Anda di halaman 1dari 39

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN

 Data – data perancangan :


1. Jenis Jembatan : Lalu Lintas Atas
2. Status Jalan : Jalan Arteri Primer Kelas 1
3. Konstruksi Jembatan : Jembatan Prategang I dengan Lantai Komposit
4. Data Konstruksi Jembatan
Bentang Jembatan : 28,00 m ( tanpa pilar )
Lebar Jembatan : 9,00 m ( 2 lajur )
Lebar Jalur : 2 x 3,50 m
Lebar Bahu Jalan : 1,00 m
5. Bangunan Bawah : abutment tembok penahan kontrafort
6. Tipe Pondasi : pondasi sumuran

 Spesifikasi Bahan untuk Struktur


A. Beton
Struktur utama dalam perencanaan ini hampir seluruhnya menggunakan konstruksi dari
beton bertulang. Mutu beton yang digunakan dalam perencanaan konstruksi jembatan
dapat dilihat di bawah ini :
a. Gelagar Prategang = K - 500
b. Plat lantai, plat injak dan diafragma = K - 350

B. Baja Tulangan
Tulangan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah tulangan yang ada di pasaran
dengan alasan mudah didapat dan umum bagi pelaksana di lapangan. Mutu baja yang
digunakan :
a. Kuat tarik ulur baja prestress 18.000 kg/cm2
b. Baja tulangan D > 13 mm menggunakan U – 39
c. Baja tulangan D < 13 mm menggunakan U – 24
d. Mutu baja railing mengikuti SK-SNI yang ada atau Standard ASTM
C. Balok Prategang
Balok prategang yang digunakan dipesan dari PT. Wijaya Karya dengan dimensi yang
sudah ada dengan tinggi balok 160 cm dan panjang 28,00 m. Adapun untuk spesifikasi
dimensi yang sudah ada adalah sebagai berikut :
550
550
180

124
75
1600
1600

100
21

225
225
650 650

Gambar 1.1. Dimensi Balok Girder

D. Kabel Prategang ( Tendon )


Kabel prategang yang digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
Diameter nominal = ½”
Tegangan ultimate minimum ( fpu ) = 190 kg/mm2
Tegangan leleh minimum ( fpy) = 160 kg/mm2
Nominal section Ap = 98,71 kg/mm2
Kabel tendon yang digunakan = Seven Wire Strand

E. Elastomer
Dimensi elastomer yang digunakan dalam perencanaan ini dapat di dimensi sendiri,
kemudian dipesankan pada pihak suplier. Dimensi rencana yang digunakan dalam
perhitungan adalah ( 40 x 45 x 45 ) cm.

F. Pipa Baja
Pipa baja digunakan dalam sandaran. Dipasang pada jarak tepi 150 cm dan jarak tengah
setiap 200 cm. Diameter pipa yang digunakan Ø 7,63 cm.
 Perhitungan Pembebanan
Berdasarkan buku “Panduan Perencanaan Teknik Jembatan – Bridge Management System
tahun 1992” data pembebanan terdiri dari :
1) Beban berat sendiri ( beban mati )
2) Beban mati tambahan
3) Beban kendaraan rencanan ( beban truk “T” )
4) Beban lajur “D” dan beban garis “KEL”
5) Gaya rem
6) Beban pejalan kaki
7) Beban angin

1) Beban mati
Berat jenis bahan untuk batas ultimate ( ULS ) dalam perhitungan konstruksi sebesar :
 Beton bertulang = 25 x 1,3 kN/m3
= 3,25 T/m3
 Beton aspal = 22 x 1,0 kN/m3 ( BMS-1992 vol. 1, hal 2 – 15 )
= 2,2 T/m3
 Beton prategang = 25 x 1,2 kN/m3 ( BMS-1992 vol. 1, hal 2 – 15 )
= 3,12 T/m3
 Beton konvensional = 25 x 1,2 kN/m3 ( BMS-1992 vol. 1, hal 2 – 15 )
= 3,0 T/m3

2) Beban kendaraan rencana ( beban truk “T” )


Untuk perhitungan kekuatan lantai kendaraan atau sistem lantai kendaraan jembatan
harus digunakan beban “T”, yaitu beban yang merupakan kendaraan truk yang
mempunyai beban roda ganda ( dual wheel load ) sebesar 10 ton.

