Anda di halaman 1dari 10

Nama: Deva Surya Murti

NPM: 19025010154

Mata Kuliah: Crop Production

Tugas Crop Pruduction Jambu Biji/Kristal

Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu tanaman holtikultura yang
termasuk dalam produk domestik. Beberapa varietas memiliki nilai ekonomi yang tinggi,
seperti jambu kristal, jambu bangkok, jambu merah, jambu pasar minggu, jambu sari, jambu
apel, jambu palembang dan jambu merah getas Salah satu jenis jambu biji yang diterima
dengan baik oleh masyarakat dan mempunyai permintaan pasar yang banyak di Indonesia
adalah jambu kristal (Psidium guajava L. Cultivar Kristal).

Buah jambu kristal merupakan hasil mutasi dari jambu bangkok. Jambu kristal masuk
ke indonesia melalui teknik misi Taiwan (Taiwan Technical Mission in Indonesia) pada tahun
1998. Misi teknik Taiwan merupakan misi teknik pertanian yang dikirim pemerintah Taiwan
dibawah program Internasional Coorperation and Development Fund sebagai salah satu
bentuk kerjasama diplomasi Indonesia dan Taiwan. Jambu kristal memiliki bentuk buah yang
agak gepeng dengan tonjolan buah yang tidak merata. Bobot buah sendiri bisa mencapai 250
– 500 gram dengan kadar kemanisan 11-12” briks. Warna kulit buah hijau muda, denga
tekstur buah yang renyah pada kematangan sempurna (Redaksi Trubus, 2014). Jambu
menarik perhatian para pembudidaya buah-buahan di Indonesia. Peminat budidaya untuk
jenis tanaman ini tergolong tinggi, baik ditanam dan skala besar, sekedar ditanam di
pekarangan rumah ataupun di pot. Rasa manis, daging buah yang lembut dan nyaris tanpa biji
menjadi alasan kenapa buah ini banyak disukai. Selain itu, Salah satu kelebihan dari jambu
kristal adalah biji buahnya yang jumlahnya sedikit, umumnya hanya sekitar 5 biji per buah.

Tanaman jambu dapat diperbanyak secara vegetatif yaitu;dengan cara sambung


pucuk, okulasi, dan cangkok. Keuntungan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah
buah yang dihasilkan memiliki kemiripan dengan induknya dan Tanaman cepat berbuah.
Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah. Pada jambu yg
pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebih cepat kurang lebih 6 bulan
sudah dapat menghasilkan buah. Pada umur tersebut, buah jambu kristal mampu
memproduksi 5 - 7 buah. Pada umur 2 tahun pohon mampu memproduksi 70 - 80 kg.
Tanaman jambu kristal mampu berbuah sepanjang tahun dengan masa perawatan intensif
menghasilkan umur ekonomis 10 - 20 tahun. (Redaksi Trubus, 2014)

Fenologi Jambu Biji

Fenologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang proses perkembangan yang


terjadi secara berkala dalam siklus kehidupan hewan atau tumbuhan yang dipengaruhi oleh
lingkungan. Fenologi tumbuhan berguna untuk perencanaan produksi buah. Budidaya jambu
biji dilakukan pada lingkungan tumbuh yang luas sehingga memiliki agroklimat dengan
beragam kondisi. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh faktor curah hujan dan ketinggian.
Berdasarkan ketinggian, suatu daerah termasuk dataran tinggi jika ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan laut (mdpl), sedangkan dataran rendah umumnya berada pada
ketinggian kurang dari 500 m dpl. Kondisi agroklimat yang berbeda di dataran tinggi dan
dataran rendah memiliki pengaruh yang kuat terhadap produksi tanaman jambu biji. Kondisi
tersebut juga terjadi terkait dengan perbedaan tingkat curah hujan.

