Anda di halaman 1dari 20

 

Menu– Home– Business– Downloads– Parent Category– Featured– Health– TENTANG

Home » THEOLOGI » Membangun Jemaat Melalui Iklim Yang Positif

Membangun Jemaat Melalui Iklim Yang Positif

Lamhot Gelis Hutabarat5/27/2019 12:23:00 AM No comments

Membangun Jemaat Melalui Iklim Yang Positif

Nama Pengarang                  : Dr. Jan Hendriks

Judul Buku                `           : Jemaat Vital dan Menarik


Jumlah Halaman                   : 278

Jumalah Halaman Bacaan   : 39-65.

I.                   Pendahuluan

Didalam pembangunan jemaat yang vital dan menarik sangat dibutuhkan bagaimana partisipasi jemaat
dalam membangun jemaat yang vital itu . Oleh sebab itu pembangunan jemaat disini sangat dibutuhkan
karena melalui jemaatlah suatu organisasi dapat terwujud dan terlaksana, oleh karena itu pada
pembahasan kali ini kami para penyaji ingin memaparkan bagaimana pandangan dari Jan Hendriks
mengenai pembangunan jemaat melalui iklim yang positif, semoga dapat bermanfaat!

II.                Pembahasan

Mengenai partisipasi jemaat berhubungan erat dengan vitalisasi jemaat. Dimana, Hendriks ingin
meyoroti hal ini dengan mengembangkan sebuah teori dalam rangka pembangunan jemaat yang vital
dan menarik. Dimana jemaat yang vital dan menarik mengandaikan adanya sebuah jemaat yang mau
berpartisipasi dengan senang hati, dan partisipasi tersebut membawa hasil atau efek yang baik bagi
mereka sendiri maupun bagi relasi tujuan mereka sendiri. Hendriks menegaskan bahwa partisipasi
jemaat erat kaitanya dengan partisipasi iman. Jadi, ada keterkaitan erat antara vitalisasi dan partisipasi
orang beriman sebagai jemaat atau gereja. Oleh karena itu Hendriks melihat bahwa ada 5 faktor yang
mempengaruhi vitalisasi jemaat,, yaitu: Iklim, kepemimpinan, Struktur tujuan dan tugas, serta
indentitas. Factor-faktor ini datangnya dari dalam dunia organisasi, pertanyaan tentang bagaimana
dunia organisasi dapat berfungsi dengan lebih baik dengan efek yang lebih besar selalu dimunculkan
sejak dulu. Tetapi pendekatan Ilmiahnya baru dimulai pada permulaan abad ke-20, yaitu pada waktu
dicoba mengembangkan Ilmu organisasi. Perintisnya ialah Fayol dan Taylor. Mereka menciptakan
system yang dikenal dengan Scientific management dan juga sebagai ilmu organisasi yang klasik. Dalam
ilmu yang klasik itu, perbaikan organisasi terutama dicari lewat merumuskan kembali tugas-tugas agar
tujuan organisasi dapat tercapai dengan lebih efisien. Banyak yang mengikuti arus ilmu organisasi klasik
ini yang mengatakan bahwa manusiawi adalah mesin. Dari tinjauan global tentang manusia adalah
mesin diatas menjelaskan tentang asal-usul dari kelima factor dalam membangun vitalisasi jemaat.
Dalam literature manajemen sekarang ini kelima factor ditemukan, walaupun tidak selalu dengan
sebuatan yang sama. Contohnya: Graaf  dan Ten Horn melihat tiga titik tolak bagi vitalisasi yaitu Kultur,
Struktur dan kuasa, tetapi Kilmann membedakan lima factor, ia bebicara tentang manajemen yang
pentagonal dengan factor-faktor sbb: Kultur(kategori yang umum yang meliputi, indentitas dan iklim),
kepemimpinan dan Struktur (dimana temasuk tugas dan tujuan juga. Pengambilan keputusan dalam dan
oleh kelompok dan system bonus.  Factor-faktor yang dipakai ini muncul terus menerus walaupun
kadang dengan nama yang berbeda. Tapi masing-masing factor diartikan secara berbeda. Perbedaan itu
disebabkan oleh aliran atau gerakan yang melatar-belakangi pengarang. Dalam hal ini kelima factor yang
dinyatakan oleh Hendrik ini merupakan factor yang sangan relevan digunakan dalam pembangunan
jemaat yang vital karena Hendrik mengatakan bahwa kita kurang memanfaatkan kemampuan dan
kemungkinan yang terjadi dalam jemaat sendiri. Yang paling melemahkan daya intern jemaat ialah jika
kita menyepelekan apa yang dikatakan dan yang dibuat oleh orang. Jika kita memandang mereka
sebagai objek dan bukan sebagai subjek maka kelima factor yang ditawarkan ini masih relevan jika
dikaitakn dengan vitalisasi jemaat dimana didalamnya jemaat berpartisipasi dengan senang hati.