3) Beban lajur “D” dan Beban garis “KEL”


 Beban “D”
Untuk bentang 28,00 meter menurut BMS-1992 hal 2 – 22 perhitungannya
menggunakan rumus :
q = 8,0 x ( 0,5 + ) kPa
= 8,0 x ( 0,5 + ) kPa
= 8,286 kPa
= 0,83 T/m2
karena jembatan termasuk kelas I ( BM 100 ) maka pembebanannya menjadi :
q = 1 x 0,83 = 0,83 T/m2
Menurut BMS 1992 hal 2-24, untuk jembatan dengan lebar lantai > 5,5 m beban
“D” didistribusikan seperti gambar di bawah ini :
q Ket : beban “D” seluruhnya ( 100 % )
: beban “D”
Ket.dibebankan seluruhnya
pada lebar jalur(100
5,5 %)
0,5 q 0,5 q
dibebankan pada lebar jalur
meter sedangkan selebihnya di
5,5 m, sedangkan selebihnya
bebani 50 % “D”.
dibebani 50 % “D”.
0,25 m 5,5 m 0,25 m
b
Gambar 5.2. Distribusi Beban “D”
Gambar 1.2. Distribusi Beban “D”

Pada jembatan bentang 28 meter, balok prategang yang digunakan sebanyak 5 buah,
tentunya dalam perencanaan digunakan balok yang pembebanannya paling berat
yaitu balok tengah, maka beban “D” yang digunakan 0,83 T/m2 karena dalam
wilayah balok tersebut persebaran beban “D” masih 100 %.

 Beban “KEL”
Menurut BMS-1992 hal 2 – 22, beban garis “KEL” sebesar p kN/m, ditempatkan
dalam kedudukan sembarang sepanjang jembatan dan tegak lurus pada lalu lintas.
qp = 4,4 kN/m = 4,4 T/m
Pada beban KEL terdapat faktor beban Dinamik ( DLA ) yang mempengaruhi, maka
besarnya DLA jembatan bentang 28 meter :
BM 100 qp = 100% x 4,4 = 4,4 T/m
L ≥ 90 m DLA = 30 %
L ≤ 50 m DLA = 40 %
L = 28,00 m DLA = 40 %
Dengan DLA = 40 %, maka qp = ( 100 % + 40 % ) x 4,4
= 6,16 T/m
P = 6,16 . 1,85 = 11,396 T
4) Gaya Rem
Pengaruh rem dan percepatan lalu lintas harus dipertimbangkan sebagai gaya
memanjang. Gaya ini tidak tergantung pada lebar jembatan, tetapi gaya ini tergantung
pada panjang struktur yang tertahan atau bentang jembatan.
Berdasarkan Tabel 2.20. besarnya gaya rem untuk bentang 28,00 m :
Gaya Rem bentang < 80 m ≤ 250 kN
Gaya Rem bentang > 100 m ≥ 300 kN
Gaya Rem Balok bentang 28 = 250 kN = 25 T

5) Beban Angin
Berdasarkan BMS-1992 hal 2 – 44, karena jembatan bentang 28 meter didaerah jauh
dari pantai ( > 5 km ), maka rencana kecepatan angin yang digunakan sebesar 25 m/dt
sedang Cw yang digunakan sebesar :
 b/d jembatan = = 3,52
 Cw untuk b/d = 2 adalah 1,5
 Cw untuk b/d = 6 adalah 1,25
 Cw untuk b/d = 3,52 adalah
Dianggap ada angin yang lewat bekerja merata di seluruh permukaan struktur atas
jembatan, maka Tew ( beban angin ) yang digunakan sebesar :
Tew = 0,0006 . Cw . Vw2 . Ab  BMS-1992 hal 2 – 43
= 0,0006 . 1,655 . 252 . 3,12
= 1,94 kN/m
= 194 kg/m
Beban angin per mm2 :
Tew = 0,0006 . Cw . Vw2
= 0,0006 . 1,655 . 252
= 0,621 kN/m2
= 0,0621 T/m2
 Perhitungan Struktur Atas
1. Pelat Lantai Kendaraan

Gambar 1.3. Skema Pelat Lantai Kendaraan

Spesifikasi Teknis :
Tebal lantai = 20 cm
Tebal perkerasan = 5 cm
Panjang plat beton = 7,4 m
Mutu beton ( fc ) = 50 MPa
Mutu baja ( fy ) = 280 MPa
Jarak antar girder = 1,4 m
Bentang = 28 m
Perhitungan koefisien momen maksimum diambil dari Tabel GTBPP hal. 24 :
Mlap = 1/11.q.L2
Mtump = 1/10.q.L2

