Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah dan perjuangan adalah rangkaian berbagai peristiwa yang berkesinambungan.


Masa sekarang merupakan kelanjutan dari perjuangan masa lalu. Siapa yang tidak
mengetahui masa lalunya, maka dia tidak akan bisa berjuang menyusun masa depannya
menjadi lebih baik. Dari masa lalulah kita belajar berjuang menyusun masa depan kita.
Sejarah dan perjuangan akan terus berulang, sehingga kita perlu membuka kembali
lembaran-lembaran masa silam tentang eksistensi kita sebagai muslim. Umat islam perlu
mengetahui masa lalu mereka, bagaimana agama islam ini pertama kali ditegakkan,
seberapa jauh rintangan yang dihadapi oleh sang pembawa risalah Ilahiliyah sehingga
beliau bisa menegakkan agama Ilahi di muka bumi ini.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penulis membuat makalah ini:

1. Sebagai acuan dalam proses belajar mengajar.

2. Untuk memenuhi pembuatan tugas mata kuliah SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM.

3. Sebagai penambahan wawasan bagi penulis dan pembaca.

BAB II

PEMBAHASAN
Pada tanggal 12 Rabiul Awal (20 April 571 M), tahun itu disebut tahun Gajah, lahirlah
seorang bayi yang kelak menjadi pemimpin besar dunia. Seorang lelaki pilihan menyandang
predikat Nabi dan Rasul Allah terakhir yang mempunyai nama Ahmad atau Muhammad
yang artinya terpuji.

Beliau lahir dari keluarga yang amat miskin harta tapi kaya akan budi pekerti. Ayah beliau
adalah Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Manaf bin Qusay dari kabilah (suku)
Quraisy. Ibu beliau adalah Aminah binti Wahab Manaf juga dari keturunan Quraisy.

Beliau adalah seorang yatim piatu. Ayahnya wafat 2 bulan sebelum beliau lahir, sedangkan
ibunya wafat ketika ia berusia 6 tahun. Beliau di asuh oleh kakeknya Abdul Muthallib
pemimpin Quraisy. Dan pada usia beliau 9 tahun kakeknya wafat. Asuhanpun beralih pada
paman beliau Abu Thalib.

2.2 Sifat-sifat Muhammad SAW yang Terpuji Dalam Al-Qur’an dan Taurat

Sittul-Ahl binti Alwal telah bercerita kepada kami, dari Baha’ ibn Abdurrahman, dari
Munajahrin ibn Muhammad, dari Hibatullah ibn Ahmad, dari Husain ibn Ali ibn Bat-ha, dari
Muhammad ibn Sa’id Ar-Ras’ini, dari Mu’afi ibn Sulaiman, dari Fulaih, dari Hilal ibn Ali, dari
Atha’ ibn Yasar, ia berkata: “Ceritakanlah kepadaku tentang sifat-sifat Rasulullah yang
digambarkan dalam Taurat!”

Ia menjawab: “Demi Allah, sesungguhnya sifat beliau dalam Taurat adalah sama
sebagaimana sifatnya dalam Al-Qur’an, yaitu: “Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu
untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, sebagai pelindung
orang-orang ummi, engkau adalah hamba dan Rasulku, Aku namakan engkau Al-
Mutawakkil yakni yang tidak kasar lagi beringas, tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan, akan tetapi memaafkan dan mengampuni. Allah tidak akan mencabut nyawaya
sampai agama ini tegak dimuka bumi dan orang-orang berkata “Tidak ada Tuhan selain
Allah”, yang dengan perkataan ini maka dibukakan mata yang buta dan telinga yang tuli
serta hati yang mati.”