Dari kelima factor yang ditawarkan oleh Hendrik kita akan membahas terlebih dahulu satu factor saja
yaitu iklim positif, dimana Hendriks menjelaskan bahwa iklim adalah keseluruhan prosedur dan tata cara
pergaulan yang khas bagi organisasi. Iklim yang baik akan mendorong orang untuk dengan sukacita
terlibat aktif dalam kehidupan organisasi, karena didalamya ada pengakuan dan perlakuan terhadap
setiap anggota gereja sebagai subjek dalam hidup dan karya gereja. Dan jika partisipasi jemaat menurun,
bisa jadi dipengaruhi oleh iklim yang kurang menyenangkan dalam kehidupan organisasi gereja, dimana
warga gereja tidak diperlakukan sebagai subjek, melainkan sebagai objek yang hanya melaksanakan
keputusan majelis. Factor iklim sangat erat kaitanya dengan factor kepemimpinan dan juga struktur
yang dibangun dalam gereja. Dalam iklim positif ini juga kita juga harus dapat memandang anggota biasa
sebagai anggota yang harus dihargai dan dihormati, dimana menurut tokoh bowers dan
Franklin mengungkapkan bahwa iklim yang positif itu bercirikan tentang keunggulan sumber daya
manusia. Ciri ini menandakan bahwa organisasi menyadari bahwa manusialah yang merupakan milik
yang paling penting dalam organisasi dan juga bahwa organisasi tidak hanya menyadarinya melainkan
bertindak sesuai dengan penyadaran itu. Dimana bowers dan Franklin ingin menekankan bahwa
bagaimana manusia yang biasa itu dalam praktek sehari-hari merasakan bahwa kehadiran dan
kemampuan mereka dihargai. Dimana disini ditekankan bahwa anggota biasa tidak boleh dianggap
sebagai pelaksana keputusan melainkan sebagai manusia yang ikut mengambil keputusan dan
berpartisipasi dalam kuasa. Dalam hal ini juga kita harus melihat bahwa manusai biasa juga memiliki
sumbangan yang besar terhadap organisasi. Didalam sebuah organisasi juga peran dari manusia biasa
sangat berarti karena manusia biasalah yang menjalankan pekerjaan dan melestarikan organisasi.
Keberhasilan dari suatu organisasi dalam mencapai tujuanya dan kualitas pada organisasi ialah pada
jemaat biasa. Jemaat biasa juga mengerti bagaimana tantangan-tantangan yang dihadapi oleh suatu
organisasi. Dalam hal ini anggota biasa memiliki peran penting dalam sebuah organisasi sedangkan
pimpinan tugasnya hanya mendengarkan anggota biasa dan menolong mereka dalam melakukan
pekerjaan mereka. Oleh karena itu pimpinan harus bersikap yang baik terhadap jemaat biasa dan jemaat
biasa juga harus dipandang berharga dan pendapat mereka dinilai tinggi. Iklim yang baik dan positif
dinyatakan lewat perlakuan serius terhadap orang biasa dalam organisasi. Iklim yang positif tidak
ditentukan oleh nilai dan martabat manusia melainkan oleh tata cara yang mengatur manusia itu
bergaul satu dengan yang lain prosedur harus dibicarakan secara eksplisit Artinya kita Mengikuti alur
seperti yang dirumuskan oleh para ahli alur itu ada 4 yang pertama adalah proses komunikasi yang
kedua pengambilan keputusan ketiga perumusan tujuan dan yang keempat pengaruh dari anggota
biasa.

A.    Proses komunikasi.

proses komunikasi mencakup 3 aspek yaitu luas fleksibel dan tepat guna sehingga informasi benar-benar
akurat sangat penting bagi pemimpin yang baik Ada bahwasanya informasi itu terarah kepada semua
kalangan kelompok maupun jenjang. informasi arus luas artinya adalah semua informasi itu harus
sampai kepada perorangan secara relevan dan tidak membingungkan. Jadi intinya adalah kita harus
berani menyuarakan kebenaran memang bukan hal yang mudah tapi hal Sederhana itu dapat
membantu kita untuk menjelaskan informasi yang sebenarnya. Penting juga bagi kita supaya
berkomunikasi dengan kelompok-kelompok Jemaat baik itu kategorial supaya informasi itu tidak hanya
berhenti di kita tetapi di semua Jemaat sehingga tidak ada terjadi pengelompokan di gerejawalaupun
komunikasi terdiri dari atas ke bawah tapi setidaknya semakin ke bawah informasi itu tidak semakin
berkurang.

B.     Pengambilan Keputusan

di dalam pengambilan keputusan ada dua Aspek penting yang harus diperhatikan pengambilan
keputusan itu bukan ketika pendapatnya yang paling tinggi melainkan diukur dari banyak informasi Jadi
intinya adalah keputusan itu adalah keputusan bersama dari semua orang yang berkepentingan ada dua
metode yang biasa kita ketahui salah satunya adalah dengan metode angka dan juga konsensus dan
yang paling sering digunakan adalah metode konsensus karena konsensus tidak berpatokan pada
pendapat yang sama melainkan adanya kesamaan tujuan yang ingin dicapai singgah di sana terjadi
pertukaran pikiran sehingga pandangan menjadi terbuka dan bebas serta dengan itu peserta dapat
mengerti dan diperhitungkan pada saat konsesijadi cara memilihnya adalah dengan bermain di pikiran

C.     Perumusan Tujuan
perumusan tujuan itu adalah bagian dari pengambilan keputusan yang paling penting karena dalam
perumusan itu seringkali kita berklimaks contohnya adalah ketika kita menyebutkan an Siapakah yang
paling tepat dalam memilih pemimpin sehingga tidak menyakiti melainkan tetap damai dan tentram.

D.    Pengaruh anggota biasa

anggota biasa juga adalah bagian yang penting dalam pengambilan keputusan namun mereka bukan
bagian dari pengambil keputusan tetapi mereka mempunyai pengaruh tersendiri contohnya adalah
anggota biasa bisa saja mempengaruhi jalannya kepemimpinan atau organisasi.

Kepemimpinan gereja harus menyesuaikan dengan kemerdekaan dan tanggung jawab manusia sebagai
subjek. Yang artinya bahwa pimpinan gereja tidak boleh mengambil sekaligus tanggung jawab dari
manusia. Tetapi pemimpin harus memberikan arahan terhadap apa yang akan menjadi tanggung jawab
dari manusia. Tanggung jawab yang dimaksud disini adalah bukanlah sekedar tanggung jawab yang
biasa, melainkan sebuah tanggung jawab yang seharus dapat membuahkan hasil yang maksimal
sehingga tidak akan merugikan sesama manusia. Dalam hal ini tidak ada yang dinamankan seebagai
jemaat biasa, jika ada jemaat biasa berarti ada juga yang disebut dengan jemaat luar biasa. 1 Ptr 2:9
mengatakan Kamu adalah imamat rajawi. Artinya adalah semua sama di hadapan Allah, karena Roh
dicurahkan atas semua manusia (Kis 2:17). Pemikiran imamat gerejawi yang digunakan dalam sejarah
Gereja, oleh karena itu, jemaat biasa diungkapkan sebagai jemaat biasa yang beriman dan dapat
dikatakan sebagai subjek. Bakker dan Schippers mengatakan bahwa, jika jemaat menjadi jemaat oleh
karenan merasa diterima oleh Allah tanpa syarat. Ciri jemaat itu ialah kemanusiaan yang sejati. Dalam
sebuah jemaat perlu adanya keterbukaan dari hal itu kualitas jemaat pun akan meningkat, karena jika
ada keterbukaan itu, maka sebuah diskusi akan terjadi dan dapat membuat sebuah relasi yang baik
diantara jemaat dan akan menambah pengetahuan para jemaat dan juga akan terjadi komunikasi yan
baik. Anggota jemaat yagn biasa adalah imam dan oleh karena itu mereka ikut bertanggung jawab atas
pembangunan jemaat, jemaat biasa juga dipanggil untuk membantu proses pembangunan warga
jemaat, karena dalam jemaat ada yang dinamakan nilai yang khas. Oleh karena itu semua termasuk
imamat rajawi tidak ada perbedaan di mata Tuhan gagasan ini akhirnya berakar dalam fakta dasar
teologis bahwa Roh dicurahkan atas semua. Jadi semua manusia sama, dan sama-sama mengemban Tri
Tugas dalam gereja. Tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah semua sama dimata Tuhan.

