Dosen Pengampu:
Wirawan W. Mandala,S.T.,M.T
Disusun Oleh :
Dian Israyani
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Maka dari itu setelah fase sekunder, pada kegiatan eksploitasi, selanjutnya
masuk fase tersier dan pada fase tersier inilah EOR akan diterapkan. Dimana
dengan meningkakan daerah pengurasan minyak sehingga mampu meningkatkan
produksi.
1.2 Tujuan Penulisan
I. Pengenalan EOR
Pada 1928, pola five spot ditemukan dan diterapkan secara meluas di
lapangan-lapangan minyak. Selain tahun-tahun tersebut, operasi waterflood juga
tercatat dilakukan di Oklahoma pada tahun 1931, di Kansas pada tahun 1935, dan
di Texas pada tahun 1936.Dibandingkan dengan masa sekarang, penerapan
waterflood pada masa dahulu boleh dibilang sangat sedikit. Salah satu faktor
penyebabnya adalah karena pada zaman dahulu pemahaman tentang waterflood
masih sangat sedikit. Selain itu, pada zaman dahulu produksi minyak cenderung
berada diatas kebutuhan pasar. Signifikansi waterflood mulai terjadi pada akhir
1940-an, ketika sumur-sumur produksi mulai mencapai batasan ekonomis
(economic limit)nya dan memaksa operator berpikir untuk meningkatkan
producable reserves dari sumur-sumur produksi. Pada 1955, waterflood tercatat
memberikan konstribusi produksi lebih dari 750000 BOPD dari total produksi
6600000 BOPD di Amerika Serikat. Dewasa ini, konstribusi waterflood mencapai
lebih dari 50% dari total produksi minyak di Amerika Serikat.
a.Surfactant
Surfactant yang dipakai umumnya Commercial Petroleum Sulfonate, Sodium
Dodecyl Sulfate. Tujuan digunakannya surfactant adalah menurunkan tegangan
permukaan (interfacial tension) minyak-air di dalam reservoir. Dengan
menurunnya tegangan permukaan, maka akan menurunkan tekanan kapiler yang
berpengaruh terhadap wettabilitas batuan. Sehingga akan meningkatkan effisiensi
pendesakan (Displacement efficiency).
Proses surfactant flooding:
– Preflush.
System pengkondisian reservoir. Biasanya diinjeksikan dalam volume sedikit
dengan chemical surfactant.
– Surfactant slug
Ini merupakan tahap injeksi selanjutnya dengan memasukkan chemical
surfactant dengan besaran 25-100% pore volume reservoir. Tujusnnya untuk
mendapatkan mobility ratio yang baik (M<1) yang akan meningkatkan
Displacement efficiency.
– Mobility buffer
Biasanya yang berfungsi sebagai mobility buffer adalah chemical polymer.
– Mobility buffer taper
Air yang tercampur dengan
– Chase water
Air pendorong.
Batasan Surfactant flooding:
b. Polymer
c. Alkaline
KESIMPULAN