Anda di halaman 1dari 21

Pratikum

Mekanisasi pertanian

oleh

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kelompok 4

Fakultas pertanian

Universitas wydya gama mahakam

2019
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................iii

BAB I ........................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
2.1 Tujuan Pratikum ............................................................2

BAB II ...................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................4
2.1 Sejarah Jambuh Biji Kristal ......................................4
2.2 Persyaratan Tumbuhtanaman Jambu Biji...........................................4
2.3 Syarat Tumbh Jambu Tanaman Krista Iklim ................................................5
2.4 Tanah.......................................................6
2.5 Teknik Tanaman Jambu Biji Kristal
2.6 buah Dan Pembungkusan .......................................................................

2.7 panen......................................................................

2.8. hama dan penyakit......................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan pertanian sebagai sumber


mata pencaharian dan sumber pendapatan bagi masyarakat Indonesia. Produksi
pertanian yang tinggi ditentukan oleh kondisi iklim dan tanah. Anomali cuaca
yang sering terjadi saat ini, berdampak pada penurunan atau kenaikan produksi
pertanian hingga mempengaruhi harga. Masuknya berbagai buah impor ke
Indonesia mengharuskan pemerintah untuk membuat kebijakan dalam
menghadapi kondisi ini.

Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah


intensifikasi komoditas hortikultura berupa tanaman buah. Selain berperan dalam
pemenuhan kebutuhan pangan, sektor hortikultura juga mampu memberikan
kontribusi pendapatan domestik bruto (PDB) yang cukup besar. Jambu kristal
termasuk spesies Psidium guajava L. yang merupakan varietas baru sejak tahun
1998, hasil dari bantuan transfer teknologi Taiwan untuk Indonesia dalam
menciptakan berbagai hasil rekayasa genetika. Jambu ini memiliki ciri-ciri, yaitu
rasa manis dengan kadar kemanisan 11─12o briks, bentuk buah bulat sedikit
gepeng terkadang memiliki bentuk yang tidak simetris, kandungan biji kurang
dari 3%, permukaan buah ada tonjolan tidak merata, bobot buah 100─500 gram
per buah, warna kulit hijau muda, sedangkan daging buah putih, tekstur daging
buah renyah seperti buah peer (Wang 2011). Ciri-ciri tersebut menjadikan jambu
biji ini istimewa dibandingkan varietas jambu biji lainnya. Namun, jambu ini
kurang dapat berkembang di Indonesia dikarenakan kurangnya informasi tentang
karakteristik lahan yang sesuai untuk budidaya.

Jambu kristal juga memiliki kandungan gizi yang cukup untuk kebutuhan
gizi harian, salah satunya kandungan vitamin C yang terdapat pada jambu per 100
gramnya sekitar 280% dari nilai harian vitamin C yang direkomendasikan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013). Selain buahnya yang bergizi,
tanaman jambu Kristal juga sangat adaptif di daerah tropis pada ketinggian antara
50─1000 meter di atas permukaan laut dengan suhu berkisar antara 15─34 oC
dan curah hujan sekitar 1000-3800 mm per tahun (Wang 2011). Tanaman
berbuah sepanjang tahun, perawatan intensif menghasilkan umur ekonomis
10─20 tahun, sehingga sangat cocok dikembangkan karena memiliki nilai
komersial tinggi.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang tanamam jambo kristal


yang ada di samboja Kalimantan timur.
2. Dengan adanya penelitian pratium mahasiswa harus mampu masalah yang
terkait dengn tanaman jambu Kristal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah jambu biji kristal

Tanaman jambu biji kristal merupakan hasil mutasi dari jambu bangkok.
Tanaman ini ditemukan oleh dua petani, Xi-Yao Lai dan Jiang-Ming Dong di

Yanchao District, Kaohsiung, Taiwan pada 1991. Kaohsiung terkenal sebagai


sentra hortikultura. Di negeri Formosa, jambu kristal dikenal dengan nama
shuijing ba (shui-jing=kristal) (Wang 2011).

