Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “H” DENGAN CA CERVIX POST

OP NEFROSTOMI SINISTRA DI RUANG RAJAWALI 4B RSUP DR.


KARIADI SEMARANG

Di susun Oleh :
SYAFITRI FEBRIANI
G3A017020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARAN

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal
dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil
lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul
pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit
kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program
skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai
sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks
(Geovani, 2011).
Kanker leher rahim (Ca Cervix) merupakan penyakit kanker kedua terbanyak yang
dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for Research on Cancer
(IARC), 85% dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah sekitar 493.000 dengan 273.000
kematian, terjadi di Negara-negara berkembang, dan Indonesia merupakan mempunyai
jumlah pengidap kanker serviks kedua terbesar setelah Cina.
Di seluruh dunia, di perkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker serviks baru dan 250.000
kematian setiap tahunnya yang kurang lebih 80% terjadi di negara sedang berkembang. Di
Indonesia, insidens kanker serviks di perkirakan kurang lebih 40.000 kasus pertahun dan
masih merupakan kanker wanita yang tersering. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di
negara - negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut.
Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati
urutan pertama daftar kanker yang di derita kaum wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar
100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker serviks yang
sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif
cepat. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit di temukan dalam keadaan
stadium lanjut. Selama kurun waktu 5 tahun, usia penderita antara 30 - 60 tahun, terbanyak
antara 45 - 50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu
sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita berusia <35 tahun menunjukkan kanker serviks yang

2
invasif pada saat di diagnosis, sedangkan 53% dari kanker insitu terdapat pada wanita di
bawah usia 35 tahun.

1.2 Tujuan Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan yang terdiri dari tujuan umum
dan tujuan khusus sebagai berikut:
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah memberikan gambaran
mengenai penerapan asuhan keperawatan pada klien ca serviks.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ilmiah ini adalah agar dapat menggambarkan
tentang :
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari ca serviks.
b. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab dari ca serviks.
c. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis dari ca serviks.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan ca
serviks.

1.3 Metode Penulisan


Pada metode penulisan makalah ini saya mengumpulkan referensi yang relevan dari
referensi dan juga internet.

1.4 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari poin – poin yang penting,
diantaranya yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Konsep dasar yang berisi diantaranya Hernia : Definisi, anatomi fisiologi,
etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan
penunjang, komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan, pengkajian.
Distraksi : Definisi, jenis – jenis distraksi, jenis – jenis musik, tujuan,
manfaat distraksi.
Relaksasi : Definisi, jenis – jenis relaksasi, tujuan, manfaat, metode, faktor
– faktor yang mempengaruhi tarik nafas dalam.
BAB III : Resume Asuhan Keperawatan
BAB IV : Aplikasi jurnal EBN, pengkajian, penerapan EBN, analisa sintesa, landasan
teori.
BAB V : Justifikasi tindakan, mekanisme pemilihan, kelebihan dan kekurangan.
BAB VI : Kesimpulan dan penutup
Daftar pustaka

3
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

2.1 Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher Rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina
( Diananda,Rama, 2009 ).
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan
epitel pada daerah serviks uteri. (Wilson and Price, 1995: 1137).
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada organ
reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina (Sarjadi, 2001).

2.2 Etiologi
Menurut Dr imam Rasjidi (2010), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kanker
serviks adalah :
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan
yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka
keadaannya disebut kanker serviks.

4
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada
kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh
beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka kejadian
kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )

2. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun)
Berganti - ganti pasangan seksual. Suami atau pasangan seksualnya melakukan
hubungan seksual pertama pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah
menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
4. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
5. Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat
meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian
kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
6. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
7. Golongan ekonomi lemah
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan
pendidikan yang rendah.

2.3 Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan gejala
atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat berkembang
menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul
masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja
sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah
keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk
biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil
masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut
5
diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada pengobatan
kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah,
sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan,
penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan
efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul
masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak
buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat
bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Price, syivia
Anderson, 2005).

2.4 Pemeriksaan Diagnostik Penunjang


Menurut Prof. R Sulaiman (2006 ), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat bermanfaat
untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan
dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan
tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara
histologik.
2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang
dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya
didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan
morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan
pola epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan
perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat seluruhnya
dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian
kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil
secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam
sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
4. Konisasi

6
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa
sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis servikalis
sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan
dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan
kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan,
dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol
( yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah
dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi
diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai berikut :
a. Proses dicurigai berada di endoserviks.
b. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
c. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
d. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.

2.5 Manifestasi Klinik


Menurut Dr RamaDiananda (2009 ), manifestasi klinis dari kanker serviks, yaitu :
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.

