu yang

berlangsung secara terus-menerus atau berulang kali.287 Jadi melihat dalam Present

Active Indicative menunjukkan bahwa manusia akan terus-menerus melihat secara

jasmani selama manusia masih ada di dalam dunia sekarang ini. Dengan demikian yang

dimaksud disini adalah bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya atau

283
James D. G. Dunn, Word Biblical Commentary Roman 1-8…, 742
284
Charles F. Preiffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559-560
285
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 153
286
Van Den End, Surat Roma..., 446
287
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 16
114

yang sudah kelihatan dengan mata. Maka pengharapan yang dilihat hanyalah

pengharapan akan hal-hal jasmani, sedangkan pengharapan Kristen justru menyangkut

kemuliaan yang belum terdapat dalam dunia ini, yaitu dunia baru yang akan lain dari

dunia ini (1 Kor 15: 40-49). Hidup orang percaya (keselamatan) belum tampak, tetapi

tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah (Kol 3: 3).288

Bagian ini diakhiri dengan kalimat, ”tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak

kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” Kata tetapi dalam ayat ini tidak

menunjukkan pertentangan dengan kalimat terdahulu, tetapi ini mengawali catatan

tambahan, dalam hal ini merupakan kesimpulan. Kesimpulan itu berbunyi: kalau

keselamatan kita belum tersedia di depan mata kita, maka tidak bisa tidak, kita harus

menantikannya dengan tekun.289 Kemudian dilanjutkan dengan kata jika yang dipakai

kata  (ei) yang diterjemahkan jika, karena, bahwa, apakah, umpamanya.290 Karena

dengan modus Indicative, maka kalimat ini juga dapat diterjemahkan tetapi karena kita

mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. Kata tekun

dipakai kata  (Noun Feminine Singular Genetive) dari kata dasar 

(hupomone) yang diterjemahkan ketekunan, kesabaran, ketabahan, ketekunan

menantikan.291 Kata ini didahului dengan kata menantikan yang diartikan menantikan

dengan sungguh-sungguh dengan ketekunan. Hagelberg menjelaskan bahwa tidak ada

ketekunan yang tidak diawali dengan kesengsaraan. Ketekunan disediakan bagi kita

sebagai hasil kesengsaraan. Orang yang menolak kesengsaraan dengan mengeluh dan
288
Van Den End, Surat Roma..., 448
289
Van Den End, Surat Roma..., 448
290
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 242
291
Ibid., 782
115

mencari jalan keluar sendiri tidak akan memperoleh ketekunan.292 Kata ini artinya lebih

daripada kesabaran. Kata ini berarti semangat yang dapat mengalahkan dunia; berarti

tidak secara pasif menahan sabar tetapi secara aktif mengatasi godaan dan kesengsaraan

hidup.293 Tekun dalam bahasa Yunani serumpun dengan hupomenein yang diartikan

bertahan atau bersabar, namun ketekunan itu tidak bersifat pasif. Lebih tepat jika

diterjemahkan ketahanan atau keuletan. Dapat disimpulkan arti kata dasar hupomone

adalah hal tidak mudah putus asa disertai kemauan keras untuk mencapai tujuan dan

cita-cita; ketabahan dan kekerasan hati; kecakapan dan kegiatan yang bersungguh-

sungguh; kecakapan dan ketahanan dalam berjuang.294 Jadi kedua istilah itu, tekun dan

sabar mempunyai pengertian yang saling mendukung, sebab dalam upaya menghadapi

rintangan orang percaya membutuhkan keduanya. Orang percaya tidak bersemangat

mengatasi penderitaan kalau tidak ada ketekunan dan orang percaya tidak sanggup

mengatasi penderitaan kalau tidak ada kesabaran.

Dengan demikian dalam bagian ketiga ini menjelaskan bahwa orang yang percaya

kepada Tuhan memiliki keselamatan yang pasti yaitu pengharapan. Hal ini menunjukkan

bahwa Allah yang menyelamatkan manusia dari kuasa dosa, Allah yang sama juga yang

memberikan pengharapan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Dan hal ini

didapatkan jika setiap orang percaya menantikannya dengan penuh ketekunan.

Rangkuman

292
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 93
293
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…, 114
294
Van Den End, Surat Roma..., 107
116

Surat Roma merupakan surat yang ditulis oleh Paulus yang ditujukan kepada

jemaat di Roma (Rm 1: 7), baik itu orang Yahudi (Rm. 2: 17; 4: 1) maupun untuk orang

non Yahudi yang ada di Roma (Rm 11: 13). Tempat penulisan surat Roma adalah

Korintus dan ditulis sekitar tahun 52-57 M, pada perjalanan sebelum ke Asia Kecil atau

Yerusalem, yaitu akhir perjalanan misi ketiga. Maksud dan tujuan Paulus menuliskan

surat kepada jemaat di Roma adalah untuk menyatakan kerinduannya untuk pelayanan di

Roma, dan juga untuk menasehati dan menguatkan mereka supaya menjadi jemaat yang

setia dan misioner serta untuk meminta dukungan dari mereka supaya mereka

mendukung Paulus dalam pelayanan-pelayanannya.

Setelah penulis menguraikan bagian eksegetis dalam Roma 8: 18-25, maka ada

beberapa hal yang perlu penulis paparkan.

Pertama, Paulus menegaskan bahwa penderitaan orang percaya di Roma maupun

penderitaan orang percaya pada masa kini baik itu penyakit, nyeri, kesengsaraan,

kekecewaan, kemiskinan, penganiayaan, kesedihan, dan kesusahan dalam berbagai

bentuknya, harus dianggap tidak berarti jika dibandingkan dengan berkat, hak istimewa,

yaitu kemuliaan yang akan dianugerahkan pada masa yang akan datang kepada orang

percaya yang setia dan tekun dalam menantikannya. Dalam bagian ini penderitaan

dibagi menjadi dua. Pertama, penderitaan karena dosa (hawa nafsu), dosa inilah yang

menyebabkan adanya penderitaan dan penderitaan seperti ini mengakibatkan

penghukuman kekal (kematian). Kedua, penderitaan karena Kristus. Dalam arti lain turut

menderita di dalam penderitaan Kristus, penderitaan yang demikian akan menghasilkan

kemuliaan yaitu hidup kekal bersama dengan Kristus.


117

Kedua, Paulus menjelaskan tentang penderitaan dengan mengacu pada keadaan

ciptaan. Ia menjelaskan bahwa semua makhluk merindukan saat-saat dimana anak-anak

Allah dinyatakan. Paulus menjelaskan keadaan ciptaan yang berdosa yaitu ditakhlukkan

kepada kesia-siaan, perbudakan kebinasaan, segala makhluk mengeluh, merasa sakit

bersalin. Bukan karena kehendak mereka tetapi karena kehendak Allah yang telah

menaklukkannya. Hal ini menunjukkan bahwa semua ciptaan telah berdosa dan

membutuhkan anugerah Allah agar bebas dari semua keadaan ini. Allah mempunyai

maksud dan tujuan supaya dengan keadaan ini mereka memiliki pengharapan yang pasti

di dalam Kristus dan ikut dalam kemuliaan orang percaya.

Ketiga, Paulus menjelaskan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan memiliki

keselamatan yang pasti yaitu berupa pengharapan atau hidup dalam pengharapan. Hal ini

menunjukkan bahwa Allah yang menyelamatkan manusia dari kuasa dosa, Allah yang

sama juga yang memberikan pengharapan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Dan hal ini didapatkan jika setiap orang percaya menantikannya dengan penuh

ketekunan.
118

BAB III

PENDERITAAN MENURUT ROMA 8: 18-25

Berkaitan dengan bab-bab sebelumnya, maka penulis akan melakukan penelitian

melalui metode penelitian deskriptif dan penelitian sejarah dalam menganalisa mengenai

penderitaan dan mengeksegese Roma 8: 18-25.

Analisa Sejarah

Dalam analisa sejarah ini penulis memaparkan mengenai Latar Belakang Kota

Roma, Alamat Surat Roma, Penulis Surat Roma, Tempat Penulisan dan Waktu

Penulisan serta Tujuan Penulisan Surat Roma.

Latar Belakang Kota Roma

Nama Roma diambil dari nama ibu kota Italia, tempat asal mula bertumbuhnya

negara Romawi. Negara ini didirikan pada tahun 753 SM. Sekitar permulaan abad ke 5

SM, kerajaan ini telah berkembang menjadi suatu organisasi politik yang agak mantap
119

berbentuk pemerintahan republik.295 Melalui perserikatan dengan kelompok-kelompok

masyarakat lain di sekitarnya, dan melalui serangkaian peperangan yang panjang dengan

bangsa Estruska di sebelah utara, serta berbagai suku bangsa lain di sebelah selatan,

negara Roma mengepalai seluruh semenanjung Italia pada tahun 265 SM. Mereka yang

terkalahkan terikat perjanjian untuk memelihara perdamaian dengan Roma dan lambat

laun melebur diri dalam daerah kekuasaan Romawi.296 Berkenaan dengan hal ini

Douglas menyatakan:

Menurut tradisi kota Roma didirikan tahun 753 SM di tujuh bukit, di atas
jurang tebing di mana tanah datar latin bertemu dengan sungai Tiber, tempat
penyeberangan pertama di muara. Sebagaimana diperlihatkan oleh
penggalian, mula-mula Roma adalah tempat bertemu dan bercampurnya
bangsa-bangsa, bukan tempat tinggal satu bangsa saja. Perkembangan Roma
pesat, pada tahap pertama dirangsang oleh keperluan strategis negara Etruria
ke utara dan ke selatan, kemudian oleh kebijaksanaan politik liberal dalam
pemberian hak suara yang unik di dunia kuno: Roma menarik kepada dirinya
orang dan ide dari seluruh daerah laut tengah, sehingga hampir 1000 tahun
semua masyarakat beradab dari Inggris sampai Arab menjadi anggota
kerajaannya.297

Pada masa itu kota Roma adalah kota yang paling ramai dan paling menarik di

dunia, di sepanjang jalan-jalannya terdapat kurang lebih tiga ratus air mancur umum,

lalu kota ini dilimpahi dengan kemewahan, sejarah dan bangunan-bangunan megah,

sehingga Charles Ludwig menyatakan bahwa kota Roma adalah kota abadi.298 Di kota

inilah Paulus dipenjarakan, diperkirakan pada saat itu kota Roma telah berusia delapan

ratus tahun.299 Pada masa itu Roma merupakan pusat pemerintahan dari seluruh daerah

295
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2003), 3
296
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru..., 3
297
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 321
298
Charles Ludwig, Kota-Kota Pada Zaman Perjanjian Baru, (Bandung: Kalam Hidup, 1999), 16
299
Ibid., 20
120

laut Tengah. Donald Guthrie menjelaskan bahwa Roma merupakan pusat diplomatik dan

perdagangan dunia yang terkenal pada waktu itu. Orang tidak putus-putusnya pulang

pergi ke situ, kekaisaran Romawi dalam keadaan damai dan makmur (Pax Romana),

menjamin perjalanan orang kesitu.300 Dengan demikian kota Roma adalah kota yang

sangat menarik untuk dikunjungi bahkan untuk dijadikan sasaran pelayanan.

Alamat Surat Roma

Alamat penulisan atau penerima surat Roma adalah jemaat di Roma (Rm 1: 7),

”Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan

dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari

Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.” Jemaat di Roma terdiri dari banyak

orang Yahudi (Rm 2: 17; 4: 1), dan banyak orang non Yahudi (Rm 1: 13; 11: 17-31).

Dengan kata lain surat ini dialamatkan kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma,

yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus (Rm 1: 7).301

Namun yang banyak menjadi perdebatan adalah asal mula jemaat di Roma. Asal-usul

dari jemaat pembaca pertama surat ini tidak diketahui dengan pasti.

Katolik Roma setuju bahwa jemaat di Roma didirikan oleh Petrus pada tahun

42.302 Namun pendapat ini kurang diterima, sebab seharusnya Paulus menyebut Petrus

dalam tulisan-tulisannya secara khusus berkaitan dengan jemaat Roma, dan juga dalam

surat Roma sendiri, seandainya Petrus pendiri jemaat Roma. Kemungkinan juga jemaat

300
Donald Guthrie, Hand Book to The Bible, (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 654
301
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu, Malang: Departemen Literatur YPPII), 122
302
Ibid., 124
121

pertama di Roma didirikan oleh ”pendatang-pendatang dari Roma” yang percaya kepada

Kristus di Bait Allah pada hari Pentakosta (Kis 2: 10), setelah mereka pulang ke Roma.

Mungkin juga orang-orang yang pernah diinjili oleh Paulus yang mendirikan jemaat

disana.303 Tetapi jemaat itu tidak didirikan oleh Paulus. Kemungkinan lain adalah jemaat

Roma didirikan oleh orang-orang Yahudi, baik yang datang ke Roma (sebab Roma

adalah ibu kota kekaisaran Romawi atau pusat dunia pada waktu itu), ataupun orang

Yahudi yang datang kembali ke Roma setelah diusir oleh kaisar Claudius (Kis 18: 2).304

Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sebelum tahun 49, telah ada orang

Kristen di Roma dan orang Kristen itu termasuk suku Yahudi. Dari beberapa kata dalam

surat Roma dapat diambil kesimpulan bahwa jemaat pada waktu itu terdiri dari orang

Yahudi (Rm. 4: 1; 7: 4-6). Dan orang non Yahudi (Rm. 1: 5, 13; 11: 13). Tampaknya

orang Kristen non Yahudi merupakan mayoritas jemaat. Data dalam pasal 16 memberi

kesan bahwa orang Kristen berkumpul dalam sejumlah jemaat rumah tangga.305

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa surat Roma ditujukan kepada

jemaat di Roma (Rm 1: 7), ”Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi

Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu

dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.” Baik itu orang

Yahudi (Rm. 2: 17; 4: 1) maupun untuk orang non Yahudi di Roma (Rm 11: 13).306

303
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000), 5
304
Menurut Suetonius, seorang pengarang Romawi dalam karangannya berjudul Life of Claudius,
menuliskan bahwa pada tahun 49, Klaudius mengusir orang-orang Yahudi dari Roma (juga disaksikan
dalam Kisah Rasul 18: 2), oleh karena mereka bertengkar, atas hasutan seorang yang bernama Krestus,
dan kisah ini terkenal dengan sebutan Impulsore Chresto. F. F. Bruce, The Epistle of Paul to The Romans,
(Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1975), 14
305
Van Den End, Surat Roma, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 5-6
306
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 5
122

Penulis, Waktu dan Tempat Penulisan

Penulis surat Roma adalah Paulus (Rm 1: 1), hal itu tidak perlu diragukan lagi.