Pertama kali diperkenalkan di Taiwan, pasar merespon positif lantaran


jambu Kristal tergolong unik, dikarenakan berbiji sedikit, bagian buah yang dapat
dimakan banyak, dan berdaging renyah. Namun jambu ini berpeluang berbiji
banyak, sebab jambu Kristal varietas hasil mutasi, bukan generasi hibrida F1
(hasil silangan). Untuk mengurangi resiko berubah kembali, maka pekebun harus
memastikan keaslian bibit. Beberapa lokasi penanaman jambu biji di Taiwan,
pekebun lebih suka menanam jambu mutiara yang juga berbiji sedikit tetapi lebih
banyak dari kristal. Keunggulan jambu mutiara bentuk lebih seragam, membulat
oval. Namun, karena langkanya petani yang menanam kristal dan
produktivitasnya juga lebih rendah daripada mutiara, harga jambu kristal di
Taiwan meningkat.

Jambu kristal masuk ke Indonesia melalui Misi Teknik Taiwan pada tahun
1998. Misi Teknik Taiwan merupakan misi teknik pertanian yang dikirim
pemerintah Taiwan di bawah program International Cooperation and
Development Fund (ICDF) sebagai salah satu bentuk diplomasi Indonesia dengan
Taiwan.

Misi Teknik Taiwan pertama kali mengembangkan jambu kristal di


Mojokerto, Jawa Timur, bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten
Mojokerto. Pada 2006, populasi mencapai 1500 tanaman dari perbanyakan bibit
cangkokan. Sebanyak 1000 pohon dibagikan ke beberapa kelompok tani di
sekitar Mojokerto, salah satunya Mutiara Tani Taiwan. Hasilnya ternyata
memuaskan karena jambu ini sangat adaptif. Desa Tumapel pada ketinggian 58 m
dpl jambu kristal dapat tumbuh dengan baik. Hal yang sama pun terjadi di Pacet,
Mojokerto jambu kristal dapat tumbuh dengan baik walaupun berada di
ketinggian 800 m dpl (Trubus 2014). Hanya saja di dataran tinggi pematangan
buah lebih lama. Pada dataran rendah pematangan buah hanya 2.5─3 bulan
setelah bunga mekar, sedangkan di dataran tinggi bisa sampai 4-5 bulan.
Kerjasama ini tidak berlangsung lama dan berakhir pada tahun 2008 dikarenakan
keterbatasan pendistribusian buah jambu kristal di dalam wilayah Mojokerto
maupun luar Mojokerto yang menyebabkan pemasaran pun tidak berkembang
dengan pesat, hal ini dikarenakan masyarakatnya yang kurang antusias terhadap
jambu kristal. Selain itu, serangan hama seperti kutu putih dan lalat buah telah
mengancam kebun peninggalan Misi Teknik Taiwan tersebut (Fitriana 2015).

Selepas dari Mojokerto, Misi Teknik Taiwan menjalin kerjasama dengan


Institut Pertanian Bogor. Pada 1998, proyek percobaan penanaman dibuka di
Bogor, Jawa Barat yang saat ini menjadi kebun tanaman buah dan sayuran ICDF.
Namun, informasi hasil wawancara dengan Ibu Fitriana sebagai staf Kantor ICDF
mengatakan bahwa perkebunan tanaman hortikultura ini telah menjadi milik IPB
sepenuhnya sejak tahun 2014 lalu. Sejak diperkenalkan di Bogor, popularitas dan
produksi jambu kristal terus meningkat. Menurut anggota staf pengajar
Departemen Agronomi dab Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, sekaligus konsultan Misi Teknik Taiwan, Dr Ir Anas Dinurrohman Susila
MSi, budidaya jambu kristal terus meluas sejak 2007.
Gambar 1 Jambu kristal (Psidium guajava L.) (Pusat Penyuluhan Pertanian
2014)

Kedudukan tanaman jambu kristal dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan


sebagai berikut:

1) Kingdom: Plantae (Tumbuhan)


