Anda di halaman 1dari 108

MOTTO

Sesuatu Yang Indah Tidak Mungkin Dikerjakan Sendiri

PERSEMBAHAN:

 Allah Sang Pemberi Kehidupan

 Gereja Masehi Injili di Timor

 Orang Tua Tercinta, Saudara-saudariku Tercinta, serta semua kerabat

seperjuangan

 Almamater tercinta (Fakultas Teologi UKAW Kupang)

 Sanggar Anak Nekamese

i
Kata Pengantar

Syukur kepada Allah sumber kehidupan, yang menuntun dan

mamampukan penulis dalam setiap proses yang telah di lalui dalam kehidupan.

Bagi penulis, berada di Fakultas Teologi merupakan salah satu kesempatan

berharga yang Allah perkenankan terjadi di dalam kehidupan penulis. Melalui

proses belajar yang panjang, Allah membentuk penulis, menjadi pelayan yang

siap menolong dan memberdayakan sesama. Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi

penulis untuk tidak mengucap syukur pada Allah. Penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ini pun semata-mata karena atas kehendak Allah.

Penulis, selama menempuh pendidikan di Fakultas Teologi, mendapat

restu dan dukungan dari keluarga tercinta serta Jemaat GMIT Sonaf Manekan

Tabun sebagai gereja pengutus. Penulis juga menyadari, bahwa sesungguhnya

tidak mampu sampai pada titik ini, jika tanpa dukungan dari para kerabat pengajar

PAR GMIT Sonaf Menekan Tabun, teman seperjuangan di Fakultas teologi, para

kerabat komunitas belajar CSCD, Sanggar Anak Nekamese dan seluruh

masyarakat bumi yang pernah mendukung dan mendoakan penulis. Melalui

kesempatan ini, penulis juga ingin berterima kasih kepada semua bapak dan

mama dosen Fakultas Teologi UKAW yang dengan penuh kasih dan kesabaran

mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis. Kepada Pdt. Drs. Maria R. A.

Ratu-Pada sebagai dosen Pembimbing akademik yang membimbing penulis

dalam hal kepengurusan studi dari semester satu hingga semester akhir.

Selama proses penulisan karya tulis ini, penulis tidak bekerja sendiri,

sebab penulis dibimbing oleh dua pembimbing yang sangat kompeten, sehingga

ii
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sebagai sebuah langkah awal bagi

penulis untuk memberdayakan orang-orang yang terpinggirkan. Oleh sebab itu

pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan limpah terima kasih kepada

kedua pembimbing sekaligus orang tua yang sudah membimbing penulis yakni,

Pdt. Mefibosed Radja Pono, M. Si-Teol, dan Pdt. Dr. Adriana Tunliu.

Untuk itu, dengan penuh kerendahan hati penulis ingin mengucapkan

limpah terimakasih kepada semua umat ciptaan Allah yang telah melengkapi,

baik dalam dukungan moril, material, dan doa yang tulus. Tidak ada sesuatu

yang lebih berharga untuk diberikan, selain doa dan ungkapan terima kasih yang

sedalamnya dari penulis.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan, Penulis mempersembahkan karya

tulis ini, dengan harapan bahwa, karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi

para pembacanya. Namun, sebagai manusia yang terbatas, penulis menyadari

bahwa penulis memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis juga

membutuhkan usul dan saran sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan

karya tulis ke depan. Akhir kata “Teriring salam dan Doa Tulus” Kiranya Allah

memberkati kita semua.

Kupang, 21 Mei 2021

Penulis

iii
ABSTRAK

Pembangunan jemaat, pada dasarnya adalah membangun orang menuju proses


perubahan ke arah yang baik, misalnya melalui upaya pemberdayaan jemaat.
Selanjutnya, upaya ini dilakukan agar jemaat mampu menjadi sarana dan tanda
keselamatan dari Allah kepada dunia. Artinya, Gereja membangun kemampuan
masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi
tindakan nyata. Inilah yang dilakukan oleh Jemaat GMIT Nekamese dalam
program Sanggar Anak Nekamese. Sanggar ini lahir dari pergumulan panjang
jemaat dengan kemiskinan. Sebenarnya, sumber daya alam di jemaat cukup
melimpah hanya saja tidak didukung dengan sumber daya manusianya. Cukup
lama, karena kebutuhan ekonomi tidak tercukupi mendorong sejumlah anggota
jemaat untuk meninggalkan desa dan pergi mencari perkerjaan di luar daerah
tanpa pendidikan formal ataupun ketrampilan yang memadai. Apakah program ini
memenuhi kriteria/syarat/standar pembangunan jemaat?
Pertanyaan ini mendorong Penulis untuk meneliti secara lebih mendalam.
Metode Penelitian Kualitatif yang dipilih dengan tujuan untuk mendapatkan
pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita, masalah, serta
peristiwa yang dapat dipahami. Penulis melakukan observasi langsung dan
wawancara mendalam dengan sejumlah informan kunci. Untuk menyelesaikan
tulisan ini, penulis menggunakan metode penulisan, deskriptif, analisis dan
reflektif.
Berdasarkan hasil penelitian, Program Sanggar Anak Nekamese menjadi
upaya pemberdayaan jemaat yang berjalan sesuai dengan tahapan dalam proses
pembangunan jemaat. Pemberdayaan jemaat ini menggunakan pendekatan
Appreciative Inquiry, untuk melihat potensi baik yang ada pada jemaat Nekamese
dan mengembangkannya untuk pengembangan komunitas jemaat Nekamese.
Kehadiran Program Sanggar Anak Nekamese telah menjawab persoalan yang
dialami oleh jemaat GMIT Nekamese, dan membawa jemaat keluar dari
persoalan kemiskinan. Program ini menjadi bagian dari pembangunan jemaat,
sebab jemaat yang terlibat di dalamnya diberdayakan dan turut serta dalam
membangun gereja sebagai komunitas orang percaya, yang menghadirkan tanda-
tanda Kerajaan Allah. Sebagaimana Yesus Kristus kepala gereja memberdayakan
orang-orang miskin, Jemaat Nekamese juga meneladaninya sebagai gereja yang
peduli terhadap persoalan kemiskinan.

Kata kunci: Pembangunan Jemaat, Pemberdayaan, Kemiskinan, Sanggar Anak


Nekamese, Apprecitive Inquiy.

iv
DAFTAR ISI

COVER

LEMBARAN PENGESAHAN

MOTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

ABSTRAK....................................................................................................iv

DAFTAR ISI.................................................................................................v

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Pembatasan Masalah......................................................................8

C. Perumusan Masalah........................................................................8

D. Tujuan Penulisan.............................................................................9

E. Metodologi........................................................................................9

F. Sistematika Penulisan......................................................................12

BAB I JEMAAT GMIT NEKAMESE

1.1 Letak Geografis................................................................................13

1.2 Sejarah Singkat dan Perkembangan Pelayanan

Jemaat GMIT Nekamese................................................................13

1.3 Statistik Jemaat................................................................................16

1.3.1 Data Anggota Jemaat..........................................................16

1.3.2 Mata Pencaharian................................................................16

1.3.3 Tingkat Pendidikan Formal................................................17

v
1.4 Keadaan Sosial Budaya...................................................................18

1.5 Struktur Organisasi Mejelis Jemaat GMIT Nekamese................19

1.5.1 Majelis Jemaat GMIT Nekamese.......................................19

1.6 Program Pelayanan Jemaat GMIT Nekamese..............................24

1.6.1 Koinonia................................................................................25

1.6.2 Marturia................................................................................27

1.6.3 Diakonia ...............................................................................29

1.6.4 Liturgia.................................................................................31

1.6.5 Oikonomia............................................................................31

1.7 Masalah- masalah Sosial.................................................................33

1.7.1 Air bersih..............................................................................33

1.7.2 Ekonomi ...............................................................................34

1.7.3 Pendidikan............................................................................34

1.7.4 Gizi Buruk Pada Anak........................................................35

1.7.5 Migrasi jemaat.....................................................................35

Rangkuman ...........................................................................................35

BAB II PEMBERDAYAAN JEMAAT MELALUI SANGGAR ANAK

NEKAMESE DAN ANALISIS APPRECIATIVE INQUIRY (AI)

2.1 Teori Pemberdayaan Jemaat dan Pembangunan Jemaat.....37

2.1.1 Pemberdayaan Jemaat............................................37

2.1.2 Pendekatan Pemberdayaan Jemaat

Appreciative Inquiry (AI).........................................38

2.1.3 Pembangunan Jemaat.............................................40

vi
2.2 Gambaran Umum tentang Sanggar Anak Nekamese..........40

2.2.1 Latar Belakang Kehadiran Program

Sanggar Anak Nekamese........................................41

2.2.2 Strategi Program Sanggar Anak Nekamese..........41

2.2.3 Pelaksanaan Program Sanggar Anak Nekamese..43

2.2.4 Pengawasan Program Sanggar Anak Nekamese.. 46

2.2.5 Hasil Program Sanggar Anak Nekamese..............47

2.2.6 Evaluasi Program Sanggar Anak Nekamese.........51

2.3 Analisa Apprecitive Inquiry (AI).............................................53

Rangkuman......................................................................................63

BAB III TINJAUAN TEOLOGIS PEMBANGUNAN JEMAAT TERHADAP

UPAYA PEMBERDAYAAN JEMAAT DI JEMAAT GMIT NEKAMESE”

3.1 Pandangan Alkitab Tentang Pemberdayaan..........................65

3.2 Tinjauan Teologis Terhadap Upaya Pemberdayaan Jemaat

Yang Dilakukan Oleh Jemaat GMIT Nekamese..........................82

Rangkuman..................................................................................................89

PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................92

B. Usul dan Saran ................................................................................95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURICULUM VITAE

vii
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kemiskinan selalu menjadi topik perbincangan yang hangat di

semua belahan dunia, termasuk di Nusa Tenggara Timur (NTT). Berdasarkan

hasil penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) perwakilan Provinsi NTT, jumlah

penduduk miskin di NTT pada Maret 2019 telah mencapai 1.146.320 orang.

Jumlah penduduk miskin di kota 8,84 persen dan jumlah penduduk miskin di desa

24,91 persen. Angka kemiskinan tersebut diukur berdasarkan konsep kebutuhan

dasar berupa makanan yang diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-

umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan,

minyak dan lemak, dan lain-lainnya). Dengan konsep ini, kemiskinan dipandang

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan. 1

Kemiskinan sendiri merupakan masalah yang rumit dan menimbulkan

dampak, termasuk yang negatif. Di NTT, salah satu dampaknya adalah banyak

warga yang memutuskan pergi bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja

Indonesia (TKI). Berdasarkan data BPS perwakilan Provinsi NTT pada tahun

2019, jumlah warga yang pergi bekerja di luar negeri sebagai TKI sebanyak 191

laki-laki dan 1.548 perempuan. 2

Dampak ini diperburuk dengan sejumlah penyimpangan yang terjadi

terhadap para calon tenaga kerja Indonesia yang awam dan tidak memiliki

pengalaman bekerja di luar negeri. Mereka mudah ditipu oleh para trafficker

1
http://www.bps.go.id diakses pada Rabu, 29 April 2020 pukul 11: 31 WITA.
2
http://www.bps.go.id diakses pada Senin, 9 Maret 2020 pukul 08:39 WITA.

1
(orang yang memperdagangkan) yang hanya memberikan janji akan mendapatkan

upah besar. Para calon TKI mengikutinya padahal mereka masuk dalam

perangkap perdagangan manusia yang ilegal (Human trafficking) dan menjadi

korban kekerasan. Menurut data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), 90 persen korban TKI asal Indonesia yang

meninggal di luar negeri pada tahun 2017 berasal dari NTT. Kemudian, pada

tahun 2018 hingga Desember 2019 jumlah TKI yang meninggal meningkat pesat

mencapai 105 orang. 3

Sedangkan jumlah TKI yang berasal dari desa Neke, kecamatan Oenino,

kabupaten Timor Tengah Selatan mencapai 26 orang. Data ini belum termasuk

dengan TKI yang pergi bekerja secara ilegal. Pada tahun 2018 salah satu korban

TKI yang meninggal diketahui bernama Adelina Lisao berasal dari kecamatan

Oenino, kabupaten Timor Tengah Selatan. 4

Untuk melindungi para TKI, maka pemerintah menetapkan Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2017 mengenai perlindungan pekerja migran Indonesia

(PMI). Undang-Undang ini menjamin setiap warga negara Indonesia mempunyai

hak dan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan

dan penghidupan yang layak. Pemerintah Indonesia juga berusaha memperluas

lapangan pekerjaan di dalam negeri sehingga warga tidak memilih untuk menjadi

TKI. 5

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) juga memiliki tugas yang sama

untuk mengurangi angka korban human trafficking, sebab sebagian korban adalah
3
www.bnp2tki.go.id diakses pada Jumat, 1 November 2019 pukul 12: 01 WITA.
4
Simon Silla, Kepala Desa Neke, Wawancara, Senin, 9 Maret 2019.
5
ditjenpp. kemenkumham.go.id diakses pada Kamis, 9 Januari 2020 pukul 10:14 WITA.

2
anggota gereja. Dalam amanat kerasulan, GMIT bertugas untuk mengembangkan

kehidupan yang damai sejahtera sebagai perwujudan dari kasih dan keadilan Allah

bagi manusia dan seluruh ciptaan. Untuk mewujudnyatakan amanat kerasulan ini

pada Sidang Sinode periode 2015-2019 di Rote, GMIT berupaya mengurangi

korban human trafficking dengan membentuk Unit Pembantu Pelayan (UPP)

Tanggap Bencana Alam dan Kemanusiaan. Tugas UPP Tanggap Bencana Alam

dan Kemanusiaan terbagi menjadi tiga kelompok kerja (pokja) yaitu: Kelompok

Kerja Lingkungan Hidup, Kelompok Kerja Human Trafficking dan Kelompok

Kerja HIV/ AIDS. 6

Upaya pencegahan kasus human trafficking dapat diupayakan dengan

berbagai cara. Salah satunya melalui program pembangunan jemaat. Lingkup

GMIT memiliki upaya pembangunan jemaat. Upaya pembangunan jemaat

dilakukan agar jemaat mampu menjadi sarana dan tanda keselamatan dari Allah

kepada dunia (termasuk manusia di luar gereja). Proses pembangunan jemaat

diupayakan sedemikian rupa agar tiap anggota jemaat mendapat ruang untuk

berperan dan bersama-sama menyumbang agar kehadiran gereja menjadi semakin

lebih berdaya guna di tengah-tengah dunia. Proses pembangunan jemaat itu harus

dilakukan dalam dialog dengan ilmu-ilmu lain agar lebih fungsional dalam

melayani dunia. Pembangunan jemaat itu meliputi individual, persekutuan, dan

pejabat-pejabat gereja. 7

Menurut van Hooijdonk 8 pembangunan jemaat terdiri dari dua kata yaitu,

pembangunan dan jemaat. Pembangunan adalah campur tangan aktif, atau


6
Majelis Sinode GMIT, Tata Dasar GMIT 2010.
7
Pokok-pokok Eklesiologi GMIT Bagian Pembangunan Jemaat.
8
Dr. P.G van Hooijdonk, Batu-batu yang Hidup (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996), hlm 32.

3
intervensi dalam tindak-tanduk jemaat setempat; sementara jemaat adalah

persekutuan orang beriman yang berada di suatu tempat. Jadi pembangunan

jemaat adalah intervensi sistematis dan metodis dalam tindak-tanduk jemaat

beriman setempat. Pembangunan jemaat menolong jemaat beriman untuk dengan

bertanggung jawab penuh berkembang menuju persekutuan iman, yang

mengantarai keadilan dan kasih Allah, dan yang terbuka terhadap masalah

manusia di masa kini. Bagi penulis pembangunan jemaat adalah usaha yang

dilakukan oleh gereja untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik,

sehingga jemaat dapat merasakan kehadiran Kerajaan Allah di dunia.

Pembangunan jemaat, sebenarnya, bukan konsep yang baru. Memang

tidak dicatat sebagai satu definisi lengkap, tetapi Kitab Suci secara eksplisit

mencatat oikodomein (Bait Suci atau Bait Allah) dan oikodome (membangun).

Dalam Yesaya 66:1 terjemahan Septuaginta Perjanjian Lama, istilah oikodomein

secara harafiah dihubungkan dengan Bait Allah, dan secara kiasan dengan Rumah

atau Umat Israel. Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus mengaitkan Oikodomein

dengan kegiatan yang bersifat meneguhkan, membangun, menegur hal atau orang

yang kurang baik, menguatkan mereka yang kecil hatinya, mendukung mereka

yang lemah dan bersabar terhadap semua orang (1 Tesalonika 5:11-14). 9

Menurut Sutanto, 10
pelaku utama pembangunan jemaat adalah jemaat.

Pembangunan jemaat dilakukan oleh jemaat setempat kepada semua orang

beriman tanpa kecuali. Orang beriman hanya dibedakan menurut karisma yang

9
Ibid ,5
10
Timotius K. Sutanto, 3 Dimensi Keesaan Dalam Pembangunan Jemaat (Jakarta: Penerbit BPK
Gunung Mulia, 2008), hlm 30.

4
dibagi-bagi oleh Roh dan menurut jabatan serta pelayanan kepemimpinan yang

dibagikan kepada mereka.

Dalam praktek, pembangunan jemaat dapat dilakukan dengan menciptakan

ruang kerja dan belajar bagi jemaat. Salah satu contohnya adalah seperti yang

dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese Klasis Amanuban Tengah Utara, yaitu:

Sanggar Anak Nekamese. Motivasi utama pendirian sanggar ini adalah sebagai

satu strategi pelayanan berhadapan dengan jumlah korban human trafficking yang

berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Sanggar ini dibuat sebagai

wadah belajar dan latihan warga jemaat untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki.

Dalam sejarahnya, kehadiran Sanggar Anak Nekamese merupakan inisiatif

dari Pdt. Sepri Adonis yang disepakati bersama oleh seluruh majelis jemaat

Nekamese dalam persidangan jemaat pada tanggal 17 Agustus 2016. 11


Sanggar

ini didirikan dengan tujuan untuk mengurangi angka jemaat yang ingin pergi

bekerja keluar negeri. Sanggar ini merupakan wadah bermain, belajar dan

mengembangkan ekonomi yang melibatkan orang tua, anak dan para pemuda-

pemudi gereja. Fokus utamanya adalah pengembangan kapasitas anak dan

keluarga. Anggota dari Sanggar Anak Nekamese adalah anak-anak PAR 134

orang, 17 orang pemuda dan orang tua 134 orang. Sanggar Anak Nekamese juga

dibantu oleh beberapa relawan. 12

Kegiatan yang dilakukan dalam Sanggar Anak Nekamese dibagi menjadi

tiga kelompok, yaitu kelompok anak-anak PAR, pemuda-pemudi dan orang tua.
11
Sepri Adonis, S. Th, Ketua Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara., Rabu, 8 Januari
2020.
12
Gandri Lau, Relawan Sanggar Anak Nekamese, Wawacara., Kamis, 29 Oktober 2019.

5
Kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak PAR adalah les baca, tulis, hitung, les

bahasa Inggris, kelas olah vokal, kelas teater, kelas fotografi dan kelas menenun.

Kegiatan yang dilakukan oleh pemuda-pemudi adalah kelas menenun, kelas

menganyam oko sloi (tas tradiosional), pembuatan teh kelor, cokelat kelor, stik

kelor, minuman lemon dan bertugas untuk mempromosikan setiap hasil karya dari

Sanggar Anak Nekamese. Kegiatan yang dilakukan oleh orang tua adalah

menenun, pembuatan tas jinjing dan punggung dari tenunan Timor, pembuatan teh

kelor, stik kelor, dan cokelat kelor. Kegiatan yang dilakukan oleh orang tua tidak

jauh berbeda dengan pemuda-pemudi. Orang tua juga bertugas untuk

membimbing anak-anak PAR dan pemuda-pemudi dalam kelas menenun dan

menganyam. Terdapat juga taman baca bagi jemaat dan terbuka untuk umum.

Dengan demikian Sanggar Anak Nekamese melayani fungsinya sebagai wadah

belajar dan bermain. 13

Hingga saat ini, Jemaat Nekamese masih menjalankan program Sanggar

Anak Nekamese. Oleh karena itu penulis terdorong untuk meneliti dampak

pembangunan jemaat, di Jemaat GMIT Nekamese Klasis Amanuban Tengah

Utara melalui Sanggar Anak Nekamese. Penulis ingin melihat sejauh mana

dampak kehadiran Sanggar Anak Nekamese bagi pembangunan jemaat GMIT

Nekamese Klasis Amanuban Tengah Utara. Untuk melihat sejauh mana dampak

Sanggar Anak Nekamese bagi pembangunan jemaat, maka perlu dikaji lebih

mendalam menggunakan teori Pembangunan Jemaat.

Gereja terus melakukan upaya dalam pemberdayaan jemaat. Gereja

memang tidak boleh membiarkan diri menjadi alat untuk kepentingan tertentu,
13
Gandri Lau, Relawan Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Rabu, 29 Oktober 2019.

6
tetapi di sini masalahnya bukan menjadi alat melainkan menolong orang miskin,

sehingga tidak lagi berada di dalam kemiskinan dan ketergantungan. Upaya

pemberdayaan jemaat yang dilakukan oleh gereja harus bersemangat kemiskinan.

Dalam rangka ini Diakonia gereja tidak boleh lagi bersifat karikatif saja,

melainkan harus sekaligus bersifat reformatif dan transformatif. Jemaat yang

diberdayakan tidak bisa hanya diberi ikan terus, atau diberi pancing terus,

melainkan juga harus diberi kesempatan untuk memancing. 14

Menurut J.B Banawiratma, 15


model pendekatan pemberdayaan jemaat

yang relevan adalah Appreciative Inquiry (AI). Model pendekatan AI merupakan

usaha untuk menemukan dan menghargai hal-hal positif yang ada pada jemaat.