III.             Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kami para penyaji mengambil kesimpulan bahwa di dalam buku Jan Hendrik ini
pada bab 2 dan 3 menjelaskan bahwa dalam membangun jemaat yang vital dan menarik, sangat
dibutuhkan 5 faktor dalam pembangunan jemaat yang vital salah satunya ialah iklim positif, dimana,
dijelaskan bahwa di dalam suatu jemaat dan organisasi memiliki iklim yang berbeda, dimana jika jemaat
yang beriklim positif ia akan bekerja dengan senag hati. Oleh karena melalui iklim menentukan apakah
orang berpartisipasi dengan senang hati dan efektif. Dalam iklim positif ini juga dijelaskan bahwa
jemaat/anggota biasa juga memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah organisasi, dimana jemaat
biasa harus dipandang dan dihargai karena melalui jemaat biasa organisasi dapat membangun jemaat
menjadi vital dan menarik. Oleh karena itu, dalam pembangunan jemaat ini dibutuhkan partisipasi dari
jemaat, tanpa memandang derajat. Agar dalam pembangunan jemaat ini berjalan dengan baik. 

Share: 

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Related Posts:

Tafsiran Kitab Lukas 1:46-56 Dengan Metode Historis Kritis

Pendeta Sebagai Gembala


Tafsiran Kitab Nehemia 4:8-13 Dengan Metode Ilmu-ilmu Murni

Strategi Komunikasi yang Dilakukan Johannes Calvin untuk Membaharui Gereja

Reformasi Radikal

← Newer PostOlder Post →Home

No comments:

Post a Comment

POSTINGAN POPULER

KATEKETIKA
Kateketika I.                    Pendahuluan. Salah satu pelayanan yang paling tua dan paling banyak dipakai
oleh gereja-gereja di...

GEREJA MULA-MULA

GEREJA MULA- MULA   ( Dalam Konteks Religio Illicito) I.               PENDAHULUAN Sejarah Gereja ialah
kisah tentang perkemban...

Okultisme Dalam Pandangan Kristen

Okultisme Dalam Pandangan Kristen I.                    Pendahuluan Di dalam dunia ini manusia diberi
kebebasan untuk memilih ...

Homiletika, Apakah itu?

Homiletika, Apakah itu? a.       Pengertian, Makna, Ciri dan Kedudukannya Dalam Studi Teologi b.      
Fungsi, Peranan dan Kedudukann...
Pendeta Sebagai Gembala

Pendeta Sebagai Gembala       I. Pendahuluan Sebagai organisasi, Gereja membutuhkan pemimpin
sebagai pengatur dan pengkontrol ...

CATEGORY POSTS

ALL POSTS

TOTAL PAGEVIEWS

126870

FOLLOWERS

HALAMAN FACEBOOK

MY PROFIL

Lamhot Gelis HutabaratMedan, Sumatera Utara, IndonesiaView my complete profile


SUBSCRIBE MY YOUTUBE

Copyright © 2022 Lamhot Gelis Hutabarat | Powered by Blogger

Design by FlexiThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com

1. BAB II LANDASAN TEORI PEMBANGUNAN JEMAAT, TEORI ANALISIS SWOT, DAN TEORI STRATEGI A.
Pendahuluan Semua gereja menginginkan terjadinya proses pembangunan jemaat, tetapi mereka tidak
mengetahui bagaimana cara membangun jemaatnya. Pembangunan jemaat dapat terjadi bila semua
pihak ikut berpartisipasi. Anggota jemaat yang ikut dalam partisipasi tersebut, perlu juga memahami
teori pembangunan jemaat dan teori strategi dalam menyusun rencana kerja untuk pembangunan
jemaat, yang mana sebelumnya di dahulukan dengan menganalisis SWOT. Teori-teori tersebut akan
diuraikan dalam pembahasan dibawah ini : B. Teori Pembangunan Jemaat Banyak tokoh yang
mengembangkan pembangunan jemaat. Meskipun masing- masing mengembangkan formulasi yang
berbeda-beda, para pakar pembangunan jemaat yang lain pada umumnya mempunyai garis pemikiran
yang kira-kira sama. G.L. Goedhart secara singkat mengatakan bahwa pembangunan jemaat adalah
usaha untuk secara sistematis menolong jemaat agar ia sungguh-sungguh menjadi jemaat Yesus Kristus
pada masa kini. R. Bons-Storm menggariskan bahwa pembangunan jemaat adalah suatu proses
perubahan dalam dan oleh jemaat, yang melaluinya Injil dari Allah yang mengasihi manusia,
diberlakukan dengan semakin meyakinkan atau ‘dapat dipercaya’ (geloofwaardiger) di tengah-tengah
masyarakat pada masa kini, sehingga Injil itu dapat menjadi kuasa yang efektif untuk mengubah
manusia, yaitu kuasa yang membebaskan manusia untuk menjadi kekasih Allah dan kekasih sesama di
dunia Pemahaman tentang Pembangunan jemaat adalah keseluruhan upaya yang dilakukan oleh jemaat
untuk merencanakan dan melaksanakan proses-proses perubahan (transformasi) secara menyeluruh,
terpadu, terarah dan bersinambung, dalam hubungan timbal-balik dengan masyarakat di mana jemaat
hidup dan berkarya, 7