2.3 Nabi Muhammad Berdagang

Ketika berumur 12 tahun, Nabi Muhammad saw mengikuti pamannya Abu Thalib
membawa barang dagangannya ke Syam. Sebelum mencapai kota Syam, baru sampai ke
Bushra, bertemulah kafilah Abu Thalib dengan seorang pendeta Nasrani yang alim
“Buhaira” namanya. Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad
SAW maka dinasihatilah Abu Thalib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke
Mekkah, sebab dia khawatir kalau-kalau Muhammad SAW ditemukan orang-orang Yahudi
yang pasti akan menganiayanya atau dengan kata lain akan membunuhnya, Abu Thalib
segera menyelesaikan dagangannya dan kembali ke Mekkah.

Menginjak masa dewasa, Nabi Muhammad SAW mulai berusaha sendiri dalam
penghidupannya. Karena dia terkenal jujur maka seorang janda kaya raya bernama Siti
Khadijah mempercayai beliau untuk membawa barang dagangannya ke Syam. Dalam
perjalanan ke Syam ini, beliau ditemani oleh seorang pembantu Siti Khadijah yang bernama
Maisarah. Dalam benak Muhammad muncullah kembali kenangan perjalanannya yang
pertama ke Syam bersama Abu Thalib kira-kira 13 tahun yang lalu, melalui padang pasir
yang kini sedang menjadi tujuannya pula. Setelah selesai menjual belikan barang dagangan
di Syam, dengan memperoleh laba yang tidak sedikit, merekapun kembali ke Mekkah. Dan
tiba kembali di Mekkah dengan aman dan selamat. Segera ia melaporkan kepada Khadijah
tentang hasil dagangannya itu dan ia menyerahkan keuntungannya kepada Khadijah dalam
keadaan utuh, suatu sikap yang melambangkan kejujuran dan keluhuran pribadi
Muhammad. Betapa kagum Khadijah terhadap kejujuran Muhammad itu, karena ia sangat
terpercaya, menyerahkan semua keuntungan dagangannya, barang dagangan terjual habis,
seolah-olah Muhammad sangat berpengalaman dalam soal berdagang.

2.4 Nabi Muhammad Berkeluarga

Kekaguman Khadijah semakin bertambah mendalam terhadap pribadi Muhammad setelah


mendengarkan laporan-laporan Maisarah yang menyertainya dalam perjalanan niaga itu.
Khadijah terkesan sekali dengan tutur kata, sikap, perangai, tingkah laku dan perbuatan
Muhammad selama kelana niaga itu yang kini sedang dituturkan kembali oleh Maisarah
kepadanya. Akhirnya, perasaan kewanitaannya membersitkan rasa simpati yang sangat
mendalam kepada Muhammad. Khadijah kini mendambakan dirinya hidup disamping
Muhammad. Sebelumnya tidak sedikit laki-laki yang melamar Khadijah, tetapi lamaran
mereka ditolaknya.

Suatu hari Khadijah mengutus pelayan perempuannya yang bernama Nafisah untuk
menyampaikan isi hatinya kepada Muhammad dan pamannya Abu Thalib, Muhammad
kemudian membicarakan lamaran Khadijah itu dengan Abu Thalib. Muhammad menerima
lamaran Khadijah itu dan Abu Thalib setuju. Demikianlah, akhirnya Muhammad dan
Khadijah resmi menikah dengan wali Amru bin Al Asad, Paman Khadijah. Pada saat itu
Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah berumur 40 tahun.

Sesudah berkeluarga itu, Khadijah membebaskan Muhammad mengurusi perniagaannya.


Khadijah sendiri menanganinya seperti keadaan semula dan membiarkan suaminya
menggunakan waktunya untuk berfikir dan merenung.
Muhammad hidup dalam kerumahtanggaan bersama Khadijah hampir 25 tahun lamanya,
sampai tiba saatnya isteri tercinta, Khadijah, meninggal dunia pada tahun kesepuluh
kerasulannya. Perkawinannya dengan Khadijah yang diliputi kebahagiaan, ketenteraman,
kerukunan dan keharmonisan itu memberikan anak-anak yang bernama Al Qasim (Abdul
Qasim), Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah dan Abdullah.

