PERSEMBAHAN:
seperjuangan
i
Kata Pengantar
mamampukan penulis dalam setiap proses yang telah di lalui dalam kehidupan.
proses belajar yang panjang, Allah membentuk penulis, menjadi pelayan yang
siap menolong dan memberdayakan sesama. Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi
penulis untuk tidak mengucap syukur pada Allah. Penulis dapat menyelesaikan
restu dan dukungan dari keluarga tercinta serta Jemaat GMIT Sonaf Manekan
tidak mampu sampai pada titik ini, jika tanpa dukungan dari para kerabat pengajar
PAR GMIT Sonaf Menekan Tabun, teman seperjuangan di Fakultas teologi, para
kesempatan ini, penulis juga ingin berterima kasih kepada semua bapak dan
mama dosen Fakultas Teologi UKAW yang dengan penuh kasih dan kesabaran
mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis. Kepada Pdt. Drs. Maria R. A.
dalam hal kepengurusan studi dari semester satu hingga semester akhir.
Selama proses penulisan karya tulis ini, penulis tidak bekerja sendiri,
sebab penulis dibimbing oleh dua pembimbing yang sangat kompeten, sehingga
ii
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sebagai sebuah langkah awal bagi
pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan limpah terima kasih kepada
kedua pembimbing sekaligus orang tua yang sudah membimbing penulis yakni,
Pdt. Mefibosed Radja Pono, M. Si-Teol, dan Pdt. Dr. Adriana Tunliu.
limpah terimakasih kepada semua umat ciptaan Allah yang telah melengkapi,
baik dalam dukungan moril, material, dan doa yang tulus. Tidak ada sesuatu
yang lebih berharga untuk diberikan, selain doa dan ungkapan terima kasih yang
tulis ini, dengan harapan bahwa, karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi
bahwa penulis memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis juga
karya tulis ke depan. Akhir kata “Teriring salam dan Doa Tulus” Kiranya Allah
Penulis
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
COVER
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
ABSTRAK....................................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................v
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Pembatasan Masalah......................................................................8
C. Perumusan Masalah........................................................................8
D. Tujuan Penulisan.............................................................................9
E. Metodologi........................................................................................9
F. Sistematika Penulisan......................................................................12
v
1.4 Keadaan Sosial Budaya...................................................................18
1.6.1 Koinonia................................................................................25
1.6.2 Marturia................................................................................27
1.6.4 Liturgia.................................................................................31
1.6.5 Oikonomia............................................................................31
1.7.3 Pendidikan............................................................................34
Rangkuman ...........................................................................................35
vi
2.2 Gambaran Umum tentang Sanggar Anak Nekamese..........40
Rangkuman......................................................................................63
Rangkuman..................................................................................................89
PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
vii
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
hasil penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) perwakilan Provinsi NTT, jumlah
penduduk miskin di NTT pada Maret 2019 telah mencapai 1.146.320 orang.
Jumlah penduduk miskin di kota 8,84 persen dan jumlah penduduk miskin di desa
dasar berupa makanan yang diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-
minyak dan lemak, dan lain-lainnya). Dengan konsep ini, kemiskinan dipandang
makanan. 1
dampak, termasuk yang negatif. Di NTT, salah satu dampaknya adalah banyak
warga yang memutuskan pergi bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja
Indonesia (TKI). Berdasarkan data BPS perwakilan Provinsi NTT pada tahun
2019, jumlah warga yang pergi bekerja di luar negeri sebagai TKI sebanyak 191
terhadap para calon tenaga kerja Indonesia yang awam dan tidak memiliki
pengalaman bekerja di luar negeri. Mereka mudah ditipu oleh para trafficker
1
http://www.bps.go.id diakses pada Rabu, 29 April 2020 pukul 11: 31 WITA.
2
http://www.bps.go.id diakses pada Senin, 9 Maret 2020 pukul 08:39 WITA.
1
(orang yang memperdagangkan) yang hanya memberikan janji akan mendapatkan
upah besar. Para calon TKI mengikutinya padahal mereka masuk dalam
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), 90 persen korban TKI asal Indonesia yang
meninggal di luar negeri pada tahun 2017 berasal dari NTT. Kemudian, pada
tahun 2018 hingga Desember 2019 jumlah TKI yang meninggal meningkat pesat
Sedangkan jumlah TKI yang berasal dari desa Neke, kecamatan Oenino,
kabupaten Timor Tengah Selatan mencapai 26 orang. Data ini belum termasuk
dengan TKI yang pergi bekerja secara ilegal. Pada tahun 2018 salah satu korban
TKI yang meninggal diketahui bernama Adelina Lisao berasal dari kecamatan
hak dan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan
lapangan pekerjaan di dalam negeri sehingga warga tidak memilih untuk menjadi
TKI. 5
Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) juga memiliki tugas yang sama
untuk mengurangi angka korban human trafficking, sebab sebagian korban adalah
3
www.bnp2tki.go.id diakses pada Jumat, 1 November 2019 pukul 12: 01 WITA.
4
Simon Silla, Kepala Desa Neke, Wawancara, Senin, 9 Maret 2019.
5
ditjenpp. kemenkumham.go.id diakses pada Kamis, 9 Januari 2020 pukul 10:14 WITA.
2
anggota gereja. Dalam amanat kerasulan, GMIT bertugas untuk mengembangkan
kehidupan yang damai sejahtera sebagai perwujudan dari kasih dan keadilan Allah
bagi manusia dan seluruh ciptaan. Untuk mewujudnyatakan amanat kerasulan ini
Tanggap Bencana Alam dan Kemanusiaan. Tugas UPP Tanggap Bencana Alam
dan Kemanusiaan terbagi menjadi tiga kelompok kerja (pokja) yaitu: Kelompok
dilakukan agar jemaat mampu menjadi sarana dan tanda keselamatan dari Allah
diupayakan sedemikian rupa agar tiap anggota jemaat mendapat ruang untuk
lebih berdaya guna di tengah-tengah dunia. Proses pembangunan jemaat itu harus
dilakukan dalam dialog dengan ilmu-ilmu lain agar lebih fungsional dalam
pejabat-pejabat gereja. 7
Menurut van Hooijdonk 8 pembangunan jemaat terdiri dari dua kata yaitu,
3
intervensi dalam tindak-tanduk jemaat setempat; sementara jemaat adalah
mengantarai keadilan dan kasih Allah, dan yang terbuka terhadap masalah
manusia di masa kini. Bagi penulis pembangunan jemaat adalah usaha yang
dilakukan oleh gereja untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik,
tidak dicatat sebagai satu definisi lengkap, tetapi Kitab Suci secara eksplisit
mencatat oikodomein (Bait Suci atau Bait Allah) dan oikodome (membangun).
secara harafiah dihubungkan dengan Bait Allah, dan secara kiasan dengan Rumah
atau Umat Israel. Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus mengaitkan Oikodomein
dengan kegiatan yang bersifat meneguhkan, membangun, menegur hal atau orang
yang kurang baik, menguatkan mereka yang kecil hatinya, mendukung mereka
Menurut Sutanto, 10
pelaku utama pembangunan jemaat adalah jemaat.
beriman tanpa kecuali. Orang beriman hanya dibedakan menurut karisma yang
9
Ibid ,5
10
Timotius K. Sutanto, 3 Dimensi Keesaan Dalam Pembangunan Jemaat (Jakarta: Penerbit BPK
Gunung Mulia, 2008), hlm 30.
4
dibagi-bagi oleh Roh dan menurut jabatan serta pelayanan kepemimpinan yang
ruang kerja dan belajar bagi jemaat. Salah satu contohnya adalah seperti yang
dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese Klasis Amanuban Tengah Utara, yaitu:
Sanggar Anak Nekamese. Motivasi utama pendirian sanggar ini adalah sebagai
satu strategi pelayanan berhadapan dengan jumlah korban human trafficking yang
berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Sanggar ini dibuat sebagai
wadah belajar dan latihan warga jemaat untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki.
dari Pdt. Sepri Adonis yang disepakati bersama oleh seluruh majelis jemaat
ini didirikan dengan tujuan untuk mengurangi angka jemaat yang ingin pergi
bekerja keluar negeri. Sanggar ini merupakan wadah bermain, belajar dan
mengembangkan ekonomi yang melibatkan orang tua, anak dan para pemuda-
keluarga. Anggota dari Sanggar Anak Nekamese adalah anak-anak PAR 134
orang, 17 orang pemuda dan orang tua 134 orang. Sanggar Anak Nekamese juga
tiga kelompok, yaitu kelompok anak-anak PAR, pemuda-pemudi dan orang tua.
11
Sepri Adonis, S. Th, Ketua Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara., Rabu, 8 Januari
2020.
12
Gandri Lau, Relawan Sanggar Anak Nekamese, Wawacara., Kamis, 29 Oktober 2019.
5
Kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak PAR adalah les baca, tulis, hitung, les
bahasa Inggris, kelas olah vokal, kelas teater, kelas fotografi dan kelas menenun.
menganyam oko sloi (tas tradiosional), pembuatan teh kelor, cokelat kelor, stik
kelor, minuman lemon dan bertugas untuk mempromosikan setiap hasil karya dari
Sanggar Anak Nekamese. Kegiatan yang dilakukan oleh orang tua adalah
menenun, pembuatan tas jinjing dan punggung dari tenunan Timor, pembuatan teh
kelor, stik kelor, dan cokelat kelor. Kegiatan yang dilakukan oleh orang tua tidak
menganyam. Terdapat juga taman baca bagi jemaat dan terbuka untuk umum.
Anak Nekamese. Oleh karena itu penulis terdorong untuk meneliti dampak
Utara melalui Sanggar Anak Nekamese. Penulis ingin melihat sejauh mana
Nekamese Klasis Amanuban Tengah Utara. Untuk melihat sejauh mana dampak
Sanggar Anak Nekamese bagi pembangunan jemaat, maka perlu dikaji lebih
memang tidak boleh membiarkan diri menjadi alat untuk kepentingan tertentu,
13
Gandri Lau, Relawan Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Rabu, 29 Oktober 2019.
6
tetapi di sini masalahnya bukan menjadi alat melainkan menolong orang miskin,
Dalam rangka ini Diakonia gereja tidak boleh lagi bersifat karikatif saja,
diberdayakan tidak bisa hanya diberi ikan terus, atau diberi pancing terus,
usaha untuk menemukan dan menghargai hal-hal positif yang ada pada jemaat.
mengidentifikasi dan mengapresiasi apa yang terbaik dari apa yang ada, apa yang
dengan apa yang diimpikan. Keempat Destiny, pada tahap ini semua anggota
kapasitas.