2. agar jemaat mampu mewujudkan persekutuan serta melaksanakan kesaksian dan pelayanan sesuai
dengan kehendak Allah di dalam Kristus di tengah lingkungannya. (Tata Gereja GKI: Tata Dasar Pasal
7.1 ). Proses perubahan (transformasi) secara menyeluruh tersebut harus dapat di pahami oleh seluruh
anggota jemaat sehingga menghasilkan jemaat vital & menarik. Pemahaman jemaat vital & menarik
diterangkan oleh Jan Hendrik dalam metode lima factor sebagai berikut : 1. Iklim Iklim yang baik atau
iklim positif di mana orang bekerja dengan senang hati dan efektif. Bila iklim positi berfungsi maka akan
terjadi dua hal sebagai berikut (1) Semakin banyak orang berpartisipasi dengan lebih sering dan senang.
(2) Tujuan- tujuan dapat tercapai lebih banyak dan lebih baik. Keadaan tersebut dapat tercapai bila
anggota jemaat “biasa” dipandang sebagai subjek bukan objek. Mereka perlu mendapat perhatian dan
hormat sebagai manusia karena mereka cukup unik dan memiliki kemampuan untuk ikut berpartisipasi.
Prosedur komunikasi dalam iklim yang positip memiliki komunikasi yang intensif, informasi yang relevan.
Di mana informasi itu mengalir terus dan mereka berkomunikasi dengan bebas ke segala jurusan, dari
bawah ke atas, dan dari atas ke bawah. Hal ini berarti juga bahwa kita harus saling membuka diri dan
memperlihatkan bahwa orang lain boleh berada. itulah persyaratan bagi komunikasi terbuka serta
akrab, dan merupakan basis bagi pembangunan koinonia. Selain komunikasi, bisa juga pengambilan
keputusan dalam kegiatan pada suatu kebijakan diambil lewat konsensus oleh dewan atau anggota
jemaat. Sedangkan merumuskan tujuan, dapat dirumuskan secara bersama. Keadaan ini akan
menguntungkan realisasi tujuan-tujuan sehingga mencapai vitalisasi. Misalnya dalam kelompok kerja
untuk diakonia, kaderisasi, atau anggota jemaat. Disini orang menjalankan pekerjaan yang lebih
berkualitas kalau iklim baik, daripada kalau iklim kurang baik. Anggota biasa diikutsertakan sebagai
subyek dan pemimpin diajak untuk bertindak sesuai dengan pandangan itu. Implikasinya ialah bahwa
anggota biasa dianggap sebagai manusia yang ikut mengambil keputusan dan partisipasi dalam kuasa.1
Sejauh manakah manusia dapat merealisasikan diri sebagai manusia dewasa dalam kebebasan dan
tanggung jawab. di segala jenjang dan dalam segala 1 Jan Hendriks, h 49 2

3. perkumpulan serta relasi sosial, masyarakat harus ditata sedemikian rupa sehingga manusia dilibatkan
dalam penentuan tujuan - kebijakan yang mempengaruhi situasi mereka sendiri. Khas bagi iklim positif
ialah bahwa anggota jemaat biasa dilihat sebagai subjek, sebagai manusia yang dipanggil untuk memikul
tanggung jawab dalam kebebasan. dalam rangka jemaat hal itu berarti bahwa anggota jemaat
bertanggung jawab tidak hanya atas pelaksanaan kebijakan melainkan pula atas perumusan kebijakan.
Gagasan ini ikut distimulasikan oleh pengembangan modern dalam masyarakat, yang terarah kepada
pendewasaan, pengikutsertaan, demoktratisasi dan emansipasi. Akan tetapi, gagasan ini akhirnya
berakar dalam fakta dasar teologis bahwa Roh dicurahkan atas semua. Saling melihat sebagai subjek
berarti dalam jemaat juga saling menerima menurut apa adanya "tanpa bertengkar tentang opini
mereka" 2. Kepemimpinan Kepemimpinan yang menggairahkan memiliki gaya dan cara kepemimpinan
yang fungsinya melayani dan tidak sebagai memerintah. Pemimpin seperti ini mempunyai pengaruh
besar terhadap vitalitas organisasi. Maka keadaan ini dapat menjadi titik tolak menuju perubahan.
Sehingga penting untuk diselidiki bagaimana kepemimpinan diwujudkan sedemikian rupa sehingga
orang berpartisipasi dalam organisasi dengan senang hati dan efektif. Secara khusus akan diselidiki apa
implikasinya bagi karakter, fungsi-fungsi serta gaya kepemimpinan.2 Kepemimpinan yang baik memiliki
karakter sebagai abdi jemaat, gaya yang memotivasikan orang lewat bermusyawarah dengan fungsi
memberi perhatian terhadap “relasi”, sehingga dapat menolong, mendukung orang/kelompok.
Kepemimpinan adalah suatu tindakan (aksi) yang dapat mempengaruhi. Kepemimpinan dapat dilihat
dari beberapa sudut. Pertama-tama kepemimpinan adalah posisi. Sebuah perusahaan atau organisasi
mempunyai pemimpin, bahkan suatu kelompok informal pun mempunyai pemimpin. Kepemimpinan
adalah juga relasi. Pemimpin adalah tokoh yang per definisi menjadi panutan dari orang banyak.
Beberapa syarat pimpinan yang baik yaitu Pimpinan dapat mendengarkan dengan baik, dapat menerima
kritik, mudah didekati, mampu, berusaha mengurangi kekuasaan. Mereka mengikuti sang pemimpin bisa
jadi karena kharismanya, atau 2 Ibid, h 68 3