Pendekatan AI memiliki empat tahap. Pertama Discovery, Tahap ini

mengidentifikasi dan mengapresiasi apa yang terbaik dari apa yang ada, apa yang

menghidupkan dan menggerakkan. Kedua Dream, tahap ini membayangkan

keadaan baru yang mungkin sesuai dengan harapan-harapan terdalam dan

aspirasi-aspirasi tertinggi. Ketiga Design, merupakan pernyataan yang

menggerakkan, yang menghubungkan apa yang telah ditemukan sebagai positif

dengan apa yang diimpikan. Keempat Destiny, pada tahap ini semua anggota

jemaat membangun masa depan, menciptakan apa yang seharusnya,

memberdayakan, belajar, menyesuaikan berimprovisasi dan membangun

kapasitas.

14
Emanuel Gerrit Singgih, Berteologi dalam Konteks (Jakarta: Penerbit Kanisius, 2000), hlm 213-
125.
15
J. B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui Appreciative
Inquiry (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2014), hlm 3-6.

7
Menurut Rob van Kessel, 16
tujuan sentral dari pembangunan jemaat

disebut vitalitas karena fokusnya pada kehidupan: kehidupan yang baru,

pemancaran terang yang baru dan daya tarik yang baru. Pembangunan jemaat mau

ikut membangun gereja di mana orang dengan semangat yang baru berdiam dan

bekerja. Upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh jemaat sebenarnya merupakan

upaya vitalisasi jemaat di tengah dunia. Kehadiran pembangunan jemaat

mengupayakan gereja-gereja menjadi jemaat beriman yang vital di dunia kini dan

esok.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka karya ilmiah ini akan di tulis

dengan judul “Sanggar Anak Nekamese” dan sub judul Suatu Kajian

Pembangunan Jemaat Terhadap Upaya Pemberdayaan Jemaat Melalui

Sanggar Anak Nekamese di Jemaat GMIT Nekamese Klasis Amanuban

Tengah Utara.

B. PEMBATASAN MASALAH

Penulis berfokus pada program Sanggar Anak Nekamese di Jemaat Nekamese

Klasis Amanuban Tengah Utara.

C. PERUMUSAN MASALAH

Penulis merumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran jemaat GMIT Nekamese Klasis Amanuban Tengah

Utara?

16
Rob van Kessel, Enam tempayan air (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997), hlm 20-25.

8
2. Bagaimana gambaran umum Sanggar Anak Nekamese dan upaya

pemberdayaan jemaat melalui Sanggar Anak Nekamese di Jemaat GMIT

Nekamese?

3. Bagaimana refleksi teologis pembangunan jemaat terhadap upaya

pemberdayaan jemaat melalui Sanggar Anak Nekamese dan implikasinya bagi

upaya pembangunan jemaat di GMIT.

D. TUJUAN PENULISAN

Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan karya tulis ini

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui lebih dalam gambaran umum jemaat Nekamese Klasis

Amanuban Tengah Utara.

2. Untuk mengetahui gambaran umum Sanggar Anak Nekamese dan upaya

pemberdayaan jemaat melalui Sanggar Anak Nekamese di Jemaat GMIT

Nekamese.

3. Merefleksikan secara teologis upaya pembangunan jemaat terhadap upaya

pemberdayaan jemaat melalui Sanggar Anak Nekamese dan implikasinya bagi

upaya pembangunan jemaat di GMIT.

E. METODOLOGI

1. Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis pakai adalah metode deskriptif, analisis

dan reflektif. Metode ini adalah suatu cara untuk mendeskripsikan permasalahan

yang ada, menganalisis kenyataan yang terjadi, serta membuat refleksi teologis

terhadap permasalahan tersebut. 17


17
Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif, (Makasar: Sekolah Tinggi Theologia Jafray), 2019.

9
Penulis akan mendeskripsiksikan gambaran umum jemaat Nekamese,

menganalisis program Sanggar Anak Nekamese dan merefleksikan secara teologis

program Sanggar Anak Nekamese.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam

merancang, melaksanakan, pengolahan data, dan menarik kesimpulan berkenaan

dengan masalah penelitian tertentu. 18


Dalam melengkapi penulisan karya ilmiah

ini, penulis memakai metode penelitian kualitatif jenis fenomenologi. Metode ini

bermaksud mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau

realita, masalah, serta peristiwa yang dapat dipahami bila peneliti menelusurinya

secara mendalam dan tidak hanya terbatas pada pandangan di permukaan saja.

Metode penelitian ini cocok untuk penulis gunakan, karena untuk mendapatkan

suatu pengertian peneliti harus melakukan observasi, wawancara, dan

pengalaman, dan proses induktif.19

a. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah cara mengumpulkan data, mengelola atau

menganalisa data serta menyusunnya berdasarkan data yang diperoleh dari studi

lapangan. Lokasi penelitian adalah jemaat GMIT Nekamese, Klasis Amanuban

Tengan Utara yang terletak di desa Neke, kecamatan Oenino, kabupaten Timor

Tengah Selatan.

b. Populasi dan Sampel

18
N. S. Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2008. hlm
317.
19
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Grasindo), 2010. hlm 1-2.

10
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada dalam sebuah wilayah

dalah jumlah yang besar atau seluruh elemen yang diteliti. Populasi dalam

penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah adalah warga Jemaat GMIT

Nekamese, Klasis Amanuban Tengah Utara.

Cara penentuan sampel, penulis menggunakan metode purposive

sampling, yaitu dengan menentukan informan yang dianggap menguasai dan

mengetahui dengan baik pola kajian ini sehingga dapat memberi informasi yang

akurat.20 Penulis menentukan informan sebanyak 10 orang dengan rincian sebagai

berikut:

Pendeta: 1 orang

Presbiter: 2 orang

Pengurus Sanggar Anak Nekamese: 3 orang

Anggota Sanggar Anak Nekamese: 4 orang

c. Teknik Pengumpulan Data

Creswell mengemukakan, bahwa cara untuk pengumpulan data dalam

penelitian lapangan dapat dilakukan melalui observasi langsung dan wawancara

mendalam dengan informan kunci. 21


Penulis dalam mengumpulkan data juga

menggunakan cara yang sama seperti yang disampaikan oleh Creswell. Hal ini

dilihat sebagai dasar pengumpulan data yang relevan karena akan sangat tepat

dalam pengumpulan data agar mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Untuk

itu, penulis juga melakukan observasi partisipasi untuk mengamati secara dekat

20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2001, hlm.75
21
Jhon W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif Dan Mixed, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013, hlm. 261.

11
dengan sekelompok orang dan mencari tahu berbagai pemahaman jemaat tentang

Program Sanggar Anak Nekamese serta bagaimana pelaksanaannya.

d. Penelitian Kepustakaan

Penulis akan menggunakan sejumlah literatur untuk mendapatkan data yang

teoritis berkaitan dengan masalah yang akan dikaji penulis.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

PENDAHULUAN : Latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I : Gambaran umum Jemaat GMIT Nekamese.

BAB II Gambaran Umum dan upaya pemberdayaan

jemaat melalui Sanggar Anak Nekamese.

BAB III : Tinjauan Teologis dan implikasinya bagi

pelayanan jemaat GMIT.

PENUTUP : Kesimpulan dan Usul Saran.

BAB I

JEMAAT GMIT NEKAMESE

12
1.1 Letak Geografis

Jemaat GMIT Nekamese terletak di Desa Neke, Kecamatan Oenino, Kabupaten

Timor Tengah Selatan (TTS). Jemaat GMIT Nekamese termasuk dalam Klasis

Amanuban Tengah Utara. Anggota jemaat GMIT Nekamese tersebar dalam desa

Neke. Di sebelah Barat Jemaat GMIT Nekamese berbatasan dengan jemaat GMIT

Pelita Oe’o, sebelah Timur berbatasan dengan jemaat GMIT Mahanain Fatukusi,

sebelah Selatan berbatasan dengan Jemaat GMIT Alfa Omega Tenu dan sebelah

Utara berbatasan dengan jemaat GMIT Pniel Neke.

1.2 Sejarah Singkat dan Perkembangan Pelayanan Jemaat GMIT

Nekamese22

Pada mulanya Jemaat Nekemase berasal dari Jemaat Neke yang terdiri atas dua

mata jemaat dan dua Pos Pekabaran Injil (PI), yaitu; Mata Jemaat Pelita Oe’o

sebagai induk, Mata Jemaat Imanuel Postenu, Pos PI Huetnana dan Pos PI

Netulina. Pada tahun 2001, Jemaat dilayani oleh Pdt. Merlina Lapenangga S.Th.

Namun dalam perkembangannya, pada tahun 2016, Mejelis Sinode GMIT

menetapkan bahwa dua Pos PI tersebut berubah status menjadi mata jemaat.

Sehingga Pos PI Huetnana menjadi mata Jemaat Zoar Fatufutu dan Pos PI

Netulina menjadi Mata Jemaat Netulina, dengan begitu Jemaat Neke memiliki

empat mata jemaat.

Pada tahun yang sama yaitu tahun 2016, atas pertimbangan kemandirian

gereja secara dana sehingga mampu untuk membiayai program pelayanan dan

penambahan tenaga pendeta GMIT, maka Jemaat Neke dimekarkan menjadi dua

22
Soleman Sole, Tokoh Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Sabtu, 30 Mei 2020.

13
jemaat yaitu; Jemaat Pelita Oe’o berdiri sendiri sebagai jemaat tunggal dan jemaat

Neke yang terdiri dari tiga mata jemaat: Imanuel Postenu, Zoar Fatufutu dan

Imanuel Netulina. Pada saat itu juga Jemaat Neke berganti nama menjadi Jemaat

Nekamese. Sejak dimekarkan pada tahun 2016, Jemaat Pelita Oe’o dilayani oleh

pendeta Merlina Lapenangga S. Th dan Jemaat GMIT Nekamese dilayani oleh

Pdt. Seprianus Y. Adonis S. Th yang masih melayani sampai dengan saat ini.

Sejarah pelayanan jemaat GMIT Nekamese, periode 2016-2019, terjadi

beberapa permasalahan dalam jemaat. Permasalahan pertama yang terjadi adalah

sebagian anggota jemaat yang merupakan tuan tanah di desa Neke, merasa harus

dilibatkan dalam setiap keputusan dalam jemaat. Setiap keputusan harus sesuai

dengan apa yang mereka inginkan, jika tidak sesuai maka akan terjadi konflik.

Namun permasalahan ini terus dipelajari oleh pelayan dan mejelis jemaat,

sehingga anggota jemaat yang merupakan tuan tanah didekati dan diberi

pemahaman. Pendekatan yang diupayakan membuahkan perubahan pola pikir dari

anggota jemaat yang merupakan tuan tanah, sehingga keputusan dalam jemaat

diambil bukan berdasarkan pribadi yang berkuasa tetapi berdasarkan hasil

kesepakatan bersama.

Selain dinamika di atas, dalam sejarah pelayanan juga mencatat bahwa Jemaat

GMIT Nekamese berhadapan dengan persoalan kemiskinan. Persoalan ini

memiliki beberapa dampak negatif. Anak-anak tidak bisa melanjutkan pendidikan,

sehingga banyak yang akhirnya menikah muda dan sebagian anak-anak muda

merantau keluar daerah. Menanggapi persolan kemiskinan, Jemaat GMIT

Nekamese mulai melakukan pemberdayaan jemaat dengan melakukan gerekan-

14
gerekan kecil seperti meminta para orang tua untuk menenun, memelihara ternak

dan memanfaatkan hasil alam yang tersedia. Pemberdayaan juga dilakukan

kepada anak-anak dengan memberikan pelatihan pengembangan ekonomi di desa.

Gerakan-gerakan kecil ini terus berlanjut sehigga pada akhirnya menjadi salah

satu program pelayanan Jemaat GMIT Nekemese, yaitu Sanggar Anak Nekamese.

Berikut beberapa Penanggung jawab yang pernah melayani di Jemaat GMIT

Nekamese:

Tabel 1. Penanggung Jawab

No Mata Jemaat Nama Penanggung Jawab

1. Imanuel Postenu Barnabas Yustus Nomnafa (2016- 2019)

Petrus Benu (2020- 2023)

2. Getsemani Maksen Abineno (2016-2019)

Netulina Filmon Benu (2020-2023)

3 Zoar Fatufutu Benyamin Tunu (2016-2019)

Nikodemus Tunu (2020-2023)

1.3 Statistik Jemaat

1.3.1 Data Anggota Jemaat 23

23
Data sensus Jemaat GMIT Nekamese, tanggal 03-09-2020.

15
Kepala keluarga (KK) yang ada di Jemaat GMIT Nekamese berjumlah 226 KK

yang tersebar dalam 3 Mata Jemaat yaitu, Mata Jemaat Imanuel Postenu 109 KK,

Mata Jemaat Getsemani Netulinah 42 KK, dan Mata Jemaat Zoar Fatufutu 75 KK.

Jumlah anggota jemaat laki-laki 465 orang dan perempuan 482 orang, sehingga

jumlah keseluruhannya mencapai 947 orang. Jumlah anggota Baptis 915 orang

dan jumlah anggota Sidi 554 orang. Jumlah pasangan yang sudah menikah 182

pasang.

1.3.2 Mata Pencaharian

Secara umum jemaat GMIT Nekamese sebagain besar bekerja sebagian petani dan

ibu rumah tangga. Para petani akan bekerja di kebun jika musim penghujan tiba.

Adapun tanaman yang di tanam di kebun, yaitu; jagung, pisang, ubi, kacang-

kacangan dan labu. Karena secara keseluruhan pekerjaan mereka petani, maka

waktu bekerja penuhnya di kebun untuk membersihkan lahan, menaman dan

memanen. Secara umum anggota Jemaat GMIT Nekamese belum bekerja atau

masih dalam usia anak-anak. Hal ini menjadi salah satu potensi baik dalam

jemaat. Anak-anak memiliki waktu lebih banyak untuk belajar dan

mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga mereka bisa memperbaiki

kualitas pendidikan dalam jemaat. Penjelasan lebih jelas mengenai pekerjaan

jemaat, akan digambarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Data Mata Pencaharian

Pekerjaan Jumlah Presentase %

16
Belum Bekerja 378

(Usia kerja dan usia Anak-anak) 39,9

Petani 291 30,8

IRT 254 26,9

Sopir 17 1,7

Pensiunan 1 0,1

PNS 5 0,5

Pendeta 1 0,1

Jumlah 947 100

1.3.3 Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan jemaat sangatlah minim, sebagian besar dari jemaat hanya berijasah

Sekolah Dasar (SD), selebihnya Sekolah Rakyat (SR), dan sebagiannya tidak

menganal abjad. Beberapa faktor penyebab anggota jemaat tidak bersekolah

secara formal adalah lemahnya ekonomi keluarga dan kuranggnya kesadaran akan

pentingnya pendidikan. Kesadaran pendidikan baru terlihat pada anak-anak

mereka yang mulai disekolahkan dari PAUD hingga perguruan tinggi. Lebih jelas,

dapat dilihat pada tabel pendidikan jemaat di bawah ini.

Tabel 3. Data Pendidikan Formal

Pendidikan Jumlah Presentase

TK / PAUD 162 17,2

SD 298 31,4

17
SMP 127 13,4

SMA 80 8,5

Perguruan Tinggi 9 0,9

Tidak Sekolah 271 28,6

Jumlah 947 100

1.4 Keadaan Sosial Budaya 24

Desa Neke secara umum adalah masyarakat suku Timor. Bahasa yang digunakan

untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain ialah bahasa Timor Amanuban

(Timor Amanuban adalah suku Timor yang sangat kental dengan budayanya yang

santun).

Selain itu, budaya ramah tamah yang ada di dalam jemaat sangat tinggi,

terlihat ketika Auba am nemat (lih. Menerima tamu), para perempuan memberikan

oko mamah (lih. Tempat siri pinang) dengan berlutut di depan tamu sambil

memberikan tempat sirih pinang. Setelah melayani, tamu tersebut akan diterima

secara adat dengan mengalungkan selendang khas Amanuban di leher yang

diawali dengan Natoni (lih. Syair dengan bahasa dawan).

Hubungan sosial di dalam kehidupan masyarakat dipelihara dengan baik.

Hal ini ditunjukan oleh masyarakat dalam bekerja sama mempersiapkan lahan

kering untuk di tanami pada musim hujan. Masyarakat akan membentuk

24
Maksen Abineno, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Sabtu, 30 Mei 2020.

18
kelompok-kelompok kerja. Lalu mereka secara bersama-sama membersikan lahan

setiap anggota kelompok secara bergiliran. Hal ini akan memudahkan dan

mempercepat waktu kerja dalam mempersiapkan lahan untuk ditanami pada

musim hujan.

Jemaat GMIT Nekamese juga

1.5 Struktur Organisasi Mejelis Jemaat GMIT Nekamese 25

1.5.1 Majelis Jemaat GMIT Nekamese

Kepemimpinan dan Struktur MJ Periode 2020- 2023

Adapun kepemimpinan dan struktur organisasi Mejelis Jemaat GMIT

Nekamese sebagai berikut:

Ketua : Pdt. Seprianus Y. Adonis S. Th

Wakil Ketua : Pnt. Petrus Benu (Mata Jemaat Imanuel Postenu)

Pnt. Filmon Benu (Mata Jemaat Getsemani Netulina)

Pnt. Nikodemus Tunu (Mata Jemaat Zoar Fatufutu)

Sekretaris : Pnt. Soleman Solle

Bendahara : Pnt. Melkias Selan

BP3J : Pnt. Melianus Banamtuan, Pnt M. Abineno dan Pnt. Tunu.

Majelis Jemaat ditambah dengan 7 orang ketua UPP;

UPP PAR : Pjr. Vestus Tasuib

UPP Pemuda : Dkn. Lisa Benu

UPP Kaum Bapak : Pnt Yustus Mone

UPP Perempuan GMIT : Pnt. Juliana Nubatonis

25
Dokumen Jemaat GMIT Nekamese, tahun 2020.

19
UPP Lansia : Pnt. Melkias Selan

UPP Persekutuan Doa : Pnt.Maksen Abineno

UPP Musik Gerejawi : Pnt. Abraham Kikhau

Majelis Jemaat yang melayani di Mata Jemaat Imanuel Postenu berjumlah

38, terdiri dari: 16 orang Penatua, 14 orang Diaken 14 orang dan 8 orang

Pengajar. Jumlah Majelis Jemaat yang laki-laki 20 orang, sementara perempuan

18 orang. Mereka menyebar dalam 8 rayon pelayanan.

Selanjutnya, Majelis Jemaat yang melayani di Mata Jemaat Getsemani

Netulinah berjumlah 15 orang. Rinciannya adalah: Penatua berjumlah 7 orang,

Diaken sebanyak 4 orang dan Pengajar sebanyak 4 orang. Majelis Jemaat di Mata

Jemaat ini terdiri dari 8 orang laki-laki dan 7 orang perempuan yang menyebar di

4 rayon pelayanan.

Di Mata Jemaat Zoar Fatufutu, Majelis Jemaat yang melayani berjumlah

30 orang. Adapun rinciannya adalah 12 orang Penatua, 12 orang Diaken dan 6

orang Pengajar. 30 orang Majelis Jemaat ini terdiri dari 13 orang laki-laki, dan 17

orang perempuan. Mereka tersebar dalam 6 rayon pelayanan.

1.6 Program Pelayanan Jemaat GMIT Nekamese 26

Sebagai sebuah gereja yang hidup, GMIT menjalankan pelayanannya melalui

panca pelayanan gereja, yaitu, koinonia, marturia, diakonia, liturgia dan

oikonomia. 27 Jemaat GMIT Nekamese termasuk di dalamnya sebagai bagian dari

GMIT, terpanggil untuk melaksanakan panca pelayanan tersebut.

26
Dokumen Jemaat GMIT Nekamese, tahun 2020.
27
Pokok-pokok Eklesiologi GMIT, 2010. Hml 12.

20
1.6.1 Koinonia

Koinonia merupakan sebuah persekutuan orang-orang di dalam diri Kristus.

Persekutuan yang dilakukan harus berdasarkan firman Allah, sehingga semua

orang semakin dekat dan percaya pada Allah. Di dalam persekutuan, semua orang

bisa berkumpul dan bersyukur kepada Allah atas semua berkat yang didapatkan. 28

- Lokakarya dasar teologis liturgi kontekstual. Ditujukan kepada jemaat.

Dilaksanakan oleh majelis jemaat GMIT Nekamese. Waktu pelaksanaan bulan

September 2020, bertempat di mata jemaat Imanuel Postenu.

- Evaluasi program. Ditujukan kepada mejelis harian jemaat (MJH),

koordinator, Unit Pembantu Pelayanan (UPP) dan jemaat. Dilaksanakan oleh

Mejelis Harian Jemaat (MJH) Nekamese. Waktu dan tempat pelaksanaan

yaitu, bulan April bertempat di mata jemaat Getsemani Netulinah, bulan

Agustus bertempat di mata jemaat Zoar Fatufutu dan bulan Desember

bertempat di mata jemaat Getsemani Netulinah.

- Perkunjugan pastoral bagi jemaat dan presbiter. Ditujukan kepada jemaat dan

presbiter. Dilaksanakan oleh mejelis jemaat GMIT Nekamese. Waktu dan

tempat diseuaikan oleh pelaksana.

- Perjamuan kudus sedunia. Ditujukan kepada anggota sidi. Dilaksanakan oleh

mejelis jemaat GMIT Nekamese. Waktu pelaksanaan pada tanggal 28 Oktober

2020, bertempat di mata jemaat Getsemani Netulinah.

28
Filmon Benu, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 28 Oktober 2020.

21
- Syukur natal pemuda Nekamese. Ditujukan kepada pemuda. Dilaksanakan

oleh Mejelis Jemaat Harian (MJH), Unit Pembatu Pelayanan (UPP) pemuda

dan seluruh pemuda. Waktu pelaksanaan pada tanggal 28 Desember 2020,

bertempat di mata jemaat Getsemani Netulinah.

- Natal PAR. Ditujukan kepada PAR jemaat GMIT Nekamese. Dilaksanakan

oleh Mejelis Jemaat Harian (MJH), Unit Pembantu Pelayanan (UPP) PAR dan

pengurus PAR. Waktu pelaksanaan pada tanggal 18 Desember 2020,

bertempat di mata jemaat Imanuel Postenu.

- Syukur natal gabungan Unit Pembantu Pelayanan (UPP). Ditujukan kepada

anggota UPP perempuan, kaum Bapak, Lansia dan pesekutuan doa.