2.5 Nabi Muhammad di Angkat Menjadi Rasul

Saat berusia 40 tahun, beliau lebih banyak mengerjakan tahannuts dari pada waktu-waktu
sebelumnya. Pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan lebih banyak dari biasanya,
karena akan bertahannuts lebih lama dari pada waktu-waktu sebelumnya, dalam
melakukan tahannuts beliau sering mendapatkan mimpi.

Dimalam Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahu 610 Masehi, di waktu Nabi
Muhammad SAW sedang bertahannuts di Gua Hira, datanglah malaikat Jibril membawa
tulisan dan menyuruh Muhammad SAW untuk membacanya, katanya: “Bacalah”. Dengan
terperanjat Nabi Muhammad SAW menjawab: “Aku tidak bisa membaca”. Beliau lalu
direngkuh beberapa kali oleh malaikat Jibril sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan
olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi: “Bacalah”. Tetapi Muhammad masih tetap
menjawab: “Aku tidak bisa membaca”. Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan
akhirnya Muhammad berkata: “Apa yang Kubaca”.

Kemudian Jibril berkata:

Artinya: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat mulia. Yang mengajarkan dengan pena
(tulis baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.Al-Alaq 1-5).

Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dan
inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rasulullah, atau utusan Allah kepada seluruh
umat manusia, untuk menyampaikan risalahnya.

2.6 Nabi Muhammad Berdakwah

Adapun Nabi Muhammad berdakwah dengan melalui dua cara, yakni:


A. Dakwah secara sembunyi-sembunyi

Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu yang kedua ini yang menjelaskan tugas atas
dirinya, mulailah beliau secara sembunyi-sembunyi menyeru keluarganya yang tinggal
dalam satu rumah dan sahabat-sahabat terdekat beliau, seorang demi seorang, agar
mereka meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha Esa. Maka
yang mula-mula iman kepadanya ialah isteri beliau sendiri Siti Khadijah, disusul oleh putera
pamannya yang masih amat muda Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Naritsah, budak yang
kemudian menjadi anak angkat beliau. Setelah itu lalu beliau menyeru Abu Bakar Siddiq,
seorang sahabat karib yang telah lama bergaul dan Abu Bakar pun segera beriman dan
memeluk agama islam.

Dengan perantara Abu Bakar, banyak orang-orang yang memeluk agama islam, antara lain
ialah: Utsman bin ‘Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin
‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah dan masih banyak lagi. Mereka ini dapat gemblengan dan
pelajaran tentang agama islam oleh Rasul sendiri ditempat yang tersembunyi dirumah
Arqam bin Abil Arqam.

B. Menyiarkan Agama Islam Secara Terang-terangan

Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan da’watul afrad, kemudian setelah itu
turunlah firman Allah surat Al-Hijr ayat 94 yang artinya:

“Maka jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang
musyrik”.

Ayat ini memerintahkan pada Rasul agar menyiarkan Islam dengan terang-terangan dan
meninggalkan cara sembunyi-sembunyi itu. Maka mulailah Nabi Muhammad menyeru
kaumnya secara umum ditempat-tempat terbuka untuk menyembah Allah SWT dan meng-
Esakan-Nya. Pertama kali seruan (dakwah) yang bersifat umum ini beliau tujukan kepada
kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk Mekkah pada umumnya yang terdiri dari
bermacam-macam lapisan masyarakat, baik golongan bangsawan, hartawan maupun
hamba sahaya, kemudian kepada kabilah-kabilah yang datang ke Mekkah untuk
mengerjakan haji.

2.7 Tekanan dan Ancaman Kafir Quraisy

Ibnu Ishaq berkata: Orang-oarang kafir Quraisy menyiksa dan menganiaya setiap kabilah
yang masuk islam. Allah menjaga Nabi Muhammad SAW. Dengan perantara pamannya Abu
Thalib. Abu Thalib kemudian mengajak Bani Hasyim dan Bani Muthalib untuk bersama-
sama menjaga Nabi Muhammad dari siksaan orang-orang kafir Quraisy. Maka merekapun
sepakat untuk menjaganya, kecuali Abu Lahab. Yahya ibn Urwah ibn Az-Zubair telah
bercerita padaku, dari ayahnya, dari Abdullah Ibnu ‘Amr: “Aku pernah bertanya kepada
‘Amr: “Bagaimanakah perlakuan Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW yang pernah
kamu lihat?”