Secara umum, periode berbunga jambu biji terjadi 2 - 3 kali dalam setahun, yaitu Mei-
Juli dan November -Januari. Masa panen jambu 'Crystal' adalah September Oktober dan
Maret April. (Widyastuti dkk, 2019). Fase berbunga jambu biji adalah umumnya dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu munculnya kuncup bunga, mekarnya bunga dan pembesaran bakal
buah, kemudian disusul dengan pembesaran buah sampai siap panen. Jumlah hari yang
ditempuh oleh Jambu 'Kristal' dari kuncup bunga muncul untuk dipanen bervariasi tergantung
pada lokasi, Pada penelitian yang dilakukan Widyastuti dkk (2019) menunjukkan fase 127
hari dalam Lampung dengan 15 hari waktu budding dan 115 hari pembesaran buah, 131 hari
di Bogor dengan 15 hari waktu budding dan 116 hari pembesaran buah dan 144 hari di
Sukabumi dengan 17 hari waktu budding dan 127 hari pembesaran buah. Hal ini disebabkan
Suhu yang lebih tinggi dan Intensitas curah hujan yang lebih rendah di Lampung
dibandingkan di Bogor dan Sukabumi. Hal tersebut dapat meningkatkan jumlah bunga dan
buah jambu yang dipanen. Sedangkan, intensitas curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan
kerontokan bunga jambu biji (Mariati, 2013).
Fase Fenologi pada Jambu Biji Saat Tunas Hingga Buah Matang (Sigh dkk, 2015)
Periode Fase Fenologi pada Jambu Biji (Sigh dkk, 2015)

Teknis Budidaya

Proses usahatani yang dilakukan dengan baik dan benar, dari awal pra penanaman
hingga proses panen yang benar Menurut Redaksi Trubus (2014):

1. Iklim

Jambu kristal termasuk tanaman yang dapat tumbuh di iklim hangat. Curah hujan
yang diinginkan untuk penanaman jambu kristal sekitar 1000-3800 mm per tahun. Sedangkan
suhu berada dikisaran 15- 34”C dan kelembapan 70-90 %.

2. Ketinggian

tempat Ketinggian tempat yang cocok untuk penanaman jambu kristal dibawah 1000
mdpl. Penanaman jambu kristal di ketinggian lebih dari 1000 mdpl tidak disarankan. Dalam
kondisi tersebut, pertumbuhan tumbuhan semakin lambat, bunga banyak yang gagal
berkembang sehingga produksi otomatis semakin berkurang.

3. Jenis tanah

Jambu kristal memiliki daya adaptasi pohon juga cukup luas mulai PH tanah 4,5-8,2,
tetapi idealnya budidaya jambu kristal dilakukan pada PH 6,5-7,5.
4. Pemilihan bibit

Tinggi rendahnya produktivitas jambu kristal tidak mungkin lepas dari pemilihan bibit
yang tepat.

5. Persiapan lahan

Tahap awal dalam persiapan lahan tentunya diperlukan survey lahan yang bertujuan
untuk mengidentifikasi wilayah yag akan dijadikan kebun jambu kristal. Kemudian adanya
pembukaan lahan untuk menghilangkan gulma yang ada agar tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman jambu kristal. Tahap selanjutnya yaitu persiapkan bibit tanaman
kemudian melakukan penanaman dengan membuat lubang tanam berukuran 50 cm x 50 cm
per titik tanaman.

6.Pemeliharaan

Pada umumnya pemeliharaan tanaman jambu kristal sama dengan pemeliharaan


jambu lainnya seperti pemangkasan untuk merangsang pembungaan, pemberantasan gulma,
pemupukan dan penyemprotan untuk mencegah hama dan penyakit. Saat tanaman mulai
berproduksi maka pemeliharaan ditambah dengan pembungkusan buah. Pemupukan dan
penyemprotan bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan adanya kerusakan tanaman dan
buah akibat serangan hama dan penyakit sehingga tidak mengurangi produktivitas usahatani
tersebut. Pada umumnya hama yang menyerang pada jambu kristal adalah lalat buah yang
mengakibatkan kebusukan pada buah.

Pembungkusan buah sangat penting dilakukan, karena buah jambu kristal sangat
rentan terhadap panas sinar matahari langsung. Buah akan mengalami penguningan dan
merusak fisik buah jika tidak dibungkus (Putri, 2019)

7. Pemanenan

Umumnya pemanenan jambu kristal dilakukan secara rutin setiap seminggu sekali.
Pembuahan untuk tujuan komersial idealnya dilakukan pada pohon umur 1 tahun. Idealnya
target produksi tahun pertama 5 — 10 kg per pohon. Buah dipanen pada umur 109-114 hari
setelah bunga mekar untuk konsumsi sega. Sedangkan, untuk olahan sebaiknya buah dipanen
antara 112-113 hari setelah bunga mekar.

