Anda di halaman 1dari 116

ABSTRAK

Agus Marulitua Marpaung, “Pengaruh Model Pembelajaran Rasul Paulus


Terhadap Pertumbuhan Jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar”. (Dibimbing
oleh : Pdt.Made Astika,Ph.D dan Pdt.Dr. Ivan Weismann,M.Hum.)

Model pengajaran dalam Pendidikan Agama Kristen merupakan salah satu


faktor penunjang keberhasilan dalam suatu pelayanan. Alkitab mencatat beberapa
metode pembelajaran yang dilakukan oleh beberapa tokoh dalam Alkitab, dengan
berbagai macam latar belakang situasi, budaya dan daerah. Masing-masing mempunyai
metode dalam menjalankan pengajarannya.

Dalam tesis ini penulis mengambil salah satu dari tokoh tersebut yaitu rasul
Paulus. Rasul Paulus memiliki keunikan tersendiri dalam menjalankan pelayanannya
dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain khususnya kedua belas rasul yang hidup sezaman
dengannya. Meskipun mereka hidup namun mereka memiliki panggilan yang berbeda.
Dalam Matius 10:5-6 tertulis,” Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan
kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke
dalam kota orang Samaria melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari
umat Israel.” dan dalam Kisah Para Rasul 9 :15, Tetapi firman Tuhan kepadanya:
"Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku
kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.”

Perbedaan panggilan ini mempengaruhi model pengajaran mereka, dimana


kedua belas rasul diutus hanya untuk bangsa Israel dan jangan pergi ke bangsa lain
sedangkan rasul Paulus diutus untuk bangsa-bangsa lain. Jadi ruang lingkup pelayanan
Paulus lebih luas sehingga memerlukan metode pengajaran yang lebih efektif untuk
menjalankan pelayanannya tersebut. Dalam 2 Timotius 2:15 dalam Alkitab King James
Version tertulis, “Study to shew thyself approved unto God, a workman that needeth not
to be ashamed, rightly dividing the word of truth” dalam ayat ini rasul Paulus menulis
bahwa untuk menjadi pekerja yang layak dihadapan Allah dan tidak usah malu adalah
dengan mengembangkan diri melalui belajar dan dengan membagi dengan benar Firman
kebenaran.

Hal inilah yang akan dibahas dalam tesis ini dengan judul ”Pengaruh Model
Pembelajaran Rasul Paulus terhadap Pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah di
Makassar”. Dalam tesis ini penulis akan memakai metode penelitian riset lapangan
dengan mempertimbangkan sumber-sumber data yang ada dalam buku-buku yang
berkaitan dengan pembahasan, pendapat para ahli teologi dan pendidikan, media massa,
internet dan lain sebagainya. Gereja Alkitab Anugerah di Makassar sebagai tempat
penelitian.

(Kata Kunci : Model Pembelajaran: membagi program Allah, membagi sasaran


pelayanan, membagi tugas; Pertumbuhan jemaat: Pengetahuan. Kesaksian, komitmen.)
KATA PENGANTAR

“Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita,

karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku” (I

Timotius 1:12)

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Juruselamat kita yang telah

memberikan kekuatan kepada penulis, yaitu hidup kekal yang adalah anugerah Allah

kepada setiap orang yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Dan anugerah itu pula menempatkan penulis ke dalam pelayanan Tuhan dan menjalani

pendidikan pada saat ini. Tuhan Yesus telah memberkati penulis mulai dari awal

penelitian sampai pada tahap penyelesaian tesis ini. Penulis juga menyadari bahwa

dalam penyelesaian tesis ini ada banyak pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

Saya mau mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Pdt.Made

Astika,Ph.D sebagai dosen pembimbing I dan Pdt.Dr.Ivan Weismann,M.Hum sebagai

dosen pembimbing II yang telah membantu saya dalam memberikan saran-saran,

motivasi, koreksi dan juga doa sehingga penelitian dalam tesis ini dapat bisa

diselesaikan dengan baik. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh

dosen dan staff STT Jaffray Makassar yang selama ini telah turut membantu dan

bekerjasama dalam proses perkuliahan dan hal-hal yang berkaitan dengan dengan

penyelesaian tesis ini.

Untuk istri saya yang terkasih Yokhebet Paulina Tampubolon,SH, yang selalu

setia mendampingi saya dalam pelayanan, selalu berdoa dan mendorong penulis dalam

proses perkuliahan dan membantu memberikan masukannya dalam penelitian ini, juga

untuk ibu saya yang terkasih Romianna Situmorang di Pematang Siantar dan juga ibu
mertua Alexandra Anne Louse Poespo di Medan yang selalu berdoa untuk penulis.

Demikian juga buat adik-adik saya Pdt.Morrys Marpaung& istri Metty di Bekasi, dan

Nora Marpaung di Pematang Siantar dan juga kakak ipar Yohana Tampubolon& suami

Nathanael serta adik Cecil dan Yolanda Tampubolon di Jakarta.

Untuk bapak Pnt.Medy T Pasau,ST dan donatur yang selama ini telah banyak

terbeban dalam memenuhi kebutuhan dana perkuliahan dan penyelesaian tesis ini. Saya

sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan rekan pelayanan yang

mau terlibat dalam pelayanan terlebih untuk dunia pendidikan bagi hamba Tuhan.

Untuk majelis dan jemaat Gereja Alkitab Anugerah di Makassar baik di

Kampung Rama dan Sudiang dan GAA di Mamasa juga Pemuda KOMPAK, Terima

kasih atas partisipasinya dalam pengisian angket sebagai bagian dari penyelesaian tesis

ini dan juga doanya untuk saya.

Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, atas seluruh

bantuannya saya mengucapkan banyak terima kasih. Doa saya kiranya Tuhan Yesus

Kristus selalu memberkati semuanya baik dalam keluarga, pekerjaan dan pelayanan

yang telah dipercayakan kepada kita masing-masing.

Hormat saya

Agus Marulitua Marpaung


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pembagian jumlah sampel...........................................................................................67

Tabel 3.2 Kriteria penafsiran kondisi variabel penelitian......................................................70

Tabel.3.3 Tingkat korelasi...............................................................................................................71

Karakteristik Responden

Tabel.4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin............................................72

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan.....................................72

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan...................................73

Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan usia...............................................................73

Membagi Program Allah dengan Tepat

Tabel 4.5 Ketertarikan terhadap pembelajaran Firman Tuhan dalam jemaat..................74

Tabel 4.6 Pemahaman tentang pembagian program Allah dengan tepat..........................75

Tabel.4.7 Model diskusi membantu menyelesaikan masalah-masalah............................76

Tabel 4.8 Sasaran pelayanan dalam GAA..................................................................................77

Membagi sasaran pelayanan dengan tepat

Tabel 4.9 Firman Tuhan menjadi kebutuhan rohani bagi semua.........................................78

Tabel 4.10 Penempatan Firman Tuhan sesuai dengan program Allah..................................79

Tabel 4.11 Semua jemaat memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan.............80

Tabel 4.12 Pelayanan Kategorial......................................................................................................80

Membagi tugas dengan tepat

Tabel 4.13 Pelatihan untuk memperlengkapi jemaat dalam pelayanan................................81

Tabel 4.14 Pelatihan memberikan tantangan untuk terlibat dalam pelayanan...................82

Tabel 4.15 Tabel Rata-rata Variabel X...........................................................................................82


Pengetahuan yang Benar

Tabel 4.16 Pembelajaran memberikan pengetahuan yang benar............................................83

Tabel 4.17 Dapat memberi jawab atas iman yang telah diyakini...........................................84

Tabel 4.18 Pelatihan dan pendelegasian menambah keyakinan.............................................85

Kesaksian yang Benar

Tabel 4.19 KAM dan PA memberikan pengetahuan..................................................................86

Tabel 4.20 Keberagaman dalam jemaat mendorong untuk saling menghargai..................87

Tabel 4.21 Keterlibatan dalam pelayanan......................................................................................87

Komitmen

Tabel 4.22 Pembelajaran meyakinkan orang percaya dipakai Tuhan...................................88

Tabel 4.23 Keberagaman dalam jemaat meningkatkan saling ketergantungan..................89

Tabel 4.24 Pelatihan dan pendelegasian menjadi bekal dalam melayani Tuhan...............90

Tabel 4.25 Tabel rata-rata variabel Y............................................................................................91


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................................................iii
ABSTRAK...............................................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ix
BAB
I. PENDAHULUAN
Latar belakang masalah............................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................................4
Tujuan Penelitian........................................................................................................................4
Mamfaat Penelitian....................................................................................................................5
Ruang lingkup penulisan..........................................................................................................5
Sistematika Penulisan..............................................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan umum tentang model pembelajaran....................................................................7
Defenisi model pembelajaran..............................................................................................7
Macam-macam model pembelajaran..............................................................................10
Pembelajaran langsung.................................................................................................11
Pembelajaran berbasis masalah..................................................................................12
Pembelajaran diskusi.....................................................................................................13
Pembelajaran kontekstual............................................................................................16
Dasar Alkitabiah tentang Model Pembelajaran...........................................................18
Sumber pembelajaran....................................................................................................18
Tujuan pembelajaran.....................................................................................................19
Dasar Alkitabiah tentang model pembelajaran Rasul Paulus................................21
Latar belakang Rasul Paulus.......................................................................................22
Latar belakang kehidupan dan panggilan Paulus.............................................22
Dasar pengajaran Rasul Paulus..............................................................................27
Model Pembelajaran Rasul Paulus............................................................................33
Model Pembelajaran dalam membagi program Allah dengan tepat..........36
Pembelajaran dalam gereja..............................................................................38
Pembelajaran di luar gereja.............................................................................40
Ketertarikan terhadap pembelajaran...........................................................40
Kemampuan membedakan program Allah...............................................41
Model pembelajaran dalam membagi sasaran pelayanan dengan tepat.42
Keberagaman dalam jemaat........................................................................46
Penerapan Firman Tuhan.............................................................................47
Model pembelajaran dalam membagi tugas dengan tepat……………. 48
Pelatihan...........................................................................................................49
Pendelegasian..................................................................................................50
Keterlibatan dalam pelatihan......................................................................51
Keterlibatan dalam pelayanan....................................................................52
Pertumbuhan Gereja............................................................................................................53
Bertumbuh dalam pengetahuan yang benar.........................................................55
Bertumbuh dalam kesaksian yang benar..............................................................56
Bertumbuh dalam komitmen....................................................................................57
Hubungan model pembelajaran rasul Paulus dengan pertumbuhan rohani........59
Kerangka berpikir................................................................................................................60
Hipotesa penelitian..............................................................................................................61
III. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian.........................................................................................................................62
Tempat dan waktu penelitian..............................................................................................62
Letak Geografis dan sejarah Singkat Gereja Alkitab Anugerah Makassar .. 62
Gambaran umum GAA Makassar.............................................................................65
Populasi dan sampel...............................................................................................................66
Tehnik pengumpulan data....................................................................................................68
Variabel penelitian..................................................................................................................68
Tehnik Analisis Data..............................................................................................................69
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden.......................................................................................................72
Deskripsi variabel penelitian..............................................................................................74
Deskripsi variabel model pembelajaran rasul Paulus...........................................74
Deskripsi variabel pertumbuhan jemaat GAA Makassar....................................83
Uji hipotesa.......................................................................................................................91
Pembahasan.............................................................................................................................92
V PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................................94
Saran-saran.............................................................................................................................95
VI. DAFTAR PUSTAKA
VII. LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Secara umum gereja merupakan wadah bagi orang percaya untuk bertumbuh

secara rohani. Di dalam gereja, orang percaya dapat menikmati persekutuan bersama

dengan sesama orang percaya dan menikmati berkat-berkat rohani melalui pujian,

kesaksian dan renungan Firman Tuhan. Oleh sebab itu gereja harus membuat dan

melaksanakan program pelayanan yang dapat mendukung pertumbuhan rohani jemaat.

Namun pada kenyataannya banyak pelayanan gereja masa kini ternyata hanya

menjalankan pelayanan rutinitas pada urusan organisasi, ibadah, pelayanan, diakonia,

dan lain sebagainya, atau berfokus hanya pada satu bidang tertentu saja seperti: karunia-

karunia mujizat, berkat-berkat jasmani yang diterima, misi, hal-hal kemanusiaan seperti

bhakti sosial, bantuan bencana alam dan lain sebagainya. Jadi banyak jemaat

kelihatannya tekun dalam menjalankan kegiatan-kegiatan kerohanian tetapi sebenarnya

tanpa memiliki dasar pengetahuan yang kuat tentang kekristenan, hal ini dapat

ditemukan dalam kehidupan orang Kristen pada saat ini, dimana saat ini sudah tidak

menjadi suatu yang mengejutkan lagi bahwa banyak orang Kristen yang melakukan

perbuatan-perbuatan yang tidak ada bedanya dengan orang lain di luar Kristen, dan

bahkan banyak yang telah meninggalkan keyakinannya hanya karena pekerjaan, jodoh,

dan lain sebagainya, ditambah lagi publikasi melalui media massa seperti televisi,

majalah, radio dan internet yang terlalu berlebihan sehingga membangun pemikiran

bahwa hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Allah tersebut adalah sesuatu yang biasa-

biasa saja
. Hal ini menjadi suatu masalah besar dalam gereja, ibarat duri dalam

daging masalah ini kelihatannya kecil namun memberikan pengaruh yang besar.

Apabila hal ini dianggap sepele dan dibiarkan begitu saja oleh gereja, maka akan

menjadi ancaman besar bagi perkembangan gereja pada masa yang akan datang,

dimana nilai-nilai kekristenan akan terkikis dan bahkan bisa sampai hilang bagi

generasi-generasi selanjutnya pada masa yang akan datang.

Gereja yang seharusnya bertanggungjawab atas hal ini sepertinya sudah

tidak peka lagi terhadap permasalahan yang terjadi di dalam lingkungan jemaat.

Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu : Pertama, karena

rasa puas atas segala fasilitas yang ada dalam gereja, dimana pada saat ini

banyak gereja-gereja yang sudah memiliki fasilitas yang sangat memadai. Pada

awalnya motivasi pengadaan fasilitas tersebut adalah untuk pengembangan

pelayanan namun yang terjadi justru sebaliknya karena segala fasilitas tersebut

membuat para pengerja gereja merasa puas dan nyaman atas apa yang sedang

dinikmati. Kedua, jumlah kuantitas jemaat yang tinggi sehingga tidak ada lagi

kerinduan untuk mengembangkan jemaat. Para pengerja gereja tinggal

disibukkan dengan jadwal ibadah, mengurusi permasalahan organisasi dan

masalah-masalah dalam jemaat. Ketiga, keberadaan gereja yang hidup dalam

budaya masyarakat. Keberadaan ini membuat gereja terkadang mengambil

posisi netral untuk mengurangi konflik antara gereja dan budaya, namun

tindakan ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa gereja tidak

memberikan pengaruh kepada budaya tetapi justru gereja yang terpengaruh oleh

budaya.

Oleh sebab itu gereja perlu mengevaluasi pelayanan yang sedang

dilakukan saat ini. Ada suatu hal yang terlupakan dalam pelayanan gereja pada
masa kini, dimana sudah sangat jarang sekali ditemukan dalam program pelayanan di

gereja yaitu pembelajaran dalam jemaat. Hal ini tidak lagi dilakukan karena

kemungkinan dari pihak gereja tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk

mengadakan pembelajaran dalam jemaat seperti yang dikatakan Kennet O.Gangel

bahwa, ”gereja sudah menyimpang dan tidak bergerak lagi karena ikatan tradisi dan

1
ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern.” Dari pihak

jemaat, mereka sudah tidak antusias untuk belajar di dalam gereja karena mungkin

menurut mereka itu bukan tugas mereka karena menurut mereka gereja hanya tempat

mereka mencari penghiburan rohani, tempat pengaduan masalah, berkumpul dengan

teman dan lain sebagainya.

Hal ini menjadi latar belakang yang mendorong penulis dalam penelitian tesis

ini. Dalam tesis ini penulis akan membahas pentingnya pembelajaran dalam gereja

sebagai salah satu sarana untuk menopang pertumbuhan rohani jemaat. Tuhan Yesus

dalam pelayananNya dimulai dari mengajar dari kota ke kota dan bahkan di bait Allah.

Rasul Paulus juga dalam pelayanan misinya menerapkan pembelajaran sebagai sarana

untuk mengembangkan pelayanannya. Panggilan rasul Paulus sebagai rasul bagi bangsa

lain dan bangsa Israel seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 9:15, ”Tetapi firman

Tuhan kepadanya: Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk

memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang

Israel.” Panggilan ini menuntutnya untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk

menggunakan strategi, pendekatan untuk mencapai tujuan pelayanannya, karena ruang

lingkup pelayanan rasul Paulus lebih luas bila dibandingkan dengan kedua belas rasul.

Pelayanan rasul Paulus bersifat multi etnis, keyakinan dan daerah, sehingga pelayanan

1
Kenneth O Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen (Malang: Gandum Mas, 1998), 20
rasul Paulus memerlukan strategi, pendekatan atau model yang semuanya

terangkum dalam model pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan dalam

pelayanannya.

Melalui model pembelajaran yang diterapkan oleh rasul Paulus, ia dapat

menyelesaikan tugas pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Di akhir

pelayanannya ia berkata dalam 2 Timotius 4:7, ”Aku telah mengakhiri

pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah

memelihara iman” dapat mengakhiri pelayanannya dengan baik dan dapat

meregenerasikan pelayanannya kepada generasai selanjutnya. Jadi program

pembelajaran dalam gereja sangat membutuhkan model pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran dalam gereja. Model pembelajaran akan

mempermudah para pekerja gereja untuk menyampaikan kebenaran Firman

Tuhan dengan baik. Begitu pula warga jemaat sebagai peserta didik akan dengan

mudah menerima pembelajaran yang disampaikan sehingga dapat menopang

pertumbuhan jemaat dan juga pertumbuhan gereja secara keseluruhan.

Hal inilah yang akan dibahas dan diteliti dalam tesis yang berjudul

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RASUL PAULUS TERHADAP

PERTUMBUHAN JEMAAT GEREJA ALKITAB ANUGERAH MAKASSAR,”

diharapkan melalui tesis ini dapat menunjukkan dan membuktikan bahwa model

pembelajaran dapat mempengaruhi pertumbuhan gereja pada masa kini.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas maka

rumusan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam tesis ini yang

dirumuskan dalam kalimat tanya adalah sejauh mana model pembelajaran rasul Paulus
dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah

Makassar?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan pengaruh model pembelajaran Rasul

Paulus bagi pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar.

Mamfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan yaitu bagi pekerja gereja baik

Pendeta, Penginjil maupun Penatua agar dapat mengenal dan memahami model-model

pembelajaran Rasul Paulus dalam Pelayanan sehingga dapat meningkatkan kemampuan

mengajar dalam jemaat, dan juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dalam

jemaat. Bagi jemaat dapat dengan mudah memahami kebenaran yang ada dalam Alkitab

sehingga membantu pertumbuhan rohani jemaat dan bagi penulis, dan juga diharapkan

penelituan ini dapat menjadi referensi untuk menerapkan pembelajaran dalam pelayanan

gereja. Dan bagi penulis, tesis ini adalah salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan

mendapatkan gelar Magister Pendidikan Kristen (M.PdK).

Ruang Lingkup Penelitian

Dalam pembahasan materi dalam tesis ini, penulis membatasi pembahasannya

yang berfokus pada pembahasan model-model pembelajaran secara umum dan model

pembelajaran rasul Paulus, yang dapat dilihat dari surat-surat kiriman rasul Paulus dan

kitab-kitab lain sebagai pembanding, pembahasan ini didukung dengan buku-buku yang
berkaitan dengan materi yang dibahas, baik pendidikan maupun secara teologis

serta artikel atau kutipan-kutipan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran umum dalam penelitian ini, berikut ini

adalah sistematika penulisan tesis ini:

Bab I dimulai dengan pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II, membahas tentang tinjauan pustaka, dimulai dari tinjauan

umum tentang model pembelajaran yaitu defenisi model pembelajaran dan

macam-macam model pembelajaran, kemudian tinjauan alkitabiah tentang

model pembelajaran yaitu sumber pembelajaran, tujuan pembelajaran, dasar

alkitabiah model pembelajaran rasul Paulus yang berisikan tentang latar

belakang rasul Paulus, pengajaran rasul Paulus dan model pembelajaran rasul

Paulus yang terdiri dari 3 ( tiga ) bagian yaitu model pembelajaran dalam

membagi program Allah dengan tepat, model pembelajaran membagi sasaran

pelayanan dengan tepat dan model pembelajaran membagi tugas dengan tepat.

Kemudian membahas tentang pertumbuhan jemaat dan hubungan model

pembelajaran rasul Paulus dengan pertumbuhan jemaat dan terakhir kerangka

berpikir penelitian dan hipotesa penelitian.

Bab III, menguraikan tentang hal-hal yang berhubungan dalam metode

penelitian seperti tempat dan waktu penelitian yang terdiri dari letak geografis

Gereja Alkitab Anuegrah serta gambaran umum tentang Gereja Alkitab

Anugerah Makassar, proses menentukan populasi dan sampel


penelitian, tehnik pengumpulan data, Variabel Penelitian dan tehnik analisa data.

Bab IV, bagian hasil Penelitian dan Pembahasanterdiri dari karateristik

responden, deskripsi variabel penelitian, uji hipotesa dan pembahasan.

Bab V, kesimpulan pokok dari keseluruhan materi pembahasan ini,ditambah

dengan saran-saran yang aplikatif sifatnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka Tentang Model Pembelajaran

Pada bagian ini dibahas mengenai defenisi model pembelajaran secara umum

baik dari pengertian kamus dan pendapat dari beberapa ahli pendidikan, dan macam-

macam model pembelajaran serta hal-hal lain yang berhubungan dengan model

pembelajaran dalam ilmu pendidikan.

Definisi Model Pembelajaran

Secara etimologi menurut kamus besar bahasa Indonesia kata “model”

memiliki arti: 1.pola (contoh, acuan, ragam, dsb); 2.orang yang dipakai sebagai contoh

untuk dilukis (difoto); 3.orang yang (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yang

akan dipasarkan; 4.barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) tepat benar seperti

yang ditiru. 2 Sedangkan kata “pembelajaran” artinya proses, cara, perbuatan mengajar.3

Jadi model pembelajaran dapat diartikan sebagai “pola atau acuan dalam proses

mengajar.” Dalam ilmu pendidikan Muhammad Surya mendefinisikan pembelajaran

sebagai berikut: pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

2 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2008 ), 964.
3 Ibid., 24.
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. 4 Dan Kardi Soeparman dan Muhammad Nur mendefinisikan

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang m elukiskan prosedur

sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu. 5 B.S.Sidjabat menambahkan dalam kegiatan pembelajaran melibatkan

sejumlah aspek yaitu :

Aspek manusiawi, yaitu guru dan murid, aspek material yaitu kurikulum,
silabus, rencana pembelajaran, bahan pelajaran dan sumber pelajaran. Aspek
fasilitas yaitu ruangan kelas, alat tulis , media belajar. Dan Aspek prosedur yaitu
jadwal kegiatan, strategi dan metode, teknik penyampaian informasi dan
interaksi.6
Jadi berdasarkan data di atas maka penulis mendefinisikan model pembelajaran dalam

pelayanan gereja adalah “suatu pola atau acuan dalam menyusun prosedur proses

belajar-mengajar di dalam jemaat untuk memperoleh pertumbuhan pengetahuan dalam

kebenaran Firman Allah.” Model pembelajaran menjadi bagian dalam program

pelayanan gereja, ini sangat diperlukan oleh pekerja gereja dan jemaat sebagai jembatan

untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu pendidikan di dalam jemaat, Yusri Panggabean

dkk menyampaikan tujuan pendidikan ada dua , yaitu:

Pertama, untuk membentuk manusia yang mampu melakukan hal-hal baru,


bukan hanya mengulang apa yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya.
Kedua, membentuk pikiran (mind) yang dapat berpikir kritis. Ketiga, suka
membuktikan sesuatu (verify), tidak menerima saja apa yang ditawarkan
7
kepadanya.