Banyak ahli bahasa menilai surat itu sebagai karya sastra yang terbaik dari semua surat

kiriman Paulus. Isi surat Roma adalah khas Paulus, sejak abad kedua keaslian surat

Roma tidak diragukan.307 Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas-identitas

penulis surat Roma. Para pakar theologia liberal berusaha menyakinkan pendapat

mereka bahwa rasul Paulus tidak menulis surat Roma, tetapi perdebatan tersebut sudah

dapat diselesaikan dan hampir semua sepakat untuk mengakui rasul Paulus sebagai

penulis surat Roma.308 Hal lain yang menguatkan Paulus sebagai penulis surat Roma

adalah ada banyak kecocokkan antara tulisan Paulus dalam surat Roma dan tulisannya

dalam kitab Kisah Para Rasul dan surat-surat lain (Rm 15: 25-27 dengan Kis 19: 2; 20:

1-5; 21: 15-19; 1 Kor 16: 1-5; 2 Kor 8: 1-12 dan 9: 1-5, Rm 11: 1 dengan Fil 3: 5, Rm

16: 3 dengan Kis 18: 2-3 dan ay 18-19, serta Rm. 1: 10-15; 15: 22-32 dengan Kis 19:

21). Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat terhadap apa yang telah

dinyatakan oleh Roma 1: 1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang surat ini.309

Dari kelahirannya sampai ia tampil di Yerusalem sebagai penganiaya orang

Kristen, hanya sedikit yang diketahui tentang Paulus. Ia berasal dari suku Benyamin dan

anggota Farisi yang sangat aktif (Rm 11: 1; Fil 3: 5; Kis 23: 6), ia lahir di Tarsus sebagai

warga negara Roma (Kis 16: 37; 21: 39; 22: 25). Yerome mengutip cerita tradisi yang

mengatakan leluhur Paulus berasal dari Galilea. Tidak jelas apakah mereka pindah ke

307
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru..., 121
308
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 5
309
Ibid., 4
123

Tarsus karena alasan perdagangan atau karena dijajah oleh pemerintah Siria. Tentang

mereka warga negara Roma memberi kesan bahwa mereka sudah lama tinggal disana.310

Surat Roma ditulis oleh Paulus pada saat ia sedang dalam perjalanan menuju

Yerusalem untuk membawa sumbangan, Roma 15: 25, ”Tetapi sekarang aku sedang

dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang

kudus.” Dengan demikian surat Roma ditulis pada perjalanan misi yang ketiga.311

Tahun penulisannya masih agak sulit untuk ditentukan. Menurut Crandfield surat

ini ditulis antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59 dan kemungkinan besar akhir

tahun 55 sampai awal tahun 57.312 Acuan-acuan dalam surat Roma mengenai lokasi

dimana Paulus menulis surat Roma, menunjukkan masa ia tinggal di Yunani pada akhir

masa penginjilan ketiganya (Kis 20: 2), ia memusatkan perhatian ke dunia barat , karena

itu ia ingin mengunjungi Roma bahkan Spanyol (Rm 15: 24, 28). Tak dapat diragukan

bahwa Paulus menulis surat Roma tepat sebelum akhir masa perjalanan misi

ketiganya.313 Kesimpulan ini didukung oleh acuan dalam pasal 16 tentang Korintus

sebagai tempat pengiriman surat. Karena itu waktu penulisan surat Roma dapat

ditentukan dengan ketetapan relatif, kendati masalah kronologi umumnya, dan kronologi

Paulus khususnya, tidak memungkinkan penentuan mutlak. Nampaknya antara tahun 57

dan 59 M cocok dengan data yang tersedia.314 Searah dengan itu Van Den End

menyatakan bahwa:

310
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 208
311
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru..., 108
312
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 6
313
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 324
314
Ibid
124

Surat Roma ditulis di Korintus (Rm 15: 32), agaknya pada akhir perjalanan
Paulus yang ketiga (Rm 15: 25), menjelang awal musim pelayaran di wilayah
Laut Tengah, jadi pada akhir musim dingin (Februari-Maret 57). Keadaan
Paulus pada waktu itu digambarkan dalam Kisah Para Rasul 20: 2-3.
Ternyata pada waktu itu orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia,
sehingga ia terpaksa membatalkan pelayaran ke Siria dan mengambil jalan
darat ke Filipi (700 km jalan kaki dari Korintus).315

Jadi menurut keterangan data-data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tempat

penulisan surat Roma adalah Korintus dan ditulis sekitar tahun 52-57 M. Dengan

demikian pandangan tahun penulisan diluar tahun-tahun ini316 perlu dipertimbangkan.

Karena penulisan surat ini pada perjalanan sebelum ke Asia Kecil atau Yerusalem, yaitu

akhir perjalanan misi ketiga.

Maksud dan Tujuan Penulisan Surat Roma

End menuliskan paling tidak ada lima maksud dan tujuan Rasul Paulus manuliskan

surat kepada jemaat di Roma:

a) Berkenaan dengan jemaat, yang tidak didirikan Paulus (1: 11). b) Meminta
dukungan keuangan dan penyediaan sarana untuk perjalanan ke Spanyol
yang sedang direncanakan Paulus (15: 24). c) Meminta doa syafaat jemaat
Roma berhubung dengan konfrontasi dengan orang Yahudi di Yerusalem
(15: 30-31). d) Meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan
ketidakpastian Paulus mengenai sikap jemaat Kristen di Yerusalem terhadap
sumbangan jemaat-jemaat di Makedonia dan Akhaya yang dibawa Paulus ke
Yerusalem (15: 30-31). e) Agaknya juga meredakan perselisihan yang sedang
berlangsung dalam jemaat Roma (14: 1-15: 13).317

315
Van Den End, Surat Roma..., 3
316
Misalnya R. A. Jaffray yang menyatakan bahwa surat Roma ditulis tahun 58-59, R. A. Jaffray,
Tafsiran Surat Roma, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2007), 12. Juga Barclay yang menafsirkan bahwa
surat Roma ditulis tahun 58, William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Roma, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1986), 9
317
Van Den End, Surat Roma..., 4
125

Paulus mengetahui bahwa perjalanannya ke Yerusalem bukanlah tanpa bahaya. Ia

tahu bahwa ia mempunyai musuh-musuh disana, dan pergi ke Yerusalem berarti resiko

besar kehilangan hidup dan kebebasannya. Ia merindukan doa jemaat Roma sebelum ia

memulai perjalanan itu (Rm 15: 30-31).318 Paulus mempunyai rencana yang besar dalam

angan-angannya. Tiap kali ia melihat kapal berlabuh ia ingin menaikinya dan membawa

kabar baik kepada orang-orang di seberang laut. Waktu itu Paulus dibayangi oleh pikiran

tentang Spanyol (Rm 15: 24, 28). Itulah alasan Paulus menulis surat Roma, ia

mempunyai impian besar di dalam hatinya dan rencana besar dalam pikirannya. Oleh

sebab itu ia mengemukakan kepercayaannya yang paling hakiki, supaya nanti apabila

tiba saatnya untuk pergi ke Spanyol, ia menemukan di Roma jemaat yang menaruh

simpati dan melalui mana jalur komunikasi ke Spanyol dan ke daerah barat akan

terbuka.319

Maksud dan tujuan yang lain dari apa yang sudah diuraikan di atas, Donald

Guthrie menguraikan bahwa Paulus ingin memperkenalkan theologianya kepada jemaat

di Roma, dia juga menasehati mereka dengan beberapa hal praktis baik dari segi etika

(Rm 14), guru palsu yang harus dihindari (Rm 16: 17-19), bahkan mau menguatkan

jemaat tersebut melalui pengalaman yang ia alami di akhir pelayanannya, supaya jemaat

Roma bertahan di tengah-tengah penganiayaan dan menjadi jemaat yang misioner. Lebih

lanjut Guthrie menyatakan bahwa dari hal ini, bukan berarti Paulus ingin meletakkan

theologiaa Paulinis dalam surat Roma, sebab jika diamati tidak semua theologiaa Paulus

dituliskan dalam surat tersebut. Walaupun demikian, dalam surat Roma disajikan secara

318
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Roma…, 9
319
Ibid
126

logis beberapa tema utama dalam theologiaa Paulus, dan boleh jadi Paulus hendak

memberitahukan itu dulu kepada jemaat di Roma sebelum kunjungannya, sehingga bila

ia tiba mereka telah memahami ajarannya.320

Jadi maksud dan tujuan Paulus menuliskan surat kepada jemaat di Roma adalah

untuk menyatakan kerinduannya untuk pelayanan di Roma, dan untuk menasehati dan

menguatkan mereka supaya menjadi jemaat yang setia dan misioner serta untuk meminta

dukungan dari mereka supaya mereka mendukung Paulus dalam pelayanan-

pelayanannya.

Analisa Konteks

Kata konteks berasal dari dua kata bahasa latin yaitu Con berarti bersama-sama

atau menjadi satu dan Textus berarti tersusun. Jadi konteks adalah hubungan yang

menyatukan bagian Alkitab yang ingin ditafsir dengan sebagian atau seluruh Alkitab.

Analisa konteks dapat dibagi dalam pengertian yang sempit atau dekat, dan luas atau

jauh.321 Analisa konteks sangat penting dalam penemuan arti kata, tata bahasa, nada atau

modus, dan juga gaya sastra ayat-ayat yang ingin ditafsir. Analisa konteks sangat

menolong dalam penentuan tujuan, dan maksud ayat-ayat yang hendak ditafsir.322

Untuk mengetahui konteks Roma 8: 18-25, maka perlu melihat pembagian surat

Roma secara keseluruhan. Baxter membagi surat Roma dalam tiga bagian besar, yang

akan penulis paparkan secara rinci di bawah ini:

320
Donald Guthrie, “Roma, Surat Kepada”, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II…, 325
321
Deni C. H. Telaumbanua, Relasi Israel dan Gereja Menurut Roma 9-11 dan Relasinya Bagi
Pengharapan Kristen, Skripsi (Batu: Institut Injil Indonesia, 2009), 45
322
Ibid
127

I. DOKTRIN: CARA INJIL MENYELAMATKAN ORANG BERDOSA


A. Keadaan Segala Manusia: ”berbuat dosa dan di bawah kuasa dosa (1: 18-3: 20)
Bangsa-bangsa lain bersalah dan berdosa (1: 18: 1: 32)
Bangsa Israel bersalah dan berdosa (2: 1-3: 20)
B. Jawaban Injil Dalam hal berbuat dosa (3: 21-5: 11)
Menurut hukum (3: 21-4: 25)
Menurut pengalaman (5: 1-11)
C. Jawaban Injil dalam keadaan kita di bawah kuasa dosa (5: 12-8: 29)
Menurut hukum (5: 12-7: 8)
Menurut pengalaman (7: 7-8: 39)

II. KEBANGSAAN: CARA INJIL BERSANGKUTAN DENGAN BANGSA ISRAEL


D. Tidak meniadakan kehendak Allah bagi bangsa Israel (ps 9)
Tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel (9: 7-13)
Sisa yang terpilih diselamatkan (9: 27-29)
E. Menggenapi janji kepada Israel (ps 10)
Israel mencari kebenaran karena perbuatan (10: 1-4)
Lalu tersandung (9: 32) dan tidak percaya (10: 18-21)
F. Meneguhkan pengharapan Israel (ps 11)
Jatuhnya Israel mengadakan jalan untuk memberkati bangsa-bangsa lain (11: 1-24)
Dan seluruh Israel akan diselamatkan (11: 25-29)

III. PRAKTIK: CARA INJIL MEMPENGARUHI KELAKUAN


G. Aspek-aspek sosial dari hidup Kristen (ps 12)
Akarnya: pengudusan dan perubahan batin (12: 1-2)
Buahnya: berbakti dan kasih kepada sesama manusia (12: 3-21)
H. Aspek-aspek kewargaan dari hidup Kristen (ps 13)
Takluk secara setia dan bertanggung jawab (13: 1-7)
Dasarnya: kasih kepada sesama manusia (13: 8-14)

I. Beberapa perhubungan timbal-balik dalam hidup Kristen (ps 14, 15)


Asasnya: saling mengasihi (14: 1-23)
Anjuran: teladan Kristus (15: 1-13)
IMBUHAN: 15: 15-16-27.323

323
J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 4, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2002),
28
128

Dari pembagian di atas, Roma 8: 18-25 terletak pada bagian pertama yaitu:

Doktrin: Cara Injil menyelamatkan orang berdosa, yang membahas mengenai Jawaban

Injil dalam keadaan kita di bawah kuasa dosa, yakni menurut pengalaman.

Analisa Konteks Jauh

Dalam Alkitab penderitaan dianggap gangguan atas dunia ciptaan ini. Seluruh

ciptaan diciptakan dalam keadaan baik dan bebas dari penderitaan (Kej 1: 31). Setelah

dosa terjadi maka penderitaan pun timbul dalam bentuk pertentangan, kesakitan, maut,

dan lain-lain (Kej 3: 15-19). Walaupun iblis dianggap mempunyai kekuatan untuk

membuat manusia menderita (2 Kor 12: 7; Ayb 1: 12; 2: 6), tetapi yang perlu orang

percaya ketahui bahwa manusia menderita tidak lepas dari kedaulatan Allah, Allah

mengontrol serta mendatangkan penderitaan (Am 3: 6; Yes 45: 7; Mat 26: 39; Kis 2:

23). Beban penderitaan selalu dirasa berat oleh umat Allah (Kej 47: 9; 2 Sam 14: 14).