4. karena minat pribadi masing-masing, atau sekadar karena struktur organisasi. Namun kepemimpinan
adalah pada hakikatnya tindakan atau aksi. Seorang pemimpin dikenali dari bagaimana ia melaksanakan
tindak kepemimpinannya. Dalam terang ini kepemimpinan pada dasarnya didefinisikan sebagai:
Kepemimpinan adalah tindakan mempengaruhi. Ia adalah seni atau proses memengaruhi orang-orang,
agar mereka dengan sukarela dan bersemangat (antusias) mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan
kelompok /organisasi.3 Mereka menginginkan supaya struktur dibangun berbeda, tidak berdasarkan
kebutuhan pimpinan untuk menguasai organisasi, melainkan berdasarkan gagasan bahwa struktur harus
sedemikian rupa sehingga memungkinkan pimpinan untuk mendukung dan membantu para anggota.
Titik perhatian yang mempengaruhi struktur tidak lagi span of control (semakin mengontrol organisasi)
melainkan span of support (semakin mendukung).4 Apakah ada perbedaan antara kepemimpinan umum
dengan kepemimpinan di dalam gereja? Ada dua hal yang secara hakiki dan terutama membedakan
keduanya. Yang pertama ialah badan atau organisasi di mana kepemimpinan dilaksanakan, karena
kepemimpinan tidak pernah berfungsi untuk dirinya sendiri, melainkan bagi kelompok atau organisasi.
Karena itu badan atau organisasi yang bersangkutan menentukan bagaimana kepemimpinan
dilaksanakan.Dan yang kedua adalah manusia atau anggota dari organisasi yang bersangkutan. Karena,
oleh dan untuk merekalah kepemimpinan dilaksanakan. Dan di sini oganisasi yang bersangkutan adalah
berarti gereja atau jemaat, dan manusianya adalah para anggotanya. Hal ini relevan dengan beberapa
prinsip dasar pembangunan jemaat bagi kepemimpinan di dalam gereja. Meminjam definisi Schippers,
“pembangunan jemaat” adalah: fungsi dasar dari jemaat, yang dengannya jemaat, melalui pelayanan
kepemimpinan, membuka diri bagi karunia kehidupan dan pertumbuhan, dan dengan bantuan metode-
metode yang tersedia dan cocok, berusaha mewujudnyatakan hakikatnya sebagai jemaat yang sesuai
dengan maksud Yesus Kristus di dunia. 3. Struktur 3 . Koontz, H. & Weirich, H., Essentials of
Management, Singapore, 1990, h 344. 4 Ibid, h 71 4

5. Struktur organisasi ikut mempengaruhi pembangunan jemaat, dalam pembahasannya dibagi atas (1)
Relasi antar individu (2) Relasi antar kelompok untuk mendapatkan komposisi yang mengairahkan. (1C
Struktur organisasi yang memiliki relasi antar individu Struktur akan mengambil tempat yang sentral di
mana keseluruhan relasi dan hubungan antara orang memegang posisi-posisi organisatoris formal atau
informal, institusional atau bukan institusional memiliki hubungan yang erat. Pieper membedakan tiga
macam relasi yang disebutnya Gemeinschaft, Gesellschaft dan organization. Ketiga macam ini berbeda
menurut dasar relasi atau titik kristalisasi. Dari ketiga macam relasi yang disebut Pieper diatas yang
terbaik, adalah Gemeinschaft dengan ketentuaan sebagai berikut (1) keterbukaan di mana manusia tidak
menyembunyikan rahasia satu sama lain. Keterbukaan itu hanya mengenai hal yang dimiliki bersama. (2)
Pengorbanan adalah kerelaan untuk mendahuluiyang dimiliki bersama atas kepentingan pribadi (3)
Kelangsungan di mana sifat relasi memerlukan kontak langsung beretemu muka sehingga ada
keterikatan. (2C Struktur organisasi yang memiliki relasi antar kelompok Tidak kebetulan saja orang yang
menekankan pimpinan sebagai pelayanan, menganjurkan supaya garis komunikasi antara pemimpin dan
anggota diperpendek (struktur yang datar) oleh Likert disebut Struktur organisasi S1, selain itu dapat
juga Struktur kelompok-kelompok yang saling menutupi (struktur S4) oleh Likert struktur ini terdiri atas
cohesive work groups….linked togther by persons who hold overlapping memberships in two or more
groups Mereka menginginkan supaya struktur dibangun berbeda. Struktur organisasi vital dan menarik
cirkan oleh kesederhanaan, desentralisasi, kadar komuniasi yang tinggi antara kelompok-kelompok atau
kelompok-dewan. Unsur-unsur ini tidak lepas satu dengan lain tetapi harus dicocokan dan dimasukan
kedalam model “group-group dalam satu system” 4. Tujuan dan Tugas Pentingnya tujuan dan tugas
dalam pembangunan jemaat di mana tujuan ialah sesuatu yang dikejar, dan tugas ialah pekerjaan yang
disanggupi oleh seseorang atau 5

6. kelompok. Tujuan dan tugas itu erat hubungannya. Melalui tugas orang mengejar sesuatu, itulah
disebut tujuan. Beraneka ciri dari tujuan dan tugas itu berpengaruh besar terhadap vitalitas organisasi.
Yang penting ialah bahwa tujuan itu jelas, konkret, dihayati bersama dan menggairahkan. Demi
pelaksanaan tugas jelas, menarik, menuntut, menantang namun terjangkau dan relevan. Penting juga,
bahwa orang diberi ruang untuk berfungsi sebagai subjek.. 5. Identitas Pada umumnya dapat dikatakan
bahwa organisasi yang mempunyai konsepsi identitas yang jelas dan yang dimiliki bersama lebih
menarik daripada organisasi yang tidak mempunyai konsepsi atau yang konsepsi identitasnya kurang
jelas. Namun demikian tidak dapat dikatakan juga bahwa konsepsi yang jelas selalu meningkatkan sifat
menarik. Penting isi konsepsi juga dan lebih-lebih kecocokan konsepsi itu dengan faktor-faktor yang
berpengaruh positif terhadap menariknya organisasi. Organisasi dengan identitas yang jelas dan
bersama biasanya berpengaruh positif terhadap vitalitas organisasi, di mana (1) kedua aspek identitas
diintegrasikan dalam satu konsepsi (2) Konsepsi dihayati bersama (shared)5 Kelima faktor tersebut
diatas dapat mempengaruhi pembangunan jemaat. Dalam pengertian kelima faktor tersebut sebagai
parameter yang menjadi key succes factor dalam analisis SWOT untuk mendapatkan strategi
pembangunan jemaat. Melalui study review terhadap beberapa literature pilihan yang berkaitan
langsung dengan aspek yang dibahas serta melalui pengamatan langsung dilapangan, maka melalui
pendekatan dengan menggunakan analisis SWOT dan analissis tabulasi silang sederhana kegiatan ini
dapat dilakukan. Lokasi penelitian dilakukan di GKPY. C. Teori analisis SWOT sebagai alat formulasi
strategi. Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai faktor
secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses)
suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-ancaman (Threats) dari
lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi. . Ibid, h 148 5 Ibid, h 172 6