Dilaksanakan oleh Mejelis Harian Jemaat (MJH) dan unit pembantu pelayanan

terkait UPP terkait. Waktu pelaksanaan pada tanggal 21 Desember, bertempat

di mata jemaat Zoar Fatufutu.

- Syukur natal dan tahun baru. Ditujukan kepada seluruh jemaat GMIT

Nekamese. Dilaksanakan oleh majelis jemaat dan jemaat GMIT Nekamese.

Waktu pelaksanan pada Januari 2020, bertempat di mata jemaat Zoar Fatufutu.

- Ibadah gabungan kelompok Lansia. Ditujukan kepada Lansia. Dilaksanakan

oleh Mejelis Jemaat Harian (MJH) dan Unit Pembantu Pelayanan (UPP)

Lansia. Waktu pelaksanaan setiap dua bulan sekali, bertempat di mata jemaat

Zoar Fatufutu dan Imanuel Postenu.

- Perayaan hari doa anak sedunia, hari Anak Nasional dan hari Anak GMIT.

Ditujukan kepada anak-anak dan remaja. Dilaksanakan oleh UPP PAR bekerja

sama dengan Wahana Visi Indonesi (WVI) dan pemerintah desa. Waktu

22
pelasanaan pada tanggal 1 Maret 2020, betempat di mata jemaat Imanuel

Postenu.

- Pertukaran pelayan kebaktian minggu. Ditujukan kepada Mejelis Jemaat

Harian (MJH). Dilaknakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH). Waktu

pelasanaan pada bulan Maret Agustus dan Oktober, bertempat di tiga mata

jemaat GMIT Nekamese.

- Pertukaran pelayan ibadah rumah tangga. Ditujukan kepada mejelis jemaat.

Dilaksanakan oleh mejelis jemaat. Waktu pelaksanaan pada tanggal 28

Oktober 2020, bertempat di 18 rayon yang berada di jemaat GMIT Nekamese.

- Pertukaran pelayan PAR. Ditujukan kepada pelayan PAR. Dilaksanakan oleh

UPP PAR. Waktu pelaksanaan pada bulan Mei 2020, betempat di tiga mata

jemaat GMIT Nekamese.

- Festival budaya. Ditujukan kepada seluruh jemaat. Dilaksanakan oleh UPP

PAR dan mejelis jemaat. Waktu pelaksanaan pada bulan Juni 2020, bertempat

di mata jemaat Zoar Fatufutu.

- Pelayanan ibadah di Kantor dan Sekolah. Ditujukan kepada anngota jemaat

GMIT yang berada di sekolah dan kantor desa. Dilaksanakan oleh Mejelis

Harian Jemaat bekerja sama dengan sekolah dan pemerintah desa. Waktu

pelakssanaan pada bulan Desember 2020.

1.6.2 Marturia

Marturia adalah kesempatan bagi setiap anggota di dalam persekutuan yang untuk

bersaksi. Setelah sebuah persekutuan di dalam Kristus dibentuk, maka harus ada

23
kesaksian dari setiap anggota persekutuan. Bersaksi bisa dilakukan secara pribadi

atau secara berkelompok. 29

- KPI (perayaan ulang tahun pesekutuan doa jemaat). Ditujukan kepada

pengurus dan anggota persekutuan doa yang berada di jemaat GMIT

Nekamese. Dilaksanakan oleh Mejelis Jemaat Harian (MJH), Unit Pembantu

Pelayanan (UPP) persekutuan doa bekerja sama dengan pembicara dari luar

jemaat GMIT Nekamese. Waktu pelaksanaan pada tanggal 2 Juni 2020,

bertempat di mata jemaat Imanuel Postenu.

- Ret-ret pemuda. Ditujukan kepada pemuda jemaat GMIT Nekamese.

Dilaksanakan oleh Unit Pembantu Pelayanan (UPP) Pemuda. Waktu

pelaksanaan pada bulan Juli 2020, bertempat di Motaain.

- Pembinaan kelompok persekutuan doa. Ditujukan kepada anggota dan

pengurus persekutuan doa. Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH)

dan Unit Pembantu Pelayanan (UPP) persekutuan doa. Waktu pelaksanaan

pada bulan September 2020, bertempat di mata jemaat Zoar Fatufutu.

- Latihan dasar kepemimpinan remaja. Ditujukan kepada remaja jemaat GMIT

Nekamese. Dilaksanakan oleh Unit Pembantu Pelayanan (UPP) PAR bekerja

sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PIKUL. Waktu

pelaksanaan pada bulan Mei 2020, bertempat di mata jemaat Zoar Fatufutu.

- Jalan salib. Ditujukan kepada seluruh jemaat GMIT Nekamese. Dilaksanakan

oleh Mejelis Jemaat Harian (MJH) dan Panitian Hari Raya Gerejawi (PHRG).

29
Filmon Benu, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 28 Oktober 2020.

24
Waktu pelaksanaan pada bulan April 2020, bertempat di sekitar wilayah

pelayanan jemaat GMIT Nekamese.

- Pendalaman Alkitab (PA) oleh majelis jemaat. Ditujukan kepada Mejelis

Jemaat Harian (MJH). Dilaksanakan oleh Mejelis Jemaat Harian (MJH).

Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal berkala dan muspel.

- Pembekalan pelayan PAR. Ditujukan kepada pelayan PAR. Dilaksanakan oleh

pendeta, Unit Pembantu Pelayanan (UPP) PAR bekerja sama dengan Wahana

Visi Indonesia (WVI). Waktu pelaksanaan pada bulan Januari dan Desember

2020, bertempat di mata jemaat Imanuel Postenu.

- Katekasasi sidi dan nikah. Ditujukan kepada jemaat Nekamese dan pasangan

nikah. Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH) dan pengajar. Waktu

dan tempat pelaksanaan disesuaikan.

- Gerakan doa Anak Nekamese. Ditujukan kepada jemaat. Dilaksanakan oleh

Unit Pembantu Pelayanan (UPP) PAR bekerja sama dengan Wahana Visi

Indonesia (WVI). Waktu pelaksanan pada tanggal 25 Maret 2020, bertempat

di tiap-tiap rumah jemaat GMIT Nekamese.

1.6.3 Diakonia

Diakonia merupakan tugas sebuah persekutuan untuk melayani dengan perbuatan.

Melayani harus mencakup seluruh anggota persekutuan. Pelayanan bukan saja

kepada para janda dan duda tetapi juga harus dilakukan kepada orang sakit,

berduka, melahirkan dan kepada permasalahan yang ada dalam persekutuan,

seperti buruh migran dan stunting. 30

30
Filmon Benu, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 28 Oktober 2020.

25
- Inventarisasi jemaat pengasuh atau pembina. Ditujukan kepada jemaat.

Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH) bekerja sama dengan mejelis

klasis Amanuban Tengah Utara. Waktu pelaksanaan antara bulan Maret

sampai Desember 2020, bertempat di dalam Klasis Kota Kupang.

- Pendataan dan perkunjungan ibu hamil dan melahirkan, orang sakit, orang

berduka, stunting dan buruh migran. Ditujukan kepada jemaat. Dilaksanakan

oleh Diaken. Waktu pelaksanaan antara bulan Februari sampai Desember

2020.

- Pengembangan hasil produk tenunan, anyaman, teh, kopi, cokelat kelor, serta

produk lain. Ditujukan kepada jemaat dan anggota Sanggar Anak Nekamese.

Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH), pengurus Sanggar Anak

Nekamese dan pemerintah desa.

- Pelatihan pengembangan keterampilan Perempuan, Pemuda dan kaum Bapak.

Ditujukan kepada kaum Bapak, perempuan dan pemuda. Dilaksanakan oleh

Mejelis Jemaat Harian (MJH), UPP terkait dan bekerja sama dengan Yayasan

Alfa Omega (YAO) dan Wahana Visi Indonesia (WVI).

- Pendataan dan sosialisasi tentang buruh migran. Ditujukan kepada jemaat.

Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH) bekerja sama dengan Dinas

Nakertrans Kabupaten TTS dan pemerintah desa.

1.6.4 Liturgia

Liturgia merupakan sebuah usaha yang dilakukan di dalam persekutuan untuk

menjadikan ibadah lebih bagus dan sesuai dengan kehendak Allah. 31

31
Filmon Benu, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 28 Oktober 2020.

26
- Penyeragaman dan pemanfaatan atribut ibadah dalam ruang ibadah. Ditujukan

kepada jemaat dan ruang ibadah. Dilaksanakan oleh mejelis jemaat. Waktu

pelaksanaan disesuaikan dengan kalender gerejawi.

- Pemanfaatan liturgi produk Sinodal. Ditujukan kepada jemaat. Dilaksanakan

oleh Majelis Jemaat Harian (MJH) bekerja sama dengan Unit Pembantu

Pelayanan (UPP) music gerejawi Sinode GMIT. Waktu pelaksanaan

disesuaikan.

- Pembuatan dan pemanfaatan liturgi kreatif dan kontekstual sesuai kalender

gerejawi. Ditujukan kepada jemaat. Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian

(MJH) bekerja sama dengan Majelis Klasis dan Sinode GMIT. Waktu

pelaksanaan dimulai dari bulan Januari sampai Desember 2020.

- Ibadah siklus pertanian dan perkebunan. Ditujukan kepada jemaat.

Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH) bekerja sama dengan jemaat.

Waktu pelaksanaan pada bulan Januari, Maret, Mei dan November 2020,

bertempat di tiga mata jemaat Nekamese.

1.6.5 Oikonomia

Oikonomia merupakan usaha untuk mejalankan persekutuan sesuai dengan

aturan-aturan yang berlaku, sehingga tujuan yang diharapkan oleh persekutuan

dapat dicapai. 32

- Pengawasan dan pemeriksaan BP3J. Ditujukan kepada pengelola pelayanan,

pengelola administrasi jemaat dan mata jemaat. Dilaksanakan oleh BP3J.

32
Filmon Benu, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 28 Oktober 2020.

27
Waktu pelaksanaan pada bulan Januari 2020, bertempat di tiga mata jemaat

GMIT Nekamese.

- Pemanfaatan dan penataan kantor gereja. Ditujukan kepada jemaat Nekamese.

Dilaksanakan oleh mejelis jemaat. Waktu dan tempat pelaksanaan

disesuaikan.

- Peningkatan perencanaan berbasis RIP dan HKUP. Ditujukan kepada jemaat.

Dilaksanakan oleh mejelis jemaat bekerja sama dengan BP4S. Waktu dan

tempat pelaksanaan disesuaikan.

- Pengembangan kapasitas personil. Ditujukan kepada pendeta dan mejelis

jemaat. Dilaksanakan oleh mejelis jemaat bekerja sama dengan pemerintah.

Waktu dan tempat pelaksanaan disesuaikan.

- Persiapan pemekaran jemaat Nekamese. Ditujukan kepada jemaat.

Dilaksanakan oleh mejelis jemaat bekerja sama dengan mejelis klasis

Amanuban Tengah Utara dan mejelis Sinode GMIT. Waktu pelaksanaan pada

bulan Januari sampai Desember 2020., bertempat di dalam jemaat GMIT

Nekamese.

- Pemutahiran data jemaat. Ditujukan kepada jemaat. Dilaksanakan oleh mejelis

jemaat. Waktu pelaksanaan pada bulan Juli 2020, bertempat di tiga mata

jemaat GMIT Nekamese.

- Diakonia pendidikan. Ditujukan kepada PAUD Hetfen dan PAUD Huetnana.

Dilaksanakan oleh mejelis jemaat bekerja sama dengan guru PAUD dan kader

Posyandu. Waktu pelaksanaan antara bulan Januari sampai Desember 2020,

bertempat di mata jemaat Imanuel Postenu dan Zoar Fatufutu.

28
- Posyandu Lansia. Ditujukan kepada kelompok Lansia. Dilaksanakan oleh

Majelis Jemaat Harian (MJH) dan Unit Pembantu Pelayanan (UPP) Lansia

bekerja sama dengan Puskesmas Oenino. Waktu pelaksanaan setiap satu bulan

sekali, bertempat di mata jemaat Imanuel Postenu dan Zoar Fatufutu.

- Pelatihan kesehatan reproduksi pada remaja. Ditujukan kepada remaja.

Dilaksanakan oleh Unit Pembantu Pelayanan (UPP) PAR bekerja sama

dengan komunitas Tenggara dan Puskesmas Niki-Niki. Waktu pelaksanaan

pada bulan Agustus, bertempat di mata jemaat Imanuel Postenu.

- Pemanfaatan tanah dan lahan gereja. Ditujukan kepada jemaat. Dilaksanakan

oleh mejelis jemaat. Waktu dan tempat pelaksanaan disesuaikan.

- Pembuatan lubang jebakan air dan penanaman anakan di tanah-tanah gereja.

Ditujukan kepada jemaat. Dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Harian (MJH)

dan jemaat bekerja sama dengan Dinas Kehutanan. Waktu pelaksanaan pada

bulan Maret dan November 2020, bertempat di lokasi gereja dan tanah-tanah

milik jemaat GMIT Nekamese.

1.7 Masalah- masalah Sosial 33

1.7.1 Air bersih

Kurangnya persediaan air bersih sudah menjadi pergumulan jemaat Nekamese

setiap tahun. Hal ini disebabkan karena letak topografi dan geografis, yaitu Desa

Neke terletak di atas gunung dengan intensitas hujan yang rendah dan terdapat

banyak lahan kering yang mengakibatkan sumber air di Desa Neke sangat sedikit.

Jemaat Nekamese hanya bergantung pada 3 mata air yang debit airnya sangat

33
Sepri Adonis, S. Th, Ketua Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara., Jumat, 29 Mei 2020.

29
kecil dan 1 embung. Jika pada musim kemarau, mata air dan embung tersebut

menjadi kering sehingga mereka harus membeli air yang dijual oleh masyarakat

Niki-Niki dengan harga Rp 2.000 per jerigen.

1.7.2 Ekonomi

Jemaat GMIT Nekamese juga bergumul dengan persoalan perekonomian, hal ini

karena hampir seluruh jemaat bekerja sebagai petani yang bekerja hanya pada

musim hujan dan tidak memiliki penghasilan tetap. Penghasilan jemaat ditentukan

dari caruh hujan dan hasil alam. Jika curah hujan tidak baik, maka hasil panen

yang didapatkan sedikit, begitupun sebaliknya. Pengasilan yang mereka dapatkan

hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, sedangkan untuk

keperluan sekolah anak-anak masih belum terpenuhi.

1.7.3 Pendidikan

Permasalahan lainnya yang dialami oleh jemaat GMIT Nekamese adalah

permasalahan pendidikan. Hal ini disebakan karena keterbatasan ekonomi yang

dialami oleh keluarga sehingga membuat anak-anak tidak bisa melanjutkan

pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Anak-anak hanya bisa menyelesaikan

Sekolah Menengah Atas (SMA) dan berhenti untuk bekerja sebagai petani atau

bermigrasi.

1.7.4 Gizi Buruk Pada Anak

Masalah gizi buruk atau stunting juga dialami oleh jemaat GMIT Nekamese.

Jumlah jemaat yang mengalami stunting adalah 38 orang. Kebanyakan dari jemaat

yang mengalami stunting berasal dari usia 32 sampai 55 bulan. Anak-anak yang

mengalami stunting ditandai dengan berkurangnya nafsu makan sehingga berat

30
badan dan tinggi badan tidak sesuai dengan standar pertumbuhan yang normal.

Hal ini disebabkan karena lemahnya ekonomi keluarga sehingga tidak mampu

untuk memenuhi kebutuhan gizi pada anak.

Stunting juga disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan jemaat tentang gizi

dan kesehatan, sehingga kurangnya pemanfaatan makanan bergizi yang ada dalam

jemaat. Contohnya, jemaat tidak secara baik memanfaatkan telur ayam dan daun

kelor yang bisa diolah menjadi makanan bergizi.

1.7.5 Migrasi jemaat

Permasalahan migrasi yang terjadi pada jemaat GMIT Nekamese merupakan

permasalahan yang digumuli selama ini. Jumlah TKI yang berasal dari desa Neke,

kecamatan Oenino, kabupaten Timor Tengah Selatan mencapai 26 orang. Faktor

penyebab migrasi jemaat adalah masalah ekonomi keluarga dan jemaat

menganggap bahwa di Desa tidak ada pekerjaan yang lanyak untuk menghasilkan

banyak uang.

Rangkuman

Gambaran umum yang dijelaskan di atas berguna untuk membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian tentang program Sanggar Anak Nekamese di Jemaat

GMIT Nekamese. Dengan mengetahui sejarah, statistik, masalah-masalah sosial

dan berbagai program pelayanan yang ada di jemaat, akan menolong penulis

sehingga bisa menganalisis dengan objektif pada Bab 2 oleh karena data-data

tersebut akan menjadi pembanding dan informasi yang berhubung dengan

program Sanggar Anak Nekamese.

31
BAB II

PEMBERDAYAAN JEMAAT MELALUI SANGGAR ANAK

NEKAMESE

2.1 Landasan Teori

Pada bagian ini, penulis akan menggambarkan landasan teori yang dipakai untuk

menganalisa proses Pemberdayaan Jemaat yang dilakukan oleh jemaat GMIT

Nekamese, melalui program Sanggar Anak Nekamese. Penulis akan

32
menggunakan landasan teori Pemberdayaan Jemaat, teori pendekatan

pemberdayaan jemaat Appreciative Inquiry (AI), dan teori Pembangunan Jemaat.

2.1.1 Pemberdayaan Jemaat

Pada dasarnya, Pemberdayaan Jemaat adalah upaya yang dilakukan oleh gereja

agar jemaat mampu menjadi sarana dan tanda keselamatan dari Allah kepada

dunia (termasuk manusia di luar gereja). Proses pemberdayaan jemaat diupayakan

sedemikian rupa agar tiap anggota jemaat mendapat kesempatan untuk berperan

dan bersama-sama menyumbang agar kehadiran gereja menjadi semakin lebih

berdaya guna di tengah-tengah dunia. 34

Pemberdayaan Jemaat merupakan hal yang sangat penting dalam

melaksanakan seluruh gerak pelayanan di tengah-tengah jemaat. Menurut Eddy

Papilaya yang dikutip oleh Zubaedi, bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk

membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi,

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk

mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata. 35

Karena itu, bagi Emanuel Gerrit Singgih, gereja harus terus mengupayakan

Pemberdayaan Jemaat. Gereja memang tidak boleh membiarkan diri menjadi alat

untuk kepentingan tertentu, tetapi di sini masalahnya bukan menjadi alat

melainkan menolong orang miskin, sehingga tidak lagi berada di dalam

kemiskinan dan ketergantungan. Upaya pemberdayaan jemaat yang dilakukan

oleh gereja harus bersemangat kemiskinan. Dalam rangka ini Diakonia gereja

bukan saja bersifat karitatif, melainkan harus sekaligus bersifat reformatif dan
34
Pokok-pokok Eklesiologi GMIT Bagian Pembangunan Jemaat.
35
Zubaedi, Wacana Pembangun Alternatif: Ragam Prespektif Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat, (Jakarta: Ar Ruzz Media,2007), hlm 42.

33
transformatif. Jemaat yang diberdayakan tidak bisa hanya diberi ikan terus, atau

diberi pancing terus, melainkan juga harus diberi kesempatan untuk memancing.36

2.1.2 Pendekatan Pemberdayaan Jemaat Appreciative Inquiry (AI)

Dalam upaya Pemberdayaan Jemaat, gereja perlu melakukan pendekatan yang

dapat menolong dirinya sendiri. Dalam melaksanakan upaya tersebut,

Banawiratma menawarkan model pendekatan Appreciative Inquiry (AI) yang

dapat dipakai oleh gereja dalam melakasankan upaya Pemberdayaan Jemaat.

Pendekatan AI adalah suatu proses dan pendekatan pengembangan organisasi.

Sejauh komunitas, jemaat, atau kelompok mana pun merupakan organisasi,

pemikiran AI ini relevan. Pendekatan AI memiliki empat tahap, yaitu Discovery,

Dream, Design, dan Destiny. 37

Dimulai dengan tahapan Discovery, yaitu tahap menemukan hal-hal yang

baik, menghidupkan dan menggerakkan. Melalui sharing dan dialog, apresiasi

individual dapat berkembang menjadi apresiasi kolektif. Visi individual bisa

berkembang menjadi visi kolektif dan kooperatif.

Selanjutnya, adalah tahapan Dream. Berpangkal pada hal-hal positif yang

sudah ditemukan, tahap ini membayangkan keadaan baru yang mungkin sesuai

dengan harapan-harapan terdalam dan aspirasi-aspirasi tertinggi. Dengan

menggunakan cerita-cerita yang muncul pada tahap Discovery, dapat ditarik tema-

tema kunci dari balik pengalaman-pengalaman positif yang ditemukan.

36
Emanuel Gerrit Singgih, Berteologi dalm Konteks (Jakarta: Penerbit Kanisius, 2000), hlm. 213-
217.
37
J. B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui Appreciative
Inquiry (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2014), hlm 3-6.

34
Pada tahapan berikut, yaitu Design. Dalam tahap ini, semua ikut serta

mengonstruksi arsitektur organisasional untuk mencapai ideal yang diimpikan.

Design merupakan pernyataan yang menggerakkan, yang menghubungkan apa

yang telah ditemukan sebagai positif dengan apa yang diimpikan. Melalui dialog

dibangun komitmen menuju masa depan bersama. Kunci fase ini adalah

bagaimana cara mencapai mimpi-mimpi.

Tahapan terakhir adalah Destiny. Tahapan ini dicapai melalui inovasi dan

aksi kolektif. Semua partisipan membangun masa depan, menciptakan apa yang

seharusnya, memberdayakan, belajar, menyesuaikan, berimprovisasi dan

membangun kapasitas. Dari status qou bergerak ke transformasi melalui tindakan

kolektif.

2.2.3 Pembangunan Jemaat

Pembangunan jemaat terdiri dari dua kata yaitu, pembangunan dan jemaat.

