SBB III Type 2 (7 Diafragma) Mizan
SBB III Type 2 (7 Diafragma) Mizan
B. Baja Tulangan
Tulangan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah tulangan yang ada di pasaran
dengan alasan mudah didapat dan umum bagi pelaksana di lapangan. Mutu baja yang
digunakan :
a. Kuat tarik ulur baja prestress 18.000 kg/cm2
b. Baja tulangan D > 13 mm menggunakan U – 39
c. Baja tulangan D < 13 mm menggunakan U – 24
d. Mutu baja railing mengikuti SK-SNI yang ada atau Standard ASTM
C. Balok Prategang
Balok prategang yang digunakan dipesan dari PT. Wijaya Karya dengan dimensi yang
sudah ada dengan tinggi balok 160 cm dan panjang 28,00 m. Adapun untuk spesifikasi
dimensi yang sudah ada adalah sebagai berikut :
550
550
180
124
75
1600
1600
100
21
225
225
650 650
E. Elastomer
Dimensi elastomer yang digunakan dalam perencanaan ini dapat di dimensi sendiri,
kemudian dipesankan pada pihak suplier. Dimensi rencana yang digunakan dalam
perhitungan adalah ( 40 x 45 x 45 ) cm.
F. Pipa Baja
Pipa baja digunakan dalam sandaran. Dipasang pada jarak tepi 150 cm dan jarak tengah
setiap 200 cm. Diameter pipa yang digunakan Ø 7,63 cm.
Perhitungan Pembebanan
Berdasarkan buku “Panduan Perencanaan Teknik Jembatan – Bridge Management System
tahun 1992” data pembebanan terdiri dari :
1) Beban berat sendiri ( beban mati )
2) Beban mati tambahan
3) Beban kendaraan rencanan ( beban truk “T” )
4) Beban lajur “D” dan beban garis “KEL”
5) Gaya rem
6) Beban pejalan kaki
7) Beban angin
1) Beban mati
Berat jenis bahan untuk batas ultimate ( ULS ) dalam perhitungan konstruksi sebesar :
Beton bertulang = 25 x 1,3 kN/m3
= 3,25 T/m3
Beton aspal = 22 x 1,0 kN/m3 ( BMS-1992 vol. 1, hal 2 – 15 )
= 2,2 T/m3
Beton prategang = 25 x 1,2 kN/m3 ( BMS-1992 vol. 1, hal 2 – 15 )
= 3,12 T/m3
Beton konvensional = 25 x 1,2 kN/m3 ( BMS-1992 vol. 1, hal 2 – 15 )
= 3,0 T/m3
Pada jembatan bentang 28 meter, balok prategang yang digunakan sebanyak 5 buah,
tentunya dalam perencanaan digunakan balok yang pembebanannya paling berat
yaitu balok tengah, maka beban “D” yang digunakan 0,83 T/m2 karena dalam
wilayah balok tersebut persebaran beban “D” masih 100 %.
Beban “KEL”
Menurut BMS-1992 hal 2 – 22, beban garis “KEL” sebesar p kN/m, ditempatkan
dalam kedudukan sembarang sepanjang jembatan dan tegak lurus pada lalu lintas.
qp = 4,4 kN/m = 4,4 T/m
Pada beban KEL terdapat faktor beban Dinamik ( DLA ) yang mempengaruhi, maka
besarnya DLA jembatan bentang 28 meter :
BM 100 qp = 100% x 4,4 = 4,4 T/m
L ≥ 90 m DLA = 30 %
L ≤ 50 m DLA = 40 %
L = 28,00 m DLA = 40 %
Dengan DLA = 40 %, maka qp = ( 100 % + 40 % ) x 4,4
= 6,16 T/m
P = 6,16 . 1,85 = 11,396 T
4) Gaya Rem
Pengaruh rem dan percepatan lalu lintas harus dipertimbangkan sebagai gaya
memanjang. Gaya ini tidak tergantung pada lebar jembatan, tetapi gaya ini tergantung
pada panjang struktur yang tertahan atau bentang jembatan.