2.6 Klasifikasi
Menurut Dr Imam Rasjidi (2010 ), klasifikasi dari kanker serviks, yaitu :
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat kriteria
Tahap 0 : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada
serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada
pembuluh limfa atau pembuluh darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologic menunjukkan
invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina
(bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi
atau kedua sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate
tumor.

7
TahapIIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada
dinding panggul.
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah
satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe yang teraba tidak
merata pada dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau
kedua ureter tersumbat oleh tumor.
Tahap III : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke
parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau
proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah
terjadi metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa
rektrum dan atau kandung kemih. Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Bambang Sarwiji (2011), penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain :
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut
hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang
biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat
tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka
harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih
lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam
ginekologi. Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus
termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana proliferasi
termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar,
termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal anatara
lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama
terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun,
kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post
pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake
8
cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan
melakukan perawatan kulit dan mulut. Dalam terapi radiasi internal yang perlu
dipertimbangkan dalam perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi
aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan
untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter sesuai
indikasi, latihan nafas panjang dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga tentang
pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monior tanda -
tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan
cairan parenteral sampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan post
pengobatan antara lain menghindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis,
emboli pulmonal dan pneumonia), monitor intake dan output cairan.

2.8 Pengkajian Fokus


Menurut Doengoes (2005 ), pengkajian fokus yang dapat dilakukan pada pasien kanker
serviks yaitu :
Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual. Salah satu faktor yang
menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah umur 18 tahun.
1. Perilaku seks berganti - ganti pasangan
Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker serviks
dapat ditularkan dengan mudah.
2. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap smear secara
rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
3. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan kurangnya
pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker seviks.
4. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, peran diri,
emosional.
5. Perineum; keputihan, bau, kebersihan
Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher Rahim yang mulai
mengalami metastase.
6. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan abnor malita
pada organ - organ daerah panggul.
7. Perasaan berat daerah perut bagian bawah
Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf - syaraf
disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat pada daerah
tersebut.
8. Gaya hidup

9
Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat memicu sel
kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang – orang dengan gemar berganti - ganti
pasangan dengan mengesampingkan efek negatifnya kemungkinan besar dapat timbul
gejala - gejala tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker leher rahim.
9. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara siklus haid
adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.
10. Riwayat Keluarga
Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.

2.9 Pathway

10
2.10 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian sel.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
karena proses eksternal Radiologi .
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervaginam ( darah,
keputihan ).
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pengobatan.

2.11 Fokus Intervensi


1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian sel.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria :
a. pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0 - 3.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala nyeri.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi, imajinasi, message.
Rasional : Mengurangi rasa nyeri
c. Awasi dan pantau TTV.
Rasional : Mengetahui tanda kegawatan.
d. Berikan posisi yang nyaman.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri.
e. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : Mengontrol nyeri maksimum.

11
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
karena proses eksternal Radiologi .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi dipertahankan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
a. Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas.
b. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
c. Berat badan klein normal.
d. Hasil hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi pasien
Rasional : Untuk mengetahui status nutrisi
b. Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Memantau peningkatan BB.
c. Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya protein dan tetap sesuai
diit ( Rendah Garam ).
Rasional : Kebutuhan jaringan metabolik adequat oleh nutrisi.
d. Pantau masukan makanan setiap hari.
Rasional : Identifikasi defisiensi nutrisi.
e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.
Rasional : Agar nutrisi terpenuhi.

3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervaginam (darah,


keputihan).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pasien tidak terjadi penyebaran
infeksi dan dapat menjaga diri dari infeksi .
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar serviks
b. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
c. Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien, pasien
d. keluarga, pasien ke pasien lain dan klien ke pengunjung.
e. Tidak timbul tanda - tanda infeksi karena lingkungan yang buruk
f. .Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit.
Intervensi :
a. Kaji adanya infeksi disekitar area serviks.
Rasional : Mengurangi terjadinya infeksi.
b. Tekankan pada pentingnya personal hygiene.
Rasional : Agar tidak terjadi penyebaran infeksi.
c. Pantau tanda - tanda vital terutama suhu.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi.
d. Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan antisepik.
Rasional : Membantu mempercepat penyembuhan.
e. Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi.
f. Koloborasi pemeberian antibiotik.

4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pengobatan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan hilang atau berkurang.
12
Kriterial hasil :
a. Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang atau berkurang.
b. Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
c. Pasien tampak rileks, tampak senang karena mendapat perhatian.
d. Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai dan mengklarifikasi rasa takut.
e. Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan
f. pengobatan dan klien mendapat dukungan dari terdekat.
Intervensi :
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya.
b. Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk.
Rasional : Membantu mengurangi kecemasan.
c. mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan klien.
d. Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan menyentuh klien.
Rasional : Meningkatkan kemampuan kontrol cemas.
e. Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa
takut.Beri informasi akurat, konsisten mengenai prognosis, pengobatan serta
dukungan orang terdekat.
Rasional : Mengurangi kecemasan.