4 Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung: Pustaka Bani


Quraisy,2004), 7.
5 Kardi Soeparman dan Muhammad Nur, Pengantar pada Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas ( Surabaya: Uni Press,2009),
9.

6 B.S.Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 266.


7 Yusri Panggabean at al, Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran ( Bandung: Bina Media Informasi, 2008), 70.
Istilah model pembelajaran sering disamakan dengan istilah lain seperti pendekatan

pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik pembelajaran dan metode pembelajaran.

Wina Sandjaya dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran; Berorientasi

Standar Proses Pendidikan memberikan penjelasan tentang hubungan antara beberapa

istilah ini, yaitu :

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut


pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan dan untuk mengaplikasikannya menggunakan metode
pembelajaran sebagai cara yang digunakan untuk mengaplikasikan rencana
pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan yang nyata dan praktis
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya metode pembelajaran
diterjemahkan dalam tehnik pembelajaran. Dan rangkaian dari pendekatan,
strategi, metode, dan tehnik menghasilkan model pembelajaran.8

Jadi pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, dengan kata lain

bahwa model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran, meskipun memakai istilah yang berbeda

namun semuanya masih dalam lingkup topik tentang model pembelajaran.

Pembahasan tentang model pembelajaran tidak terlepas dari peranan guru,

dalam hal ini adalah pengajar di dalam jemaat yaitu pendeta dan para penatua.

Kemampuan pengajar dalam menggunakan model pembelajaran memberikan pengaruh

bagi keberhasilan pembelajaran dalam jemaat. Oleh sebab itu pengajar dalam jemaat

perlu mempelajari berbagai ragam model pembelajaran, sehingga dapat menyampaikan

8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan


(Jakarta: Kencana, 2008), 128
kebenaran Firman Tuhan dengan menarik dan sesuai dengan kebutuhan jemaat.

Sardiman A. M. berpendapat tentang guru ia berkata:

Guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-
mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut
bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar,
seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media,
bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru
menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan
9
pembelajaran yang kondusif.
Colin Marsh menambahkan dengan menyatakan bahwa “Guru harus memiliki

kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional,

mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi.

Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar.”10 Berikut

ini beberapa mamfaat yang didapatkan melalui penguasaan beragam model

pembelajaran, yaitu:

Pertama, pengajar dapat merancang proses pembelajaran sesuai dengan tujuan


yang diinginkan sesuai dengan memamfaatkan dan meningkatkan kekuatan serta
kelebihan masing-masing model pembelajaran sambil menghindari atau
menekan faktor kelemahan dan kekurangannya. Kedua, mengurangi faktor
kejenuhan siswa yang biasanya menguat dalam pembelajaran yang cenderung
berlangsung begitu-begitu saja dari masa ke masa. Ketiga, membantu
menyesuaikan pada tempat dan keadaan tertentu. Sehingga dapat menjangkau
lebih banyak dan beragam.11

Berdasarkan defenisi model pembelajaran di atas, maka penulis berpendapat bahwa

model pembelajaran bukan suatu tujuan tapi hanya sebagai alat dimana masing-masing

model memiliki kekuatan dan kelemahan, namun meskipun demikian model

pembelajaran sangat memberikan pengaruh bagi keberhasilan pembelajaran.

9 Sardiman, A. M., Interaksi dan motivasi belajar-mengajar (Jakarta: Rajawali.,2004), 165.


10 Colin Marsh., Handbook for Beginning teachers (Sydney : A.W Longman
Australia Pry Limited,1996), 10.
11 Yusri Panggabean et al, Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran ( Bandung:
Bina Media Informasi, 2008), 71.
Untuk lebih memahami tentang model pembelajaran berikut ini akan dibahas

macam-macam model pembelajaran secara umum.

Macam-Macam Model Pembelajaran

Bagian ini akan membahas beberapa model pembelajaran. Hal yang perlu

diperhatikan bahwa tidak ada satupun model yang bisa dikatakan yang terbaik namun

semuanya bisa membuat sesuatu menjadi terbaik bila dipergunakan dengan baik sesuai

dengan situasi dan kondisi proses belajar-mengajar.

Berikut ini adalah beberapa model pembelajaran yang ditinjau dari beberapa

dasar pengelompokan dalam ilmu pendidikan.

Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang sudah

umum ditemukan dalam praktek belajar mengajar. Selain sederhana namun mudah

untuk dilaksanakan. Menurut Richard Arends dalam bukunya “Learning To Teach”,

definisi pembelajaran langsung (Direct Instructions) yaitu “suatu model pembelajaran

yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh

informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini

sering disebut model pengajaran langsung.”12 Pendekatan dalam model pembelajaran ini

berpusat pada guru yang dalam hal ini adalah para pengajar di dalam jemaat baik itu

pendeta, penginjil dan penatua di mana mereka menyampaikan Firman Tuhan dalam

format yang sangat terstruktur, mengarahkan jemaat dalam pembelajaran sampai pada

pemahaman dan penerimaan mereka terhadap Firman Tuhan yang disampaikan.

12
Richard Arends, Learning to Teach ( Boston : Mac Graw Hiil, 2001), 264.
Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran langsung ini, antara lain : Pertama,

proses pembelajaran terpusat pada guru sebagai pemberi informasi. Roy Killen

memberikan istilah Teacher-Centered approach yaitu suatu pendekatan yang

berorientasi pada guru. Kedua, suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang

kondisi. Ketiga, lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya

pembelajaran. Keempat, materi ajar bersumber dari guru. Model pembelajaran langsung

bertujuan untuk memaksimalkan proses pembelajaran agar sesuai dengan waktu yang

diberikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model ini cakupan materi ajar yang

disampaikan lebih luas dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang lain.

Pengajar sebagai penyampai informasi dapat menggunakan berbagai media seperti film,

gambar, peragaan, ilustrasi dan lain sebagainya.

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Model pembelajaran berdasarkan masalah atau problem based learning (PBL)

yang selanjutnya dalam seluruh tulisan tesis ditulis model pembelajaran PBM. Model

pembelajaran PBM ini sering juga disebut dengan istilah lain seperti: project-based

instruction (pembelajaran berdasarkan proyek), experienced-based instruction

(pembelajaran berdasarkan pengalaman), euthentic learning (pembelajaran bermakna)

dan anchored instruction (pembelajaran bermakna). Menurut Richard Arends yang

dikutif oleh Ibrahim dan M. Nur definisi Model pembelajaran berdasarkan masalah :

Pembelajaran berdasarkan masalah adalah merupakan suatu pendekatan


sekaligus model pembelajaran di mana siswa diajarkan pembelajaran yang
autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri.13

13
Ibrahim, M, et al , Pembelajaran Kooperatif ( Surabaya : University Press., 2000), 10.
Model ini awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh Howard

Barrows pada tahun 1988 yang kemudian menjadi pelopor model pembelajaran PBM.

Model pembelajaran PBM ini merupakan model pembelajaran yang berusaha

menggabungkan antara kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulum

dirancang masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting sehingga

mahir dalam memecahkan masalah serta dapat bekerjasama dengan tim, sedangkan

proses pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dalam memecahkan masalah.14

Model pembelajaran PBM ini merupakan pendekatan yang efektif untuk

pembelajaran tingklat tinggi. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan

pengetahuan dasar maupun kompleks.15 Di sisi lain model pembelajaran PBM bukan

hanya sebagai metode pembelajaran tetapi juga metode berpikir, dimana peserta didik

dirangsang untuk berpikir kritis dengan setiap permasalahan yang ada di sekitar

terutama dalam proses pembelajarannya. Dengan demikian model PBM ini melatih

peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah melalui kemampuan dan

pengetahuannya sendiri.

Model pembelajaran PBM ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi

kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar suatu proses yang dalam, dimana

pelajar secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksinya dengan

lingkungan belajar yang dirancang oleh fasilitator pembelajaran. Teori yang

dikembangkan ini mengandung dua prinsip penting yaitu pertama, belajar adalah suatu

proses konstruksi bukan proses menerima (receptive process), kedua, belajar

dipengaruhi oleh faktor interaksi sosial dan sifat kontekstual dari pelajaran.

14 Muhammad Taufik M, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning


(Jakarta : Kencana, 2009), 21.
15 Ratumanan, T. G, Model Pembelajaran Interaktif dengan Setting Kooperatif (
Surabaya: PPS Universitas Surabaya ,2002), 123.
Richard Arends mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran (PBM) antara

lain: pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin,
16
penyelidikan autentik, menghasilkan produk dan memamerkannya dan kerjasama.

Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran PBM terdiri dari lima tahapan, yaitu

orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil

karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.17

Model Pembelajaran Diskusi

Model pembelajaran diskusi atau disebut juga discussion instruction. Ada

beberapa tokoh pendidikan yang memberikan pendapatnya tentang pengertian model

pembelajaran diskusi. Menurut Roy Killen yang dikutip oleh Martimis Yamin, “model

pembelajaran diskusi adalah suatu proses tatap muka interaktif dimana siswa menukar

ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab suatu pertanyaan,

18
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, atau membuat keputusan.” Surya

Dharma menambahkan bahwa “diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu

argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan

tertentu secara bersama-sama.”19 Jadi model pembelajaran diskusi ini menitikberatkan

pada pengetahuan dan kemampuan peserta didik sedangkan guru bertindak sebagai

pengarah proses pembelajaran, maka Roy Killen memberikan istilah model

16 Richard Arends, Learning to Teach, ( Boston : Mac Graw Hiil, 2001), 349.
17 Ibrahim, M, et al , Pembelajaran Kooperatif ( Surabaya : University
Press.,
2000),113.
18 Martimis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa ( Jakarta: Gaung Persada Press, 2009),
69.

19 Surya Dharma, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya ( Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional, 2008), 18.
pembelajaran diskusi ini memiliki ciri yang disebut student-Centered approach, yaitu

suatu pendekatan yang berorientasi pada peserta didik.

Selain membantu mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, model

pembelajaran diskusi juga merupakan ciri kehidupan yang demokratis dimana kita

diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar

persetujuan bersama. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan model pembelajaran diskusi

adalah: Pertama, meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran

dengan berkesempatan untuk bebas menyampaikan pendapatnya. Kedua, merangsang

peserta didik untuk berpikir secara kritis terhadap suatu pokok pembelajaran, dan

Ketiga, membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam

berkomunikasi.

Dalam pelaksanaannya model pembelajaran diskusi memiliki tahapan-tahapan

yang harus dilalui. Surya Dharma memberikan langkah-langkah melaksanakan diskusi

adalah :

Langkah persiapan, yaitu merumuskan tujuan, menentukan jenis diskusi,


menetapkan masalah yang akan dibahas serta mempersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi. Pelaksanaan diskusi,
yaitu memeriksa segala persiapan, memberikan pengarahan sebelum
dilaksanakan diskusi, melaksanakan diskusi, memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya
serta mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.
Menutup diskusi, membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan
sesuai dengan hasil diskusi. Dan me-review jalannya diskusi dengan meminta
pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan
selanjutnya.20
Dari kumpulan beberapa tokoh pendidikan berikut ini adalah beberapa jenis model

pembelajaran diskusi yaitu (1) Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion)

merupakan suatu bentuk diskusi yang memandang kelas sebagai satu kelompok

20
Surya Dharma, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya ( Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), 21-22.
sedangkan guru berperan sebagai pemimpin diskusi yang memprakarsai terjadinya

diskusi, (2) Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) merupakan suatu bentuk

diskusi dimana kelas atau kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil

yang terdiri atas 4-5 orang. Bentuk diskusi ini dilakukan untuk memperdalam atau

memperjelas pemahaman tentang suatu masalah atau bahan yang sedang dipelajari,

(3)Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang

panelis di hadapan pendengar yang tidak terlibat langsung dalam diskusi melainkan

hanya sebagai peninjau, (4) Brain Storming Group berlangsung melalui suatu kelompok

menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok

mengeluarkan pendapatnya. (5) Simposium. adalah suatu bentuk diskusi dengan

membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan

keahlian. Bentuk diskusi informal debate adalah suatu bentuk diskusi yang bertujuan

untuk mencari penyelesaian yang terbaik dimana peserta Diskusi dibagi menjadi dua tim

yang pro dan kontra terhadap suatu bahan diskusi bersifat problematis bukan yang

bersifat factual, (6) Colloqium adalah bentuk diskusi dimana seorang atau lebih

narasumber menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta diskusi. Model diskusi ini

bertujuan untuk memperjelas pelajaran yang sudah diterima.

Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual atau sering disebut Contextual Teaching and

Learning biasa disingkat dengan CTL merupakan suatu model pembelajaran yang lebih

memfokuskan pada pendekatan pada hal-hal yang mempengaruhi para peserta didik

dalam melaksanakan proses pembelajaran. Faktor budaya, kebiasaan, pendidikan dan

agama merupakan pengaruh yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran.

Elaine B. Johnson dalam bukunya yang berjudul Contextual Teaching And Learning

memberikan definisi tentang model pembelajaran kontekstual dengan mengatakan


“Pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang bertujuan untuk

membantu peserta didik melihat makna dalam materi akademik dengan

menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa

yaitu dengan konteks kehidupan sosial dan budaya.”21 Menurut Nurhadi :

Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan


konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang mereka miliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka, sebagai anggota
keluarga, masyarakat.22
Model pembelajaran CTL menjadi penghubung antara pengetahuan dengan kehidupan

nyata. Kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam

lingkungannya merupakan suatu tolak ukur keberhasilan pendidikan. Model

pembelajaran CTL dapat lebih dimengerti melalui beberapa istilah di bawah ini :

Model Contextual Teaching Learning (CTL) ini disebut juga belajar REACT,
yaitu relating ( belajar dalam kehidupan nyata ), experiencing (belajar dalam
konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan), applying (belajar dengan
menyajikan pengetahuan untuk kegunaannya), cooperating (belajar dalam
konteks interaksi kelompok), dan transferring (belajar dengan menggunakan
penerapan dalam konteks baru/konteks lain).23
Dalam penerapannya model pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama

yakni: Pertama, konstruktivisme (constructivism) yaitu proses membangun atau

menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.24

Bagian ini merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara

mental membangun pengetahuannya, yang didasari oleh struktur pengetahuan yang

dimilikinya. Kedua, menemukan (inquiry) yaitu proses pembelajaran didasarkan pada

21
Elaine B.Johnson, Contextual Teaching and Learning (California:Corwin Press Inc, 2002) ,
25.
22 Nurhadi, Pendekatan Kontekstual.( Jakarta: Depdiknas,2002), 1.
23 Yusri Panggabean at al, Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran ( Bandung:
Bina Media Informasi, 2008), 92.
24 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana, 2008), 118.
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. 25 Ketiga, pemodelan

(modelling), yaitu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh

yang dapat ditiru oleh setiap siswa.26 Melalui pemodelan peserta didik mampu mewujud

nyatakan pengetahuan dalam kehidupan yang kongkrit, sehingga peserta didik terhindar

dari pembelajaran yang teroritis, Keempat, masyarakat belajar (learning community),

yaitu suatu wadah tempat saling bekerja sama dan saling berbagi pengetahuan dan

pengalaman, dengan demikian peserta didik terbiasa dalam saling memberi dan

menerima pengetahuan sehingga terjalin pula hubungan saling ketergantungan secara

positif di dalam lingkungan belajar. Kelima, bertanya (questioning), bagi siswa kegiatan

bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis

inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan

27
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. . Keenam, refleksi

(reflection) adalah adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke

belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Siswa

mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru,

yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. 28 Melalui refleksi

peserta didik memberikan respon terhadap pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir

pembelajaran guru dapat melakukan refleksi untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi yang baru dipelajari dengan mengajukan pertanyaan atau tantangan

untuk berkomitmen dalam mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan

nyata. Ketujuh, penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) adalah proses untuk

menentukan dan mendapatkan informasi tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran.

25 Ibid., 119.
26 Ibid., 121.
27 Nurhadi, Pendekatan Kontekstual ( Jakarta: Depdiknas,2002),14.
28 Ibid.,18.
Macam-macam model pembelajaran yang telah disampaikan menunjukkan

keberagaman dalam penyampaian bahan pembelajaran, Setiap model pembelajaran

memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Model-model pembelajaran ini

menjadi acuan dalam pembahasan model pembelajaran Rasul Paulus.

Dasar Alkitabiah Tentang Model Pembelajaran

Sumber Pembelajaran

Rasul Paulus mengatakan dalam 2 Timotius 3: 16, “Segala tulisan yang

diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,

untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Dalam

perikop ayat ini rasul Paulus mengingatkan kepada Timotius sebagai orang yang akan

melanjutkan pelayanannya untuk tetap kuat dan waspada karena pada zaman akhir akan

muncul berbagai macam ajaran dan keadaan yang membuat iman orang percaya akan

goyah. Pengetahuan akan kebenaran Firman Tuhan melalui Alkitab akan memperkuat

orang percaya. Rasul Paulus juga menulis di Roma 15:4, “Sebab segala sesuatu yang

ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh

berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.” Kedua

ayat ini menunjukkan bahwa salah satu mamfaat dari kitab suci diberikan Allah adalah

untuk “mengajar” dan kitab suci diberikan adalah untuk menjadi “pelajaran bagi kita”.

Kitab suci menjadi sumber utama pembelajaran di dalam gereja. Karena kitab suci

(Alkitab) adalah Firman Tuhan yang memberikan kekuatan dan tuntunan bagi orang

percaya. Alkitab menjadi dasar penyusunan kurikulum dalam proses pembelajaran

dalam jemaat. Dengan demikian syarat utama bagi pengajar dalam jemaat adalah

memiliki keyakinan yang kuat bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan.

Tujuan Pembelajaran
Selanjutnya dalam tulisan Rasul Paulus dalam 2 Timotius 3:16, terdapat tujuan

pembelajaran, dalam ayat tersebut dikatakan, “ ... untuk menyatakan kesalahan, untuk

memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Menurut rasul

Paulus pengenalan akan kebenaran Firman Tuhan akan menjadi teguran terhadap dosa

yang dilakukan oleh orang percaya sehingga mereka dapat memperbaiki kelakuan

menuju pada pembaharuan yang diinginkan oleh Allah. Disisi lain Paulus Lilik

Kristianto dalam bukunya yang berjudul Prinsip dan Praktik PAK, ia memaparkan

dasar pembelajaran dalam Alkitab yaitu:

Tugas Pembelajaran yaitu Amanat agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-
20, Proses Pembelajaran yaitu memuridkan, Rasul Paulus berkata kepada
Timotius dalam 2 Timotius 2:2, ”Apa yang telah engkau dengar daripadaku di
depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat
dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain”. dan Tujuan Pembelajaran
yaitu mendewasakan. Rasul Paulus menulis dalam Efesus 4:11-13, ” Dan Ialah
yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita
Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi
orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,
sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar
tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai
29
dengan kepenuhan Kristus”
James E. Pleuddemann dalam pendahuluan buku Education That is Christian yang

ditulis oleh Lois E. Lebar mengatakan bahwa “Pendidikan Kristen merupakan akar-
30
rumput di tengah keluarga, gereja dan sekolah.” Hal ini dapat dilihat melalui

pendapat Marthin Luther tentang tujuan pendidikan agama Kristen, yaitu:

Tujuan pendidikan agama Kristen adalah untuk melibatkan semua warga jemaat,
khususnya yang muda, dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin
sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Tuhan Yesus Kristus
yang memerdekakan mereka di samping memperlengkapi mereka dengan
sumber iman, khususnya pengalaman berdoa , Firman tertulis, alkitab dan rupa-
rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya

29 Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik PAK (Yogyakarta: Yayasan Andi,2010),
6
30 Lois E.Lebar, Education That is Christian ( Malang: Gandum Mas, 2006), 8.
termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian secara
31
bertanggungjawab dalam persekutuan Kristen, yaitu Gereja.
Dan menurut Calvin bahwa:
Tujuan pendidikan agama Kristen adalah mendidik semua putra-putri Ibu
(gereja) agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas
sebagaimana dibimbing oleh Roh Kusus, - diajarkan mengambil bagian dalam
kebaktian serta mencari keesaan gereja, - diperlengkapi memilih cara-cara
mengejewantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa Yesus Kristus dalam
gelanggang pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah
kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka
32
yang dipilih dalam Yesus Kristus.

Berdasarkan pendapat dari kedua bapak gereja ini bisa dilihat bahwa pendidikan agama

Kristen menjadi suatu tanggungjawab yang harus dijalankan oleh gereja dengan

melibatkan semua warga jemaat dalam segala keberadaan mereka untuk mencapai

tujuan yaitu hidup yang senantiasa bersyukur atas kemerdekaan yang telah

dianugerahkan oleh Tuhan serta bertumbuh dalam pengetahuan dan kebenaran seperti

yang disampaikan rasul Paulus dalam I Timotius 2:3-4,” Itulah yang baik dan yang

berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang

diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” Untuk mencapai tujuan

pendidikan agama Kristen di atas maka diperlukan metode untuk membantu proses

pembelajaran. Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa metode kurang penting

namun Homrighausen mengatakan keduanya memiliki hubungan yang rapat antara apa

yang diajar dan bagaimana kita mengajarkan pokok itu.33 Namun Homrighausen juga

mengingatkan bahwa:

Metode senantiasa hanya jalan dan alat saja, bukan tujuan. Kita harus selalu
menuju pada maksud Firman Tuhan; Tak boleh kita mempergunakan metode
kita supaya mendapat hasil dan sukses secara duniawi. Dengan rendah hati dan
setia patutlah kita melayani melulu Firman Tuhan saja dengan cara-cara yang

31Robert R.Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen
Jilid 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 342
32Ibid., 415.
33 E.G.Homrighausen dan I.H.Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK
Gunung Mulia,1985), 88.
kita pakai dalam pekerjaan kita, serta mengharapkan bahwa metode-metode itu
akan menghasilkan iman, pengetahuan dan penuturan yang sejati dalam hidup
murid-murid kita.34
Alkitab sebagai sumber pembelajaran memiliki banyak model dalam menyatakan kehendak

Allah bagi manusia. Namun setiap model memiliki kekuatan dan kelemahan. Rick Warren

berkata, “Never Criticise any method that God is blessing”35 artinya jangan pernah

mengkritik metode-metode yang sedang Tuhan berkati. Satu hal yang perlu

dipertimbangkan bahwa metode hanyalah alat untuk mencapai tujuan jadi metode boleh

banyak namun metode tidak akan mengubah inti sebenarnya dari pengajaran pendidikan

agama Kristen yaitu Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat

dunia. Jadi pemahaman alkitabiah tentang model pembelajaran berikut ini dapat menjadi

landasan untuk memahami lebih dalam tentang model pembelajaran dalam Alkitab.