Berdasarkan Tabel 2.20. besarnya gaya rem untuk bentang 28,00 m :
Gaya Rem bentang < 80 m ≤ 250 kN
Gaya Rem bentang > 100 m ≥ 300 kN
Gaya Rem Balok bentang 28 = 250 kN = 25 T
5) Beban Angin
Berdasarkan BMS-1992 hal 2 – 44, karena jembatan bentang 28 meter didaerah jauh
dari pantai ( > 5 km ), maka rencana kecepatan angin yang digunakan sebesar 25 m/dt
sedang Cw yang digunakan sebesar :
b/d jembatan = = 3,52
Cw untuk b/d = 2 adalah 1,5
Cw untuk b/d = 6 adalah 1,25
Cw untuk b/d = 3,52 adalah
Dianggap ada angin yang lewat bekerja merata di seluruh permukaan struktur atas
jembatan, maka Tew ( beban angin ) yang digunakan sebesar :
Tew = 0,0006 . Cw . Vw2 . Ab BMS-1992 hal 2 – 43
= 0,0006 . 1,655 . 252 . 3,12
= 1,94 kN/m
= 194 kg/m
Beban angin per mm2 :
Tew = 0,0006 . Cw . Vw2
= 0,0006 . 1,655 . 252
= 0,621 kN/m2
= 0,0621 T/m2
Perhitungan Struktur Atas
1. Pelat Lantai Kendaraan
Spesifikasi Teknis :
Tebal lantai = 20 cm
Tebal perkerasan = 5 cm
Panjang plat beton = 7,4 m
Mutu beton ( fc ) = 50 MPa
Mutu baja ( fy ) = 280 MPa
Jarak antar girder = 1,4 m
Bentang = 28 m
Perhitungan koefisien momen maksimum diambil dari Tabel GTBPP hal. 24 :
Mlap = 1/11.q.L2
Mtump = 1/10.q.L2
Pembebanan :
a. Beban Tetap ( mati )
Beban tetap per 1 m2 adalah sebagai berikut :
Berat sendiri plat = 0,2 x 1 x 2500 = 500 kg/m
Berat pavement = 0,05 x 1 x 2300 = 115 kg/m
Berat air hujan = 0,10 x 1 x 1000 = 100 kg/m
Jumlah qd = 715 kg/m
qu = 1,2 x qd
= 1,2 x 715
= 858 kg/m
= 8,58 kN/m
Mlap = 1/11 x 8,58 x 1,42 = 1,53 kNm
Mtump = 1/10 x 8,58 x 1,42 = 1,68 kNm
b. Beban Muatan ( T )
Untuk perhitungan kekuatan lantai kendaraan atau sistem kendaraan jembatan harus
digunakan beban “T”, yaitu beban yang merupakan kendaraan truk yang
mempunyai beban roda ganda ( dual wheel load ) sebesar 10 ton
Gambar 1.4. Gambar kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda ( dual
wheel load ) sebesar 10 ton.
ly = 28000
lx = 1400
bx = 50 + ( 2 x 15 ) = 80 cm
by = 30 + ( 2 x 15 ) = 60 cm
Lx = 1,4 m
Ly = 28 m ( diafragma tidak mendukung lantai )
Jembatan Kelas I = 100 % Muatan Bina Marga
T = 10 ton = 100 kN
Beban yang diterima plat :
q = T / 0,6
= 100 / 0,6
= 166,67 kN/m
Faktor pembebanan :
qu = 1,6 . q
= 1,6 . 166,67
= 266,67 kN/m
Reaksi tumpuan :
266,67 x 0,8 (0,4 + 0,525)
Ra = = 140,95 kN
1,4
Ly = 28000
Lx = 1400
Lx = 1,4 m
Ly = 28 m ( diafragma tidak mendukung lantai )
Jembatan Kelas I = 100 % Muatan Bina Marga
Ra = 0,80 x 266,67 = 213,34 kN
Mo = ( 0,7.Ra ) – {( 0,80.qu ) x ( 10 - 0,80/2 )}
= ( 0,7 . 213,34 ) – {( 0,80 . 266,67 ) x ( 10 - 0,4 )}
= 21,334 kNm
Gambar 1.9. Tampak atas penyebaran beban roda
Penulangan :
a. Penulangan Arah x Lapangan
= 62,09 kNm
RI = 0,85.fc’
= 0,85 . 50
= 42,5 MPa
β . 450
Fmax =
600 + 𝑓𝑦
0,85 . 450
=
600 + 280
= 0,435
1,4
Fmin =
𝑅𝐼
1,4
=
42,5
= 0,033
Mn
K =
𝑏.𝑑 2 .𝑅𝐼
62,09.10−3
=
1 . 0,1522 . 42,5
= 0,063
F = 1 - √1 − 2𝐾 = 0,065
Karena, Fmin < F < Fmax.