2) Sub kingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
3) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
4) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
5) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
6) Sub Kelas: Rosidae
7) Ordo: Myrtales
8) Famili : Mirtaceae 9) Genus : Psidium 10) Spesies : guajava L.
Jambu kristal memiliki kandungan biji kurang dari 3% dari bagian buah, daging
buahnya renyah, sepintas jambu kristal hampir tidak berbiji. Permukaan buah ada
tonjolan tidak merata. Bobot buah 250─500 gram per buah. Warna kulit luar
hijau muda, sedangkan daging buahnya putih. Tekstur daging buah renyah saat
hampir matang dan empuk saat puncak kematangan. Buah ini memiliki kadar
kemanisan pada kisaran 11─12o brik, serta mengandung banyak air. Pada
penyimpanan jangka panjang, jambu kristal bisa tahan simpan dengan busa jaring
dan penutup plastik hingga 1 bulan pada suhu 5─7oC (Wang 2011).

Jambu kristal mulai berbuah umur 7 bulan asal bibit cangkok dan mampu
memproduksi 5─7 buah per pohon dengan bobot 300 gram per buah. Pada umur
2 tahun, sekali berbuah jumlahnya 15─30 buah per pohon dengan produksi
mencapai 70─80 kg per pohon selama 6 bulan. Tanaman ini berbuah sepanjang
tahun. Panen raya dapat dilakukan 2 kali dalam 1 tahun yakni Desember-Maret
dan Juni-September. Namun, itu bukan patokan karena petani dapat mengatur
sendiri panen raya dengan mengatur pemangkasan. Perawatan intensif
menghasilkan umur ekonomis 10─20 tahun.

Menurut Chiu Wen Chi, ahli jambu kristal dari Misi Teknik Taiwan, sebuah
kerjasama diplomasi Indonesia dan Taiwan, jambu biji ini dikatakan kristal
karena warna daging buahnya yang bening keputihan dan secara kasat mata
bentuk buah yang berlekuk-lekuk tidak bulat rata sempurna menyerupai bentuk
kristal (Wang 2011).

Gambar 2 Bentuk fisik jambu kristal

2.2. Persyaratan Tumbuh Tanaman Jambu Biji

Jambu biji merupakan tanaman tropis dan dapat tumbuh di daerah sub
tropis dengan intensitas curah hujan yang sesuai antara 1000─2000 mm per tahun
dan merata sepanjang tahun. Dapat tumbuh berkembang dan berbuah optimal
pada suhu sekitar 22─28 oC di siang hari. Jambu biji dapat tumbuh pada semua
jenis tanah. Kondisi media perakaran yang disukai jambu biji adalah subur dan
gembur serta banyak mengandung N dan bahan organik. Tekstur tanah yang ideal
adalah liat dan sedikit pasir. Jambu biji dapat beradaptasi pada selang pH yang
lebar yaitu 4.5 sampai 8.2. Jambu biji menyebar dan tumbuh subur di daerah
tropis dengan ketinggian tempat antara 5─1200 m di atas permukaan laut (Tim
Biofarmaka IPB 2006).

2.3. Syarat tumbuh tanaman jambu kristal Iklim


Jambu biji kristal termasuk tanaman yang dapat tumbuh baik pada iklim
hangat (tropis). Curah hujan yang dinginkan untuk penanaman jambu biji kristal
sekitar 1.000 hingga 3800 mm per tahun. Sedangkan suhu berada pada kisaran 15
hingga 34 oC dan kelembaban udara antara 70 hingga 90%. Apabila udara
mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air.
Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu biji kristal.
Ketinggian tempat yang cocok untuk penanaman jambu biji kristal adalah 50
hingga 1000 m dpl. Penanaman jambu biji kristal di ketinggian lebih dari 1000 m
dpl tidak disarankan. Semakin tinggi ketinggian tempat, suhu semakin rendah dan
awan cenderung makin rapat. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi lambat, bunga banyak yang gagal berkembang karena
pertumbuhan bunga tidak menentu, produksi buah otomatis berkurang (Wang
2011).