Pembangunan adalah campur tangan aktif, atau intervensi dalam tindak-tanduk

jemaat setempat; sementara jemaat adalah persekutuan orang beriman yang berada

di suatu tempat. Jadi, pembangunan jemaat adalah intervensi sistematis dan

metodis dalam tindak-tanduk jemaat beriman setempat. 38

Menurut Rob van Kessel, tujuan sentral dari pembangunan jemaat disebut

vitalitas karena fokusnya pada kehidupan: kehidupan yang baru, pemancaran

terang yang baru dan daya tarik yang baru. Pembangunan Jemaat mau ikut

membangun gereja di mana orang dengan semangat yang baru berdiam dan

bekerja. Upaya pembangunan yang dilakukan oleh jemaat sebenarnya merupakan

upaya vitalisasi jemaat di tengah dunia. Kehadiran Pembangunan Jemaat


38
Dr. P.G van Hooijdonk, Batu-batu yang Hidup (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996), hlm 32.

35
mengupayakan gereja-gereja menjadi jemaat beriman yang vital di dunia kini dan

esok. 39

2.2 Gambaran Umum tentang Sanggar Anak Nekamese

Pada bagian ini, penulis akan menyajikan hasil penelitian mengenai Program

Sanggar Anak Nekamese. Penyajian ini berdasarkan proses dari Pembangunan

Jemaat mulai dari latar belakang pelaksanaan, strategi, pelaksanaan, pengawasan,

hasil, dan evaluasi dari Program Sanggar Anak Nekamese.

2.2.1 Latar Belakang Kehadiran Program Sanggar Anak Nekamese 40

Pdt. Seprianus Adonis, S. Th sebagai orang yang menginisiasi program Sanggar

Anak Nekamese, mengatakan bahwa latar belakang hadirnya program Sanggar

Anak Nekamese ini muncul dari kesadaran diri sebagai seorang pelayan Tuhan

dalam melayani jemaat. Saat itu ia masih menjadi pendeta orientasi di Jemaat

GMIT Nekamese.

Adonis melihat hampir setiap keluarga dalam jemaat mempunyai anggota

keluarga yang memilih untuk meninggalkan kampung dan bekerja ke luar daerah

seperti Jawa, Kalimantan, Papua dan luar negeri. Rata-rata yang meninggalkan

kampung adalah laki-laki atau perempuan yang telah berkeluarga dan bahkan bisa

kedua-duanya. Akibatnya adalah anak-anak dititipkan kepada kakek atau nenek

dan terkadang diterlantarkan. Melihat kondisi ini, Adonis berinisiatif untuk

membuat suatu wadah bermain dan belajar bagi anak-anak di sekitar lingkungan

gereja.

39
Rob van Kessel, Enam tempayan air (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997), hlm 20-25.
40
Seprianus Adonis, S. Th, Ketua Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Sabtu, 30 Mei
2020.

36
2.2.2 Strategi Program Sanggar Anak Nekamese 41

Di mulai pada bulan Desember 2015, Adonis mengumpulkan 8 orang anak yang

mempunyai minat dalam bidang tarian tradisional. Langkah awal yang dilakukan

adalah membentuk kelas dan membuat jadwal untuk belajar tarian tradisional

dalam waktu seminggu sekali. Hasil dari latihan tarian tersebut dipentaskan saat

perayaan Natal Jemaat GMIT Nekamese.

Kemudian pada bulan Maret 2016, masuk bergabung 5 orang anak

sehingga jumlah anggota bertambah menjadi 13 orang anak. Dengan

bertambahnya jumlah anggota kelompok kecil tersebut, maka bertambah juga satu

kelas yaitu kelas drama musikal. Hasil dari latihan drama musikal ditampilkan

saat jemaat merayakan hari raya Paskah.

Pada bulan Juli 2016, sesuai dengan surat keputusan Majelis Sinode

GMIT, Adonis ditempatkan mejadi pendeta tetap di Jemaat Nekamese selama satu

periode. Karena telah ditetapkan menjadi pendeta yang melayani di jemaat GMIT

Nekamese, maka ia harus mengadakan sidang bersama seluruh majelis jemaat

dimaksud pada bulan Agustus 2016. Sebelum melakukan persidangan, Adonis

mengumpulkan beberapa orang tua dan majelis jemaat untuk membicarakan

mengenai kelompok kecil yang telah dibentuk. Hasil dari pembicaraan adalah

kelompok kecil tersebut membutuhkan busana tersendiri ketika ingin

mementaskan tarian dan drama musikal. Untuk menjawab kebutuhan tersebut

maka mereka menambahkan satu kelas yaitu kelas menenun sekaligus melakukan

riset kebudayaan. Hasil dari kelas menenun tersebut berupa selendang, selimut

41
Seprianus Adonis, S. Th, Op. cit.

37
dan sarung yang kemudian digunakan sebagai busana ketika pementasan tarian

atau drama musikal.

Kemudian pada bulan Agutus 2016, Jemaat Nekamese melakukan

persidangan jemaat. Dalam persidangan, disepakati bersama bahwa kelompok

kecil yang telah dibentuk dimasukkan dalam program pelayanan jemaat dan diberi

nama Sanggar Anak Nekamese. Dinamakan Sanggar Anak Nekamese karena

kelompok ini bermula dari anak-anak yang berada di jemaat Nekamese. Program

Sanggar Anak Nekamese termasuk dalam bagian UPP PAR dan diawasi oleh

BP3J Jemaat GMIT Nekamese. Pada saat itu juga jumlah anggota bertambah

menjadi 23 orang anak dan orang tua dilibatkan sebagai pendamping bagi anak-

anak dalam belajar menenun.

2.2.3 Pelaksanaan Program Sanggar Anak Nekamese 42

Setelah disepakati bersama dalam persidangan jemaat, maka pelaksanaan program

Sanggar Anak Nekamese mulai dilakukan secara terstruktur dan sesuai jadwal

yang ditetapkan. Pelaksanaan program Sanggar Anak Nekamese dilakukan di

gedung gereja dan rumah pribadi masing-masing jemaat. Kegiatan yang dilakukan

di gedung gereja adalah kelas tarian tradisonal dan kelas drama musikal yang

berlangsung setiap hari Senin sampai dengan Kamis, pukul 16:00-18:00 WITA.

Sedangkan kegiatan yang dilakukan di rumah pribadi masing-masing anak

bersama dengan orang tua adalah kelas menenun. Waktu pelaksanaan kelas

menenun ditentukan oleh setiap anak dan orang tua.

42
Dina Kikhau, Ketua Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Senin, 1 Juni 2020.

38
Dalam perkembangan program Sanggar Anak Nekamese, jumlah

anggota bertambah banyak sehingga kegiatan yang dilakukan juga bertambah.

Pada bulan Januari 2018, dalam pergumulan bersama tentang gereja layak anak,

maka muncul pemikiran-pemikiran dari jemaat, majelis jemaat dan pendeta

tentang perkembangan program Sanggar Anak Nekamese. Hasil dari diskusi

bersama mengenai pengembangan program Sanggar Anak Nekamese adalah

penambahan kegiatan dan penetapan jadwal kegiatan bagi anak-anak, pemuda dan

orang tua.

Kegiatan yang dilakukan dalam Sanggar Anak Nekamese dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu kelompok anak-anak, pemuda-pemudi dan orang tua.

a) Kegiatan yang dilakukan bagi anak-anak.

1. Diakonia pendidikan bagi anak, yaitu dengan memberikan les baca, tulis,

hitung, les bahasa Inggris dan perpustakaan. Kegitan dilakukan di gedung

gereja setiap hari Senin dan Rabu.

2. Pengembangan kemampuan anak, yaitu dengan membentuk kelompok

teater, bina vokal atau paduan suara anak dan fotografi. Kegiatan

dilakukan di gedung gereja, setiap hari Selasa dan Rabu.

3. Bina keterampilan anak yaitu dengan belajar menenun, menganyam tas

dari daun lontar, mengolah keripik singkong dan pisang, mengolah kelor

menjadi stik kelor, cokelat kelor, kopi kelor dan teh kelor dan mengolah

manisan asam jawa. Kegiatan ini dilakukan di gedung gereja dan rumah

masing-masing anak setiap satu minggu sekali.

39
4. Pengembangan kapasitas anak, yaitu dengan melakukan riset budaya,

teatrikal, pembelajaran dasar tentang hak-hak anak, pembelajaran dasar

tentang pola hidup bersih dan sehat. Kegiatan ini dilakukan di gedung

gereja setiap satu bulan sekali.

5. Diakonia kesehatan oleh anak-anak bagi janda dan duda, yaitu melakukan

aksi membersihkan tempat tinggal para janda dan duda. Kegiatan ini

dilakukan di rumah para janda dan duda jemaat Nekamese, setiap tiga

bulan sekali.

b) Kegiatan yang dilakukan bagi Pemuda-pemudi:

1. Bina keterampilan tentang cara pemasaran produk Sanggar Anak

Nekamese. Kegiatan ini dilakukan di gedung gereja, setiap satu tahun

sekali.

2. Pengembangan ekonomi pemuda, yaitu dengan menenun, menganyam

oko sloi (tas tradiosional), pembuatan teh kelor, cokelat kelor dan stik

kelor. Kegiatan ini dilakukan di gedung gereja dan rumah masing-masing

pribadi, setiap satu minggu sekali. Para pemuda juga menjalankan jasa

Wedding Organizer (penyelenggara pernikahan). Kegiatan ini dilakukan

saat ada pasangan nikah yang mem butuhkan jasa Wedding Organizer.

c) Kegiatan yang dilakukan bagi orang tua.

1. Pembelajaran dasar tentang pola asuh anak bagi orang tua. Kegiatan ini

dilakukan di gedung gereja, setiap satu bulan sekali.

2. Pengembangan ekonomi, yaitu kegiatan menenun, pembuatan tas jinjing

dan punggung dari tenunan Timor, pembuatan teh kelor, stik kelor, dan

40
cokelat kelor. Kegiatan ini dilakukan setiap hari di rumah masing-masing

pribadi. Orang tua juga bertugas untuk membimbing anak-anak PAR dan

pemuda-pemudi dalam kelas menenun dan menganyam.

d) Kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anggota Sanggar Anak Nekamese.

1. Intervensi gizi buruk yaitu dengan membuat kebun gizi di halaman rumah

setiap jemaat. Kebun gizi tersebut akan ditanami dengan sayur-sayuran

organik.

2. Intervensi Ibu hamil melalui pendampingan Ibu hamil sejak usia nol bulan

sampai melahirkan. Anggota Sanggar Anak Nekamese juga mengadakan

tabungan bagi Ibu hamil. Tabungan tersebut akan digunakan saat Ibu

hamil akan melahirkan.

3. Kegiatan weekend (akhir pekan) yaitu kegiatan yang dilakukan dengan

memberi kesempatan kepada orang-orang yang berasal dari luar Desa

Neke, untuk berkunjung ke Sanggar Anak Nekamese. Pengunjung

diberikan kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat budaya yang

disediakan Sanggar Anak Nekamese. Pengunjung juga diberikan

kesempatan untuk belajar menenun atau mengolah pangan lokal.

4. Sanggar Anak Nekamese juga menyediakan benang bagi para anggota

yang menenun. Benang akan diambil oleh para penenun, lalu akan dibayar

setelah tenunan yang dibuat terjual.

5. Sanggar Anak Nekamese juga membantu untuk memasarkan hasil tenunan

dari anggota Sanggar Anak Nekamese. Hasil tenunan berupa selempang,

sarung dan selimut.

41
2.2.4 Pengawasan Program Sanggar Anak Nekamese 43

Setiap program yang dikerjakan pasti memiliki pengawasan tersendiri.

Pengawasan dilakukan untuk memastikan program yang dijalankan tetap

berpatokan pada semua acuan yang telah ditetapkan bersama. Pengawasan juga

sangat penting karena dapat membangun sebuah komunikasi yang baik antara

pemimpin dan anggota kelompok yang menjalankan program.

Karena itu, pengawasan juga dilakukan terhadap pelaksanaan program

Sanggar Anak Nekamese. Pengawasan ini dilakukan oleh Pendeta, mejelis jemaat,

pengurus Sanggar Anak Nekamese dalam hal ini (ketua Sanggar Anak Nekamese)

dan seluruh jemaat Nekamese. Pengawasan dilakukan untuk mengetahui apakah

program Sanggar Anak Nekamese dijalankan sesuai dengan semua acuan yang

telah ditetapkan bersama. Pengawasan terhadap program Sanggar Anak Nekamese

membantu untuk mengetahui potensi-potensi yang baik dan kendala yang

dihadapi. Dengan demikian program Sanggar Anak Nekamese dapat berkembang

menjadi lebih baik.

2.2.5 Hasil Program Sanggar Anak Nekamese

Sejak Agustus 2016 sampai dengan bulan Desember 2019, tercatat bahwa

program Sanggar Anak Nekamese banyak membuahkan hasil yang memuaskan

bagi jemaat dan warga sekitar Nekamese. Hasil yang diperoleh jemaat bervariasi,

sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh tiap kategori.

a. Hasil yang dicapai oleh kelompok Anak-anak

43
Dina Kikhau, Op. cit

42
1) Anak-anak melakukan kampanye dan teater tentang isu perlidungan Anak

dalam acara pembukaan bulan bakti Kabupaten Timur Tangah Selatan.

2) Sanggar Anak Nekamese dipercayakan untuk menyambut Mentri

Pemberdayaan Perempuan dan Anak, lewat tarian, dalam perayaan Jambore

Anak Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS).

3) Sanggar Anak Nekamese dibina untuk menghadiri jambore PAR Klasis dan

meraih juara pertama.

4) Anak-anak membawakan teater dalam perayaan Hari Anak Nasional (HAN)

Kabupaten.

5) Anak-anak berpartisipasi dalam perayaan bulan keluarga dengan memimpin

liturgi kebaktian perayaan bulan keluarga.

6) Anak-anak semakin terlatih dalam menenun dan menganyam, sehingga

kegiatan menenun dan menganyam menjadi satu kesenangan bagi anak-anak.

Tercatat sebanyak 80 buah selendang dan 35 buah sarung yang berhasil

ditenun.

7) Anak-anak membawakan khotbah dalam bentuk teater tentang perlindungan

Anak dalam perayaan hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional dan

membawakan tarian konfigurasi tentang 10 Hak Anak dan impilikasinya.

8) Anak dilibatkan dan berkontribusi dalam persidang Majelis Jemaat tahun

2018.

b. Hasil yang dicapai oleh kelompok Pemuda-pemudi

1) Pemuda-pemudi berhasil mempromosikan hasil produk pengolahan bahan

lokal ke provinsi dan mempromosikannya melalui media sosial.

43
2) Pemuda-pemudi berhasil menjalankan kegiatan pengolahan pangan lokal dan

pengolahan kelor. Tercatat kurang lebih 500 bungkus stik kelor, 370 bungkus

cokelat kelor, 300 bungkus kopi kelor dan 440 bungkus teh kelor yang berhasi

terjual. Para pemuda-pemudi juga berhasil menjalankan jasa Wedding

Organizer sebanyak 15 kali.

c. Hasil yang dicapai oleh kelompok orang tua

1) Orang tua semakin bertanggung jawab terhadap pertumbuhan, pendidikan dan

pola asuh anak dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini nampak dari adanya

dukungan orang tua terhadap anak dalam mengikuti kegiatan yang

diprogramkan dalam Sanggar Anak Nekamese. Orang tua juga semakin

menyadari bahwa pemberian makan bergizi diperlukan oleh anak-anak

sehingga mereka tidak mengalami gizi buruk atau stunting. Para orang tua

memanfaatkan makanan bergizi yang tersedia di desa, berupa telur ayam,

daging ayam dan kelor.

2) Orang tua juga berhasil menjalankan kegiatan menenun yang dilakukan

bersama anak-anak di rumah. Tercatat kurang lebih 480 buah selempang, 285

buah sarung dan 390 buah selemut yang berhasil dijual.

d. Kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anggota Sanggar Anak Nekamese.

1) Kegiatan membuat kebun gizi di lingkungan rumah dijalankan oleh jemaat

Nekamese. Hampir 80 % jemaat Nekamese, membuat dua bedeng sayur di

halaman rumah.

44
2) Kegitan intervensi ibu hamil dan tabungan ibu hamil dijalankan oleh jemaat

Nekamese. Tercatat sebanyak 30 ibu hamil yang didampingi sejak

mengandung sampai dengan melahirkan dan menerima tabungan ibu hamil.

3) Kegiatan weekend (akhir pekan) dijalankan oleh jemaat Nekamese. Tercatat

sebanyak 26 kelompok yang berasal dari luar Kabuten Timor Tengah Selatan

(TTS) yang mengikuti kegiatan tersebut. Melalui kegiatan ini juga, banyak

desa tetangga yang tertarik untuk belajar dari Sanggar Anak Nekamese.

4) Sanggar Anak Nekamese juga menjual hasil produksi kelor dan tenunan yang

dikelola oleh jemaat. Penjualan yang dilakukan oleh Sanggar Anak Nekamese.

Kehadiran program Sanggar Anak Nekamese, secara tidak langsung

membawa dampak postif bagi jemaat GMIT Nekamese. Jemaat semakin aktif dan

produktif dalam pelayanan di gereja dan kehidupan sehari-hari. Gereja tidak lagi

dipandang hanya sebatas perkumpulan orang-orang percaya namun gereja juga

hadir sebagai tempat belajar, bermain, mengembangkan ekonomi dan membantu

jemaat mengahadapi permasalahan.

Dampak positif program Sanggar Anak Nekamese bagi anak-anak yaitu

pertumbuhan rohani. Menurut Juana Abineno,44 dengan adanya kelas teater dalam

program Sanggar Anak Nekamese, menjadikan anak-anak aktif melayani di gereja

dengan membawakan khotbah dalam bentuk teater. Melalui kegiatan diakonia

bagi Lansia, anak-anak belajar dan menyadari bahwa melayani dan menghormati

orang tua adalah kewajiban setiap anak.

44
Juana Abineno, Anggota Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Senin, 1 Juni 2020.

45
Menurut Ota Nubatonis, 45
program Sanggar Anak Nekamese,

menjadikan anak-anak semakin menyadari bahwa di dalam diri mereka terdapat

bakat atau kemampuan yang bisa dikembangkan. Anak-anak juga semakin

menyadari bahwa tempat kelahiran mereka memiliki hasil alam yang bisa dikelola

sehingga menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kesadaran akan

potensi dalam diri dan hasil alam, menjadikan anak-anak semakin berusaha

mengembangkan desa sebagai tempat tinggal yang baik.

Dampak positif dari program Sanggar Anak Nekamese, juga dirasakan

oleh para pemuda-pemudi dalam biaya pendidikan. Menurut Popi Banamtuan, 46

penghasilan yang diperoleh dari program Sanggar Anak Nekamese,

digunakannya untuk membayar tagihan uang sekolah. Selain itu, penghasilan

tersebut digunakan juga untuk membeli perlengkapan pendidikan seperti buku,

alat tulis dan perlengkapan lainnya. Kehadiran program Sanggar Anak Nekamese

melatih para pemuda-pemudi untuk tidak selamanya bergantung kepada orang tua.

Selanjutnya menurut Maksen Abineno, 47


salah satu majelis jemaat

Nekamese, mengatakan bahwa kehadiran program Sanggar Anak Nekamese

meningkatkan partisipasi jemaat dalam beribadah dan memberi. Orang tua dan

anak-anak dilibatkan dalam kegiatan yang dilakukan dalam program Sanggar

Anak Nekamese. Misalnya, anak-anak yang dilibatkan dalam liturgi kebaktian

Minggu maka setiap orang tua harus hadir dan mendampingi anaknya. Jemaat

juga menyadari bahwa mereka harus memberikan persepuluhan dari setiap hasil

45
Ota Nubatonis, Anggota Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Senin, 1 Juni 2020.
46
Popi Banantuan, Relawan Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Senin, 1 Juni 2020
47
Maksen Abineno, Majelis Jemaat GMIT Nekamese, Wawancara, Rabu, 3 Juni 2020

46
yang mereka peroleh dari program Sanggar Anak Nekamese. Misalnya, jemaat

memberikan persepuluhan dari hasil penjualan tenunan.

2.2.6 Evaluasi Program Sanggar Anak Nekamese 48

Evaluasi program Sanggar Anak Nekamese biasanya dilakukan setiap bulan.

Evaluasi bulanan dilakukan dalam tiap kelompok bersama dengan para relawan

dan pengurus Sanggar Anak Nekamese. Pada tahapan evaluasi ini, setiap anggota

berhak untuk menyampaikan kendala dan kemajuan yang dialami, sehingga

anggota kelompok, relawan dan pengurus dapat mencari solusi terhadap persoalan

yang terjadi dan mengembangkan kemajuan yang dicapai dalam pelaksanaan

program. Jika dalam proses evaluasi ditemukan kendala yang sulit untuk

diselesaikan, maka pihak mejelis dan pendeta dilibatkan untuk bersama-sama

mencari jalan keluar.

Setiap hasil yang dibicarakan bersama dalam proses evaluasi digunakan

sebagai tolok ukur untuk kemajuan Program Sanggar Anak Nekamese. Hasil dari

proses evaluasi selanjutnya disampaikan kepada seluruh anggota Sanggar Anak

Nekamese untuk diketahui bersama.

Beberapa hasil yang diperoleh dari proses evaluasi adalah: Program

Sanggar Anak belum sepenuhnya mencapai tujuan yang diharapkan. Belum

sepenuhnya seluruh jemaat terlibat dalam Program Sanggar Anak Nekamese.

Dalam proses evaluasi juga ditemukan bahwa terdapat beberapa program yang

membutuhkan dana sehingga bisa tetap berjalan.

Dari proses evaluasi maka diambillah beberapa keputusan, yaitu:

Pertama, setiap anggota Sanggar Anak Nekamese wajib memberikan


48
Dina Kikhau, Ketua Sanggar Anak Nekamese, Wawancara, Senin, 1 Juni 2020.

47
persepuluhan kepada gereja dari penghasilan yang mereka peroleh melalui

Program Anak Nekamese. Persepuluhan tersebut diatur oleh masing-masing

anggota kelompok. Perpuluhan tersebut akan dikelola oleh gereja demi

pengembangan pelayanan di Jemaat GMIT Nekamese. Setiap anggota Sanggar

Anak Nekamese juga wajib memberikan potongan 5% dari penghasilan yang

diperoleh untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan dalam menjalankan program.

Kedua, gereja dijadikan sebagai lingkungan yang aman bagi anak untuk

belajar dan bermain. Rumah pastori atau rumah jabatan pendeta dijadikan sebagai

rumah aman bagi jemaat yang mengalami kekerasan. Jemaat yang mengalami

kekerasan dapat melaporkan diri kepada gereja untuk mendapat perlindungan

yang aman.