14
Emanuel Gerrit Singgih, Berteologi dalam Konteks (Jakarta: Penerbit Kanisius, 2000), hlm 213-
125.
15
J. B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui Appreciative
Inquiry (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2014), hlm 3-6.
7
Menurut Rob van Kessel, 16
tujuan sentral dari pembangunan jemaat
pemancaran terang yang baru dan daya tarik yang baru. Pembangunan jemaat mau
ikut membangun gereja di mana orang dengan semangat yang baru berdiam dan
mengupayakan gereja-gereja menjadi jemaat beriman yang vital di dunia kini dan
esok.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka karya ilmiah ini akan di tulis
dengan judul “Sanggar Anak Nekamese” dan sub judul Suatu Kajian
Tengah Utara.
B. PEMBATASAN MASALAH
C. PERUMUSAN MASALAH
Utara?
16
Rob van Kessel, Enam tempayan air (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997), hlm 20-25.
8
2. Bagaimana gambaran umum Sanggar Anak Nekamese dan upaya
Nekamese?
D. TUJUAN PENULISAN
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan karya tulis ini
sebagai berikut:
Nekamese.
E. METODOLOGI
1. Metode Penulisan
dan reflektif. Metode ini adalah suatu cara untuk mendeskripsikan permasalahan
yang ada, menganalisis kenyataan yang terjadi, serta membuat refleksi teologis
9
Penulis akan mendeskripsiksikan gambaran umum jemaat Nekamese,
2. Metode Penelitian
ini, penulis memakai metode penelitian kualitatif jenis fenomenologi. Metode ini
bermaksud mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau
realita, masalah, serta peristiwa yang dapat dipahami bila peneliti menelusurinya
secara mendalam dan tidak hanya terbatas pada pandangan di permukaan saja.
Metode penelitian ini cocok untuk penulis gunakan, karena untuk mendapatkan
a. Penelitian Lapangan
menganalisa data serta menyusunnya berdasarkan data yang diperoleh dari studi
Tengan Utara yang terletak di desa Neke, kecamatan Oenino, kabupaten Timor
Tengah Selatan.
18
N. S. Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2008. hlm
317.
19
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Grasindo), 2010. hlm 1-2.
10
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada dalam sebuah wilayah
dalah jumlah yang besar atau seluruh elemen yang diteliti. Populasi dalam
penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah adalah warga Jemaat GMIT
mengetahui dengan baik pola kajian ini sehingga dapat memberi informasi yang
berikut:
Pendeta: 1 orang
Presbiter: 2 orang
menggunakan cara yang sama seperti yang disampaikan oleh Creswell. Hal ini
dilihat sebagai dasar pengumpulan data yang relevan karena akan sangat tepat
itu, penulis juga melakukan observasi partisipasi untuk mengamati secara dekat
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2001, hlm.75
21
Jhon W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif Dan Mixed, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013, hlm. 261.
11
dengan sekelompok orang dan mencari tahu berbagai pemahaman jemaat tentang
d. Penelitian Kepustakaan
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
12
1.1 Letak Geografis
Timor Tengah Selatan (TTS). Jemaat GMIT Nekamese termasuk dalam Klasis
Amanuban Tengah Utara. Anggota jemaat GMIT Nekamese tersebar dalam desa
Neke. Di sebelah Barat Jemaat GMIT Nekamese berbatasan dengan jemaat GMIT
Pelita Oe’o, sebelah Timur berbatasan dengan jemaat GMIT Mahanain Fatukusi,
sebelah Selatan berbatasan dengan Jemaat GMIT Alfa Omega Tenu dan sebelah
Nekamese22
Pada mulanya Jemaat Nekemase berasal dari Jemaat Neke yang terdiri atas dua
mata jemaat dan dua Pos Pekabaran Injil (PI), yaitu; Mata Jemaat Pelita Oe’o
sebagai induk, Mata Jemaat Imanuel Postenu, Pos PI Huetnana dan Pos PI
Netulina. Pada tahun 2001, Jemaat dilayani oleh Pdt. Merlina Lapenangga S.Th.
menetapkan bahwa dua Pos PI tersebut berubah status menjadi mata jemaat.
Sehingga Pos PI Huetnana menjadi mata Jemaat Zoar Fatufutu dan Pos PI
Netulina menjadi Mata Jemaat Netulina, dengan begitu Jemaat Neke memiliki
Pada tahun yang sama yaitu tahun 2016, atas pertimbangan kemandirian
gereja secara dana sehingga mampu untuk membiayai program pelayanan dan
penambahan tenaga pendeta GMIT, maka Jemaat Neke dimekarkan menjadi dua
22
Soleman Sole, Tokoh Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Sabtu, 30 Mei 2020.
13
jemaat yaitu; Jemaat Pelita Oe’o berdiri sendiri sebagai jemaat tunggal dan jemaat
Neke yang terdiri dari tiga mata jemaat: Imanuel Postenu, Zoar Fatufutu dan
Imanuel Netulina. Pada saat itu juga Jemaat Neke berganti nama menjadi Jemaat
Nekamese. Sejak dimekarkan pada tahun 2016, Jemaat Pelita Oe’o dilayani oleh
Pdt. Seprianus Y. Adonis S. Th yang masih melayani sampai dengan saat ini.
sebagian anggota jemaat yang merupakan tuan tanah di desa Neke, merasa harus
dilibatkan dalam setiap keputusan dalam jemaat. Setiap keputusan harus sesuai
dengan apa yang mereka inginkan, jika tidak sesuai maka akan terjadi konflik.
Namun permasalahan ini terus dipelajari oleh pelayan dan mejelis jemaat,
sehingga anggota jemaat yang merupakan tuan tanah didekati dan diberi
anggota jemaat yang merupakan tuan tanah, sehingga keputusan dalam jemaat
kesepakatan bersama.
Selain dinamika di atas, dalam sejarah pelayanan juga mencatat bahwa Jemaat
sehingga banyak yang akhirnya menikah muda dan sebagian anak-anak muda
14
gerekan kecil seperti meminta para orang tua untuk menenun, memelihara ternak
Gerakan-gerakan kecil ini terus berlanjut sehigga pada akhirnya menjadi salah
satu program pelayanan Jemaat GMIT Nekemese, yaitu Sanggar Anak Nekamese.
Nekamese:
23
Data sensus Jemaat GMIT Nekamese, tanggal 03-09-2020.
15
Kepala keluarga (KK) yang ada di Jemaat GMIT Nekamese berjumlah 226 KK
yang tersebar dalam 3 Mata Jemaat yaitu, Mata Jemaat Imanuel Postenu 109 KK,
Mata Jemaat Getsemani Netulinah 42 KK, dan Mata Jemaat Zoar Fatufutu 75 KK.
Jumlah anggota jemaat laki-laki 465 orang dan perempuan 482 orang, sehingga
jumlah keseluruhannya mencapai 947 orang. Jumlah anggota Baptis 915 orang
dan jumlah anggota Sidi 554 orang. Jumlah pasangan yang sudah menikah 182
pasang.
Secara umum jemaat GMIT Nekamese sebagain besar bekerja sebagian petani dan
ibu rumah tangga. Para petani akan bekerja di kebun jika musim penghujan tiba.
Adapun tanaman yang di tanam di kebun, yaitu; jagung, pisang, ubi, kacang-
kacangan dan labu. Karena secara keseluruhan pekerjaan mereka petani, maka
memanen. Secara umum anggota Jemaat GMIT Nekamese belum bekerja atau
masih dalam usia anak-anak. Hal ini menjadi salah satu potensi baik dalam
16
Belum Bekerja 378
Sopir 17 1,7
Pensiunan 1 0,1
PNS 5 0,5
Pendeta 1 0,1
Pendidikan jemaat sangatlah minim, sebagian besar dari jemaat hanya berijasah
Sekolah Dasar (SD), selebihnya Sekolah Rakyat (SR), dan sebagiannya tidak
secara formal adalah lemahnya ekonomi keluarga dan kuranggnya kesadaran akan
mereka yang mulai disekolahkan dari PAUD hingga perguruan tinggi. Lebih jelas,
SD 298 31,4
17
SMP 127 13,4
SMA 80 8,5
Desa Neke secara umum adalah masyarakat suku Timor. Bahasa yang digunakan
untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain ialah bahasa Timor Amanuban
(Timor Amanuban adalah suku Timor yang sangat kental dengan budayanya yang
santun).
Selain itu, budaya ramah tamah yang ada di dalam jemaat sangat tinggi,
terlihat ketika Auba am nemat (lih. Menerima tamu), para perempuan memberikan
oko mamah (lih. Tempat siri pinang) dengan berlutut di depan tamu sambil
memberikan tempat sirih pinang. Setelah melayani, tamu tersebut akan diterima
Hal ini ditunjukan oleh masyarakat dalam bekerja sama mempersiapkan lahan
24
Maksen Abineno, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Sabtu, 30 Mei 2020.
18
kelompok-kelompok kerja. Lalu mereka secara bersama-sama membersikan lahan
setiap anggota kelompok secara bergiliran. Hal ini akan memudahkan dan
musim hujan.
25
Dokumen Jemaat GMIT Nekamese, tahun 2020.
19
UPP Lansia : Pnt. Melkias Selan
38, terdiri dari: 16 orang Penatua, 14 orang Diaken 14 orang dan 8 orang
Diaken sebanyak 4 orang dan Pengajar sebanyak 4 orang. Majelis Jemaat di Mata
Jemaat ini terdiri dari 8 orang laki-laki dan 7 orang perempuan yang menyebar di
4 rayon pelayanan.
orang Pengajar. 30 orang Majelis Jemaat ini terdiri dari 13 orang laki-laki, dan 17
26
Dokumen Jemaat GMIT Nekamese, tahun 2020.
27
Pokok-pokok Eklesiologi GMIT, 2010. Hml 12.
20
1.6.1 Koinonia
orang semakin dekat dan percaya pada Allah. Di dalam persekutuan, semua orang
bisa berkumpul dan bersyukur kepada Allah atas semua berkat yang didapatkan. 28
- Perkunjugan pastoral bagi jemaat dan presbiter. Ditujukan kepada jemaat dan
28
Filmon Benu, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 28 Oktober 2020.