Dasar Alkitabiah Model Pembelajaran Rasul Paulus

Sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran rasul Paulus,

terlebih dahulu diperkenalkan latarbelakang rasul Paulus. hal ini perlu untuk diketahui

karena latar belakang rasul Paulus yang meliputi latar belakang kehidupan dan

panggilan rasul Paulus serta ajaran Rasul Paulus memberikan pengaruh bagi Paulus

dalam menjalankan proses pembelajaran dalam pelayanannya.

Latar Belakang Rasul Paulus

Latar belakang Paulus meliputi 3 (tiga) bagian besar yaitu latar belakang

kehidupan dan panggilan Rasul Paulus serta ajaran Rasul Paulus. Berikut ini adalah

penjabaran ketiga hal tersebut:

34 Ibid., 90.
35 Rick Warren, The Purpose Driven Church ( Manila: OMF Literature, 2002), 156.
Latar belakang kehidupan dan Panggilan Rasul Paulus

Paulus adalah seorang rasul Tuhan dimana kata “rasul” dalam kamus besar bahasa

Indonesia artinya orang yang menerima wahyu Tuhan untuk disampaikannya kepada

36
manusia. Dalam Strong’s Concordance “rasul” dalam bahasa Yunani

(apostolos) yang artinya seorang ”utusan”, khususnya seorang utusan laskar Kristus,

rasul Kristus, dengan kuasa mujizat: rasul, pemberi kabar, dia yang diutus.37

nama Paulus sebelum bertobat adalah Saulus, nama dalam bahasa Ibrani, ia adalah

orang yang menganiaya orang-orang percaya termasuk Stefanus dikatakan dalam Kisah

Para Rasul 8:1, “Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh”, ia dilahirkan di

Tarsus yaitu sebuah kota yang terkemuka zaman itu di wilayah Kilikia. Tarsus menjadi

kota pusat perdagangan. Selain itu Tarsus juga menjadi kota ilmu pengetahuan, banyak

orang pendatang yang belajar di sekolah-sekolah terkenal di Tarsus, dan kemudian

38
tersebar ke seluruh bagian kekaisaran Roma. Karena kemajuan kota Tarsus ini

membuat setiap anak yang cerdas terpengaruh oleh bahasa dan ide-ide kebudayaan

Yunani yang kafir. Pengaruh itu tampak dalam tiga rujukan sastra Yunani oleh Paulus,

yakni kepada penyair-penyair Epimenides (Kisah Para Rasul 17:28), Aratus (Titus 1:12)

39
dan Menander (1Korintus 15:33). Paulus memiliki kewarganegaraan Romawi, dan

ibunya adalah seorang Farisi, sehingga ia adalah seorang keturunan Farisi dan memiliki

kepercayaan Farisi (Kisah Para Rasul 21:39; 22:3, 25; 25:16) sehingga ia memiliki

pengetahuan yang kuat tentang tradisi-tradisi umat Yahudi. Ia juga memiliki

ketrampilan sebagai seorang pembuat kemah (Kisah Para Rasul 18:3; I Tesalonika 2:9)

dimana setiap murid hukum Taurat dianjurkan mempelajari suatu ketrampilan di

36 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :Pusat Bahasa Departemen Pendidikan


Nasional, 2008 ), 730.
37 James Strong, The New Strong’s exhaustive Concordance of the Bible (Tennesse : Thomas Nelson
Publishers,1982), 12.

38 John Drane, Memahami Perjanjian Baru ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996), 289.
39 Ibid., 290.
samping menuntut ilmu agar bermamfaat bagi kehidupan dan pelayanannya, ia belajar

di bawah bimbingan seorang filsuf Besar Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3) yang adalah

cucu dan pengganti rabi Hillel yang tersohor kira-kira tahun 60 SM-20 M. Jadi dari

beberapa fase kehidupannya ini maka John Drane menyimpulkan bahwa Paulus

memiliki tiga pengaruh utama yang ia dapatkan pada masa mudanya, yakni agama

Yahudi, filsafat Yunani dan agama-agama rahasia.40

Homrighausen menambahkan bahwa Paulus adalah seorang guru yang ulung, ia

benar-benar tokoh penting di lapangan pendidikan agama. Paulus sendiri dididik untuk

41
menjadi seorang rabbi bagi bangsanya. Dari segi kepribadian Tim Lahaye

menyimpulkan bahwa Paulus memiliki temperamen yang kolerik, karena Paulus adalah

seorang pemimpin yang alami, memiliki keyakinan yang kuat, dan penuh dengan ide

dan gagasan yang cemerlang.42

Rasul Paulus dipanggil Tuhan melalui penglihatan pada jalan menuju ke

Damsyik pada waktu Tuhan Yesus sudah tidak lagi melayani secara fisik di dunia. Pada

waktu perjalanan menuju ke Damsyik berdasarkan surat kuasa yang ia minta dari imam

besar untuk menangkap orang-orang yang mengikuti jalan Tuhan di Damsyik. Pada saat

mendekati kota Damsyik. Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya melalui sebuah

cahaya yang memancar dari langit mengelilingi dia, ia rebah ke tanah dan

kedengaranlah suara berkata kepadanya, “Saul, Saul mengapa engkau menganiaya

Aku?” Jawab Saulus, “Siapakah engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kau

aniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan

kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Paulus berdiri dari tanah dan mendapati

40 John Drane, Memahami Perjanjian Baru ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996), 291.
41 E.G.Homrighausen & IH.Enklaar, Pendidikan Agama Kristen
( Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008), 6-7.
42 Tim Lahaye,Transformed Temperaments (Illinois:Tyndale House Publisher,1993),
96.
dirinya buta. Beberapa orang yang ikut dengan dia menuntunnya dan membawanya ke

Damsyik. Selama tiga hari lamanya dia tidak dapat melihat dan tidak makan ataupun

minum. Dan Allah mengutus Ananias untuk meyakinkan Paulus akan panggilannya,

dimana Allah berkata kepada Ananias, Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah,

sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada

bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.” Pernyataan ini sangat

berbeda dengan panggilan terhadap kedua belas rasul, dimana ruang lingkup pelayanan

yang dipercayakan oleh Allah kepada Paulus lebih luas daripada kedua belas rasul.

Selain itu panggilan Paulus ini ditulis sampai tiga kali dalam Kisah Para Rasul yaitu

pada pasal 9:1-18, 22: 6:16 dan 26:12-18. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya

panggilan Paulus bagi pelayanan dan pengajaran kekristenan. Kejadian yang dialami

Paulus dalam perjalanan ke Damsyik ini mengubah seluruh kehidupannya. Dari seorang

penghujat menjadi alat Tuhan dan bahkan mengalami penderitaan demi pekabaran injil.

Paulus menggambarkan keadaannya melalui I Korintus 15:8 “Dan yang paling akhir

dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang

lahir sebelum waktunya.”

Untuk lebih memahami pentingnya panggilan Rasul Paulus maka

Cornelius.R.Stam dalam bukunya yang berjudul Things That Differ membandingkan

panggilan Rasul Paulus dengan keduabelas Rasul, sehingga melalui perbandingan ini

dapat dimengerti bahwa panggilan rasul Paulus sangat berpengaruh bagi perkembangan

pelayanan pada masa kini. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut43:

Pertama, kedua belas Rasul dipilih oleh Allah di bumi (Lukas 6:13) dan

mengenal Tuhan Yesus sejak Tuhan Yesus ada di bumi, sedangkan rasul Paulus dipilih

43 C.R.Stam, Things That Differ ( Chicago: Berean Bible Society, 1985), 79-80.
ketika Yesus sudah naik ke surga (Kisah Para Rasul 9: 3-5; 26:16) dan belum pernah

bertemu dengan Tuhan Yesus sewaktu masih di bumi.

Kedua, keduabelas rasul mewakili bangsa Israel, hal ini jelas dilihat dari janji

Tuhan kepada mereka. Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu,

sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di

takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua

belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Matius 19:28).” Sedangkan

Paulus sebagai seorang rasul yang mewakili tubuh Kristus. Di dalam diri Paulus

terdapat keturunan Yahudi (Filipi 3:5) dan memiliki warganegara Roma.

Ketiga, pelayanan keduabelas rasul pertama sekali diutus untuk mengabarkan

Kerajaan Surga sudah dekat (Matius 1:7) ke bangsa Israel dan melalui Israel bisa

dibawa sampai ke seluruh dunia( Kisah Para Rasul.1:6-8, 3:19-26). Sedangkan Paulus

diutus untuk mengabarkan injil kasih karunia Allah (Kisah Para Rasul 20:24, Efesus

3:1-3), ia tidak pernah mengabarkan tentang kerajaan surga sudah dekat.

Keempat, kedua belas rasul diberikan kuasa mujizat ( Matius 10:8) sedangkan

Rasul Paulus pada awalnya ia memiliki “tanda-tanda seorang rasul.” Karunia kuasa

mujizatnya ditarik oleh Allah berhubungan dengan pemberian wahyu Allah kepadanya

(I Korintus 13:8-13; 2 Korintus 12:7-10; Filipi 2:26-27; I Timotius 5:23).

Kelima, keduabelas rasul diutus kepada orang Israel untuk pertama kali dan

keselamatan orang bukan Israel adalah melalui kebangkitan bangsa Israel.(Matius

10:56; Lukas 24:47; Kisah Para Rasul 3:25-26), sedangkan Paulus di dalam

pelayanannya kedudukan bangsa Israel dan orang bukan Israel adalah sama di hadapan

Allah sebagai anggota tubuh Kristus. (Roma 3:22-23; 10:12-13)


Perbandingan ini menunjukkan dengan jelas bahwa rasul Paulus bukan bagian

dari kedua belas rasul dan bukan pula penerus dari pelayanan kedua belas rasul. Karena

ada pendapat yang menyimpulkan bahwa rasul Paulus adalah rasul yang ketiga belas,

Paul Sadler menyikapinya dengan mengatakan, “Paulus memiliki pelayanan yang

berbeda dari keduabelas rasul yang lain, ia dipanggil Allah dari surga untuk

memperkenalkan betapa dalamNya kasih karunia Allah kepada bangsa-bangsa di luar

bangsa Israel”.44 Lebih lanjut Paul Sadler menjelaskan bahwa:

Pendapat beberapa ahli yang menerima kesimpulan bahwa Paulus seharusnya


menjadi Rasul yang ketigabelas akan merusak sistem penomoran dari program
nubuatan, juga akan merusak keberlangsungan ketidaksalahan Firman Allah.
Nomor 12 adalah nomor pemerintahan, yang sudah permanen ditetapkan untuk
Israel. Ada 12 Putra Israel yang datang dari 12 suku Israel yang memiliki tanah
perjanjian yang dibagi ke dalam 12 bagian dengan 12 pangeran yang
memerintah suku-suku. Tuhan Yesus mengajarkan murid-muridNya bahwa
mereka akan duduk di 12 tahta untuk menghakimi ke-12 suku Israel (Matius
19:28). Karena kesetiaan mereka, mereka juga diberikan penghargaan yaitu
nama mereka akan ditulis pada keduabelas batu dasar di Yerusalem Baru
(Wahyu 21:14). Nubuatan tidak memberikan ruangan pada rasul yang
ketigabelas! 45
Rasul Paulus adalah rasul yang dikhususkan Allah untuk suatu panggilan yang khusus,

dimana Allah sudah berpaling dari bangsa Israel kepada bangsa-bangsa lain sebagai

akibat dari kekerasan hati bangsa Israel. Panggilan rasul Paulus menjadi suatu pintu

gerbang pekabaran Injil ke seluruh dunia tanpa ada batasan baik wilayah, suku, bangsa

dan budaya.

Dasar Pengajaran Rasul Paulus

Dasar pengajaran Rasul Paulus disampaikan dalam Efesus 3:2-3, Paulus

berkata :

44 Paul M Sadler, Exploring The Unsearchable Riches of Christ (Wisconsin: Berean


Bible

45 Ibid, 28-20
Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia
Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya
dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan
singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya
pengertianku akan rahasia Kristus, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu
tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di
dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus,yaitu bahwa orang-
orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan
anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus
Yesus.

Konteks dari perikop ini menurut E.K Simpson dan F.F.Bruce adalah rasul Paulus

dituntut untuk mempertahankan kerasulannya dengan kuat untuk menentang orang-

orang yang menyangkalnya, rahasia Kristus merupakan keunikan Injil yang

dipercayakan kepadanya.46 Lebih lanjut lagi Robert G Gromacki menjelaskan bahwa

Kitab Efesus terbagi atas 3 (tiga) bagian besar di mana bagian pertama pasal 1-3, Paulus

menguraikan tentang natur gereja sebagai tubuh Kristus dengan menunjukkan

kedaulatan panggilan, yang terbentuk dari orang Yahudi dan bukan Yahudi dan tujuan

kekal.47

Berdasarkan konteks terlihat bahwa pernyataan rasul Paulus ini menunjukkan

keyakinannya atas panggilan dan wahyu yang Tuhan sampaikan kepadanya. Paulus

menyatakan bahwa ia dipercayakan suatu tugas penyelenggaraan kasih Karunia Allah.

Tugas penyelenggaraan berasal dari kata οίκονομον artinya administration (of a

household or estate).48 Kata οίκονομον (oikonomian) merupakan gabungan dari kata

oikos artinya rumah dan nemo artinya mendistribusikan atau membagikan makanan

atau aturan-aturan. Jadi bila digabung artinya ”aturan rumah tangga, pengurusan

46 E.K.Simpson dan F.F.Bruce, The New International CommentaryOn The New


Testament (Grandrapid: WM.B.Eerdmans Publishing, 1980), 70.
47 Robert G.Gromacki, New Testament Survey (Grand Rapid: Baker Book House,1989), 247
48 James Strong, The New Strong’s Exhaustive Concordance Of the Bible
(Nashville:Thomas Nelson,1990), 62.
rumah tangga, jabatan mengurus rumah tangga, tugas mengurus, rencana,

pembinaan.” Dalam Alkitab Bahasa Inggris King James Version, kata οίκονομον

memakai kata ”Dispensation” sedangkan dalam Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan

baru diterjemahkan dengan : pengurus rumah, bendahara, yang kepadanya

dipercayakan, pelayan-pelayan, pengawas, pengatur rumah. Charles Ryrie menghitung

dalam Perjanjian Baru kata “Oikonomos” dipergunakan sebanyak dua puluh kali yaitu:

Kata kerja oikonomeo digunakan sebanyak satu kali dalam Lukas 16:2,
diterjemahkan sebagai "to be a steward” atau menjadi seorang bendahara, Kata
benda oikonomos dipakai sepuluh kali (Lukas12:42; 16:1,3,8; Roma 16:23; I
Korintus. 4:1, 2; Galatia. 4:2; Titus. 1:7; I Petrus. 4:10), biasanya diterjemahkan
sebagai steward (penatalayanan) atau manager (pengelola) dan juga bendahara
negeri dalam Roma. 16:23. Dan Kata benda oikonomia dipakai sembilan kali
(Lukas 16:2, 3, 4; I Korintus. 9:17; Efesus 1:10; 3:2, 9; Kolose 1:25; I Timotius
1:4).49
Jadi dari pengertian kata dispensasi ini maka Stam mendefinisikan tugas

penyelenggaraan atau dispensation adalah The Act of dealing out or That which is dealt
50
out, artinya suatu tindakan membagikan . C. I. Scofield mendefinisikan dispensasi

yaitu “suatu dispensasi adalah suatu masa ketika ketaatan manusia terhadap pernyataan

kehendak Tuhan tertentu itu diuji. Ada tujuh dispensasi berbeda semacam ini dalam
51
Alkitab.” Berkhof menanggapi pernyataan C. I. Scofield dengan mendefinisikan

dispensasi bahwa: “Itu merupakan suatu pengurusan, suatu penataan, atau suatu

pengadministrasian, tetapi tidak pernah merupakan suatu masa pengujian atau suatu

masa percobaan.”52 Frans Tamarol mengutip definisi dari Brown menuliskan “suatu

dispensasi (atau pembagian Kitab Suci) adalah Allah memperkenalkan apa yang

menjadi kehendaknya dalam waktu tertentu, dimana Allah membuat suatu peraturan

49 Charles C.Ryrie, Dispensationalism., terj, Ny.Endyahswarawati ( Malang:


Gandum Mas,1995), 33-34.
50 C.R.Stam, Things That Differ (Chicago:Berean Bible Society,1985), 17.
51 C.I.Scofield, The Scofield study Bible(New York:Oxford,1945), 5.
52 Louis Berkhof, Systematic Theology (Grand Rapids: Wm.B.Eerdmans
Publishing,
1941), 290.
dengan kepada seseorang, ujian kepada orang yang mau menerima atau menolak

53
wahyuNya.” Dari beberapa definisi di atas maka penulis lebih setuju dengan definisi

Brown, karena dispensasi berbicara tentang program Allah yang di dalamnya meliputi

adanya jangka waktu. Jadi dispensasi bukanlah semata-mata pembagian masa atau

waktu. Dalam dispensasi terdapat kehendak Allah yang diatur secara khusus bagi orang-

orang tertentu pada waktu tertentu, yang di dalamnya mencakup suatu jangka waktu

yang mungkin berbeda antara dispensasi yang satu dengan dispensasi yang lain. 54 Ryrie

memberi tanggapan bahwa age (zaman) dan dispensation bukan sinonim walau

keduanya mungkin persis sama ditilik dari penyelesaian historisnya. Pada dasarnya

suatu dispensasi terkait dengan pengaturan bukan terkait dengan waktu.55

Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

yang menjadi inti utama dari tugas penyelenggaraan yang dipercayakan kepada rasul

Paulus adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus baik Yahudi maupun

bukan Yahudi terbentuk menjadi satu wadah yang disebut sebagai tubuh Kristus. Dalam

program sebelumnya antara bangsa Yahudi dan bukan Yahudi memiliki kedudukan

yang berbeda di hadapan Allah dan bahkan bangsa bukan Yahudi selalu disebut bangsa

kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah, dan sampai Yesus sendiri menyebut bangsa

bukan Israel adalah anjing-anjing (Matius 15: 26). C.R. Stam menulis dalam program

rahasia Allah “Yahudi dan bukan Yahudi memiliki kedudukan yang sama di hadapan

Allah” (Roma 10:12, 11:32, Efesus 2:16,17).56

53 Frans P.Tamarol, Ayat-Ayat Alkitab Saling bertentangan, Benarkah?( Jakarta:


PELITA,
2005), 26.
54 Ibid., 25-26
55 Charles C.Ryrie, Dispensationalism ( Malang: Gandum Mas, 1995), 38.
56
C.R.Stam, Things That Differ (Chicago:Berean Bible Society,1985), 64.
Untuk lebih memahami tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah,

berikut ini adalah hal-hal yang termasuk dalam program tugas penyelenggaraan kasih

karunia yang tersembunyi pada masa terdahulu:

Pertama, orang Yahudi dan orang bukan Yahudi yang percaya kepada Tuhan

Yesus pada masa kini memiliki kedudukan yang sama dalam Tubuh Kristus. Donald

Guthrie mengatakan gagasan mengenai Tubuh Kristus ini menunjukkan betapa eratnya

ikatan yang mempersatukan semua orang percaya. 57 Paul Enns menambahkan bahwa

ilustrasi tubuh juga menekankan kesatuan dari semua orang percaya pada zaman gereja

merekonsiliasi orang Yahudi dan bukan Yahudi ke dalam satu tubuh.58 Dalam Efesus

2:14, Paulus mengatakan,

Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan
yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan
matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala
perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia
baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk
memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib,
dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.

Tembok yang memisahkan yang menimbulkan perseteruan itu dimengerti sebagai

sebagai Taurat Musa, yang melindungi bangsa Israel dari bangsa-bangsa lain, dengan

demikian mencegah bangsa bukan Yahudi datang kepada Allah.59 Jadi karena kasih

Yesus yang begitu besar sehingga ia rela mati di kayu salib untuk menebus dosa

manusia, sehingga orang yang dahulu adalah orang yang tidak layak datang kepada

Allah sekarang diperdamaikan dengan Allah dan di dalamNya tidak ada perbedaan

antara Yahudi dan bukan Yahudi, keduanya menjadi satu ciptaan baru yaitu anggota

Tubuh Kristus.

57 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3.,terj.Lisda Tirta Praja dkk (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1996), 71.
58 Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang: SAAT, 2003), 434.
59 Ibid.
Kedua, Yesus Kristus adalah kepala dari tubuh Kristus, rasul Paulus menulis

dalam Kolose 1:18 ”Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama

bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.”

Dan dalam Efesus 1:22-23,”Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki

Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang

ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan

kepala dari segala sesuatu.” Donald Guthrie menambahkan bahwa “konsep Kristologi

dalam Tubuh Kristus diperkenalkan dengan cara yang lebih khusus, Yesus sebagai

kepala mengendalikan jemaat, Ia dipandang sebagai sumber kehidupan dan kepenuhan

jemaat. Dialah yang paling utama (Kolose 1:18)”. 60 Dalam nubuatan tidak pernah

dikatakan bahwa Yesus adalah kepala dalam tubuh Kristus, di dalam program nubuatan

Yesus Kristus selalu dikatakan sebagai raja.

Ketiga, program Allah tentang gereja sebagai tubuh Kristus adalah suatu

kesatuan yang tidak sama dengan program Allah bagi bangsa Israel. Charles Ryrie

memberikan beberapa bukti untuk membedakan antara gereja dan Israel, yaitu:

(1).Dalam Perjanjian Baru, orang Israel dan bukan Israel jelas dibedakan setelah
gereja didirikan.(2) Orang Israel dengan jelas dibedakan dari gereja.(I Korintus
10:32),(3).dalam Galatia 6:16, ”Dan semua orang, yang memberi dirinya
dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas
mereka dan atas Israel milik Allah.” Memberikan bukti yang jelas bahwa gereja
berbeda dengan Israel.” 61

Pada saat ini yang berlangsung adalah program Allah kepada gereja yaitu perpaduan

antara Israel dengan bukan Israel menjadi satu tubuh, hal ini tidak pernah ditemukan

pada program Allah kepada bangsa Israel sebagai bangsa pilihan.

60 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3.,terj.Lisda Tirta Praja dkk (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996), 71.
61 Charles Ryrie, Teologi Dasar 2 ( Yogyakarta: Andi Offset, 1992), 191-192.
Keempat, berkat utama dalam Tubuh Kristus adalah berkat rohani, dalam

Efesus 1: 3 Rasul Paulus menulis, ”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus

yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam

sorga.” Dan dalam 2 Korintus 4:18 ,”Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan,

melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang

tak kelihatan adalah kekal.”sedangkan di dalam program nubutan berkat-berkat Allah

selalu berhubungan dengan hal-hal jasmani mulai dari berkat-berkat keturunan,

kesuksesan, dan berkat kerajaan yang akan didirikan di atas bumi.