Seluruh jemaat Nekamese, mengetahui semua keputusan yang disepakati

bersama dalam proses evaluasi. Keputusan yang disepakati dalam proses evaluasi,

dijalankan oleh seluruh jemaat Nekamese sampai dengan saat ini.

2.3 Analisa

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan adanya upaya pemberdayaan

jemaat yang dilakukan oleh Jemaat GMIT Nekamese. Hal itu terlihat melalui

program Sanggar Anak Nekamese yang diupayakan oleh gereja sehingga jemaat

menjadi sarana dan tanda keselamatan dari Allah kepada dunia. Jemaat GMIT

Nekamese melihat akan persoalan kemiskinan yang sedang digumuli bersama

oleh seluruh jemaat. Untuk menjawab persoalan kemiskinan, maka diperlukan

Pemberdayaan Jemaat. Hal ini yang kemudian menjadi alasan hadirnya program

Sanggar Anak Nekamese yang bertujuan untuk memberdayakan jemaat sehingga

48
tidak lagi berada dalam kemiskinan. Melalui program Sanggar Anak Nekamese,

jemaat diberi kesempatan untuk terlibat dan bekerja sama dalam setiap kegiatan

yang diprogramkan. Jemaat diberi kesempatan untuk memberikan ide yang

kemudian dikembangkan oleh gereja sehingga kehadiran gereja semakin nampak

dalam kehidupan jemaat.

Melalui program Sanggar Anak Nekamese, jemaat dimampukan untuk

mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri yang pada akhirnya membuat

mereka menyadari bahwa terdapat potensi manusia dan sumber daya alam di desa

yang dapat dikelola dan bernilai ekonomis. Pemberdayaan melalui bidang

ekonomi ini berupa: Jemaat dilatih untuk manfaatkan hasil-hasil alam untuk

diolah menjadi pangan lokal yang bisa dikonsumsi dan dijual, seperti mengolah

kelor mejadi cokelat kelor, teh kelor, kopi kelor dan stik kelor. Jemaat juga

disadarkan bahwa, mereka memiliki motif tenunan buna met luman yang

merupakan motif kerajaan yang sangat diminati oleh banyak orang dan memiliki

nilai jual yang sangat mahal. Kemampuan diri jemaat terus dibangun dengan

memberikan pelatihan tentang cara pemasaran produk yang mereka hasilkan

melalui media sosial. Hal ini kemudian menumbuhkan kedasaran diri jemaat,

bahwa desa tempat tinggal mereka memiliki potensi yang bisa dikembangkan

sehingga mereka tidak perlu pergi mencari pekerjaan di luar daerah.

Selain dalam bidang ekonomi, Jemaat GMIT Nekamese juga melakukan

pemberdayaan melalui bidang pendidikan bagi anak-anak. Hal ini nampak melalui

adanya wadah belajar, bermain dan mengembangkan bakat yang disediakan

jemaat GMIT Nekamese. Melalui program Sanggar Anak Nekamese, gereja

49
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengikuti les baca, tulis,

hitung, les bahasa Inggris dan perpustakaan bagi anak-anak. Melalui program

Sanggar Anak Nekamese, gereja juga memberikan wadah bagi anak-anak untuk

mengembangkan bakat tarian tradisional, menenun, bina vokal, teater dan

fotografi. Melalui upaya pemberdayaan terhadap anak-anak, mereka semakin

menyadari bahwa di dalam diri mereka terdapat potensi dan bakat yang bisa

dikembangkan menjadi baik. Anak-anak juga semakin menjadi lebih percaya diri

sehingga mereka berani untuk melakukan perubahan di dalam diri mereka dan

lingkungan tempat tinggal.

Apa yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese, lewat program Sanggar

Anak Nekamese telah menunjukan adanya tindakan yang dilakukan gereja untuk

menolong orang-orang miskin sehingga tidak ada lagi dalam kemiskinan dan

ketergantungan. Gereja telah menjalankan fungsinya sebagai gereja yang

bersemangat kemiskinan dengan baik, karena telah melaksanakan suatu program

pembangunan jemaat yang memiliki dampak positif bagi jemaat yang berada

dalam kemiskinan. Anggota jemaat GMIT Nekamese juga telah merasakan

dampak dari upaya pemberdayaan jemaat yang dilakukan oleh Gereja.

Pemberdayaan jemaat yang dijalankan oleh jemaat GMIT Nekamese,

menunjukan bahwa diakonia gereja tidak bersifat karitatif saja, melainkan juga

bersifat reformatif dan transformatif. Hal ini nampak melalui program Sanggar

Anak Nekamese. Contohnya yaitu jemaat diberi benang yang akan dipakai untuk

menenun dan jemaat juga diberi kesempatan untuk menenun sekaligus melakukan

riset budaya melalui motif tenunan yang dihasilkan. Melalui uang yang diperoleh

50
dari penjualan tenunan, jemaat gunakan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi

sehari-hari termasuk untuk biaya pendidikan anak. Hal ini menunjukan bahwa,

gereja tidak selalu memberikan ikan kepada jemaat, tetapi gereja juga

memberikan pancing dan memberi kesempatan kepada jemaat untuk mencari ikan

sendiri.

Perlu juga disadari bahwa, Pemberdayaan Jemaat yang diupayakan belum

sepenuhnya tepat. Terdapat beberapa anggota jemaat yang belum dijangkau oleh

gereja dalam upaya pemberdayaan dan terdapat sebagian jemaat yang belum

sepenuhnya memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam program Sanggar

Anak Nekamese. Hal ini dikarenakan jarak yang cukup jauh antara rumah dan

gereja. Sehingga mereka hanya hadir pada saat kebaktian Minggu dan kebaktian

hari raya gerejawi.

Selain itu, jemaat juga belum sepenuhnya mandiri dalam proses

Pemberdayaan Jemaat. Masih adanya ketergantungan terhadap pemimpin dalam

hal ini pendeta sebagai orang yang menginisiasi program Sanggar Anak

Nekamese. Jemaat masih membutuhkan motivasi dan dorongan untuk

menjalankan program yang dirancangkan. Hal ini tidak selaras dengan proses

Pemberdayaan Jemaat yang ingin menjadikan jemaat yang mandiri. Hal ini bisa

berdampak bagi kelanjutan program Sanggar Anak Nekamese. Jika di kemudian

hari terjadi pergantian pendeta, maka tidak menutup kemungkinan program

Sanggar Anak Nekamese tidak bisa berjalan dengan baik.

Pemberdayaan Jemaat yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese,

sangat memperhatikan potensi dan hal-hal baik yang ada dalam jemaat. Hal ini

51
disebut sebagai pendekatan Appreciative Inquiry (AI). Model pendekatan

Appreciative Inquiry (AI) adalah suatu proses dan pendekatan pengembangan

organisasi. Sejauh komunitas, jemaat, atau kelompok mana pun merupakan

organisasi, pemikiran AI ini relevan. Pendekatan AI memiliki empat tahap, yaitu

Discovery, Dream, Design, dan Destiny. 49

Tahapan Discovery adalah tahap menemukan hal-hal yang baik,

menghidupkan dan menggerakkan. Melalui sharing dan dialog, apresiasi

individual dapat berkembang menjadi apresiasi kolektif. Visi individual bisa

berkembang menjadi visi kolektif dan kooperatif. Pada tahapan ini di bagi

menjadi modal personal, sosial, dan kapitalisme.

Dalam hasil penelitian, tahap ini dimulai ketika Pdt. Seprianus Adonis

melihat beberapa potensi yang baik dari jemaat GMIT Nekamese. Potensi tersebut

dibagi menjadi potensi personal, sosial dan kapitalisme. Potensi-potensi itu

kemudian dikembangkan dalam kelompok-kelompok kecil, yang akhirnya

dikembangkan bersama oleh seluruh Jemaat.

1) Sebagian besar anggota Jemaat GMIT Nekamese adalah dari kalangan anak-

anak. Hal ini menjadi potensi jemaat untuk memberdayakan mereka di bidang

pendidikan dan seni. Karena itu, pembentukan Sanggar Anak Nekamese

untuk mengembangkan potensi jemaat dimulai dari kalangan anak-anak.

2) Jemaat GMIT Nekamese masih memegang erat kebudayaan setempat.

Misalnya, natoni (syair adat), tarian daerah, juga budaya santun ketika

berbicara dan menerima tamu. Budaya-budaya inilah kemudian dipakai untuk

49
J. B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui Appreciative
Inquiry (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2014), hlm 3-6.

52
pengembangan potensi jemaat. Dengan mengembangkan budaya yang mereka

hidupi, partisipasi dan dukungan jemaat menjadi lebih baik.

3) Jemaat GMIT Nekamese juga bisa menenun dan memiliki motif tenunan buna

met luman yang diminati banyak orang dan memiliki nilai jual yang sangat

mahal jika dibandingkan dengan motif tenunan lain yang berada di

Amanuban. Dengan melihat nilai estetika dari tenunan buna met luman yang

tinggi, karena merupakan motif kerajaan, dan juga nilai ekonominya yang

tinggi, Sanggar Anak Nekamese memfokuskan perhatian pengembangan

tenunan adat pada motif ini. Sanggar Anak Nekamese melalui program yang

direncanakan bersama, mereka memfasilitasi jemaat, khususnya kaum

perempuan untuk mengembangkan tenunan ini. Karena itu, hampir seluruh

jemaat, khususnya, kaum perempuan mau terlibat dalam program tenunan

untuk pengembangan ekonomi jemaat.

4) Jemaat GMIT Nekamese terkenal dengan hasil alam yang cukup baik berupa

singkong (jemaat sering menyebutnya ubi kayu) yang isinya sangat empuk,

asam jawa, jagung, dan waluh (orang Timor menyebutnya labu lilin). Mereka

juga memiliki hasil alam berupa madu hutan yang sangat diminati oleh banyak

orang dan memiliki nilai jual yang tinggi. Hasil alam dari jemaat ini, tentu

tidak disiasiakan begitu saja. Melalui Sanggar Anak Nekamese, jemaat

difasilitasi untuk mengolah dan memanfaatkan semua hasil alam yang ada

untuk pengembangan ekonomi. Hasil alam ini, ada yang diolah menjadi bahan

pangan lokal untuk dijual, ada juga yang langsung dijual, misalnya madu.

53
Setelah menemukan hal-hal positif yang ada pada jemaat, selanjutnya

adalah tahap Dream. Berpangkal pada hal-hal positif yang sudah ditemukan, tahap

ini membayangkan keadaan baru yang mungkin sesuai dengan harapan-harapan

terdalam dan aspirasi-aspirasi tertinggi. Dengan menggunakan cerita-cerita yang

muncul pada tahap Discovery, dapat ditarik tema-tema kunci dari balik

pengalaman-pengalaman positif yang ditemukan. Inti dari tahap ini adalah apa

saja mimpi yang dapat diukur, dicapai dan realistis dari jemaat GMIT Nekamese.

1) Harapan jemaat GMIT Nekamese adalah budaya setempat tidak punah dan

tetap dilestarikan.

2) Mimpi Jemaat GMIT Nekamese adalah anak-anak bisa memiliki wadah atau

ruang pengembangan minat dan bakat, berbasis budaya dan tradisi lokal.

3) Harapan jemaat GMIT Nekamese adalah memiliki pengetahuan yang baik

untuk mengolah hasil alam yang dimiliki sehingga bernilai ekonomis.

4) Harapan jemaat GMIT Nekamese adalah desa tetap dijadikan sebagai tempat

yang aman dan bisa memiliki penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup,

sehingga tidak ada lagi jemaat yang pergi bekerja di luar daerah atau luar

negeri.

5) Harapan jemaat GMIT Nekamese adalah anak-anak memiliki tempat yang

aman dan nyaman untuk belajar, bermain dan berlindung dari kasus kekerasan

dan pelantaran anak di dalam desa dan jemaat.

Tahap berikut yang dilakukan adalah tahap Design. Pada tahap ini semua ikut

serta mengonstruksi arsitektur organisasional untuk mencapai ideal yang

diimpikan. Design merupakan pernyataan yang menggerakkan, yang

54
menghubungkan apa yang telah ditemukan sebagai positif dengan apa yang

diimpikan. Melalui dialog dibangun komitmen menuju masa depan bersama. Hal

tersebut memperluas imaji organisasi tentang diri mereka sendiri dengan

menampilkan gambaran-gambaran yang jelas dan menimbulkan dorongan

mengenai apa yang terjadi jika inti-positif organisasi berjalan dengan baik dalam

keseluruhan strategi, proses, sistem, keputusan dan kolaborasinya. Kunci fase ini

adalah bagaimana cara mencapai mimpi-mimpi.

Langkah awal yang dilakukan adalah Pdt. Seprianus Adonis

mengumpulkan 8 orang anak yang mempunyai minat dalam bidang tarian

tradisonal. Mereka membentuk kelas tarian dan membuat jadwal untuk belajar

tarian tradisional dalam waktu seminggu sekali.

Kemudian pada bulan Agustus 2016, dalam persidangan majelis jemaat

GMIT Nekamese disepakati bersama bahwa kelompok kecil yang telah dibentuk

dimasukkan dalam program pelayanan jemaat dan diberi nama Sanggar Anak

Nekamese. Setelah itu jumlah anggota bertambah banyak sehingga kegiatan yang

dilakukan dalam program Sanggara Anak Nekamese bertambah.

Tahap yang terakhir adalah Destiny. Tahap ini dicapai melalui inovasi dan

aksi kolektif. Semua partisipan membangun masa depan, menciptakan apa yang

seharusnya, memberdayakan, belajar, menyesuaikan, berimprovisasi dan

membangun kapasitas. Dari status qou bergerak ke transformasi melalui tindakan

kolektif.

Tahap ini dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese. Jemaat mulai membagi

diri dalam tiga kelompok yaitu kelompok anak-anak, pemuda dan orang tua. Jenis

55
kegiatan yang dilakukan oleh setiap kelompok berbeda-beda. Anak-anak mulai

mendapatkan diakonia pendidikan, pengembangan kapasitas diri dan bina

keterampilan. Pemuda-pemudi mulai dibina untuk mengolah hasil alam yang

tersedia menjadi pangan lokal. Orang tua mulai mengusahakan lahan masing-

masing dengan sumber daya yang tersedia. Jemaat mulai diperlengkapi dengan

berbagai pelatihan dasar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan

berimprovisasi dengan kendala dan potensi baru yang diperoleh.

Upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese,

nampak sebagai upaya pembangunan jemaat. Upaya itu dilakukan sebagai cara

membuat jemaat menjadi vital. Jemaat yang vital berfokus pada kehidupan:

kehidupan yang baru, pemancaran terang yang baru dan daya tarik yang baru.

Kehidupan baru yang dialami yaitu, jemaat semakin menyadari

keberadaan mereka dalam bergereja. Jemaat menyadari bahwa mereka merupakan

bagian dari pelaku pelayanan di dalam gereja. Sehingga tingkat keaktifan jemaat

dalam setiap program pelayanan gereja semakin bertambah baik. Hal ini

kemudian berdampak baik dalam relasi antara sesama anggota jemaat, yaitu

terciptanya persekutuan yang semakin erat dan kerja sama di dalam gereja dan

lingkungan tempat tinggal.

Program Sanggar Anak Nekamese juga telah membawa kehidupan yang

baru dalam keluarga. Melalui hasil penjualan tenunan dan anyaman dapat

menolong setiap keluarga dalam mencukupi kebutuhan ekonomi. Anak-anak

dapat membayar biaya pendidikan dan orang tua dapat membeli kebutuhan

sandang, pangan dan papan.

56
Pemancaran terang yang baru merupakan tujuan kedua dari proses

Pembangunan Jemaat. Pemancaran terang yang baru terjadi dalam gereja itu

sendiri. Gereja tidak saja melayani kehidupan rohani jemaat tetapi juga melayani

kehidupan jasmani jemaat. Gereja semakin berdaya guna di tengah-tengah jemaat

dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan jemaat.

Pemancaran terang yang baru juga terjadi dalam kehidupan jemaat

Nekamese. Melalui program Sanggar Anak Nekamese, jemaat menyadari bahwa

desa yang merupakan tempat kelahiran mereka memiliki sumber daya manusia

dan alam yang bisa dikembangkan dan memiliki nilai ekonomis yang baik.

Pembangunan Jemaat yang diupayakan juga membawa pemancaran terang

yang baru dalam kehidupan anak-anak. Sebelum kehadiran program Sanggar

Anak Nekamese, kehidupan anak-anak hampir dihabiskan dengan bermain,

namun dengan adanya program Sanggar Anak Nekamese kehidupan anak-anak

menjadi lebih baik. Kehidupan mereka bukan saja diisi dengan bermain namun

juga dengan belajar. Anak-anak semakin menyadari bahwa di dalam diri mereka

terdapat kemampuan dan bakat yang kemudian dilatih dan dikembangkan menjadi

salah satu warisan dalam diri mereka.

Proses Pembangunan Jemaat yang diupayakan juga menghasilkan daya

tarik yang baru bagi jemaat setempat dan lingkungan sekitar. Ini terjadi di

Nekamese. Semakin banyak anggota jemaat yang mulai aktif dalam program

pelayanan gereja dan kegiatan-kegiatan gerejawi lainnya. Anggota jemaat juga

semakin aktif dalam program Sanggar Anak Nekamese sehingga anggotanya

bertambah banyak, mulai dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Hal ini

57
dikarenakan gereja melibatkan jemaat dan setiap program yang dirancangkan

menjawab kebutuhan jemaat. Jadi, dengan bertambahnya anggota Sanggar Anak

Nekamese, jemaat yang melibatkan diri dalam gereja pun bertambah. Hal itu

nampak dalam berbagai bentuk kebaktian jemaat. Jumlah jemaat yang hadir dalam

kebaktian, baik dalam kebaktian utama minggu, maupun dalam ibadah-ibadah

kategorial semakin meningkat.

Upaya Pembangunan Jemaat ini telah memberikan daya tarik bagi desa

Neke, tempat di mana Jemaat GMIT Nekamese berada. Pada awalnya desa Neke

dianggap tidak dapat memberikan penghidupan yang layak bagi jemaat, sehingga

sebagian jemaat memilih untuk meninggalkan desa dan mencari pekerjaan di

tempat lain. Namun, melalui Pembangunan Jemaat yang diupayakan akhirnya

desa yang awalnya dianggap tidak memiliki sumber daya yang bisa dikelola bagi

kehidupan mereka, sekarang memiliki daya tarik yang baru bagi jemaat. Hal itu

terlihat dalam jemaat, di mana jumlah anak-anak muda yang sering merantau

setiap tahun menjadi berkurang. Bahkan beberapa jemaat yang awalnya bekerja di

luar daerah telah kembali dan bekerja di desa Neke, dan melibatkan diri di

Sanggar Anak Nekamese sebagai anggota penenun. Dengan demikian Jemaat

GMIT Nekamese dalam upaya pembangunan jemaat vital dan menarik melalui

Sanggar Anak Nekamese telah memberikan daya tarik tersendiri bagi kehidupan

masyarakat di desa Neke terkhususnya bagi Jemaat GMIT Nekamese. Desa Neke

kini menjadi tempat tinggal yang dianggap layak bagi penghidupan jemaat di

sana.

58
Bukan hanya itu, Sanggar Anak Nekamese juga berdampak luas bagi

masyarakat dan jemaat di sekitarnya. Kehadiran Sanggar Anak Nekamese juga

membawa daya tarik bagi masyarakat luar untuk terlibat dan belajar dalam

kegiatan-kegiatan yang diprogramkan. Seperti kegiatan menenun dan mengolah

hasil alam menjadi pangan lokal. Masyarakat dari beberapa desa tetangga juga

tertarik dengan Pembangunan Jemaat ini. Mereka pun beberapa kali berkunjung

dan belajar dari Sanggar Anak Nekamese. Kehadiran mereka juga membawa

dampak positif bagi perkembangan ekonomi jemaat, karena masyarakat luar

bukan saja berkunjung dan belajar tetapi juga membeli hasil-hasil produk dari

program Sanggar Anak Nekamese.

Rangkuman

Program Sanggar Anak Nekamese adalah suatu upaya pemberdayaan jemaat

yang dikembangkan berdasarkan potensi baik yang ada pada jemaat GMIT

Nekamse dengan tujuan menolong jemaat memperbaiki ekonomi keluarga

sehingga tidak lagi berada dalam kemiskinan. Harapan terdalam dari program

Sanggar Anak Nekamese yaitu, jemaat semakin menyadari bahwa mereka

memiliki potensi dalam diri yang bisa dikembangkan dan desa tempat kelahiran

mereka memiliki sumber daya alam yang bisa dikelola untuk menghasilkan uang,

sehingga jemaat tidak lagi pergi meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan di

luar daerah. Hal ini kemudian dapat menjadikan jemaat memilih menetap di desa

untuk bersama-sama membangun desa sebagai tempat yang layak dan

menjanjikan bagi kehidupan.

59
Program Sanggar Anak Nekamese dijalankan sesuai dengan aspek-aspek

pembangunan jemaat. Program ini bertahan sampai dengan saat ini karena dapat

menjawab persoalan dan kebutuhan Jemaat GMIT Nekamese dan adanya

dukungan dari semua pihak. Menjadi penting bagi gereja untuk memahami

realitas yang ada sehingga upaya pemberdayaan yang diusahakan relevan. Gereja

telah berupaya memperhatikan realitas kemiskinan yang terjadi, sehingga melalui

kehadiran program Sanggar Anak Nekamese, orang-orang miskin dapat tertolong.

Tetapi program ini juga tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang bisa

menjadi tantangan bagi keberlanjutan program ini, sehingga perlu diperhatikan

untuk dicari jalan keluarnya agar tidak berdampak buruk di kemudian hari.

BAB III

Tinjauan Teologis Pembangunan Jemaat Terhadap Upaya Pemberdayaan

Jemaat Di Jemaat GMIT Nekamese

Pada Bab sebelumnya, penulis telah menguraikan analisis terhadap program

pemberdayaan jemaat GMIT Nekamese, melalui Program Sanggar Anak

Nekamese. Pada Bab ini, penulis hendak menguraikan tinjauan teologis mengenai

pembangunan jemaat yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese. Penulis akan

memulai dengan uraian teologi terhadap pemberdayaan jemaat menurut Alkitab,

60
selanjutnya Pembangunan Jemaat dan Upaya Pemberdayaan Jemaat dan Tinjauan

Teologis Pembangunan Jemaat.