7. KEKUATAN (Strengths) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang berjalan dengan baik atau sumber
daya yang dapat dikendalikan. KELEMAHAN (Weaknesses) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang
tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh
organisasi. KESEMPATAN (Opportunities) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif. ANCAMAN
(Threats) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang negatif. MATRIK SWOT adalah alat untuk menyusun
faktor-faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Peluang dan ancaman eksternal menunjuk pada berbagai kejadian ekonomi, sosial, budaya,
demografis, lingkungan hidup, politik, hukum, pemerintah, teknologi dan kompetitif yang dapat secara
signifikan menguntungkan atau merugikan suatu organisasi di masa yang akan datang. Sebagian besar
peluang dan ancaman berada di luar kendali satu organisasi-itulah makanya kata eksternal dipilih disini.
Peluang dan ancaman lain bisa terjadi bila aturan perundang-undangan yang baru, introduksi produk
baru oleh pesaing, bencana nasional, atau penurunan nilai dolar. Kekuatan pesaing juga dapat menjadi
sebuah ancaman. Kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas terkontrol suatu organisasi
yang mampu dijalankan dengan sangat baik atau buruk. Mengidentifikasi serta mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan organisasi dalam wilayah-wilayah fungsional suatu bisnis merupakan sebuah aktifitas
manajemen strategis yang esensial. Organisasi berjuang untuk menjalankan strategi yang mampu
menggandakan kekuatan internal sekaligus meniadakan kelemahan internal. Faktor-faktor internal
dapat ditentukan dengan sejumlah cara, termasuk menghitung rasio, mengukur kinerja dan
membandingkan dengan pencapaian masa lalu. Berbagai jenis survey juga dapat dikembangkan dan
dijalankan untuk menilai faktor-faktor internal seperti semangat kerja karyawan, efisiensi produksi,
efektivitas iklan dan loyalitas konsumen.6 6 Fred R.David, Strategic Management, manajemen Strategis
Konsep. (Jakarta:Penerbit Salemba Empat, 2009) hal,17-18 7

8. Salah satu aspek utama dari manajemen strategi adalah bahwa perusahaan perlu merumuskan
berbagai strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang eksternal dan menghindari atau
meminimalkan dampak ancaman eksternal. Karena alasan ini, identifikasi, pengawasan dan evaluasi
peluang dan ancaman eksternal sangat penting bagi keberhasilan. Diagram 1. Analisis SWOT 7 BERBAGAI
PELUANG 1. Mendukung strategi Agresif 3. Mendukung strategi Turn around KEKUATAN INTERNAL
KELEMAHAN INTERNAL 2. Mendukung strategi Diversifikasi 4. Mendukung strategi Defensif BERBAGAI
ANCAMAN Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapt memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini 7 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis,
Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi abad 21.(Jakarta : PT Gramedia, 2009), hal
19,20 8

9. adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy) Kuadran 2 :
Meskipun menghadapi berbagai anaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal.
Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang
pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala kelemahan internal.
Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut
peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Analisis SWOT biasa
digunakan untuk mengevaluasi kesempatan dan tantangan di lingkungan bisnis maupun pada
lingkungan internal perusahaan. Manajer tingkat atas menggunakan SWOT untuk mendorong refleksi
diri dan diskusi kelompok tentang bagaimana mengembangkan perusahaan dan posisinya untuk
mencapai sukses. Untuk memudahkan dalam melaksanakan analisis SWOT diperlukan matriks SWOT.
Matriks SWOT akan mempermudah merumuskan berbagai strategi yang perlu dijalankan oleh suatu
perusahaan. Matriks SWOT tersebut dibuat dengan cara mengelompokkan masing-masing problem
unsur SWOT dalam tabel untuk menunjukkan matriks. Pada dasarnya alternatif strategi yang diambil
harus diarahkan pada usaha- usaha untuk menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan,
memanfaatkan peluang-peluang bisnis serta mengantisipasi ancaman. Sehingga dari matriks SWOT
tersebut akan diperoleh empat kelompok alternatif strategi yang disebut dengan strategi SO, strategi
WO, Strategi ST dan strategi WT. TABEL 1. MATRIKS ANALISIS SWOT STRENGTH(S) Daftar semua
kekuatan yang dimiliki WEAKNESS(W) Daftar semua kelemahan yang dimiliki OPPORTUNITIES(O) Strategi
SO Strategi WO 9

10. Daftar semua peluang yang dapat di identifikasi Gunakan semua kekuatan yang dimiliki untuk
memanfaatkan peluang yang ada. Atasi semua kelemahan dengan memanfaatkan semua peluang yang
ada. THREATS(T) Daftar semua ancaman yang dapat di identifikasi Strategi ST Gunakan semua kekuatan
untuk menghindar dari semua ancaman Strategi WT Tekan semua kelemahan dan cegah semua
ancaman. Sumber : Kuncoro & Suharjono (2003.2 bab 9) Dengan matriks seperti dibawah ini, kemudian
dilakukan positioning, untuk mengukur posisi. Caranya adalah dengan terlebih dahulu membuat
prioritas, mulai dari aspek yang paling berpengaruh hingga ke aspek yang paling tidak berpengaruh.
Setelah itu, tentukan persentasi bobotnya. Sebagai contoh, bobot masing-masing aspek tersebut
dirangkum dalam tabel ini.8 TABEL 2.PEMBOBOTAN ASPEK-ASPEK INTERNAL DAN EKSTERNAL ASPEK
INTERNAL NILAI SKOR BOBOT SKOR TERTINGGI Sumber Daya Manusia Sedang 2 25 % 0.5 Produk Kuat 3
20 % 0.6 Pelayanan Lemah 1 20 % 0.2 Teknologi Lemah 1 15 % 0.15 Budaya Kerja Sedang 2 10 % 0.2
Manajemen Kuat 3 10 % 0.3 Total 1.95 ASPEK EKSTERNAL NILAI SKOR BOBOT SKOR TERTINGGI Customer
Tidak Menarik 1 25 % 0.25 Pesaing Tidak menarik 1 20 % 0.2 Sosial Ekonomi Menarik 3 20 % 0.6
Peraturan Sedang 2 15 % 0.3 Total 1.35 Sumber : Kuncoro & Suharjono (2003.2 bab 9) D. Teori Strategik
Strategi merupakan sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan dan
menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam
lingkungannya.(Coulter, 2002:7). aB Definisi Strategi Dalam perkembangannya, konsep mengenai
strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep mengenai strategi
8 Ibid hal 52 10