Unsur iklim lain yang memberikan peranan dalam kehidupan tanaman


jambu biji kristal adalah penyinaran matahari. Jambu kristal memerlukan sinar
matahari penuh untuk fotosintesis terutama pada saat pembentukan buah.
Artinya, lokasi penanaman yang tepat adalah lahan terbuka dengan penyinaran
matahari sepanjang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan
penurunan hasil. Pada budidaya jambu biji kristal, angin berperan dalam
penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan bunga.
Waktu yang ideal tanaman jambu kristal berbunga adalah pada saat bulan Juli-
September (musim kemarau), sedangkan bulan November-Februari (musim
penghujan) merupakan waktu ideal tanaman ini untuk menghasilkan buah
(Hodijah 2013).
2.4. Tanah
Jambu kristal dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah bahkan tanah yang
bertekstur sedikit keras asalkan tanah bagian atas (top soil) cukup gembur untuk
meloloskan perakaran agar kuat mencengkeram tanah. Misalnya, jenis tanah
grumusol yang memiliki kandungan bahan organik cukup tinggi dan mampu
memegang air. Jambu di kawasan itu akan cepat tumbuh subur dan mampu
menghasilkan buah berkualitas baik. Namun, akan lebih baik jika bagian tanah
yang dapat mencengkeram air berada hingga kedalaman 0.5─1 m, hal ini
dikarenakan perakaran menyebar pada kedalaman tersebut. Selain itu, lubang
tanam dibuat cukup luas dengan tujuan agar akar tanaman muda dapat
berkembang secara leluasa.
Daya adaptasi pohon juga cukup luas mulai dari pH tanah 4.5─8.2. Bila kurang
dari pH tersebut (tanah yang terlalu masam) maka dapat diatasi dengan
menambahkan kapur pertanian terlebih dahulu. Akan tetapi, idealnya penanaman
dilakukan pada pH tanah 6.5─7.5. Saat musim hujan usahakan air tidak
menggenangi lahan, bila perlu setiap pohon dibumbun. Tujuan ini diharapkan
perakaran mampu berkembang dengan baik. Jika mendapati kondisi lahan yang
tidak sesuai, misalnya kandungan bahan organik tanah sedikit, beberapa
perlakuan dapat dilakukan seperti menambahkan bahan organik berupa pupuk
kandang lebih banyak pada lubang tanam. Tanah yang mengandung bahan
organik tinggi biasanya lebih gembur, sedikit basah (mudah memegang air), dan
tidak pecahpecah (Mariati 2013).

2.5. Teknik Budidaya Tanaman Jambu Biji Kristal


1. Pemilihan dan pengolahan lahan
Pemilihan lokasi yang baik adalah lokasi dengan sinar matahari dan pengairan
yang cukup, air limpasan (runoff) lancar, tanah rata dan kaya akan bahan organik.
Hal ini dilakukan agar tanaman tidak tergenang air maka dapat dibuat bedengan
untuk meninggikan tanaman.
2. Penanaman
a. Jarak tanam antar baris kira-kira 3─4 meter, sedangkan jarak tanam antar
pohon
2.7 ─3.6 meter.

b. Pilih bibit varietas murni, akar tumbuh sempurna tidak berpenyakit.


c. Tanam bibit di daerah yang sering tergenang air, tidak boleh ditanam dimusim
hujan.
d. Bunga yang muncul pada pohon yang masih terlalu muda harus segera
dihilangkan, karena jika sampai berbuah akan mempengaruhi pertumbuhan
pohon
e. Pertumbuhan dahan atau daun baru saat okulasi pada cabang utama harus
segera dihilangkan.