21
- Syukur natal pemuda Nekamese. Ditujukan kepada pemuda. Dilaksanakan
oleh Mejelis Jemaat Harian (MJH), Unit Pembatu Pelayanan (UPP) pemuda
oleh Mejelis Jemaat Harian (MJH), Unit Pembantu Pelayanan (UPP) PAR dan
Dilaksanakan oleh Mejelis Harian Jemaat (MJH) dan unit pembantu pelayanan
- Syukur natal dan tahun baru. Ditujukan kepada seluruh jemaat GMIT
Waktu pelaksanan pada Januari 2020, bertempat di mata jemaat Zoar Fatufutu.
oleh Mejelis Jemaat Harian (MJH) dan Unit Pembantu Pelayanan (UPP)
Lansia. Waktu pelaksanaan setiap dua bulan sekali, bertempat di mata jemaat
- Perayaan hari doa anak sedunia, hari Anak Nasional dan hari Anak GMIT.
Ditujukan kepada anak-anak dan remaja. Dilaksanakan oleh UPP PAR bekerja
sama dengan Wahana Visi Indonesi (WVI) dan pemerintah desa. Waktu
22
pelasanaan pada tanggal 1 Maret 2020, betempat di mata jemaat Imanuel
Postenu.
pelasanaan pada bulan Maret Agustus dan Oktober, bertempat di tiga mata
UPP PAR. Waktu pelaksanaan pada bulan Mei 2020, betempat di tiga mata
PAR dan mejelis jemaat. Waktu pelaksanaan pada bulan Juni 2020, bertempat
GMIT yang berada di sekolah dan kantor desa. Dilaksanakan oleh Mejelis
Harian Jemaat bekerja sama dengan sekolah dan pemerintah desa. Waktu
1.6.2 Marturia
Marturia adalah kesempatan bagi setiap anggota di dalam persekutuan yang untuk
bersaksi. Setelah sebuah persekutuan di dalam Kristus dibentuk, maka harus ada
23
kesaksian dari setiap anggota persekutuan. Bersaksi bisa dilakukan secara pribadi
Pelayanan (UPP) persekutuan doa bekerja sama dengan pembicara dari luar
pelaksanaan pada bulan Mei 2020, bertempat di mata jemaat Zoar Fatufutu.
oleh Mejelis Jemaat Harian (MJH) dan Panitian Hari Raya Gerejawi (PHRG).
29
Filmon Benu, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 28 Oktober 2020.
24
Waktu pelaksanaan pada bulan April 2020, bertempat di sekitar wilayah
pendeta, Unit Pembantu Pelayanan (UPP) PAR bekerja sama dengan Wahana
Visi Indonesia (WVI). Waktu pelaksanaan pada bulan Januari dan Desember
- Katekasasi sidi dan nikah. Ditujukan kepada jemaat Nekamese dan pasangan
nikah. Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH) dan pengajar. Waktu
Unit Pembantu Pelayanan (UPP) PAR bekerja sama dengan Wahana Visi
1.6.3 Diakonia
kepada para janda dan duda tetapi juga harus dilakukan kepada orang sakit,
30
Filmon Benu, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 28 Oktober 2020.
25
- Inventarisasi jemaat pengasuh atau pembina. Ditujukan kepada jemaat.
Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH) bekerja sama dengan mejelis
- Pendataan dan perkunjungan ibu hamil dan melahirkan, orang sakit, orang
2020.
- Pengembangan hasil produk tenunan, anyaman, teh, kopi, cokelat kelor, serta
produk lain. Ditujukan kepada jemaat dan anggota Sanggar Anak Nekamese.
Mejelis Jemaat Harian (MJH), UPP terkait dan bekerja sama dengan Yayasan
Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH) bekerja sama dengan Dinas
1.6.4 Liturgia
31
Filmon Benu, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 28 Oktober 2020.
26
- Penyeragaman dan pemanfaatan atribut ibadah dalam ruang ibadah. Ditujukan
kepada jemaat dan ruang ibadah. Dilaksanakan oleh mejelis jemaat. Waktu
oleh Majelis Jemaat Harian (MJH) bekerja sama dengan Unit Pembantu
disesuaikan.
(MJH) bekerja sama dengan Majelis Klasis dan Sinode GMIT. Waktu
Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH) bekerja sama dengan jemaat.
Waktu pelaksanaan pada bulan Januari, Maret, Mei dan November 2020,
1.6.5 Oikonomia
dapat dicapai. 32
32
Filmon Benu, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 28 Oktober 2020.
27
Waktu pelaksanaan pada bulan Januari 2020, bertempat di tiga mata jemaat
GMIT Nekamese.
disesuaikan.
Dilaksanakan oleh mejelis jemaat bekerja sama dengan BP4S. Waktu dan
Amanuban Tengah Utara dan mejelis Sinode GMIT. Waktu pelaksanaan pada
Nekamese.
jemaat. Waktu pelaksanaan pada bulan Juli 2020, bertempat di tiga mata
Dilaksanakan oleh mejelis jemaat bekerja sama dengan guru PAUD dan kader
28
- Posyandu Lansia. Ditujukan kepada kelompok Lansia. Dilaksanakan oleh
Majelis Jemaat Harian (MJH) dan Unit Pembantu Pelayanan (UPP) Lansia
bekerja sama dengan Puskesmas Oenino. Waktu pelaksanaan setiap satu bulan
dan jemaat bekerja sama dengan Dinas Kehutanan. Waktu pelaksanaan pada
bulan Maret dan November 2020, bertempat di lokasi gereja dan tanah-tanah
setiap tahun. Hal ini disebabkan karena letak topografi dan geografis, yaitu Desa
Neke terletak di atas gunung dengan intensitas hujan yang rendah dan terdapat
banyak lahan kering yang mengakibatkan sumber air di Desa Neke sangat sedikit.
Jemaat Nekamese hanya bergantung pada 3 mata air yang debit airnya sangat
33
Sepri Adonis, S. Th, Ketua Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara., Jumat, 29 Mei 2020.
29
kecil dan 1 embung. Jika pada musim kemarau, mata air dan embung tersebut
menjadi kering sehingga mereka harus membeli air yang dijual oleh masyarakat
1.7.2 Ekonomi
Jemaat GMIT Nekamese juga bergumul dengan persoalan perekonomian, hal ini
karena hampir seluruh jemaat bekerja sebagai petani yang bekerja hanya pada
musim hujan dan tidak memiliki penghasilan tetap. Penghasilan jemaat ditentukan
dari caruh hujan dan hasil alam. Jika curah hujan tidak baik, maka hasil panen
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, sedangkan untuk
1.7.3 Pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan berhenti untuk bekerja sebagai petani atau
bermigrasi.
Masalah gizi buruk atau stunting juga dialami oleh jemaat GMIT Nekamese.
Jumlah jemaat yang mengalami stunting adalah 38 orang. Kebanyakan dari jemaat
yang mengalami stunting berasal dari usia 32 sampai 55 bulan. Anak-anak yang
30
badan dan tinggi badan tidak sesuai dengan standar pertumbuhan yang normal.
Hal ini disebabkan karena lemahnya ekonomi keluarga sehingga tidak mampu
dan kesehatan, sehingga kurangnya pemanfaatan makanan bergizi yang ada dalam
jemaat. Contohnya, jemaat tidak secara baik memanfaatkan telur ayam dan daun
permasalahan yang digumuli selama ini. Jumlah TKI yang berasal dari desa Neke,
menganggap bahwa di Desa tidak ada pekerjaan yang lanyak untuk menghasilkan
banyak uang.
Rangkuman
Gambaran umum yang dijelaskan di atas berguna untuk membantu penulis dalam
dan berbagai program pelayanan yang ada di jemaat, akan menolong penulis
sehingga bisa menganalisis dengan objektif pada Bab 2 oleh karena data-data
31
BAB II
NEKAMESE
Pada bagian ini, penulis akan menggambarkan landasan teori yang dipakai untuk
32
menggunakan landasan teori Pemberdayaan Jemaat, teori pendekatan
Pada dasarnya, Pemberdayaan Jemaat adalah upaya yang dilakukan oleh gereja
agar jemaat mampu menjadi sarana dan tanda keselamatan dari Allah kepada
sedemikian rupa agar tiap anggota jemaat mendapat kesempatan untuk berperan
Papilaya yang dikutip oleh Zubaedi, bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk
Karena itu, bagi Emanuel Gerrit Singgih, gereja harus terus mengupayakan
Pemberdayaan Jemaat. Gereja memang tidak boleh membiarkan diri menjadi alat
oleh gereja harus bersemangat kemiskinan. Dalam rangka ini Diakonia gereja
bukan saja bersifat karitatif, melainkan harus sekaligus bersifat reformatif dan
34
Pokok-pokok Eklesiologi GMIT Bagian Pembangunan Jemaat.
35
Zubaedi, Wacana Pembangun Alternatif: Ragam Prespektif Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat, (Jakarta: Ar Ruzz Media,2007), hlm 42.
33
transformatif. Jemaat yang diberdayakan tidak bisa hanya diberi ikan terus, atau
diberi pancing terus, melainkan juga harus diberi kesempatan untuk memancing.36
sudah ditemukan, tahap ini membayangkan keadaan baru yang mungkin sesuai
menggunakan cerita-cerita yang muncul pada tahap Discovery, dapat ditarik tema-
36
Emanuel Gerrit Singgih, Berteologi dalm Konteks (Jakarta: Penerbit Kanisius, 2000), hlm. 213-
217.
37
J. B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui Appreciative
Inquiry (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2014), hlm 3-6.
34
Pada tahapan berikut, yaitu Design. Dalam tahap ini, semua ikut serta
yang telah ditemukan sebagai positif dengan apa yang diimpikan. Melalui dialog
dibangun komitmen menuju masa depan bersama. Kunci fase ini adalah
Tahapan terakhir adalah Destiny. Tahapan ini dicapai melalui inovasi dan
aksi kolektif. Semua partisipan membangun masa depan, menciptakan apa yang
kolektif.
Pembangunan jemaat terdiri dari dua kata yaitu, pembangunan dan jemaat.
jemaat setempat; sementara jemaat adalah persekutuan orang beriman yang berada
Menurut Rob van Kessel, tujuan sentral dari pembangunan jemaat disebut
terang yang baru dan daya tarik yang baru. Pembangunan Jemaat mau ikut
membangun gereja di mana orang dengan semangat yang baru berdiam dan
35
mengupayakan gereja-gereja menjadi jemaat beriman yang vital di dunia kini dan
esok. 39
Pada bagian ini, penulis akan menyajikan hasil penelitian mengenai Program
Anak Nekamese ini muncul dari kesadaran diri sebagai seorang pelayan Tuhan
dalam melayani jemaat. Saat itu ia masih menjadi pendeta orientasi di Jemaat
GMIT Nekamese.
keluarga yang memilih untuk meninggalkan kampung dan bekerja ke luar daerah
seperti Jawa, Kalimantan, Papua dan luar negeri. Rata-rata yang meninggalkan
kampung adalah laki-laki atau perempuan yang telah berkeluarga dan bahkan bisa
membuat suatu wadah bermain dan belajar bagi anak-anak di sekitar lingkungan
gereja.