𝑅𝐼
Maka, As = F.b.d.
𝑓𝑦
42,5
= 0,065 . 1000 . 152 .
280
2
= 1499,64 mm
Digunakan D16 – 125 (As = 1608 mm2)
Kontrol kapasitas penampang :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠.𝑓𝑦
F =
𝑏.𝑑.𝑅𝐼
1608 . 280
=
1000 . 152 . 42,5
= 0,07
Karena, Fmin < F < Fmax ( 0,033 < 0,07 < 0,435 ) OK!
Kontrol rasio penulangan :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠 1608
ρ = = = 0,011
𝑏.𝑑 1000 . 152
Karena ρ min < ρ < ρ max ( 0,005 < 0,011 < 0,042 ) OK!
b. Penulangan Arah x Tumpuan
MTx
Mn =
0,8
42,92
=
0,8
= 53,65 kNm
d = 200 – 40 -16/2
= 152 mm
Mn
K =
𝑏.𝑑 2 .𝑅𝐼
53,65.10−3
=
1 . 0,1522 . 42,5
= 0,055
F = 1 - √1 − 2𝐾 = 0,057
Karena, Fmin < F < Fmax
𝑅𝐼
Maka, As = F.b.d.
𝑓𝑦
42,5
= 0,057 . 1000 . 152 .
280
= 1315,07 mm2
Digunakan D16 – 125 (As = 1608 mm2)
Kontrol kapasitas penampang :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠.𝑓𝑦
F =
𝑏.𝑑.𝑅𝐼
1608 . 280
=
1000 . 152 . 42,5
= 0,07
Karena, Fmin < F < Fmax ( 0,033 < 0,07 < 0,435 ) OK!
Kontrol rasio penulangan :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠 1608
ρ = = = 0,011
𝑏.𝑑 1000 . 152
Karena ρ min < ρ < ρ max ( 0,005 < 0,011 < 0,042 ) OK!
c. Penulangan Arah y Lapangan
Mly = 11,80 kNm
MLy
Mn =
0,8
11,80
=
0,8
= 14,75 kNm
dy = 200 – 40 -16 - 16/2
= 136 mm
Mn
K =
𝑏.𝑑 2 .𝑅𝐼
14,75.10−3
=
1 . 0,1362 . 42,5
= 0,0188
F = 1 - √1 − 2𝐾 = 0,019
Karena, F < Fmin digunakan Fmin
𝑅𝐼
Maka, As = Fmin.b.d.
𝑓𝑦
42,5
= 0,033 . 1000 . 136 .
280
= 681,21 mm2
Digunakan D16 – 125 (As = 1608 mm2)
Kontrol kapasitas penampang :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠.𝑓𝑦
F =
𝑏.𝑑.𝑅𝐼
1608 . 280
=
1000 . 136 . 42,5
= 0,08
Karena, Fmin < F < Fmax ( 0,033 < 0,08 < 0,435 ) OK!
Kontrol rasio penulangan :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠 1608
ρ = = = 0,012
𝑏.𝑑 1000 . 136
Karena ρ min < ρ < ρ max ( 0,005 < 0,012 < 0,042 ) OK!
D16 - 125 D16 - 125
Tegangan Ijin
f’c = 50 MPa
f’ci = 0,9 x f’c = 0,9 x 50 = 45 MPa
a) Tegangan Awal
fci = 0,6 x f’ci
= 0,6 x 45
= 27 MPa
fti = -0,5 √𝑓′𝑐𝑖
= -0,5 √45
= -3,35 MPa
b) Tegangan Akhir
fc = 0,45 x f’c
= 0,45 x 50
= 22,5 MPa
ft = -0,56 √𝑓′𝑐
= -0,56 √50
= -3,96 MPa
Dalam perencanaan ini digunakan tanda positif untuk tegangan tekan (+) dan tanda
negatif untuk tegangan tarik (-).