11. selama 30 tahun terakhir. Untuk jelasnya, kita bisa melihat perkembangan tersebut dalam berbagai
definisi berikut ini. Chandler (1962) Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965) Strategi merupakan alat untuk menciptakan
keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan, apakah bisnis
tersebut harus ada atau tidak ada ?. Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) Strategi
merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal
serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Porter (1985) Strategi
adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Andrews (1980), Chaffe (1985)
Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer,
karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak
langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan. Hamel dan Prahalad (1995) Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus menerus dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang, apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan ?. Dengan demikian perencanaan 11

12. strategi hampir selalu di mulai dari ”apa yang dapat terjadi” bukan dimulai dari ”apa yang terjadi”.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti
(core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan. b4
Manajemen Strategi Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam
merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan- keputusan lintas-fungsional yang
memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Managemen strategi digunakan utnuk merujuk
pada perumusan, implementasi, dan evaluasi strategi. Sedangkan perencanaan strategi menunjuk hanya
pada perumusan strategi. c. Penyusunan dan perumusan strategi Penyusunan strategi adalah individu-
individu yang paling bertanggung jawab bagi keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi. Dengan
kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta mengorganisasi informasi. Mereka melacak
kecenderungan-kecenderungan industri dan kompetitif, mengembangkan model peramalan dan analisis
skenario, mengevaluasi kinerja korporat dan individual, mencari peluang-peluang pasar,
mengidentifikasi ancaman terhadap bisnis, dan mengembangkan rancangan aksi yang kreatif.9
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk
membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategi dan keuangan perusahaan, serta
merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik.
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi yaitu: 1).
Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi
perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut. 9 Ibid hal 15 12

13. 2). Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan
serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya. 3).
Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang
dirancang berdasarkan analisis sebelumnya. 4). Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi
berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal
yang dihadapi. 5) Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka
panjang. (Hariadi, 2005). d. Penerapan Strategi Penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk
menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber
daya. Sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Penerapan strategi mencakup
pengembangan budaya yang suportif pada strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif,
pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan, pemanfaat sistem
informasi dan pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi. Penerapan strategi yang
dipandang berhasil, pada umumnya ditentukan oleh kepiawaian para perumusannya. Selain itu, ia juga
merupakan kombinasi dan perpaduan serasi antara empat karakteristik utama yang terdiri atas :10
1).Tujuan yang mudah dipahami oleh setiap pribadi yang terlibat dalam perusahaan. Yang dimaksud
disini adalah bahwa setiap anggota organisasi atau perusahaan dengan mengetahui, apakah yang
hendak dicapai oleh lembaga tempat mereka bernaung itu?. Serta, bagaimana mereka melakukan
berbagai tindakan yang menunjang tujuan tersebut ? atau setidaknya bersedia untuk tidak melakukan
perbuatan yang merugikan. 10 Fitri Lukiastuti Kurniawan. Muliawan H, Manajemen Strategik Dalam
Organisasi (Yogyakarta:Med Press, 2008), hal15 13

14. 2).Penilaian dan analisis secara cermat atas lingkungan internal serta eksternal. Seringkali
kemampuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan secara rinci serta peluang dan
ancaman yang ada merupakan setengah dari keberhasilan. Sehingga perusahaan tinggal
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada sembari berusaha keras menghindari tindakan
yang mengandung resiko. 3).Penilaian dan alokasi sumber daya yang tepat Apa saja sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan dan dialokasikan untuk kegiatan yang mana harus dipikirkan secara cermat agar
tidak terjadi kemubaziran di satu sisi serta kekurangn sumber daya di sisi lain. 4).Kemampuan melakukan
improvisasi sesuai dengan perkembangan keadaan. e. Penilaian Strategi Penilaian strategi adalah tahap
terahir dalam manajemen strategis. Managemen mesti tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan
dengan baik. Penilaian atau evaluasi strategi merupakan cara utama untuk memperoleh informasi.
Semua stategi terbuka untuk dimodifikasi di masa yang akan datang karena berbagai faktor eksternal
dan internal terus menerus berubah. Tiga aktivitas penilaian strategi yang mendasar adalah :
1).Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi saat ini.
2).Pengukuran kinerja, dan 3) Pengambilan langkah korektif. Penilaian strategi diperlukan karena apa
yang berhasil saat ini tidak selalu berhasil pada saat yang akan datang. Keberhasilan senantiasa
menciptakan persoalan baru dan berbeda. Organisasi yang mudah berpuas diri akan mengalami
kegagalan. 11 Diagram 2. Model manajemen Strategis 11 Fred R.David, Strategic Management,
manajemen Strategis Konsep. (Jakarta:Penerbit salemba Empat, 2009) hal,5-7 14

15. Analisis Eksternal O & T Mengembangkan Visi, Misi,Tujuan Penerapan Strategi Rencana Jangka
Panjang (perumusan strategi) Analisis Internal S&W Tujuan dapat didefinisikan sebagai hasil-hasil
spesifik yang ingin diraih oleh suatu organisasi terkait dengan visi, misi dasarnya. Jangka panjang berarti
lebih dari satu tahun. Tujuan sangat penting bagi keberhasilan organisasi. Sebagai menyatakan arah,
membantu dalam evaluasi, menciptakan sinergi, menjelaskan prioritas, memfokuskan koordinasi, dan
menyediakan landasan bagi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta pengontrolan.
Tujuan sebaiknya menantang, terukur, konsisten, masuk akal serta jelas. Dalam sebuah perusahaan
multidimensional, tujuan harus ditetapkan untuk keseluruhan perusahaan dan untuk tiap-tiap divisi.12
Setiap langkah yang dirumuskan belum tentu akan bertemu dengan keadaan yang diinginkan. Manakala
keadaan telah berubah, perumusan kebijaksanaan harus mampu melakukan modifikasi atau bahkan
perombakan atas strategi yang dirancang itu. 12 Ibid hal 18 15