39
Rob van Kessel, Enam tempayan air (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997), hlm 20-25.
40
Seprianus Adonis, S. Th, Ketua Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Sabtu, 30 Mei
2020.
36
2.2.2 Strategi Program Sanggar Anak Nekamese 41
Di mulai pada bulan Desember 2015, Adonis mengumpulkan 8 orang anak yang
mempunyai minat dalam bidang tarian tradisional. Langkah awal yang dilakukan
adalah membentuk kelas dan membuat jadwal untuk belajar tarian tradisional
dalam waktu seminggu sekali. Hasil dari latihan tarian tersebut dipentaskan saat
bertambahnya jumlah anggota kelompok kecil tersebut, maka bertambah juga satu
kelas yaitu kelas drama musikal. Hasil dari latihan drama musikal ditampilkan
Pada bulan Juli 2016, sesuai dengan surat keputusan Majelis Sinode
GMIT, Adonis ditempatkan mejadi pendeta tetap di Jemaat Nekamese selama satu
periode. Karena telah ditetapkan menjadi pendeta yang melayani di jemaat GMIT
mengenai kelompok kecil yang telah dibentuk. Hasil dari pembicaraan adalah
maka mereka menambahkan satu kelas yaitu kelas menenun sekaligus melakukan
riset kebudayaan. Hasil dari kelas menenun tersebut berupa selendang, selimut
41
Seprianus Adonis, S. Th, Op. cit.
37
dan sarung yang kemudian digunakan sebagai busana ketika pementasan tarian
kecil yang telah dibentuk dimasukkan dalam program pelayanan jemaat dan diberi
kelompok ini bermula dari anak-anak yang berada di jemaat Nekamese. Program
Sanggar Anak Nekamese termasuk dalam bagian UPP PAR dan diawasi oleh
BP3J Jemaat GMIT Nekamese. Pada saat itu juga jumlah anggota bertambah
menjadi 23 orang anak dan orang tua dilibatkan sebagai pendamping bagi anak-
Sanggar Anak Nekamese mulai dilakukan secara terstruktur dan sesuai jadwal
gedung gereja dan rumah pribadi masing-masing jemaat. Kegiatan yang dilakukan
di gedung gereja adalah kelas tarian tradisonal dan kelas drama musikal yang
berlangsung setiap hari Senin sampai dengan Kamis, pukul 16:00-18:00 WITA.
bersama dengan orang tua adalah kelas menenun. Waktu pelaksanaan kelas
42
Dina Kikhau, Ketua Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Senin, 1 Juni 2020.
38
Dalam perkembangan program Sanggar Anak Nekamese, jumlah
Pada bulan Januari 2018, dalam pergumulan bersama tentang gereja layak anak,
penambahan kegiatan dan penetapan jadwal kegiatan bagi anak-anak, pemuda dan
orang tua.
Kegiatan yang dilakukan dalam Sanggar Anak Nekamese dibagi menjadi tiga
1. Diakonia pendidikan bagi anak, yaitu dengan memberikan les baca, tulis,
teater, bina vokal atau paduan suara anak dan fotografi. Kegiatan
dari daun lontar, mengolah keripik singkong dan pisang, mengolah kelor
menjadi stik kelor, cokelat kelor, kopi kelor dan teh kelor dan mengolah
manisan asam jawa. Kegiatan ini dilakukan di gedung gereja dan rumah
39
4. Pengembangan kapasitas anak, yaitu dengan melakukan riset budaya,
tentang pola hidup bersih dan sehat. Kegiatan ini dilakukan di gedung
5. Diakonia kesehatan oleh anak-anak bagi janda dan duda, yaitu melakukan
aksi membersihkan tempat tinggal para janda dan duda. Kegiatan ini
dilakukan di rumah para janda dan duda jemaat Nekamese, setiap tiga
bulan sekali.
sekali.
oko sloi (tas tradiosional), pembuatan teh kelor, cokelat kelor dan stik
pribadi, setiap satu minggu sekali. Para pemuda juga menjalankan jasa
saat ada pasangan nikah yang mem butuhkan jasa Wedding Organizer.
1. Pembelajaran dasar tentang pola asuh anak bagi orang tua. Kegiatan ini
dan punggung dari tenunan Timor, pembuatan teh kelor, stik kelor, dan
40
cokelat kelor. Kegiatan ini dilakukan setiap hari di rumah masing-masing
pribadi. Orang tua juga bertugas untuk membimbing anak-anak PAR dan
1. Intervensi gizi buruk yaitu dengan membuat kebun gizi di halaman rumah
organik.
2. Intervensi Ibu hamil melalui pendampingan Ibu hamil sejak usia nol bulan
tabungan bagi Ibu hamil. Tabungan tersebut akan digunakan saat Ibu
yang menenun. Benang akan diambil oleh para penenun, lalu akan dibayar
41
2.2.4 Pengawasan Program Sanggar Anak Nekamese 43
berpatokan pada semua acuan yang telah ditetapkan bersama. Pengawasan juga
sangat penting karena dapat membangun sebuah komunikasi yang baik antara
Sanggar Anak Nekamese. Pengawasan ini dilakukan oleh Pendeta, mejelis jemaat,
pengurus Sanggar Anak Nekamese dalam hal ini (ketua Sanggar Anak Nekamese)
program Sanggar Anak Nekamese dijalankan sesuai dengan semua acuan yang
Sejak Agustus 2016 sampai dengan bulan Desember 2019, tercatat bahwa
bagi jemaat dan warga sekitar Nekamese. Hasil yang diperoleh jemaat bervariasi,
43
Dina Kikhau, Op. cit
42
1) Anak-anak melakukan kampanye dan teater tentang isu perlidungan Anak
3) Sanggar Anak Nekamese dibina untuk menghadiri jambore PAR Klasis dan
Kabupaten.
ditenun.
Anak dalam perayaan hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional dan
2018.
43
2) Pemuda-pemudi berhasil menjalankan kegiatan pengolahan pangan lokal dan
pengolahan kelor. Tercatat kurang lebih 500 bungkus stik kelor, 370 bungkus
cokelat kelor, 300 bungkus kopi kelor dan 440 bungkus teh kelor yang berhasi
pola asuh anak dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini nampak dari adanya
sehingga mereka tidak mengalami gizi buruk atau stunting. Para orang tua
bersama anak-anak di rumah. Tercatat kurang lebih 480 buah selempang, 285
halaman rumah.
44
2) Kegitan intervensi ibu hamil dan tabungan ibu hamil dijalankan oleh jemaat
sebanyak 26 kelompok yang berasal dari luar Kabuten Timor Tengah Selatan
(TTS) yang mengikuti kegiatan tersebut. Melalui kegiatan ini juga, banyak
desa tetangga yang tertarik untuk belajar dari Sanggar Anak Nekamese.
4) Sanggar Anak Nekamese juga menjual hasil produksi kelor dan tenunan yang
dikelola oleh jemaat. Penjualan yang dilakukan oleh Sanggar Anak Nekamese.
membawa dampak postif bagi jemaat GMIT Nekamese. Jemaat semakin aktif dan
produktif dalam pelayanan di gereja dan kehidupan sehari-hari. Gereja tidak lagi
pertumbuhan rohani. Menurut Juana Abineno,44 dengan adanya kelas teater dalam
bagi Lansia, anak-anak belajar dan menyadari bahwa melayani dan menghormati
44
Juana Abineno, Anggota Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Senin, 1 Juni 2020.
45
Menurut Ota Nubatonis, 45
program Sanggar Anak Nekamese,
menyadari bahwa tempat kelahiran mereka memiliki hasil alam yang bisa dikelola
potensi dalam diri dan hasil alam, menjadikan anak-anak semakin berusaha
alat tulis dan perlengkapan lainnya. Kehadiran program Sanggar Anak Nekamese
melatih para pemuda-pemudi untuk tidak selamanya bergantung kepada orang tua.
meningkatkan partisipasi jemaat dalam beribadah dan memberi. Orang tua dan
Minggu maka setiap orang tua harus hadir dan mendampingi anaknya. Jemaat
juga menyadari bahwa mereka harus memberikan persepuluhan dari setiap hasil
45
Ota Nubatonis, Anggota Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Senin, 1 Juni 2020.
46
Popi Banantuan, Relawan Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Senin, 1 Juni 2020
47
Maksen Abineno, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 3 Juni 2020
46
yang mereka peroleh dari program Sanggar Anak Nekamese. Misalnya, jemaat
Evaluasi bulanan dilakukan dalam tiap kelompok bersama dengan para relawan
dan pengurus Sanggar Anak Nekamese. Pada tahapan evaluasi ini, setiap anggota
anggota kelompok, relawan dan pengurus dapat mencari solusi terhadap persoalan
program. Jika dalam proses evaluasi ditemukan kendala yang sulit untuk
sebagai tolok ukur untuk kemajuan Program Sanggar Anak Nekamese. Hasil dari
Dalam proses evaluasi juga ditemukan bahwa terdapat beberapa program yang
47
persepuluhan kepada gereja dari penghasilan yang mereka peroleh melalui
Kedua, gereja dijadikan sebagai lingkungan yang aman bagi anak untuk
belajar dan bermain. Rumah pastori atau rumah jabatan pendeta dijadikan sebagai
rumah aman bagi jemaat yang mengalami kekerasan. Jemaat yang mengalami
yang aman.
