Anda di halaman 1dari 17

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO


SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan diminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai pemimpin minimal mampu
memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada pemimpinnya, yang secara ideal dipatuhi
dan disegani bawahannya. Organisasi tanpa pemimpin akan kacau balau. Oleh karena itu, harus
ada seorang pemimpin yang memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan
individu, kelompok, dan organisasi.
Kepemimpinan merupakan salah satu topik terpenting dalam mempelajari dan
memperaktikkan manajemen sehingga Gibson, et al., (2009) menyebutkan fungsi manajemen
yaitu POLC.1[1]
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kepemimpinan dan manajemen, teori
kepemimpinan, tingkatan pemimpin dan kepemimpinan, ketrampilan yang harus dimiliki
pemimpin, tipe-tipe kepemimpinan serta kepemimpinan yang efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kepemimpinan dan Manajemen?
2. Bagaimana Teori Kepemimpinan?
3. Apa saja Tingkatan Pemimpin dan Kepemimpinan?
4. Keterampilan/Kemampuan apa saja yang harus dimiliki pemimpin?
5. Apa saja Tipe-tipe Kepemimpinan dan bagaimana Kepemimpinan yang Efektif?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemimpin, Kepemimpinan, dan Manajemen
1. Pemimpin

Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli

a) Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan(1999).


Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat
(pengikutnya) kearah mencapai tujuan yang ditetapkan.
b) Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255). Pemimpin adalah seseorang yang
memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
c) Kartini Kartono (1994 : 33). Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi
orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu
atau beberapa tujuan.
d) Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994: 33). Pemimpin ialah seseorang yang dengan
jalan memprakarsai (memelopori) tingkahlaku social dengan mengatur, mengarahkan,
mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui kekuasaan dan posisi. Dalam
pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan
kualitas-kualitas persuasifny ada ekseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
e) John Gage Alle. Leader…a guide; a conductor; a commander” (pemimpin itu ialah pemandu,
penunjuk, penuntun; komandan).
f) I .Redl dalam “Group Emotion and Leadership”. Pemimpin adalah seorang yang menjadi titik
pusat yang mengintegrasikan kelompok.
g) Dr. Phil. Astrid S. Susanto. Pemimpin adalah orang yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap
kelompok.
h) Ensiklopedia Administrasi (disusun oleh Staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi UGM).
Pemimpin (Leader) adalah orang yang melakukan kegiatan atau proses mempengaruhi orang lain
dalam situasi tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan.
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi kegiatan pengikut melalui proses komunikasi
untuk mencapai tujuan tertentu2[2]. Para ahli lain berpendapat bahwa kepemimpinan adalah
sebagai seni untuk mengatur individu dan masyarakat, serta memotivasi semangat mereka untuk
meraih tujuan yang telah ditetapkan3[3]. Pendapat lain menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai
seni untuk memengaruhi dan mengarahkan orang lain dengan metode tertentu agar mereka
berusaha untuk taat, loyal, dan membantu dalam satu cara untuk meraih tujuan yang telah
ditetapkan4[4].
Seorang pemimpin memiliki karekter dan sifat tertentu, pemimpin menduduki jabatan yang
tinggi sebuah struktur organisasi, perusahaan. Pemimpin di bekali dengan kekuasaan untuk
mempengaruhi, mengatur atau mengarahkan anggota organisasi untuk tunduk terhadap
kepemimpinan mereka. Kepemimpinan muncul dari aspirasi anggota organisasi. Adapun seorang
pemimpin dengan kekuasan yang di milikinya, ia berusaha memengaruhi prilaku orang lain dengan
sebuah metode yang memungkinkan mereka loyal dan taat kepadanya, selain itu para bawahan
juga berkenaan untuk mematuhi segala perintahnya dengan ridha dan segenap perasaan jiwa.
Sebagai seorang pemimpin ia menggunakan sepenuh hati dan bisa di terima oleh bawahnnya jadi,
seorang pemimpin sumber kekuasaannya adalah aspirasi bawahan.
Menurut Hikmat (2009:249), kepemimpinan adalah proses pelaksanaan tugas dan kewajiban
individu. Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggungjawabnya
secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan
kepada orang-orang yang dipimpinnya. .
Dari beberapa definisi di atas, ada beberapa unsur pokok yang mendasari atau sudut
pandang dan sifat-sifat dasar yang ada dalam merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:
a. Unsur-unsur yang mendasari
1. Kemampuan mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan).
2. Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok.