Kelima, pengharapan gereja yang adalah Tubuh Kristus adalah menantikan

kedatangan Kristus diangkasa untuk mengangkat orang percaya ke sorga, dalam I

Korintus 15: 51-52, Paulus menulis, “ Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu

rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam

sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan

orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita

semua akan diubah.” Paulus juga menulis dalam I Tesalonika 4: 16-17:

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan
sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan
mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita
yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka
dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-
lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

Pengharapan gereja sebagai tubuh Kristus ini berbeda dengan pengharapan yang

dinantikan oleh bangsa Israel. Dalam Perjanjian Lama, para nabi menubuatkan tentang

kedatangan Yesus sebagai raja untuk mendirikan kerajaanNya di muka bumi ini.

Nubuatan Zakharia tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali adalah pada saat

Ia menginjakkan kakiNya di Kaki bukit Zaitun “Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak

di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan
terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar;

setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan.” (Zakharia

14:4). Hal ini disampaikan juga oleh malaikat kepada murid-muridNya sewaktu Ia mau

naik ke surga dari bukit Zaitun malaikat berkata dalam Kisah Para Rasul 1:11: ”Hai

orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang

terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama

seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” Menyikapi perbedaan ini maka Joel Finck

menyimpulkan tentang pengharapan bangsa Israel dan pengharapan tubuh Kritus

dengan istilah earthly hope untuk pengharapan bangsa Israel dan heavenly hope untuk

pengharapan tubuh Kristus.62

Model Pembelajaran Rasul Paulus

Dalam menjalankan panggilannya rasul Paulus sebagai seorang rasul yang

dipercayakan untuk menjalankan tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah

memerlukan model pembelajaran untuk dapat mencapai tujuannya. Sebagai seorang

guru, rasul Paulus harus memiliki kemampuan dalam menentukan model

pembelajarannya sehingga ia dapat menyampaikan isi pengajarannya. Dasar model

pembelajaran rasul Paulus dalam menjalankan tugas pelayanannya tertulis pada 2

Timotius 2:15 : “ Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang

pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran

itu.” Pernyataan rasul Paulus kepada Timotius ini merupakan salah satu perintahnya

dalam rangka melanjutkan pelayanan rasul Paulus yang sudah mau mengakhiri masa

pelayanannya, Sidlow Baxter mengatakan :

Paulus sadar tidak lama lagi ia sendiri akan meninggal; maka kedua surai ini
adalah perintah , supaya Timotius yang masih muda berani dan setia

62 Joel Finck, The Mystery (South Dakota: Grace Bible Publishing, 1997), 50.
”Memelihara Petaruh” itu pada hari-hari yang akan datang . Dalam I Timotius
1:11 intisari dari ”Petaruh” itu dinyatakan sebagai injil dari Allah yang mulia
63
dan Maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku.

Dalam ayat ini mengandung tiga kebenaran yang berhubungan dengan pembelajaran,

yaitu :

Pertama, kata usahakanlah dalam bahasa Yunani memakai kata spouda artinya

to make effort, be prompt or earnest, be diligent (forward), endeavour, labour, study.64

Dalam Alkitab New International Version memakai kata ”do your best ” artinya

lakukan yang terbaik, sedangkan dalam King James version memakai kata study artinya

belajar. Jadi berusaha melakukan yang terbaik melalui belajar merupakan perintah yang

terkandung di dalam ayat ini. Oleh sebab itu belajar Alkitab bukanlah hanya tugas

sebagian orang saja yang dianggap sudah terpilih untuk mempelajarinya seperti:

pendeta, gembala sidang, evangelis, penatua dan lain-lain. Alkitab diberikan untuk

menjadi pelajaran maka belajar Alkitab adalah perintah Tuhan bagi semua orang yang

percaya kepada Tuhan Yesus.

Kedua, sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu. Dalam King James

version diterjemahkan a workman that needeth not to be ashamed, ini adalah motivasi

dari seorang pengajar. Apabila seorang pengajar memiliki motivasi yang keliru dalam

menjalankan tugasnya sebagai pengajar dalam pendidikan agama Kristen maka akan

terjadi banyak kekeliruan dalam sistem pembelajaran pendidikan agama Kristen. Dalam

diktat kuliah Etika Mengajar, Ruth F. Selan memberikan penjelasan tentang syarat

seorang pengajar pendidikan agama Kristen. Salah satunya adalah “semua Guru PAK

harus mengalami pertobatan yang memiliki hubungan erat dengan Tuhan, memupuk

63 J.Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 4 (Jakarta:OMF Bina Kasih,1999), 158.


64 James Strong, The New Strong’s Exhaustive Concordance Of the Bible
(Nashville:Thomas Nelson,1990), 83.
kehidupan imannya dengan mempelajari Firman Tuhan dan menghidupinya setiap

65
hari.” Motivasi yang murni muncul karena memiliki hati yang murni. Sikap hati akan

mempengaruhi motivasi seseorang dalam menjalankan tugasnya. Jadi pertobatan

merupakan syarat mutlak bagi seorang pengajar PAK. Para pengajar harus menerima

Yesus di dalam hatinya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Rasul Paulus berkata dalam

Roma 10:9-10, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah

Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara

orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan

dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Dengan demikian

dalam hati seorang pengajar sudah ada Roh Kudus yang memurnikan motivasi tersebut.

“Menjadi seorang pekerja yang layak dihadapan Tuhan dan sebagai seorang pekerja

yang tidak usah malu” merupakan motivasi yang mendorong seseorang untuk tetap giat

dalam menjalankan tugasnya sehingga nama Tuhan bisa dimuliakan melalui

pelayanannya di dalam pendidikan agama Kristen.

Ketiga, ”yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” Pada

bagian ini mengandung model pembelajaran. Dimana kata ”berterusterang” dalam

bahasa Inggris ”rightly dividing” artinya membagi dengan tepat. Jadi bisa disimpulkan

bahwa belajar Firman Tuhan adalah perintah Tuhan kepada semua orang percaya agar

bisa menjadi pekerja/orang percaya yang tidak usah malu dengan cara membagi Alkitab

dengan benar.

Metode membagi dengan tepat ini menjadi model pembelajaran yang diterapkan

rasul Paulus dalam pelayanannya sebagai seorang rasul yang dipercayakan Allah untuk

bangsa Israel dan juga keluar bangsa Israel. Komitmen rasul Paulus yang ia nyatakan dalam

Kisah Para Rasul 20:24, ”Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja

65
Ruth F.Selan, Diktat kuliah Etika Mengajar ( Makassar: STT Jaffray, 2011), 12.
aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan

Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” Komitmen

tersebut akan tercapai dengan menggunakan metode ini disertai dengan pertolongan Roh

Kudus. Melalui metode ini rasul Paulus memiliki model pembelajaran yang terbagi dalam

tiga kategori yaitu : (1).Model pembelajaran dalam membagi program Allah dengan tepat,

(2).Model pembelajaran dalam membagi sasaran pelayanan dengan tepat, dan (3).Model

pembelajaran dalam membagi tugas dengan tepat.

Model Pembelajaran Dalam Membagi Program Allah Dengan Tepat

Rasul Paulus menuliskan dalam Efesus 3:2, “--memang kamu telah mendengar

tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena

kamu.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa rasul Paulus memiliki tugas tersendiri

dalam menjalankan pelayanannya. Lebih lanjut lagi pada ayat selanjutnya dalam Efesus

3:8-9, Paulus menuliskan, “Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus,

telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan

Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, dan untuk menyatakan apa isinya

tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang

menciptakan segala sesuatu.” Program Allah yang dipercayakan kepada rasul Paulus

terlihat jelas pada pembahasan sebelumnya tentang latar belakang dan dasar pengajaran

rasul Paulus. Allah membuat program untuk berhubungan dengan ciptaanNya

khususnya manusia sebagai penerima mandat untuk mengelola seluruh ciptaan Allah,

melalui program tersebut Allah menyatakan kehendakNya yang harus dijalankan oleh

manusia. Warren W.Wiersbe mengatakan bahwa:

Allah memiliki cara yang berbeda dalam mengatur programnya dari masa ke masa,
dan perbedaan-perbedaan pengaturan ini disebut oleh mahasiswa teologi sebagai
“Dispensasi” (Efesus 1:9-10). Prinsip Allah tidak berubah, tetapi metodeNya
berhubungan dengan manusia berubah sesuai dengan sejarah.66
Rasul Paulus dipercayakan oleh Allah untuk menjalankan salah satu dari program Allah

tersebut, yaitu program tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah atau The

Dispensation of Grace of God. Dalam menjalankan program ini tentunya banyak

tantangan yang ia hadapi, khususnya dari kalangan para imam Yahudi dan juga murid-

murid. Jadi sebagai seorang pengajar rasul Paulus menggunakan beberapa model

pendekatan dalam membagi program Allah dengan tepat, yaitu:

Pertama, dalam setiap keadaan Paulus lebih mengandalkan pengajaran daripada

karunia-karunia yang biasa digunakan oleh keduabelas rasul. Dari sejak awal

panggilannya Paulus sudah mengajar untuk membuktikan kerasulannya. Rasul Paulus

membuktikannya dengan membagi program Allah dengan tepat, dimana program yang

dipercayakan Allah kepadanya berbeda dengan program yang dipercayakan oleh orang-

orang sebelumnya. Untuk menunjukkan keunikan wahyu yang ia terima, Paulus sering

memakai istilah “injilku”, “injil yang kuberitakan” dan “injil yang kumasyurkan”

(Roma 2:16; Roma 16:25; II Timotius 2:8, I Korintus 15:1; Galatia 1:11). Untuk lebih

meyakinkan orang Galatia Paulus berkata, “Karena aku bukan menerimanya dari

manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya

oleh penyataan Yesus Kristus (Galatia 1:12).” Karena keadaan ini maka dalam

pelayanannya rasul Paulus lebih banyak berperan sebagai seorang guru. Prinsip

pembelajaran langsung diterapkan rasul Paulus di mana ia menjadi pusat pembelajaran

sebagai sumber pelajaran baik melalui tatap muka langsung atapun melalui surat-

suratnya. Paulus menyampaikannya dengan gaya bercerita atau berceramah.

Kedua, Paulus selalu terfokus pada pokok permasalahan. Dalam pelayanannya,

66 Warren W.Wiersbe, Be Rich : Are you losing things that money can’t buy?
(Wheaton:Victor Book, 1981)70.
Paulus berusaha untuk menjelaskan tentang program Allah yang dipercayakan oleh Allah

kepadanya. Karena itu menjadi pokok permasalahan yang ia temukan dalam pelayanannya.

Di mana menurut orang Yahudi dan juga para rasul pada saat itu, Paulus sedang

menyampaikan berita yang berbeda dengan yang mereka ajarkan. Paulus menentang keras

tuduhan yang disampaikan oleh orang Yahudi kepadanya, ia tetap yakin bahwa injil

yang ia sampaikan adalah bukan dari manusia tetapi dari Yesus Kristus, sehingga terjadi

perdebatan antara Paulus dan orang-orang Yahudi, akhirnya jemaat Antiokhia

mengirimkan Paulus dan Barnabas untuk mendiskusikan tentang perdebatan ini dengan

para rasul. Charles Baker menanggapi keberangkatan Paulus ke Yerusalem dengan

berkata:

Kepergian Paulus dan Barnabas ke Yerusalem, bukanlah untuk menyatakan


apakah ajaran Paulus salah atau benar, tetapi agar Paulus dapat menyatakan
dihadapan Para Rasul bahwa sesuai dengan Galatia 2:2 , Allah telah
memberikan wahyu khusus kepadanya agar pergi ke Yerusalem untuk
menyampaikan dan memperjelas kepada orang-orang Yahudi bahwa Allah
telah memberikan kepadanya suatu injil yang diberitakan untuk bangsa lain
yang ia namakan “ Injil bagi orang tak bersunat”. Untuk membedakan Injil
yang ia beritakan dengan Injil yang diberitakan oleh Petrus yaitu “Injil bagi
67
orang Bersunat”(Galatia 2:7)
Model pembelajaran berbasis masalah diterapkan oleh Paulus dalam hal ini, Paulus dapat

melokalisir masalah yang sedang dipermasalahkan oleh orang Yahudi dengan membagi

dengan tepat program Allah yaitu program Allah yang dipercayakan kepada keduabelas

rasul dengan program Allah yang dipercayakan kepadanya. Berdasarkan model

pembelajaran yang diterapkan rasul Paulus dalam membagi program Allah dengan

benar maka dalam pelayanan gereja ada beberapa hal yang perlu diterapkan dalam

program pelayanan, yaitu:

1. Pembelajaran dalam Gereja

67 Charles Baker, Understanding The book of Acts (Michigan: Grace Mission Press,1981), 86.
Dalam perjalanan pelayanannya rasul Paulus pergi dari satu kota ke kota lain ke

luar Israel. Dalam setiap kota yang ia kunjungi, ia selalu pergi ke sinagoge dan tempat-

tempat ibadah orang Yahudi untuk mengajar, seperti yang tertulis dalam Kisah Para

Rasul 14:1, “Di Ikoniumpun kedua rasul itu masuk ke rumah ibadat orang Yahudi, lalu

mengajar sedemikian rupa, sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani

menjadi percaya.” Dan juga di kota-kota lain yang tertulis di Kisah Para Rasul 13:5;

17:1-2; 17:10; 18:4; 19:8; 22:19). Karena dalam tempat ibadah tanpa harus dipanggil

atau diundang orang sudah datang untuk beribadah dan Paulus dapat memberikan

pengajaran tentang program Allah yang dipercayakan kepadanya. Jadi ini merupakan

strategi yang dipakai oleh rasul Paulus, dimana ia melakukan pembelajaran dalam

jemaat untuk menyampaikan isi pengajarannya. Ia tidak perlu mencari orang karena

orang-orang sudah datang berkumpul di rumah ibadah. Melalui pembelajaran di rumah

ibadah, rasul Paulus berusaha meyakinkan orang Yahudi dan bukan Yahudi, para

petinggi maupun orang biasa sehingga banyak dapat percaya kepada Tuhan Yesus dan

menerima pengajaran Paulus. Meskipun ada sebagian yang menentang pengajaran rasul

Paulus namun itu tidak mengurangi semangat Rasul Paulus dalam menjalankan

pelayanannya. Ia menganggap bahwa itu merupakan bagian yang harus dihadapinya.

Pembelajaran dalam jemaat merupakan suatu bentuk pengembangan dari sekolah

minggu atau sunday school. Sekolah minggu biasanya diidentikkan dengan anak-anak

namun sebenarnya sekolah minggu adalah sebagai “sarana kegiatan dalam gereja untuk
68
melatih, memahami dan mempelajari Firman Allah secara bersama-sama.” Jadi yang

mengikuti sekolah minggu adalah semua kategori usia yang ada di dalam jemaat baik

dewasa, pemuda, remaja dan anak-anak. Praktek inilah yang sudah mulai hilang dalam

pelayanan gereja pada masa kini, yang masih tinggal hanya untuk kelas anak-anak dan

68 Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik PAK (Yogyakarta: Yayasan Andi,2010), 135.
remaja, Namun yang dewasa sudah jarang dan bahkan tidak ada. Richard Lawrence

mengatakan:

Untuk mencapai pengajaran yang efektif sehingga orang dapat saling melayani dan
bertanggungjawab penuh untuk menerapkan Firman Allah ke dalam kehidupan
secara pribadi adalah dengan jalan mengerti proses interaksi dengan Firman Tuhan,
karena Firman Tuhan bukan semata-mata informasi melainkan membukakan
kehidupan kita agar diteliti oleh Allah dan mengerti bagaimana caranya memberi
respons kepada Allah supaya kita dapat bertumbuh secara rohani .69
Proses interaksi inilah yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran dalam jemaat, jadi

selain khotbah yang sifatnya monolog perlu dimasukkan pembelajaran dalam liturgi ibadah.

Di dalam pembelajaran ini pendeta atau penatua sebagai pengajar memberikan materi yang

dibutuhkan jemaat dalam pertumbuhan rohaninya.

2. Pembelajaran di luar Gereja

Selain mengadakan pembelajaran di rumah-rumah ibadat, dalam pelayanannya

rasul Paulus juga mengadakan pembelajaran di luar rumah ibadat yaitu di dalam rumah

keluarga-keluarga yang rindu untuk dilayani. Dalam Kisah Para Rasul 20:20,

“Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu.

Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam

perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu.” Pembelajaran di dalam rumah

memberikan peluang yang besar bagi pengajar dan jemaat yang dilayani untuk

berinteraksi lebih banyak membicarakan hal-hal yang menjadi permasalahan baik itu

dalam doktrin ataupun kehidupan praktis sehari-hari.

Dalam pelayanan gereja masa kini pembelajaran ini lebih dikenal dengan pos

pemahaman Alkitab disingkat PA atau dalam bahasa Inggris “Bible Study”. Melalui pos

pemahaman Alkitab pembelajaran lebih terfokus pada masalah yang terdapat dalam

kekristenan ataupun hal-hal yang mengakibatkan kekeliruan dalam jemaat. Model

69
Richard O.Lawrence, Mengajarkan Alkitab secara Kreatif (Bandung: Kalam Hidup, 1970), 360.
pembelajaran diskusi dan pembelajaran berbasis masalah menjadi model yang dipakai

dalam menerapkan pembelajaran ini. Pos pemahaman Alkitab juga menjadi salah satu

strategi untuk memenangkan jiwa baru bagi Kristus.

Indikator pelaksanaan dan keberhasilan dari model pembelajaran dalam

membagi program Allah dengan tepat yang diterapkan dalam gereja masa kini dapat

dilihat dari :

1. Ketertarikan terhadap Pembelajaran

Seperti yang disampaikan oleh Ratumanan bahwa Model pembelajaran PBM

mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks para peserta didik, maka melalui

pembelajaran dalam gereja maupun di luar gereja akan dapat melatih jemaat untuk dapat

mengembangkan pembelajaran yang mereka terima tentang kebenaran Firman Tuhan

khususnya pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara

pribadi, dan juga di dalam menjalani kehidupan dan mampu mendapatkan solusi atas

setiap permasalahan yang dihadapi dan sudah tentu dibantu dengan kekuatan doa yang

senantiasa disampaikan kepada Tuhan.

Dalam pelayanannya rasul Paulus mampu memberikan daya tarik orang-orang

yang dilayaninya terhadap pembelajaran yang ia berikan. Hal ini karena kemampuannya

dalam memvariasikan model pembelajaran sehingga orang-orang yang sebelumnya

bertentangan dengan dia dapat menjadi pengikutnya.

2. Kemampuan membedakan program Allah.

Setiap gereja memiliki dasar pengajaran masing-masing sesuai dengan dasar

teologi yang dibangun. Oleh sebab itu setiap gereja memiliki keunikan tersendiri dalam

praktek-praktek pelayanan yang dilakukan di dalam gereja masing. Hal ini tentunya
menimbulkan kebingungan bagi kaum awam dalam memposisikan dirinya di tengah-

tengah keunikan-keunikan tersebut. Jadi melalui model pembelajaran membagi Firman

Allah dengan tepat semua keunikan itu akan dapat diketahui penyebabnya, semuanya itu

adalah karena ketidakmampuan dalam membedakan program Allah dengan tepat,

sehingga ada banyak praktek-praktek yang dilakukan kelihatannya dibangun atas dasar

Alkitab namun sebenarnya bukanlah sesuatu yang harus dipraktekkan pada masa kini.

Allah sudah mewahyukan program Allah melalui rasul Paulus yang ditujukan kepada

orang percaya yang hidup dalam tugas penyelenggraaan kasih karunia ini. Oleh sebab

itu keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran membagi program Allah dengan tepat

dapat diukur dari kemampuan jemaat dalam membedakan program Allah bagi umatNya.

Seperti yang diterapkan oleh rasul Paulus dimana pada saat terjadi permasalahan di

dalam jemaat, Paulus mampu membedakan setiap program Allah sehingga orang yang

diajar dapat dengan mudah mengerti. Karena melalui model ini akan memberikan

jawaban atau solusi terhadap hal-hal yang kelihatannya bertentangan di dalam Alkitab.

Model Pembelajaran dalam Membagi Sasaran Pelayanan dengan Tepat

Pelayanan rasul Paulus mengandung lingkup pelayanan yang lebih luas

dibandingkan dengan keduabelas rasul. Rasul Paulus memiliki sasaran pelayanan yang

lebih komplikasi. Karena pelayanannya tidak dibatasi oleh daerah, budaya, status,

jabatan, dan pendidikan. Paulus berkata dalam Galatia 3:28, “Dalam hal ini tidak ada

orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-

laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Konteks

ayat ini adalah kesatuan di dalam Kristus, rasul Paulus menjelaskan kepada orang

Galatia yang masih terpengaruh dengan ajaran Hukum Taurat yang selalu menawan

mereka. Yesus Kristus telah menggenapi seluruh tuntutan Hukum Taurat tersebut

sehingga barangiapa yang hidup oleh iman kepada Tuhan Yesus akan dipersatukan
menjadi satu dalam Kristus. Charles Baker menanggapi hal ini dengan mengatakan

“Amanat melalui Paulus tidak lagi memandang manusia pada latar belakang

kedagingan, manusia dipandang sudah mati, dengan semua pembedaan keduniawian

dan kedagingannya telah lenyap. Semua orang dipandang sudah mati melalui kematian

Kristus, sehingga telah menjadi calon kehidupan kekal.”70

Dengan demikian objek pelayanan Paulus bersifat heterogen, maka untuk

menghadapi keberagaman dalam pelayanannya maka rasul Paulus menggunakan model

pembelajaran kontekstual, dimana melalui model pembelajaran kontekstual ia dapat

mempersatukan pengetahuan dengan keadaan nyata. B.S Sidjabat mengatakan bahwa

“strategi pembelajaran kontekstual mengasumsikan konteks kehidupan sosial dan

budaya merupakan sumber serta media belajar yang penuh makna.”71 Untuk itulah rasul

Paulus berusaha membagi sasaran pelayanan yang sedang ia layani, Paulus harus

memiliki kemampuan dalam memilah-milah kelompok yang sedang ia layani agar

pembelajaran yang ia lakukan dapat diterima sesuai dengan konteks orang yang

dilayaninya. Jadi pada saat dengan orang Yahudi ia akan seperti orang Yahudi, dengan

orang yang hidup di bawah Hukum Taurat ia hidup seperti orang yang hidup di bawah

Hukum Taurat, dengan orang lemah ia menjadi seperti orang lemah (IKorintus 9:21-23).