16. f. Master Strategy Dengan merujuk pada pandangan Dan Schendel dan Charles Hofer, Higgins (1985)
menjelaskan adanya empat tingkatan strategi. Keseluruhannya disebut Master Strategy, yaitu:
enterprise strategy, corporate strategy, business strategy dan functional strategy. 13 1). Enterprise
Strategy Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap organisasi mempunyai hubungan
dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang berada di luar organisasi yang tidak dapat
dikontrol. Di dalam masyarakat yang tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai kelompok lain
seperti kelompok penekan, kelompok politik dan kelompok sosial lainnya. Jadi dalam strategi enterprise
terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat
menguntungkan organisasi. Strategi itu juga menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh bekerja
dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat. 2).
Corporate Strategy Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut Grand Strategy
yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi. Pertanyaan apa yang menjadi bisnis atau
urusan kita dan bagaimana kita mengendalikan bisnis itu, tidak semata-mata untuk dijawab oleh
organisasi bisnis, tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan dan organisasi nonprofit. Apakah misi
universitas yang utama? Apakah misi yayasan ini, yayasan itu, apakah misi lembaga ini, lembaga itu?
Apakah misi utama direktorat jenderal ini, direktorat jenderal itu? Apakah misi badan ini, badan itu?
Begitu seterusnya. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu sangat penting dan kalau keliru
dijawab bisa fatal. Misalnya, kalau jawaban terhadap misi universitas ialah terjun kedalam dunia bisnis
agar menjadi kaya maka akibatnya bisa menjadi buruk, baik terhadap anak didiknya, terhadap
pemerintah, maupun terhadap bangsa dan negaranya. Bagaimana misi itu dijalankan juga penting. Ini
memerlukan keputusan-keputusan strategi dan perencanaan strategi yang selayaknya juga disiapkan
oleh setiap organisasi. 13 Strickland Thompsn. Strategic Management Concepts and Cases 4 th edition
(Homewood,Illionis: BPI, 1987) p 54 16

17. 3). Business Strategy Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah
masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa, para pengusaha, para donor
dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan strategi
yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik. 4). Functional
Strategy Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain. Ada
tiga jenis strategi functional yaitu: • Strategi functional ekonomi yaitu mencakup fungsi-fungsi yang
memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan
dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan • Strategi functional
manajemen, mencakup fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, implementating,
controlling, staffing, leading, motivating, communicating, decision making, representing, dan integrating.
• Fungsi utama strategi ialah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui
maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah (J. Salusu, p 101, 1996). Tingkat-tingkat
strategi itu merupakan kesatuan yang bulat dan menjadi isyarat bagi setiap pengambil keputusan
tertinggi bahwa mengelola organisasi tidak boleh dilihat dari sudut kerapian administratif semata, tetapi
juga hendaknya memperhitungkan soal “kesehatan” organisasi dari sudut ekonomi (J. Salusu, p 104,
1996). g. Jenis-jenis Strategi Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan,
namun strategi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh. Di perusahaan yang besar
dan terdiversifikasi, strategi kombinasi biasanya digunakan ketika divisi-divisi yang berlainan
menjalankan strategi yang berbeda. Juga, organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin
menggunakan gabungan dari 17

18. sejumlah strategi defensif, seperti divestasi, likuidasi, dan rasionalisasi biaya secara bersamaan.
Jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut: 1: Strategi Integrasi Integrasi ke depan, integrasi ke belakang,
integrasi horizontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal
memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan / atau pesaing. 2)
Strategi Intensif Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif
karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk
yang ada hendak ditingkatkan. 3) Strategi Diversifikasi Terdapat tiga jenis strategi diversifikasi, yaitu
diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih
terkait biasanya disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait
untuk pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal. Menambah produk atau jasa baru yang
tidak disebut diversifikasi konglomerat. 4: Strategi Defensif Disamping strategi integrative, intensif, dan
diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi.
Rasionalisasi Biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya
dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut
sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk
memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya, perencana
strategi bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari para pemegang saham,
karyawan dan media. Divestasi adalah menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi. Divestasi sering
digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akusisi atau investasi
strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk
melepaskan 18

19. organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar, atau tidak
cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan. Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah
perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan
dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan. Namun, barangkali lebih
baik berhenti beroperasi daripada terus menderita kerugian dalam jumlah besar. 5: Strategi Umum
Michael Porter Menurut Porter, ada tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi
memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan
ketiganya strategi umum. Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya
per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga. Diferensiasi adalah
strategi dengan tujuan membuat produk dan menyediakan jasa yang dianggap unik di seluruh industri
dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Fokus
berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil
konsumen (David, p.231, 2004) Bab V. Daftar Pustaka Abineno, J.L Ch. Garis-Garis Besar Hukum Gereja.
(Jakarta: BPK Penabur,2009) David. Fred.R.Strategic Management, Manajemen Strategis Konsep. Ed 12
( Jakarta:Penerbit Salemba Empat, 2009) 19

20. Hendriks, Jan. Jemaat Vital & Menarik, Seri Pembangunan Jemaat. (Yogyakarta : Penerbit
Kanisius,2002) Kurniawan Fitri L & Muliawan Hamdani. Manajemen Strategik dalam Organisasi
(Yogyakarta: Medd Press, 2008) Kuncoro Mudrajad. Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan
Kompetitif ? (Jakarta: penerbit Erlangga, 2006) Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab. (Jakarta : LAI,1995)
Porter, Michael E. Strategi Bersaing, Teknis Menganalisis Industri dan Pesaing. (Jakarta : Penerbit
Erlangga,1980) Rangkuti Freddy. Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis, Reorientasi Konsep
perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21 (Jakarta: Penerbit PT Gramedia,2009) Strickland
Thompson. Strategic Management. Concepts and Cases, Fourth Edition. (Homewood,Illionis: BPI, 1987
Van Hooijdonk ,P.G. Batu Batu Yang Hidup. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1996) 20

Anda mungkin juga menyukai