 Pembebanan :
a. Beban Tetap ( mati )
Beban tetap per 1 m2 adalah sebagai berikut :
Berat sendiri plat = 0,2 x 1 x 2500 = 500 kg/m
Berat pavement = 0,05 x 1 x 2300 = 115 kg/m
Berat air hujan = 0,10 x 1 x 1000 = 100 kg/m
Jumlah qd = 715 kg/m
qu = 1,2 x qd
= 1,2 x 715
= 858 kg/m
= 8,58 kN/m
Mlap = 1/11 x 8,58 x 1,42 = 1,53 kNm
Mtump = 1/10 x 8,58 x 1,42 = 1,68 kNm

b. Beban Muatan ( T )
Untuk perhitungan kekuatan lantai kendaraan atau sistem kendaraan jembatan harus
digunakan beban “T”, yaitu beban yang merupakan kendaraan truk yang
mempunyai beban roda ganda ( dual wheel load ) sebesar 10 ton

Gambar 1.4. Gambar kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda ( dual
wheel load ) sebesar 10 ton.

Gambar 1.5. Penyebaran beban satu roda


Tinjauan keadaan beban satu roda :

ly = 28000

lx = 1400

Gambar 1.6. Tinjauan pembebanan terhadap beban satu roda

bx = 50 + ( 2 x 15 ) = 80 cm
by = 30 + ( 2 x 15 ) = 60 cm
Lx = 1,4 m
Ly = 28 m ( diafragma tidak mendukung lantai )
Jembatan Kelas I = 100 % Muatan Bina Marga
T = 10 ton = 100 kN
Beban yang diterima plat :
q = T / 0,6
= 100 / 0,6
= 166,67 kN/m
Faktor pembebanan :
qu = 1,6 . q
= 1,6 . 166,67
= 266,67 kN/m
Reaksi tumpuan :
266,67 x 0,8 (0,4 + 0,525)
Ra = = 140,95 kN
1,4

Momen maksimum yang terjadi di tengah bentang :


Mo = Ra x ( ½.Lx ) – ½.qu x ( ½.bx )2
= 140,95 x 0,7 – 133,34 x ( 0,4 )2
= 77,33 kNm
Gambar 1.7. Penyebaran beban dua roda

Tinjauan keadaan beban dua roda :

Ly = 28000

800 250 800

Lx = 1400

Gambar 1.8. Tinjauan pembebanan terhadap beban dua roda

Lx = 1,4 m
Ly = 28 m ( diafragma tidak mendukung lantai )
Jembatan Kelas I = 100 % Muatan Bina Marga
Ra = 0,80 x 266,67 = 213,34 kN
Mo = ( 0,7.Ra ) – {( 0,80.qu ) x ( 10 - 0,80/2 )}
= ( 0,7 . 213,34 ) – {( 0,80 . 266,67 ) x ( 10 - 0,4 )}
= 21,334 kNm
Gambar 1.9. Tampak atas penyebaran beban roda

Koefisien tumpuan r = 2/3 ( tumpuan jepit bebas )


Lebar kerja plat ( Sa ) beban sendiri di tengah
3 x r x Lx = 3 x ( 2/3 ) x 1,4
= 2,8 m < Ly = 28 m
Maka Sa = ( ¾ ) . a + ( ¾ ) . r . Lx
= ( ¾ ) . 0,80 + ( ¾ ) . ( 2/3 ) . ( 1,4 )
= 1,3 m
= 130 cm
Lebar kerja plat beban tidak berdiri di tengah
Ly > r . Lx
Maka Sa = ( ¾ ) . a + ( ¼ ) . r . Lx
= ( ¾ ) . 0,80 + ( ¼ ) . ( 2/3 ) . ( 1,4 )
= 0,83 m
= 83 cm
Sb = a
Sb = 80 cm
Maka lebar kerja manfaat plat yang menentukan
Sa = 83 cm
Sb = 80 cm
Momen :