Teknis panen buah jambu kristal dengan memetik atau memotong tangkai buah.
Panen buah jambu kristal berdasarkan perubahan warna kulit yang ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut: Warna kulit buah hijau muda atau kuning kehijauan dan kulit buah
mengkilat, aroma buah mulai harum, rasa buah sudah mulai manis, dan tekstur daging buah
agak lunak Cara pemanenan yang terbaik adalah buah yang sudah matang dipetik beserta
tangkainya. Pada saat panen dapat sekaligus dilakukan pemangkasan, supaya tanaman dapat
kembali bertunas dengan baik dan berbuah dengan cepat. (Putri, 2019)

Kendala dan Solusi

Kendala yang dihadapi oleh petani jambu biji kristal adalah kuantitas dan kualitas
produksi yang dihasilkan belum sesuai dengan yang diharapkan. Produksi per pohon pada
umur sudah produktif (umur 4 tahun) masih rendah, hanya rata-rata 20 kg/tahun dan buah
yang dihasilkan sebagian besar berukuran kecil-kecil, rata-rata kurang dari 400 g/buah (Rai
dkk., 2016). Dengan kondisi seperti itu, sebagian besar buah yang diproduksi hanya
dipasarkan di pasar tradisional sementara untuk swalayan, gerai/toko buah, dan pasar
pariwisata (hotel dan restoran) yang menghendaki buah dengan kualitas kelas/grade A (buah
mulus, tidak ada cacat, bentuk buah bulat agak gepeng, dan beratnya > 500 g/buah) sangat
terbatas. Hal tersebut diduga terjadi karena pemeliharaan yang dilakukan tidak memadai,
terutama pemupukan yang tidak sesuai anjuran, baik menyangkut jenis pupuk, waktu dan
caranya.

Jambu biji kristal dapat berproduksi dengan baik apabila dipupuk dengan jenis pupuk
yang tepat dan dengan dosis dan waktu aplikasi yang tepat pula, paling tidak dengan pupuk
oragnik dan pupuk yang mengandung hara N, P, dan K. Menurut Yadav dkk. (2015),
pemupukan jambu biji dengan unsur hara makro yang diberikan pada fase pematangan buah
menyebabkan proses fotosintesis berjalan optimal dan pengiriman fotosintat ke organ buah
lebih maksimal sehingga mampu meningkatkan kualitas buah

Jambu biji juga perlu dipupuk dengan pupuk Ca dan pupuk mikro terutama yang
megandung seng (Zn) dan tembaga (Cu). Menurut Yadav dkk, (2014), kualitas buah jambu
biji dapat ditingkatkan melalui pemupukan dengan kalsium nitrat dan aplikasi pupuk mikro
yang mengandung seng sulfat (zinc sulphate) dan tembaga sulfat (cupric sulphate).
Pemberian pupuk Ca dan pupuk mikro disebutkan dapat mempertahankan kualitas selama
penyimpanan dan daya tahan simpannya menjadi lebih panjang. Penelitian yang dilakukan
Mahendra, Rai dan Wiraadmaja (2017) menunjukkan pemupukan mampu meningkatkan
produksi buah jambu biji Kristal. Berat buah dan jumlah buah per pohon tertinggi yakni
18,28 kg/pohon dan 101,83 buah/pohon diperoleh pada tanaman yang dipupuk dengan pupuk
kompos 5 kg/pohon + urea 200 g/pohon + KCl 250 g/pohon + TSP 250 g/pohon + gipsum
500g/pohon + pupuk mikro CuSO4 dan ZnSO4 masing masing 1,5 g/pohon yang diberikan
sekali saat mulai penelitian dan berbeda nyata dibandingkan pada kontrol dengan berat buah
dan jumlah buah per pohon hanya 8,99 kg/pohon dan 59,16 buah/pohon.

Prosedur pemupukan dilakukan dengan membuat lubang disekeliling pohon pada


jarak 50 cm dari pangkal batang, kedalaman lubang 15 cm dan lebar 20 cm. Pupuk dicampur
pada ember plastik hingga homogen, kemudian ditebarkan secara merata di lubang yang
sudah disiapkan, setelah itu ditutup tipis dengan tanah.