Adanya penderitaan senantiasa menjadi persoalan, karena dianggap didatangkan oleh

Allah (Maz 39: 10). Justru penderitaan harus dihubungkan dengan fakta yakni kasih

Allah, keadilan dan kebenaran-Nya (Maz 73). Maka di tengah-tengah penderitaan,

manusia dipaksa untuk menentukan sampai dimana dia bisa hidup oleh iman, dan

seberapa jauh dapat ditolaknya keinginan hatinya untuk mendapati keterangan yang

rasional.324 Dalam memberikan kesaksian tentang penderitaan Mesias (I Pet 1: 10-12),

para penulis Perjanjian Baru diajarkan bagaimana Allah dapat memberi makna baru dari

penderitaan. Pengalaman mereka mematuhi Allah berkaitan dengan maksud-Nya

menyelamatkan Israel dan mengajarkan mereka bahwa kasih Allah justru ada melalui

324
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 244
129

penderitaan-Nya dan ini dilakukan oleh Allah untuk menyelamatkan umat-Nya (Hos 1-

3; Yer 9: 1-2; 20: 7-10; Yes 63: 9). Dalam penderitaan khas seperti itu nampak makna

baru dari Vicarious.325 Dengan perkataan lain penderitaan ini menyatakan bahwa Yesus

bisa menanggung derita dan menderita sebagai pengganti semua orang yang menjadi

objek penderitaan, dan sekaligus mewakili segenap orang yang mau menerima Yesus

(Yes 53; 1 Pet 2: 24).326

Penderitaan mempunyai makna baru bagi orang-orang yang menjadi anggota tubuh

Kristus. Mereka turut menderita dalam penderitaan Kristus (2 Kor 1: 5; Mrk 10: 39;

Rom 8: 17), dan menganggap dirinya wajib menanggung penderitaan atau terpanggil

kepada penderitaan (Fil 1: 29; 1 Pet 4: 1-2). Apapun bentuk penderitaan orang Kristen,

itu dapat dianggap sebagai salib yang wajib dipikul dalam rangka mengikuti Yesus di

jalan salib-Nya (Mat 16: 24; Rm 8: 28-29). Penderitaan demikian memang tidak dapat

dielakkan, menuju kepada kebangkitan dan kemuliaan (Rm 8: 18; Ibr 12: 1-2; Mat 5; 10;

2 Kor 4: 17). Jadi penderitaan yang ditanggung oleh setiap orang percaya, itu sebagai

bentuk partisipasi dalam penderitaan Kristus, dapat disebut menggenapkan apa yang

belum tercakup dalam penderitaan Kristus (Kol 1: 24). Hal ini menunjukkan supaya

orang percaya dapat bersekutu dengan Dia dalam penderitaan-Nya yang Vicarious-

menggantikan dan melepaskan.327

Analisa Konteks Dekat

325
Vicarious adalah tindakan rela bertindak atau berbuat demi orang lain, dan iklas menanggung
segala resikonya. J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 245
326
Ibid
327
Ibid
130

Dalam kaitan eksegetis Roma 8: 18-25, tidak terlepas dari ayat-ayat sebelum dan

sesudahnya. Dalam ayat 17, ”Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli

waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan

menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama

dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Paulus ingin

menjelaskan bahwa orang percaya adalah ahli waris Allah melalui Kristus. Kalau

manusia percaya kepada Tuhan Yesus, maka orang percaya memperoleh suatu warisan,

yaitu ahli waris Allah. Itu didapatkan kalau orang percaya menderita dengan Kristus

(Rm 8: 17). Kalau orang percaya mengikuti jalan kemenangan yang telah disediakan di

dalam Roh Allah, maka orang percaya akan menderita dengan Dia, tetapi selain itu

orang percaya juga akan dipermuliakan dengan Dia (Rm 8: 18). Penderitaan merupakan

peranan yang ditetapkan Allah untuk Kristus. Penderitaan juga merupakan pengalaman

yang ditetapkan Allah bagi orang-orang percaya di dalam Kristus. Orang-orang yang

ikut berbagi penderitaan dengan Kristus juga akan ikut berbagi kemuliaan dengan Dia

(Rm 8: 17). Orang percaya lebih dahulu mengalami penderitaan sebelum ia mengalami

kemuliaan.328

Kemudian berkenaan dengan ayat-ayat sesudahnya, yaitu ayat 26-28. masih

menekankan pokok yang sama yaitu tentang penderitaan. Dalam bagian ini Paulus

menjelaskan bahwa orang percaya dilayani oleh Roh Allah sehingga orang percaya

dapat menang atas ’tubuh maut ini’, justru pada waktu orang percaya menderita, lemah,

orang percaya tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa. Dan berdoa supaya dapat lepas

328
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe..., 558
131

dari kesusahan dunia. Dalam ayat ini ada penghiburan bagi orang percaya. Orang

percaya memang menanggung penderitaan dan kesusahan yang berat, tetapi pada

keadaan itu justru orang percaya dihibur karena Roh sendiri berdoa untuk setiap orang

percaya dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.329 ”Dan Allah yang menyelidiki

hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah,

berdoa untuk orang-orang kudus” (Rm 8: 27).

Dalam ayat 28, Paulus menyatakan suatu kenyataan yang jarang disebut yaitu

bahwa janji yang indah yang dikhususkan bagi orang-orang yang mengasihi Allah. Ini

bukan merupakan janji yang umum, yang berlaku untuk semua orang percaya. Janji ini

berlaku untuk orang percaya yang mengasihi Allah. Orang percaya yang mengasihi

Allah juga menantikan kedatangan Kristus (Rm 8: 19). Sekalipun orang percaya masih

merintih dan mengalami penderitaan namun orang percaya diberi janji bahwa dalam

semuanya itu mendatangkan kebaikan. Kebaikan yang bagaimana yang dihasilkan?

Paulus menjawab pertanyaan ini di dalam ayat 29, dimana ia menjelaskan bahwa orang

percaya akan menjadi serupa dengan gambar anak-Nya, yang mulia yang akan bertahta

dalam Kerajaan Allah330 Dan di akhir ayat 28, puncaknya bagi orang percaya yang

mengasihi Allah juga terpanggil menurut rencana Allah (Rm 8: 28).

Struktur Teks

Pada bagian ini penulis akan menguraikan struktur teks Roma 8: 18-25, yang

merupakan kelanjutan dari ayat 1-17 mengenai hidup oleh Roh. Oleh sebab itu penulis

329
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 161
330
Ibid., 163
132

akan membuat analisa struktur teks berdasarkan pendapat beberapa theolog untuk

memudahkan dalam menganalisa teks tersebut.

Mengenai strukturalisasi, End membagi ayat 18-25 dalam tiga bagian yaitu:

Penderitaan orang Kristen tak sebanding dengan kemuliaan (ay 18)

Menerangkan penderitaan yang mengacu pada keadaan ciptaan (ay 19-22)

Keadaan orang percaya, yang memiliki keselamatan berupa pengharapan (ay 23-25).331

Soedarmo membagi bagian ini dalam tiga bagian yaitu:

Ketahanan dalam mengikut Kristus (ay 18)

Kesatuan yang hidup dari seluruh mahkluk (ay 19-22)

Kesadaran orang Kristen tentang pengharapan (ay 23-25)332

Selain itu Jaffray membagi ayat 18-25 dalam tiga bagian yaitu:

Anak-anak Allah akan menderita dan dipermuliakan (ay 18)

Anak-anak Allah dipermuliakan-dirindukan oleh seluruh makhluk (ay 19-22)

Anak-anak Allah dipermuliakan-itulah pengharapan kita (ay 23-25).333

Sedangkan Wiersbe membagi dalam dua bagian yaitu:

Segala makhluk mengeluh (ay 18-22)

Kita orang-orang percaya mengeluh (ay 23-25)

Dari beberapa struktur teks yang telah dikemukakan di atas maka penulis

menggunakan struktur Th. Van den End karena sesuai dengan maksud penulis yaitu:

Penderitaan orang Kristen tak sebanding dengan kemuliaan (ay 18)

331
Van Den End, Surat Roma..., 433
332
Soedarmo, Tafsiran Alkitab Masa KIni Jilid III, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), 457-458
333
R. A. Jaffray, Tafsiran Surat Roma..., 151-154
133

Menerangkan penderitaan yang mengacu pada keadaan ciptaan (ay 19-22)

Keadaan orang percaya, yang memiliki keselamatan berupa pengharapan (ay 23-25).

Uraian Eksegetis Roma 8: 18-25

Penulis akan memaparkan melalui uraian eksegetis sesuai dengan struktur Th. Van

den End.

Penderitaan Orang Kristen tak Sebanding Dengan Kemuliaan (ay 18)

18

aku berpendapat Sebab bahwa tidak yang dapat dibandingkan (ini) penderitaan2


sekarang waktu dengan (yang) bersegera kemuliaan


dinyatakan kepada kita.334

Bagian ini menjelaskan bahwa penderitaan orang Kristen tak sebanding dengan

kemuliaan yang mereka nantikan.

Dalam memulai ayat ini Paulus menulis pernyataannya dengan kata 

(Verb 1 Singular Present Midle Indikatif) yang diartikan memperhitungkan,

menganggap, mengira, berpikir, berpendapat. Berasal dari kata  (lego) yang

334
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid I..., 843
134

diterjemahkan berkata, berbicara, mengucapkan, berpendapat.335 Namun dalam konteks

ini lebih tepat jika diterjemahkan ”aku berpendapat.” Indikatif yang dimaksud adalah

suatu tindakan yang menyatakan bahwa pernyataan itu sebagai suatu kepastian atau

keyakinan. Keyakinan disini adalah keyakinan yang bertentangan dengan kenyataan

(Rm 3: 28; 4: 3). Sebagaimana orang percaya dibenarkan oleh Allah meski mereka

sendiri tidak memiliki kebenaran nyata, begitu pula Paulus yakin akan kebesaran

kemuliaan yang akan datang, meski ia bersama semua orang percaya masih berada di

tengah-tengah penderitaan.336 Kata ’yakin’ dalam ayat ini tidak berarti beriman, karena

beberapa terjemahan menerjemahkan bukan believe, tetapi reckon (berharap,

menganggap) dalam KJV diterjemahkan consider (menganggap, memperhatikan,

memikirkan).337 Dengan demikian kata  (logizomai) dalam Present Midle

Indikatif memiliki pengertian bahwa apa yang disampaikan Paulus merupakan suatu

keyakinan dan kepastian bahwa orang percaya akan mengalami penderitaan namun

penderitaan itu hanya sedikit atau sebagian kecil dari kemuliaan yang akan dinyatakan.

Penderitaan dalam teks ini digunakan kata  (Noun Neuter Plural

Nominatif). Kata pathemata berasal dari kata  (pathema) yang berarti

penderitaan, hawa nafsu.338 Hawa nafsu yang dimaksudkan disini adalah hawa nafsu

dosa atau hawa nafsu ingin berbuat dosa, yaitu dengan hidup dalam kedagingan (Rm 7:

335
Ibid., 488
336
Van Den End, Surat Roma..., 435
337
Denny Teguh Sutandio, Hidup Oleh Roh dan Pengharapan Anak-anak Allah, http://www.dgip-
go.id/ebscript/publicportal.cgi
338
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 599
135

5; Gal 5: 24).339 Dengan kata lain penderitaan dan hawa nafsu terjadi karena dunia ini

memang berdosa, penderitaan yang diderita umat manusia terjadi setelah kejatuhan

manusia ke dalam dosa. Setelah dosa terjadi maka penderitaan pun timbul dalam bentuk

pertentangan, kesakitan, maut, dan lain-lain (Kej 3: 15-19).340 Akibat dari hawa nafsu

dosa atau hidup dalam kedagingan adalah penderitaan. Dengan demikian penderitaan

yang dimaksud dalam bagian ini adalah penderitaan akibat dosa, dalam arti lain

penderitaan itu pasti ada dalam dunia sejak manusia jatuh di dalam dosa, bentuk

penderitaan itu bisa kesusahan, kesakitan, penderitaan, pertentangan dan juga hawa

nafsu dosa. Hal ini menunjukkan ada keterkaitan antara hawa nafsu dan penderitaan

karena akibat dari hawa nafsu akan menimbulkan penderitaan. Tetapi penderitaan

mempunyai makna baru bagi orang-orang percaya yang menjadi anggota tubuh Kristus.

Karena mereka turut menderita dalam penderitaan Kristus (2 Kor 1: 5; Mark 10: 39; Rm

8: 17), dan menganggap dirinya wajib menanggung penderitaan atau terpanggil kepada

penderitaan (Fil 1: 29; 1 Pet 4: 1-2). Apapun penderitaan orang Kristen, itu dianggap

sebagai salib yang wajib dipikul dalam rangka mengikuti Yesus di jalan salib-Nya (Mat

16: 24; Rm 8: 28-29).341

Kata  (Noun Masculine Singular Genetif), yang berarti waktu, zaman,

waktu yang tepat, kesempatan.342 Genetif menunjukkan bahwa waktu ini adalah milik

Tuhan. Yang dimaksudkan ialah zaman sejak kedatangan pertama Kristus sampai

339
Van Den End, Surat Roma..., 351
340
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 245
341
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I..., 245
342
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 419
136

kedatangan-Nya kembali.343 Berkaitan dengan kata ini Dunn menjelaskan bahwa kata ini

menunjukkan waktu antara kebangkitan Kristus dan kedatangan-Nya kembali. Dan ini

mempunyai makna penting bagi orang percaya karena orang percaya harus melewati

waktu yang jahat ini untuk menuju waktu kedatangan-Nya kembali.344 Pemikiran

Yahudi membagi waktu ke dalam dua bagian masa sekarang dan masa yang akan

datang. Masa sekarang ini semuanya jahat, menjadi pokok dosa, kematian dan

kebinasaan. Suatu ketika akan datang hari Tuhan, yaitu hari penghakiman, ketika dunia

akan digoncangkan sampai kedasarnya; tetapi sesudah itu akan datanglah suatu dunia

baru. Ketika Paulus menggambarkan ini, ia memakai pengertian yang setiap orang

Yahudi sudah kenal dan mengerti. Ia berbicara tentang masa sekarang dan tentang

kemuliaan yang akan dinyatakan.345

Kata akan dalam bahasa Yunani dipakai kata  (Verb Present Aktif

Participle Feminine Singular Accusative). Berasal dari kata dasar  (mello) yang

diterjemahkan bersegera, akan datang, pasti, akan, harus, menghendaki, hampir,

menunda.346 Namun dalam konteks ini penulis lebih setuju jika diterjemahkan ”pasti

segera.” Present Aktif Participle artinya bahwa hal tersebut dilakukan pada waktu yang

sama dengan apa yang disebut dalam kata kerja induk kalimat.347 Sedangkan Greenlee

menuliskan bahwa Present Aktive Participle menyatakan identitas seseorang atau

343
Van Den End, Surat Roma..., 436
344
James D. G. Dunn, Word Biblical Commentary Roman 1-8, (Dalas, Texas: Word Book Publisher,
1988), 47
345
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…, 165
346
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 507
347
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I, (Batu: Departemen Literatur YPPII, 2002), 92
137

sesuatu melalui suatu karakteristik sebuah tindakan atau kegiatan.348 Dengan demikian

akan dalam kasus ini memiliki pengertian bahwa kemuliaan itu pasti segera dinyatakan

dan hal itu dilakukan pada waktu yang sama dengan kemuliaan yang akan dinyatakan.