Ia menjawab: “Aku pernah bersama kafir Quraisy pada saat mereka sedang berkumpul di
Hijr. Mereka membicarakan tentang Rasulullah SAW dan berkata: “Kami sudah tidak sabar
lagi terhadap orang ini (Muhammad), karena ia telah menghancurkan cita-cita kami dan
mencela tuhan-tuhan kami”.

Pada saat itu juga Rasullullah SAW muncul dan langsung mencium Hajar Aswad dan
kemudian thawaf. Ketika beliau sedang mengelilingi ka’bah, maka kafir Quraisy mencaci
maki beliau dengan kata-kata kasar. Pada putaran kedua mereka mencacinya dengan
perkataan serupa. Pada putaran ketiga maka mereka juga mencaci dengan kata-kata kasar.
Tak hanya sampai disitu, setiap bertemu Rasulullah mereka selalu memperolok-olokkan
Rasullullah.

BAB III

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah dan perjuangan adalah rangkaian berbagai peristiwa yang
berkesinambungan. Masa sekarang merupakan kelanjutan dari perjuangan masa lalu.
Siapa yang tidak mengetahui masa lalunya, maka dia tidak akan bisa berjuang
menyusun masa depannya menjadi lebih baik. Dari masa lalulah kita belajar berjuang
menyusun masa depan kita. Sejarah dan perjuangan akan terus berulang, sehingga
kita perlu membuka kembali lembaran-lembaran masa silam tentang eksistensi kita
sebagai muslim. Umat islam perlu mengetahui masa lalu mereka, bagaimana agama
islam ini pertama kali ditegakkan, seberapa jauh rintangan yang dihadapi oleh sang
pembawa risalah Ilahiliyah sehingga beliau bisa menegakkan agama Ilahi di muka
bumi ini.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini:
1. Sebagai acuan dalam proses belajar mengajar.
2. Untuk memenuhi pembuatan tugas mata kuliah SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM.
3. Sebagai penambahan wawasan bagi penulis dan pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kelahiran Nabi Muhammad SAW


Pada tanggal 12 Rabiul Awal (20 April 571 M), tahun itu disebut tahun
Gajah, lahirlah seorang bayi yang kelak menjadi pemimpin besar dunia. Seorang
lelaki pilihan menyandang predikat Nabi dan Rasul Allah terakhir yang mempunyai
nama Ahmad atau Muhammad yang artinya terpuji.
Beliau lahir dari keluarga yang amat miskin harta tapi kaya akan budi pekerti.
Ayah beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Manaf bin Qusay
dari kabilah (suku) Quraisy. Ibu beliau adalah Aminah binti Wahab Manaf juga dari
keturunan Quraisy.
Beliau adalah seorang yatim piatu. Ayahnya wafat 2 bulan sebelum beliau
lahir, sedangkan ibunya wafat ketika ia berusia 6 tahun. Beliau di asuh oleh
kakeknya Abdul Muthallib pemimpin Quraisy. Dan pada usia beliau 9 tahun
kakeknya wafat. Asuhanpun beralih pada paman beliau Abu Thalib.