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas

Tanggal Masuk : 08 Mei 2018 Pukul 21.50


Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2018
Nama Inisial : Ny H
No.RM : C675217
Tanggal Lahir/ Umur : 15 Desember 1984/33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Suwawal Rt. 006 Rw. 003
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia
Status Obstetri k : P2A0 pasca post op nefrostomi atas indikasi Ca Servix
Diagnosa : Ca Servix
13
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri diperut bagian bawah pasca AL I
P : Klien mengatakan nyeri bertambah ketika beraktifitas
Q : Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri yang dirasakan klien diperut bagian bawah
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri yang dirasakan klien terus menerus

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada bulan januari 2018 klien mengeluh keluar banyak darah seperti menstruasi
setelah melakukan suntik KB. Setelah 2 minggu darah tidak kunjung berhenti dan
klien datang kembali untuk mengganti suntik KB menjadi pil tetapi darah masih tetap

tidak berhenti ± 2 minggu. Akhirnya klien datang ke RSUD Tugurejo untuk


memeriksakan keadaannya dan ternyata klien didiagnosis ca servix. Setelah dari
RSUD Tugurejo klien di rujuk ke RSUP Dr. Kariadi Semarang. Selain itu klien juga
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Setelah di Rumah sakit klien diminta untuk
rawat inap di ruang Rajawali 4b , klien telah diberikan terapi infus RL 20tpm.
Klien sudah menjalani kemoterapi dan sinar luar. Lalu klien diprogramkan untuk
melakukan AL I pada tanggal 22 Mei 2018.

3. Riawayat Penyakit Masa Lalu


Klien mempunyai riwayat penyakit lambung.

4. Riwayat Menstruasi
Menarche : Umur 14 tahun
Siklus menstruasi : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Ada riwayat disminore atau nyeri saat menstruasi.

5. Riwayat KB
Klien pernah Kb suntik 3 bulan tetapi karena perdarahan klien pindah KB pil.

6. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)


a. Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5°C
b. Keadaan Umum : Baik, Kesadaran Composmentis GCS 15
c. Kulit : bersih, klien tampak pucat
d. Kepala : machosepal, tidak ada hematome, tidak ada nyeri tekan

14
e. Mata : Simetris, tidak oedem, conjungtiva merah muda, sclera berwarna putih
terdapat gambaran tipis pembuluh darah, pupil isokor
f. Rambut : berwarna hitam, tidak ada ketombe, mudah rontok, keadaan bersih
g. Mulut, tenggorokan, hidung : bersih, tidak terdapat karies gigi, tidak ada stomatitis,
sekret hidung bersih, tidak memakai alat bantu, fungsi baik, proses menelan baik.
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, nadi karotis teraba, tidak ada
pembesaran limfoid
i. Thorax
Paru-paru :
I : simetris
P : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus (getaran) sama
P : sonor(perkusi jaringan normal)
A : bunyi nafas vesikuler (normal)

Jantung :
I : simetris, tidak tampak Ictus Cordis
P : letak IC tidak bergeser (disebelah medial linea midklavikularis sinistra)
P : normal
A : bunyi jantung interval (normal), keteraturan (reguler)

Payudara : membesar simetris, tidak ada nyeri tekan, putting susu menonjol, tidak
ada colostrum.
j. Abdomen :
I : simetris datar, terdapat luka post op pada bagian belakang (nefrostomi)
A : suara bising usus 18x / menit ( 5-24x/menit )
P : terdapat nyeri tekan pada bagian perut bagian bawah
P : tympani
k. Genetalia
Kebersihan : adanya cairan berwarna kuning keruh (keputihan)
Vulva tidak oedem dan tidak ada varises
Tampak pengeluaran keputihan, berwarna kuning keruh,bau khas.
l. Ekstermitas
Atas: terpasang infus ditangan kanan RL 20 tpm.
Bawah : tidak ada varises maupun edem

7. Kebutuhan Dasar Khusus :


Kebutuhan Sebelum AL I Sesudah AL I
1.Oksigenasi Baik, tidak sesak, tanpa Baik, tidak sesak, tidak ada
bantuan alat bantuan alat
2.Nutrisi BB : 38Kg Klien mengatakan makan