3. Pemangkasan
a. Pemangkasan dilakukan agar batang dan daun tumbuh merata, tidak saling
bertumpukan dan semua daun bisa berasimilasi. Usahakan tinggi pohon
maksimal 2 meter agar mempermudah pada tahap pembungkusan buah.
b. Jambu kristal dapat berbuah dalam 1 tahun tetapi untuk menjaga pertumbuhan,
maka pada tahun pertama pohon tidak boleh berbuah.
c. Pilih 3─4 cabang yang baik untuk dijadikan batang utama. Batang yang akan
dijadikan batang utama dijaga agar jangan sampai berbuah supaya bentuknya
tidak bengkok. Tinggi batang utama sebaiknya 40─50 centimeter dan semua
cabang harus terpisah.
d. Meninggikan percabangan pada lokasi yang mudah teergenang air, karena jika
batang terlalu rendah dan buah tersentuh tanah akan mudah terserang penyakit.
Jika batang utama terbentuk, pangkaslah supaya bisa tumbuh cabang sekunder
(sub cabang), pangkas cabang yang terlalu panjang, terlalu padat, terlalu
kering, berpenyakit, serta dekat dengan tanah. Hal tersebut dilakukan agar
dasar dari pohon terbentuk bagus, sehingga mudah dalam perawatan.
4. Pemupukan
a. Pada tanaman umur 0─1 tahun, bibit diberikan pada setiap pohon dengan
campuran 40 kilogram pupuk kandang, 50 kilogram TSP, 100 gram Urea dan
20 gram ZK dengan cara ditaburkan di sekeliling pohon atau dengan jalan
menggali di sekeliling pohon sedalam 30 centimeter dan lebar antara 40─50
centimeter.
b. Pada tanaman umur 1─3 tahun, pemupukan dilakukan dengan NPK 250
gram/pohon, dan TSP 250 gram/pohon, dan seterusnya cara seperti ini
dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan TSP dan NPK dengan takaran yang
sama.
c. Pada tanaman umur 3 tahun ke atas, kalau pertumbuhan tanaman kurang
sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tunas hasil pemangkasan
ranting, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanaman
memerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon.
Pemupukan dilakukan dengan membuat torakan yang mengelilingi tanaman
persis di bawah ujung tajuk dengan kedalaman sekitar 30─40 cm, kemudian
pupuk segera ditaburkan dalam torakan tersebut dan ditutup kembali dengan
bekas galian terdahulu. Bila hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling
tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk
mengalirkan air. Sebaliknya pada musim kemarau tanah kelihatan merekah maka
diperlukan penyiraman dengan menggunakan pompa air 3 PK untuk lahan seluas
kurang lebih 3000 m2 dan dilakukan sehari sekali tiap sore hari (Hodijah 2013).

2.6. Buah dan pembungkusan

a. Buah yang tumbuh di pohon akan tergantung pada kondisi pohon tersebut.
Buah yang terlalu banyak, akan tumbuh kecil, kulit mengkilap, dan mutu jelek.
b. Prinsipnya setiap cabang hanya ada satu sampai dua buah saja, pada cabang
yang kurus atau pendek tidak boleh ada buahnya.
c. Buang buah yang kecil, menghadap ke atas, berbentuk tidak bagus, terluka atau
terkena penyakit, dan cabang yang terlalu banyak buahnya.
d. Pembungkusan dilakukan pada buah kecil yang sudah tidak mudah rontok
(kira-kira diameter 2.5─3 centimeter) jika buah teralu kecil maka sesudah
dibungkus akan mudah rontok, jika terlalu besar akan mudah terserang hama
ulat kecuali dibungkus dengan kantong kertas khusus (spon net) pembungkus
buah, dan lapisi dengan plastik yang ujungnya diberi lubang.
Ada dua cara pembungkusan: (1) Mengikat kantong plastik di cabang buah
berada, cara ini lebih cepat dan lebih mudah, buah tidak mudah jatuh karena
angin kencang, (2) Mengikat kantong plastik di tangkai daun, cara ini kerjanya
sedikit lambat tetapi lebih mudah untuk pemetikan buah, mulut kantong plastik
harus diikat rapat supaya ulat tidak bisa masuk. Jika sulit mendapatkan kantong
plastik khusus, bisa menggunakan kertas, tetapi ada kelemahannnya yaitu sulit
dalam menentukan kemasakan buah dan ulat juga lebih mudah masuk.