2.2 Sifat-sifat Muhammad SAW yang Terpuji Dalam Al-Qur’an dan Taurat
Sittul-Ahl binti Alwal telah bercerita kepada kami, dari Baha’ ibn
Abdurrahman, dari Munajahrin ibn Muhammad, dari Hibatullah ibn Ahmad, dari
Husain ibn Ali ibn Bat-ha, dari Muhammad ibn Sa’id Ar-Ras’ini, dari Mu’afi ibn
Sulaiman, dari Fulaih, dari Hilal ibn Ali, dari Atha’ ibn Yasar, ia berkata:
“Ceritakanlah kepadaku tentang sifat-sifat Rasulullah yang digambarkan dalam
Taurat!”
Ia menjawab: “Demi Allah, sesungguhnya sifat beliau dalam Taurat adalah
sama sebagaimana sifatnya dalam Al-Qur’an, yaitu: “Hai Nabi, sesungguhnya kami
mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,
sebagai pelindung orang-orang ummi, engkau adalah hamba dan Rasulku, Aku
namakan engkau Al-Mutawakkil yakni yang tidak kasar lagi beringas, tidak
membalas kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi memaafkan dan mengampuni.
Allah tidak akan mencabut nyawaya sampai agama ini tegak dimuka bumi dan
orang-orang berkata “Tidak ada Tuhan selain Allah”, yang dengan perkataan ini
maka dibukakan mata yang buta dan telinga yang tuli serta hati yang mati.”
2.3 Nabi Muhammad Berdagang
Ketika berumur 12 tahun, Nabi Muhammad saw mengikuti pamannya Abu
Thalib membawa barang dagangannya ke Syam. Sebelum mencapai kota Syam, baru
sampai ke Bushra, bertemulah kafilah Abu Thalib dengan seorang pendeta Nasrani
yang alim “Buhaira” namanya. Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada
diri Muhammad SAW maka dinasihatilah Abu Thalib agar segera membawa
keponakannya itu pulang ke Mekkah, sebab dia khawatir kalau-kalau Muhammad
SAW ditemukan orang-orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya atau dengan
kata lain akan membunuhnya, Abu Thalib segera menyelesaikan dagangannya dan
kembali ke Mekkah.
Menginjak masa dewasa, Nabi Muhammad SAW mulai berusaha sendiri
dalam penghidupannya. Karena dia terkenal jujur maka seorang janda kaya raya
bernama Siti Khadijah mempercayai beliau untuk membawa barang dagangannya ke
Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini, beliau ditemani oleh seorang pembantu Siti
Khadijah yang bernama Maisarah. Dalam benak Muhammad muncullah kembali
kenangan perjalanannya yang pertama ke Syam bersama Abu Thalib kira-kira 13
tahun yang lalu, melalui padang pasir yang kini sedang menjadi tujuannya pula.
Setelah selesai menjual belikan barang dagangan di Syam, dengan memperoleh laba
yang tidak sedikit, merekapun kembali ke Mekkah. Dan tiba kembali di Mekkah
dengan aman dan selamat. Segera ia melaporkan kepada Khadijah tentang hasil
dagangannya itu dan ia menyerahkan keuntungannya kepada Khadijah dalam
keadaan utuh, suatu sikap yang melambangkan kejujuran dan keluhuran pribadi
Muhammad. Betapa kagum Khadijah terhadap kejujuran Muhammad itu, karena ia
sangat terpercaya, menyerahkan semua keuntungan dagangannya, barang dagangan
terjual habis, seolah-olah Muhammad sangat berpengalaman dalam soal berdagang.
2.4 Nabi Muhammad Berkeluarga
Kekaguman Khadijah semakin bertambah mendalam terhadap pribadi
Muhammad setelah mendengarkan laporan-laporan Maisarah yang menyertainya
dalam perjalanan niaga itu. Khadijah terkesan sekali dengan tutur kata, sikap,
perangai, tingkah laku dan perbuatan Muhammad selama kelana niaga itu yang kini
sedang dituturkan kembali oleh Maisarah kepadanya. Akhirnya, perasaan
kewanitaannya membersitkan rasa simpati yang sangat mendalam kepada
Muhammad. Khadijah kini mendambakan dirinya hidup disamping Muhammad.
Sebelumnya tidak sedikit laki-laki yang melamar Khadijah, tetapi lamaran mereka
ditolaknya.
Suatu hari Khadijah mengutus pelayan perempuannya yang bernama Nafisah
untuk menyampaikan isi hatinya kepada Muhammad dan pamannya Abu Thalib,
Muhammad kemudian membicarakan lamaran Khadijah itu dengan Abu Thalib.
Muhammad menerima lamaran Khadijah itu dan Abu Thalib setuju. Demikianlah,
akhirnya Muhammad dan Khadijah resmi menikah dengan wali Amru bin Al Asad,
Paman Khadijah. Pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah berumur
40 tahun.
Sesudah berkeluarga itu, Khadijah membebaskan Muhammad mengurusi
perniagaannya. Khadijah sendiri menanganinya seperti keadaan semula dan
membiarkan suaminya menggunakan waktunya untuk berfikir dan merenung.
Muhammad hidup dalam kerumahtanggaan bersama Khadijah hampir 25
tahun lamanya, sampai tiba saatnya isteri tercinta, Khadijah, meninggal dunia pada
tahun kesepuluh kerasulannya. Perkawinannya dengan Khadijah yang diliputi
kebahagiaan, ketenteraman, kerukunan dan keharmonisan itu memberikan anak-anak
yang bernama Al Qasim (Abdul Qasim), Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum,
Fatimah dan Abdullah.