3.1 Pandangan Alkitab Tentang Pemberdayaan

Istilah pemberdayaan sering kali terdengar dalam berbagai wacana tentang

melakukan perubahan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam

kepustakaan terlihat bahwa konsep pemberdayaan (empowerment) pada umumnya

ditekankan kepada proses membebaskan, atau mengalihkan sebagian kekuasaan,

kekuatan, atau kemampuan (power) kepada individu, organisasi, atau masyarakat

agar terciptanya perubahan. 50


Selanjutnya, pemberdayaan jemaat memfokuskan

perhatian pada pembangunan sumber daya manusia yang memiliki potensi. Setiap

individu dalam suatu komunitas tertentu, memiliki potensi yang dapat diolah dan

diberdayakan. Dengan demikian, pemberdayaan adalah upaya menghidupi potensi

yang dimiliki demi terwujudnya kesejahteraan yang merata dalam jemaat. Upaya

pemberdayaan adalah spirit dalam mencapai kesejahteraan.

Pemberdayaan sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia,

secara lengkap banyak diuraikan dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun

Perjanjian Baru. Dalam Alkitab menjelaskan bahwa, Allah adalah Allah yang

membebaskan. Allah, menurut Alkitab turut berkarya dalam melakukan

pembebasan dan perubahan bagi dunia. Refleksi terhadap karya pembebasan

Allah dalam dunia dan bagi dunia mengandaikan suatu upaya penyadaran kepada

manusia untuk menyadari akan potensi yang dimiliki. Dalam kisah penciptaan

Allah memberikan amanat kepada manusia: “Penuhilah bumi dan taklukkanlah

50
Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012), hlm 56.

61
itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala

binatang yang merayap di bumi” (Kej 1:28). Manusia mempunyai amanat

penciptaan untuk menaklukkan bumi dan berkuasa atas makhluk-mahkluk di

dalamnya. Kuasa diberikan kepada manusia, tetapi kuasa datang dari Allah.

Karena amanat Allah kepada manusia adalah demi kebaikan manusia dan

sesamanya, maka manusia perlu untuk mengembangkan kemampuannya untuk

mengubah bumi dan mengambil hasilnya bagi kebutuhan sesamanya dan dirinya

sendiri. Manusia mengembangkan teknologi dan pengetahuan tentang alam

semesta untuk mengolah dunia demi memperbaiki ekonomi dalam kehidupan

manusia. 51

Selanjutnya, Allah memerintahkan manusia untuk mengusahakan dan

memelihara taman Eden (bdg, Kejadian 2:15). Teks ini secara tersirat hendak

menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk mengelola dan

memelihara segala sesuatu demi kehidupannya. Oleh karena itu, setiap manusia

memiliki potensi yang dapat diberdayakan dengan berbagai cara. Pada ayat ini,

kata kerja mengusahakan menggunakan kata Ibrani le’abdah yang terdiri dari le

dengan arti “untuk” dan abad yang secara umum memiliki arti “mengerjakan atau

mengusahakan”. Sehingga arti keseluruhan adalah “untuk mengerjakan”. 52

Kata abad pertama kali muncul dalam Alkitab, yakni dalam Kejadian

2:15, untuk menceritakan keadaan pasca Tuhan selesai menciptakan langit dan

bumi, yaitu dikisahkan bahwa di bumi belum ada semak dan tumbuhan di padang

karena: belum ada orang untuk mengusahakan (abad) tanah itu. Di sini nampak
51
Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1989), hlm 121.
52
Christopher Bart, Theologi Perjanjian Lama 3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), hlm 96.

62
bahwa Tuhan menciptakan bumi dan isinya sebagai tempat manusia berdaya guna

dan mengusahakan sesuatu. Allah telah bekerja dengan menciptakan bumi dan

menyediakan Taman Eden, maka Ia pun menginginkan manusia yang telah

diciptakan sesuai citra-Nya juga menjadi rekan sekerja-Nya. Allah ingin manusia

mengembangkan kemampuan yang telah diberikan-Nya. Oleh sebab itu, inilah

alasan mengapa muncul kata abad dalam Kejadian 2:15 yang menyiratkan Tuhan

ingin manusia bekerja dan mengusahakan Taman Eden. 53

Jika diamati lebih dalam, konsep karya penyelamatan Allah bukan sesuatu

yang terjadi dalam dunia maya, tetapi dalam praksis sejarah manusia. Karya

penyelamatan Allah bagi dunia dilanjutkan oleh Yesus. Karya penyelamatan

(pembebasan) manusia melalui Yesus adalah sebuah karya missioner. Karya

missioner Yesus adalah tanda nyata kehadiran Allah dalam sejarah. Yesus hadir

sebagai juruslamat untuk melakukan dan pembebasan bagi kaum-kaum yang

terpinggirkan. Upaya pemberdayaan nampak dalam karya pelayanan Yesus di

dunia.

Kitab-kitab injil menunjukan bahwa, dalam narasi hidup, Yesus banyak

melakukan misi pembebasan dan pemberdayaan. Dalam Matius 5: 23-25, secara

tegas dan khusus, berbicara tentang Yesus datang dan menyembuhkan mereka

yang memerlukan kesembuhan. Dengan kata lain, Yesus datang untuk

memberdayakan dan menyingkirkan penderitaan manusia. Hal yang penting

tentang Yesus ialah, bahwa Ia tidak puas dengan hanya memberi tahu manusia

tentang kebenaran melalui kata-kata. Ia datang untuk merubah kebenaran itu

53
Francis Brown, The New Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew English Lexicon
(Massachusetts: Hendrickson Publishers, 2001), hal 713.

63
menjadi perbuatan dan tindakan. Hal ini menunjukan bahwa dalam misi

pelayanan, Yesus menyatakan ajaran-Nya itu di dalam perbuatan-perbuatan nyata

yang berbentuk pertolongan untuk memberdayakan sehingga manusia mengalami

pembebasan. 54

Selanjutnya dalam Lukas 4:16-19 menunjukan bahwa, untuk menjalankan

misi pembebasan dan pemberdayaan dengan baik, Yesus berusaha mengenal dan

menganalisa konteks secara mendalam. Ia berusaha memahami kenyataan sosial

dengan akarnya di dalam tradisi serta dalam berbagai struktur sosio-ekonomi,

politik, agama, dan budaya. 55 Dengan mengenal konteks secara mendalam, Yesus

mampu mewartakan Allah yang dalam bahasa yang baru dan cocok dengan

bahasa pendengar-Nya. Penampilan perdana Yesus di Sinagoge Nezaret

mempunyai makna bahwa Yesus sudah merencanakannya (programatis). Di sana

Yesus menawarkan utopia tahun rahmat Tuhan, yang akan menjadi sejarah

pembebasan yang nyata bagi kaum tertindas dan para tawanan. 56

Dalam khotbah perdana-Nya itu, Yesus mewartakan Allah yang berpihak

pada kaum miskin dan tertindas. Jadi pertama-tama dikatan bahwa “kabar baik”

mengenai keselamatan itu terutama akan menjadi kabar baik untuk orang-orang

miskin, yakni rakyat biasa atau orang banyak, yang oleh orang-orang berkuasa

dan pemimpin-pemimpin agama sering ditindas dan dihina. Dengan demikian

juga kepada orang-orang tawanan akan diberitakan bahwa mereka akan

dibebaskan. Kepada orang-orang buta (secara badaniah atau rohaniah) akan

54
William Barclay, Peahaman Alkitab Setiap Hari, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), hlm 137.
55
Y. Ambroise dan R. G. I. Lobo, Transformasi Sosial Gaya Yesus, penerj. Y. M. Florisan,
(Maumere: LPBAJ, 2000), hlm 26-31.
56
L. Boff, Yesus Kristus Pembebas, penerjemah. A. Armanjaya dan G. Kirchberger, (Maumere:
LPBAJ, 1991), hlm.33.

64
diberitakan bahwa mereka akan melihat, sedang orang-orang yang tertindas akan

dibebaskan. 57

Kaum miskin yang berada dalam Sinagoge itu merasakan bahwa ada orang

yang berpihak kepada mereka, mendukung mereka untuk hidup secara

bermartabat dan memberdayakan kehidupan mereka. Seluruh hidup dan karya

Yesus menunjukkan opsi dan komitmen yang kuat dan total terhadap pembebasan

kaum miskin dan tertindas. Tingkah laku Yesus menunjukkan solidaritas dan

kesatuan dengan kaum miskin dan tertindas. Solidaritas dan kesatuan-Nya dengan

kaum miskin dinyatakan lewat apresiasi-Nya kepada pribadi dan nilai-nilai yang

mereka miliki. Hal ini menunjukan bahwa, Yesus sedang berupaya untuk

memberdayakan orang-orang miskin dan ingin berjuang bersama mereka sehingga

tidak lagi berada dalam kemiskinan. 58

Misi pembebasan yang dilakukan oleh Yesus dalam injil Lukas ini

ditujukan kepada semua bangsa. Gagasan misi kepada semua bangsa ditekankan

ketika Yesus memulai pelayanan-Nya di Galilea. Dalam cerita tentang penolakan

Yesus di Galilea ini, Ia mengutip cerita Nabi Elia dan Elisa. Yesus mengatakan

bahwa ketika terjadi kelaparan yang hebat di Israel Allah mengutus Elia bukan

kepada salah seorang janda di Israel melainkan kepada seorang janda di Sarfat di

tanah Sidom (suatu negeri orang kafir). Perkataan Yesus ini hendak

membenarkan, bahwa tidak ada batasan yang Ia pakai dalam misi-Nya.

Pemberdayaan yang dilakukan oleh Yesus tidak bisa dibendung atau dibatasi oleh

batas-batas bangsa, rasa tau golongan. Pemberdayaan untuk mendatangkan


57
B.J. Boland dan P. S Naipospos, Injil Lukas, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), hlm.104.
58
J. Wijngaards, Yesus Kristus Pembebas, penerj. A. Widyamartaya (Yogayakarta: Kanisius,
1994), hlm 117-122.

65
keselamatan bagi orang miskin melampaui semua batas itu. Dalam menjalankan

misi pembebasan, Yesus bekerja melalui orang-orang yang dianggap lemah dan

berdosa oleh manusia. Namun, Yesus memiliki cara pandang tersendiri terhadap

orang-orang yang Ia pilih untuk menjalankan misi-Nya. Seperti janda tersebut

yang dianggap kafir, namun diperlengkapi untuk melakukan misi Allah. 59

Yesus tidak hanya menjanjikan keselamatan surgawi. Yesus pertama-tama

justru bersabda dan berkarya demi membebaskan dan memberdayakan manusia

dari belenggu penderitaan di dunia, yang antara lain disebabkan oleh kemiskinan.

Yesus menjadi pembebas bagi kaum miskin yang tertindas. Dalam diri Yesus,

tampak secara nyata dan penuh kehadiran aktif Allah Pembebas. Dengan

demikian, Yesus menunjukkan komitmen dan pilihan yang radikal untuk

memberdayakan kaum miskin.

Kemudian dalam Efesus 4:11-12, Rasul Paulus menulis tentang gereja

sebagai tubuh Kristus dan masing-masing jemaat sebagai bagian dari anggota

tubuh itu. Sebagaimana tubuh hanya dapat berfungsi dengan normal bilamana

seluruh anggota bekerja sesuai dengan fungsinya, demikian pula gereja akan dapat

mewujudkan peran dan panggilannya secara maksimal di dunia ini jika ia

ditunjang secara aktif oleh peran serta seluruh anggotanya. Pemimpin gereja yang

cakap adalah mereka yang mengerti bagaimana memberdayakan jemaatnya untuk

berjuang bersama-sama dengannya sebagai sebuah tim dalam mewujudkan

transformasi bagi masyarakat di mana mereka telah ditempatkan. 60

59
Samuel Benyamin Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus, (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), hlm
70.
60
Edgar D. Kamarulah, Peran Serta Jemaat Dalam Pelayanan Holistic Gereja Menuju
Transformasi Masyarakat, (Makasar: Jurnal Teologi SFT Jaffray Makasar, 2017), hlm 81.

66
Selanjutnya dalam Efesus 4:15-16, misi pembebasan dan pemberdayaan

itu, kemudian, dilanjutkan oleh gereja sebagai tugas hakikatnya. Gereja dipanggil

untuk menjadi Gereja Yesus Kristus, sakramen persekutuan, tanda dan sarana

yang melaluinya orang di semua tempat dan pada segala zaman dapat mengerti

kebenaran tentang Allah dan tentang manusia. 61


Membangun gereja berarti juga

memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada pertumbuhan gereja.

Dengan menyadari sepenuhnya bahwa baik pembangunan maupun pertumbuhan

gereja itu, pertama-tama adalah pekerjaan Roh Kudus yang memakai manusia

sebagai alat-Nya, gereja terpanggil untuk menggunakan segala karunia yang ada

padanya untuk terus bertumbuh dan memberdayakan dirinya. Sebagai persekutuan

yang dinamis dan tidak statis, pembangunan dan pertumbuhan gereja itu harus

berlangsung terus-menerus (bnd. Ef. 4:13). 62


Gereja adalah gereja hanya jika ia

berada bagi yang lain dan terlibat dalam persoalan-persoalan hidup manusia,

bukan dengan menguasai, melainkan dengan menolong dan memberdayakan.

Gereja bukanlah satu tujuan dalam dirinya sendiri, melainkan sebuah sarana yang

transparan bagi Allah. Gereja tidak akan mampu mengkomunikasikan kebenaran

secara berhasil guna hanya dengan memiliki atau mewartakannya. Ia mesti

menghidupi kebenaran itu melalui upaya pemberdayaan. 63

3.2 Pembangunan Jemaat dan Upaya Pemberdayaan Jemaat

Pembangunan jemaat adalah suatu upaya merubah orang menuju arah perubahan

yang lebih baik. Pembangunan jemaat menawarkan bermacam-macam usaha yang


61
G. Kirchberger, Allah Menggugat, (Maumere: Ledalero, 2007), hlm 384.
62
Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (DKG-PGI): Kepustakaan
Sidang Raya XIV PGI, Wisma Kinasih, 29 November- 5 Desember 2004, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2006), hlm 47.
63
K. Piskaty, Motif-Motif Karya Misioner Kristen, dalam G. Kirchberger (Ed.), Misi Evangelisasi
Penghayatan Iman, (Maumere: Ledalero, 2004), hlm 19.

67
diharapkan dapat menangani proses perubahan yang terus berlangsung dengan

tepat. Pembangunan Jemaat menyediakan program yang menginspirasi harapan.

Tujuan sentral yang digambarkan dalam penjelasan tentang pembangunan jemaat

disebut vitalisasi yang berarti berproses menjadikan jemaat berdaya, hidup, dan

kreatif, karena fokusnya pada kehidupan; kehidupan yang baru, pemancaran

terang yang baru, dan daya tarik yang baru. Pembangunan jemaat mau ikut

membangun gereja di mana orang dengan semangat yang baru mau berdiam dan

bekerja. 64

Pembangunan jemaat mengupayakan jemaat sehingga menjadi vital dan

menarik. Jemaat menjadi vital dan menarik ketika umat saling didengarkan dan

mendengarkan, mendampingi dan didampingi dengan partisipasi dalam aksi

dalam situasi darurat maupun situasi yang normal. Pembangunan Jemaat adalah

membangun orangnya. Umat diberdayakan dan diangkat sebagai subyek atau

pemain utama dalam gereja dan bukan hanya melihat isi dompetnya untuk

mengisi kas gereja dan badannya untuk memenuhi tempat-tempat duduk yang ada

di dalam gedung gereja. 65

Menurut Hooijdonk. 66
terdapat 5 aspek dasar dalam upaya pembangunan

jemaat. Pertama, bertindak imani dan rasional. Dalam upaya pembangunan jemaat

senantiasa terjadi kombinasi antara bertindak Imani dan rasional. Antara

mengimani karya Roh Kudus dalam gereja serta bertindak rasional untuk

mengatur sumbangan jemaat serta mengarahkannya pada tujuan yang dapat

64
Rob Van Kessel, 6 Tempayan Air, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm 1.
65
Timotius Kurniawan Sutanto, 3 Dimensi Keesaan dalam Pembangunan Jemaat, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008), hlm 31-32.
66
P.G Van Hoijdonk, Batu-batu Yang Hidup, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), hlm 66-75.

68
terjangkau. Apa yang telah dilakukan oleh Jemaat GMIT Nekamese menunjukan

adanya tindakan iman sekaligus rasional di dalamnya. Tindakan iman bahwa Roh

Kudus mampu bekerja untuk menolong orang percaya sehingga bisa keluar dari

berbagai pergumulan dalam hidupnya. Tetapi tidak berhenti di situ, Jemaat GMIT

Nekamese juga secara rasional merancangkan suatu program pembangunan

jemaat yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks kebudayaan Jemaat GMIT

Nekamese. Jemaat tidak hanya berharap pada Tuhan, namun mereka diberi

motivasi untuk bekerja sama mengembangkan potensi yang dimiliki.

Kedua, bertindak fungsional, terarah pada tujuan dan hasil. Gereja

dikatakan fungsional apabila ia setia pada panggilannya dan mengadakan

perbuatan efektif yang merealisasikan panggilan itu. Gereja harus

mengoptimalkan semua fungsi semaksimal mungkin sehingga terarah pada tujuan

dan hasil. Ketika gereja ingin mencapai kebutuhan dan hasil yang maksimal, maka

sangat perlu untuk mengetahui kebutuhan atau persoalan yang dihadapi oleh

jemaat.

Mencari tahu berbagai kebutuhan jemaat adalah langkah awal yang

dilakukan oleh Jemaat GMIT Nekamese. Fakta menunjukan bahwa jemaat sedang

bergumul untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Tercukupinya ekonomi

keluarga dapat membuat jemaat tetap tinggal di desa sehingga tidak pergi bekerja

ke luar negeri. Hal ini yang mendorong Jemaat GMIT Nekamese merancang

program Sanggar Anak Nekamese yang bertujuan untuk memberdayakan jemaat

sehingga mampu mengolah hasil alam yang dimiliki dan anak-anak memiliki

69
tempat untuk belajar dan bermain tanpa memikirkan biaya yang harus

dikeluarkan.

Ketiga, bertindak menurut tata waktu atau secara proses. Hal ini

merupakan aspek dasar pembangunan jemaat yang dapat menentukan hasil yang

akan dicapai. Secara sederhana proses itu dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan sehingga program

dijalankan dengan baik dan terus berkembang. Jemaat GMIT Nekamese

menyadari tahap yang harus dilalui dalam pelaksanaan program Sanggar Anak

Nekamese. Tahap itu dimulai dengan merencanakan program yang akan

dilakukan. Tahap perencanaan dilakukan secara cepat karena ada begitu banyak

program yang disesuaikan dengan konteks kebudayaan Jemaat GMIT Nekamese.

Setelah proses perencanaan selesai, tahap kedua, yaitu: tahap pelaksanaan

kegiatan sekaligus dengan proses evaluasi dilakukan.

Keempat, bertindak menurut tata ruang atau pengembangan organisasi.

Pengembangan organisasi termasuk dalam berbagai usaha untuk menciptakan

relasi yang baik antar manusia, menciptakan komunikasi terbuka yang

memungkinkan orang dapat berkembang dengan pemikirannya sehingga mereka

bisa mengembangkan bentuk kepemimpinan yang mendukung orang sesuai

dengan jati diri dan pengertian hidupnya. Pelaksanaan Program Sanggar Anak

Nekamese secara tidak langsung juga berdampak dalam upaya pengembangan

organisasi karena telah menciptakan relasi yang baik di dalam setiap anggota

jemaat. Lewat program ini jemaat juga diajak untuk bisa saling peduli dengan

70
sesama, mau berjuang untuk kebaikan bersama dan komunitas dan bekerjasama

menghadapi persoalan kemiskinan yang dihadapi.

Kelima, mengaktifkan partisipasi. Mengaktifkan partisipasi yang mau

bekerjasama sebagai rekan, dengan empati terhadap orang lain dan sekaligus

penuh perhatian terhadap perasaannya sendiri dan bukanlah partisipasi yang lahir

karena adanya paksaan atau tekanan. Melihat partisipasi jemaat dalam Program

Sanggar Anak Nekamese dapat disimpulkan bahwa jemaat memiliki kesadaran

dari dalam diri untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab atas pelaksanaan

program. Jemaat memiliki ruang dan kesempatan untuk berkarya dan belajar

secara bebas dan betanggung jawab.

Program Sanggar Anak Nekamese dalam Jemaat GMIT Nekamese,

tergambar bahwa telah dilaksanakan sesuai dengan aspek-aspek dasar

pembangunan jemaat. Pelaksanakan Program Sanggar Anak Nekamese meskipun

belum dijalankan secara sempurna, namun dapat disimpulkan bahwa program

pembangunan jemaat yang dilaksanakan oleh Jemaat GMIT Nekamese ini tepat

sasaran dan dapat menjawab kebutuhan jemaat setempat.

Pembangunan jemaat dapat diupayakan dengan melakukan pemberdayaan

jemaat Pemberdayaan diartikan sebagai proses mendapatkan peluang-peluang

dasar bagi kaum marginal, entah oleh kaum marginal itu sendiri maupun oleh

mereka yang bukan kelompok marginal yang mempunyai akses untuk

mendapatkan peluang-peluang dasar itu. Pemberdayaan juga berhubungan dengan

upaya untuk memperkuat dan meningkatkan kemampuan kaum marginal. Definisi

ini kelihatannya menekankan dua hal. Pertama, pemberdayaan sebagai sebuah

71
proses. Itu berarti bahwa ada tahapan yang harus dilalui untuk sampai pada situasi

berdaya, entah oleh mereka yang diberdayakan maupun oleh mereka yang

memberdayakan orang lain. Pemberdayaan bukan sesuatu yang sekali jadi. Kedua,

pemberdayaan sebagai upaya memperkuat dan mengembangkan kemampuan

kaum marginal. Kata memperkuat mengandaikan bahwa kaum marginal memiliki

kekuatan-kekuatan tertentu dalam dirinya. Kata mengembangkan merujuk pada

upaya menambahkan atau menggandakan kekuatan yang sudah dimiliki oleh

kaum marginal. Itu berarti bahwa ada sesuatu yang baru yang muncul dalam

proses pemberdayaan itu. 67

Pemahaman tentang pemberdayaan jemaat tidak terlepas dari konteks

keberdayaan jemaat itu sendiri. Pemberdayaan jemaat bukan membuat jemaat

menjadi tergantung pada program atau bantuan, akan tetapi membuat jemaat

memiliki keyakinan yang lebih besar akan kemampuan dirinya. 68


Dari pemikiran

tersebut dapat dipahami bahwa tujuan dari pemberdayaan jemaat adalah

memandirikan jemaat, memampukan dan meningkatkan kemampuan jemaat serta

membangkitkan kesadaran akan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai

kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Pemberdayaan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan

jemaat menikmati kehidupan yang kreatif, sehat, dan berumur panjang.