bersama dalam proses evaluasi. Keputusan yang disepakati dalam proses evaluasi,
2.3 Analisa
jemaat yang dilakukan oleh Jemaat GMIT Nekamese. Hal itu terlihat melalui
program Sanggar Anak Nekamese yang diupayakan oleh gereja sehingga jemaat
menjadi sarana dan tanda keselamatan dari Allah kepada dunia. Jemaat GMIT
Pemberdayaan Jemaat. Hal ini yang kemudian menjadi alasan hadirnya program
48
tidak lagi berada dalam kemiskinan. Melalui program Sanggar Anak Nekamese,
jemaat diberi kesempatan untuk terlibat dan bekerja sama dalam setiap kegiatan
mereka menyadari bahwa terdapat potensi manusia dan sumber daya alam di desa
ekonomi ini berupa: Jemaat dilatih untuk manfaatkan hasil-hasil alam untuk
diolah menjadi pangan lokal yang bisa dikonsumsi dan dijual, seperti mengolah
kelor mejadi cokelat kelor, teh kelor, kopi kelor dan stik kelor. Jemaat juga
disadarkan bahwa, mereka memiliki motif tenunan buna met luman yang
merupakan motif kerajaan yang sangat diminati oleh banyak orang dan memiliki
nilai jual yang sangat mahal. Kemampuan diri jemaat terus dibangun dengan
melalui media sosial. Hal ini kemudian menumbuhkan kedasaran diri jemaat,
bahwa desa tempat tinggal mereka memiliki potensi yang bisa dikembangkan
pemberdayaan melalui bidang pendidikan bagi anak-anak. Hal ini nampak melalui
49
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengikuti les baca, tulis,
hitung, les bahasa Inggris dan perpustakaan bagi anak-anak. Melalui program
Sanggar Anak Nekamese, gereja juga memberikan wadah bagi anak-anak untuk
menyadari bahwa di dalam diri mereka terdapat potensi dan bakat yang bisa
dikembangkan menjadi baik. Anak-anak juga semakin menjadi lebih percaya diri
sehingga mereka berani untuk melakukan perubahan di dalam diri mereka dan
Apa yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese, lewat program Sanggar
Anak Nekamese telah menunjukan adanya tindakan yang dilakukan gereja untuk
menolong orang-orang miskin sehingga tidak ada lagi dalam kemiskinan dan
pembangunan jemaat yang memiliki dampak positif bagi jemaat yang berada
menunjukan bahwa diakonia gereja tidak bersifat karitatif saja, melainkan juga
bersifat reformatif dan transformatif. Hal ini nampak melalui program Sanggar
Anak Nekamese. Contohnya yaitu jemaat diberi benang yang akan dipakai untuk
menenun dan jemaat juga diberi kesempatan untuk menenun sekaligus melakukan
riset budaya melalui motif tenunan yang dihasilkan. Melalui uang yang diperoleh
50
dari penjualan tenunan, jemaat gunakan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi
sehari-hari termasuk untuk biaya pendidikan anak. Hal ini menunjukan bahwa,
gereja tidak selalu memberikan ikan kepada jemaat, tetapi gereja juga
memberikan pancing dan memberi kesempatan kepada jemaat untuk mencari ikan
sendiri.
sepenuhnya tepat. Terdapat beberapa anggota jemaat yang belum dijangkau oleh
gereja dalam upaya pemberdayaan dan terdapat sebagian jemaat yang belum
Anak Nekamese. Hal ini dikarenakan jarak yang cukup jauh antara rumah dan
gereja. Sehingga mereka hanya hadir pada saat kebaktian Minggu dan kebaktian
hal ini pendeta sebagai orang yang menginisiasi program Sanggar Anak
menjalankan program yang dirancangkan. Hal ini tidak selaras dengan proses
Pemberdayaan Jemaat yang ingin menjadikan jemaat yang mandiri. Hal ini bisa
sangat memperhatikan potensi dan hal-hal baik yang ada dalam jemaat. Hal ini
51
disebut sebagai pendekatan Appreciative Inquiry (AI). Model pendekatan
berkembang menjadi visi kolektif dan kooperatif. Pada tahapan ini di bagi
Dalam hasil penelitian, tahap ini dimulai ketika Pdt. Seprianus Adonis
melihat beberapa potensi yang baik dari jemaat GMIT Nekamese. Potensi tersebut
1) Sebagian besar anggota Jemaat GMIT Nekamese adalah dari kalangan anak-
anak. Hal ini menjadi potensi jemaat untuk memberdayakan mereka di bidang
Misalnya, natoni (syair adat), tarian daerah, juga budaya santun ketika
49
J. B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui Appreciative
Inquiry (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2014), hlm 3-6.
52
pengembangan potensi jemaat. Dengan mengembangkan budaya yang mereka
3) Jemaat GMIT Nekamese juga bisa menenun dan memiliki motif tenunan buna
met luman yang diminati banyak orang dan memiliki nilai jual yang sangat
Amanuban. Dengan melihat nilai estetika dari tenunan buna met luman yang
tinggi, karena merupakan motif kerajaan, dan juga nilai ekonominya yang
tenunan adat pada motif ini. Sanggar Anak Nekamese melalui program yang
4) Jemaat GMIT Nekamese terkenal dengan hasil alam yang cukup baik berupa
singkong (jemaat sering menyebutnya ubi kayu) yang isinya sangat empuk,
asam jawa, jagung, dan waluh (orang Timor menyebutnya labu lilin). Mereka
juga memiliki hasil alam berupa madu hutan yang sangat diminati oleh banyak
orang dan memiliki nilai jual yang tinggi. Hasil alam dari jemaat ini, tentu
difasilitasi untuk mengolah dan memanfaatkan semua hasil alam yang ada
untuk pengembangan ekonomi. Hasil alam ini, ada yang diolah menjadi bahan
pangan lokal untuk dijual, ada juga yang langsung dijual, misalnya madu.
53
Setelah menemukan hal-hal positif yang ada pada jemaat, selanjutnya
adalah tahap Dream. Berpangkal pada hal-hal positif yang sudah ditemukan, tahap
muncul pada tahap Discovery, dapat ditarik tema-tema kunci dari balik
pengalaman-pengalaman positif yang ditemukan. Inti dari tahap ini adalah apa
saja mimpi yang dapat diukur, dicapai dan realistis dari jemaat GMIT Nekamese.
1) Harapan jemaat GMIT Nekamese adalah budaya setempat tidak punah dan
tetap dilestarikan.
2) Mimpi Jemaat GMIT Nekamese adalah anak-anak bisa memiliki wadah atau
ruang pengembangan minat dan bakat, berbasis budaya dan tradisi lokal.
4) Harapan jemaat GMIT Nekamese adalah desa tetap dijadikan sebagai tempat
yang aman dan bisa memiliki penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup,
sehingga tidak ada lagi jemaat yang pergi bekerja di luar daerah atau luar
negeri.
aman dan nyaman untuk belajar, bermain dan berlindung dari kasus kekerasan
Tahap berikut yang dilakukan adalah tahap Design. Pada tahap ini semua ikut
54
menghubungkan apa yang telah ditemukan sebagai positif dengan apa yang
diimpikan. Melalui dialog dibangun komitmen menuju masa depan bersama. Hal
mengenai apa yang terjadi jika inti-positif organisasi berjalan dengan baik dalam
keseluruhan strategi, proses, sistem, keputusan dan kolaborasinya. Kunci fase ini
tradisonal. Mereka membentuk kelas tarian dan membuat jadwal untuk belajar
GMIT Nekamese disepakati bersama bahwa kelompok kecil yang telah dibentuk
dimasukkan dalam program pelayanan jemaat dan diberi nama Sanggar Anak
Nekamese. Setelah itu jumlah anggota bertambah banyak sehingga kegiatan yang
Tahap yang terakhir adalah Destiny. Tahap ini dicapai melalui inovasi dan
aksi kolektif. Semua partisipan membangun masa depan, menciptakan apa yang
kolektif.
Tahap ini dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese. Jemaat mulai membagi
diri dalam tiga kelompok yaitu kelompok anak-anak, pemuda dan orang tua. Jenis
55
kegiatan yang dilakukan oleh setiap kelompok berbeda-beda. Anak-anak mulai
tersedia menjadi pangan lokal. Orang tua mulai mengusahakan lahan masing-
masing dengan sumber daya yang tersedia. Jemaat mulai diperlengkapi dengan
nampak sebagai upaya pembangunan jemaat. Upaya itu dilakukan sebagai cara
membuat jemaat menjadi vital. Jemaat yang vital berfokus pada kehidupan:
kehidupan yang baru, pemancaran terang yang baru dan daya tarik yang baru.
bagian dari pelaku pelayanan di dalam gereja. Sehingga tingkat keaktifan jemaat
dalam setiap program pelayanan gereja semakin bertambah baik. Hal ini
kemudian berdampak baik dalam relasi antara sesama anggota jemaat, yaitu
terciptanya persekutuan yang semakin erat dan kerja sama di dalam gereja dan
baru dalam keluarga. Melalui hasil penjualan tenunan dan anyaman dapat
dapat membayar biaya pendidikan dan orang tua dapat membeli kebutuhan
56
Pemancaran terang yang baru merupakan tujuan kedua dari proses
Pembangunan Jemaat. Pemancaran terang yang baru terjadi dalam gereja itu
sendiri. Gereja tidak saja melayani kehidupan rohani jemaat tetapi juga melayani
desa yang merupakan tempat kelahiran mereka memiliki sumber daya manusia
dan alam yang bisa dikembangkan dan memiliki nilai ekonomis yang baik.
menjadi lebih baik. Kehidupan mereka bukan saja diisi dengan bermain namun
juga dengan belajar. Anak-anak semakin menyadari bahwa di dalam diri mereka
terdapat kemampuan dan bakat yang kemudian dilatih dan dikembangkan menjadi
tarik yang baru bagi jemaat setempat dan lingkungan sekitar. Ini terjadi di
Nekamese. Semakin banyak anggota jemaat yang mulai aktif dalam program
bertambah banyak, mulai dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Hal ini
57
dikarenakan gereja melibatkan jemaat dan setiap program yang dirancangkan
Nekamese, jemaat yang melibatkan diri dalam gereja pun bertambah. Hal itu
nampak dalam berbagai bentuk kebaktian jemaat. Jumlah jemaat yang hadir dalam
Upaya Pembangunan Jemaat ini telah memberikan daya tarik bagi desa
Neke, tempat di mana Jemaat GMIT Nekamese berada. Pada awalnya desa Neke
dianggap tidak dapat memberikan penghidupan yang layak bagi jemaat, sehingga
desa yang awalnya dianggap tidak memiliki sumber daya yang bisa dikelola bagi
kehidupan mereka, sekarang memiliki daya tarik yang baru bagi jemaat. Hal itu
terlihat dalam jemaat, di mana jumlah anak-anak muda yang sering merantau
setiap tahun menjadi berkurang. Bahkan beberapa jemaat yang awalnya bekerja di
luar daerah telah kembali dan bekerja di desa Neke, dan melibatkan diri di
GMIT Nekamese dalam upaya pembangunan jemaat vital dan menarik melalui
Sanggar Anak Nekamese telah memberikan daya tarik tersendiri bagi kehidupan
masyarakat di desa Neke terkhususnya bagi Jemaat GMIT Nekamese. Desa Neke
kini menjadi tempat tinggal yang dianggap layak bagi penghidupan jemaat di
sana.