15
Diet terakhir nasi makanan yang diberikan
Kemampuan mengunyah
rumah sakit yaitu
dan menelan baik, tanpa jenis diet TKTP (Nasi) 3x/hari
ada alat tambahan secara oral,
Berat badan Ny. H adalah 38
kg
Kemampuan mengunyah dan
menelan baik, tanpa ada alat
tambahan
3.Cairan Intake : Oral :
-Oral Air putih 800 cc
Jenis : air putih 1200cc Terpasang Infus RL
4.Eliminasi BAB : 1-2 x/hari BAK : 600cc
BAK : 4-5 x/hari pada saat klien terpasang selang
BAK ada nyeri nefrostomi
BAB : 1-2x/hari
5.Pola istirahat Tidur : 7-8 jam/hari Tidur : 6-5 jam/hari
Klien tidak bisa tidur karena
dan tidur:
masih merasakan nyeri dan
sering BAK

8. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium ( 22 Mei 2018 )
Nama test hasil Satuan Nilai rujukan
Elektrolit
Natrium 133 mmol/L 136 – 145
Kalium 3.0 mmol/L 3.5 – 5.1
Chlorida 96 mmol/L 98 - 107
Pemeriksaan Radiologi : tanggal 23 Mei 2018
Pemeriksaan USG abdomen
Klinis : Ca Cervix

Hepar : ukuran tak membesar, parenkim homogen, ekogenesitas parenkim normal,


tak tampak nodul, v porta tak melebar, v hepatica tak melebar.
Duktus Biliaris : intra dan ekstrahepalal tak melebar
Vesika Felea : ukuran normal, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak tampak sludge
Pankreas : parenkim homogen, tak tampak massa maupun klasifikasi
Kelenjar para Aorta : tak tampak nodul pada aorta
Lien : tak membesar, tak tampak massa, v lienalis tak melebar
Ginjal kanan : ukuran normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks,
tak tampak batu, PCS tak melebar, ureter proksimal tak melebar

16
Ginjal kiri : ukuran normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks,
tak tampak batu, PCS tak melebar, sedang ureter proksimal tampak melebar
Vesika urinaria : dinding tak menebal, permukaan rata, tak tampak batu, tak tampak massa
Uterus : ukuran tak membesar , endometrial line tidak menebal
Tampak lesi isohipaechoic bentuk lobulated batas tegas tepi irregular pada region cervix uteri

(ukuran ± 4.35 x 3.79cm)


Tampak cairan bebas intraabdomen
Tampak cairan supradiafragma kanan kiri

Kesan :
1. Massa cervix uteri (ukuran ±4.35 x 3.79cm)
2. Moderate hidronefrosis dan hidroureter proksimal kiri
3. Tak tampak nodul pada hepar, lien, maupun limf adenopati paraaorta yang mencurigakan
suatu metastasis.
4. Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ – organ intraabdomen di atas.

Terapi :
Infus RL 20 tpm
Po :
 Etabion 1 tablet/12 jam
 KSR 600 mg/8 jam
 NaCL 1 tablet/8 jam
 Asam Mefenamat 500 mg/8 jam

17
Analisa Data
NO Tanggal DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. 21 Mei DS : Agen Cedera Nyeri Akut
Klien Mengatakan Nyeri
2018 fisik (post op
diperut bagian bawah pasca
nefrostomi)
AL
P : Klien mengatakan
nyeri bertambah ketika
beraktifitas
Q : Nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk-
tusuk
R : Nyeri yang
dirasakan klien diperut
bagian bawah
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri yang
dirasakan klien terus menerus

DO :
 I : simetris datar, terdapat
luka post op pada bagian
belakang (nefrostomi)
A : suara bising usus 18x
/ menit ( 5-24x/menit )
P : terdapat nyeri tekan
pada bagian perut bagian
bawah
P : tympani
 Klien Tampak Meringis
menahan nyeri
 Klien Gelisah
 Terdapat becap warna
hitam pada abdomen

18
bagian depan dan
belakang pasca sinar luar.
 Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5°C.
 Aktifitas klien dibantu
oleh keluarga seperti
makan, minum
 klien tampak lemas
 Klien terpasang infus
2. 21 Mei Ds : Pasien mengatakan Tindakan Resiko
2018 sakit pada luka bekas invasif infeksi
operasi Luka Post
Operasi
Do :

 Terdapat Luka post


operasi panjang ± 8 cm.
 Tampak pasien terbaring
diatas tempat tidur
 Tampak tidak ada tanda
tanda infeksi
(lubor,color,tumor,dolor,f
ungsiolles)
 Tanda tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5°C.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post op
nefrostomi).
b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif luka post operasi

Perencanaan Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Ttd
Keperawatan hasil