Pembentukan kemampuan manusia seperti yang tercermin dalam derajat

kesehatan yang lebih baik, pengetahuan dan keahlian yang meningkat kemudian

67
Lihat Fransiskus Sales Lega, Pastoral Pemberdayaan, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka,
2005), hlm 2.
68
Yvon Ambroise, Memberdayakan Kaum Miskin (Maumere: LPBAJ, 2000), hlm 69-70.

72
penggunaan kemampuan yang telah dimiliki untuk bekerja, menikmati kehidupan,

atau untuk aktif dalam berbagai kegiatan sosial, politik, dan kebudayaan.

Konsep pemberdayaan yang berpusat pada jemaat memandang inisiatif

kreatif dari jemaat sebagai sumber daya pemberdayaan yang paling utama dan

memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin

dicapai oleh proses pemberdayaan. Pemberdayaan memberikan ruang dan

kesempatan yang lebih besar kepada jemaat sebagai subyek dan pengguna hasil-

hasil pemberdayaan untuk menentukan sendiri programprogram dan tujuan

pemberdayaan sesuai masalah, kebutuhan, dan potensi lingkungan setempat. 69

Dengan demikian dapat diharapkan bahwa pemberdayaan jemaat bisa diandalkan

sebagai instrumen penting dalam menanggulangi kemiskinan, pengangguran, dan

peningkatan kualitas hidup jemaat.

Pada dasarnya terdapat banyak ragam pemahaman terhadap pemberdayaan

(empowerment). Hal tersebut sering diterjemahkan sebagai upaya untuk

memberikan kekuatan kepada orang atau kelompok yang lemah agar mereka

menyadari posisi dirinya sendiri sehingga timbul umpan balik dari dalam yang

menimbulkan kekuatan dan kemampuan untuk melakukan aksi yang seimbang.

Pemberdayaan (empowerment) itu sendiri muncul dari pemikiran bahwa manusia,

selemah apapun dirinya, dalam dirinya masih mempunyai daya dan kekuatan yang

sewaktuwaktu dapat semakin hilang atau semakin berkembang sesuai dengan

situasi dan kondisi yang mengarahkannya. 70


Pemberdayaan merupakan suatu

proses yang disengaja dan direncanakan secara terus menerus serta memiliki
69
Christian Schwarz, Pertumbuhan Gereja Alamiah (Jakarta: Metanoia, 1998), hlm 6.
70
Dr. Rahman Mulyawan, Masyarakat, Wilayah, dan Pembangunan. Vol. 2 No. 18, Pustaka
Unpad, 2016. hlm 46.

73
tujuan, yaitu mereka yang diberdayakan memiliki akses untuk mendapatkan dan

manfaatkan sumbersumber yang ada.

Proses pemberdayaan yang efektif seharusnya mengikutsertakan analisis

sosial yang mendalam dan kritis. Analisis sosial harus dipandang sebagai bagian

integral dari proses pemberdayaan. Karena pada prinsipnya, analisis sosial berarti

suatu usaha untuk mempelajari struktur sosial yang ada, institusi ekonomi, politik,

agama budaya dan keluarga sehingga kita tahu sejauh mana dan bagaimana

institusi itu menyebabkan ketidakadilan sosial. Dengan mempelajari institusi itu

kita akan mampu melihat satu masalah sosial yang ada dalam konteks yang luas.

Analisis sosial yang tepat memungkinkan kita merencanakan aksi yang tepat pula

untuk memperbaiki keadaan sosial yang ada. 71

Upaya pemberdayaan merupakan tanggung jawab gereja. Tanggung jawab

gereja yang menjalankan fungsinya adalah memberdayakan anggota-anggotanya

untuk sungguh-sungguh (kembali) menjadi gereja yang mandiri, kritis dan dewasa

dalam praksisnya. Gereja harus menyadari bahwa ada banyak potensi dan

kemampuan dari anggota jemaat yang jika digali serta dikenali dengan serius

dapat mendukung kehidupan bergereja tersebut.

Gereja tidak dimengerti sekedar mengumpulkan pengikut dan anggota-

anggota yang memenuhi catatan administratif. Gereja adalah orang-orang yang

terus berkumpul dan kemudian diberdayakan untuk mengerti dengan baik siapa

mereka dan apa yang hendak mereka lakukan, khususnya dalam memperjuangkan

gerakan Kristus dalam konteks kemanusiaan dan kehidupan di dunia ini. 72


Di sini
71
J. B. Banawiratma, SJ, Kemiskinan dan Pembebasan, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm 14.
72
B.J Banawiratma, Hidup Menggereja Yang Baru Yang Dapat Dipertanggungjawabkan, (Jakarta:
Dalam Penuntun, vol. 3, 1997), hlm 281-288.

74
kita dapat pahami bahwa gereja yang tidak memberdayakan anggota-anggota

jemaatnya untuk menjadi gereja yang mandiri, kritis dan dewasa dalam praksis

adalah gereja yang tidak alami dan berarti kurang baik.

Dalam melakukan upaya pemberdayaan jemaat dibutuhkan seorang

fasilitator. Seorang pemimpin gereja harus menjadi fasilitator dalam proses

pemberdayaan jemaat. Seorang pemimpin harus mempunyai kepribadian

mengembangkan potensi orang lain. Seorang pemimpin tidak hanya

menggunakan otoritasnya untuk mengatur dan mempengaruhi orang lain, tetapi

juga menggunakan otoritasnya untuk memberdayakan. 73

Peranan kepemimpinan yang memberdayakan mempunyai pengaruh yang

sangat kuat terhadap pertumbuhan gereja, karena gereja yang bertumbuh secara

efektif membutuhkan para pemimpin yang banyak dan bergerak secara bersama-

sama untuk membangun gereja menuju gereja yang bertumbuh. Pertumbuhan

gereja menekankan proses pertumbuhan gereja secara alamiah. Menggunakan

potensi yang ada merupakan rahasia dari pertumbuhan gereja. 74

Pemberdayaan itu suatu proses yang panjang. Sebagai seorang pemimpin

yang memfasilitator pemberdayaan hendaknya memiliki komitmen yang kuat

untuk memfasilitasi proses itu demi transformasi hidup jemaat yang dilayani.

Pemberdayaan yang efektif harus bergerak dari jemaat atau kelompok yang

diberdayakan itu sendiri. Mereka harus dipandang sebagai pusat dan sumber

perubahan hidupnya. Fasilitator cumalah “bidan” yang berperan untuk membantu

73
John C. Maxwell dan Jim Dornan, Becoming A Person Of Influence, (Jakarta: Harvest
Publication House, 2007), hlm 4-5.
74
Rijnardus A. van Kooij, dkk, Menguak Fakta, Menata Karya Nyata, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008), hlm 23.

75
melahirkan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam diri kelompok atau jemaat yang

diberdayakan. Karena itu, pemberdayaan yang efektif harus selalu bertolak dari

kepentingan riil jemaat yang diberdayakan, bukan kepentingan atau kebutuhan

yang dipersepsi oleh fasilitator pemberdayaan. 75

Para pemimpin gereja yang menjadi fasilitator, tidak menggunakan jemaat

awam sebagai ‘pembantu’ dalam mencapai tujuan kepemimpinan gereja. Para

pemimpin bertugas memperlengkapi, mendukung, memotivasi, dan membimbing

individu, memampukan mereka menjadi semua yang Allah kehendaki atas diri

mereka. 76
Dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan makna konseptual dari

kepemimpinan yang memberdayakan. Kepemimpinan yang memberdayakan

adalah proses dimana para pimpinan gereja mempengaruhi, mengatur,

memberdayakan dengan tujuan menjadikan jemaat memiliki daya dan

keterampilan melakukan sesuatu dengan hasil yang jauh lebih baik. Seorang

pemimpin gereja yang berbuah adalah bukan menghasilkan pengikut tetapi yang

menghasilkan pemimpin-pemimpin baru.

Pembangunan jemaat melalui pemberdayaan tidak hanya dilakukan oleh

individu tertentu. Setiap orang memiliki kesempatan serta tanggung jawab yang

sama dalam pembangunan jemaat. Kesadaran setiap jemaat menjadi sangat

penting dan merupakan bagian integral dari pembangunan jemaat. Pemberdayaan

dapat dilakukan jika, setiap individu memiliki respon untuk diberdayakan.

Memang, seorang pemimpin dalam komunitas (gereja) tertentu memiliki peran

dan tanggung jawab yang besar. Kendati demikian, ia (pemimpin jemaat itu) perlu

75
Christian Schwarz, Pertumbuhan Gereja Alamiah, (Jakarta: Metanoia, 1998), hlm 22.
76
ibid, hlm 24.

76
didukung secara penuh oleh jemaatnya (anggotanya). Hal ini, memungkinkan

pemberdayaan dapat terwujud secara baik.

Jemaat-jemaat GMIT memiliki potensi yang besar untuk diberdayakan.

Jika hal ini (potensi) dapat diorganisir secara serius, bahkan tidak mungkin untuk

jemaat-jemaat GMIT mencapai kesejahteraan yang holistik. Jemaat-jemaat di

GMIT memiliki potensi sumber daya alam yang memadai, sumber daya manusia

yang cukup. Sehubungan dengan potensi yang dimiliki, pendekatan Appreciative

Inquiry (AI) dapat menolong jemaat GMIT untuk tidak melihat pada masalah dan

kekurangan yang ada tetapi melihat pada asset atau potensi yang dimiliki oleh

jemaat yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab yang

serius bagi jemaat-jemaat GMIT untuk melihat potensi tersebut dan diberdayakan.

Sanggar anak Nekamese adalah salah satu contoh bentuk pemberdayaan yang

dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese.

3.3 Tinjauan Teologis Terhadap Upaya Pemberdayaan Jemaat Yang

Dilakukan Oleh Jemaat GMIT Nekamese.

Dalam perkembangan zaman ini, untuk merespon tugas panggilannya gereja terus

memandang Yesus sebagai pusat dari panggilan pelayanannya. Gereja dalam

dirinya berhadapan dengan masalah-masalah sosial sebagai realitas pelayanan

gereja. Sebagai gereja yang telah di panggil dan diutus ke dalam dunia, gereja

memiliki tanggung jawab untuk menjawab berbagai kebutuhan dan gereja

berperan dalam memberdayakan kehidupan komunitasnya. Gereja adalah

komunitas yang membawa pengharapan dan pemberdayaan di tengah-tengah

masyarakat yang mengalami krisis yakni kemiskinan.

77
Ditinjau dari penjelasan mendetail secara biblis berkaitan dengan

pemberdayaan dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bahwa Allah

melalui gereja (secara organisasi) memiliki tugas dan fungsi untuk

memberdayakan setiap individu dalam persekutuannya. Hal ini, dilakukan oleh

jemaat GMIT Nekamese sebagai respon atas tugas dan panggilannya. Jemaat

GMIT secara sadar melakukan pemberdayaan dalam jemaat. Memang, masih

banyak terdapat kekurangan dalam hal ini, masih ada jemaat yang belum terlibat

secara penuh. Selain itu, jemaat belum secara sadar memahami potensi (daya)

yang dimiliki. Namun, upaya dan tindakan (revolusioner) terus dilakukan oleh

gereja (secara organisasi) untuk menyadarkan jemaat setempat. Hal ini seharusnya

menjadi spirit gereja-gereja di GMIT. Pemberdayaan adalah upaya yang terus

dilakukan sebagai respon atas panggilan gereja.

GMIT secara sinodal memiliki upaya untuk terus meberdayakan jemaat

agar GMIT sedapat mungkin mandiri dalam daya, dana dan teologi. Upaya

tersebut diwujudkan nyatakan melalui program-program di jemaat-jemaat. Untuk

mencapai visi GMIT yakni mandiri dalam daya, dana dan teologi, perlunya kerja

sama secara massif dan terstruktur oleh semua gereja. Jemaat GMIT Nekamese

menjadi salah satu jemaat yang telah berupaya untuk mewujudkan visi GMIT

tersebut melalui Program Sanggar Anak Nekamese. Spirit pemberdayaan tersebut,

hendaknya menjadi spirit besama jemaat-jemaat di GMIT.

Gereja hadir untuk mewujudkan kerajaan Allah dalam dunia. Persoalan

yang ada dalam gereja saat ini adalah: Gereja bergerak menuju sikap individualis,

privasiasi, birokrasi dan kosmetik (berdandan). Gereja saat ini semakin

78
mengabaikan persekutuan. Gambaran gereja mula-mula lebih pada persekutuan.

Memang perlu ada aturan-aturan dalam gereja, agar pelayanan terorganisir dengan

baik, gereja perlu memperhatiakan dirinya secara fisik dan gereja perlu dilihat

sebagai sebuah organisasi. Tetapi gereja perlu menjalankan panggilannya dan

mewujudkan tugas utamanya. Jika gereja melihat kemiskinan, ketidakadilan dan

masalah-masalah sosial lainnya kemudian mengabaikannya maka, gereja lalu

mempunyai citra buruk: tidak peduli, bungkam, bisu, membutakan diri terhadap

dunia.77 Gereja sebagai komunitas yang memberdayakan. Gereja tidak sekedar

menunggu tetapi gereja harus pergi memberdayakan orang lain.

Upaya pemberdayaan jemaat yang dilakukan oleh jemaat GMIT

Nekamese, merupakan bukti nyata tanggung jawab gereja untuk menjawab

berbagai kebutuhan dan berperan dalam memberdayakan kehidupan

komunitasnya. Pemberdayaan yang diupayakan membawa pengharapan dan

pemberdayaan bagi jemaat yang mengalami krisis yakni kemiskinan.

Pemberdayaan yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese hadir sebagai

respons atas pertanyaan-pertanyaan mengenai pengharapan. Melalui program

Sanggar Anak Nekamese, gereja memberikan pengharapan kepada anggota jamaat

yang sedang mengalami krisis kemiskinan.

Jemaat GMIT Nekamese, hadir untuk mewujudkan kerajaan Allah dalam

dunia. Melalui Program Sanggar Anak Nekamese yang dilakukan oleh Jemaat

GMIT Nekamese, menunjukan bahwa gereja tidak menunjukan sikap individualis,

privasiasi, birokrasi dan kosmetik (berdandan). Gereja menunjukan sikap

77
Malcom Brownlee, Faktor Pengambilan Keputusan Etis, (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), hal.
166

79
kepedulian kepada jemaat yang perlu untuk didampingi, dirangkul, dibangun

karena mereka yang diutamakan menjadi gereja. Jemaat GMIT Nekamese

menunjukan kepekaan terhadap masalah kelaparan, kemiskinan, dan penderitaan

di dalam jemaat serta terlibat berkorban dalam melayani jemaat yang

membutuhkan pertolongan. Hal ini menunjukan bahwa Jemaat GMIT Nekamese

menjalankan panggilannya dan mewujudkan tugas utamanya untuk menghadirkan

kerajaan Allah di dunia.

Melalui Program Sanggar Anak Nekamese, gereja hadir bukan hanya

sebagai suatu tempat Ibadah lengkap dengan segala perlengkapannya dan

membangun gedung yang mewah dengan seperangkat perlengkapan yang mewah,

namun gereja menyadari dan bertanggungjawab bahwa, tugas utamanya yakni

hadir di tengah-tengah pergumulan masyarakat yang miskin. Jemaat GMIT

Nekamese, tidak terlalu berfokus pada pembangunan gedung, namun gereja

mendahulukan tugasnya untuk memberdayakan anggota-anggota jemaat yang

berada dalam kemiskinan. Sehingga jemaat yang pada awalnya ingin

meninggalkan desa memilih untuk menatap dan membangun gereja dan desa

sebagai tempat tinggal yang layak.

Upaya pemberdayaan jemaat melalui Program Sanggar Anak Nekamese

yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese, sejalan dengan misi pelayanan

yang dilakukan oleh Yesus. Kitab-kitab injil menunjukan bahwa, dalam narasi

hidup, Yesus banyak melakukan misi pembebebasan dan pemberdayaan. Dalam

Matius 5: 23-25, secara tegas dan khusus, berbicara tentang Yesus datang dan

menyembuhkan mereka yang memerlukan kesembuhan. Dengan kata lain, Yesus

80
datang untuk memberdayakan dan menyingkirkan penderitaan manusia. Hal yang

penting tentang Yesus ialah, bahwa Ia tidak puas dengan hanya memberi tahu

manusia tentang kebenaran melalui kata-kata. Ia datang untuk merubah kebenaran

itu menjadi perbuatan dan tindakan. Hal ini menunjukan bahwa dalam misi

pelayanan, Yesus menyatakan ajaran-Nya itu di dalam perbuatan-perbuatan nyata

yang berbentuk pertolongan untuk memberdayakan sehingga manusia mengalami

pembebasan. 78

Gereja juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan

pemerintah untuk memperhatikan pendidikan masyrakat. Pemerintah dan

lembaga-lembaga sosial kemasarakatan lainnya, memiliki andil dalam

pemberdayaan masyarakat secara umum. Namun, gereja secara khusu memiliki

tanggung jawab yang lebih besar untuk membangun komunitasnya. Gereja adalah

persekutuan yang lebih kecil dibandingkan pemerintah. Oleh karena itu, gereja

memiliki tanggung jawab untuk memberdayakan jemaat dalam persekutuannya.

Handi Widiwitanto, secara mendetail mengemukakan 3 poin

pemberdayaan jemaaat yang mesti menjadi perhatian gereja dalam pembangunan.

Pertama, pemberdayaan jemaat adalah sebuah konsekuensi dari sebuah

pemahaman eklesiologis. 79
Pemahaman tertentu mengenai gereja akan

menghasilkan gaya pemberdayaan tertentu pula. Karena itu menjadi penting untuk

memperhatikan bagaimana suatu gereja membangun pemahaman mengenai

78
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), hlm
137.
79
Handi Widiwitanto, “Hidup Menggereja dari Bawah dan Konsep Percaya-Sebuah Tinjauan
Singkat pada Persoalan Pemberdayaan Jemaat, Jurnal Gema Teologi, Vol. 34 No1, 2010, hlm 13.

81
dirinya sendiri untuk membuat evaluasi dan perencanaan atas pemberdayaan

jemaat.

Kedua, eklesiologi hidup menggereja dari bawah selain memiliki relevansi

teologis yang kuat, juga menjadi sebuah tantangan untuk konsep pemberdayaan

jemaat. 80
Semangat “Hidup menggereja dari bawah 81” menuntut pemberdayaan

yang terarah pada penguatan kemampuan berteologi, kemandirian dalam

bersekutu dan kreativitas serta kesempatan dalam mengembangkan pelayanan

bagi seluruh anggota jemaat, termasuk mereka yang justru terpinggirkan. Sebuah

pemberdayaan bukan lagi bertolak dari siapa yang perlu diberdayakan, tetapi

justru pada persoalan kontekstual apa yang harus diperhatikan dalam kehidupan

anggota jemaat dan masyarakat, sehingga arah pemberdayaan menjadi jelas. 82

Ketiga, pemeliharaan komunitas gereja dari bawah, yang mengandalkan

gerakan setiap individu dan kelompok terkecil dalam gereja, yang pelayanannya

terbuka serta menjawab pergumulan-pergumulan kontekstual masyarakat,

mengandaikan pemahaman yang merata pada setiap anggota jemaat mengenai

semangat serta gerakan Kristus. 83 Pemberdayaan jemaat dalam konsep seperti ini

adalah soal memampukan semua anggota jemaat untuk memahami nilai dan

semangat Kristus sebagai hal yang paling mendasar dalam kehidupan bergereja

80
Ibid., Hlm. 13
81
Konsep ‘hidup menggereja dari bawah’ pertama kali saya baca dalam tulisan Banawiratma
(1997) yang berbicara mengenai rekomendasi bagi kehidupan gereja-gereja di Indonesia. Konsep
ini berangkat dari refleksi Gereja Katolik atas konsili Vatikan II mengenai gereja sebagai Umat
Tuhan dan Tubuh Kristus yang seharusnya memberi perhatian besar pada anggota jemaat di aras
lokal. Bersamaan dengan itu, kesadaran pada konteks sosial di mana jemaat lokal hidup, seperti
persoalan marjinalisasi dan penindasan kemanusiaan karena berbagai sebab, menuntut gereja serta
seluruh anggotanya untuk secara dinamis membangun refleksi dan strategi yang kontekstual dari
bawah.
82
Handi Widiwitanto, Op. Cit, Hlm.14
83
Handi Widiwitanto, Op. Cit., Hlm.14

82
dan pada akhirnya memberikan kesempatan kepada seluruh anggota jemaat untuk

berkarya dalam pelayanan yang konkret.

Sejalan dengan Handi Widiwitanto, pemahaman mendasar terhadap

pembangunan jemaat secara eklesiologis harus ditekankan oleh jemaat-jemaat

GMIT. Upaya yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese hendaknya menjadi

perhatian bagi jemaat-jemaat GMIT pada umumnya gereja harus gelisah. 84


Kata

“gelisah” dalam KBBI, memiliki banyak arti yakni gelisah berarti tidak tentram,

selalu merasa kuatir, tidak tenang, tidak sabar lagi dalam menanti, cemas. 85
Atau

gelisah dapat diartikan sebagai suasana hati yang resah. Dari berbagai arti yang

dikemukakan dalam KBBI ini, dapat diartikan secara positif bahwa gereja yang

“gelisah” adalah gereja yang resah dengan keadaan jemaatnya yang ada dalam

kemiskinan, keterbelakangan pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.