Inilah yang dinantikan setiap orang percaya yaitu kemuliaan. Kata kemuliaan

dalam bahasa Yunani dipakai kata  (Noun Feminine Singular Accusative), kata

ini berasal dari kata dasar  (doksa) yang diartikan kemuliaan, kemegahan, cahaya,

hadirat Allah, surga (1 Tim 3: 16), makhluk sorgawi yang mulia (2 Pet 2: 10). 349 Sutanto

menambahkan bahwa kata ini dipakai 166 kali dalam Perjanjian Baru yang diartikan

juga makhluk supranatural, kebanggaan, kebesaran, kehormatan, keindahan, ketenaran,

pujian, yang mulia.350 Berkaitan dengan hal ini Douglas menuliskan bahwa perkataan

kemuliaan mengacu pada cahaya terang yang mengelilingi Tuhan, bahkan pada

hakikatnya Tuhan sendiri. Kata ini juga mengacu pada kehormatan manusia (Mat 4: 8;

6: 9), tetapi penggunaannya yang utama adalah untuk menggambarkan penyataan sifat

dan kehadiran Allah dalam diri dan pekerjaan Yesus Kristus. Ia adalah cahaya

kemuliaan Allah (Ibr 1: 3). Dalam bahasa Yunani Umum kata doxa berarti pendapat atau

reputasi (nama), pendapat mengenai seseorang, nama baik, kemuliaan. Dalam kosakata

Yunani Perjanjian Baru doxa menjadi terjemahan Ibrani kabod, yang menunjuk kepada

kehormatan dan kemuliaan manusia atau Allah (Kel 24: 16; Maz 97: 6; 1 Raj 8; 11).351

Selanjutnya End menambahkan:

348
J. Harold Greenlee, A Consice Exegetical Grammer of New Testament Greek, (Michigan: W. B.
Eerdemand Publishing Company, 1979), 55
349
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 43
350
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 221
351
J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol II…, 98
138

Kemuliaan pertama-tama dimiliki oleh Tuhan. Istilah dalam bahasa Ibrani


qabod dalam Perjanjian Lama yang diartikan cahaya terang yang
mengelilingi Tuhan bilamana Tuhan menyatakan dirinya. Tetapi Tuhan telah
menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya, sehingga manusia pun
mendapat bagian dalam kemuliaan itu. Tentu kemuliaan itu menjadi
kehormatan baginya. Dalam Mazmur 8: 6 terdapat pasangan kata yang sama
yaitu kemuliaan dan kehormatan. Maka kemuliaan itu menandakan hubungan
yang sempurna antara manusia dengan Tuhan.352

Yang menjadi puncak dari semuanya ini bahwa kemuliaan itu akan dinyatakan.

Kata dinyatakan dalam bahasa Yunani dipakai  (Verb Aorist Passive

Infinitive) berasal dari kata dasar  (apokalupto) yang diartikan membuka

(rahasia), mewahyukan, menyatakan.353 Aorist Passive Infinitive dipakai untuk

menyatakan suatu perbuatan yang hanya satu kali saja.354 Dalam arti bahwa kemuliaan

itu hanya satu kali dinyatakan ketika kedatangan Tuhan yang kedua. Berkaitan dengan

itu End menjelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan

kemuliaan Allah (Rm 3: 23), tetapi orang percaya akan menerimanya kembali (Rm 5: 2;

8: 30; 1 Kor 15: 40-43; 1 Tes 2: 12).355 Dalam ayat ini tidak dikatakan ”dianugrahkan

kepada kita” tetapi ”dinyatakan kepada kita.” Kata dinyatakan yang dipilih karena

kemuliaan itu memang sudah ada, tetapi masih tersembunyi. 356 Dan kemuliaan itu akan

dinyatakan lagi kepada kita satu kali pada kedatangan Yesus yang kedua.

Dengan demikian yang dimaksudkan Paulus dalam bagian ini adalah keyakinan

kita bahwa penderitaan sekarang tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan datang

yang akan dinyatakan kepada kita orang yang percaya kepada-Nya. Jadi penderitaan

352
Van Den End, Surat Roma..., 107-108
353
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 19
354
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 74
355
Van Den End, Surat Roma..., 436
356
Ibid
139

yang ditanggung oleh setiap pengikut Kristus menunjukkan keikutsertaan kita dalam

penderitaan Kristus, dapat disebut juga menggenapkan apa yang belum tercakup dalam

penderitaan Kristus (Kol 1: 24). Hal ini supaya kita dapat bersekutu dengan Kristus

dalam penderitaan-Nya. Kesukaran yang terjadi saat ini akan dibayar dengan sukacita di

masa yang akan datang. ”Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi

kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada

penderitaan kami” (2 Kor 4: 17).

Menerangkan Penderitaan yang Mengacu pada Keadaan Ciptaan (ay 19-22)

19

sebab kerinduan2 dari ciptaan penampakan anak2


Allah menantikan dengan sungguh2.

20

karena kepada kesia2an (itu) ciptaan telah tunduk bukan dengan rela


tetapi karena (Dia yang) telah menundukkan dalam harapan
21

140

sebab (bahkan) (itu) ciptaan akan dibebaskan dari perbudakan


(yang menghasilkan) kebinasaan ke dalam kebebasan
 
(yang menghasilkan) kehormatan anak-anak Allah

22

kita tahu sebab bahwa semua (itu) ciptaan mengeluh bersama dan


merasa sakit bersalin bersama/sangat menderita bersama sampai sekarang;357

Ayat 19 dimulai dengan kata  yang diartikan sebab. Kata ini tidak

menunjukkan hubungan sebab akibat, tetapi kata ini mengawali penjelasan ayat

terdahulu. Ayat 19 menjelaskan ayat 18, tetapi pada gilirannya memerlukan penjelasan

yang diberikan dalam ayat 20 dan 21.358 Kata rindu dipakai kata  (Noun

Feminine singular Nominative) yang diartikan kerinduan. Kata apokaradokia hanya

dipakai dua kali dalam Perjanjian Baru yaitu dalam Roma 8: 19 dan Filipi 1; 20. Kata ini

secara harafiah diartikan memanjangkan leher, mengintai dengan leher yang diulurkan,

menantikan dengan tegang-tegang, merindukan.359 Kata ini menggambarkan sikap

manusia yang mengamati cakrawala dengan kepala dicondongkan ke depan, mengawasi

357
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid I…, 844
358
Van Den End, Surat Roma..., 437
359
Ibid
141

dengan penuh perhatian ke tempat yang jauh untuk melihat tanda-tanda pertama

datangnya fajar kemuliaan.360 Dengan demikian kata ini menunjukkan ada kerinduan

yang sangat (LAI: sangat rindu), dalam menantikan hari penyataan itu.

Kata makhluk dalam ayat 19 dipakai kata  (Noun Feminine Singular

Genetive), berasal dari kara dasar  (ktisis) yang diartikan makhluk, penciptaan,

ciptaan, dunia, lembaga, kekuasaan.361 Kata ini dipakai 19 kali dalam Perjanjian Baru.

Namun dalam konteks ini lebih tepat jika diterjemahkan makhluk atau ciptaan.

Berkaitan dengan kata ini End menjelaskan:

Sejak zaman gereja lama para penafsir surat Roma berbeda pendapat
mengenai isi istilah ’makhluk’. Seluruh ciptaan, termasuk malaikat dan umat
manusia? Malaikat-malaikat? Seluruh umat manusia? Orang tidak percaya?
Ciptaan dalam arti binatang, tanam-tanaman, dan alam tak bernyawa?
Berdasarkan ayat 23, orang percaya tidak termasuk. Kata-kata ’bukan oleh
kehendakNya sendiri’ (ay 20) mengisyaratkan umat manusia disini pada
umumnya tidak tercantum dalam ktisis itu (Rm 5: 12). Sebab umat manusia
ditaklukkan kepada kesia-siaan karena pilihan salahnya sendiri. Maka, sama
seperti dalam Roma 1: 20, 25, ktisis disini berarti binatang, tanam-tanaman,
alam tak bernyawa. Makhluk yang disebut dalam ayat 19 ini adalah makhluk
Allah, yang karena itu pernah mengenal hubungan akrab dengan Dia. Tetapi
hubungan itu putus, seluruh makhluk ikut terseret ketika manusia jatuh ke
dalam dosa (Kej 3: 17).362

Senada dengan kalimat di atas Hagelberg menambahkan bahwa yang dimaksudkan

dengan makhluk adalah seluruh ciptaan Allah kecuali manusia.363 Dengan demikian kata

makhluk (kecuali ayat 22) mengacu kepada seluruh ciptaan Allah yang lebih rendah dari

manusia.364

360
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…, 168
361
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 466
362
Van Den End, Surat Roma..., 437
363
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 157
364
Charles F. Preiffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe..., 559
142

Selanjutnya kata menantikan dipakai kata  (Verb Third person

Singular Present Midle Indicative) kata ini barasal dari kata dasar 

(apekdekhomai) yang diterjemahkan menanti, menantikan dengan sungguh-sungguh.365

Berasal dari preposisi apo yang memiliki pengertian sungguh-sungguh, tertuju kepada,

sedang asyik mengusahakan. Dan kata kerja ekdechomai memiliki pengertian mencari,

mengharapkan, menantikan.366 Kata menantikan merupakan suatu ekpresi orang percaya

dalam menantikan pernyataan-Nya yang di dalamnya terdapat dua unsur yaitu

pengharapan dan ketekunan (Rm 8: 25).367 Kata  berarti menantikan

dengan sungguh-sungguh dengan hati yang tertuju kepada apa yang dinantikan.

Kata  dalam ayat 20 menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, yaitu antara

ayat 20 dan 21 dengan ayat 19.368 Kata ditaklukkan dalam ayat 20 dalam bahasa Yunani

dipakai kata  (Verb Third Person Singular Aorist Passive Indikative). Berasal

dari kata dasar  (hupotasso) yang diterjemahkan manaklukkan,

menundukkan, tunduk.369 Kata ditaklukkan dan menaklukkan dalam ayat ini memakai

bentuk Aorist sehingga dapat dikaitkan dengan peristiwa tertentu di masa lampau.370 Hal

ini mengacu pada Kejadian 3: 15 dan Roma 16: 20, sebagaimana kejatuhan manusia

telah mandatangkan malapetaka atas seluruh alam, begitu juga pemulihan kedudukan

manusia akan membawa pemulihan kemuliaan alam itu.371 Berasal dari preposisi hupo

365
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 92
366
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 210
367
Ibid
368
Van Den End, Surat Roma..., 438
369
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 180
370
Van Den End, Surat Roma..., 438
371
Ibid., 440
143

dan tasso. Yang diartikan menakhlukkan, menempatkan diri dalam keadaan yang

rendah.372

Kata kesia-siaan dipakai kata  (Noun Feminine Singular Dative) yang

berasal dari kata dasar  (mataiotes) yang diterjemahkan kesia-siaan,

kehampaan.373 Akar kata Yunani dari kata ini adalah mataios secara kiasan kata ini

berkaitan dengan ilmu sihir.374 Tetapi sebaiknya menafsirkan kata ’kesia-siaan’ dengan

melihat Kejadian 3: 17-19 dan Roma 1: 18-32. Allah telah menciptakan alam demi

kemuliaan-Nya sendiri. Tetapi manusia, yang telah diangkat menjadi penguasa alam itu,

jatuh ke dalam dosa sehingga kehidupannya menjadi kacau, sia-sia. Berarti tidak

memenuhi lagi tujuannya, yakni memuliakan Tuhan. Maka seluruh lingkungan

kekuasaannya yaitu alam ikut kena kekacauan, kesia-siaan, sehingga tidak lagi dapat

menunaikan tugasnya yang agung.375

Kata kehendak dipakai kata  (Adjective Feminine Singular Nominative No

degree) berasal dari kata dasar  (hekon) yang diterjemahkan yang rela, dengan

rela.376 Sedangkan Newman menerjemahkan menurut kehendaknya sendiri.377 Kata ini

didahului dengan kata  (ouk) yang diterjemahkan tidak, bukan, jangan. Namun

dalam konteks ini lebih tepat diterjemahkan ’bukan’ sesuai dengan terjemahan LAI.

Kata ini mengandung arti bukan karena kesalahannya sendiri. Makhluk ikut bersalah

372
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 1427
373
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 103
374
Van Den End, Surat Roma..., 439
375
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 157
376
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 266
377
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 52
144

ketika Adam mendurhaka terhadap Tuhan.378 Dengan demikian kata ini memiliki arti

bahwa ciptaan ini ditaklukkan pada kesia-siaan bukan karena kehendak mereka sendiri

atau bukan karena kesalahan mereka melainkan karena kehendak Tuhan.