124
I
III III
75
1076
II
1600
100
IV IV
225
V
650
Σ IX (cm4) 29818340,10
Σ𝐼𝑥 29818340,10
Wa = = = 822121,315 cm3
Ya 36,27
Σ𝐼𝑥 29818340,10
Wh = = = 336057,028 cm3
Yb 88,73
2) Setelah Komposit
Bmax
Beff
20 cm
7 cm
Deck Slab
Balok Pratekan
160 cm
Ix Ya
ma = : = 1,3
Ix' Ya'
A ya yb Ix Wa Wb
Uraian 2 4 3
(cm ) (cm) (cm) (cm ) (cm ) (cm3)
Balok
4770,05 36,27 88,73 29818340,10 822121,315 336057,028
Precast
Balok
7094,05 - 49,66 229,66 30916305,61 622559,52 134617,72
Composite
Pembebanan Balok Prategang
1) Beban Mati
Berat sendiri balok prategang (q1)
q1 = Ac x γBeton Pratekan ULS
= 0,477005 x 3,12
= 1,49 t/m
Berat plat lantai (q2)
q2 = Aplat x γBeton Pratekan ULS
= 0,2 x 1,4 x 3,25
= 0,91 t/m
Berat pavement (q3)
q3 = A x γBeton Aspal ULS
= 0,05 x 1,4 x 2,2
= 0,154 t/m
Berat diagfragma (P)
P = Vdiafragma x γBeton Pratekan ULS
= 0,25 x 1,67 x 1,075
= 1,459 t
Total Beban q = q1 + q2 + q3
= 1,49 + 0,91 + 0,154
= 2,554 t/m
Total Beban P = 1,459 t
2) Beban Hidup
3) Momen Total
MT = Mm + Mh
= 296,2505 + 182,672
= 478,923 tm
MP = momen pada prategang akibat berat sendiri balok, plat dan balok
diafragma sebelum komposit berfungsi (tanpa beban aspal dan beban
hidup
1 1
= (8 𝑥 ( 1,49 + 0,91 ) 𝑥 28) + (4 𝑥 8,025 𝑥 28)
= 291,375 tm
MC = Momen penampang komposit (MT – MP)
= 478,923 – 291,375
= 187,548 tm
Perhitungan Gaya Prategang
Spesifikasi beton prategang (K-500)
f’c = tegangan umur 28 hari = 50 MPa
f’ci = tegangan beton saat transfer (umur 14 hari)
= 0,9 . 50
= 45 MPa
Kondisi Awal
fti = -3,35 MPa
fci = 27 MPa
Kondisi Akhir
ft = 3,96 MPa
fc = 22,5 MPa
F0 e
Fbottom = + . (1 + )
A KA
520,355 90
= + . (1 + )
4770,05 172,35
= 0,166 t/cm2
F0 e
Ftop = + . (1 − )
A KB
520,355 90
= + . (1 − )
4770,05 70,45
= - 0,030 t/cm2
Akibat Gaya Prategang Efektif :
F F
CGC e = 90 cm
CGS
F e
Fbottom = + . (1 + )
A KA
416,284 90
= + . (1 + )
4770,05 172,35
= 0,133 t/cm2
F e
Ftop = + . (1 − )
A KB
416,284 90
= + . (1 − )
4770,05 70,45
= - 0,024 t/cm2
Akibat Berat Sendiri Balok Prategang :
q
MG 21530,5
Fbottom = - = - = - 0,026 t/cm2
A × KA 4770,05 × 172,35
MG 21530,5
Ftop =+ = + = + 0,064 t/cm2
A × KA 4770,05 × 70,45
MT 68585,7
Fbottom = - = - = - 0,103 t/cm2
A × KA 4770,05 × 172,35
MT 68585,7
Ftop =+ = + = + 0,204 t/cm2
A × KA 4770,05 × 70,45
Kombinasi Tegangan :
Keadaan Awal (Gaya Prategang Awal + Berat Sendiri Balok Prategang)
Serat Atas (ft) = -0,030 + 0,064
= 0,034 t/cm2
= 3,4 MPa < 3,5 MPa OK!