19
1. 21 Mei Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri klien, Syafitri
2018 nyaman : nyeri tindakan perhatikan lokasi
akut keperawatan 2x24 nyeri, lama dan
berhubungan jam diharapkan intensitas nyeri.
2. Ajarkan klien teknik
dengan agen Nyeri klien hilang
relaksasi napas dalam
cedera atau berkurang,
3. Berikan posisi dan
dengan Kriteria
tindakan kenyamanan
hasil :
dasar (reposisi,
1. Klien rileks
2. Klien gosokan punggung
mengatakan dan aktivitas hiburan)
4. Kolaborasi dengan
nyeri berkurang
3. Skala nyeri 1-2 tim medis dalam
4. Klien tenang
pemberian analgetik.
 Asam Mefenamat
500mg (oral)

2. 21 Mei Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan Syafitri


2018 berhubungan tindakan umum klien
2. Kaji terhadap
dengan keperawatan 2x24
kemungkinan
tindakan invasif jam diharapkan
terjadinya indikasi
luka post resiko infeksi tidak
infeksi
operasi terjadi dengan
3. Kaji luka dan
Kriteria hasil :
tanda-tanda infeksi
1. Tidak ada pus
4. Monitor tanda-
2. Luka bersih
3. Tidak ada tanda vital
tanda-tanda terutama suhu dan
infeksi RR
4. Balutan luka 5. Gunakan tehnik
bersih aseptik ketika
5. Klien nyaman
melakukan
dan rileks
perawatan luka
6. Suhu tubuh 36-
6. Anjurkan klien
370 C, RR 16-
mengkonsumsi
24x/menit
makanan tinggi

20
kalori dan tinggi
protein
7. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian
antibiotik

Implementasi Keperawatan
Tanggal 21 Mei 2018
No Tgl/jam Implementasi Respon Ttd
1. Senin, 1. Mengobservasi S:- Syafitri
21 Mei O:
keadaan umum
 Klien Tampak terbaring
2018
klien
14.00 lemah diatas tempat tidur
 Kesadaran composmentis

14.30 S : Klien Mengatakan Nyeri


diperut bagian bawah pasca AL
2. Mengkaji nyeri P : Klien mengatakan
klien nyeri bertambah ketika
beraktifitas
Q : Nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri yang dirasakan
klien diperut bagian bawah
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri yang dirasakan
klien terus menerus

O : skala nyeri 4

S : klien mengatakan bersedia


untuk mengikuti.
O:
 Klien tampak mengikuti
15.00 ajaran perawat untuk
3. Mengajarkan
melakukan teknik relaksasi

21
klien teknik napas dalam.
relaksasi napas
S : klien mengatakan jika
dalam
berbaring lebih nyaman.
O:
15.30
 Klien memilih posisi
berbaring untuk mengurangi
nyeri.
18.00
4. Memberikan S:-
posisi dan O :
tindakan  Klien meminum obatnya
kenyamanan
dasar (reposisi)

S:-

5. Memberikan O:-

obat oral TD : 130/70 mmhg


 Asam RR : 20 x/menit
Mefenamat N : 82 x/menit
500 mg S : 36,20 C

6. Mengukur tanda-
tanda vital
2. Senin, 1. Mengkaji S:- Syafitri
21 Mei O:
Keadaan umum
2018
klien  Keadaan umum baik,
16.00
Kesadaran composmentis
16.30 S:-
O:
2. Mengkaji luka  Tampak tidak ada tanda-
dan tanda-tanda tanda infeksi.
 Panjang luka ± 8 cm.
infeksi

17.00 S:-

O:

22
TD : 130/70 mmhg

3. Mengukur tanda- RR : 20 x/menit


tanda vital
N : 82 x/menit
terutama suhu

17.30 dan RR S : 36,20 C

S : klien mengatakan hanya


memakan, makanan yang
disediakan dari rumah sakit.

4. Menganjurkan O:

klien
 Klien tampak makan nasi
mengkonsumsi
dan lauk pauk dengan diit
makanan tinggi
tinggi karbohidratdan tinggi
kalori dan tinggi
protein
protein.

Implementasi tanggal 22 Mei 2017


No Tgl/jam Implementasi Respon Ttd
1. Selasa, 1. Mengobservasi S : klien mengatakan jika Syafitri
22 Mei
keadaan umum tubuhnya masih terasa lemas.
2018 O:
klien
14.00  Klien Tampak terbaring
diatas tempat tidur
 Kesadaran composmentis
14.30
S : Klien mengatakan nyeri
2. Mengkaji nyeri
berkurang
klien
P : Klien mengatakan nyeri
bertambah ketika beraktifitas
Q : Nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri yang dirasakan
klien diperut bagian bawah
S : Skala nyeri 4
15.00 T : Nyeri yang dirasakan

23
klien saat bergerak.
O : skala nyeri masih 4.