Demikian pula pada saat ia ada di Athena, rasul Paulus melihat kota itu penuh dengan

patung-patung berhala. Paulus berusaha untuk menyelidiki dan mencari media yang

dipakai dalam konteks Yunani, dan akhirnya melalui sebuah tulisan pada sebuah

mezbah tertulis, kepada Allah yang tidak dikenal (Kisah Para Rasul 17: 23), melalui

tulisan ini Paulus memperkenalkan Allah yang benar yang telah menciptakan langit dan

bumi yaitu Tuhan Yesus Kristus. B.S Sidjabat menjelaskan:

70 Charles F.Baker, A Dispensational Theologi.,terj.Johan Pandelaki ( Jakarta: Pustaka


Alkitab Anugerah, 2009), 737.
71 B.S.Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 286.
Ketika melayani di Athena, ia melakukan pengamatan beberapa waktu untuk
mengerti pola pikir, kebiasaan, dan tradisi masyarakat di sana. Ia juga bertukar
pikiran dengan orang-orang terpelajar di pasar atau tempat pertemuan ( Agora).
Walaupun tidak semua menerima berita Injil, sejumlah orang menjadi murid
Tuhan ( Kisah Para rasul 17:16-34)72

Kemampuan rasul Paulus dalam menjalankan pembelajaran kontekstual sangat

membantu dalam perluasan pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Dan bahkan

kemampuan rasul Paulus dalam pelayanan kontekstual untuk beberapa kali ia dapat

lepas dari permasalahan yang sampai mengancam nyawanya seperti pada waktu ia ada

di markas orang Romawi untuk disesah, Paulus berkata,” bolehkah kamu menyesah

warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?.” Secara kontek Paulus mengetahui undang-

undang yang berlaku di Roma, dimana sejak republik Roma didirikan di dalam undang-

undang kewarganegaraannya telah diatur bahwa warganegara Roma dikecualikan dari

segala bentuk hukuman yang merendahkan si terhukum. Mengetahui hal itu maka para

tentara yang hendak menyesah Paulus mundur. Peristiwa selanjutnya pada waktu Paulus

dihadapan mahkamah agama, Paulus memperhatikan bahwa yang hadir adalah golongan

orang Saduki dan golongan orang Farisi, ia tahu bahwa orang Saduki tidak percaya akan

kebangkitan dan adanya malaikat dan Roh sedangkan orang Farisi mempercayai

keduanya, ia berseru dalam mahkamah agama itu, katanya: ”Hai saudara-saudaraku, aku

adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena

aku mengharap akan kebangkitan orang mati (Kisah Para Rasul 23:6-7).” Karena

pernyataan itu maka terjadi keributan besar dan perpecahan di Mahkamah Agama dan

akhirnya pengadilan terhadap Paulus tidak berlangsung.

B.S.Sidjabat menjelaskan bahwa model pembelajaran kontekstual yang

diterapkan oleh Rasul Paulus ini sebenarnya diteladani dari Tuhan Yesus Kristus yang

telah bersedia menjadi manusia (inkarnasi). Ia datang ke dalam konteks Yahudi di

72
Ibid., 288
Palestina pada masa lalu.( Yohanes 1:14). Ia hidup di tengah masyarakat selama kurang

73
lebih 33 tahun. Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual, bukan berarti

bahwa Paulus kompromi terhadap kebudayaan, pengetahuan atau kebiasaan manusia

yang di dalamnya masih terdapat unsur dosa, melainkan ini adalah salah satu

kemampuan rasul Paulus di dalam pelayanan kontekstual atau sering juga disebut

pelayanan lintas budaya, ia harus bisa melihat cara yang terbaik untuk bisa

memenangkan orang yang dimaksud tanpa harus secara ekstrim menghilangkan budaya

setempat.

Pengalaman yang bermakna dialami rasul Paulus dengan menerapkan model

pembelajaran kontekstual, sehingga ia dapat menghibur dan menguatkan serta

mendorong orang percaya agar tetap berpegang teguh akan pengharapan kepada Tuhan

Yesus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi ia berkata dalam Filipi 4:12-13:

”Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala
hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku;
baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal
kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di
dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Model pembelajaran dengan membagi sasaran pelayanan dengan benar memberikan

dampak yang besar dalam pelayanan Paulus. Pencapaian orang-orang dari berbagai

kalangan berhasil diraihnya.

Dalam pelayanan gereja masa kini penerapan model pembelajaran ini dapat

diterapkan melalui pelayanan majemuk yaitu pelayanan yang tidak terikat pada suatu

suku, status sosial, pekerjaan, dan apapun yang membuat batasan antara individu yang

satu dengan yang lain. Melalui kemampuan menyesuaikan dengan sasaran yang dituju

oleh gereja maka diharapkan gereja mampu memenangkan jiwa-jiwa baru untuk Tuhan

73
B.S.Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 287.
dari berbagai latar belakang suku dan budaya. Sehingga terjadi kesatuan dalam Kristus

di dalam jemaat bersama-sama memuji dan memuliakan nama Tuhan.

Konsep pelayanan majemuk merupakan konsep pelayanan gereja sebagai tubuh

Kristus, dimana tubuh memiliki banyak anggota dan setiap anggota memiliki tugas

sesuai dengan kemampuannya masing-masing yang dikaruniakan oleh Allah. Masing-

masing anggota tubuh memiliki keunikannya masing-masing. Satu anggota tubuh tidak

boleh memaksakan kehendaknya harus dilaksanakan oleh anggota lain. Chris Marantika

mengatakan bahwa gereja sebagai tubuh Kristus memiliki tiga jenis hubungan yaitu satu

di dalam Kristus, kebersamaan dalam pelayanan untuk Kristus dan kebergantungan satu

dengan yang lain di dalam keluarga Allah.74

Pelayanan majemuk juga berhubungan dengan sikap gereja terhadap

kebudayaan, Richard Niehbur memberikan lima jenis kedudukan gereja di dalam

kebudayaan. Kedudukan ini menjadi pertimbangan gereja untuk memposisikan Kristus

di dalam kebudayaan. Adapun kelima kedudukan itu adalah:

Kristus menentang kebudayaan (Christ Against Culture), Kristus milik


kebudayaan ( Christ of Culture), Kristus di atas kebudayaan ( Christ on The
Culture), Kristus dan Kebudayaan dalam Paradoks (Christ and The Culture in
Paradox), dan Kristus sebagai mengubah kebudayaan (Christ transform the
75
culture).

Dalam pelayanan majemuk gereja diharapkan memiliki kepekaan terhadap kebudayaan

dalam mengambil tindakan seperti yang disampaikan oleh Richard Niehbur.

Kemampuan gereja dalam menentukan sikap terhadap budaya akan menopang

74 Chris Marantika, Principles & Practice of The World Mission ( Yogyakarta: Iman
Press,
2002), 34 .
75 Richard Niebuhr, Kristus dan Kebudayaan ( Petra Jaya: Jakarta 1995) , 5.
pertumbuhan pelayanan dalam setiap budaya, sehingga keberagaman di dalam jemaat

semakin nyata.

Indikasi keberhasilan pelaksanaan dan keberhasilan pelayanan majemuk dalam

pelayanan gereja masa kini sebagai penerapam model pembelajaran dalam membagi

sasaran pelayanan dengan tepat dapat dilihat dari :

1.Keberagaman dalam jemaat

Keberagaman dalam jemaat merupakan hasil dari pelayanan majemuk yang

dilakukan di dalam program pengembangan jemaat. Kebenaran Firman Tuhan tidak

dirasakan oleh masyarakat yang homogen saja, yang berdasarkan budaya, pekerjaan,

status sosial, bahasa dan lain sebagainya. Namun gereja yang melakukan pelayanan

majemuk akan menghasilkan kuantitas jemaat yang majemuk pula. Jemaat yang

heterogen bersatu dalam Yesus Kristus seperti yang dituliskan oleh rasul Paulus tentang

kesatuan orang-orang percaya dalam Kristus di Kolose 3:11, “dalam hal ini tiada lagi

orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar

atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam

segala sesuatu.” Dan selanjutnya Paulus menjelaskan dalam Kolose 3:14, “Dan di atas

semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan

menyempurnakan.”

Selain menghasilkan keberagaman dalam jemaat, pelayanan majemuk

menunjukkan bahwa Firman Tuhan adalah kebutuhan dari semua orang tanpa ada

batasan apapun. Melalui pembagian program Allah yang tepat maka Allah memiliki

program tersendiri bagi orang Yahudi maupun bukan Yahudi, dengan demikian setiap

orang yang mengerti program Allah dapat menikmati Firman Allah sesuai dengan

kebutuhannya.
2. Penerapan Firman Tuhan

Dalam I Korintus 9:19, Paulus berkata ”Sungguhpun aku bebas terhadap semua

orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan

sebanyak mungkin orang.” Dalam konteks ayat ini Paulus menjelaskan tentang

kedudukannya sebagai seorang rasul yang memiliki kuasa dari Tuhan dan tidak terikat

dengan kuasa apapun di muka bumi ini. Namun ia tidak membuat kedudukannya

tersebut untuk kesempatan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak

Tuhan. Justru Paulus rela menjadikan dirinya hamba bagi semua hanya dengan alasan

untuk memenangkan jiwa baru bagi Kristus. Dalam penerapan Firman Tuhan, Rasul

Paulus memposisikan dirinya sama seperti orang yang sedang dilayani. Hal ini menjadi

indikasi keberhasilan pelaksanaan pelayanan majemuk, dimana dengan memberikan

pembelajaran Firman Tuhan yang sesuai dengan sasaran pelayanan yang tepat maka

akan menghasilkan praktek penerapan Firman Tuhan yang benar. Rasul Paulus perlu

membagi dengan tepat sasaran pelayanannya, sehingga ia dapat menyesuaikan

pengajaran yang ia sampaikan sesuai dengan sasaran-sasaran pelayanannya demi

memenangkan banyak jiwa untuk Tuhan. Melalui penerapan Firman Tuhan yang sesuai

dengan program Allah yang sedang berlangsung menunjukkan Firman Tuhan bersifat

progressif dan dinamis, yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai

latarbelakang yang berbeda-beda. Dengan demikian Firman Tuhan menjadi kebutuhan

bagi seluruh manusia tanpa ada batasan apapun.

Model Pembelajaran Dalam Membagi Tugas Dengan Tepat

Dalam menjalankan tugasnya rasul Paulus mengibaratkan pelayanannya seperti

sekelompok orang yang bekerja mendirikan suatu bangunan. Ia memposisikan dirinya

sebagai seorang ahli bangunan yang cakap yang memimpin kelompok orang dalam
membangun suatu bangunan. Dalam 1 Korintus 3 :9-10, ”Karena kami adalah kawan

sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. Sesuai dengan kasih karunia

Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap

telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap

orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.” Paulus

memandang bahwa pelayanan yang dipercayakan kepadanya bukanlah pelayanan

individu tetapi pelayanan di dalam tim, sehingga dengan demikian dapat mempermudah

dan mempercepat pelayanan yang lingkupnya luas ini.

Oleh sebab itu pola membagi dengan tepat juga harus diterapkan dalam

pembagian tugas. Pembagian tugas yang tepat akan memberikan hasil yang tepat pula.

Model pembelajaran yang diterapkan oleh rasul Paulus dalam membagi tugas dengan

tepat adalah model pembelajaran diskusi. Dalam menjalankan model pembelajaran ini,

Paulus terlebih dahulu mempersiapkan melalui suatu wadah pembelajaran untuk melatih

orang-orang yang akan ditugaskan dalam membantu menjalankan tugasnya. Penerapan

model pembelajaran dalam membagi tugas dengan tepat dapat diterapkan pula dalam

pelayanan gereja masa kini dengan melakukan :

1. Pelatihan ( Training )

Pelatihan menjadi sarana pembelajaran untuk memperlengkapi orang-orang

yang terpanggil di dalam pelayanan. Rasul Paulus berkata dalam 2 Timotius 2:2, “Apa

yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada

orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” Ayat ini

menunjukkan bahwa rasul Paulus sudah mempersiapkan terlebih dahulu Timotius

sebelum ditugaskan di dalam pelayanan. Pelatihan untuk membekali Timotius baik

pengetahuan maupun kemampuan serta kedewasaan rohani menjadi persiapan awal


bagi seorang yang hendak terlibat di dalam pelayanan. Lebih lanjut lagi B.S.Sidjabat

menambahkan bahwa dalam pelayanannya Paulus membentuk dua pusat belajar yaitu :

Pertama, pusat belajar di Korintus, selama delapan belas bulan ia mempersiapkan

orang-orang percaya agar mampu bertahan menghadapi tantangan berat. Disana Paulus

mengajarkan Firman Allah ( Kisah Para Rasul 18:11) dan tentang Yesus ( Kisah Para

Rasul 18:25). Kedua, di kota Efesus Paulus membentuk komunitas belajar untuk

mempersiapkan para pekerja, baik penatua maupun pekerja lainnya. Tempat mengajar

itu disebut ruang kuliah Tiranus. Selama dua tahun Paulus menggunakan pusat

pembelajaran itu untuk memperkaya hidup orang percaya (Kisah Para Rasul 19:9-10). 76

Dalam surat kirimannya ke jemaat di Efesus, Paulus menegaskan orang-orang yang

diberi karunia khusus dari Tuhan agar memperlengkapi warga jemaat supaya semakin

dewasa dalam iman kepada Kristus (Efesus 4:11-16).77 Demikian juga jemaat di Berea

yang selalu meneliti kitab suci untuk menguji kebenarannya (Kisah Para Rasul 18:11-

12). Dengan demikian akan terbentuk para pelayan yang benar-benar siap dipakai di

dalam pelayanan yang memiliki pengetahuan yang benar serta kemampuan yang

mendukung pelayanannya dan kedewasaan rohani.

2. Pendelegasian

Setelah menjalani pelatihan, Paulus menugaskan murid-muridnya untuk

menjalankan tugas pelayanan ketempat-tempat yang menurut Paulus cocok untuk

mereka layani. Di dalam pelayanan Paulus orang–orang yang sudah dipersiapkan dan

ditugaskan dalam pelayanan yaitu, pertama, Titus ditugaskan Paulus untuk melanjutkan

pelayanannya di antara orang Kreta (Titus 1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan

perjalanan ke Makedonia (1Timotius 1:3). Tidak lama sesudah peristiwa

76 B.S.Sidjaba55t, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 54.


77 Ibid., 285
itu, Paulus menulis surat kepada Titus. menginstruksikan dia untuk menyelesaikan

pekerjaan yang telah mereka awali bersama. Kedua, Timotius ditugaskan untuk

menjalankan tugas pelayanan di jemaat Efesus (I Timotius 4:11 ; 6:2), ia mengingatkan

agar tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati (I Timotius 4:11; 6:2) juga

Paulus menghimbau untuk mengajar dengan segala kesabaran (2 Timotius 4:2) dan

harus mempercayakan tugas pelayanan kepada mereka yang cakap mengajar (2

Timotius 2:2). Paulus menginstruksikan Timotius mengenai syarat-syarat kerohanian

dan sifat bagi para pemimpin gereja dan memberikan gambaran tersusun dari macam

orang yang diizinkan menjadi pemimpin rohani gereja. Paulus mempercayakan

pekerjaan pelayanan kepada Timotius (1 Tim1:18). Ketiga, Epapfroditus seorang yang

membantu pelayanan Paulus, ditugaskan kembali bersama-sama dengan jemaat di Filipi

( Filipi 2: 25-29). Dan ada beberapa orang lagi yang ditugaskan Paulus untuk

melanjutkan pelayanan yang sudah pernah di layani yaitu seperti Febe yang melayani di

Kengkrea.

Pendelegasian tugas diterapkan rasul Paulus untuk menjalankan pelayanan

yang dipercayakan kepadanya. Mengingat kebutuhan pelayanan yang semakin banyak,

daerah yang dijangkau semakin luas dan orang yang dilayani semakin banyak. Maka

pendelegasian adalah strategi yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, hal ini

dapat dilihat melalui pendapat Yakob Tomatala mendefinisikan delegasi adalah sebagai

berikut, “delegasi adalah proses terorganisir dalam kerangka hidup organisasi/

keorganisasian untuk melibatkan sebanyak mungkin orang secara langsung dan pribadi

dalam pembuatan keputusan, pengarahan dan pengerjaan kerja yang berkaitan dengan

pemastian tugas.” 78 Salah satu penyebab kegagalan dalam gereja adalah pada saat

78 Yakob Tomatala, Kepemimpinan Kristen Yang Dinamis (Jakarta: YT Leadership, 1997), 195.
pelayanan bergantung pada satu orang saja, penyebab lain adalah pada saat gereja

merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa di dalam pelayanan.

Indikasi pelaksanaan dan keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan

pelatihan dan pendelegasian untuk melaksanakan model pembelajaran membagi tugas

pelayanan dengan benar adalah sebagai berikut :

1. Keterlibatan dalam Pelatihan

Keterlibatan dalam pelatihan merupakan tindak lanjut dari pengembangan

jemaat dalam pembelajaran, dengan demikian keterlibatan jemaat untuk diperlengkapi

melalui pelatihan merupakan indikasi kerinduan jemaat untuk lebih meningkatkan

komitmennya dalam pelayanan. Semua jemaat sebagai anggota tubuh Kristus memiliki

keunikan tersendiri dalam pelayanan, sehingga semua jemaat memiliki kesempatan yang

sama untuk terlibat dalam pelatihan.

Jadi dalam pelayanan gereja masa kini seharusnya selalu siap dalam

memfasilitasi atau sebagai sarana untuk melengkapi para jemaat dalam pelayanan, jadi

pelatihan sebagai sarana untuk memperlengkapi jemaat perlu dilakukan untuk

mempersiapkan jemaat dalam menjalankan tugas pelayanan yang akan dipercayakan

kepadanya. Melalui pelatihan jemaat dapat memahami serta tahu bagaimana menjadi

ahli dalam bidang pelayanan tertentu.

2. Keterlibatan dalam Pelayanan

Setelah diperlengkapi dengan pengetahuan dan kemampuan melalui pelatihan,

jemaat akan mengalami suatu proses pembentukan di dalam diri mereka secara rohani.

Tantangan baru untuk lebih terlibat dalam pelayanan sudah semakin nyata. Oleh sebab
itu gereja harus siap mengadakan pendelegasian kepada jemaat. Ini merupakan salah satu

hal yang penting bagi pertumbuhan gereja. Karena di dalamnya pemimpin gereja dapat

melibatkan seluruh anggota jemaat dalam tugas pelayanan. Pendelegasian merupakan suatu

bentuk pelayanan di dalam gereja dimana pemimpin gereja membagikan tugas dengan

memberikan kepercayaan kepada seseorang dalam jemaat suatu bidang pelayanan yang

dapat dijalankannya seperti pelayanan musik, doa, konseling, diakonia dan lain-lain. Rick

Warren mengatakan ”Small Churches become more effective when they specialize in what

79
the do best” artinya gereja-gereja kecil akan menjadi lebih efektif ketika mereka

mengkhususkan dirinya dalam apa yang terbaik mereka bisa lakukan. Ini menjadi motivasi

kepada para pemimpin gereja agar lebih peka terhadap potensi yang ada dalam gerejanya.

Pendelegasian merupakan suatu bentuk kepercayaan yang diberikan agar jemaat dapat

menunjukkan segala kemampuan mereka dalam pelayanan, sehingga bila ini terjadi dalam

jemaat maka semua jemaat akan terfokus pada tugas yang telah mereka terima dan berusaha

mengembangkan segala yang mereka miliki untuk dipakai dalam pelayanan.

Pertumbuhan Gereja

Pertumbuhan gereja merupakan hasil dari seluruh proses pelayanan yang

dilaksanakan oleh para hamba Tuhan. Termasuk Paulus dalam menerapkan semua

model-model pembelajaran adalah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yaitu

orang-orang yang dilayani dapat mengambil keputusan untuk menerima Yesus sebagai

Tuhan dan Juruselamat, seperti di Ikonium sejumlah besar orang Yahudi dan orang

Yunani menjadi percaya ( Kisah Para Rasul 14:1), di Tesalonika sebagian besar orang

79 Rick Warren, The Purpose Driven Church ( Manila: OMF Literature, 2002), 160.
Yunani dan beberapa perempuan terkemuka menjadi percaya kepada Tuhan (Kisah Para

Rasul 17:5).

Peter Wagner mendefinisikan pertumbuhan gereja adalah segala sesuatu yang

mencakup soal membawa orang-orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan

Yesus Kristus ke dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi

anggota gereja yang bertanggungjawab.80 Dari definisi ini pertumbuhan gereja berbicara

tentang pertumbuhan secara kuantitas dan kualitas, dimana perkembangan kuantitas

adalah pertumbuhan jumlah orang-orang yang dibawa kepada Kristus dan pertumbuhan

kualitas adalah membawa mereka pada pengenalan Kristus sehingga menjadi orang

percaya yang bertanggungjawab. Untuk memahami lebih dalam tentang pertumbuhan

gereja, perlu untuk mengetahui prinsip-prinsip Alkitab tentang pertumbuhan gereja.

George W. Peters mengatakan bahwa “Dia adalah penyebab langsung dari pertumbuhan

gereja. Pekerjaan rohani hanya bisa dilakukan oleh Roh Kudus. Dalam Kerajaan Allah

pernyataan tersebut meyakinkan: “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan

81
kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam” (Zakharia 4:6).

Peter Wongso sependapat dengan prinsip ini dengan mengatakan “Ide pertumbuhan

gereja bukan berasal dari pikiran manusia, melainkan dari kehendak Allah sendiri,

tatkala Allah menciptakan manusia, ia memberikan mereka agar bertambah banyak

dengan cara berkembang biak memenuhi bumi.”82

Jadi pertumbuhan gereja baik pertumbuhan kualitas maupun pertumbuhan

kuantitas berjalan seiring karena keduanya berasal dari Allah. Dengan memaksimalkan

potensi yang ada di dalam jemaat secara kualitas maka akan mendorong pertumbuhan

80 C.Peter Wagner, Gereja Saudara Dapat Bertumbuh ( Malang: Gandum Mas, 1996),
11.
81 George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja (Malang: Yayasan Yayasan
Gandum
Mas, 2002), 111.

82 Peter Wongso, Tugas Gereja dan Misi masa Kini (Malang:SAAT, 1996), 97.
dari segi jumlah yaitu secara kuantitas. Oleh sebab itu gereja sebagai tubuh Kristus yang

bertumbuh merupakan gereja yang mengfungsikan seluruh anggota- anggota yang

berbeda-beda serta fungsi dan kemampuan yang berbeda-beda. Chris Marantika

memberikan penjelasan tentang gereja sebagai tubuh Kristus dalam hubungan dengan

pertumbuhan gereja,bahwa:

Gereja adalah merupakan lembaga Ilahi , yang di dalamnya terdapat unsur-


unsur yang berbeda dan memiliki tiga Prinsip yang sama yaitu kesatuan di
dalam Kristus sebagai Hakikat Orang percaya (Inggris: oneness in Christ),
Kebersamaan dalam pelayanan bersama Kristus sebagai pola kerja mereka
(Inggris: Togetherness in The ministry for Christ) dan kebergantungan kepada
satu sama lain. (Inggris: Interdependence upon each other).83
Chris Marantika menambahkan bahwa prinsip kesatuan, kesamaan dan ketergantungan

ini tidak dapat diabaikan atau diperkecil kehadirannya dalam pertumbuhan gereja,

Semakin dalam penerapan ketiga prinsip ini maka pertumbuhan gereja semakin besar.