3. Kemampuan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Sifat dasar kepemimpinan
1. Kecakapan memahami individual, artinya mengetahui bahwa setiap manusia mempunyai daya
motivasi yang berbeda pada berbagai saat dan keadaan yang berlainan.
2. Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi inspirasi.
3. Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat mengembangkan suasana
(iklim) yang mampu memenuhi dan sekaligus menimbulkan dan mengendalikan motivasi-
motivasi (Tatang M. Amirin, 1983:15).
Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan yang sama, yaitu masalah
kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang
memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara
mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi.
3. Manajemen
Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan
agere (melakukan). Kata-kata itu digabung menjadi managere yang artinya menangani. Managere
diterjemahkan ke Bahasa Inggris to manage (kata kerja), management (kata benda), dan manager
untuk orang yang melakukannya. Managenent diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi
menejemen (pengelolaan).
Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (P3) sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti sempit
adalah manajemen sekolah/madrasah yang meliputi: perencanaan program sekolah/madrasah,
pelaksanaan program sekolah/madrasah, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah,
pengawas/evaluasi, dan sistem informasi sekolah/madrasah. Jika istilah administrasi banyak
digunakan oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Australia, maka manajemne banyak digunakan oleh
Inggris, Afrika, dan negara-negara Eropa.5[5]
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang
yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Perbedaan kepemimpinan dengan manajer:
Manager Leadership
1. Building and maintaining an organizational Building and maintaining an organizational
structure (membangun dan mengembangkan culture (membangun dan mengembangkan
struktur organisasi) kultur organisasi)
2. Path- following (merujuk pada alur Path- finding (merujuk pada alur penemuan)
kepengikutan)
3. Doing thing right (mengerjakan sesuatu yang Doing the right thing (mengerjakan sesuatu
benar) dengan benar)
4. The manager maintains, relies and control The leader develops, inspires trust
(mengedepankan pemeliharaan dan (mengembangkan dan menginspirasi
pengendalian) kepercayaan)
5. A preoccupation with the here-and-now of Focused on the creation of a vision about a
goal attainment (beranjak dengan “disini dan desired future state (berfokus pada upaya
sekarang” dari pencapaian tujuan) mengkreasi tentang masa depan yang
diinginkan)
6. Managers maintain a low level of emotional Leaders have empathy with other people and
involvement (memelihara level rendah give attention to what event and action means
keterlibatan emosional) (mempunyai empati terhadap orang lain dan
memberi perhatian pada setiap peristiwa dan
makna tindakan)
7. Designing and carry out plant, getting things Establishing a mission, giving a sense of
done, working effectively with people direction (memantapkan misi dan
(mendesain dan membawa rencana, membangkitkan rasa untuk mencapai arah
mendorong tindakan, dan bekerja efektif tertentu)
dengan orang)
8. Being taught by the organization Learning from the organization (belajar dari
(mengembangkan pikiran dari organisasi) organisasi)
Sumber: Stoner, Freeman, Gilbert dalam Danim (2008: 4-5)
B. Teori Kepemimpinan
1) Teori dengan Pengaruh Kekuasaan
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven (1959) ini menyatakan bahwa
kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam satu kelompok atau organisasi. Dengan
perkataan lai, orang atauorang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu
kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi
itu.(Salito Wirawan, 2005:40)
Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu (1) kedudukan, (2) kepribadian,
dan (3) politik.
1.1) Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis;
a) Kekuasaan Formal atau legal (French & Raven, 1959)
Termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana
mentri dan sebagainya yang mendapat kekuasaan karena ditunjuk dan/atau diperkuat dengan
peraturan atau perundangan yang resmi.
b) Kendali atas Sumber dan Ganjaran (French & raven, 1959)
Majikan yang menggaji karyawan, majikan yang mengupah buruh, kepala suku atau kepala
kantor yang dapat member ganjaran kepada bawahannya, dan sebagainya, memimpin berdasarkan
sumber kekuasaan seperti ini.
c) Kendali atas Hukum (French & Raven, 1959)
Ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasa juga kendali
atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang yang sumbernya hanya kendali atas
hukuman saja, ini merupakan kepemimpinan yang didasarkan pada rasa takut. Contoh para preman
yang memungut pajak kepada pedagang, pedagang akan tunduk kepada preman karena takut akan
mendapat perlakuan kasar.
d) Kendali atas Informasi (French & Raven, 1959)
Informasi adalah ganjaran positif bagi orang yang memerlukannya, sehingga siapa pun yang
menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Misal adalah orang yang paling tahu arah jalan
maka otomatis dia akan menjadi pimpinan rombongan.
e) Kendali Ekologi (lingkungan)
Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasa situasi (situational sengineering). Contoh
adalah kendali atas penempatan jabatan (Oldham, 1975). Seorang atasan, manager, atau kepala
bagian personality mempunyai kekuasaan atas bawahannya, karena ia boleh menentukan posisi
anggotanya.
1.2) Kekuasaan yang Bersumber pada Kepribadian
Berbeda dari kepemimpinan kekuasaan, kekuasaan yang bersumber pada kepribadian
berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut;
a) Keahlian atau Ketrampilan (French & Raven, 1959)
Dalam agama Islam, orang yang menjadi imam adalah orang yang paling fasih membaca
ayat Al-Qur’an. Demikian pula dalam pesawat atau kapal, orang yang paling ahli dalam
mengemudilah yang akan menjadi pemimpin.
b) Persahabatan atau Kesetiaan (French & Raven, 1959)
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan sumber
kekuasaan, sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
c) Karisma (House, 1977)
Ciri kepribadian yang menyebabkan timulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga
merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan. Mengenai hal ini
dibicarakan tersendiri dalam teori bakat.
1.3) Kekuasaan yang Bersumber pada Politik
Kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri atas beberapa jenis (Pfeffer, 1981)
a) Kendali atas Proses Pembuatan Keputusan
Dalam organisasi, ketua menetukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan dilaksanakan
atau tidak. Dan sebagainya.
b) Koalisi (Stevenson, Perace & Porter, 1985)
Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau
kewenangan untuk membuat kerja sama denga kelompok lain.
c) Partisipasi (Pfeffer, 1981)
Pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam bentuk
apa tiap anggota berpartisipasi, dan sebagainya.
d) Institusionalisasi
Pemimpin agama menikahkan pasangan suami istri, menentukan terbentuknya keluarga
baru. Notaris atau hakim menetukan berdirinya suatu yayasan atau perusahaan baru.
2) Teori Bakat
Teori bakat dinamakan juga teori sifat (trait), teori karismatik atau teori transformasi. Inti
dari teori ini adalah bahwa kepemimpinan terjadi karena sifat-sifat atau bakat yang khas yang
terdapat dalam diri pemimpin yang dapat diwujudkan dalam prilaku kepemimpinan. Sifat atau
bakat itu dinamakan karisma atau wibawa. Sebagai contoh adalah Bung Karno, Adolf Hitler, Fidel
Castro, Mahatma Gandhi, Ibu Theresa dan Martin Luther King. Tokoh-tokoh ini memiliki sifat
yang tidak dimiliki pemimpin-pemimpin lain.
Di pihak lain, pemimpin-pemimpin karismatik tidak dapat disamakan dengan tokoh-tokoh
yang kewibawaan, kekuasaan atau kepemimpinannya bersumber atau ditopang oleh legenda-
legenda, mitos, dan dongeng-dongeng. Misal keturunan raja, bangsawan, orang sakti, keturunan
yang dianggap titisan dewa dan sebagainya.
Karisma yang ditunjang oleh oleh mitos dan legenda ini bukanlah dating dari bakat atau sifat
pribadi yang bersangkutan, sehingga tidak dapat digolongkan dalam teori bakat yang sedang kita
bicarakan ini.
Teori bakat menurut Hourse (1977) bahwa karisma yang berupa bakat atau sifat adalah hal
yang dapat dijelaskan secara objektif ilmiah, sehingga dapat diteliti, diukur, dan dibuktikan
keberadaanya.
Teori bakat menurut Baas (1985) ada factor-faktor tambahan lain yang menyebabkan
lahirnya kepemimpinan karismatik selain faktor bawaan sejak lahir yang dikemukakan oleh
Hourse, yaitu factor anteseden (hal yang mendahului terjadinya seorang pemimpin), faktor atribusi
(keyakinan sendiri) dan faktor konsekuensi dari kepemimpinan.
Teori bakat menurut Conger dan Kanungo (1987) bahwa kepemimpinan karismatik terutama
bersifat atributif, yaitu karena adanya ciri-ciri tertentu dari pemimpin yang dipersepsikan oleh para
pengikut berdasarkan pengamatan pengikut terhadap prilaku pemimpin.
Teori Tranformasional menurut Robert (1984) bahwa pemimpin karismatik dapat juga
terjadi dalam kelompok-kelompok yang sangat terorganisasi. Berbeda dari pendapat sebelumnya
yang seakan-akan menyatakan bahwa kepemimpinan karismatik tidak dapat berjan pada
kelompok-kelompok yang sangat terorgaisasi.
Karisma: Negatif atau Positif?
Ykul (1989) mengemukakan bahwa sejarah telah mencatat pemimpin-pemimpin karismatik
yang telah member dampak positif yang sangat luar biasa kepada kelompoknya, bahkan terhadap
umat manusia secara keseluruhan, seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King. Di pihak lain
sejarah juga mencatat pemimpin-pemimpin karismatik yang memberikan dampak negative dan
kehancuran, seperti Adolf Hitler. Pertanyaan yang timbul adalah “Apakah pemimpin karismatik
berdampak positif atau negatif bagi pengikutnya?”. Pertanyaan ini semakin perlu dijawab karena
banyak pemimpin karismatik yang sulit digolongkan dalam salah satu jenis tersebut. Bahkan ada
yang berpengaruh negatif di satu pihak namun positif di pihak yang lain.
Musser (1987) mengusukan kriteria yang berbeda antara pemimpin karismatik yang positif
dan negatif. Ciri pemimpin karismatik yang negatif adalah yang lebih mementingkan tujuan
dirinya sendiri daripada idiologi-idiologinya.
3) Teori Perilaku
Teori prilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin dalamkaitannya dengan
struktur dan organisasi kelompok. Oleh karena itu, teori prilaku ini lebih sesuai untuk
kepemimpinan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, karena peran pemimpin digariskan
dengan jelas. Teori perilaku menurut beberapa ahli, antara lain;
Mintzberg (1973) mengemukakan sepuluh peran pemimpin (manager) sebagai berikut;
Peran dalam hubungan antarpribadi adalah sebagai pemimpin, penghubung dan panutan
(figurehead). Peran yang berkaitan dengan pemrosesan informasi adalah sebagai pemantau,
penyebaran informasi dan juru bicara. Peran yang berkaitan dengan pembuatan keputusan adalah
sebagai wiraswasta, penyelesaian gangguan, pengalokasian sumber, dan negosiator.
Bagaimana seorang pemimpin memenuhi kesepuluh peran itu, hal itu akan ditentukan
bagaimana kepemimpinannya. Mereka akan memiliki kecocokan dengan salah satu peran, dan
biasanya mereka akan unggul dalam hal itu.
Page (Page, 1985 & Tornow, 1987) juga memusatkan teori kepemimpinannya pada peran
yang dibawakan pemimipin dalam posisi managerial. Menurutnya ada Sembilan kewajiban dan
tanggung jawab manager dalam organisasi. Yaitu penyelia (supervising), perencan dan
pengorganisasi, pembuat keputusan, pemantau indicator, pengendalian, perwakilan,
pengkooordinasi, konsultasi, dan administrasi.
Sebagai manager sudah barang tentu seseorang yang dapat menduduki sembilan peran
tersebut. Namun, setiap orang memiliki kemampuan tersendiri, sehingga ada yang kuat di peran
tertentu dan lemah di peran yang lain.
4) Teori Situasional
Teori situasional berintikan hubungan antara perilaku pemimpin dan situasi dilingkungan
pemimpin itu.dalam hal ini ada dua macam hubungan, yaitu (1) perilaku pemimpin yang
merupakan hasil atau akibat dari situasi dan (2) perilaku pemimpin merupakan penentu atau
penyebab situasi. Dengan perkataan lain, pada hubungan pertama, pemimpin merupakan variabel
ikutan (dependent variable), sedangkan yang kedua masuk dalam variabel bebas (independent
variable).6[6]
C. Tingkatan Pemimpin dan Kepemimpinan
a. Pemimpin
1. Top Management yang juga sering disebut dengan istilah” administrative management”
2. Middle Management
3. Lower Management, Supervisory Management, Gang leader, Mandur, atau Operational
Management.7[7]
b. Kepemimpinan
1. Pemimpin yang dicintai
2. Pemimpin yang dipercaya
3. Pembimbing
4. Pemimpin yang berkepribadian
5. Pemimpin Abadi.8[8]
D. Keterampilan/Kemampuan yang harus dimiliki pemimpin
1. Ketrampilan presentasi
2. Ketrampilan membangun tim yang kuat
3. Ketrampilan negosiasi
4. Ketrampilan bersikap baik
5. Ketrampilan memotivasi
6. Ketrampilan mengorganisasi
E. Tipe-tipe Kepemimpinan dan Kepemimpinan yang Efektif
1. Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan dapat disebut dengan model (gaya) kepemimpinan seseorang. Tipe
kepemimpinan yang secara luas dikenal adalah sebagai berikut.
1. Tipe Otoriter
Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah
menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi
oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah
mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka
harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.
Kelebihan:
a. Keputusan dapat diambil secara cepat
b. Mudah dilakukan pengawasan
Kelemahan:
a. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah.
b. Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan,
atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan.
c. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya.
d. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah
yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
e. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang dianggap
tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang-orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat,
dsb. Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak
emas dan bahkan diberi penghargaan.
f. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan
untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung.
g. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.
2. Tipe Laissez-faire (Bahasa Perancis : “biarkan mereka sendiri”)
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya,
dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya.Pemimpin akan menggunakan sedikit
kekuasaannya untuk melakukan tugas mereka.Dengan demikian sebagian besar keputusan diambil
oleh anak buahnya.Pemimpin semacam ini sangat tergantung pada bawahannya dalam membuat
tujuan itu.Mereka menganggap peran mereka sebagai ‘pembantu’ usaha anak buahnya dengan cara
memberikan informasi dan menciptakan lingkungan yang baik.
Kelebihan:
a. Keputusan berdasarkan keputusan anggota
b. Tidak ada dominasi dari pemimpin
Kekurangan:
a. Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.
b. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk
atau saran-saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan dan bentrokan.
c. Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata-mata disebabkan karena kesadaran dan
dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.
d. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa
pengawasan dari pimpinan.
3. Tipe Demokratis
Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan
anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara-
saudaranya. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan
kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
Kelebihan:
a. Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran
dari kelompoknya.
b. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan
bekerja dengan baik dan bertanggung jawab.
c. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan
mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di
samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai
kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.
Kekurangan:
a. Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak.
b. Sulitnya pencapaian kesepakatan.
4. Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic. Pemimpin yang bertipe
pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap
otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di
lembaga Pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan
bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan
didesak agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama. Pemimpin ini
menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam
bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan
itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.
5. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya
yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para
pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi.
Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap, dan perilaku serta gaya dari si
pemimpin.
2. Kepemimpinan yang Efektif
Bureaucrat Developer Bene Volent Executive
Patuh pada Mencipta Mampu Berorientasi ke
peraturan memotivasi masa depan
orang lain
Loyal Menggunakan Belajar dari Membangkitkan
orang lain pengalaman partisipasi
bawahan
Memelihara Percaya pada Efektif untuk Berpandangan
lingkungan orang lain memperoleh jangka panjang
dengan hasil
peraturan Mengembangkan Paham aturan Memotivasi
bakat orang lain dan metode dengan baik
kerja Bekerja efektif
Empat gaya kepemimpinan efektif (Anonim, 2009)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata pemimpin, kepemimpinan serta manajemen memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya
sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Keterampilan/Kemampuan yang harus dimiliki pemimpin:
a) Ketrampilan presentasi
b) Ketrampilan membangun tim yang kuat
c) Ketrampilan negosiasi
d) Ketrampilan bersikap baik
e) Ketrampilan memotivasi
f) Ketrampilan mengorganisasi

B. Saran
Demikianmakalah yang kami susun.Kritikdan saran yang membangun kami
harapkangunakaryatulis yang lebihbaiklagi, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta Timur :
PT Ikrar Mandiriabadi.
Dr. H. Abdul Choliq. 2013. Leadership. Semarang: Rafi Sarana Perkasa.
http://dhesiasri.blogspot.co.id/2012/11/makalah-kepemimpinan-dalam-manajemen.html diakses
pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 09.50 WIB
http://kompasiana.com/awanggolex/tingkat-kepemimpinan.html diakses pada tanggal 23 Mei
2016 pukul 21.16 WIB
http://djajendra-motivator.com diakses pada tanggal 23 Mei 2016 pukul 21:23 WIB

Anda mungkin juga menyukai