Kendala lain yang dihadapi petani jambu kristal adalah kerontokan bunga dan buah
sejak terbentuknya bunga sampai perkembangan buah yang sangat mengurangi produksi buah
jambu biji. Produksi buah jambu biji dapat ditingkatkan melalui beberapa cara, salah satu di
antaranya adalah mengurangi jumlah buah yang rontok. Kerontokan bunga dan buah juga
dipengaruhi oleh kandungan hormon endogen pada organ itu sendiri, biasanya disebabkan
karena tingginya konsentrasi etilen dan rendahnya konsentrasi IAA serta rendahnya GA.
Penyemprotan GA3 dalam membantu mengurangi kerontokan buah jambu biji (Psidium
guajava). Hasil penelitian Herdiandika (2015) menunjukkan bahwa pemberian GA3 dengan
konsentrasi 90 ppm (pengamatan pada hari ke 28) menunjukkan persentase buah retensi
paling tinggi yaitu rata - rata sebesar 70%.

Frekuensi panen yang rendah dan kontinuitas produksi yang tidak berkesinambungan.
Secara umum titik kritis untuk dapat memproduksi buah-buahan tropika secara kontinyu
terletak pada proses pembungaan, khususnya keberhasilan dalam mengatur terjadinya induksi
bunga, sehingga buah-buahan tropika tidak hanya menghasilkan buah saat musimnya (on-
season), tetapi juga dapat menghasilkan di luar musim (off-season).

Perlakuan untuk menjaga produksi salah satunya dilakukan dengan pruning yaitu
memangkas sebagian cabang dan daun. Penelitian yang dilakukan Susanto, Melati, dan Aziz
(2019), menunjukkan bahwa pemangkasan secara signifikan meningkatkan jumlah tunas
generatif. Tanaman yang dipangkas menghasilkan lebih banyak bunga dan buah daripada
yang tidak dipangkas. Hal ini terjadi karena pemangkasan memperpendek jarak antara sink
dan stock pada tanaman. Jarak yang lebih pendek antara stock dan sink akan menyebabkan
penggunaan asimilasi menjadi lebih efektif dan translokasi akan lancar (Ainsworth & Bush,
2011). Disisi lain pemangkasan dapat mempengaruhi periode fenologi pada tanaman dengan
penelitian yang dilakukan Sigh dkk (2015) kemunculan tunas terjadi 4 – 13 hari lebih lama
daripada tanaman tanpa perlakuan

Pembuahan di luar musim (off-season), membutuhkan perlakuan khusus untuk


memunculkan organ generatif dengan dengan cara mengeser pembungaan. Pergeseran
pembungaan memerlukan pemahaman mendasar terkait titik kritis proses pembungaan, yang
umumnya terletak pada tahap induksi pembungaan yaitu transisi dari fase vegetatif ke fase
generative. Induksi pembungan dapat dilakukan dengan rekayasa tanaman maupun
lingkungan tumbuhnya. Teknik rekayasa yang umumnya telah dilakukan adalah aplikasi zat
penghambat tumbuh/retardant seperti paclobutrazol, diaminozide, cycocel dan morphactin
dapat digunakan untuk menginduksi pembungaan. Penelitian yang dilakukan Widyastuti dkk
(2019) dengan strangulasi yaitu mencekik batang atau cabang menggunakan kawat yang
dililitkan secara melingkar dapat meningkatkan dan mengatur pembungaan dan panen buah
jambu biji ‘Kristal’.

Hal tersebut didukung dengan tingginya C/N daun tanaman yang distrangulasi
dibandingkan dengan tanpa perlakuan strangulasi. Perbaikan respon pembungaan dibuktikan
dengan peningkatan jumlah tunas generatif, jumlah bunga dan jumlah buah panen.
Percepatan pembungaan terjadi 6 hari lebih awal. Dalam hal kualitas, buah dari tanaman yang
distrangulasi sama baiknya dengan tanaman tanpa perlakuan strangulasi.