S : Klien mengatakan jika ia


mulai melakukan teknik tarik
nafas dalam jika merasa nyeri.
3. Mengajarkan
15.30
O:
klien teknik
napas  Klien tampak mengikuti
relaksasi
ajaran perawat untuk
dalam
melakukan teknik relaksasi
18.00
napas dalam

S:-
O:

4. Memberikan  Klien terlihat lebih sering

posisi dan terbaring.

tindakan
kenyamanan S:-
dasar (reposisi) O:
TD : 120/70 mmhg
5. Mengukur tanda- RR : 20 x/menit
tanda vital N : 80 x/menit
S : 36,80 C
2. Selasa, 22 1. Mengkaji S:- Syafitri
O:
Mei 2018 Keadaan umum
 Keadaan umum baik,
16.00
klien
Kesadaran composmentis

16.30
2. Mengkaji luka
S:-
dan tanda-tanda
O:
infeksi
 Tampak tidak ada tanda-tanda
17.00
infeksi.

3. Mengukur tanda- S : -
tanda vital O:

24
terutama suhu TD : 120/70 mmhg
dan RR RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,80 C

4. Menganjurkan
S : Pasien mengatakan jika ia
klien
tidak pernah mengkonsumsi
mengkonsumsi
makanan dari luar.
makanan tinggi
O:
kalori dan tinggi
 Klien tampak makan nasi dan
protein.
lauk pauk dengan diit tinggi
karbohidrat dan tinggi protein

Implementasi tanggal 23 Mei 2018


No Tgl/jam Implementasi Respon Ttd
1. Rabu, 1. Mengobservasi keadaan S : Pasien mengatakan Syafitri
23 Mei 2018 umum klien jika tubuhnya sudah
20.00 merasa rileks.
O:
Klien sudah mulai bisa
duduk di atas tempat
tidur.
2. Memberikan obat oral
20.00
melalui intravena S : Pasien mengatakan
 Asam traneksamat 500
jika ia sudah meminum
mg obat yang diberikan.
O : klien meminum obat
3. Mengkaji nyeri klien yang diberikan.
20.30

S : Klien mengatakan
nyeri berkurang
P : Klien mengatakan
nyeri bertambah ketika
beraktifitas
Q : Nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk

25
R : Nyeri yang dirasakan
klien diperut bagian
21.00 bawah
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri yang dirasakan
klien hilang timbul.
O : skala nyeri 3
21.00 4. Menganjurkan klien
teknik relaksasi napas S : -
dalam jika masih nyeri. O:
 Klien mempraktikkan
5. Mengukur tanda-tanda tarik nafas dalam
vital ketika nyeri.

S:-
O:
TD : 130/70 mmhg
RR : 20 x/menit
N : 84 x/menit
S : 36,50 C
2. Rabu, 23 Mei 1. Mengkaji Keadaan umum S : klien mengatakan jika Syafitri
2018 klien. tubuhnya sudah mulai
21.00 enakan.
O : klien masih terbaring
di tempat tidur, duduk di
2. Mengkaji luka dan tanda- tempat tidur.
21.10
tanda infeksi.
S:-
O:
 Tidak ada tanda –
3. Mengukur tanda-tanda tanda infeksi.
vital terutama suhu dan  Balutan klien sudah
RR . diganti.

S:-

26
O:
4. Menganjurkan klien
TD : 130/70 mmhg
mengkonsumsi makanan
RR : 20 x/menit
tinggi kalori dan tinggi
N : 84 x/menit
protein.
S : 36,50 C

S : klien mengatakan
makanan yang disediakan
selalu habis.
O : makanan yang
disediakan dari rumah
sakit habis.

Evaluasi (Catatan Perkembangan)


Tanggal 21 Mei 2018
Tgl/jam Dx Catatan Perkembangan Ttd
21/05/2018 1. S: Klien mengatakan nyeri berkurang Syafitri
P : Klien mengatakan nyeri bertambah ketika
beraktifitas
Q : Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri yang dirasakan klien diperut bagian
bawah
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri yang dirasakan klien saat bergerak
O:
1. Klien Tampak Meringis menahan nyeri
2. Terdapat becap hitam pada abdomen klien bagian
depan dan belakang.
3. Aktifitas klien sebagian dibantu oleh keluarga
seperti makan, minum
4. klien tampak lemas
5. Klien tampak terpasang infus dan selang kateter
6. TTV
TD : 120/80 mmhg
RR : 18 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,10 C
A : Masalah nyeri belum teratasi

27
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengobservasi keadaan umum klien
2. Mengkaji nyeri klien
3. Mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam
4. Memberikan posisi dan tindakan kenyamanan
dasar (reposisi)
5. Memberikan obat oral
6. Mengukur tanda-tanda vital

S : Pasien mengatakan sakit sudah berkurang pada


luka bekas operasi
O:
1. Terdapat Luka post operasi panjang ± 8 cm.
2. Tampak pasien terbaring diatas tempat tidur
3. Tampak tidak ada tanda tanda infeksi
21/05/2018 Syafitri
(lubor,color,tumor,dolor,fungsiolles)
4. TTV
TD : 130/70 mmhg

RR : 20 x/menit

N : 82 x/menit

S : 36,20 C

A : Masalah resiko infeksi belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan

1. Mengkaji Keadaan umum klien


2. Mengkaji luka dan tanda-tanda infeksi
3. Mengukur tanda-tanda vital terutama suhu dan
RR.
4. Menganjurkan klien mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan tinggi protein.