2.7. Panen
Panen sebaiknya dilakukan dipagi hari, dan hindari panen sore hari. Hal ini
dilakukan karena pada pagi hari dapat melihat dengan jelas warna buah. Apabila
matahari terlalu panas, maka dapat mempengaruhi penilaian warna buah. Buah
yang dipetik jangan sampai terbentur, terluka, tertindih atau langsung kena sinar
matahari (Sumantri 2010 dalam Putri 2014).

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas buah.


Panen yang dihasilkan dari suatu kebun dengan kebun lainnya dapat berbeda.
Bahkan hasil panen yang berasal dari pohon yang sama pun berbedabeda
kualitasnya. Perbedaan itu dimungkinkan karena berbedanya kemampuan tiap
tanaman menyerap pupuk, kesalahan dalam pemeliharaan tanaman, penanganan
pascapanen, serta pengaruh kondisi lingkungan (Hodijah 2013).

2.8 Hama dan Penyakit

Pengaruh hama dan penyakit terhadap jumlah produksi tanaman jambu biji kristal
cukup besar. Tanaman jambu biji kristal cukup peka terhadap serangan hama dan
penyakit. Jenis-jenis hama dan penyakit yang mengganggu tanaman jambu biji
kristal diantaranya, yaitu:

1. Hama
a. Lalat buah (Dacus dorsalis)
b. Kutu putih (Pseudococcuscitriculus)
c. Kalong dan bajing, keberadaan hama ini dipengaruhi faktor lingkungan
baik lingkungan biotik maupun abiotik. Yang termasuk faktor biotik
seperti persediaan makanan.
d. Ulat (Actronis sp)
e. Ulat daun (Trabala pallida)
f. Ulat keket (Ploneta diducta)
g. Ulat penggerek batang (Indrabela sp)
h. Ulat jengkal (Berta chrysolineate)
i. Semut dan tikus
2. Penyakit
a. Penyakit embun jelaga oleh cendawan Capnodium spp.
b. Penyakit karena ganggang (Cihephaleusos Vieccons)
c. Penyakit karena cendawan Rigidoporus Lignosus
d. Jamur Ceroospora psidil, Jamur karat Poccinia psidil, Jamur Allola psidil
BAB III

METODE PRATIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 juli 2109 sampai selesai


tempatnya di samboja kalimantan timur oleh seluruh fakultas pertanian prodi
agroteknologi dalam mata kuliah mekanisasi pertanian.

3.2. Alat Dan Bahan

balpoin dan buku tulis

sebagia wancara singkat tentang data dan pertanyaan mengenai syarat tumbuh
jambu kristal.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Jawa Barat


4.1.1. Letak dan luas
Daerah Kalimantan Timur yang terdiri dari luas wilayah daratan
127.346,92 km² dan luas pengelolaan laut 25.656 km², terletak antara 113°44' dan
119°00' Bujur Timur, dan antara 2°33 'Lintang Utara dan 2°25' Lintang Selatan.

4.1.2. Iklim
provinsi Kalimantan Timur termasuk iklim Tropika Humida dengan
curah hujan berkisar antara 1500-4500 mm per tahun.

4.1.3. Tanah
Karakteristik lahan yang akan dikaji dalam penelitian adalah tekstur tanah, dan
ketinggian. Tekstur tanah yang terdapat di wilayah kalimantan timur cukup
beragam, namun tekstur tanah yang digunakan untuk menentukan kesesuaian
lahan dalam penelitian ini hanya lima jenis tekstur tanah yaitu liat, lempung
berliat, lempung liat berdebu, liat berdebu, dan liat berpasir. Selain itu, ketinggian
tempat juga cukup beragam, mulai dari 0 m dpl hingga >1000 m dpl.

Gambar Pemangkasan cabang tersier dengan menyisakan 4 pasang daun setelah


bakal buah (a), dan pemangkasan cabang tersier dengan menyisakan 8
pasang daun setelah bakal buah (b) (Fitria 2016).