Kecacatan pada buah biasanya terjadi antara lain bintik atau noda cokelat kehitaman,
kulit mengelupas, buah masih hijau atau belum matang, buah lembek atau terlalu matang, dan
penyakit bakal busuk pada buah yang dimana dapat menurunkan harga jual jambu. Cacatnya
hasil panen dapat menurunkan harga jualPenyebab potensial kecacatan jambu Kristal antara
lain penyakit tanaman, serangan hama seperti ulat dan kutu buah, kondisi lingkungan yang
memiliki suhu rendah dan kelembaban tinggi, faktor human error, kesalahan operasional
seperti keterlambatan pekerja dalam membronsong buah dengan rapat dan juga dalam
penanganan jambu Kristal yang telah terkena hama dan penyakit, kesalahan saat pemanenan
dan keteledoran dalam pendistribusian (Pratidina, Syamsun, dan Wijaya. 2015) Manajemen
pasca panen perlu diperhatikan dimulai tahapan pengelolaan produksi jambu meliputi
pemanenan, pembersihan buah, penyortiran, pengemasan, penyimpanan di chiller dan
pengiriman agar tidak terjadi kecacatan.
Daftar Pustaka

Ainsworth, E. A., & Bush, D. R. 2011. Carbohydrate export from the leaf: A highly regulated
process and target to enhance photosynthesis and productivity. Plant Physiology,
155(1), 64–69.

Herdiandika, F. 2015. Pengaruh Ga3 Dalam Mengurangi Kerontokan Buah Jambu Biji


(Psidium Guajava L.) Varietas Sukun Merah (Doctoral dissertation, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember).

Mahendra, I. G. J., Rai, I. N., & Wiraatmaja, I. W. 2017. Upaya Meningkatkan Produksi dan
Kualitas Buah Jambu Biji Kristal (Psidium guajava L. cv. Kristal) Melalui
Pemupukan. Agrotrop, 7(1), 60-68.

Mariati, T. 2013. Budidaya Jambu biji Kristal,” Pusat penyuluh pertanian, Badan Penyuluh
dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia,
Jakarta (ID)

Pratidina, R., Syamsun, M., & Wijaya, N. H. (2015). Analisis Pengendalian Mutu Jambu
Kristal dengan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor. Jurnal
Manajemen Dan Organisasi, 6(1), 1-18.

Putri, Kurnia Sapta. 2019. Budidaya Jambu Kristal. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Rai, I. N., G. Wijana, P. Sudana, W. Wiraatmaja. 2016. Identifikasi dan Telaah Pemanfaatan
Sumber Daya Genetik Buah-buahan Lokal untuk Meningkatkan Integrasi Pertanian
dan Pariwisata di Bali. J. Hort. Indonesia 7(1): 31-39

Redaksi Trubus. 2014. Jambu Kristal. Depok: Trubus Swadaya.

Singh, V. K., Ravishankar, H., Singh, A., & Soni, M. K. 2015. Pruning in guava (Psidium
guajava) and appraisal of consequent flowering phenology using modified BBCH
scale. Indian Journal of Agricultural Sciences, 85(11), 1472-1476.

Susanto, S., Melati, M., & Aziz, S. A. 2019. Pruning to improve flowering and fruiting of
‘Crystal’guava. AGRIVITA, Journal of Agricultural Science, 41(1), 48-54.
Widyastuti, R. A. D., Susanto, S., Melati, M., & Kurniawati, 2019. A.Studies on flowering
and fruiting rhythms of ‘Cristal’Guava (Psidium guajava L.) at three different
Locations, Indonesia. Eco. Env. & Cons. 25 (4) : 2019; pp. (1505-1509)

___________.2019. Pengaturan Pembungaan Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava


l.)‘Kristal’melalui Aplikasi Waktu Strangulasi yang Berbeda. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, 22(3), 243-250.

Yadav, M.K., R. B. Ram, V. Kumar, M. L. Meena, H.D. Singh. 2014. Impact of


Micronutrients on Fruit Set and Fruit Drop of Winter Season Guava (Psidium guajava
L.) cv. Allahabad Safeda. Indian Journal of Science and Technology 7(9):1451-1453.

Yadav, M.K., V. K. Solanki. 2015. Use of Micronutrients in Tropical and SubTropical Fruit
Crops: A review. African Journal of Agricultural Research 10(5):416-421.

Anda mungkin juga menyukai