Serat Bawah (fb) = 0,166 + (- 0,026)
= 0,14 t/cm2
= 14 MPa < 27 MPa OK!
Akibat Gaya Prategang Efektif (Gaya Prategang Efektif + Muatan Total)
Serat Atas (ft) = - 0,024 + 0,204
= 0,18 t/cm2
= 18 MPa < 22,54 MPa OK!
Serat Bawah (fb) = 0,133 + (- 0,103)
= 0,03 t/cm2
= 3 MPa < 3,96 MPa OK!
Perhitungan Kabel Prategang (Tendon)
1) Ukuran Tendon
Digunakan untaian kawat/strand “seven wire strans” dengan diameter setiap
strand 0,5”. Luas tiap strand 129,016 mm2, jumlah strand 7.
Luas tampang = 903,116 mm2 = 9,031 cm2
Tegangan batas fpu = 18000 kg/cm2 = 18 ton/cm2
Gaya pra penegangan terhadap beban
Fpu = fpu x luas tampang
= 18 x 9,031
= 162,558 t/cm2
Tegangan baja prategang, tegangan ijin menuruc ACI :
Tegangan saat transfer, Tat = 0,8 Tpu
Tegangan saat beton bekerja, Tap = 0,7 Tpu
F0 = 520,355 t/cm2
𝐹0 520,355
n = = = 4,57 ≈ 5 buah
0,7 × 𝐹𝑝𝑢 0,7 × 162,558
x1 0 0 0 44,37
x2 3,85 86,48 16,62 27,75
x3 7,7 150,87 28,99 15,38
x4 050
11,55 193,18 37,13 7,24
0
x5 15,4 213,40 41,01 3,36
0
b. Kondisi saat beton bekerja penuh
MT
a2 =
F
Keterangan :
MT = MG + Msetelah kehilangan gaya pratekan dan lantai dicor
a2 = Jarak titik berat tendon di bawah batas bawah kern (kb’)
F = 416,284 t
= 186,15 kg/cm2
= 18,615 MPa
Maka :
ΔfpES = 5,490 x 186,15 = 1021,96 kg/cm2
Pengurangan nilai Pi digunakan reduksi 10%, maka :
ΔfpES = 0,9 x 1021,96
= 919,764 kg/cm2
= 91,976 MPa
Karena ada 6 buah tendon
ES = 0,5 x 91,976
= 45,988 MPa
2. Akibat rangkak beton (Creep Losses)
𝐸𝑝𝑠
ΔfpCR = Kcr . . (fcs – fcsd)
𝐸𝑐
Kcr = untuk struktur pasca tarik, koefisien rangka beton 1,6
Mp . e 4,15.107 x 90
Fcsd = = = 125,258 kg/cm2 = 12,526 MPa
I 29818340,1
Fcs = 18,615 MPa
Maka, ΔfpCR = Kcr . n . (fcs – fcsd)
= 1,6 . 5,49 . (18,615 – 12,526)
= 53,49 MPa
3. Akibat susut beton (Shrinkage)
ΔfpSH = €SH . Eps
Dimana :
€SH = 0,0005
= jumlah tegangan sudut sisa yang mengurangi besar 0,0005 setelah umur
beton 28 hari baru dilaksanakan kabel, pada saat tersebut susut beton
mencapai 40%
Eps = 2.000.000 kg/cm2
Maka, ΔfpSH = 0,0005 x 2.000.000 x 40% = 400 kg/cm2 = 40 MPa
4. Akibat relaksasi baja
𝐿𝑜𝑔 𝑡 𝑓′𝑝𝑖
ΔfpR = fpi . .( − 0,55. )
10 𝑓𝑝𝑢
Menurut buku “Struktur Beton Pratekan Ir. Han Aylie” tegangan terbesar
terdapat pada ¼ . L dari tumpuan.