Catatan Perkembangan tanggal 22 Mei 2018


Tgl/jam Dx Catatan Perkembangan Ttd

28
22/05/2018 1. S: Klien mengatakan nyeri berkurang Syafitri
P : Klien mengatakan nyeri bertambah ketika
beraktifitas
Q : Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri yang dirasakan klien diperut bagian bawah
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri yang dirasakan klien terus menerus
O:
1. Klien rileks
2. Klien melakukan teknik nafas dalam yang telah
diajarkan untuk mengurangi nyeri.
3. Aktifitas klien dibantu oleh keluarga seperti
makan, minum
4. klien tampak lemas
5. Klien hanya berbaring di tempat tidur
6. Klien tampak terpasang infus.
7. TTV
TD : 120/70 mmhg
RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,80 C
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengobservasi keadaan umum klien
2. Memberikan obat oral melalui intravena
3. Mengkaji nyeri klien
4. Menganjurkan klien teknik relaksasi napas
dalam jika masih nyeri.
5. Mengukur tanda-tanda vital
22/05/2018 2. S : Pasien mengatakan sakit pada luka bekas operasi Syafitri
O:
1. Terdapat Luka post operasi panjang ± 8 cm.
2. Tampak pasien terbaring diatas tempat tidur
3. Tampak tidak ada tanda tanda infeksi
(lubor,color,tumor,dolor,fungsiolles)

29
4. TTV
TD : 120/70 mmhg

RR : 20 x/menit

N : 80 x/menit

S : 36,80 C

A : Masalah resiko infeksi belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji Keadaan umum klien.
2. Mengkaji luka dan tanda-tanda infeksi.
3. Mengukur tanda-tanda vital terutama suhu dan
RR .
4. Menganjurkan klien mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan tinggi protein.

Catatan Perkembangan tanggal 23 Mei 2018


Tgl/jam Dx Catatan Perkembangan Ttd

30
23 /05/2018 1. S: Klien mengatakan nyeri berkurang Syafitri
P : Klien mengatakan nyeri bertambah ketika
beraktifitas
Q : Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri yang dirasakan klien diperut bagian bawah
S : Skala nyeri 2
T : Nyeri yang dirasakan klien hilang timbul
O:
1. Klien rileks
2. Klien mulai bisa duduk di atas tempat tidur
walaupun masih dibantu dengan keluarga.
3. Klien tampak terpasang infus
4. TTV
TD : 130/70 mmhg
RR : 20 x/menit
N : 84 x/menit
S : 36,50 C
A : Masalah nyeri teratasi.
P : Intervensi dihentikan.

23/05/2018 2. S : Pasien mengatakan sakit pada luka bekas operasi Syafitri


O:
1. Tampak tidak ada tanda tanda infeksi
(lubor,color,tumor,dolor,fungsiolles)
2. Pembalut luka sudah diganti
3. TTV
TD : 130/70 mmhg
RR : 20 x/menit
N : 84 x/menit
S : 36,50 C
A : Masalah resiko infeksi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Mengkaji Keadaan umum klien.
2. Mengkaji luka dan tanda-tanda infeksi.
3. Mengukur tanda-tanda vital terutama suhu dan
RR .
4. Menganjurkan klien mengkonsumsi makanan

31
tinggi kalori dan tinggi protein.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini seorang wanita bernama Ny.H berusia 33 tahun dengan
diagnosa medis ca servix. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik-ginekologik, serta pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

laboratorium. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah terjadinya haid ± 1 bulan dan rasa
nyeri dibagian abdomen. Gejala yang ditimbulkan yaitu perdarahan, rasa nyeri, gejala dan
tanda penekanan, serta infertilisasi. Pada kasus ini, beberapa dari gejala tersebut
didapatkan pada Ny.”H”.
Pada kasus ini diagnosa yang ditegakkan adalah nyeri akut b.d agen cedera fisik (post
op nefrostomi) dan resiko infeksi b.d tindakan invasif luka post operasi. Alasan diangkat
diagnosa pertama yaitu nyeri akut b.d agen cedera fisik (post op nefrostomi) adalah karena
nyeri akut ini berlangsung kurang dari 3 bulan dan kondisi klinis terkait diagnosa ini yaitu
pasien dengan kondisi akut yang salah satunya adalah agen cedera fisik (post op nefrostomi)