2.5 Nabi Muhammad di Angkat Menjadi Rasul


Saat berusia 40 tahun, beliau lebih banyak mengerjakan tahannuts dari pada
waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan lebih
banyak dari biasanya, karena akan bertahannuts lebih lama dari pada waktu-waktu
sebelumnya, dalam melakukan tahannuts beliau sering mendapatkan mimpi.
Dimalam Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahu 610 Masehi, di waktu
Nabi Muhammad SAW sedang bertahannuts di Gua Hira, datanglah malaikat Jibril
membawa tulisan dan menyuruh Muhammad SAW untuk membacanya, katanya:
“Bacalah”. Dengan terperanjat Nabi Muhammad SAW menjawab: “Aku tidak bisa
membaca”. Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh malaikat Jibril sehingga
nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi:
“Bacalah”. Tetapi Muhammad

Kemudian Jibril berkata:


Artinya: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat mulia. Yang
mengajarkan dengan pena (tulis baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (QS.Al-Alaq 1-5).
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW. Dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rasulullah, atau
utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan risalahnya.

2.6 Nabi Muhammad Berdakwah


Adapun Nabi Muhammad berdakwah dengan melalui dua cara, yakni:
A. Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu yang kedua ini yang menjelaskan tugas
atas dirinya, mulailah beliau secara sembunyi-sembunyi menyeru keluarganya yang
tinggal dalam satu rumah dan sahabat-sahabat terdekat beliau, seorang demi seorang,
agar mereka meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha
Esa. Maka yang mula-mula iman kepadanya ialah isteri beliau sendiri Siti Khadijah,
disusul oleh putera pamannya yang masih amat muda Ali bin Abi Thalib dan Zaid
bin Naritsah, budak yang kemudian menjadi anak angkat beliau. Setelah itu lalu
beliau menyeru Abu Bakar Siddiq, seorang sahabat karib yang telah lama bergaul
dan Abu Bakar pun segera beriman dan memeluk agama islam.
Dengan perantara Abu Bakar, banyak orang-orang yang memeluk agama islam,
antara lain ialah: Utsman bin ‘Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash,
Abdurrahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah dan masih banyak lagi. Mereka ini
dapat gemblengan dan pelajaran tentang agama islam oleh Rasul sendiri ditempat
yang tersembunyi dirumah Arqam bin Abil Arqam.

B. Menyiarkan Agama Islam Secara Terang-terangan


Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan da’watul afrad, kemudian setelah
itu turunlah firman Allah surat Al-Hijr ayat 94 yang artinya:
“Maka jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-
orang musyrik”.
Ayat ini memerintahkan pada Rasul agar menyiarkan Islam dengan terang-terangan
dan meninggalkan cara sembunyi-sembunyi itu. Maka mulailah Nabi Muhammad
menyeru kaumnya secara umum ditempat-tempat terbuka untuk menyembah Allah
SWT dan meng-Esakan-Nya. Pertama kali seruan (dakwah) yang bersifat umum ini
beliau tujukan kepada kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk Mekkah pada
umumnya yang terdiri dari bermacam-macam lapisan masyarakat, baik golongan
bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya, kemudian kepada kabilah-kabilah yang
datang ke Mekkah untuk mengerjakan haji.