Kemudian di akhir ayat 20 ini ada kata menaklukkannya yang memakai kata

 (Verb Aorist Active Participle Masculine Singular Accusative) yang dari

kata dasar  (hupotasso) yang diterjemahkan menaklukkan, menundukkan,

mematuhi, takluk, menerima perintah dari, mengambil tempat rendah (1 Kor 14: 34).379

Namun dalam konteks ini lebih tepat jika diterjemahkan telah menundukkan. Kata ini

didahului dengan kata  yang diterjemahkan Dia yang.380 Karena kata ini dalam

bentuk Pasive menimbulkan dugaan bahwa yang menaklukkan alam itu adalah Allah

sendiri (Kej 3: 17; Rm 1: 21; 3: 27). Dengan demikian kesia-siaan atau kerusakan dunia

ini diizinkan oleh kehendak Allah. Allah mengizinkan dosa terjadi di dalam dunia, tetapi

ingat, bukan Allah penyebab dosa. Allah ingin menunjukkan betapa rapuh dan rusaknya

manusia tanpa Allah.381 Badai taufan, angin ribut, gempa bumi, kekeringan, banjir

merupakan sedikit bukti dari ketidakseimbangan alam. Paulus mengatakan bahwa alam

sampai pada keadaan ini karena Allah.382 Tetapi Allah menaklukkan ciptaan pada kesia-

siaan dalam pengharapan.383

Kata pengharapan dalam ayat 21 dipakai kata  (Noun Feminine Singular

Dative) dari kata dasar  (elpis) yang diterjemahkan harapan berarti suatu

378
Van Den End, Surat Roma..., 440
379
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 180
380
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid I…, 843
381
Denny Teguh Sutandio, Hidup Oleh Roh dan Pengharapan Anak-anak Allah
382
Charles F. Preffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559
383
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 157
145

keyakinan, apa yang diharapkan, atau alasan untuk berharap.384 Pengharapan yang

dimaksud di sini adalah pengharapan yang pasti akan suatu saat ketika kegagalan atau

kesia-siaan akan ditiadakan.385 Dengan demikian pengharapan di sini berarti harapan

adanya suatu keyakinan dan kepastian bahwa orang percaya akan dibebaskan atau

dimerdekakan dari kesia-siaan.

Kata dimerdekakan dipakai kata  (Verb third person Singular

Future Passive Indicative) yang berasal dari kata dasar  (eleutheroo) yang

diterjemahkan membebaskan, memerdekakan.386 Future Passive Indicative

menunjukkan apa yang menyangkut masa depan.387 Dengan demikian kata ini berarti

bahwa ada waktunya orang percaya akan dibebaskan atau dimerdekakan dari

perbudakan kebinasaan. dengan kata lain kata ini menunjukkan adanya suatu proses

pembebasan dari perbudakan. Kata perbudakan dipakai kata  (Noun Feminine

Singular genetive) berasal dari kata dasar  (douleia) yang diterjemahkan

perhambaan, perbudakan.388 Sedangkan kata perbudakan dipakai kata  (Noun

Future Singular Genetive) yang berasal dari kata dasar  (phthora) yang

diterjemahkan kebinasaan, kefanaan, kerusakan moral, rusak, pembinasaan.389 Istilah ini

menunjuk pada kenyataan bahwa segala sesuatu yang kelihatan di dunia ini bersifat fana,

dan akan busuk atau binasa. Hal ini berkaitan erat dengan kata kesia-siaan yang disebut

384
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 271
385
Charles F. Preffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559
386
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 269
387
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 40
388
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 44
389
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 792
146

dalam ayat 20.390 Dengan demikian arti kedua kata ini adalah perbudakan yang

menghasilkan kebinasaan, kerusakan moral, kefanaan. Namun Allah berjanji bahwa

setiap ciptaan yang telah diperbudak oleh kebinasaan dan kehancuran suatu saat akan

dibebaskan dari keadaan tersebut dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-

anak Allah.391

Kata kemerdekaan dipakai kata  (eleutherian) dari kata dasar

 (eleutheria) yang diterjemahkan kebebasan, kemerdekaan.392 Kata

kemerdekaan yang dimaksud disini menunjukkan hasil dari proses pembebasan

(dimerdekakan) yang sudah dijelaskan diatas. Hasil pembebasan itu sendiri adalah

kemerdekaan, yaitu kemerdekan yang menghasilkan kehormatan atau kemuliaan. Kata

kemuliaan merupakan kata yang sama yang dipakai dalam ayat 18, namun dalam ayat

ini lebih tepat jika diterjemahkan kehormatan. Dengan demikian kemerdekaan ini akan

menghasilkan kehormatan anak-anak Allah. Kata anak-anak dipakai kata  yang

diterjemahkan anak, keturunan, penduduk suatu kota.393 Kata ini berbeda dengan kata

 yang dipakai dalam ayat 19. Kata ini menjelaskan bahwa semua yang lahir dari

atas yaitu semua yang disebut anak-anak Allah akan berperan serta dalam kemerdekaan

kemuliaan itu. Tetapi dalam ayat 19 ia memakai kata huios karena yang dinantikan oleh

ciptaan Allah adalah penguasa baru, mereka yang akan memerintah bersama Tuhan

Yesus dan kata ini disamakan dengan kata ahli waris Kristus dalam ayat 17.394

390
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 157
391
Charles F. Preffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559
392
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 269
393
Ibid., 748
394
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 157
147

Kemudian diikuti dengan kata  (Noun Masculine Singular Genetive) yang

diterjemahkan Allah, sesuai dengan kehendak Allah atau menurut persamaan Allah (Kis

19: 37).395 Genetive disini menyatakan milik. Dalam arti anak-anak itu adalah milik

kepunyaan Allah. Dengan demikian kemerdekaan merupakan hasil kemuliaan anak-anak

Allah. Artinya penyingkapan kemuliaan itu pada akhir zaman akan memerdekakan

(membebaskan) ciptaan dari keterikatan pada kebinasaan. Pada saat manusia jatuh ke

dalam dosa, alam kehilangan kemuliaan, alam menjadi kacau balau. Tetapi pada zaman

akhir kemuliaan anak-anak Allah akan dipulihkan dan dengan demikian makhluk-

makhluk lainnya akan kembali menjadi amat baik.396

Ayat 22 ini merupakan ringkasan dari ayat 20-21 dan dengan demikian ikut

menjelaskan ayat 19. Ayat ini dimulai dengan kata sebab kita tahu, kata ini

menunjukkan kenyataan yang umum diketahui dan diakui oleh orang Kristen (Rm 2: 2;

7: 4). Yang dimaksud dengan kata ini adalah segala makhluk sama-sama mengeluh dan

sama-sama merasa sakit bersalin. ’sama-sama’ itu tidak berarti bersama-sama anak-anak

Allah.397 Kata sama-sama mengeluh dipakai kata  (Verb third person

Singular Present Active Indicative). Kata ini berasal dari kata dasar 

(sustenazo) yang diterjemahkan mengeluh bersama, merintih bersama.398 Kata ini hanya

dipakai satu kali dalam Perjanjian Baru yaitu dalam ayat ini. Present Active Indicative

menunjukkan waktu masa kini, dan juga menyatakan sesuatu yang berlangsung terus-

395
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 77
396
Van Den End, Surat Roma..., 441
397
Ibid., 443
398
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 738
148

menerus atau berulang kali.399 Kata ini memiliki arti mengerang (merasa sakit dengan

hebat) atau keluh kesah secara berkepanjangan yang dirasakan ciptaan.400 Dengan

demikian keadaan ini (mengeluh) akan terjadi pada masa sekarang ini dan ini akan

berlangsung terus-menerus sampai kedatangan-Nya yang kedua. Kemudian dilanjutkan

dengan kata sama-sama merasa sakit bersalin, yang dipakai kata  (Verb third

person Singular Present Active Indicative) berasal dari kata dasar  (sunodino)

yang diterjemahkan merasa nyeri bersama (seperti wanita sedang melahirkan), 401 merasa

sakit bersalin bersama, sangat menderita bersama.402 Kata ini juga hanya dipakai sekali

dalam Perjanjian Baru yaitu dalam ayat ini. Cranfield menjelaskan bahwa rabi-rabi

Israel memakai istilah ’sakit bersalin Mesias’ yang menunjuk bukan saja pada

penderitaan Mesias, tetapi juga penderitaan di dunia yang mengawali kedatangan

Mesias, rupanya gambaran tersebut berasal dari ayat-ayat Perjanjian Lama (Yes 26: 17;

66: 8; Yer 4: 31; Hos 13: 13; Mikh 4: 9) dan dikembangkan dalam Perjanjian Baru

(Mark 13: 9; Yoh 16: 21; 1 Tes 5: 3).403 Kata ini juga berarti bersama-sama merasa sakit

seperti seorang wanita yang akan melahirkan, merasa sakit bersama-sama. Secara

figuratif arti kata ini bersama-sama merasakan kesakitan, yang dalam satu kesadaran

sebagai suatu ciptaan.404 Dengan demikian arti kata ini dalam Present Active Indicative

adalah menunjukkan kesakitan, penderitaan (seperti orang yang akan melahirkan) yang

399
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 34
400
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 1349
401
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 166
402
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 737
403
C. E. B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans,
(Edinburgh: The International Commentary, Clark Limited, 1975), 416
404
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 1347
149

akan dialami pada masa kini dan akan berlangsung secara terus-menerus sampai Tuhan

menyatakan diri-Nya.

Dengan demikian bagian kedua ini meneguhkan pengharapan yang telah dituliskan

dalam ayat 18 yaitu bahwa kemuliaan yang akan datang itu akan lebih kuat kalau orang

percaya memperhatikan makhluk lainnya. Allah telah mengaitkan keadaan mereka

dengan keadaan manusia, sehingga mereka ikut menanggung akibat kesalahan manusia.

Tetapi makhluk lain itu turut menikmati pula keselamatan dan kemuliaan yang

dijanjikan kepada manusia. Alangkah besar dan luasnya keselamatan dan kemuliaan itu.

Orang Percaya Memiliki Keselamatan Berupa Pengharapan (Ay 23-25)

23

bukan hanya (itu) lalu, tetapi juga kita sendiri buah sulung

dar
i Roh (yang) beroleh, kita juga sendiri dalam diri kita


mengeluh pengangkatan sebagai anak sambil menantikan dengan sungguh2,


(yaitu) pembebasan tubuh kita

24
150


Sebab dalam harapan kita diselamatkan; harapan tetapi (yang) dilihat


bukanlah harapan; (apa) yang sebab melihat seorang ia mengharap?
25

jika Tetapi (apa) yang tidak kita lihat kita mengharap, dengan


ketekunan kita menantikan dengan sungguh2405

Dalam ayat 23 kata kita dipakai kata  (autoi) yang diterjemahkan diri

sendiri, kita sendiri.406 Kata ini didahului dengan kalimat ’dan bukan mereka saja’, ini

menunjukkan kesejajaran dengan ayat sebelumnya, bahkan suatu peningkatan.

Peningkatan ini diperkuat lagi dengan pengulangan kata ’kita’ dengan tambahan

’sendiri’: ’bahkan kita sendiri.’ Kita yang dimaksudkan di sini adalah kita yang

mempunyai karunia sulung Roh.407 Karunia sulung dipakai kata  (Noun

feminine singular Accusative) dari kata dasar  (aparkhe) yang diterjemahkan

sulung (istilah Yahudi untuk bagian yang pertama termasuk hewan yang dikhususkan

bagi Allah sebelum sisanya dapat digunakan),408 buah sulung berarti sebagian dulu atau

405
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 844
406
Ibid., 129
407
Van Den End, Surat Roma..., 444
408
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 16
151

yang pertama.409 Kata ini dipakai sembilan kali dalam Perjanjian Baru (Rm 11: 16; 16:

5; 1 Kor 15: 20, 23; 16: 15; Yak 1: 18 dan Wahy 14: 4). Secara harafiah istilah ini

menunjuk pada hasil pertama dari setiap tuaian. Secara kiasan istilah ini menunjuk

antara lain pada hasil pertama dari suatu pelayanan orang (Rm 16: 5) atau hasil pertama

dari pelayanan Roh Kudus (Rom 8: 23).410 Namun dalam ayat ini ’karunia sulung’ tidak

mengacu pada persembahan manusia kepada Allah, tetapi pada pemberian Allah kepada

manusia yaitu kehadiran Roh Kudus, jaminan pemberian lebih besar yang akan diterima

di masa depan (2 Kor 5: 5).411 Berkaitan dengan hal ini Zodhiates menjelaskan bahwa

istilah ini merupakan pemberian Allah yaitu karunia Roh yang Kudus sebagai suatu

pendahuluan atau jaminan sebagai warisan orang percaya yang bersifat kekal (Rm 8: 23;

Ef 1: 14; Ibr 6: 5).412 Kata karunia sulung dilanjutkan dengan kata Roh yang dipakai kata

 (pneumatos) dari akar kata  (pneuma) yang diterjemahkan dari

Roh, napas, angin, Roh.413 Berkenaan dengan kata ini Barclay menjelaskan:

Kata ini kurang lebih 20 kali dipakai dalam pasal ini. Kata ini mempunyai
latar belakang yang jelas dalam Perjanjian Lama. Dalam bahasa Ibraninya
dipakai kara Ruach, dan kata ini mempunyai dua arti dasar: (a) Tidak hanya
berarti Roh, tetapi juga angin. Dan di dalamnya ada pengertian tentang
kuasa, yaitu kuasa seperti angin yang dasyat. (b) Dalam Perjanjian Lama,
kata ini selalu dipakai dalam pengertian sesuatu yang melebihi manusia.
Bagi Paulus Roh menyatakan suatu kuasa Ilahi.414

Selanjutnya berkenaan dengan kata ini End juga menjelaskan:

409
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 91
410
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 158
411
Van Den End, Surat Roma..., 445
412
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 206
413
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 651
414
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…, 156
152

Tambahan ’Roh’ di belakang ’karunia sulung’ dapat ditafsirkan dengan tiga


cara. (a) Karunia sulung itu merupakan bagian pertama dari Roh dan
karyaNya; di masa depan kita akan menerima Roh sepenuhnya. (b) Roh,
(kehadiranNya, karyaNya dalam diri kita) itu sendiri merupakan pemberian
pertama, yang akan disusul pemberian lain, yaitu kemuliaan (ay 18),
pembebasan tubuh (ay 23b) di masa depan (c) Karunia sulung adalah
pemberian pertama oleh Roh; di masa depan Roh akan mengaruniakan hal-
hal lain lagi kepada kita (ay 18, 23b).415

Dari segi tata bahasa, ketiga tafsiran ini dapat diterima, namun jika dilihat dari

keseluruhan pasal 8 penulis lebih memilih tafsiran yang kedua karena tepat dengan

konteks pasal ini. Dengan demikian karunia sulung yaitu Roh. Allah yang memberikan

Roh kepada kita sebagai jaminan (2 Kor 5: 5). Dia juga yang akan memberikan berkat-

berkat lain di masa depan.