32
dan tanda mayornya berdasarkan SDKI terdapat pada pasien ini misalnya pasien gelisah,
pasien tampak meringis, bersikap protektif (waspada menghindari nyeri), sulit tidur dan tanda
minornya berdasarkan SDKI terdapat pada pasien ini misalnya nafsu makan terganggu.
Alasan diangkat diagnosa kedua yaitu resiko infeksi b.d tindakan invasif luka post operasi
adalah karena pasien ini telak melakukan operasi dan apabila balutan luka tidak diganti dan
juga luka dalam keadaan yang basah maka mempermudah pertumbuhan bakteri, berdasarkan
SDKI juga faktor resiko pasien terkena infeksi yaitu salah satunya efek prosedur invasif.
Intervensi untuk nyeri adalah Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi, ajarkan klien
teknik relaksasi napas dalam, berikan posisi dan tindakan kenyamanan dasar (reposisi,
gosokan punggung dan aktivitas hiburan), kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
analgetik. Untuk diagnosa kedua yaitu resiko infeksi adalah observasi keadaan umum klien,
kaji terhadap kemungkinan terjadinya indikasi infeksi, kaji luka dan tanda-tanda infeksi,
monitor tanda-tanda vital terutama suhu dan RR, gunakan tehnik aseptik ketika melakukan
perawatan luka, anjurkan klien mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein,
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik. Semua intervensi ini bisa dilakukan
ke pasien.
Implementasi dilakukan dari tanggal 21-23 Mei 2018, semua intervensi terlaksanakan
hanya saja untuk kolaborasi pemberian anlgetik adan antibiotik tidak terlaksana karena pasien
hanya mendapatkan obat Infus RL 20tpm, Etabion 1 tablet/12 jam, KSR 600 mg/8 jam, NaCL
1 tablet/8 jam, Asam Mefenamat 500 mg/8 jam.
Evaluasi di lakukan pada tanggal 23 Mei 2018 jam 06 : 00 WIB, untuk dignosa pertama,
Data subjektifnya : Klien mengatakan nyeri berkurang, P : Klien mengatakan nyeri
bertambah ketika beraktifitas, Q : Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, R : Nyeri yang
dirasakan klien diperut bagian bawah, S : Skala nyeri 2, T : Nyeri yang dirasakan klien hilang
timbul. Data objektifnya : klien terlihat rileks, klien mulai bisa duduk di atas tempat tidur
walaupun masih dibantu dengan keluarga, klien tampak terpasang infus, TTV : TD : 130/70
mmhg, RR : 20 x/menit, N : 84 x/menit, S : 36,50 C. Untuk dignosa kedua, Data
subjektifnya : pasien mengatakan sakit pada luka bekas operasi. Data objektifnya : tampak
tidak ada tanda tanda infeksi (lubor,color,tumor,dolor,fungsiolles), pembalut luka sudah
diganti, TTV : TD : 130/70 mmhg, RR : 20 x/menit, N : 84 x/menit, S : 36,50 C.

Selama implementasi apa yang dianjurkan perawat pasien mendengarkan dan melakukan
yang telah diajarkan, pasien mudah diajak kerjasama, pasien kooperatif.

33
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks (organ
yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa tipe kanker serviks. Tipe yang
paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC), yang merupakan 80 hingga 85
persen dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV).

IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi
kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)

IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan
mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%
(Wijaya Delia, 2010).

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dalam pembuatan
makalah ini kami tidak luput dari kesalahan.Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bambang sarwiji. 2008. Nursing undersanding disease.PT Indeks ,Jakarta

Brunner & Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawaan Medikal Bedah. EGC, Jakarta.

Carpenito, lynda juall.2001. Diagnosa Keperawatan. EGC, Jakarta.

Diananda,Rama. 2009.Mengenal seluk Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahati

Doengoes, Marilyn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Edisi III. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta
: EGC.

Lynda juall.2005. Buku saku diagnosa keperawatan. EGC, Jakarta

Rasjidi,imam.2010. Manual Prakanker serviks. Jakarta cv sagung seto

Rosenberg & Craf marta dkk.2010. Diagnosa keperawatan Definisi & klasifikasi. Digna
pustaka : Yogyakarta.

Sarjadi.2001 . Patologi Ginekologi.Jakarta Hipokrates.

Sarwiji, Bambang.2011. Nursing: memahami berbagai masalah penyakit. PT :


indeks Jakarta Barat

35

Anda mungkin juga menyukai