Penelitian yang telah dilakukan Fitria (2016) menunjukkan bahwa


pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun setelah bakal buah memberikan
hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman jambu biji kristal, baik
pertumbuhan vegetatif (diameter tajuk tanaman, jumlah daun, luas daun, dan jumlah
tunas) maupun generatif (jumlah bunga, jumlah bakal buah, dan jumlah buah
sempurna). Selain itu, pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Luas wilayah potensial di samboja kalimantar timur yang bisa dimanfaatkan sebagai
usaha pengembangan tanaman jambu kristal yaitu seluas 2 ha atau sekitar 200 meter.
Dalam arti rendahnya produktivitas bagi petanin untuk membudidayakan tanaman
jambu kristas. Semoga adanya kita sebaga mahasiswa yang telah melakukan
penelitian jambu Kristal kita dapat mengembanya sesuai dengan kriteria kita
mahasiswa pertanian.

2. Saran

Penelitian ini hanya mengkaji tentang bagai buah tanaman jambu Kristal serta
pembibitan secara cangkok dan alat alat apa yg di pakai untuk olahan tanah
tanaman jambu Kristal dan dan obat obatapa saja yg dapat membuat tanaman
jambu Kristal bertmbuh dengan baik semoga peran kita sebaga mahasiswa kita
dapat mengambil teorih sebagai pelajaran kita untuk kedepanya.

.
DAFTAR PUSTAKA

Alvane SH. 2009. Evaluasi kesesuaian lahan tanaman jambu biji (Psidium guajava
L.) di Kabupaten Bogor dengan menggunakan sistem informasi geografis
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Deptan] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Jambu Kristal Primadona Taiwan.


Jakarta: Ditjen Hortikultura.

[Deptan] Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2014. Data Petani Jambu Kristal
Kabupaten Bogor. Bogor: Bagian Hortikultura.

Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka.2012. Jambu Biji (Psidium


guajava L.) [Internet]. [diunduh 2015 Feb 18]. Tersedia pada:
http://distan.majalengkakab.go.id/utama. html.

Djaenudin D, Marwan H, Subagyo H,Mulyani A, Suharta N 2003. Kriteria


Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Fitria L. 2016. Kajian pertumbuhan, produksi dan kualitas jambu biji (Psidium
guajava L.) var. kristal pada asal bibit dan pemangkasan yang berbeda
[Tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fitriana FN. 2015. International Cooperation and Development Fund (ICDF). Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.

Hodijah S. 2013. Jambu Kristal Icon Bogor [Internet]. [diunduh 2015 Feb 3].
Tersedia pada: http://epetani.pertanian.go.id/budidaya/jambu-kristal-
iconbogor-7781.
Hossain ABMS, Mizutani F, Onguso JM, El-Shereif AR, Rutto KL. 2006. Effect of
summer pruning on shoot growth and fruit quality in peach trees trained as
slender spindle bush type. Mem Fac Agr Ehime Univ. 51:9-13.

[Kementerian Pertanian RI] Direktorat Jenderal Hortikultura.2014. Pusat Data dan


Informasi Pertanian. Jakarta: Ditjen Hortikultura.

Mariati T. 2013. Budidaya Jambu Biji Kristal (Mengenal Jambu Biji Kristal).
Kementerian Pertanian, Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian.

Morton JF. 1987. Fruit of Warm Climates. Florida Flair Books, Miami.

Notohadinegoro T. 2006. Faktor Tanah dalam Pengembangan Hortikultura. UGM


press, Yogyakarta.

Parimin SP. 2005. Jambu Biji Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Penebar
Swadaya. Bogor. pp: 11–15.

Pratidina R, Syamsun M, Wijaya NH. 2015. Analisis pengendalian mutu jambu


kristal dengan metode six sigma di ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor. J
Manajemen dan Organisasi. VI(1):1-18.

Sabrina PA. 2014. Perbandingan Analisis Kelayakan Usaha Jambu Kristal (Psidium
guajava L) Petani Mandiri dengan Petani Binaan ICDF Kabupaten Bogor.
[Skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Siregar FBS. 2010. Analisis pendapatan usaha tani jambu biji Desa Cimanggis
Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor [Skripsi] Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

Subardja DS, Ritung S, Sukarman, Suryani E, Subandiono RE. 2014. Petunjuk

Anda mungkin juga menyukai