x = ¼ . 28
= 7,0 m = 700 cm
Mmaks 𝐿.𝑥 − 𝑥 2
=
Vt 𝐿 −2.𝑥
2800 . 850 − 8502
=
2800 −2 . 850
= 1506,8 cm = 15068 mm
6,65.109
Vci = ½ . 170 . 1537,5 . √50 +
12750
= 1445668,802 N
Jadi Vc = Vci = 1445668,802 N
ϕ.Vs = Vu – ϕ.Vc
ϕ = faktor reduksi kekuatan = 0,6
0,6.Vs = 568747 – 0,6 . 1445668,802
= 497757,135 N
Tulangan rencana sengkang D10 (As = 157 mm2)
Av . fy . d
S =
Vs
157 . 280 . 1537,5
=
497757,135
= 135,79 mm ≈ 150 mm
Jadi dipakai tulangan sengkang D10 – 150
End Block
Akibat stressing maka pada ujung balok terjadi tegangan yang besar dan untuk
mendistribusikan gaya prategang tersebut pada seluruh penampang balok, mala
perlu suatu bagian ujung block (end block) yang panjangnya maksimal sama dengan
tinggi balok dengan selurunya merata selebar flns balok. Pada bagian end block
tersebut terdapat dua macam tegangan yang berupa :
1. Tegangan tarik yang disebut Bursting Zone terdapat pada pusat penampang di
sepanjang garis beban.
2. Tegangan tarik yang tinggi yang terdapat pada permukaan ujung end block, yang
disebut Spalling Zone (daerah yang terkelupas).
Untuk menahan tegangan tarik di daerah Bursting Zone digunakan sengkang atau
tulangan spira longitudinal. Sedangkan untuk tegangan tarik di daerah Spalling Zone
digunakan Wiremesh atau tulangan biasan yang dianyam agar tidak terjadi retakan.
Perhitungan besarnya gaya yang bekerja pada end block adalah berupa pendekatan.
Panjang end block < h
Diambil panjang end block = 1000 mm
Gaya yang terjadi pada end block dicari dengan rumus sebagai berikut :
Angkur Tunggal :
(𝑏2 − 𝑏1 ) 3
TO = 0,04 . F + 0,20 . [ ] .F
(𝑏2 + 𝑏1 )
Angkur Majemuk :
(𝑏2 − 𝑏1 ) 3
TO = 0,20 . [ ] .F
(𝑏2 + 𝑏1 )
𝐹
Ts = . (1 – γ)
3
Dimana : TO = gaya pada Spalling Zone
TS = gaya pada Bursting Zone
F = gaya prategang efektif
b1,b2 = bagian – bagian dari prisma
1. Perhitungan Tulangan pada daerah spalling zone
Prisma 1
416,284
F1 = = 104,071 t
4
b1 = 25 cm
b2 = 11 cm
Prisma 2
416,284
F2 = = 104,071 t
4
b1 = 11 cm
b2 = 27,5 cm
Prisma 3
416,284
F3 = = 104,071 t
4
b1 = 27,5 cm
b2 = 11 cm
Prisma 4
416,284
F4 = = 104,071 t
4
b1 = 11 cm
b2 = 25 cm
Perhitungan tegangan yang terjadi pada permukaan End Block dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 6. Perhitungan tegangan pada permukaan end block.
3. Balok Diafragma
550
180 124
75
1076
1600
100
225
650
1400
P = σ.A
= 17,65 . 250 . 1076
= 4747850 N
Direncanakan menggunakan dua buah tendon sehingga gaya prategang
efektifnya menjadi :
P = 2.F
P
F =
2
4747850
=
2
= 2373925 N
= 1064504474 Nmm
Direncanakan tulangan pokok D19 dan sengkang D8, maka
d = h – p – Dsengkang – 0,5 Dtulangan pokok
= 1076 – 40 – 8 – 0,5.19
= 1018,5 mm
𝑀𝑢 1064504474
= = 4,105 MPa
𝑏.𝑑2 250 . 1018,52
𝑀𝑢 𝑓𝑦
= 0,8.ρ.320.(1 – 0,0588.ρ. )
𝑏.𝑑2 𝑓′𝑐
280
4,105 = 0,8.ρ.320.(1 – 0,0588.ρ. )
50
ρ = 0,01612
1,4 1,4
ρmin = = = 0,005
fy 280
karena ρ > ρmin, maka digunakan ρ = 0,01586
As = ρ.b.d
= 0,01612 . 250 . 1018,5
= 4104,6 mm2
Maka digunakan tulangan 15 D 19 (As = 4253 mm2)