58
Bukan hanya itu, Sanggar Anak Nekamese juga berdampak luas bagi
membawa daya tarik bagi masyarakat luar untuk terlibat dan belajar dalam
hasil alam menjadi pangan lokal. Masyarakat dari beberapa desa tetangga juga
tertarik dengan Pembangunan Jemaat ini. Mereka pun beberapa kali berkunjung
dan belajar dari Sanggar Anak Nekamese. Kehadiran mereka juga membawa
bukan saja berkunjung dan belajar tetapi juga membeli hasil-hasil produk dari
Rangkuman
yang dikembangkan berdasarkan potensi baik yang ada pada jemaat GMIT
sehingga tidak lagi berada dalam kemiskinan. Harapan terdalam dari program
memiliki potensi dalam diri yang bisa dikembangkan dan desa tempat kelahiran
mereka memiliki sumber daya alam yang bisa dikelola untuk menghasilkan uang,
sehingga jemaat tidak lagi pergi meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan di
luar daerah. Hal ini kemudian dapat menjadikan jemaat memilih menetap di desa
59
Program Sanggar Anak Nekamese dijalankan sesuai dengan aspek-aspek
pembangunan jemaat. Program ini bertahan sampai dengan saat ini karena dapat
dukungan dari semua pihak. Menjadi penting bagi gereja untuk memahami
realitas yang ada sehingga upaya pemberdayaan yang diusahakan relevan. Gereja
Tetapi program ini juga tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang bisa
untuk dicari jalan keluarnya agar tidak berdampak buruk di kemudian hari.
BAB III
Nekamese. Pada Bab ini, penulis hendak menguraikan tinjauan teologis mengenai
pembangunan jemaat yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese. Penulis akan
60
selanjutnya Pembangunan Jemaat dan Upaya Pemberdayaan Jemaat dan Tinjauan
perhatian pada pembangunan sumber daya manusia yang memiliki potensi. Setiap
individu dalam suatu komunitas tertentu, memiliki potensi yang dapat diolah dan
yang dimiliki demi terwujudnya kesejahteraan yang merata dalam jemaat. Upaya
secara lengkap banyak diuraikan dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru. Dalam Alkitab menjelaskan bahwa, Allah adalah Allah yang
Allah dalam dunia dan bagi dunia mengandaikan suatu upaya penyadaran kepada
manusia untuk menyadari akan potensi yang dimiliki. Dalam kisah penciptaan
50
Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012), hlm 56.
61
itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
dalamnya. Kuasa diberikan kepada manusia, tetapi kuasa datang dari Allah.
Karena amanat Allah kepada manusia adalah demi kebaikan manusia dan
mengubah bumi dan mengambil hasilnya bagi kebutuhan sesamanya dan dirinya
manusia. 51
memelihara taman Eden (bdg, Kejadian 2:15). Teks ini secara tersirat hendak
menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk mengelola dan
memelihara segala sesuatu demi kehidupannya. Oleh karena itu, setiap manusia
memiliki potensi yang dapat diberdayakan dengan berbagai cara. Pada ayat ini,
kata kerja mengusahakan menggunakan kata Ibrani le’abdah yang terdiri dari le
dengan arti “untuk” dan abad yang secara umum memiliki arti “mengerjakan atau
Kata abad pertama kali muncul dalam Alkitab, yakni dalam Kejadian
2:15, untuk menceritakan keadaan pasca Tuhan selesai menciptakan langit dan
bumi, yaitu dikisahkan bahwa di bumi belum ada semak dan tumbuhan di padang
karena: belum ada orang untuk mengusahakan (abad) tanah itu. Di sini nampak
51
Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1989), hlm 121.
52
Christopher Bart, Theologi Perjanjian Lama 3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), hlm 96.
62
bahwa Tuhan menciptakan bumi dan isinya sebagai tempat manusia berdaya guna
dan mengusahakan sesuatu. Allah telah bekerja dengan menciptakan bumi dan
diciptakan sesuai citra-Nya juga menjadi rekan sekerja-Nya. Allah ingin manusia
alasan mengapa muncul kata abad dalam Kejadian 2:15 yang menyiratkan Tuhan
Jika diamati lebih dalam, konsep karya penyelamatan Allah bukan sesuatu
yang terjadi dalam dunia maya, tetapi dalam praksis sejarah manusia. Karya
missioner Yesus adalah tanda nyata kehadiran Allah dalam sejarah. Yesus hadir
dunia.
tegas dan khusus, berbicara tentang Yesus datang dan menyembuhkan mereka
tentang Yesus ialah, bahwa Ia tidak puas dengan hanya memberi tahu manusia
53
Francis Brown, The New Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew English Lexicon
(Massachusetts: Hendrickson Publishers, 2001), hal 713.
63
menjadi perbuatan dan tindakan. Hal ini menunjukan bahwa dalam misi
pembebasan. 54
misi pembebasan dan pemberdayaan dengan baik, Yesus berusaha mengenal dan
politik, agama, dan budaya. 55 Dengan mengenal konteks secara mendalam, Yesus
mampu mewartakan Allah yang dalam bahasa yang baru dan cocok dengan
Yesus menawarkan utopia tahun rahmat Tuhan, yang akan menjadi sejarah
pada kaum miskin dan tertindas. Jadi pertama-tama dikatan bahwa “kabar baik”
mengenai keselamatan itu terutama akan menjadi kabar baik untuk orang-orang
miskin, yakni rakyat biasa atau orang banyak, yang oleh orang-orang berkuasa
54
William Barclay, Peahaman Alkitab Setiap Hari, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), hlm 137.
55
Y. Ambroise dan R. G. I. Lobo, Transformasi Sosial Gaya Yesus, penerj. Y. M. Florisan,
(Maumere: LPBAJ, 2000), hlm 26-31.
56
L. Boff, Yesus Kristus Pembebas, penerjemah. A. Armanjaya dan G. Kirchberger, (Maumere:
LPBAJ, 1991), hlm.33.
64
diberitakan bahwa mereka akan melihat, sedang orang-orang yang tertindas akan
dibebaskan. 57
Kaum miskin yang berada dalam Sinagoge itu merasakan bahwa ada orang
Yesus menunjukkan opsi dan komitmen yang kuat dan total terhadap pembebasan
kaum miskin dan tertindas. Tingkah laku Yesus menunjukkan solidaritas dan
kesatuan dengan kaum miskin dan tertindas. Solidaritas dan kesatuan-Nya dengan
kaum miskin dinyatakan lewat apresiasi-Nya kepada pribadi dan nilai-nilai yang
mereka miliki. Hal ini menunjukan bahwa, Yesus sedang berupaya untuk
Misi pembebasan yang dilakukan oleh Yesus dalam injil Lukas ini
ditujukan kepada semua bangsa. Gagasan misi kepada semua bangsa ditekankan
Yesus di Galilea ini, Ia mengutip cerita Nabi Elia dan Elisa. Yesus mengatakan
bahwa ketika terjadi kelaparan yang hebat di Israel Allah mengutus Elia bukan
kepada salah seorang janda di Israel melainkan kepada seorang janda di Sarfat di
tanah Sidom (suatu negeri orang kafir). Perkataan Yesus ini hendak
Pemberdayaan yang dilakukan oleh Yesus tidak bisa dibendung atau dibatasi oleh
65
keselamatan bagi orang miskin melampaui semua batas itu. Dalam menjalankan
misi pembebasan, Yesus bekerja melalui orang-orang yang dianggap lemah dan
berdosa oleh manusia. Namun, Yesus memiliki cara pandang tersendiri terhadap
dari belenggu penderitaan di dunia, yang antara lain disebabkan oleh kemiskinan.
Yesus menjadi pembebas bagi kaum miskin yang tertindas. Dalam diri Yesus,
tampak secara nyata dan penuh kehadiran aktif Allah Pembebas. Dengan
sebagai tubuh Kristus dan masing-masing jemaat sebagai bagian dari anggota
tubuh itu. Sebagaimana tubuh hanya dapat berfungsi dengan normal bilamana
seluruh anggota bekerja sesuai dengan fungsinya, demikian pula gereja akan dapat
ditunjang secara aktif oleh peran serta seluruh anggotanya. Pemimpin gereja yang
59
Samuel Benyamin Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus, (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), hlm
70.
60
Edgar D. Kamarulah, Peran Serta Jemaat Dalam Pelayanan Holistic Gereja Menuju
Transformasi Masyarakat, (Makasar: Jurnal Teologi SFT Jaffray Makasar, 2017), hlm 81.
66
Selanjutnya dalam Efesus 4:15-16, misi pembebasan dan pemberdayaan
itu, kemudian, dilanjutkan oleh gereja sebagai tugas hakikatnya. Gereja dipanggil
untuk menjadi Gereja Yesus Kristus, sakramen persekutuan, tanda dan sarana
yang melaluinya orang di semua tempat dan pada segala zaman dapat mengerti
gereja itu, pertama-tama adalah pekerjaan Roh Kudus yang memakai manusia
sebagai alat-Nya, gereja terpanggil untuk menggunakan segala karunia yang ada
yang dinamis dan tidak statis, pembangunan dan pertumbuhan gereja itu harus
berada bagi yang lain dan terlibat dalam persoalan-persoalan hidup manusia,
Gereja bukanlah satu tujuan dalam dirinya sendiri, melainkan sebuah sarana yang
Pembangunan jemaat adalah suatu upaya merubah orang menuju arah perubahan
67
diharapkan dapat menangani proses perubahan yang terus berlangsung dengan
disebut vitalisasi yang berarti berproses menjadikan jemaat berdaya, hidup, dan
terang yang baru, dan daya tarik yang baru. Pembangunan jemaat mau ikut
membangun gereja di mana orang dengan semangat yang baru mau berdiam dan
bekerja. 64
menarik. Jemaat menjadi vital dan menarik ketika umat saling didengarkan dan
dalam situasi darurat maupun situasi yang normal. Pembangunan Jemaat adalah
pemain utama dalam gereja dan bukan hanya melihat isi dompetnya untuk
mengisi kas gereja dan badannya untuk memenuhi tempat-tempat duduk yang ada
Menurut Hooijdonk. 66
terdapat 5 aspek dasar dalam upaya pembangunan
jemaat. Pertama, bertindak imani dan rasional. Dalam upaya pembangunan jemaat
mengimani karya Roh Kudus dalam gereja serta bertindak rasional untuk
64
Rob Van Kessel, 6 Tempayan Air, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm 1.