GMIT berada dalam realitas kemiskinan yang tidak dapat disangkal. Oleh

karena itu, pemberdayaan sebagai upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan

adalah upaya yang tidak dapat ditawar. GMIT mesti menjadi gereja yang disukai

dan gereja yang menjadi alternatif untuk banyak orang apalagi keberadaannya di

tengah masyarakat. Gereja adalah persekutaun keluarga yang mengasihi, peduli

dan berbagi melalui pemberdayaan.

Hal di atas memang bukanlah hal yang mudah dan otomatis untuk dapat

dilakukan, karena dalam tindakan pemberdayaan jemaat dibutuhkan sikap hati

untuk melayani dengan penuh komitmen, konsistensi serta kedisiplinan kuat dari
84
Istilah gelisah yang dipakai oleh penulis merujuk pada sikap atau perasaan yang tidak tenang
dengan situasi dalam gereja. artinya bahwa, jika dalam jemaat ada potensi yang mesti
diberdayakan, namun, upaya pemberdayaan tidak berjalan dengan baik, maka gereja mesti gelisah.
Dengan demikian gereja dapat mencari solusi untuk menemukan langkah yang tepat demi
pemberdayaan.
85
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V, Versi 1.0.4

83
manusia, namun biarlah motivasi kasih dan ketulusan menjadi dasar dan tujuan

manusia dalam melakukan mandat untuk melanjutkan pemberdayaan. Oleh karena

itu, teologi Alkitab memandang segala sesuatu berpusat pada Allah, yaitu Allah

yang menurut Alkitab adalah pencipta bumi ini yang menganugerahkan kekayaan

bumi ini kepada manusia atau gereja untuk dikelola secara bertanggung jawab

memalui proses pemberdayaan.

Pemberdayaan harus muncul sebagai respons atas pertanyaan-pertanyaan

mengenai pengharapan. Orang-orang Kristen selalu dan terus hidup dalam

pengharapan. Dalam bergulat dengan berbagai fenomena atau realitas sosial yang

kian menjadi pergumulan serius, kita mesti hidup dalam pengharapan. Albert

Nolan dalam karyanya Harapan di tengah kesesakan zaman menegaskan bahwa

bagaimana orang Kristen (Gereja) memberikan pemahaman mengenai makna

pengharapan bagi dunia yang sedang mengalami krisis (kemiskinan, perdagangan

manusia, kemerosostan ekonomi dll)?


86

Jemaat GMIT Nekamese memalalui Program Sanggar Anak Nekamese

muncul sebagai respons atas pertanyaan-pertanyaan jemaat mengenai

pengharapan. Program Sanggar Anak Nekamese memberikan harapan yang nyata

bagi jemaat yang sedang bergumul dengan persoalan kemiskinan dan keterbatasan

sumber daya manusia.

Rangkuman

86
Albert Nolan, Harapan Di Tengah Kesesakan Masa Kini; Mewujudkan Injil Pembebasan,
(Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2011), hal 45-79.

84
Pemberdayaan sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, secara

lengkap banyak diuraikan dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian

Baru. Dalam Alkitab menjelaskan bahwa, Allah adalah Allah yang membebaskan.

Allah, menurut Alkitab turut berkarya dalam melakukan pembebasan dan

perubahan bagi dunia.

Manusia mempunyai amanat penciptaan untuk menaklukkan bumi dan

berkuasa atas makhluk-mahkluk di dalamnya. Kuasa diberikan kepada manusia,

tetapi kuasa datang dari Allah. Karena amanat Allah kepada manusia adalah demi

kebaikan manusia dan sesamanya, maka manusia perlu untuk mengembangkan

kemampuannya untuk mengubah bumi dan mengambil hasilnya bagi kebutuhan

sesamanya dan dirinya sendiri.

Karya penyelamatan Allah bagi dunia dilanjutkan oleh Yesus. Karya

penyelamatan (pembebasan) manusia melalui Yesus adalah sebuah karya

missioner. Karya missioner Yesus adalah tanda nyata kehadiran Allah dalam

sejarah. Yesus hadir sebagai juruslamat untuk melakukan dan pembebasan bagi

kaum-kaum yang terpinggirkan. Upaya pemberdayaan nampak dalam karya

pelayanan Yesus di dunia. Yesus tidak hanya menjanjikan keselamatan surgawi.

Yesus pertama-tama justru bersabda dan berkarya demi membebaskan dan

memberdayakan manusia dari belenggu penderitaan di dunia, yang antara lain

disebabkan oleh kemiskinan. Yesus menjadi pembebas bagi kaum miskin yang

tertindas. Dalam diri Yesus, tampak secara nyata dan penuh kehadiran aktif Allah

Pembebas.

85
Misi pembebasan Allah, dilanjutkan oleh gereja. Tanggungjawab gereja

yang menjalankan fungsinya adalah memberdayakan anggota-anggotanya untuk

sungguh-sungguh (kembali) menjadi gereja yang mandiri, kritis dan dewasa

dalam praksisnya. Gereja harus menyadari bahwa ada banyak potensi dan

kemampuan dari anggota jemaat yang jika digali serta dikenali dengan serius

dapat mendukung kehidupan bergereja tersebut. Gereja adalah komunitas yang

membawa pengharapan dan pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat yang

mengalami krisis yakni kemiskinan.

Upaya pemberdayaan jemaat yang dilakukan oleh jemaat GMIT

Nekamese, merupakan bukti nyata tanggung jawab gereja untuk menjawab

berbagai kebutuhan dan berperan dalam memberdayakan kehidupan

komunitasnya. Pemberdayaan yang diupayakan membawa pengharapan dan

pemberdayaan bagi jemaat yang mengalami krisis yakni kemiskinan.

Pemberdayaan yang dilakukan oleh jemaat GMIT Nekamese hadir sebagai

respons atas pertanyaan-pertanyaan mengenai pengharapan. Melalui program

Sanggar Anak Nekamese, gereja memberikan pengharapan kepada anggota jamaat

yang sedang mengalami krisis kemiskinan.

86
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan tentang Program Sanggar Anak Nekamese pada Bab I,

II, dan III, maka bagian ini penulis akan menyimpulkan dan memberikan usul-

saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Gereja hadir untuk melanjutkan misi pelayanan Yesus di dunia. Gereja adalah

gereja jika ia berada bagi yang lain dan terlibat dalam persoalan-persoalan hidup

manusia, bukan dengan menguasai, melainkan dengan menolong dan

memberdayakan. Gereja memberdayakan anggota-anggota jemaatnya untuk

menjadi gereja yang mandiri, kritis dan dewasa.

Jemaat GMIT Nekamese, menyadari akan keterpanggilannya di dalam

dunia untuk hadir dan membebaskan orang-orang yang sedang bergumul dengan

kemiskinan. Gereja tidak hanya memberitakan tentang kebenaran dan pembebasan

melalui khotbah, namun kebenaran dan pembebasan itu menjadi perbuatan yang

nyata. Keterlibatan gereja dalam persoalan jemaat, membuktikan bahwa gereja

87
tidak hanya sibuk mengurusi dirinya sendiri, namun hadir sebagai gereja yang

peduli dan berbelas kasih terhadap jemaat.

Kesepakatan Jemaat GMIT Nekamese untuk melaksanakan Program

Sanggar Anak Nekamese sebagai upaya pemberdayaan jemaat sangat menolong

jemaat yang sedang bergumul dengan persoalan ekonomi dan pendidikan.

Program Sanggar Anak Nekamese sangat tepat sasaran, terbukti semua anggota

jemaat mendukung program tersebut. Program pemberdayaan ini juga mendapat

dukungan penuh dari pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) karena

mampu untuk menolong anak-anak yang mengalami persoalan dalam pendidikan

dan mampu mengurangi angka korban human trafficking. Dukungan dan kerja

sama juga muncul dari tokoh-tokoh adat karena program pemberdayaan ini

mampu untuk melestarikan kebudayaan setempat.

Kehadiran Program Sanggar Anak Nekamese, berhasil membawa dampak

positif bagi jemaat GMIT Nekamese. Jemaat semakin aktif dan produktif dalam

pelayanan di gereja dan kehidupan sehari-hari. Dampak postif bagi anak-anak

yaitu pertumbuhan rohani dan menjadikan anak-anak semakin aktif dan inovatif

untuk mengembangkan bakat atau kemampuan di dalam diri mereka. Kesadaran

jemaat akan potensi dalam diri dan hasil alam, menjadikan jemaat semakin

berusaha mengembangkan desa sebagai tempat tinggal yang baik. Jemaat GMIT

Nekamese melalui Program Sanggar Anak Nekamese secara sadar melakukan

pemberdayaan dalam jemaat.

Upaya dan tindakan (revolusioner) terus dilakukan oleh gereja (secara

organisasi) untuk menyadarkan jemaat setempat. Pemberdayaan adalah upaya

88
yang terus dilakukan sebagai respon atas panggilan gereja untuk peduli dan

membebaskan orang-orang dari kemiskinan. Pemberdayaan adalah salah satu

upaya untuk menghidupi potensi yang dimiliki demi terwujudnya kesejahteraan

yang merata dalam jemaat. Pemberdayaan jemaat memfokuskan perhatian pada

pembangunan sumber daya manusia yang memiliki potensi.

Dalam Alkitab menjelaskan bahwa, Allah adalah Allah yang selalu

bersemangat untuk membebaskan. Allah, menurut Alkitab turut berkarya dalam

melakukan pembebasan dan perubahan bagi dunia. Allah memberikan amanat

kepada manusia untuk menaklukkan bumi dan berkuasa atas makhluk-mahkluk di

dalamnya. Karena amanat Allah kepada manusia adalah demi kebaikan manusia

dan sesamanya, maka manusia perlu untuk mengembangkan kemampuannya

untuk mengusahakan bumi dan mengambil hasilnya bagi kebutuhan sesamanya

dan membebaskan sesama dari penderitaan.

Karya penyelamatan Allah bagi dunia dilanjutkan oleh Yesus. Karya

penyelamatan (pembebasan) manusia melalui Yesus adalah sebuah karya

missioner. Yesus hadir sebagai juruslamat untuk melakukan pembebasan bagi

kaum-kaum yang terpinggirkan. Upaya pemberdayaan nampak dalam karya

pelayanan Yesus di dunia. Yesus tidak hanya menjanjikan keselamatan surgawi,

namun Yesus pertama-tama justru bersabda dan berkarya demi membebaskan dan

memberdayakan manusia dari belenggu penderitaan di dunia, yang antara lain

disebabkan oleh kemiskinan. Karya Yesus di dunia menunjukan kehadiran aktif

Allah sebagai pembebas.

89
Gereja melanjutkan misi pembebasan Allah. Tanggungjawab gereja yang

menjalankan fungsinya adalah memberdayakan anggota-anggotanya untuk

sungguh-sungguh menjadi gereja yang mandiri secara dana, daya dan teologi.

Gereja harus menyadari bahwa ada banyak potensi dan kemampuan dari anggota

jemaat yang jika digali serta dikenali dengan serius dapat mendukung kehidupan

bergereja tersebut. Gereja adalah komunitas yang membawa pengharapan dan

pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat yang mengalami krisis yakni

kemiskinan.

Tugas sebagai pembawa harapan disadari oleh jemaat GMIT Nekamese.

Melalui pemberdayaan yang diupayakan membawa pengharapan dan

pemberdayaan bagi jemaat yang mengalami krisis yakni kemiskinan. Melalui

program Sanggar Anak Nekamese, gereja memberikan pengharapan kepada

anggota jamaat yang sedang mengalami krisis kemiskinan. Program Sanggar

Anak Nekamese memberikan harapan yang nyata bagi jemaat yang sedang

bergumul dengan persoalan kemiskinan dan keterbatasan sumber daya manusia.

Jemaat GMIT Nekamese menunjukan gereja yang bersemangat

kemiskinan. Artinya, gereja memiliki semangat untuk menolong orang-orang

miskin. Jemaat GMIT Nekamese melakukan pelayanan Diakonia yang bersifat

reformatif dan transformatif. Jemaat yang diberdayakan tidak bisa hanya diberi

ikan terus, atau diberi pancing terus, melainkan juga harus diberi kesempatan

untuk memancing.

B. Usul dan Saran

90
Sebagai akhir dari tulisan ini, maka dalam rangka mendukung program

pembangunan jemaat yang ada di Jemaat GMIT Nekamese dan program-program

pembangunan jemaat lain di wilayah pelayanan GMIT, maka usul dan saran dari

penulis adalah:

Jemaat GMIT Nekamese:

1. Mejelis Jemaat GMIT Nekamese perlu mengadakan pelatihan secara khusus

bagi para pengurus dalam mengelola Program Sanggar Anak Nekamese.

Pelatihan kepada pengurus dilakukan agar mereka semakin terlatih dan lebih

mandiri jika suatu ketika pendeta yang menginisiasi program tersebut pindah.

2. Program pembangunan jemaat ini harus diupayakan agar lebih menjangkau

seluruh anggota Jemaat GMIT Nekamese termasuk para pekerja imigran yang

sudah kembali agar mereka tidak kembali menjadi pekerja migran lagi.

3. Program pembangunan ini dapat menambah satu kegiatan bagi anak-anak

yaitu kelas menulis cerita-cerita pendek tentang kearifan lokal, seperti pangan,

alam dan tenunan yang kemudian bisa dijadikan buku dan arsip.

4. Anggota Jemaat GMIT Nekamese yang terlibat dalam Program Sanggar Anak

Nekamese harus terus berinovasi dalam pengolahan pangan lokal dan tenunan

agar tidak kalah bersaing dengan produk-produk dari luar, sehingga program

ini bisa terus berkembang.

GMIT:

1. Gereja-gereja yang berada pada lingkup GMIT perlu program mengadakan

pembangunan jemaat yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks kehidupan

jemaat setempat.

91
2. Gereja-gereja dalam lingkup GMIT bisa mengambil contoh model

pelaksanaan Program Sanggar Anak Nekamese untuk bisa di kembangkan

dalam wilayah pelayanan GMIT di sesuaikan dengan konteks masing-masing

tempat.

DAFTAR PUSTAKA

- Alkitab

- Kamus

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Vol IV

- Buku

Ambroise, Yvon,

2000, Memberdayakan Kaum Miskin, Maumere: LPBAJ.

Banawiratma, J.B,

2014, Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui

Appreciative Inquiry, Yogyakarta: Kanisius.

Brownlee, Malcolm,

92
1989, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, Jakarta: Gunung Mulia.

Bart, Christopher,

2005, Theologi Perjanjian Lama 3, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Brown, Francis,

2001, The New Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew English Lexicon,

Massachusetts: Hendrickson Publishers.

Creswell, Jhon W,

2013, Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif Dan Mixed,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadiwijono, Harun,

2010, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hooijdonk, P.G van,

1996, Batu-batu yang Hidup, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hendriks J,

2002, Jemaat Vital dan Menarik, Yokyakarta: Penerbit Kanisius.

Kooij, Rijnardus. A van., Patnaningsih, Sri Agus, Tsalatsa, Yam’ah,

2010, Menguak Fakta Menata Karya Nyata, Jakarta: Penerbit BPK

Gunung Mulia.

93
Kessel, Rob van,

1997, Enam tempayan air, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Lega, Fransiskus Sales,

2005, Pastoral Pemberdayaan, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.

Mardikanto, Totok., Soebianto, Poerwoko,

2013, Pemberdayaan Masyarajat Dalam Perspektif Kebijakan Publik.

Nolan, Albert,

2011, Harapan Di Tengah Kesesakan Masa Kini; Mewujudkan Injil

Pembebasan, Jakarta: Bpk Gunung Mulia.

Pokok-pokok Eklesiologi GMIT,

2010, Majelis Sinode GMIT, Tata Dasar GMIT.

Singgih, Emanuel Gerrit,

2000, Berteologi dalm Konteks, Jakarta: Penerbit Kanisius.

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sutanto, Timotius K,

2008, 3 Dimensi Keesaan Dalam Pembangunan Jemaat, Jakarta: Penerbit

BPK Gunung Mulia.

Sukmadinata N. S,

94
2008, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Semiawan, Conny R,

2010, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Grasindo.

Wijaya, Hengki,

2019, Analisis Data Kualitatif, Makasar: Sekolah Tinggi Theologia Jafray.

- Sumber Internet

ditjenpp.kemenkumham.go.id diakses pada Kamis, 9 Januari 2020.

http://www.bps.go.id diakses pada Jumat, 1 November 2019.

https://ntt.bps.go.id diakses pada Kamis, 9 Januari 2020.

http://en.wikipedia.org diakses pada Selasa, 12 Januari 2021.

www.bnp2tki.go.id diakses pada Jumat, 1 November 2019.

- Wawancara

Adonis, Sepri (Ketua Majelis Jemaat GMIT Nekamese)

2020, Wawancara, Nekamese.

Abineno, Maksen (Majelis Jemaat GMIT Nekamese)

2020, Wawancara, Nekamese.

Abineno, Juana (Anggota Sanggar Anak Nekamese)

2020, Wawancara, Nekamese.

95
Banamtuan, Popi (Relawan Sanggar Anak Nekamese)

2020, Wawancara, Nekamese.

Benu, Filmon (Majelis Jemaat GMIT Nekamese)

2020, Wawancara, Nekamese.

Kikhau, Dina (Ketua Sanggar Anak Nekamese)

2020, Wawancara, Nekamese.

Lau, Gandri (Relawan Sanggar Anak Nekamese),

2019, Wawancara, Nekamese.

Nubatonis, Ota (Anggota Sanggar Anak Nekamese)

2020, Wawancara, Nekamese.

Silla, Simon (Kepala Desa Neke)

2020, Wawancara, Nekamese.

96
LAMPIRAN

Anggota Majelis Jemaat GMIT Nekamese Periode 2020-2023

No Nama L/P Penatua/ Tempat Pelayanan

. Diaken/

Pengajar

1. Sepri Kikhau L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

2. Susana Fallo P Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

3. Petrus Benu L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

4. Barnabas J. Nomnafa L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

5. Yosepus Kikhau L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

6. Yanti Nenabu P Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

7. Soleman Solle L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

8. Abraham Kikhau L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

9. Melianus Banamtuan L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

97
10. Yulianan Nubatonis P Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

11. Yehezkial Akailupa L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

12. Imanuel Abineno L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

13. Oktovianus Kikhau L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

14. Melkias Selan L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

15. Imanuel Banamtuan L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

16. Konstantinus Akailupa L Penatua Mata Jemaat Imanuel Postenu

17. Marsalina Nufeto P Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

18. Yohan Nuban L Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

19. Debri Puai P Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

20. Yanti Nomnafa P Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

21. Silas Selan L Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

22. Herlenci Mone P Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

23. Yustus Mone L Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

24. Dorlince Soinbala P Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

25. Yohanas Banamtuan L Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

26. Debora Batmaro P Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

27. Ayub Kikhau L Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

28. Yulius Kikhau L Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

29. Aksamina Solle P Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

30. Welmince Kikhau P Diaken Mata Jemaat Imanuel Postenu

31. Nonci Solle P Pengajar Mata Jemaat Imanuel Postenu

32. Luisa Nomnafa P Pengajar Mata Jemaat Imanuel Postenu

98
33. Desti Kikhau P Pengajar Mata Jemaat Imanuel Postenu

34. Lebrina Kikhau P Pengajar Mata Jemaat Imanuel Postenu

35. Ota Yedida Nubatonis P Pengajar Mata Jemaat Imanuel Postenu

36. Aksamina Banamtuan P Pengajar Mata Jemaat Imanuel Postenu

37. Reki Rikardo Selan L Pengajar Mata Jemaat Imanuel Postenu

38. Ance Kikhau P Pengajar Mata Jemaat Imanuel Postenu

39. Filmon Benu L Penatua Mata Jemaat Getsemani Netulina

40. Jemi Liunima L Penatua Mata Jemaat Getsemani Netulina

41. Yakob Abineno L Penatua Mata Jemaat Getsemani Netulina

42. Ormi Benu P Penatua Mata Jemaat Getsemani Netulina

43. Eliaser Benu L Penatua Mata Jemaat Getsemani Netulina

44. Simrus Benu L Penatua Mata Jemaat Getsemani Netulina

45. Margarita Akailupa P Penatua Mata Jemaat Getsemani Netulina

46. Fiktor Benu L Diaken Mata Jemaat Getsemani Netulina

47. Aksamina Akailupa P Diaken Mata Jemaat Getsemani Netulina

48. Margarita Tunu P Diaken Mata Jemaat Getsemani Netulina

49. Amos Benu L Diaken Mata Jemaat Getsemani Netulina

50. Yanti Akailupa P Pengajar Mata Jemaat Getsemani Netulina

51. Desri Abineno P Pengajar Mata Jemaat Getsemani Netulina

52. Melkisedek Abineno L Pengajar Mata Jemaat Getsemani Netulina

53. Dina Nomnafa P Pengajar Mata Jemaat Getsemani Netulina

54. Nikodemus Tunu L Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

99
55. Maria Nesimnasi P Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

56. Rosalina Tunu P Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

57. Edimelekh Nubatonis L Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

58. Yoksan Fina L Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

59. Milka Ku P Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

60. Aleksander Talan L Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

61. Benyamin Tunu L Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

62. Melki Bia L Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

63. Dominggus Tasuib L Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

64. Yeskial Leokuna L Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

65. Veni Sabni Tunu P Penatua Mata Jemaat Zoar Fatufutu

66. Meri Banamtuan P Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

67. Edel Tenis L Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

68. Jemi Talan L Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

69. Carlos Nenabu L Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

70. Asri Selan P Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

71. Sifmelda Solle P Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

72. Martha Punuf P Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

73. Rince Tunu P Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

74. Reni Nenabu P Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

75. Yermias Banunaek L Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

76. Yusuf Selan L Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

100
77. Yuliana Tasuib P Diaken Mata Jemaat Zoar Fatufutu

78. Nofa Benu P Pengajar Mata Jemaat Zoar Fatufutu

79. Ema Nenanu P Pengajar Mata Jemaat Zoar Fatufutu

80. Atri Nubatonis P Pengajar Mata Jemaat Zoa r Fatufutu

81. Selfina Talan P Pengajar Mata Jemaat Zoar Fatufutu

82. Venci Mone P Pengajar Mata Jemaat Zoar Fatufutu

83. Vestus Tasuib L Pengajar Mata Jemaat Zoar Fatufutu

101

Anda mungkin juga menyukai