Kata mengeluh dalam ayat ini dipakai kata  (Verb firs person Plural

Present Active Indicative). Dari kata dasar  (stenazo) yang diterjemahkan

mengeluh, bernafas keras (karena simpati).416 Kata ini juga berarti situasi ketika ditekan

oleh keadaan, mengerang, keluh kesah yang berkepanjangan, kesusahan, penderitaan

(Rm 8: 23; 2 Kor 5: 2, 4; Ibr 13: 17).417 Kata ini lebih tepat sebagai ungkapan sedih

karena hidup dalam dunia yang penuh dosa.418 Penggunaan yang kedua dari kata

mengeluh tentu saja adalah secara sadar diharapkan untuk mengingat keluhan ciptaan di

dalam ayat 22, namun dalam ayat 23 ini untuk menekankan keterlibatan orang percaya

di dalam rasa sakit, penderitaan yang akan menghasilkan sesuatu yang bersifat

415
Van Den End, Surat Roma..., 445
416
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 717
417
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 1310
418
Charles F. Preiffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559
153

eskatologi,419 sambil menantikan dengan sungguh-sungguh pengangkatan sebagai anak.

Kata pengangkatan sebagai anak dipakai kata  (Noun feminine Singular

Accusative) dari kata dasar  (huiothesia) yang diterjemahkan pengangkatan

sebagai anak.420 Paulus menggunakan istilah pengangkatan sebagai anak dalam

kehidupan Romawi karena pengangkatan sebagi anak lebih serius dan lebih sulit karena

adanya konsep patria potestas yaitu kekuasaan ayah atas keluarganya. Dalam hubungan

dengan ayahnya seorang anak laki-laki sebenarnya tidak pernah menginjak dewasa, tak

peduli berapapun umurnya ia tetap di bawah patria potestas. Dalam pengangkatan anak

seorang harus bisa keluar dari satu patria potestas dan masuk ke bawah yang lain.421

Mengenai istilah pengangkatan sebagai anak Barclay menjelaskan:

(a) Orang yang diangkat itu kehilangan seluruh hak di dalam keluarganya
yang lama dan mendapat hak sebagai anak yang sah dalam keluarganya
yang baru. Melalui jalan sah yang sangat mengikat itu, ia mendapat seorang
ayah baru. (b) Ia menjadi ahli waris atas harta ayah barunya. Walaupun
sesudah itu lahir anak yang lain, hal itu tidak mempengaruhi haknya. Tidak
dapat dicabut haknya untuk bersama-sama mewarisi dengan mereka. (c)
Secara hukum, kehidupan yang lama dari orang yang diadopsi itu
dihapuskan; misanya, semua hutang-hutang dibatalkan. Ia dianggap sebagai
orang baru yang masuk ke dalam kehidupan baru; yang lama sama sekali
tidak berlaku lagi. (d) Dalam pandangan hukum, ia adalah mutlak anak dari
ayah barunya.422

Dengan demikian Paulus menggunakan pemakaian gambaran ini pada

pengangkatan orang percaya ke dalam keluarga Allah. Dahulu manusia berada di dalam

kekuasaan mutlak dari tabiat manusia yang berdosa tetapi Allah karena kasih setia-Nya

telah membawa orang percaya ke dalam ikatan kasih-Nya. Kehidupan lama tidak

419
James D. G. Dunn, Word Biblical Commentary Roman 1-8…, 474
420
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 770
421
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…, 161
422
Ibid., 162
154

mempunyai hak lagi, Allah yang mempunyai hak mutlak. Yang lama telah dibatalkan dan

hutangnya telah dihapuskan, orang percaya mulai dengan kehidupan yang baru dengan

Allah dan menjadi ahli waris seluruh kekayaan-Nya. Dengan demikian pengangkatan

sebagai anak di sini yang dimaksud adalah pembebasan tubuh.

Kata pembebasan dipakai kata  (Noun Feminine Singular

Accusative) dari kata dasar  (apolutrosis) yang diterjemahkan

pembebasan, penebusan.423 Kemudian dilanjutkan dengan kata tubuh, dipakai kata

 (somatos) yang diterjemahkan tubuh, jenazah, bangkai, hamba, kenyataan.424

Namun dalam konteks ini lebih tepat diterjemahkan tubuh. Yang dimaksud dengan

pembebasan tubuh kita adalah kita akan dibebaskan dari kuasa dosa dan maut (1 Kor 15:

54; Fil 3: 21).425 Berkaitan dengan ini Preiffer dan Harrison menambahkan bahwa yang

dimaksud pembebasan tubuh kita adalah pembebasan dari dosa dan keterbatasan, yang

tekanan-tekanannya senantiasa kita rasakan selama kita hidup di dalam tubuh yang fana

ini.426

Ayat 24 langsung merumuskan pertentangan yang telah dicatat pada permulaan

tafsiran ayat 23. Mengapa orang percaya masih mengeluh sambil menantikan

pembebasan? Jawabnya: ”Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan” (Ay 24a). Kata

kita dalam ayat ini adalah kata yang sama dengan ”kita yang telah menerima buah

sulung” (ay 23). Kata diselamatkan dipakai kata  (Verb Firs Person Plural

Aorist Passive Indicative) dari kata dasar  (sozo) yang diterjemahkan
423
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 104
424
Ibid., 741
425
Van Den End, Surat Roma..., 446
426
Charles F. Preiffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559
155

menyelamatkan, membebaskan, mengamankan, melestarikan, menyembuhkan.427 Kata

diselamatkan memakai bentuk Aorist yang menunjukkan peristiwa di masa lampau.428

Berkaiatan dengan ini Zodhiates menjelaskan arti keselamatan dalam lima bagian:

Pertama, kata ini biasa digunakan terutama untuk menolong orang-orang dari kesusahan

atau kesulitan (Mat 8: 25; 14: 20; Kis 27: 20, 31). Kedua, menyembuhkan orang-orang

yang sakit, menyelamatkan dari kematian dan dengan tujuan untuk menyembuhkan,

menyehatkan sampai kepada pemulihan (Mat 9: 21, 22; Mark 5: 23). Ketiga, secara

khusus berarti keselamatan dari kematian kekal, dosa, hukuman dan kesengsaraan

sebagai akibat dosa. Sehingga keselamatan ini memberikan hidup kekal (Kis 2: 40; Rom

5: 9). Keempat, maksud kata kerja dasar  memiliki arti untuk menolong dari risiko,

untuk melindungi, untuk melihara dalam keadaan hidup. Kata ini juga menyangkut

pemeliharaan hidup, yang bersifat rohani maupun secara fisik. Kelima, berkaitan

dengan keselamatan jiwa yaitu kelepasan dari kebinasaan dengan hidup melalui Kristus

(Yoh 6: 56; 14: 20; Rm 16: 7; Ef 2: 13).429 Kata keselamatan yang dipakai dalam ayat ini

sama dengan keselamatan yang ada dalam pasal 1: 16; 5: 9, yaitu keselamatan dari

murka Allah,430 yang diceritakan dalam pasal 1: 18-32, suatu murka yang dialami zaman

ini oleh setiap makhluk yang hidup dalam dunia yang berdosa ini. Orang percaya yang

telah menerima buah sulung Roh akan diselamatkan dari murka Allah yang dialami oleh

427
Barclay M, Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia…, 167
428
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 40
429
Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Dictionary of New Testament…, 1353-1354
430
Istilah murka Allah menunjukkan murka Allah yang sedang dinyatakan atas segala kefasikkan
dan kelaliman manusia dalam bentuk penyerahan pada dosa yang semakin mengerikan, dan pada murka
Allah pada akhir zaman seperti yang disebut dalam Roma 2: 5. Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 96
156

orang lain di muka bumi ini.431 Makna kata ini akan bertambah jelas setelah

memperhatikan bentuk kata kerja Yunani. Kata ini menjadi ’kita telah diselamatkan’

tetapi keselamatan itu baru kita peroleh dengan cara pengharapan.432 Dengan

keselamatan yang telah kita peroleh memberi kita pengharapan.

Kata pengharapan sendiri dipakai kata  kata yang sama dipakai dalam ayat

21. Dalam ayat ini kata pengharapan terdapat tiga kali. Dan satu kali memakai kata

dasar  (elpizo) yang diterjemahkan berharap, mengharap.433 Kata ini dalam

bentuk dative yang menunjukkan objek tak langsung (pelengkap penyerta/penderita).434

Sehingga kata ini mengandung arti oleh, bagi/untuk, atau secara. Melihat isi ayat 24b

dan 25, arti pertama dan kedua tidak mungkin, sehingga arti dative disini menunjukkan

cara penyelamatan orang percaya.435 Kata pengharapan dipakai 13 kali dalam surat

Roma.436 Hagelberg membedakan pengharapan dalam dua bagian yaitu pengharapan

karena hasil penderitaan orang percaya dalam tangan Tuhan dan pengharapan karena

hasil anugerah Tuhan.437 Dalam konteks ini pengertian keduanya dapat diterima. Istilah

pengharapan berarti antisipasi yang penuh keyakinan dari apa yang belum kita lihat.438

Dalam lingkungan orang-orang Yunani pengharapan berarti mudah-mudahan besok

lebih baik daripada hari ini. Sedangkan dalam lingkungan orang-orang Yahudi istilah

pengharapan menunjuk pada suatu keyakinan yang teguh mengenai masa depan yang

431
Ibid., 160
432
Van Den End, Surat Roma..., 447
433
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 270
434
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 14
435
Van Den End, Surat Roma..., 446
436
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 91
437
Ibid., 93
438
C. E. B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans…, 260
157

cerah.439 Dalam konteks ini bahkan konteks surat Roma, penulis lebih setuju arti yang

bersifat Yahudi karena arti ini lebih tepat untuk kata pengharapan yaitu suatu keyakinan

yang teguh mengenai masa depan yang cerah. Berkenaan dengan hal ini Pfeiffer dan

Harrison menjelaskan bahwa pengharapan ialah suatu penantian penuh keyakinan akan

berkat-berkat yang dijanjikan yang sekarang belum ada atau belum tampak.

Pengharapan ini bukanlah keinginan akan sesuatu yang terlalu indah yang tidak mungkin

menjadi kenyataan. Berkat yang diharapkan itu (penebusan tubuh), bersifat nyata dan

jelas sekalipun belum ada.440

Kemudian ayat ini diakhiri dengan kalimat bagaimana orang masih mengharapkan

apa yang dilihatnya? Kata dilihatnya dipakai kata  (Verb First Person Plural

Present Active Indicative) dari kata dasar  (blepo) yang diterjemahkan melihat,

dapat melihat, mewaspadai, memperhatikan, merasakan, sadar, ingat, berusaha,

menghadap.441 Melihat disini diartikan melihat dengan mata jasmani, melihat hal-hal

jasmani (2 Kor 4: 18). Melihat dengan cara itu berbeda dengan melihat Tuhan (2 Kor 5:

7).442 Present Active Indicative menyatakan masa kini dan menyatakan sesuatu yang

berlangsung secara terus-menerus atau berulang kali.443 Jadi melihat dalam Present

Active Indicative menunjukkan bahwa manusia akan terus-menerus melihat secara

jasmani selama manusia masih ada di dalam dunia sekarang ini. Dengan demikian yang

dimaksud disini adalah bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya atau

439
James D. G. Dunn, Word Biblical Commentary Roman 1-8…, 742
440
Charles F. Preiffer and Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe…, 559-560
441
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II…, 153
442
Van Den End, Surat Roma..., 446
443
Ola Tuluan, Bahasa Yunani I..., 16
158

yang sudah kelihatan dengan mata. Maka pengharapan yang dilihat hanyalah

pengharapan akan hal-hal jasmani, sedangkan pengharapan Kristen justru menyangkut

kemuliaan yang belum terdapat dalam dunia ini, yaitu dunia baru yang akan lain dari

dunia ini (1 Kor 15: 40-49). Hidup orang percaya (keselamatan) belum tampak, tetapi

tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah (Kol 3: 3).444

Bagian ini diakhiri dengan kalimat, ”tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak

kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” Kata tetapi dalam ayat ini tidak

menunjukkan pertentangan dengan kalimat terdahulu, tetapi ini mengawali catatan

tambahan, dalam hal ini merupakan kesimpulan. Kesimpulan itu berbunyi: kalau

keselamatan kita belum tersedia di depan mata kita, maka tidak bisa tidak, kita harus

menantikannya dengan tekun.445 Kemudian dilanjutkan dengan kata jika yang dipakai

kata  (ei) yang diterjemahkan jika, karena, bahwa, apakah, umpamanya.446 Karena

dengan modus Indicative, maka kalimat ini juga dapat diterjemahkan tetapi karena kita

mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. Kata tekun

dipakai kata  (Noun Feminine Singular Genetive) dari kata dasar 

(hupomone) yang diterjemahkan ketekunan, kesabaran, ketabahan, ketekunan

menantikan.447 Kata ini didahului dengan kata menantikan yang diartikan menantikan

dengan sungguh-sungguh dengan ketekunan. Hagelberg menjelaskan bahwa tidak ada

ketekunan yang tidak diawali dengan kesengsaraan. Ketekunan disediakan bagi kita

sebagai hasil kesengsaraan. Orang yang menolak kesengsaraan dengan mengeluh dan
444
Van Den End, Surat Roma..., 448
445
Van Den End, Surat Roma..., 448
446
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Jilid II..., 242
447
Ibid., 782
159

mencari jalan keluar sendiri tidak akan memperoleh ketekunan.448 Kata ini artinya lebih

daripada kesabaran. Kata ini berarti semangat yang dapat mengalahkan dunia; berarti

tidak secara pasif menahan sabar tetapi secara aktif mengatasi godaan dan kesengsaraan

hidup.449 Tekun dalam bahasa Yunani serumpun dengan hupomenein yang diartikan

bertahan atau bersabar, namun ketekunan itu tidak bersifat pasif. Lebih tepat jika

diterjemahkan ketahanan atau keuletan. Dapat disimpulkan arti kata dasar hupomone

adalah hal tidak mudah putus asa disertai kemauan keras untuk mencapai tujuan dan

cita-cita; ketabahan dan kekerasan hati; kecakapan dan kegiatan yang bersungguh-

sungguh; kecakapan dan ketahanan dalam berjuang.450 Jadi kedua istilah itu, tekun dan

sabar mempunyai pengertian yang saling mendukung, sebab dalam upaya menghadapi

rintangan orang percaya membutuhkan keduanya. Orang percaya tidak bersemangat

mengatasi penderitaan kalau tidak ada ketekunan dan orang percaya tidak sanggup

mengatasi penderitaan kalau tidak ada kesabaran.