Secara praktis penerapan ketiga prinsip ini dapat dijangkau dengan pengadakan

program (1) doa bersama, (2) daya bersama, (3) dan dana bersama.84

Untuk mendorong penerapan prinsip kesatuan, kesamaan dan ketergantungan

di dalam gereja sebagai Tubuh Kristus maka perlu diketahui hal-hal yang akan dicapai

di dalam pertumbuhan gereja tersebut. Berikut ini adalah tiga hal yang menjadi

indikator pertumbuhan gereja yaitu hal-hal yang akan dicapai sebagai kerinduan bagi

para hamba Tuhan dan orang percaya yang punya kerinduan untuk bertumbuh di dalam

Tuhan.

Bertumbuh Dalam Pengetahuan Yang Benar

Pada bagian sebelumnya sudah disampaikan bahwa motivasi Paulus dalam

mempelajari kebenara Firman Tuhan adalah agar ia menjadi seorang pekerja yang tidak

83 Chris Marantika, Diktat Teologi Pertumbuhan Gereja (Yogyakarta:STII,2005), 47.


84 Ibid.
usah malu. Melalui pengetahuan yang benar yang dimilikinya ia dapat memberi jawab

atas apa yang diyakininya. Dalam surat-suratnya rasul Paulus selalu mengingatkan

kepada jemaat yang dilayaninya tentang kerinduannya seperti dalam Efesus 4:13 Paulus

berkata, “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar

tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan

kepenuhan Kristus” dan juga di dalam dalam Filipi 1:9, “ Dan inilah doaku, semoga

kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam

pengertian” dan dalam Kolose 3:10, “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-

menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar

Khaliknya” Dari beberapa pernyataan kerinduan Paulus kepada jemaat dilayaninya

maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan akan kebenaran tentang Allah menjadi

dasar bagi orang percaya untuk dapat bertumbuh secara rohani. Pengetahuan yang benar

tentang Allah khususnya tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat orang

yang percaya kepadaNya yang tentunya semuanya bersumber dari Alkitab yang adalah

Firman Allah. B.S.Sidjabat menyimpulkan tujuan Paulus mengajar adalah untuk

mengomunikasikan kebenaran Allah yang membebaskan dan memberikan hidup,

memperlengkapi senjata rohani, menolong supaya lepas dari belenggu “ ilah

aman” yang membutakan segi-segi dan kemampuan rohani mereka.85

Pengetahuan yang benar akan Firman Tuhan juga dapat memberikan

kepercayaan diri orang percaya dalam memberi jawab atas keyakinan yang telah

diterima. Dengan demikian orang percaya tidak akan diombang-ambingkan lagi oleh

ajaran dan filsafat kosong yang mengarahkan orang percaya menjauh dari Tuhan. Rasul

Paulus mengingatkan dalam I Timotius 4:16, “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah

ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau

85 B.S.Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 56.


akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.” Dalam ayat ini

rasul Paulus mengingatkan Timotius agar tetap bertekun dalam pengetahuan yang benar

agar tetap menjadi teladan bagi orang percaya, karena banyak ajaran-ajaran yang

berusaha menggoyahkan iman dari orang percaya pada masa itu.

Bertumbuh Dalam Kesaksian Yang Benar

Kesaksian merupakan wujud nyata yang kelihatan dari iman yang tidak bisa

dilihat oleh mata. Oleh sebab itu Kesaksian yang benar menjadi indikator pertumbuhan

rohani dari orang percaya. Rasul Paulus berkata dalam Efesus 2:10, “ Karena kita ini

buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang

dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Paulus juga

berkata dalam Kolose 3:17, “ Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan

atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap

syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” Dari beberapa pernyataan rasul Paulus ini

menunjukkan bahwa kerinduannya agar jemaat yang dilayaninya dapat bertindak sesuai

dengan iman mereka karena Allah menginginkan demikian. Pendapat yang mengatakan

bahwa Rasul Paulus tidak menonjolkan ajaran untuk berbuat baik adalah keliru, ia juga

mengatakan dalam Roma 6:1-2, “ Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan?

Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?

Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat

hidup di dalamnya?”

Rick Warren memberikan langkah bagi orang percaya untuk dapat menghasilkan

kesaksian yang baik yaitu: mengetahui apa yang akan dilakukan (pengetahuan),

mengapa melakukannya (perspektif), dan bagaimana melakukannya (kemampuan) dan

semuanya akan tidak berguna bila kita tidak punya keyakinan untuk termotivasi
86
melakukannya. Jadi bisa disimpulkan bahwa kesaksian hidup yang benar dimulai dari

pengetahuan akan Firman Tuhan, melalui pengetahuan tersebut akan timbul cara

pandang yang bertolak dari Firman Tuhan, kemudian pengetahuan dan cara pandang

tersebut diyakini sehingga memotivasi orang percaya untuk mampu melakukannya atau

menerapkan Firman Tuhan dalam kehidupannya pribadi.

Kesaksian hidup yang benar juga akan timbul karena adanya keberagaman

dalam jemaat. Sebagai anggota tubuh Kristus, rasul Paulus mengingatkan bahwa tiap-

tiap orang adalah anggota yang seorang terhadap yang lainnya ( Roma 12: 4-5), jadi

keberagaman tersebut mendorong orang percaya untuk saling mengasihi dan saling

mendahulukan dalam memberi hormat (Roma 12:10).

Bertumbuh dalam Komitmen

Bertumbuh dalam komitmen merupakan puncak dari pertumbuhan secara

rohani. Dimulai dari jemaat yang dilayani dari orang yang belum memiliki keyakinan

yang benar tentang Yesus Kristus hingga mengambil keputusan untuk menerima Yesus

sebagai Tuhan dan Juruselamat, kemudian belajar Firman Tuhan dengan belajar dan

bertumbuh dalam kesaksian yang benar dan mengambil komitmen untuk dipakai lebih

lagi di dalam pelayanan gereja. Rick Warren dalam mengembangkan potensi jemaatnya

agar bertumbuh dalam komitmen dalam jemaat ia berkata,

Di Saddleback, kami mengajar bahwa setiap orang Kristen diciptakan untuk


pelayanan (2 Timotius 1:9), dipanggil ke dalam pelayanan (Efesus 2:10),
diselamatkan untuk pelayanan ( 2 Timotius 1:9), Dipanggil ke dalam pelayanan
(I Petrus 2:9-10), dikaruniakan untuk pelayanan( I Petrus 4:10), dipercayakan
untuk pelayanan ( matius 28:18-20), diperintahkan untuk melayani ( Matius
20:26-28), dipersiapkan untuk pelayanan ( Efesus 4:11-12), diperlukan untuk

86 Rick Warren, The Purpose Driven Church ( Manila: OMF Literature, 2002), 355.
pelayanan ( I Korintus 12:27), bertanggungjawab untuk pelayanan, dan akan di
87
beri mahkota sesuai dengan pelayanannya ( Kolose 3:23-24)
Jadi kehendak Tuhan adalah supaya semua yang ia selamatkan juga dapat mengambil

keputusan untuk dipakai didalam ladang pelayanan Tuhan. Dengan potensi yang

dimiliki dari tiap-tiap orang yang percaya kepadaNya. Keberagaman yang mendorong

saling ketergantungan satu dengan yang lain, sehingga mereka saling membutuhkan dan

saling melayani.

Melalui ketiga indikasi pertumbuhan rohani ini maka dalam tubuh Kristus yang

memiliki anggota yang berbeda-beda harus bertumbuh seimbang dan serasi, supaya

dapat menghasilkan hasil pertumbuhan yang sempurna. Jika satu bagian anggota

bertumbuh tetapi yang lain tidak bertumbuh maka kelihatan agak aneh. Oleh sebab itu

karunia rohani yang diberikan kepada gereja harus bertumbuh secara bersama-sama.

Dengan demikian Roh Kudus akan mengembangkan semua karunia rohani tersebut dan

Allah akan memberikan pertumbuhan bagi tubuh Kristus, karena pertumbuhan itu

adalah berasal dari Allah sendiri.

Hubungan Model Pembelajaran Rasul Paulus dengan Pertumbuhan Gereja

Perkembangan pelayanan yang dijalankan oleh Allah kepada Rasul Paulus

mengalami perkembangan di mulai dari Antiokhia di benua Asia sampai ke Eropa

berkembang sangat maju. Setiap hari jumlah mereka semakin bertambah, Pengaruh

pelayanan rasul Paulus sangat besar disetiap daerah-daerah yang ia layani. Selain itu

jemaat juga bertumbuh secara rohani baik dalam pengetahuan yang benar, kesaksian

yang benar dan juga komitmen. Rasul Paulus merasakan buah dari pelayanannya

dimana jemaat di Filipi yang sudah bertumbuh dengan baik secara rohani berkomitmen

untuk terbeban di dalam pelayanan Rasul Paulus. ( Filipi 4:10) demikian juga jemaat di

87 Rick Warren, The Purpose Driven Church ( Manila: OMF Literature, 2002), 368
Roma yang sekali belum pernah dikunjungi rasul Paulus namun mereka bisa bertumbuh

dalam kebaikan dan dengan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati

(Roma 15:14).

Pertumbuhan ini terjadi karena adanya sarana pendukung yaitu model

pembelajaran yang diterapkan oleh rasul Paulus dalam pelayanannya. Pengajaran rasul

Paulus yang memiliki perbedaan dengan pengajaran para rasul sebelumnya namun

karena kemampuan rasul Paulus dalam menggunakan model-model pembelajaran

menghasilkan pertumbuhan rohani yang baik dalam pelayanannya. Tantangan dalam

pelayanan baik dari dalam maupun dari luar dapat dihadapinya dengan menggunakan

model-model pembelajaran tersebut.

Jadi model pembelajaran rasul Paulus memberikan pengaruh yang besar bagi

pertumbuhan rohani jemaat. Ajaran rasul Paulus yang memang ditujukan bagi gereja

pada masa kini menjadi lebih mudah untuk dimengerti dan diterapkan pada gereja masa

kini karena dibantu oleh model pembelajaran yang sudah lebih dahulu diterapkan oleh

rasul Paulus pada gereja mula-mula sehingga itu menjadi contoh bagi gereja pada masa

kini untuk mengembangkan model pembelajaran tersebut untuk meningkatkan

pertumbuhan rohani jemaat dan dengan pertumbuhan rohani akan mendorong

pertumbuhan jemaat secara jumlah seperti yang terjadi pada pelayanan rasul Paulus.
Kerangka Berpikir

Model Pembelajaran Rasul Paulus yang berdasarkan atas pola membagi dengan

Tepat menjadi sarana dalam mencapai tujuan pembelajaran Rasul Paulus. Melalui tiga

pembagian besar model pembelajaran rasul Paulus yaitu membagi program Allah

dengan tepat, membagi sasaran pelayanan dengan tepat dan membagi tugas dengan

tugas, akan menghasikan kualitas orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus

sehingga dapat bertumbuh secara rohani dan dengan pertumbuhan jemaat secara rohani

orang percaya akan terdorong untuk memenangkan jiwa baru untuk Kristus sehingga

merangsang pertumbuhan jemaat secara kuantitas.

Berikut ini adalah bagan kerangka berpikir dalam penulisan tesis ini:

Model Pembelajaran

Rasul Paulus

(Variabel X) Pertumbuhan Gereja

(Variabel Y)
1. Membagi Program Allah
dengan Tepat
- Ketertarikan terhadap
Pembelajaran
- Pemahaman Alkitab 1. Pengetahuan
2. Membagi Sasaran yang Benar
pelayanan dengan tepat
- Keberagaman dalam
jemaat 2. Kesaksian Hidup yang
- Penerapan
Firman Tuhan
3. Membagi Tugas
dengan tepat
- Keterlibatan dalam
3.
Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesa penelitian ini adalah

model pembelajaran rasul Paulus berpengaruh signifikan bagi pertumbuhan jemaat

Gereja Alkitab Anugerah di Makassar.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini berupaya menganalisis secara mendalam pengaruh model

pembelajaran rasul Paulus bagi pertumbuhan Gereja Alkitab Anugerah (GAA)

Makassar, selanjutnya dalam seluruh penulisan cukup ditulis GAA. Diharapkan dari

hasil penelitian ini pelayanan GAA Makassar dapat bertumbuh dengan menerapkan

model pembelajaran Rasul Paulus dalam pelayanan.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

adalah penelitian kuantitatif. Penelitian yang diberikan kuantitatif dilakukan dengan cara

pengisian angket yang diberikan kepada responden. Penulis menggunakan penelitian

kuantitatif karena dalam penelitian akan diperoleh data-data dalam bentuk angka-angka.

Tempat dan Waktu Penelitian

Letak Geografis dan Sejarah Singkat Gereja Alkitab Anugerah

Dalam penulisan tesis ini penulis melaksanakan penelitian di GAA Makassar.

GAA Makassar beralamat di Jl.Dirgantara No.53 Kampung Rama, kelurahan Paropo

kecamatan Panakkukang, kota Makassar, Sulawesi Selatan. Sejak tanggal 10 April 2010

gembala sidang adalah Ev.Agus Marulitua Marpaung,M.Th., dimana sebelumnya beliau

bertugas di GAA Jakarta. Secara nasional Gereja Alkitab Anugerah berdiri pada tanggal

27 Juni 1979 berkantor pusat di Jakarta dan terdaftar kembali di Departemen Agama RI
dengan No.70 tahun 1988. GAA termasuk dalam anggota Persekutuan Gereja dan

Lembaga Injili Indonesia (PGLII) dengan no anggota : 48/ PII/ Grj /1995 dengan

menggunakan sistem gereja yang bersifat Presbiterial sinodal.

Gereja Alkitab Anugerah merupakan gereja yang missioner, memiliki visi

untuk memproklamirkan Injil kasih karunia Allah bagi semua suku bangsa. Gereja ini

pertama kali berdiri melalui seorang misionaris Vernon Anderson dari sebuah badan

misi penginjilan yang bernama “Things to Come Mission” (TCM) dari Amerika Serikat.

Pertama kali keluarga ini singgah di Indonesia dalam perjalanan mereka dari Filipina ke

Australia dan Selandia Baru pada 1970. Tempat persinggahan mereka adalah Makassar,

Sulawesi Selatan. Kemudian mereka terpanggil untuk melayani di Indonesia. Selama

tiga tahun keluarga ini tinggal di Manado Sulawesi Selatan bekerja sama dengan

Yayasan Injil Anugerah yang beranggotakan para mahasiswa dan pemuda yang rindu

melayani Tuhan.

Kerjasama dengan TCM yang memiliki paham injili, fundamental dan

dispensasional mempengaruhi pengajaran dalam Gereja Alkitab Anugerah. Pada

dasarnya sistem teologi dispensasional tidak jauh berbeda dari paham injili dan

fundamental lainnya kecuali dalam penekanannya pada belajar Alkitab dengan membagi

secara tepat ”Rightly Dividing the Word of Truth” dan yang berdasarkan metode rasul

Paulus.

Paham-paham yang sangat ditekankan adalah: Alkitab adalah Firman Allah,

Allah adalah Esa dan berkeberadaan kekal dalam Tiga Oknum (Tritunggal), dan

keselamatan adalah hasil kasih karunia Allah yang didapatkan melalui Iman kepada

Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit. Karya keselamatan Kristus bagi manusia

telah sempurna tanpa perlu ditambahkan apa-apa pun. Karena tidak ada perbuatan,
usaha, atau upacara agama apa pun yang dapat ditambahkan pada karya keselamatan

tersebut. Orang-orang yang telah diselamatkan dalam dispensasi kasih karunia sekarang

ini adalah anggota-anggota gereja yang kudus dan Am, yaitu Tubuh Kristus, orang-

orang yang telah dipanggil ke luar karena telah percaya kepada Yesus Kristus sebagai

Tuhan dan Juruselamat mereka. Keanggotaan tubuh Kristus tidak dibatasi oleh golongan

gereja “denominasi”. Semua orang di mana pun mereka berada menjadi anggota Tubuh

Kristus pada saat mereka percaya.

Perkembangan pelayanan GAA pada saat ini sudah mencapai 18 propinsi di

Indonesia dan salah satunya adalah Propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki tiga titik

pelayanan yaitu kampung Rama dan Sudiang (Makassar) dan Palopo. Ketiga titik

pelayanan ini dimulai dari pelayanan yang dimulai dari Makassar. Melalui seorang

88
lulusan IAA (Institut Alkitab Anugerah) yaitu Jerry Maloring diutus melayani ke

Makassar pada tahun 1988. Dia memulai pelayanan bagi pemuda dan mahasiswa yang

disebut persekutuan Gema Penginjilan dan studi Alkitab (GEMPITA). Persekutuan ini

berkembang maju dan pada tahun 1992 diproklamirkan terbentuknya Gereja Alkitab

Anugerah Makassar dan ibadah perdana dilakukan di Jl.Andi Mangerangi dan Jerry

Maloring ditahbiskan menjadi pendeta GAA pertama di Makassar, kemudian

mengalami pergantian gembala sidang mulai dari Pdt.Amiruddin Wasugai,S.Th.,S.PAK

pada tahun 2000. Pada masa ini terbentuk persekutuan pemuda dan mahasiswa lainnya

yaitu Persekutuan Kristen Oikumene (PKO) Hidup baru yang dibina oleh Ev.Ir.Audy

Kadang, namun pada tahun 2003 persekutuan ini digabung ke persekutuan GEMPITA.

lalu Pdt.Amiruddin Wasugai,S.Th diganti oleh Pdt.Deny Sumajouw,S.Th tahun 2004,

lalu Pdt.Drs.Marthen Musa tahun 2007, Pdt.Yantje Waworuntu,B.Th tahun 2008 dan

sejak 10 April 2010 sampai saat ini Ev. Agus Marulitua Marpaung,M.Th. Persekutuan

88 IAA merupakan Sekolah Alkitab Pertama yang dibentuk dalam lingkup


pelayanan Gereja Alkitab Anugerah yang sekarang sudah berubah menjadi STT Anderson Manado
(STTAM)
GEMPITA yang sudah lama tidak aktif, dibangkitkan lagi dengan nama yang baru yaitu

Komunitas Pemuda Anugerah Kristus (KOMPAK) dan dibina oleh Ev. Agus Marulitua

Marpaung, M.Th dan Pnt.Benyamin Tangalayuk,SE.89

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan Juni 2012 sampai dengan

akhir bulan juni 2012 dengan menggunakan angket kuisioner.

Gambaran Umum GAA Makassar

Jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar berdomisili di berbagai lokasi di

Makassar dan berasal dari berbagai suku yaitu Toraja, Manado, Batak, Timor dan Jawa.

Hal ini disebabkan karena hampir 80% jemaat dalam Gereja Alkitab Anugerah adalah

hasil dari penginjilan dan pembelajaran dan 20% lagi adalah jemaat GAA yang pindah

dari daerah lain dan anak yang lahir dari jemaat GAA. Jadi pada umumnya jemaat GAA

Makassar melalui proses pembelajaran dahulu sebelum mereka mengambil langkah

untuk bergabung di dalam pelayanan GAA.

Adapun program pembelajaran yang diadakan dalam Pelayanan GAA adalah

Pertama, Pos Pemahaman Alkitab (PA) yang merupakan wadah penginjilan dan

Pembelajaran yang dilakukan diluar jemaat sebagai penjangkauan jiwa-jiwa baru,

Kedua, Kelas Alkitab Minggu, yaitu pembelajaran yang dilakukan di dalam jemaat yang

masuk dalam liturgi ibadah Minggu raya. Jadi selain berkhotbah ada juga pembelajaran

dimana jemaat dibagi menjadi dua yaitu kelas pemuda, dewasa dan kelas anak-anak.

Tenaga pengajar dalam pelayanan GAA Makassar adalah gembala sidang dan

dibantu oleh beberapa pengurus yang sudah dipersiapkan dan berkomitmen untuk

menjadi pengajar di dalam jemaat. Para pengajar ini sudah memiliki tugas masing-

89
Hasil wawancara dengan pengurus dan jemaat GAA Makassar.
masing baik itu pos-pos PA yang sudah dipercayakan untuk dibina serta kelas Alkitab

minggu yang sudah dijadwalkan dalam jadwal pelayanan.

Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan objek penelitian yang akan menjadi populasi

dan sampel dari penelitian. Menurut Suyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. 90 Sedangkan

menurut Hadari Nawawi, populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat

terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, niat test

atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di

dalam suatu penelitian.91

Pelayanan Gereja Alkitab Anugerah di kota Makassar yang menjadi objek

penelitian ini terdiri dari 2 (dua) jemaat lokal yaitu jemaat Kampung Rama dan jemaat

Sudiang, 1 (satu) pos penginjilan (bakal jemaat ) yaitu di Tanjung dan 2 ( dua) pos

pelayanan Pemuda yang dinamakan Komunitas Pemuda Anugerah Kristus yang

disingkat dengan KOMPAK yaitu di Kampung Rama dan Tamalanrea. Jumlah

92
keseluruhannya adalah 168 orang. Maka yang menjadi populasi dalam penletitian ini

adalah seluruh jemaat dan simpatisan Gereja Alkitab Anugerah di kota Makassar untuk

kategori pemuda dan dewasa yang berjumlah 128 orang.

Berdasarkan jumlah populasi jemaat kategori pemuda dan dewasa dalam

Gereja Alkitab Anugerah Makassar, maka penentuan sampel dalam penelitian ini

menggunakan rumus Slovin, yaitu:

90
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 1999), 90.
91
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2003), 141.
92
Data jemaat GAA per 1 Juni 2012
n N
1 Ne2
dimana :

n : jumlah minimal sampel

N: populasi

Ne : level kesalahan

Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:
n 128 56,14
1128(0,1)2

Maka jumlah sampelnya adalah 57 orang, jumlah sampel tersebut dibagi secara

proporsional jumlah sampel diambil dari 4 (empat) pos pelayanan Gereja Alkitab

Anugerah di Makassar. Hal ini dilakukan agar dalam penelitian ini diperoleh hasil uji

yang berdistribusi normal, valid, dan reliability. Pembagian jumlah sampel dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 3.1.
Pembagian Jumlah Sampel

NO Nama Pelayanan Jumlah Populasi Sampel


jemaat
1 GAA jemaat Rama 88 65 30

2 GAA jemaat Sudiang 65 37 17

3 Pos PI GAA Tanjung 15 8 4

4 Pemuda KOMPAK 18 18 6

5 Jumlah 186 128 57


Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian lapangan, penulis menggunakan kuesioner (angket) dan

wawancara sebagai teknik pengumpulan data. Kuesioner adalah teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pernyataan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab.93 Peneliti memberikan kuesioner ini kepada jemaat

Gereja Alkitab Anugerah yang telah ditentuskan sesuai dengan penentuan sampel .

dimana isinya menjelaskan tentang pengaruh model pembelajaran Rasul Paulus melalui

bentuk kelas Alkitab minggu, pos pemahaman Alkitab, pelatihan dan pendelegasian.

Kemudian kuesioner juga berisi tentang pernyataan yang mengindikasikan pertumbuhan

jemaat yaitu bertumbuh baik dalam pengetahuan yang benar, kesaksian yang baik dan

komitmen dalam pelayanan.

Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel yakni model pembelajaran dan

pertumbuhan jemaat. Variabel bebas adalah model pembelajaran rasul Paulus (X) dan

variabel terikat pertumbuhan gereja (Y). Adapun variabel X adalah model pembelajaran

dalam membagi program Allah dengan tepat, model pembelajaran dalam membagi

sasaran pelayanan dengan tepat, model pembelajaran dalam membagi tugas dengan

tepat dan variabel Y adalah pertumbuhan jemaat meliputi: (1) Jemaat memiliki

pengetahuan yang benar (2) Jemaat yang memiliki Kesaksian yang baik (3). Jemaat

yang berkomitmen dalam pelayanan.

Berdasarkan variabel yang telah disusun, maka perlu disusun suatu konsep

kuesioner berupa pertanyaan-pertanyaan yang diisi oleh responden dalam skala

93 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 1999), 80.


kontinyu. Skala tersebut dinyatakan dengan: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu(R)

dan tidak setuju (TS).

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik analisis yaitu :

menggunakan frekuensi presentase. Untuk itu data yang terkumpul dianalisis dengan

langkah-langkah sebagai berikut: 1) peneliti memeriksa data yang dikembalikan oleh

responden, 2) mengklasifikasikan data yang ada untuk mendapatkan gambaran

kuantitatif dari angket yang telah diisi oleh responden, 3) mendeskripsikan dan

menganalisis data dari jawaban responden berdasarkan frekuensi presentase.

Dengan demikian, data yang terkumpul diklasifikasikan, dianalisis, disimpulkan

dan mencari solusi terhadap masalah yang dikemukakan serta memberikan saran-saran

dalam rangka pengaruh model pembelajaran rasul Paulus bagi pertumbuhan gereja

Alkitab anugerah Makassar.

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian langsung di lapangan dan

setelah ada data yang dikumpulkan, penulis menganalisis data yang terkumpul

dipergunakan rumus sebagai berikut:

P
%= X100%
N

Keterangan :

% = presentase pemilih

P = jumlah pemilih

N = jumlah keseluruhan responden

Teknik analisis deskriptif digunakan untuk variabel Model Pembelajaran Rasul

Paulus (X) dan Pertumbuhan jemaat (Y), dengan cara menghitung rata-rata (mean) dari
masing-masing variabel penelitian. Adapun kriteria penafsiran yang digunakan seperti

tampak pada tabel berikut:

Tabel 3.2
Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian
Rata-Rata Skor Penafsiran

3,41 – 4,00 sangat baik

2,81 – 3,40 Baik

2,21 – 2,80 cukup Baik

1,61 – 2,20 tidak Baik

1,00 – 1,60 sangat tidak baik

Hasil rata-rata dari setiap variabel akan menunjukkan hubungan antara variabel X yaitu

Model Pembelajaran Paulus dengan variabel (Y) yaitu pertumbuhan gereja.

Penulis juga menggunakan data analisis korelasi, yakni untuk menguji

hipotesis penelitian dengan menemukan derajat keeratan hubungan antar variabel

penelitian dengan rumus sebagai berikut:


  
N XY  X Y
rxy 
N X 2   X  2 N Y 2 

 Y  2 
Dimana :

koefisien korelasi

X = variabel pertama

Y = variabel kedua

N = banyaknya data
Hasil perhitungan analisis korelasi akan dinilai melalui tabel tingkat korelasi dibawah

ini:

Tabel 3.3
Tingkat korelasi

Koefisien Korelasi Tingkat Korelasi


0 Tidak ada korelasi
0,10– 0,20 Terdapat korelasi (+) lemah/rendah sekali
0,21– 0,40 Terdapat korelasi (+) rendah
0,41– 0,60 Terdapat korelasi (+) cukup erat
0,61– 0,80 Terdapat korelasi (+) kuat
0,81– 0,99 Terdapat korelasi (+) sangat kuat
1,00 Terdapat korelasi (+) sempurna
(-0,10) – (-0,20) Terdapat korelasi (-) lemah/rendah sekali
(-0,21) – (-0,40) Terdapat korelasi (-) rendah
(-0,41) – (-0,60) Terdapat korelasi (-) cukup erat
(-0,61) – (-0,80) Terdapat korelasi (-) kuat
(-0,81) – (-0,99) Terdapat korelasi (-) sangat kuat
(-1,00) Terdapat korelasi (-) sempurna
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian, maka data tentang berbagai karakteristik

responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel dan diagram berikut ini:

Tabel.4.1
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Frekwensi Persentase


1 Laki-Laki 29 51%
2 Perempuan 28 49%
Jumlah 57 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 57 orang terdiri

dari laki-laki sebesar 51 % dan perempuan sebesar 49 %. Hal ini menunjukkan bahwa

perbandingan antara laki-laki dan perempuan dalam pelayanan Gereja Alkitab Anugerah

Makassar hampir sama, hanya memiliki selisih sebesar 2% saja.

Tabel.4.2
Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan

No Status Frekwensi Persentase %


1 Menikah 45 79%
2 Belum menikah 12 21%
Jumlah 57 100%

Tabel dan diagram diatas menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 57

orang atau 100% terdiri dari yang berstatus menikah sebesar 79 % dan status belum

menikah sebesar 21 %. Hal ini menunjukkan bahwa yang berstatus menikah sangat

dominan pada pelayanan Gereja Alkitab Anugerah Makassar.


Tabel.4.3
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

No. Pendidikan Frekwensi Persentase


1 SLTA ke bawah 27 47%
2 Diploma/D3 9 16%
3 Sarjana ( S1 ) 19 33%
4 Sarjana S2 &S3 2 4%
jumlah 57 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 57 orang atau 100

% terdiri dari yang berpendidikan SLTA ke bawah sebesar 47 %, diploma (D3) sebesar

16 %, sarjana (S1) sebesar 33% dan sarjana (S2&S3) sebesar 4%. Hal ini menunjukkan

bahwa yang jemaat berpendidikan SLTA dominan pada pelayanan gereja Alkitab

Anugerah Makassar. Namun bila dibedakan atas 2 (dua) bagian yaitu pendidikan SLTA

dan diploma (D3) keatas, maka perbandingannya adalah 47 % dan 53% jadi berdasarkan

pembagian ini maka pelayanan GAA Makassar lebih dominan jemaat yang

berpendidikan diploma keatas.

Tabel.4.4
Karakteristik responden berdasarkan Usia

No. Usai (Tahun) Frekwensi Persentase


1 20-30 17 30 %
2 31-40 19 33 %
3 41-50 14 25 %
4 51 keatas 7 15 %
Jumlah 57 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 57 orang atau

100% terdiri dari yang berusia 30 tahun ke bawah sebesar 30 %, usia 31-40 tahun

sebesar 33%, usia 41-50 tahun sebesar 25% dan usia 51 tahun keatas sebesar 12%. Hal
ini menunjukkan bahwa kaum muda mendominasi dalam pelayanan Gereja Alkitab

Anugerah Makassar yaitu antara usia 30- 50 tahun.

Berdasarkan data statistik responden ini dapat dilihat bahwa latarbelakang

jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar lebih dominan pada jemaat yang tergolong

muda yang berusia antara 30- 40 tahun yang yang memiliki tingkat pendidikan diploma

ke atas.

Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi untuk setiap item dalam variabel yang diteliti sebagaimana

dijelaskan sebagai berikut :

Deskripsi Variabel Model Pembelajaran Rasul Paulus

Deskripsi variabel model pembelajaran Rasul Paulus dapat dilihat

melalui distribusi jawaban dari responden berikut ini:

Tabel 4.5
Pendapat responden tentang :
Ketertarikan terhadap pembelajaran Firman Tuhan dalam jemaat.

Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase


Sangat setuju 4 48 192 84%
Setuju 3 9 27 16%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 219 100%
Rata-rata skor 3,84

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

ketertarikan terhadap pembelajaran Firman Tuhan dalam jemaat, yang menyatakan

sangat setuju sebanyak 84%, yang menyatakan setuju sebanyak 16%, sedangkan yang

menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju sebanyak 0 %. Jadi rata-rata skor adalah 3,84.

Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa berada pada kategori sangat baik.
Angka ini menunjukkan bahwa dalam pelayanan GAA Makassar ketertarikan

jemaat dalam mengikuti setiap pembelajaran sangat tinggi. Pada saat ini selain

pelaksanaan Kelas Alkitab Minggu dalam ibadah minggu, terdapat 12 ( dua belas) pos

Pemahaman Alkitab yang tersebar di kota Makassar yang dilaksanakan dari rumah ke

rumah yang dihadiri antara 5- 10 orang.

Tabel 4.6
Pendapat responden tentang :
Pemahaman tentang pembagian program Allah dengan tepat.
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 46 164 63%
Setuju 3 21 63 37%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 227 100%
Rata-rata Skor 3,63

Berdasarkan tabel di atas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang:

pemahaman tentang pembagian program Allah dengan tepat, yang menyatakan sangat

setuju sebanyak 63%, yang menyatakan setuju sebanyak 37%, sedangkan yang

menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju sebanyak 0 %. Jadi rata-rata skor adalah 3,63.

Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa berada pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan bahwa pemahaman jemaat dan simpatisan GAA

Makassar sudah memiliki pemahaman yang baik tentang pembagian program Allah

dengan benar. Pelajaran yang sudah disusun yang menjadi bahan ajar dinamakan

pelajaran Jalan raya kehidupan (Highway of Life), yaitu suatu perjalanan kehidupan

yang terdapat dalam Alkitab mulai dari tokoh Alkitab pertama sampai pada kesudahan

dari dunia ini. Dalam jalan kehidupan tersebut terdapat tokoh, peraturan-peraturan yang

harus dipatuhi, pelanggaran, hukuman dan juga kasih karunia Allah.


Tabel 4.7
Pendapat responden tentang :
Model diskusi membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam penafsiran Alkitab
khususnya tentang keselamatan dan program Allah pada gereja masa kini.

Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase


Sangat setuju 4 35 140 61%
Setuju 3 19 57 34%
Ragu-ragu 2 3 6 5%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 203 100%
Rata-rata Skor 3,56

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

Model diskusi membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam penafsiran Alkitab

khususnya tentang keselamatan dan program Allah pada gereja masa kini, yang

menyatakan sangat setuju sebanyak 61%, yang menyatakan setuju sebanyak 34%, yang

menyatakan ragu-ragu sebanyak 5 % dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 0%.

Jadi rata-rata skor adalah 3,56. Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa berada

pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan bahwa dalam pelayanan GAA Makassar, model

pembelajaran diskusi berhasil membantu jemaat untuk mengerti tentang konsep

keselamatan yang telah dikerjakan oleh Tuhan Yesus di kayu salib, sehingga orang

dapat diselamatkan hanya karena anugerah Tuhan yang diterima oleh iman bukan

karena perbuatan baik yang telah dilakukan. Pada umumnya jemaat yang ada dalam

pelayanan GAA Makassar adalah orang-orang yang telah menerima Yesus sebagai

Tuhan dan Juruselamat yang mereka peroleh dan yakini melalui pembelajaran yang

dilakukan melalui pos pemahaman Alkitab.


Tabel 4.8
Pendapat responden tentang :
Sasaran pelayanan dalam GAA tidak terfokus pada satu suku, budaya atau bahasa
tertentu

Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase


Sangat setuju 4 42 168 74%
Setuju 3 15 45 26%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 213 100%
rata-rata skor 3,74

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

Sasaran pelayanan dalam GAA tidak terfokus pada satu suku, budaya atau bahasa

tertentu, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 74%, yang menyatakan setuju

sebanyak 23%, yang menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju sebanyak 0 %. Jadi rata-

rata skor adalah 3,74. Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa berada pada

kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan bahwa model pembelajaran membagi sasaran

pelayanan dengan tepat berjalan dengan baik, meskipun pelayanan GAA ada di daerah

yang masyarakat Kristennya bersuku Toraja dan Mamasa, namun dalam pelayanan

GAA Makassar ditemukan suku-suku lain yaitu Batak, Timor, Jawa, Manado dan

Pamona. Dengan demikian program pelayanan yang disusun untuk dilaksanakan dalam

pelayanan GAA harus bersifat multi ras agar dapat masuk dalam setiap budaya yang ada

dalam pelayanan jemaat.


Tabel 4.9
Pendapat responden tentang :
Firman Tuhan menjadi kebutuhan rohani bagi semua orang tanpa batasan
apapun.
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 30 120 53%
Setuju 3 26 78 45%
Ragu-ragu 2 1 2 2%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 200 100%
Rata-rata Skor 3,51

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

Firman Tuhan menjadi kebutuhan rohani bagi semua orang tanpa batasan apapun, yang

menyatakan sangat setuju sebanyak 53%, yang menyatakan setuju sebanyak 45%, yang

menyatakan ragu-ragu sebanyak 2% dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 0%.

Jadi rata-rata skor adalah 3,51. Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa berada

pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan dalam membagi sasaran pelayanan dengan tepat bukan

hanya berbicara tentang keberagaman dalam jemaat, namun bagaimana Firman Tuhan

bisa masuk ke dalam setiap kelompok suku budaya masing-masing. Meskipun masing-

masing suku budaya memiliki perbedaan masing-masing namun mereka memiliki suatu

kebutuhan rohani yang sama yaitu kebutuhan akan kebenaran Firman Tuhan.

Kemampuan para pengajar dalam pelayanan GAA dalam menerjemahkan setiap

pembelajaran Firman Tuhan ke dalam setiap suku yang ada menjadi suatu tuntutan yang

harus dipenuhi. Semuanya itu berpatokan dari metode Rasul Paulus yang sudah terlebih

dahulu menerapkan pembelajaran dengan model membagi sasaran pelayanan dengan

tepat.
Tabel 4.10
Pendapat responden tentang :
Penempatan Firman Tuhan sesuai dengan program Allah pada masa kini.

Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase


Sangat setuju 4 37 148 65%
Setuju 3 20 60 35%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 208 100%
Rata-rata skor 3,65

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

Penempatan Firman Tuhan sesuai dengan program Allah pada masa kini, yang

menyatakan sangat setuju sebanyak 65%, yang menyatakan setuju sebanyak 35%,

sedangkan yang menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju sebanyak 0%. Jadi rata-rata skor

adalah 3,65. Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa berada pada kategori

sangat baik.

Angka ini menunjukkan bahwa jemaat GAA Makassar sudah memahami

penempatan Firman Tuhan dalam setiap program Allah, sehingga jemaat mengetahui

Firman Tuhan yang seharusnya ditujukan kepada orang percaya dalam program tugas

penyelenggaraan kasih karunia dan yang ditujukan pada program tugas penyelenggaraan

sebelumnya. Dengan demikian tidak terjadi kesimpangsiuran pendapat dalam praktek

penerapan Firman Tuhan dalam gereja maupun kehidupan jemaat. Semuanya memiliki

keyakinan bahwa Firman Tuhan yang ditujukan kepada orang percaya pada masa kini

adalah wahyu yang diberikan melalui rasul Paulus dan yang ditulis melalui surat-

suratnya.
Tabel 4.11
Pendapat responden tentang :
Semua jemaat memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan.
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 36 144 63%
Setuju 3 21 63 37%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 207 100%
Rata-rata skor 3,63

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

semua jemaat memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan, yang menyatakan

sangat setuju sebanyak 63%, yang menyatakan setuju sebanyak 37%, sedangkan yang

menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju sebanyak 0%. Jadi rata-rata skor adalah 3,63.

Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa berada pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan dalam pelayanan GAA Makassar semua jemaat dalam

setiap kategori memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan. Pelayanan ini

tidak terikat pada peraturan atau birokrasi yang panjang agar seseorang dapat terlibat

dalam pelayanan karena semua orang yang telah diselamatkan juga terpanggil untuk

terlibat dalam pelayanan. Dalam pelayanan GAA mulai dari kategori anak sampai

dewasa memiliki kesempatan dalam melayani. Adapun jenis pelayanan menurut

kategori masing-masing dapat dilihat melalui tabel berikut ini:

Tabel 4.12
Pelayanan Kategorial

Kategori Jenis Pelayanan


Anak dan remaja bersaksi melalui pujian dan kolektan
Pemuda pemusik, singers, pemimpin ibadah, pembawa persembahan,
bersaksi melalui pujian dan pelaksanaan retreat dan penginjilan
Kaum wanita penerima tamu, guru sekolah minggu, singers dan seksi konsumsi
Kaum pria pengajar, pengkhotbah, pemimpin ibadah, pemusik dan kolektan
Tabel 4.13
Pendapat responden tentang :
Pelatihan untuk memperlengkapi jemaat dalam pelayanan.
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 15 60 26%
Setuju 3 41 123 72%
Ragu-ragu 2 1 2 2%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 185 100%
Rata-rata skor 3,25

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

pelatihan untuk memperlengkapi jemaat dalam pelayanan, yang menyatakan sangat

setuju sebanyak 26%, yang menyatakan setuju sebanyak 72%, sedangkan yang

menyatakan ragu-ragu sebanyak 2% dan menyatakan tidak setuju sebanyak 0%. Jadi

rata-rata skor adalah 3,25. Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa berada pada

kategori baik.

Angka ini menunjukkan dalam pelayanan GAA Makassar, model pembelajaran

membagi tugas pelayanan dengan benar diterapkan melalui pelaksanaan pelatihan untuk

memperlengkapi jemaat dalam pelayanan. Sebelum jemaat terlibat dalam pelayanan

terlebih dahulu diberikan pelatihan seperti pelatihan guru sekolah minggu, pelatihan

penginjilan, pelatihan dalam pujian dan pelatihan berkhotbah yang dikemas dalam

bentuk pelatihan yang dinamakan Sekolah Berkhotbah Anugerah atau Grace School of

Preaching yang disingkat menjadi GSOP. Pelatihan dipimpin oleh gembala sidang dan

pelatih yang sudah profesional di bidangnya masing-masing.


Tabel 4.14
Pendapat responden tentang :
Pelatihan memberikan tantangan untuk terlibat dalam pelayanan.
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 19 76 33%
Setuju 3 37 111 65%
Ragu-ragu 2 1 2 2%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 189 100%
Rata-rata Skor 3,32

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

Pelatihan memberikan tantangan untuk terlibat dalam pelayanan, yang menyatakan

sangat setuju sebanyak 33%, yang menyatakan setuju sebanyak 65%, sedangkan yang

menyatakan ragu-ragu sebanyak 2% dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 0%.

Jadi rata-rata skor adalah 3,32. Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa berada

pada kategori baik.

Angka ini menunjukkan bahwa pelatihan yang dilaksanakan dalam GAA

Makassar dapat memberikan tantangan bagi jemaat untuk lebih terlibat lagi dalam

pelayanan. Dalam setiap pertemuan selalu diadakan refleksi atau perenungan pribadi

untuk memperbaharui komitmen dan memohon pertolongan Tuhan untuk menjalani

pelayanan yang akan dipercayakan.

Berdasarkan data angket di atas, maka diperoleh rata-rata variabel (X) yaitu

model pembelajaran rasul Paulus tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.15
Tabel rata-rata Variabel X
No Variabel X Rata-rata Kategori
1 Membagi program Allah dengan benar 3,67 sangat baik
2 Membagi sasaran pelayanan dengan tepat 3,63 sangat baik
3 Membagi tugas dengan tepat 3,39 baik
Rata-rata 3,57 sangat baik
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa pendapat responden tentang

variabel model pembelajaran rasul Paulus dalam pelayanan Gereja Alkitab Anugerah

Makassar digambarkan melalui rata-rata yaitu untuk membagi program Allah dengan

tepat sebesar 3,67 dengan kategori sangat baik, membagi sasaran pelayanan dengan

benar sebesar 3,63 dengan kategori sangat baik dan membagi tugas dengan tepat sebesar

3,39 dengan kategori sangat baik. Maka rata-rata dari ketiga kategori variabel X adalah

3,57. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran

rasul Paulus dalam pelayanan Gereja Alkitab Anugerah di Makassar benar-benar

berjalan dengan kategori sangat baik.

Pelaksanaan model pembelajaran rasul Paulus dalam pelayanan GAA

Makassar akan memberikan pengaruh bagi pertumbuhan jemaat GAA Makassar,

berikut ini hasil penelitian berdasarkan angket tentang variabel pertumbuhan jemaat

GAA Makassar.

Deskripsi Variabel Pertumbuhan Jemaat GAA Makassar

Deskripsi variabel Pertumbuhan jemaat GAA Makassar dapat dilihat melalui

distribusi jawaban dari responden berikut ini:

Tabel 4.16
Pendapat responden tentang :
Pembelajaran memberikan pengetahuan yang benar tentang Firman Tuhan
khususnya tentang Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 42 168 74%
Setuju 3 16 48 28%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 216 100%
Rata-rata skor 3,79
Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

pembelajaran memberikan pengetahuan yang benar tentang Firman Tuhan khususnya

tentang Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang menyatakan sangat setuju sebanyak

74%, yang menyatakan setuju sebanyak 28%, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu

dan tidak setuju sebanyak 0%. Jadi rata-rata skor adalah 3,79. Berdasarkan angka ini

dapat disimpulkan bahwa berada pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan dalam pelayanan GAA Makassar pengenalan yang

benar tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat menjadi pemberitaan utama

dalam setiap pembelajaran. Penyusunan kurikulum untuk pos PA dan Kelas Alkitab

Minggu selalu memberikan perhatian pada topik keselamatan yang dikerjakan oleh

Tuhan Yesus kepada umat manusia.

Tabel 4.17
Pendapat responden tentang :
Dapat memberi jawab atas iman yang telah diyakini
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 36 144 63%
Setuju 3 21 63 37%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 207 100%
Rata-rata skor 3,63

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

dapat memberi jawab atas iman yang telah diyakini, yang menyatakan sangat setuju

sebanyak 63%, yang menyatakan setuju sebanyak 37%, sedangkan yang menyatakan

ragu-ragu dan tidak setuju sebanyak 0%. Jadi rata-rata skor adalah 3,63. Berdasarkan

angka ini dapat disimpulkan bahwa berada pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan pembelajaran dalam GAA meningkatkan kepercayaan

diri jemaat tentang keyakinan yang diterima setelah mendapatkan pengetahuan tentang
Firman Tuhan. Hal ini terlihat dari kemampuan jemaat dalam memberi jawab kepada

orang-orang yang mempertanyakan tentang iman jemaat baik itu melalui diskusi,

pembicaraan non formal, ataupun melalui penginjilan pribadi.

Tabel 4.18
Pendapat responden tentang :
Pelatihan dan Pendelegasian menambah keyakinan atas kebenaran Firman Tuhan
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 31 124 54%
Setuju 3 25 75 44%
Ragu-ragu 2 1 2 2%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 201 100%
Rata-rata skor 3,53

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

pelatihan dan pendelegasian menambah keyakinan atas kebenaran Firman Tuhan, yang

menyatakan sangat setuju sebanyak 54%, yang menyatakan setuju sebanyak 44%,

sedangkan yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 2% dan yang menyatakan tidak setuju

sebanyak 0%. Jadi rata-rata skor adalah 3,68. Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan

bahwa berada pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan bahwa proses pelatihan dan pendelegasian merupakan

proses bagi jemaat untuk semakin meyakini atas keyakinan yang telah diterima.