65
Timotius Kurniawan Sutanto, 3 Dimensi Keesaan dalam Pembangunan Jemaat, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008), hlm 31-32.
66
P.G Van Hoijdonk, Batu-batu Yang Hidup, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), hlm 66-75.
68
terjangkau. Apa yang telah dilakukan oleh Jemaat GMIT Nekamese menunjukan
adanya tindakan iman sekaligus rasional di dalamnya. Tindakan iman bahwa Roh
Kudus mampu bekerja untuk menolong orang percaya sehingga bisa keluar dari
berbagai pergumulan dalam hidupnya. Tetapi tidak berhenti di situ, Jemaat GMIT
jemaat yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks kebudayaan Jemaat GMIT
Nekamese. Jemaat tidak hanya berharap pada Tuhan, namun mereka diberi
dan hasil. Ketika gereja ingin mencapai kebutuhan dan hasil yang maksimal, maka
sangat perlu untuk mengetahui kebutuhan atau persoalan yang dihadapi oleh
jemaat.
dilakukan oleh Jemaat GMIT Nekamese. Fakta menunjukan bahwa jemaat sedang
keluarga dapat membuat jemaat tetap tinggal di desa sehingga tidak pergi bekerja
ke luar negeri. Hal ini yang mendorong Jemaat GMIT Nekamese merancang
sehingga mampu mengolah hasil alam yang dimiliki dan anak-anak memiliki
69
tempat untuk belajar dan bermain tanpa memikirkan biaya yang harus
dikeluarkan.
Ketiga, bertindak menurut tata waktu atau secara proses. Hal ini
merupakan aspek dasar pembangunan jemaat yang dapat menentukan hasil yang
akan dicapai. Secara sederhana proses itu dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
menyadari tahap yang harus dilalui dalam pelaksanaan program Sanggar Anak
dilakukan. Tahap perencanaan dilakukan secara cepat karena ada begitu banyak
dengan jati diri dan pengertian hidupnya. Pelaksanaan Program Sanggar Anak
organisasi karena telah menciptakan relasi yang baik di dalam setiap anggota
jemaat. Lewat program ini jemaat juga diajak untuk bisa saling peduli dengan
70
sesama, mau berjuang untuk kebaikan bersama dan komunitas dan bekerjasama
bekerjasama sebagai rekan, dengan empati terhadap orang lain dan sekaligus
penuh perhatian terhadap perasaannya sendiri dan bukanlah partisipasi yang lahir
karena adanya paksaan atau tekanan. Melihat partisipasi jemaat dalam Program
dari dalam diri untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
program. Jemaat memiliki ruang dan kesempatan untuk berkarya dan belajar
pembangunan jemaat yang dilaksanakan oleh Jemaat GMIT Nekamese ini tepat
dasar bagi kaum marginal, entah oleh kaum marginal itu sendiri maupun oleh
71
proses. Itu berarti bahwa ada tahapan yang harus dilalui untuk sampai pada situasi
berdaya, entah oleh mereka yang diberdayakan maupun oleh mereka yang
memberdayakan orang lain. Pemberdayaan bukan sesuatu yang sekali jadi. Kedua,
kaum marginal. Itu berarti bahwa ada sesuatu yang baru yang muncul dalam
menjadi tergantung pada program atau bantuan, akan tetapi membuat jemaat
kesehatan yang lebih baik, pengetahuan dan keahlian yang meningkat kemudian
67
Lihat Fransiskus Sales Lega, Pastoral Pemberdayaan, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka,
2005), hlm 2.
68
Yvon Ambroise, Memberdayakan Kaum Miskin (Maumere: LPBAJ, 2000), hlm 69-70.
72
penggunaan kemampuan yang telah dimiliki untuk bekerja, menikmati kehidupan,
atau untuk aktif dalam berbagai kegiatan sosial, politik, dan kebudayaan.
kreatif dari jemaat sebagai sumber daya pemberdayaan yang paling utama dan
memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin
kesempatan yang lebih besar kepada jemaat sebagai subyek dan pengguna hasil-
memberikan kekuatan kepada orang atau kelompok yang lemah agar mereka
menyadari posisi dirinya sendiri sehingga timbul umpan balik dari dalam yang
selemah apapun dirinya, dalam dirinya masih mempunyai daya dan kekuatan yang
proses yang disengaja dan direncanakan secara terus menerus serta memiliki
69
Christian Schwarz, Pertumbuhan Gereja Alamiah (Jakarta: Metanoia, 1998), hlm 6.
70
Dr. Rahman Mulyawan, Masyarakat, Wilayah, dan Pembangunan. Vol. 2 No. 18, Pustaka
Unpad, 2016. hlm 46.
73
tujuan, yaitu mereka yang diberdayakan memiliki akses untuk mendapatkan dan
sosial yang mendalam dan kritis. Analisis sosial harus dipandang sebagai bagian
integral dari proses pemberdayaan. Karena pada prinsipnya, analisis sosial berarti
suatu usaha untuk mempelajari struktur sosial yang ada, institusi ekonomi, politik,
agama budaya dan keluarga sehingga kita tahu sejauh mana dan bagaimana
kita akan mampu melihat satu masalah sosial yang ada dalam konteks yang luas.
Analisis sosial yang tepat memungkinkan kita merencanakan aksi yang tepat pula
untuk sungguh-sungguh (kembali) menjadi gereja yang mandiri, kritis dan dewasa
dalam praksisnya. Gereja harus menyadari bahwa ada banyak potensi dan
kemampuan dari anggota jemaat yang jika digali serta dikenali dengan serius
terus berkumpul dan kemudian diberdayakan untuk mengerti dengan baik siapa
mereka dan apa yang hendak mereka lakukan, khususnya dalam memperjuangkan
74
kita dapat pahami bahwa gereja yang tidak memberdayakan anggota-anggota
jemaatnya untuk menjadi gereja yang mandiri, kritis dan dewasa dalam praksis
sangat kuat terhadap pertumbuhan gereja, karena gereja yang bertumbuh secara
efektif membutuhkan para pemimpin yang banyak dan bergerak secara bersama-
untuk memfasilitasi proses itu demi transformasi hidup jemaat yang dilayani.
Pemberdayaan yang efektif harus bergerak dari jemaat atau kelompok yang
diberdayakan itu sendiri. Mereka harus dipandang sebagai pusat dan sumber
73
John C. Maxwell dan Jim Dornan, Becoming A Person Of Influence, (Jakarta: Harvest
Publication House, 2007), hlm 4-5.
74
Rijnardus A. van Kooij, dkk, Menguak Fakta, Menata Karya Nyata, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008), hlm 23.
75
melahirkan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam diri kelompok atau jemaat yang
diberdayakan. Karena itu, pemberdayaan yang efektif harus selalu bertolak dari
individu, memampukan mereka menjadi semua yang Allah kehendaki atas diri
mereka. 76
Dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan makna konseptual dari
keterampilan melakukan sesuatu dengan hasil yang jauh lebih baik. Seorang
pemimpin gereja yang berbuah adalah bukan menghasilkan pengikut tetapi yang
individu tertentu. Setiap orang memiliki kesempatan serta tanggung jawab yang
dan tanggung jawab yang besar. Kendati demikian, ia (pemimpin jemaat itu) perlu
75
Christian Schwarz, Pertumbuhan Gereja Alamiah, (Jakarta: Metanoia, 1998), hlm 22.
76
ibid, hlm 24.
76
didukung secara penuh oleh jemaatnya (anggotanya). Hal ini, memungkinkan
Jika hal ini (potensi) dapat diorganisir secara serius, bahkan tidak mungkin untuk
GMIT memiliki potensi sumber daya alam yang memadai, sumber daya manusia
Inquiry (AI) dapat menolong jemaat GMIT untuk tidak melihat pada masalah dan
kekurangan yang ada tetapi melihat pada asset atau potensi yang dimiliki oleh
jemaat yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab yang
serius bagi jemaat-jemaat GMIT untuk melihat potensi tersebut dan diberdayakan.
Sanggar anak Nekamese adalah salah satu contoh bentuk pemberdayaan yang
Dalam perkembangan zaman ini, untuk merespon tugas panggilannya gereja terus
gereja. Sebagai gereja yang telah di panggil dan diutus ke dalam dunia, gereja
77
Ditinjau dari penjelasan mendetail secara biblis berkaitan dengan
pemberdayaan dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bahwa Allah
jemaat GMIT Nekamese sebagai respon atas tugas dan panggilannya. Jemaat
banyak terdapat kekurangan dalam hal ini, masih ada jemaat yang belum terlibat
secara penuh. Selain itu, jemaat belum secara sadar memahami potensi (daya)
yang dimiliki. Namun, upaya dan tindakan (revolusioner) terus dilakukan oleh
gereja (secara organisasi) untuk menyadarkan jemaat setempat. Hal ini seharusnya
agar GMIT sedapat mungkin mandiri dalam daya, dana dan teologi. Upaya
mencapai visi GMIT yakni mandiri dalam daya, dana dan teologi, perlunya kerja
sama secara massif dan terstruktur oleh semua gereja. Jemaat GMIT Nekamese
menjadi salah satu jemaat yang telah berupaya untuk mewujudkan visi GMIT
yang ada dalam gereja saat ini adalah: Gereja bergerak menuju sikap individualis,
78
mengabaikan persekutuan. Gambaran gereja mula-mula lebih pada persekutuan.
Memang perlu ada aturan-aturan dalam gereja, agar pelayanan terorganisir dengan
baik, gereja perlu memperhatiakan dirinya secara fisik dan gereja perlu dilihat
mempunyai citra buruk: tidak peduli, bungkam, bisu, membutakan diri terhadap
dunia. Melalui Program Sanggar Anak Nekamese yang dilakukan oleh Jemaat
77
Malcom Brownlee, Faktor Pengambilan Keputusan Etis, (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), hal.