2.7 Tekanan dan Ancaman Kafir Quraisy


Ibnu Ishaq berkata: Orang-oarang kafir Quraisy menyiksa dan menganiaya
setiap kabilah yang masuk islam. Allah menjaga Nabi Muhammad SAW. Dengan
perantara pamannya Abu Thalib. Abu Thalib kemudian mengajak Bani Hasyim dan
Bani Muthalib untuk bersama-sama menjaga Nabi Muhammad dari siksaan orang-
orang kafir Quraisy. Maka merekapun sepakat untuk menjaganya, kecuali Abu
Lahab. Yahya ibn Urwah ibn Az-Zubair telah bercerita padaku, dari ayahnya, dari
Abdullah Ibnu ‘Amr: “Aku pernah bertanya kepada ‘Amr: “Bagaimanakah perlakuan
Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW yang pernah kamu lihat?”
Ia menjawab: “Aku pernah bersama kafir Quraisy pada saat mereka sedang
berkumpul di Hijr. Mereka membicarakan tentang Rasulullah SAW dan berkata:
“Kami sudah tidak sabar lagi terhadap orang ini (Muhammad), karena ia telah
menghancurkan cita-cita kami dan mencela tuhan-tuhan kami”.
Pada saat itu juga Rasullullah SAW muncul dan langsung mencium Hajar
Aswad dan kemudian thawaf. Ketika beliau sedang mengelilingi ka’bah, maka kafir
Quraisy mencaci maki beliau dengan kata-kata kasar. Pada putaran kedua mereka
mencacinya dengan perkataan serupa. Pada putaran ketiga maka mereka juga
mencaci dengan kata-kata kasar. Tak hanya sampai disitu, setiap bertemu Rasulullah
mereka selalu memperolok-olokkan Rasullullah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Siapapun yang meneliti kehidupan beliau, maka ia akan menemukan pesona-
pesona agung yang pengaruhnya begitu kuat terhadap jiwa manusia. Kita akan
mengetahui bagaimana seorang Muhammad mampu mendobrak tatanan masyarakat
jahiliyah yang begitu keras peradabannya dan menyembah berhala, menjadi
masyarakat yang berakhlak dan menyembah Allah yang satu. Jawabannya adalah,
semua itu karena pengaruh keimanan diiringi dengan kemuliaan akhlak. Yang
diwariskan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT kepadanya:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti luhur.”.

3.2 Saran
Didalam penulisan makalah ini, kami menyadari belum sempurna dan
lengkap menjelaskan bagaimana Perjuangan Nabi Muhammad SAW di Mekkah,
untuk itu diharapkan kepada setiap orang yang membaca makalah ini untuk mencari
dari sumber-sumber/ media yang lain.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Siapapun yang meneliti kehidupan beliau, maka ia akan menemukan pesona-pesona agung
yang pengaruhnya begitu kuat terhadap jiwa manusia. Kita akan mengetahui bagaimana
seorang Muhammad mampu mendobrak tatanan masyarakat jahiliyah yang begitu keras
peradabannya dan menyembah berhala, menjadi masyarakat yang berakhlak dan
menyembah Allah yang satu. Jawabannya adalah, semua itu karena pengaruh keimanan
diiringi dengan kemuliaan akhlak. Yang diwariskan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana
firman Allah SWT kepadanya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar
berbudi pekerti luhur.”.
3.2 Saran

Didalam penulisan makalah ini, kami menyadari belum sempurna dan lengkap menjelaskan
bagaimana Perjuangan Nabi Muhammad SAW di Mekkah, untuk itu diharapkan kepada
setiap orang yang membaca makalah ini untuk mencari dari sumber-sumber/ media yang
lain.

Anda mungkin juga menyukai