Dengan demikian dalam bagian ketiga ini menjelaskan bahwa orang yang percaya

kepada Tuhan memiliki keselamatan yang pasti yaitu pengharapan. Hal ini menunjukkan

bahwa Allah yang menyelamatkan manusia dari kuasa dosa, Allah yang sama juga yang

memberikan pengharapan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Dan hal ini

didapatkan jika setiap orang percaya menantikannya dengan penuh ketekunan.

Rangkuman

448
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma..., 93
449
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari…, 114
450
Van Den End, Surat Roma..., 107
160

Surat Roma merupakan surat yang ditulis oleh Paulus yang ditujukan kepada

jemaat di Roma (Rm 1: 7), baik itu orang Yahudi (Rm. 2: 17; 4: 1) maupun untuk orang

non Yahudi yang ada di Roma (Rm 11: 13). Tempat penulisan surat Roma adalah

Korintus dan ditulis sekitar tahun 52-57 M, pada perjalanan sebelum ke Asia Kecil atau

Yerusalem, yaitu akhir perjalanan misi ketiga. Maksud dan tujuan Paulus menuliskan

surat kepada jemaat di Roma adalah untuk menyatakan kerinduannya untuk pelayanan di

Roma, dan juga untuk menasehati dan menguatkan mereka supaya menjadi jemaat yang

setia dan misioner serta untuk meminta dukungan dari mereka supaya mereka

mendukung Paulus dalam pelayanan-pelayanannya.

Setelah penulis menguraikan bagian eksegetis dalam Roma 8: 18-25, maka ada

beberapa hal yang perlu penulis paparkan.

Pertama, Paulus menegaskan bahwa penderitaan orang percaya di Roma maupun

penderitaan orang percaya pada masa kini baik itu penyakit, nyeri, kesengsaraan,

kekecewaan, kemiskinan, penganiayaan, kesedihan, dan kesusahan dalam berbagai

bentuknya, harus dianggap tidak berarti jika dibandingkan dengan berkat, hak istimewa,

yaitu kemuliaan yang akan dianugerahkan pada masa yang akan datang kepada orang

percaya yang setia dan tekun dalam menantikannya. Dalam bagian ini penderitaan

dibagi menjadi dua. Pertama, penderitaan karena dosa (hawa nafsu), dosa inilah yang

menyebabkan adanya penderitaan dan penderitaan seperti ini mengakibatkan

penghukuman kekal (kematian). Kedua, penderitaan karena Kristus. Dalam arti lain turut

menderita di dalam penderitaan Kristus, penderitaan yang demikian akan menghasilkan

kemuliaan yaitu hidup kekal bersama dengan Kristus.


161

Kedua, Paulus menjelaskan tentang penderitaan dengan mengacu pada keadaan

ciptaan. Ia menjelaskan bahwa semua makhluk merindukan saat-saat dimana anak-anak

Allah dinyatakan. Paulus menjelaskan keadaan ciptaan yang berdosa yaitu ditakhlukkan

kepada kesia-siaan, perbudakan kebinasaan, segala makhluk mengeluh, merasa sakit

bersalin. Bukan karena kehendak mereka tetapi karena kehendak Allah yang telah

menaklukkannya. Hal ini menunjukkan bahwa semua ciptaan telah berdosa dan

membutuhkan anugerah Allah agar bebas dari semua keadaan ini. Allah mempunyai

maksud dan tujuan supaya dengan keadaan ini mereka memiliki pengharapan yang pasti

di dalam Kristus dan ikut dalam kemuliaan orang percaya.

Ketiga, Paulus menjelaskan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan memiliki

keselamatan yang pasti yaitu berupa pengharapan atau hidup dalam pengharapan. Hal ini

menunjukkan bahwa Allah yang menyelamatkan manusia dari kuasa dosa, Allah yang

sama juga yang memberikan pengharapan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Dan hal ini didapatkan jika setiap orang percaya menantikannya dengan penuh

ketekunan.
162

BAB V

PENUTUP

Dalam bab sebelumnya penulis telah menguraikan menguraikan Analisa Kritis

Roma 8: 18-25, Terhadap Pengajaran Theologia Kemakmuran Mengenai Penderitaan.

Dan pada bagian ini yang merupakan bab terakhir dalam penulisan tesis ini, penulis akan

memaparkan keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan serta memberikan saran

sebagai kontribusi bagi gereja dan bagi orang percaya pada masa kini.

Kesimpulan

Secara umum penderitaan adalah keadaan yang tidak menyenangkan dan

bentuknya berupa kesukaran, kesulitan, kekurangan bahkan kemiskinan hidup yang

sumbernya datang dari berbagai penyebab.

Theologia sukses atau injil sukses sering juga disebut sebagai injil-injil

kemakmuran, kelimpahan berkat, atau theologia anak raja, dan secara sederhana ajaran

ini menekankan bahwa: Allah kita adalah Allah yang maha besar, kaya dan penuh berkat
163

dan manusia yang beriman pasti akan mengalami kehidupan yang penuh berkat pula,

kaya, sukses dan berkelimpahan materi.

Pengajaran yang pertama Theologia Kemakmuran mengenai penderitaan adalah

Kesembuhan Yang Sempurna, pengajaran ini merupakan salah satu tujuan dari ajaran

Theologia Sukses, yang merupakan tanda dari kehidupan yang sukses yang terwujud

dalam kesembuhan yang sempurna dan bebas dari sakit-penyakit. Theologia

Kemakmuran mengajarkan bahwa Allah menghendaki kita untuk hidup makmur.

Mereka bahkan menganggap kemiskinan sebagai sebuah dosa. Mereka juga

menandaskan bahwa Allah dalam kasih dan kemurahan-Nya yang besar menghendaki

agar tidak ada satupun orang percaya yang pernah sakit. Penyakit adalah usaha iblis

merampok hak-hak ilahi orang percaya dalam memiliki kesehatan yang sempurna

Pengajaran yang kedua Theologia Kemakmuran mengenai penderitaan adalah

Kaya dan Hidup Berkelimpahan. Dalam ajaran Theologia kemakmuran, hidup yang

diberkati Tuhan adalah hidup yang kaya, berkelimpahan dan tidak kurang suatu apapun.

seseorang yang miskin hal itu disebabkan karena dosa, sehingga pengjinjil-penginjil

sukses berpedapat bahwa setiap orang yang sudah percaya kepada Yesus harus kaya

karena sudah dilepaskan dari kuasa dosa atau kutuk.

Pengajaran yang ketiga Theologia Kemakmuran mengenai penderitaan adalah

Orang Yang Berhak Menerima Janji Allah. Dalam Theologia Kemakmuran diajarkan

bahwa orang percaya pasti akan mendapatkan apapun yang dia inginkan, karena semua

itu sudah disediakan oleh Allah. Jika tidak terjadi kesembuhan (atau kekayaan), maka

persoalannya terletak pada penerimaan kita, bukan pada pemberian Allah. Allah selalu
164

memberi, tetapi kita tidak selalu memenuhi persyaratan untuk menerima pemberian itu.

Bagi orang percaya yang sungguh-sungguh, ia pasti menerima. Kalau ada orang Kristen

yang sungguh-sungguh tetapi tidak menerima, maka hal itu hanyalah kebohongan

semata-mata.

Berdasarkan eksegese Roma 8: 18-25, penulis menyimpulkan bahwa penderitaan

adalah sesuatu yang nyata yang pasti terjadi dalam kehidupan umat manusia termasuk

dalam kehidupan orang percaya. Dan penderitaan ini akan berlangsung secara terus-

menerus selama orang percaya hidup dalam dunia ini. Pada mulanya seluruh ciptaan

diciptakan dalam keadaan baik dan bebas dari penderitaan (Kej 1: 31), sesudah dosa

terjadi maka penderitaanpun timbul dalam bentuk pertentangan, kesakitan, kebinasaan

bahkan maut (Kej 3: 15-19). Penderitaan yang disebabkan karena dosa (hawa nafsu)

akan mengakibatkan penghukuman (kematian). Tetapi penderitaan mempunyai makna

baru bagi orang-orang yang menjadi anggota tubuh Kristus karena orang percaya yang

menderita berarti turut menderita dalam penderitaan Kristus (Rm 8: 17; 2 Kor 1: 5; Mrk

10: 39). Bagi orang percaya penderitaan akan membawa mereka kepada kebangkitan

dan kemuliaan (Rm 8: 18; Ibr 12: 1-2; Mat 5: 10; 2 Kor 4: 17).

Oleh sebab itu yang harus dilakukan oleh orang percaya selama hidup dalam dunia

yang fana ini adalah hidup dalam pengharapan kepada Allah. Karena pengharapan

adalah kata kunci untuk kehidupan orang percaya. Pengharapanlah yang memberi orang

percaya kekuatan untuk bertahan, pengharapanlah yang membuat orang percaya hidup

dalam ketekunan dan pengharapan itu juga yang akan membawa orang percaya kepada

dunia yang akan datang yaitu kemuliaan (Rm 8: 25). Kemuliaan ini tidak dapat
165

dibandingkan dengan apapun di dunia ini termasuk juga penderitaan, karena kemuliaan

inilah yang dinantikan oleh setiap orang percaya. Dan kemuliaan itu pasti dinyatakan

atau digenapi dalam kehidupan orang percaya (Rm 8: 17).

Paulus meyakini bahwa semua kesukaran, kesengsaraan dan persoalan yang akan

datang membuat ia tetap bertekun dan bersemangat untuk melayani Tuhan. Untuk itu ia

menggambarkannya seperti seorang olah ragawan yang memfokuskan dirinya dalam

pertandingan dan mengikuti peraturan-peraturan olah raga sehingga memperoleh

mahkota sebagai juara (2 Tim 2: 5). Hal ini dipertegas dengan pernyataan Paulus bahwa

nyawanya pada saat itu bukanlah sesuatu yang bernilai jika dibandingkan dengan

kemuliaan Tuhan yang akan diperlihatkan kelak pada kedatangan Kristus yang kedua

kalinya.

Kesimpulan penulis dari penelitian ini adalah bahwa sesungguhnya Alkitab secara

gamblang membukakan tentang penderitaan. Baik itu penderitaan Kristus, penderitaan

dunia pada umumnya dan penderitaan orang percaya. Penderitaan itu adalah karakter

kristiani, dengan demikian perbedaan konsep berpikir dunia dan ajaran Alkitab sangat

nampak. Dunia menolak penderitaan sebagai bagian dari kehidupan yang harus

ditanggung, dunia berusaha dengan berbagai macam cara untuk menolak penderitaan

sebagai kasih karunia, dan karena penderitaan itu tidak dapat dihindari maka yang

muncul dari sikap manusia yang tidak mengenal Allah (dunia) adalah bersungut-sungut,

putus asa, kecewa dan menganggap penderitaan sebagai momok yang menakutkan.

Sebaliknya iman Kristen mengajarkan hal yang sangat berbeda tentang penderitaan

dimana penderitaan karena nama Kristus dilihat sebagai anugerah dan kasih karunia
166

yang luar biasa,451 yang akan menghantar orang percaya kepada kemuliaan Kristus.

Inilah kasih karunia yang tak terhingga itu yakni kemuliaan Allah di balik penderitaan

orang percaya.

Selain itu berdasarkan eksegese Roma 8: 18-25 juga mengajarkan bahwa ada

penderitaan selama orang percaya masih tinggal di dalam dunia ini, namun Allah

mempunyai maksud dan tujuan dengan penderitaan yang dialami oleh setiap orang

percaya, Allah ingin menunjukkan bahwa ada kemuliaan di dalamnya (Rm 8: 18).

Dalam menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali (parusia) Allah melibatkan

orang percaya dalam tugas dan tanggung jawab sebagai orang percaya yaitu

memberitakan Injil Kristus walaupun di dalamnya ada penderitaan. Bagi kita orang

percaya, kehidupan bukanlah suatu yang membosankan atau suatu penantian yang sia-

sia melainkan suatu pengharapan yang hidup dan mendebarkan hati. Orang percaya

terlibat langsung dalam situasi seluruh umat manusia. Di dalam dirinya, ia harus

berjuang melawan tabiatnya sendiri yang jahat, di luar ia harus hidup di dalam suatu

dunia kematian atau kebinasaan, namun demikian orang percaya tidak hanya hidup di

dalam dunia, ia juga hidup di dalam Kristus. Yang dilihat bukan hanya dunia melainkan

orang percaya harus melihat di seberang sana, yaitu kepada Allah. Ia tidak hanya melihat

451
Kasih karunia yang dimaksudkan penulis adalah bahwa manusia sama sekali tidak layak untuk
mengambil bagian dalam kemuliaan Kristus walaupun itu harus melalui penderitaan tetapi jika Tuhan
memberikan kasih karunia untuk menanggung penderitaan demi nama-Nya, semata-mata karena Ia
menghargai manusia untuk terlibat dalam karya kemuliaanNya yang dinyatakan kepada dunia. Karena
tatkala manusia menanggung penderitaan karena nama Yesus, maka pada saat yang sama selalu ada
kekuatan supranatural dari Allah Tri Tunggal untuk membuat orang percaya mampu bertahan. Walaupun
sulit bagi dunia untuk memahaminya, namun inilah yang disebut karakter hidup kristiani yang
membedakan iman Kristen dengan agama lain, penderitaan karena Tuhan Yesus Kristus sebagai kasih
karunia yang besar bagi orang percaya.
167

konsekuensi dosa manusia karena ia juga melihat kuasa dari kemurahan dan kasih Allah.