Penugasan yang dipercayakan oleh gereja kepada jemaat menumbuhkan rasa

tanggungjawab atas pelayanan yang dipercayakan, sehingga jemaat mengalami

peningkatan dalam pertumbuhan rohaninya.


Tabel 4.19
Pendapat responden tentang :
KAM dan PA memberikan pengetahuan dan mendorong untuk memperbaharui
kesaksian hidup.
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 34 136 70%
Setuju 3 23 69 30%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 205 100%
Rata-rata skor 3,70

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

KAM dan PA memberikan pengetahuan dan mendorong untuk memperbaharui

kesaksian hidup, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 70%, yang menyatakan

setuju sebanyak 30%, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju sebanyak

0%. Jadi rata-rata skor adalah 3,70. Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa

berada pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan bahwa melalui pertumbuhan rohani jemaat yang

dibangun melalui pembelajaran memberikan pengaruh pada kesaksian hidup yang baik

dalam kehidupan setiap anggota jemaat baik di dalam keluarga, pekerjaan, sekolah,

kuliah dan juga dalam lingkungan. Dalam jangka waktu dua tahun terakhir belum

pernah terjadi laporan adanya permasalahan serius yang dilakukan oleh jemaat baik

permasalahan keluarga, anak, pekerjaan, pendidikan dan lingkungan.


Tabel 4.20
Pendapat responden tentang :
Keberagaman dalam jemaat mendorong untuk saling menghargai budaya, bahasa, dll sehingga tetap
menjadi berkat
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 32 128 56%
Setuju 3 25 75 44%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 203 100%
Rata-rata skor 3,56

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

keberagaman dalam jemaat mendorong untuk saling menghargai budaya, bahasa, dll

sehingga tetap menjadi berkat, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 56%, yang

menyatakan setuju sebanyak 44%, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu dan tidak

setuju sebanyak 0%. Jadi rata-rata skor adalah 3,56. Berdasarkan angka ini dapat

disimpulkan bahwa berada pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan bahwa keberagaman yang ada di dalam jemaat GAA

Makassar menumbuhkan rasa saling membutuhkan antar jemaat. Melalui pembelajaran

yang telah diterima meyakinkan jemaat bahwa orang percaya merupakan anggota tubuh

Kristus yang memiliki keunikan masing-masing.

Tabel 4.21
Pendapat responden tentang :
Keterlibatan dalam pelayanan mendorong untuk menerapkan Firman Tuhan
terlebih dahulu bagi diri sendiri
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 26 104 46%
Setuju 3 31 93 54%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 197 100%
Rata-rata skor 3,46
Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

Keterlibatan dalam pelayanan mendorong untuk menerapkan Firman Tuhan terlebih

dahulu bagi diri sendiri, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 46%, yang

menyatakan setuju sebanyak 54%, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu dan tidak

setuju sebanyak 0%. Jadi rata-rata skor adalah 3,46. Berdasarkan angka ini dapat

disimpulkan bahwa berada pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan bahwa keterlibatan jemaat dalam pelayanan sangat

mempengaruhi pertumbuhan rohani jemaat, dimana dalam pelayanan GAA Makassar

ditemukan bahwa jemaat yang dilibatkan dalam pelayanan ternyata menyadari bahwa ia

harus memiliki kesaksian yang benar terlebih dahulu. Karena tidak ada gunanya

seseorang memiliki kemampuan dan keterlibatan dalam pelayanan namun tidak

memiliki kesaksian yang benar dalam kehidupannya. Itu akan menjadi banu sandungan

bagi orang-orang yang dilayani.

Tabel 4.22
Pendapat responden tentang :
Pembelajaran meyakinkan orang percaya dipakai Tuhan dalam pelayanan
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 22 88 39%
Setuju 3 31 93 54%
Ragu-ragu 2 4 8 7%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 189 100%
Rata-rata skor 3,32

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

pembelajaran meyakinkan orang percaya dipakai Tuhan dalam pelayanan, yang

menyatakan sangat setuju sebanyak 39%, yang menyatakan setuju sebanyak 54%,

sedangkan yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 7% dan yang menyatakan tidak setuju
sebanyak 0%. Jadi rata-rata skor adalah 3,32. Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan

bahwa berada pada kategori baik.

Angka ini menunjukkan bahwa pembelajaran dalam pelayanan GAA Makassar

selain memberikan pengetahuan yang benar dan kesaksian yang benar juga meyakinkan

seseorang bahwa ia sangat dibutuhkan dalam pelayanan.

Tabel 4.23
Pendapat responden tentang :
Keberagaman dalam jemaat meningkatkan saling ketergantungan dalam jemaat di mana masing-masing
memiliki fungsi dalam pelayanan
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 28 112 49%
Setuju 3 29 87 51%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 199 100%
Rata-rata skor 3,49

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

keberagaman dalam jemaat meningkatkan saling ketergantungan dalam jemaat di mana

masing-masing memiliki fungsi dalam pelayanan, yang menyatakan sangat setuju

sebanyak 49%, yang menyatakan setuju sebanyak 51%, sedangkan yang menyatakan

ragu-ragu dan tidak setuju sebanyak 0%. Jadi rata-rata skor adalah 3,49. Berdasarkan

angka ini dapat disimpulkan bahwa berada pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan bahwa keunikan yang dimiliki oleh setiap anggota

jemaat GAA Makassar ternyata mendorong jemaat untuk lebih terlibat dalam

pelayanan. Hubungan saling menguntungkan satu sama lain terbina sehingga jemaat

selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada jemaat lain, dengan demikian

terbina saling melayani satu sama lain.


Tabel 4.24
Pendapat responden tentang :
Pelatihan dan Pendelegasian menjadi bekal dalam melayani Tuhan
Pendapat Derajat Frekwensi Skor Persentase
Sangat setuju 4 24 96 42%
Setuju 3 33 99 58%
Ragu-ragu 2 0 0 0%
Tidak setuju 1 0 0 0%
Jumlah 57 185 100%
Rata-rata skor 3,42

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan pendapat responden tentang :

pelatihan dan pendelegasian menjadi bekal dalam melayani Tuhan, yang menyatakan

sangat setuju sebanyak 42%, yang menyatakan setuju sebanyak 58%, sedangkan yang

menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju sebanyak 0%. Jadi rata-rata skor adalah 3,42.

Berdasarkan angka ini dapat disimpulkan bahwa berada pada kategori sangat baik.

Angka ini menunjukkan bahwa komitmen melayani dalam jemaat GAA

Makassar semakin meningkat, pada saat ini selain gembala sidang terdapat 6 (enam)

pengajar dan pengkhotbah dan 7 ( tujuh) pengajar anak-anak dan remaja. Jadi meskipun

dari segi kuantitas jumlah jemaat GAA Makassar tidak seperti jumlah jemaat gereja

lainnya, dimana jumlah jemaat GAA Makassar adalah 36 kepala keluarga ditambah

dengan pemuda. Jadi persentase jumlah pengajar dan pengkhotbah yang ada dalam

jemaat GAA Makassar adalah sekitar 36 %, dapat dikatakan bahwa lebih dari sepertiga

jemaat dewasa yang ada dalam pelayanan GAA sudah berkomitmen menjadi bagian inti

dalam pelayanan.

Jadi untuk memperoleh kategori dalam variabel (Y) yaitu pertumbuhan jemaat

GAA Makassar, maka diambil rata-rata dari setiap variabel sebagaimana tampak pada

tabel berikut:
Tabel 4.25
Tabel rata-rata Variabel Y
No Variabel Y Rata-rata Kategori
1 Memiliki pengetahuan yang benar 3,62 Sangat baik
2 Memiliki kesaksian hidup yang baik 3,43 Sangat baik
3 Memiliki komitmen dalam pelayanan 3,40 Baik
Rata-rata 3,52 Sangat baik

Berdasarkan data tabel diatas menunjukkan bahwa pendapat responden tentang

Variabel Pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar digambarkan melalui

rata-rata yaitu untuk Memiliki pengetahuan yang benar sebesar 3,62 dengan kategori

sangat baik, Memiliki kesaksian hidup yang baik sebesar 3,43 dengan kategori sangat

baik dan memiliki komitmen dalam pelayanan sebesar 3,40 dengan kategori baik. Maka

rata-rata dari ketiga kategori Variabel Y adalah 3,52. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah di Makassar masuk

dalam kategori sangat baik.

Uji Hipotesa Penelitian

Hipotesa penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Model

Pembelajaran rasul Paulus berpengaruh signifikan bagi pertumbuhan jemaat gereja

Alkitab Anugerah Makassar. Langkah-langkah pengujian yaitu menentukan tabel

tingkat korelasi Product Moments dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α =

5%), menentukan r hitung(rxy), menentukan Ho yaitu tidak terdapat pengaruh model

pembelajaran Rasul Paulus terhadap pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah

Makassar sedangkan Ha yaitu terdapat pengaruh model pembelajaran Rasul Paulus

terhadap pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar, menentukan kriteria

pengujian, membandingkan r hitung dengan r tabel, mengamati gambar hasil hitung, dan

memberikan kesimpulan.
Berikut ini adalah perhitungan r hitung(r xy), di mana diketahui ∑X = 203,56 ; ∑Y

2 2
= 200,78 ; ∑XY = 720,77 ; ∑X = 733,09 dan ∑Y = 714,33, maka angka- angka ini

dimasukkan dalam rumus hubungan antar variabel penelitian dengan rumus sebagai
berikut:
  
N XY  X Y
rxy 
N X 2  X  2 N Y 2  Y  2


r  57 x720,77  203,56 x 200,78
xy
57 x 733,09  41436,6757 x 714,33  40312,60
r  41683,63  40869,43
xy

41785,93 41434,8640717  40311,72


r  214,19
xy

351,06405,254
r  214,19  214,19  214,19  0,567

351,06405,254 142279,7 377,19


xy

Berdasarkan perhitungan di atas maka ditemukan koefisien korelasi antara Model

Pembelajaran Rasul Paulus dengan pertumbuhan Gereja Alkitab Anugerah Makassar

adalah 0,567.

Pembahasan

Hasil analisis deskripsi variabel penelitian menunjukkan nilai rata-rata variabel

model pembelajaan rasul Paulus sebesar 3,57 memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar dengan nilai rata-rata

sebesar 3,52. Berdasarkan tabel kriteria penafsiran kondisi variabel penelitian maka nilai

rata-rata dari variabel model pembelajaran rasul Paulus dan pertumbuhan jemaat Gereja

Alkitab Anugerah termasuk pada kategori sangat baik.


Demikian pula hasil uji hipotesis menunjukkan korelasi antara model pembelajaran

Rasul Paulus terhadap pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah, dimana hasil

perhitungan derajat keeratan hubungan antara kedua variabel, ditemukan koefisien korelasi

antara Model Pembelajaran Rasul Paulus dengan pertumbuhan Gereja Alkitab Anugerah

Makassar adalah 0,567. Jadi menurut tabel tingkat korelasi angka tersebut masuk dalam

kategori 0,41- 0,60 yaitu terdapat korelasi (+) cukup erat. Perbandingan antara r hitung

dengan rtabel, di mana apabila r hitung< r tabel maka Ho diterima dan sebaliknya r hitung >r

tabel maka Ho ditolak. Jadi berdasarkan angka di atas r hitung adalah 0,567 sedangkan r tabel

atau r (0,05,57-2) = 0,256, maka ditemukan bahwa r hitung > rtabel yaitu 0,567 > 0,257. Maka

dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.

Maka berdasarkan kedua analisa korelasi variabel di atas maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel model

pembelajaran rasul Paulus terhadap pertumbuhan Gereja Alkitab Anugerah Makassar.


BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang relevansi model pembelajaran rasul

Paulus terhadap pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar maka dapat

ditemukan kesimpulan sebagai berikut :

Pertama, model pembelajaran dengan membagi program Allah dengan tepat

membantu pemahaman tentang Firman Tuhan secara menyeluruh di dalam jemaat

gereja Alkitab Anugerah Makassar. Di mana melalui model ini jemaat dapat

membedakan program Allah kepada umatNya sehingga jemaat memiliki pengetahuan

yang benar karena sudah lebih dahulu mendapatkan pembelajaran melalui pos

pemahaman Alkitab (PA) dan juga kelas Alkitab Minggu (KAM). Pada umumnya

jemaat yang ada dalam pelayanan Gereja Alkitab Anugerah Makassar adalah jemaat

yang tertarik terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dalam gereja.

Kedua, model pembelajaran dengan membagi sasaran pelayanan dengan tepat

menghasilkan keberagaman di dalam jemaat, sesuai dengan program Allah pada masa

kini yang tidak terbatas pada suku,budaya ataupun bangsa apapun. Dalam pelayanan

Gereja Alkitab Anugerah Makassar ditemukan jemaat berasal dari beberapa suku yang

ada di Indonesia seperti Toraja, Manado, Timor, Jawa dan Batak.

Ketiga, model pembelajaran dengan membagi tugas pelayanan dengan tepat

menimbulkan kesadaran bagi jemaat di mana setiap orang percaya telah dipanggil di

dalam pelayanan. Sehingga di dalam pelayanan Gereja Alkitab Anugerah Makassar


ditemukan bahwa setiap jemaat dalam setiap kategori baik itu anak-anak, remaja,

pemuda dan dewasa memiliki kesempatan untuk terlibat di dalam pelayanan.

Keempat, melalui pembelajaran Firman Tuhan dalam jemaat Gereja Alkitab

Anugerah ditemukan orang-orang yang memiliki komitmen dalam pelayanan baik itu

melalui kesaksian hidup maupun melalui pelayanan seperti berkhotbah, mengajar dan

menginjil.

Kelima, pendekatan melalui pembelajaran Firman Tuhan menjadi ciri khas

dalam pelayanan Gereja Alkitab Anugerah Makassar, Pada umumnya jemaat yang

bergabung dalam pelayanann Gereja Alkitab Anugerah adalah orang-orang yang telah

mengikuti pos-pos PA dan juga kelas Alkitab minggu dalam setiap ibadah minggu.

Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan dalam penelitian ini,

maka penulis memberikan beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu :

Pertama, ketertarikan jemaat terhadap pembelajaran merupakan tantangan bagi

para hamba Tuhan dan majelis jemaat khususnya dalam lingkup pelayanan Gereja

Alkitab Anugerah agar tetap memperlengkapi diri sebagai pelayan Tuhan untuk

memberikan pembelajaran yang inovatif kepada jemaat sehingga ketertarikan jemaat

terhadap pembelajaran akan tetap dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.

Kedua, pembelajaran dalam jemaat sebagai ciri khas dalam pertumbuhan

Gereja Alkitab Anugerah harus tetap diteruskan pada generasi selanjutnya. Hal ini

diharapkan menjadi perhatian gereja pada tingkat sinode agar membuat kurikulum

pembelajaran dalam jemaat dan juga menerbitkan buku pembelajaran agar para hamba

Tuhan dan para pengajar dalam jemaat memiliki keseragaman dalam pengajaran.
Ketiga, pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran rasul Paulus
terhadap pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah di Makassar ini diharapkan
menjadi referensi bagi gereja Alkitab anugerah di daerah lain dan juga bagi gereja-
gereja lain di mana pola pendekatan dalam pertumbuhan gereja bukan hanya melalui
hal-hal seperti melalui karunia-karunia mujizat, budaya, organisasi tetapi juga melalui
pola pendekatan melalui pembelajaran.
KEPUSTAKAAN

Alkitab
Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Baru Cetakan ke-71. Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2007
Kamus
Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus
Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2008

Buku-Buku

Arends, Richard. Learning To Teach. Boston : Mac Graw Hill, 2001

_____________. Classroom Instruction and Management. Boston: Mac Graw Hill,


1997.

Boehlke, Robert R.,Ph.D, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek


Pendidikan Agama Kristen Jilid 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006

Berkhof , Louis. Systematic Theology. Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans Publishing


Co., 1941.

Baxter , Sidlow, Menggali Isi Alkitab 4.. Jakarta: Yayasan Bina Kasih,1952.

Baker, Charles F. Understanding The Body of Christ. Michigan: Grace Bible College
Publications, 1985.

______________. A Dispensational Theologi. Jakarta: Pustaka Alkitab Anugerah, 2009

Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996

Dharma, Surya,MPA.,PhD.,Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology. Malang: SAAT, 2003.

Finck, Joel. The Mystery. South Dakota: Grace Bible Publishing, 1997.

Gromacki, Robert G., New Testament Survey.Grand Rapid: Baker Book House,1989.

Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.

Homrighausen,E.G. Dan IH.Enklaar. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK


Gunung Mulia, 2008

Ibrahim, M, dkk. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press, 2000.

Johnson, Elaine B., Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press
Inc,2002

Kristianto, Paulus Lilik. Prinsip dan Praktik PAK .Yogyakarta: Andi,2010

Lawrence, Richard O. Mengajarkan Alkitab secara Kreatif .Bandung: Kalam Hidup,


1970.

Lebar, Lois E.. Education That is Christian. Malang: Gandum Mas, 2006.

Lahaye, Tim. Transformed Temperaments. Illinois: Tyndale House Publisher, 1993

Marantika, Chris. Principles & Practice of The World Mission. Yogyakarta: Iman
Press, 2002

_________, Chris. Diktat Teologi Pertumbuhan Gereja. Yogyakarta: STII, 2005.

Marsh, Colin. Handbook for Beginning Teachers. Sydney : A.W Longman Australia
Pry Limited,1996.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada


University Press, 2003

Niebuhr, Richard, Kristus dan Kebudayaan. Petra Jaya: Jakarta 1995.

Ngangel, Kenneth O. Membina Pemimpin Pendidikan Kristen. Malang: Gandum Mas,


1998.
Nurhadi, Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas, 2002

Panggabean,Yusri, Kreysen Purba dan Oditha Hutabarat. Strategi, Model dan Evaluasi
Pembelajaran, Bandung: Bina Media Informasi, 2008.

Peters , George W., Teologi Pertumbuhan Gereja. Malang: Gandum Mas, 2002.

Ryrie, Charles. Teologi Dasar 2. Yogyakarta: Andi, 1992.

Ruth F.Selan, Diktat kuliah Etika Mengajar, 2011,

Ratumanan, T. G, Model Pembelajaran Interaktif dengan Setting Kooperatif. Surabaya:


PPS Universitas Surabaya, 2002

Ryrie, Charles C. Dispensationalism. Malang: Gandum Mas,1995

Robinson, Haddon W. Cara Berkhotbah Yang Baik. Yogyakarta: Andi, 1997

Sularso Sopater, dkk., Sebuah Bunga Rampai Pertumbuhan Gereja.Yogyakarta:


Yayasan Andi, 1994

Stam, C.R. Things That Differ. Chicago: Berean Bible Society,1985

Sadler, Paul M. Exploring The Unsearchable Riches of Christ. Wisconsin: Berean Bible
Society, 1993.

Strong, James. The New Strong’s Exhaustive Concordance Of the Bible. Nashville:
Thomas Nelson,1990

Scofield, C.I. The Scofield Study Bible. New York: Oxford,1945.

Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani


Quraisy,2004.

Soeparman, Kardi dan Muhammad Nur, Pengantar pada Pembelajaran dan


Pengelolaan Kelas. Surabaya: Uni Press,2009.

Sidjabat , B.S. Mengajar Secara Profesional. Bandung: Kalam Hidup, 1993.

Sanjaya ,Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana, 2008

Sardiman, A. M., Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali, 2004.

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 1999

Tamarol, Frans P., Ayat-Ayat Alkitab Saling bertentangan, Benarkah? Jakarta: PELITA,
2005

Taufik, Muhammad M, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:


Kencana, 2009.

Tomatala, Yakob. Kepemimpinan Kristen Yang Dinamis. Jakarta: YT Leadership, 1997.

Wiersbe, Warren W., Be Rich : Are you losing things that money can’t
buy? Wheaton:Victor Book, 1981

Wagner, C. Peter, Strategi Perkembangan Gereja. Malang: Gandum Mas, 1996.

Warren, Rick. The Purpose Driven Church. Manila: OMF Literature, 2002.

Wongso , Peter. Tugas Gereja dan Misi masa Kini. Malang: SAAT, 1996

Yamin, Martimis, Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009
Instrumen Variabel X

MEMBAGI PROGRAM ALLAH DENGAN BENAR

(Ketertarikan dan Pemahaman)

No Pernyataan SS S R TS
1 Saya tertarik dengan pelayanan ini karena lebih
mengandalkan pembelajaran Firman Tuhan dalam jemaat
2 Materi KAM dan PA menunjukkan dengan jelas program
Allah yang berlaku pada masa kini bagi gereja
3 Model diskusi dalam pos PA membantu menyelesaikan
masalah-masalah dalam penafsiran Alkitab khususnya
tentang keselamatan dan program Allah pada gereja masa
kini

MEMBAGI SASARAN PELAYANAN DENGAN BENAR

(Keberagaman dan Penerapan)

No Pernyataan SS S R TS
1 Pelayanan dalam gereja ini tidak terfokus pada satu suku,
budaya atau bahasa tertentu saja.
2 Pembelajaran yang saya terima meyakinkan saya bahwa
Firman Tuhan adalah kebutuhan rohani bagi semua orang
tanpa batasan apapun.
3 Melalui pembelajaran dalam pelayanan ini saya dapat
menempatkan Firman Tuhan sesuai dengan program
Allah pada masa kini.

MEMBAGI TUGAS DENGAN BENAR

(Keterlibatan dalam Pelatihan dan Pelayanan)

No Pernyataan SSSRTS
1 Dalam pelayanan ini saya melihat bahwa semua jemaat
memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan.
2 Pelatihan selalu dilakukan untuk memperlengkapi jemaat
dalam pelayanan
3 Dengan adanya pelatihan memberi tantangan bagi saya
untuk terlibat dalam pelayanan
Instrumen Variabel Y

PENGETAHUAN YANG BENAR

NO Pernyataan SS S R TS
1 Melalui Pembelajaran dalam pelayanan ini memberikan
saya pengetahuan yang benar tentang Firman Tuhan
khususnya tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat saya
2 Saya dapat memberi jawab atas iman yang telah saya
yakini saat ini bila ada yang mempertanyakannya.
3 Pelatihan dan pendelegasian yang saya terima semakin
meyakinkan saya atas kebenaran Firman Tuhan
KESAKSIAN YANG BAIK

NO Pernyataan SS S R TS
1 Melalui KAM dan PA memberikan pengetahuan dan
mendorong saya untuk memperbaharui hidup saya dari
hari ke sehari
2 Keberagaman dalam jemaat mendorong saya untuk saling
menghargai budaya, bahasa, dll sehingga tetap menjadi
berkat.
3 Dengan terlibat dalam pelayanan saya belajar untuk
menerapkan Firman Tuhan terlebih dahulu dari diri saya
KOMITMEN

NO Pernyataan SS S R TS
1 Melalui proses pembelajaran yang saya terima, saya
semakin yakin bahwa saya dipakai Tuhan dalam
pelayananNya
2 Keberagaman dalam jemaat meningkatkan saling
ketergantungan dalam jemaat dimana masing-masing
memiliki fungsi masing-masing dalam pelayanan.
3 Pelatihan dan pendelegasian yang saya terima dalam
pelayanan ini menjadi bekal bagi saya untuk melayani
Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai