Lapsus THT
Lapsus THT
UNIVERSITAS PATTIMURA
Oleh:
NIM. 2017-84-035
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan kasus dengan judul “Otitis Media Akut Stadium Perforasi Auricula
Dextra”, dalam rangka memenuhi tugas sekaligus syarat mengikuti ujian
kepaniteraan klinik bagian Telinga, Hidung dan Tenggorakan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1. Telinga luar...................................................................... 3
2. Telinga tengah.................................................................. 4
3. Telinga dalam................................................................... 9
1. Definisi............................................................................. 14
2. Etiologi............................................................................. 14
3. Patologi............................................................................ 14
5. Terapi............................................................................... 16
6. Komplikasi....................................................................... 17
A. Identitas pasien........................................................................ 19
iii
B. Anamnesis............................................................................... 19
C. Pemeriksaan fisik.................................................................... 20
D. Pemeriksaan penunjang........................................................... 24
E. Diagnosa.................................................................................. 24
F. Diagnosis banding................................................................... 24
G. Terapi...................................................................................... 24
H. Anjuran.................................................................................... 24
BAB IV : DISKUSI........…………………………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA….....………………………………………….............. 27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum dari rongga
telinga tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya merupakan
komplikasi dari infeksi atau radang saluran nafas atas, misalnya common cold,
influenza, sinusitis, morbili, dan sebagainya. Infeksi kebanyakan melaui tuba
Eustachius, selanjutnya masuk ke telinga tengah. Infeksi saluran nafas bagian atas
akan menyebabkan invasi kuman ke telinga tengah bahkan sampai ke mastoid.
Kuman penyebab utama adalah bakteri piogenik seperti Streptococcus
hemolitikus, Staphylococcus aereus, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus
influenza.1
OMA lebih sering terjadi pada anak oleh karena infekasi saluran nafas atas
sangat sering terjadi pada anak–anak dan bentuk anatomi tuba Eustachius pada
anak lebih pendek, lebar dan agak horisontal letaknya dibanding orang dewasa.
Dengan keadaan itu infeksi mudah menjalar melalui tuba Eustachius.1-3
Menurut Klein dan Howie frekuensi tertinggi di OMA terdapat pada bayi
dan anak berumur 0-2 tahun. Sedangkan menurut Moch. Zaman melaporkan 50 %
dari kasus OMA ditemukan pada anak berumur 0 – 5 tahun dan frekwensi
tertinggi pada umur 0-1 tahun.2
Gejala klinis dari OMA antara lain sakit telinga, demam, kadang disertai
otore bila telah terjadi perforasi dari membran timpani. OMA dapat sembuh
dengan atau tanpa disertai perforasi membran timpani, tetapi dapat pula berlanjut
menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK) dan otitis media dengan efusi
(OME). Proses peradangan akut pada telinga tengah berjalan cepat dan sebagian
dapat menimbulkan proses destruktif, tidak hanya mengenai mukoperiostium saja
tetapi juga mengenai tulang-tulang sekitarnya karena telinga tengah hanya dibatasi
tulang-tulang yang tipis. Penjalaran penyakit ke daerah sekitarnya tergantung pada
keadaan penyakitnya sendiri dan terapi yang diberikan. Otitis media akut atau
OMA dapat memberikan komplikasi seperti abses subperiosteal sampai
komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak).1,2
1
Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis OMA secara tepat dan
akurat haruslah dimiliki terutama oleh seorang dokter.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga terdiri dari telinga 1uar, telinga tengah atau cavitas tympani, dan
telinga dalam atau labyrinthus. Telinga tengah berisi membran tympani dan
tulang-tulang pendengaran.3,4
1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus. Auricula
mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara.
Terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Auricula
mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh nervus facialis.3,4
3
Meatus dilapisi oleh kulit, dan sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut,
glandula sebacea, dan glandula ceruminosa. Glandula ceruminosa merupakan
modifikasi kelenjar keringat yang menghasilkan secret lilin berwarna coklat
kekuningan. Rambut dan 1ilin ini merupakan barier yang lengket, untuk
mencegah masuknya benda asing. Saraf sensorik yang menyarafi kulit yang
melapisi meatus berasal dari nervus auriculotemporalis dan ramus auricularis
nervi vagi. Aliran limfe menuju ke nodi parotidei superficiales, mastoidei, dan
cervicales superficiales.4
Gambar 2.2. Bagian-bagian Auris, sisi kanan; potongan longitudinal melalui Meatus acusticus,
Auris media, dan Tuba audiiva; dilihat dari frontal.5
2. Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis. Cavitas tympani berbentuk celah sempit yang dilapisi oleh membrana
mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan
getaran membrana tympanica (gendang telinga) ke perilympha telinga dalam. Di
depan ruang ini berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba auditiva dan di
belakang dengan antrum mastoideum.3
4
disebut tegmen tympani, yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis
temporalis. Lempeng ini memisahkan cavitas tympani dari meningen dan lobus
temporalis cerebri di dalam fossa cranii media. Lantai dibentuk di bawah oleh
lempeng tipis tulang, yang mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa.
Lempeng ini memisahkan cavitas tympani dari bulbus superior vena jugularis
interna. Dinding anterior dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan cavitas tympani dari arteria carotis interna. Pada bagian atas dinding
anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan
terletak lebih bawah menuju ke tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan
lebih kecil menuju ke saluran untuk musculus tensor tympani. Septum tulang
tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada
dinding medial, yang akan membentuk tonjolan mirip kerang. Di bagian atas
dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu aditus
ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit,
kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendo musculus stapedius.
Dinding lateral sebagian besar dibentuk oleh membrana tympanica. Dinding
medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari dinding
memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan oleh
lengkung pertama cochlea yang ada di bawahnya. Di atas dan belakang
promontorium terdapat fenestra vestibuli, yang berbentuk lonjong dan ditutupi
oleh basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat perilympha scalae vestibuli
telinga dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra cochleae,
yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membrana tympanica secundaria.3-5
Medial dari fenestra ini terdapat perilympha pada ujung buntu scala
tympani. Kerang tulang yang berkembang dari dinding anterior meluas ke
belakang pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibuli.
Kerang ini menyokong musculus tensor tympani. Ujung posteriornya melengkung
ke atas dan membentuk takil9 disebut processus cochleariformis. Di sekeliling
takik ini tendo musculus tensor tympani membelok ke lateral untuk sampai ke
tempat insersinya yaitu manubrium ma1lei. Sebuah rigi bulat berjalan secara
horizontal ke belakang, di atas promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal
5
sebagai prominentia canalis nervi facialis (berisi nervus facialis). Sesampainya di
dinding posterior prominentia ini melengkung ke bawah di belakang pyramis.3-5
Membrana Tympanica
6
Ossicula Auditus (Tulang-Tulang Pendengaran)
Ossicula auditus adalah malleus, incus, dan stapes. Malleus adalah tulang
pendengaran terbesar, dan mempunyai caput, collum, crus longum atau
manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis. Caput berbentuk
bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Collum adalah bagian sempit di
bawah caput. Manubrium berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan
erat pada permukaan medial membrana tympanica. Manubrium ini dapat dilihat
melalui membrana tympanica pada pemeriksaan dengan otoskop. Processus
anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan dinding anterior
cavitas tympani oleh sebuah ligamen. Processus lateralis menonjol ke lateral dan
melekat pada plica mallearis anterior dan posterior membrana tympanica. Incus
mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus berbentuk bulat dan bersendi
di anterior dengan caput mallei. Crus longum berjalan ke bawah belakang dan
sejajar dengan manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan
bersendi dengan caput stapedis. Bayangannya pada membrana tympanica kadang-
kadang dapat dilihat pada pemeriksaan dengan otoskop. Crus breve menonjol ke
belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavitas tympani oleh sebuah
ligamen. Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput
kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum sempit dan merupakan
tempat insersi musculus stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari collum
7
dan melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis dilekatkan pada pinggir
fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang disebut ligamentum
annulare.2,3,6
Otot-Otot Ossicula
Tuba Auditiva
Antrum Mastoideum
8
Dinding anterior berbatasan dengan cavitas tympani dan berisi aditus ad
antrum.
Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum
Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum
suprameatum.
Dinding medial berbatasan dengan canalis semicircularis posterior.
Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, tegmen tympani, yang
berbatasan dengan meningen pada fossa cranii media dan lobus temporalis
cerebri
Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan cellulae
mastoideae
3. Telinga dalam
9
Labyrinthus Osseus
10
membagi canalis ini. Membrana basilaris terbentang dari pinggir bebas lamina
spiralis sampai ke dinding luar tulang, sehingga membelah canalis cochlearis
menjadi scala vestibuli di sebelah atas dan scala tympani di sebelah bawah.
Perilympha di dalam scala vestibuli dipisahkan dari cavitas tympani oleh basis
stapedis dan ligamentum anulare pada fenestra vestibuli. Perilympha di dalam
scala tympani dipisahkan dari cavitas tympani oleh membrana tympanica
secundaria pada fenestra cochleae.3-5
Labyrinthus Membranaceus
11
berhubungan dengan sacculus melalui ductus reuniens. Epitel sangat khusus yang
terletak di atas membrana basilaris membentuk organ Corti dan mengandung
receptor-receptor sensoris untuk pendengaran.3-5
12
Gambar 2.6. Transmisi Gelombang Suara6
13
2.3 Otitis Media akut
1. Definisi
Otitis media akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid, yang berlangsung
kurang dari 12 minggu.3
2. Etiologi
Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh yang
terganggu. Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama
dari penyakit ini. Karena fungsi tuba yang terganggu, pencegahan invasi kuman
ke telinga tengah dari faring juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam
telinga tengah dan terjadi peradangan. Selain itu, infeksi saluran pernapasan atas
adalah pencetus lain dari terjadinya OMA.3
3. Patologi
Tanda pada stadium ini adalah gambaran retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif pada telinga tengah, akibat absorbsi udara. Terkadang
membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah
terjadi, tetapi tidak terdeteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media
serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.3
14
b. Stadium hiperemis
c. Stadium supurasi
Pada stadium supurasi, akan terjadi edema yang hebat pada mukosa telinga
tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang
purulen di kavum timpani, mengakibatkan membran timpani tampak menonjol
(bulging) ke arah liang telinga luar.3
Pasien akan merasa sangat sakit, nadi dan suhu meningkat. Apabila tekanan
oleh nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, dan berakhir
dengan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini akan terlihat sebagai daerah
yang lebih lembek dan berwarna kekuningan pada membran timpani.3
d. Stadium perforasi
e. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani akan
perlahan-lahan menjadi normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, sekret akan
berkurang dan kering. Jika daya tahan tubuh baik atau virulensi rendah, maka
resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.3
15
OMA berubah menjadi OMSK dengan perforasi menetap dan sekter tetap
keluar terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa
berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadi
perforasi.3
5. Terapi
Terapi pada stadium hiperemis adalah antibiotik, obat tetes hidung dan
analgetik. Antibiotik yang dianjurkan adalah golongan penisilin atau ampisilin.
Pemberian antibiotik dianjurkan minimal 7 hari. Bila pasien alergi penisilin, maka
diberikan eritromisin.3
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang
keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci
telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret
akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.3
16
6. Komplikasi
Petrositis
Mastoiditis koalesen
Labirinitis
Tuli sarat/sensorineural
Komplikasi intrakranial
Abses ekstradura
Abses subdura
Abses otak
Meningitis
Hidrosefalus otikus
17
Komplikasi ekstrakranial
Abses retroauricular
Abses Bezold’s
Abses zigomatikus
18
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
a. Nama : An. R
b. Umur : 4 tahun
d. Alamat : Tantui
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan :-
g. No. RM : 07-83-52
B. Anamnesis
Keluhan keluar cairan dari telinga kanan sejak 1 bulan yang lalu. Cairan
telinga sebelum keluar cairan, telinga penuh, gatal (-), korek (-), telinga
19
c. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat alergi (-), pasien belum pernah
d. Riwayat Kebiasaan:
f. Riwayat Pengobatan
telinga
C. Pemeriksaan Fisik
Pernafasan : 24 x/ menit
a. Pemeriksaan Telinga
Kanan Kiri
20
2. Otoskopi
Kanan Kiri
coklat sedikit
Sesudah ditetes
di kuadran belakang
bawah, Refleks
cahaya/RC (-),
Hiperemis (-)
21
3. Pemeriksaan Pendengaran Sulit dievaluasi karena pasien tidak
koperatif
Kanan Kiri
Kesimpulan - -
b. Pemeriksaan Hidung
Kanan Kiri
2. Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri
22
Septum Deviasi (-), pucat Deviasi (-), pucat
1. Inspeksi
Mulut
o Trismus :-
o Lidah : Bersih
Tenggorokan
d. Pemeriksaan Leher
23
D. Pemeriksaan Penunjang :
a. Laboratorium : -
b. PA :-
c. Foto :-
E. Diagnosa
F. Diagnosis Banding
2. Otomikosis
3. OMSK
G. Terapi
Vit. B6 ½ tab
S 3 dd pulv I
H. Anjuran
24
BAB IV
DISKUSI
Pasien atas nama An. R, umur 4 tahun dibawa ibunya ke Poliklinik THT
karena keluar cairan dari telinga kanan. Dari hasil anamnesis, keluhan keluar
cairan dari telinga kanan sejak 1 bulan yang lalu. Cairan berwarna kuning, sedikit
berbau busuk, darah (-), dan keluar terus-menerus. Nyeri di telinga sebelum keluar
cairan, telinga penuh, gatal (-), korek (-), telinga penuh (+), penurunan
pendengaran (+). Ibu pasien mengatakan pasien sebelumnya flu terlebih dahulu ±
1 bulan sebelum telinga pasien sakit. Batuk (-), demam (-). Berdasarkan hasil
Anamnesis
Pasien mengalami keluar cairan dari telinga kanan sejak 1 bulan, keluhan diawali
dengan flu. Pasien awalnya merasa nyeri dan demam tetapi setelah keluar cairan,
Pemeriksaan fisik
Pada otoskopi sebelum ditetesi H2O2 3% didapati adanya sekret yang pada liang
telinga kanan, dan setelah ditetesi H2O2 3% pada telinga kanan didapati bahwa
25
lendir (ambroxol). Selain itu pada pasien juga diberikan terapi roboransia berupa
vitamin B6.
26
DAFTAR PUSTAKA
27