Dan akhir dari semua itu bagi orang percaya adalah pengharapan.

Penderitaan akan berlangsung terus-menerus dalam kehidupan di dunia ini baik itu

dialami orang percaya maupun kehidupan manusia pada umumnya. Oleh sebab itu

orang percaya perlu menyikapi apa makna penderitaan yang dialami oleh orang percaya

pada saat mengabdi kepada Tuhan. Tuhan Yesus dalam Matius 24: 6-13 menjelaskan

bahwa kesudahan dunia bukan diakibatkan karena penderitaan, namun semuanya itu

harus terjadi yaitu: akan ada kelaparan, gempa bumi diberbagai tempat dan semuanya itu

barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Selain itu akan terjadi

penyiksaan, pembunuhan, kebencian, perang dan nabi-nabi palsu yang menyesatkan dan

banyak orang murtad. Hal ini telah difirmankan, juga harus tergenapi karena perkataan

Allah berkuasa dan segala yang terjadi berada dalam otoritas-Nya. Tetapi orang yang

bertahan sampai pada kesudahannya akan berkemenangan, dengan kata lain setiap orang

percaya yang bertahan dalam penderitaan-penderitaan dikarenakan melakukan

pelayanan untuk Kristus pada kesudahannya akan selamat dan hidup dalam kerajaan

Allah bahkan menerima kebahagiaan hidup kekal (Rm 8: 18-25).

Oleh sebab itu diharapkan orang percaya semakin mengerti apa yang dikehendaki

Allah selama menjalani kehidupan di dunia ini yaitu orang percaya dipanggil untuk

mengikuti Kristus dalam teladan-Nya menanggung penderitaan karena hidup kudus (1

Pet 2: 19-21). Mengalami penderitaan itu melibatkan ketekunan dan ketaatan akan

pengharapan yang pasti yaitu hidup kekal bersama Kristus.


168

Saran

Berdasarkan Analisa Kritis Roma 8: 18-25, Terhadap Pengajaran Theologia

Kemakmuran Mengenai Penderitaan, penulis memberikan beberapa saran bagi setiap

orang percaya pada masa kini, yaitu:

Orang Percaya

1. Orang percaya pada masa kini harus memiliki pemahaman yang benar mengenai

firman Tuhan dan bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus sehingga ketika

menghadapi penderitaan tetap memiliki pengharapan yang pasti akan kemuliaan

yang akan dinyatakan.

2. Orang percaya jangan hanya mau menikmati kesenangan, kemakmuran,

kemewahan, kesehatan dan kesenangan lainnya, melainkan tetap hidup dalam

ketekunan dan kesabaran meskipun menghadapi segala macam penderitaan.

3. Orang percaya tidak perlu takut atau tawar hati dalam menghadapi penderitaan,

karena Allah menjamin dengan firman-Nya bahwa Ia akan tetap mendampingi,

menguatkan, melepaskan dan menyelamatkan.

4. Karena itu orang percaya harus membangun dirinya di atas dasar iman yang kuat

dan tetap berdoa dalam Roh Kudus, memelihara diri dalam kasih Tuhan (Yud 1:

20-21), setia merenungkan dan melakukan firman Tuhan supaya ketika

penderitaan itu datang, orang percaya tidak tergilas dan hancur.

5. Orang percaya harus menjadi berkat bagi orang lain dengan memiliki kepedulian

terhadap sesama dan berbagi kasih kepada mereka yang mengalami penderitaan.
169

Gereja

1. Gereja harus memberikan pengajaran yang benar tentang konsep theologia

kemakmuran terkhusus mengenai penderitaan supaya jemaat memiliki pengertian

yang positif akan penderitaan dan melaluinya jemaat bertumbuh dalam

pengenalan akan Kristus.

2. Gereja harus mempersiapkan anggota jemaatnya dalam menghadapi penderitaan-

penderitaan yang sewaktu-waktu dapat terjadi dalam kehidupan mereka.

3. Gereja juga harus siap dalam menghadapi segala jenis penderitaan yang akan

terjadi, karena itu merupakan bagian perjalanan hidup orang percaya.

4. Gereja harus memiliki kesatuan sebagai anggota tubuh Kristus dan tidak hanya

memikirkan kepentingan gereja secara pribadi tetapi dapat membagi kasih

terhadap gereja yang mengalami berbagai kesukaran dan kesusahan.

5. Gereja harus menjadi garam dan terang dunia dan tidak kompromi terhadap

tawaran-tawaran dunia, tetapi mengutamakan pekerjaan Allah di muka bumi ini.


170

DAFTAR PUSTAKA

____________,
1994 Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia

____________,
1998 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

____________,
1976 Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Barker, Kennet,
1996 The NIV Study Bible. Michigan: Zondervan

Baxter, J. Sidlow,
2002 Menggali Isi Alkitab 4. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF

Barclay, William,
1986 Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Berkhof, Louis,
1995 Teologia Sistematika, Doktrin Manusia Vol. 2. Jakarta: Lembaga
Reformed Indonesia

Browning, W.R.F,
2007 Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Brown, Francis,
1986 A Hebrew and English Lexikon of The Old Testament. Oxford: Clarendon
Press

Bromiley, Geoffrey W,
1988 The International Standart Bible Encyclopedia Vol IV. Grand Rapids,
Michigan: William b. Eerdmans Publishing Company

Bruce, F. F,
1975 The Epistle of Paul to The Romans. Grand Rapids, Michigan: Wm. B.
Eerdmans Publishing Company

Conn, Harvie M,
1988 Teologia Kontemporer. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara
171

Cranfield, C E B,
1975 A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans.
Edinburgh: The International Commentary, Clark Limited

Douglas, J. D,
1999 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol I & II. Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih/OMF

Drane, John,
1998 Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunng Mulia

Dunn, James D G,
1988 Word Biblical Commentary Romans 1-8. Dalas, Texas: Word Book
Publisher

End, Van Den,


2003 Surat Roma, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Epp, Theodore H,
1991 Mengapa Orang-Orang Kristen Menderita. Jakarta: Mimery Press

Estabrooks, Paul,
2001 Berdiri Teguh Di Tengah Badai. Jakarta: Open Doors International

Friberg, Barbara,
1986 Analitical Greek New Testament. Michigan: Baker Book house

Gaebelein, Frank E,
1999 The Ekspositor’s Bible Commentary Vol. 8. Michigan, Grand Rapids:
Zondervan Publishing House

Green, Jay P,
1986 The Interlinear Bible Hebrew-Greek English. London: Hendrickson
Publisher Peabody

Greenlee, J. Harold,
1979 A Consice Exegetical Grammer of New Testament Greek. Michigan: W.
B. Eerdemand Publishing Company

Goodrick, Edwad W. & John R. Kohlenberger III,


1990 The NIV Exhaustive Concordance, Grand Rapids. Michigan: Regency
Reference Library
172

Gove, Philip Babcock,


1961 Webster’s Third New International Dictinary Of The English Language
Unabridged. Springfield, Massachu Setts, USA: G & C. Merriam
Company, Publisher

Guthrie, Donald,
2004 Hand Book to The Bible. Bandung: Kalam Hidup

Hadiwijono, Harun,
2000 Iman Kristen. Jakarta: Gunung Mulia

Hagelberg, Dave,
2001 Tafsiran Roma. Bandung: Yayasan Kalam Hidup

Herlianto,
1992 Teologia Sukses Antara Allah dan Mamon. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Heuken SJ, Adolf,


1993 Ensiklopedi Gereja Vol 3. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka

Hoekema, Anthony A,
2003 Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah. Surabaya: Momentum

Jaffray, R. A,
2007 Tafsiran Surat Roma. Bandung: Kalam Hidup

Kaspersen, Dag. & Pulungan Sihombing (Ed),


1994 Eksposisi Surat Roma dalam Konsep Kesengsaraan Menurut Kitab
Wahyu. Batu: STT I-3

Kittel, Gerhard,
1964 Theological Dictionary of the New Testament. Michigan, Grand Rapids:
Eermands Publishing

Kremer, J,
1993 Exegetical Dictionary of the New Testament Vol 3. Grand Rapids,
Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company

Leitch, James W (Ed),


1976 Teology of Hope. Blommsbury Street, London: SCM Press LTD

Lempp, Walter
1987 Tafsiran Alkitab Kejadian 1: 1-4: 26. Jakarta: BPK Gunung Mulia
173

Ludwig, Charles,
1999 Kota-Kota Pada Zaman Perjanjian Baru. Bandung: Kalam Hidup

Lumintang, Stevri Indra,


2002 Teologia Abu-Abu. Batu: Departemen Literatur YPPII

Marxsen, Willi,
1996 Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Marthin, Ralph,
1986 Word Biblical Commentary. Waco, Texas: Word Books Publishers

Michaeli, Frank,
1972 Bagaimana MemahamiPerjanjian Lama. Bandung: Kalam Hidup

Moeliono, Anton M,
1989 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Mulyono, Y. Bambang,
1993 Teologi Ketabahan. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Moulton, James Hope,


1980 A Linguistic Key to The Greek New Testament. Grand Rapids, Michigan:
Regency Reference Library

Nahuway, Yakub,
1990 Jalan Ke Surga Telah Ada. Jakarta: Gereja Bethel Indonesia Mawar
Saron

Newman Jr, Barclay M,


2002 Kamus Yunani-Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Oswatt, John,
1990 Theological Wordbook of the Old Testament Vol 2, Chicago: Moody
Press

Owens, John Joseph,


1993 Analytical Key to The Old Testament Vol 3. Michigan: Baker Book
House

Pfeiffer Charles F. & Everett F. Harrison,


2003 Tafsiran Alkitab Wycliffe Vol I. Malang: Penerbit Gandum Mas
174

Pratt Jr, Richard L,


2002 Dirancang Bagi Kemuliaan. Surabaya: Penerbit Momentum

Prayitno, Sugeng,
1996 Penderitaan Kristus Menurut Surat-Surat Rasul Paulus dan Relevansinya
Bagi Orang Percaya. Tanjung Enim: STEE

Salim, Peter. & Yenny Salim,


1991 Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Edisi Pertama. Jakarta: Modern
Engglis Press

Robirosa, S. Christian,
2009 Teologi Kemakmuran. Malang: Gandum Mas

Soedarmo,
1981 Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid III. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Soedarmo, R.,
2000 Kamus Istilah Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Sutanto, Hasan,
2003 Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBI)
Jilid I & II. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia

Telaumbanua, Deni C. H,
2009 Relasi Israel dan Gereja Menurut Roma 9-11, Tesis. Batu: Institut injil
Indonesia

Tenney, Merril. C,
1992 Survey Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas

Timothy and Barbara Frieberg,


1981 Analitical Greek New Testament. Grand Rapids: Baker Book House

Tong, Stephen,
2008 Ujian Pencobaan & Kemenangan. Surabaya: Penerbit Momentum

Tulluan, Ola,
2002 Introduksi Perjanjian Baru. Batu: Departemen Literatur YPPII

Tuluan, Ola,
2002 Bahasa Yunani I. Batu: Departemen Literatur YPPII
175

Vine, W. E,
1996 Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament
Words. London: Thomas Nelson Publisher

Wellem, F. D,
2004 Hidupku Bagi Kristus. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Wojowasito, S. & Tito Wasito,


1980 Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. Bandung: HASTA

Y Setiyardi, Tomi aryanto, & Ayu Cipta,


2005 Majalah Tempo. Edisi 21 November 2004

Zodhiates, Spiros,
1993 The Complete Word Study Dictionary of New Testament. Chattanooga:
AMG Publisher
176
177

RIWAYAT HIDUP

Nama : Iwan Setiawan


Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung, 5 Februari 1982
Agama : Kristen Protestan
Status : Menikah
Alamat Sekolah : Jalan Indragiri No 5 Batu 65312
Alamat Rumah : Jalan Trunojoyo Gang Empat Nomor 12, Batu 65312
Asal Gereja : Gereja Kristen Injili Indonesia Jemaat Curup (GKII)

RIWAYAT KELUARGA
Nama Ayah : Idodo
Nama Ibu : Salmiati (alm)
Nama saudara Kandung : Suryani dan Dian Natalia, S.E
Status Dalam Keluarga : Anak Kedua dari Tiga Bersaudara
Istri : Yuliana Lu, S.Th
Anak : Jaydon Licht Dominig Setiawan

RIWAYAT PENDIDIKAN
a. Tamat, SD Negeri 71 Bengko, Curup, 1996
b. Tamat SMP Negeri 4 Sindang Jati, Curup, 1999
c. Tamat SMA Negeri 2 Curup, 2001
d. Menyelesaikan Studi S-1 (Sarjana Theologi), Juli 2009
e. Menyelesaikan Studi S-2 (Master Of Divinity), Maret 2011

RIWAYAT PELAYANAN
Pelayanan week-end di Sekolah Minggu Oikumene YPPII Batu (2001)
Pelayanan week-end di Diakonia YPPII Batu (2002)
Pelayanan week-end di GKJW Ngantang Cabang Bulung-Kasembon (2002-2003)
Pelayanan Antar Semester di PPA Dorkas GMII Tesalonika Batu (2003)
Pelayanan Team Desember ke Ambon (2003)
Pelayanan week-end di Persekutuan Doa EFATA-Malang (2003-2004)
Pelayanan Praktek Satu Tahun di GKMI Blora Cabang Jatirogo (2004-2005)
Pelayanan week-end di Persekutuan Doa EFATA-Malang (2005)
Pelayanan week-end di GBIS Ngoro-Jombang (2006)
Pelayanan di GKII Curup (2006)
Pelayanan Di GBIS PETRA Denpasar (2007-2008)
Pelayanan di Pusat Pengembangan Anak Batu (2008-2010)
Pelayanan di Institut Injil Indonesia (2010-Sekarang)
178

Anda mungkin juga menyukai