166
79
kepedulian kepada jemaat yang perlu untuk didampingi, dirangkul, dibangun
meninggalkan desa memilih untuk menatap dan membangun gereja dan desa
yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese, sejalan dengan misi pelayanan
yang dilakukan oleh Yesus. Kitab-kitab injil menunjukan bahwa, dalam narasi
Matius 5: 23-25, secara tegas dan khusus, berbicara tentang Yesus datang dan
80
datang untuk memberdayakan dan menyingkirkan penderitaan manusia. Hal yang
penting tentang Yesus ialah, bahwa Ia tidak puas dengan hanya memberi tahu
itu menjadi perbuatan dan tindakan. Hal ini menunjukan bahwa dalam misi
pembebasan. 78
Gereja juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan
tanggung jawab yang lebih besar untuk membangun komunitasnya. Gereja adalah
persekutuan yang lebih kecil dibandingkan pemerintah. Oleh karena itu, gereja
pemahaman eklesiologis. 79
Pemahaman tertentu mengenai gereja akan
menghasilkan gaya pemberdayaan tertentu pula. Karena itu menjadi penting untuk
78
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), hlm
137.
79
Handi Widiwitanto, “Hidup Menggereja dari Bawah dan Konsep Percaya-Sebuah Tinjauan
Singkat pada Persoalan Pemberdayaan Jemaat, Jurnal Gema Teologi, Vol. 34 No1, 2010, hlm 13.
81
dirinya sendiri untuk membuat evaluasi dan perencanaan atas pemberdayaan
jemaat.
teologis yang kuat, juga menjadi sebuah tantangan untuk konsep pemberdayaan
jemaat. 80
Semangat “Hidup menggereja dari bawah 81” menuntut pemberdayaan
bagi seluruh anggota jemaat, termasuk mereka yang justru terpinggirkan. Sebuah
pemberdayaan bukan lagi bertolak dari siapa yang perlu diberdayakan, tetapi
justru pada persoalan kontekstual apa yang harus diperhatikan dalam kehidupan
gerakan setiap individu dan kelompok terkecil dalam gereja, yang pelayanannya
semangat serta gerakan Kristus. 83 Pemberdayaan jemaat dalam konsep seperti ini
adalah soal memampukan semua anggota jemaat untuk memahami nilai dan
semangat Kristus sebagai hal yang paling mendasar dalam kehidupan bergereja
80
Ibid., Hlm. 13
81
Konsep ‘hidup menggereja dari bawah’ pertama kali saya baca dalam tulisan Banawiratma
(1997) yang berbicara mengenai rekomendasi bagi kehidupan gereja-gereja di Indonesia. Konsep
ini berangkat dari refleksi Gereja Katolik atas konsili Vatikan II mengenai gereja sebagai Umat
Tuhan dan Tubuh Kristus yang seharusnya memberi perhatian besar pada anggota jemaat di aras
lokal. Bersamaan dengan itu, kesadaran pada konteks sosial di mana jemaat lokal hidup, seperti
persoalan marjinalisasi dan penindasan kemanusiaan karena berbagai sebab, menuntut gereja serta
seluruh anggotanya untuk secara dinamis membangun refleksi dan strategi yang kontekstual dari
bawah.
82
Handi Widiwitanto, Op. Cit, Hlm.14
83
Handi Widiwitanto, Op. Cit., Hlm.14
82
dan pada akhirnya memberikan kesempatan kepada seluruh anggota jemaat untuk
GMIT. Upaya yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese hendaknya menjadi
“gelisah” dalam KBBI, memiliki banyak arti yakni gelisah berarti tidak tentram,
selalu merasa kuatir, tidak tenang, tidak sabar lagi dalam menanti, cemas. 85
Atau
gelisah dapat diartikan sebagai suasana hati yang resah. Dari berbagai arti yang
dikemukakan dalam KBBI ini, dapat diartikan secara positif bahwa gereja yang
“gelisah” adalah gereja yang resah dengan keadaan jemaatnya yang ada dalam
GMIT berada dalam realitas kemiskinan yang tidak dapat disangkal. Oleh
adalah upaya yang tidak dapat ditawar. GMIT mesti menjadi gereja yang disukai
dan gereja yang menjadi alternatif untuk banyak orang apalagi keberadaannya di
Hal di atas memang bukanlah hal yang mudah dan otomatis untuk dapat
untuk melayani dengan penuh komitmen, konsistensi serta kedisiplinan kuat dari
84
Istilah gelisah yang dipakai oleh penulis merujuk pada sikap atau perasaan yang tidak tenang
dengan situasi dalam gereja. artinya bahwa, jika dalam jemaat ada potensi yang mesti
diberdayakan, namun, upaya pemberdayaan tidak berjalan dengan baik, maka gereja mesti gelisah.
Dengan demikian gereja dapat mencari solusi untuk menemukan langkah yang tepat demi
pemberdayaan.
85
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V, Versi 1.0.4
83
manusia, namun biarlah motivasi kasih dan ketulusan menjadi dasar dan tujuan
itu, teologi Alkitab memandang segala sesuatu berpusat pada Allah, yaitu Allah
yang menurut Alkitab adalah pencipta bumi ini yang menganugerahkan kekayaan
bumi ini kepada manusia atau gereja untuk dikelola secara bertanggung jawab
pengharapan. Dalam bergulat dengan berbagai fenomena atau realitas sosial yang
kian menjadi pergumulan serius, kita mesti hidup dalam pengharapan. Albert
bagi jemaat yang sedang bergumul dengan persoalan kemiskinan dan keterbatasan
Rangkuman
86
Albert Nolan, Harapan Di Tengah Kesesakan Masa Kini; Mewujudkan Injil Pembebasan,
(Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2011), hal 45-79.
84
Pemberdayaan sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, secara
lengkap banyak diuraikan dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru. Dalam Alkitab menjelaskan bahwa, Allah adalah Allah yang membebaskan.
tetapi kuasa datang dari Allah. Karena amanat Allah kepada manusia adalah demi
missioner. Karya missioner Yesus adalah tanda nyata kehadiran Allah dalam
sejarah. Yesus hadir sebagai juruslamat untuk melakukan dan pembebasan bagi
disebabkan oleh kemiskinan. Yesus menjadi pembebas bagi kaum miskin yang
tertindas. Dalam diri Yesus, tampak secara nyata dan penuh kehadiran aktif Allah
Pembebas.
85
Misi pembebasan Allah, dilanjutkan oleh gereja. Tanggungjawab gereja
dalam praksisnya. Gereja harus menyadari bahwa ada banyak potensi dan
kemampuan dari anggota jemaat yang jika digali serta dikenali dengan serius
86
PENUTUP
II, dan III, maka bagian ini penulis akan menyimpulkan dan memberikan usul-
A. Kesimpulan
Gereja hadir untuk melanjutkan misi pelayanan Yesus di dunia. Gereja adalah
gereja jika ia berada bagi yang lain dan terlibat dalam persoalan-persoalan hidup
dunia untuk hadir dan membebaskan orang-orang yang sedang bergumul dengan
melalui khotbah, namun kebenaran dan pembebasan itu menjadi perbuatan yang
87
tidak hanya sibuk mengurusi dirinya sendiri, namun hadir sebagai gereja yang
Program Sanggar Anak Nekamese sangat tepat sasaran, terbukti semua anggota
dukungan penuh dari pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) karena
dan mampu mengurangi angka korban human trafficking. Dukungan dan kerja
sama juga muncul dari tokoh-tokoh adat karena program pemberdayaan ini
positif bagi jemaat GMIT Nekamese. Jemaat semakin aktif dan produktif dalam
yaitu pertumbuhan rohani dan menjadikan anak-anak semakin aktif dan inovatif
jemaat akan potensi dalam diri dan hasil alam, menjadikan jemaat semakin
berusaha mengembangkan desa sebagai tempat tinggal yang baik. Jemaat GMIT
88
yang terus dilakukan sebagai respon atas panggilan gereja untuk peduli dan
dalamnya. Karena amanat Allah kepada manusia adalah demi kebaikan manusia
namun Yesus pertama-tama justru bersabda dan berkarya demi membebaskan dan
89
Gereja melanjutkan misi pembebasan Allah. Tanggungjawab gereja yang
sungguh-sungguh menjadi gereja yang mandiri secara dana, daya dan teologi.
Gereja harus menyadari bahwa ada banyak potensi dan kemampuan dari anggota
jemaat yang jika digali serta dikenali dengan serius dapat mendukung kehidupan
kemiskinan.
Anak Nekamese memberikan harapan yang nyata bagi jemaat yang sedang
reformatif dan transformatif. Jemaat yang diberdayakan tidak bisa hanya diberi
ikan terus, atau diberi pancing terus, melainkan juga harus diberi kesempatan
untuk memancing.
90
Sebagai akhir dari tulisan ini, maka dalam rangka mendukung program
pembangunan jemaat lain di wilayah pelayanan GMIT, maka usul dan saran dari
penulis adalah:
Pelatihan kepada pengurus dilakukan agar mereka semakin terlatih dan lebih
mandiri jika suatu ketika pendeta yang menginisiasi program tersebut pindah.
seluruh anggota Jemaat GMIT Nekamese termasuk para pekerja imigran yang
sudah kembali agar mereka tidak kembali menjadi pekerja migran lagi.
yaitu kelas menulis cerita-cerita pendek tentang kearifan lokal, seperti pangan,
alam dan tenunan yang kemudian bisa dijadikan buku dan arsip.
4. Anggota Jemaat GMIT Nekamese yang terlibat dalam Program Sanggar Anak
Nekamese harus terus berinovasi dalam pengolahan pangan lokal dan tenunan
agar tidak kalah bersaing dengan produk-produk dari luar, sehingga program
GMIT:
jemaat setempat.
91
2. Gereja-gereja dalam lingkup GMIT bisa mengambil contoh model
tempat.
DAFTAR PUSTAKA
- Alkitab
- Kamus
- Buku
Ambroise, Yvon,
Banawiratma, J.B,
Brownlee, Malcolm,
92
1989, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, Jakarta: Gunung Mulia.
Bart, Christopher,
Brown, Francis,
Creswell, Jhon W,
Hadiwijono, Harun,
Hendriks J,
Gunung Mulia.
93
Kessel, Rob van,
Nolan, Albert,
Sutanto, Timotius K,
Sukmadinata N. S,
94
2008, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Semiawan, Conny R,
Wijaya, Hengki,
- Sumber Internet
- Wawancara
95
Banamtuan, Popi (Relawan Sanggar Anak Nekamese)
96
LAMPIRAN
. Diaken/
Pengajar
97
10. Yulianan Nubatonis P Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu
98
33. Desti Kikhau P Pengajar Mata Jemaat Imanuel Postenu
99
55. Maria Nesimnasi P Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu
100
77. Yuliana Tasuib P Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu
101