Gambar 1.9. Distribusi momen pada plat


Dari perhitungan momen ( Mo ), ternyata Mo maksimum pada saat satu roda di tengah
bentang Lx
MLx2 = ¾ . Mo . Sa = ¾ . 77,33 . 0,83 = 48,14 kNm
MTx2 = 2/3 . Mo . S b = 2/3 . 77,33 . 0,80 = 41,24 kNm
Ly/Lx ≥ 3
MLy = 11,80 kNm
Momen total
MLx = MLx1 + MLx2
= 1,53 + 48,14
= 49,67 kNm
MTx = MTx1 + MTx2
= 1,68 + 41,24
= 42,92 kNm
MLy = 11,80 kNm

 Penulangan :
a. Penulangan Arah x Lapangan

Gambar 2.0. Tinggi efektif penulangan plat arah x lapangan


dx = 200 – 40 – 16/2
= 152 mm
MLx
Mn =
0,8
49,67
=
0,8

= 62,09 kNm
RI = 0,85.fc’
= 0,85 . 50
= 42,5 MPa
β . 450
Fmax =
600 + 𝑓𝑦
0,85 . 450
=
600 + 280
= 0,435
1,4
Fmin =
𝑅𝐼
1,4
=
42,5

= 0,033
Mn
K =
𝑏.𝑑 2 .𝑅𝐼
62,09.10−3
=
1 . 0,1522 . 42,5

= 0,063
F = 1 - √1 − 2𝐾 = 0,065
Karena, Fmin < F < Fmax.
𝑅𝐼
Maka, As = F.b.d.
𝑓𝑦
42,5
= 0,065 . 1000 . 152 .
280
2
= 1499,64 mm
Digunakan D16 – 125 (As = 1608 mm2)
Kontrol kapasitas penampang :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠.𝑓𝑦
F =
𝑏.𝑑.𝑅𝐼
1608 . 280
=
1000 . 152 . 42,5
= 0,07
Karena, Fmin < F < Fmax ( 0,033 < 0,07 < 0,435 )  OK!
Kontrol rasio penulangan :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠 1608
ρ = = = 0,011
𝑏.𝑑 1000 . 152
Karena ρ min < ρ < ρ max ( 0,005 < 0,011 < 0,042 )  OK!
b. Penulangan Arah x Tumpuan
MTx
Mn =
0,8
42,92
=
0,8

= 53,65 kNm
d = 200 – 40 -16/2
= 152 mm
Mn
K =
𝑏.𝑑 2 .𝑅𝐼
53,65.10−3
=
1 . 0,1522 . 42,5

= 0,055
F = 1 - √1 − 2𝐾 = 0,057
Karena, Fmin < F < Fmax
𝑅𝐼
Maka, As = F.b.d.
𝑓𝑦
42,5
= 0,057 . 1000 . 152 .
280

= 1315,07 mm2
Digunakan D16 – 125 (As = 1608 mm2)
Kontrol kapasitas penampang :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠.𝑓𝑦
F =
𝑏.𝑑.𝑅𝐼
1608 . 280
=
1000 . 152 . 42,5
= 0,07
Karena, Fmin < F < Fmax ( 0,033 < 0,07 < 0,435 )  OK!
Kontrol rasio penulangan :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠 1608
ρ = = = 0,011
𝑏.𝑑 1000 . 152
Karena ρ min < ρ < ρ max ( 0,005 < 0,011 < 0,042 )  OK!
c. Penulangan Arah y Lapangan
Mly = 11,80 kNm
MLy
Mn =
0,8
11,80
=
0,8

= 14,75 kNm
dy = 200 – 40 -16 - 16/2
= 136 mm
Mn
K =
𝑏.𝑑 2 .𝑅𝐼
14,75.10−3
=
1 . 0,1362 . 42,5

= 0,0188
F = 1 - √1 − 2𝐾 = 0,019
Karena, F < Fmin digunakan Fmin
𝑅𝐼
Maka, As = Fmin.b.d.
𝑓𝑦
42,5
= 0,033 . 1000 . 136 .
280

= 681,21 mm2
Digunakan D16 – 125 (As = 1608 mm2)
Kontrol kapasitas penampang :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠.𝑓𝑦
F =
𝑏.𝑑.𝑅𝐼
1608 . 280
=
1000 . 136 . 42,5
= 0,08
Karena, Fmin < F < Fmax ( 0,033 < 0,08 < 0,435 )  OK!
Kontrol rasio penulangan :
As = 1608 mm2
𝐴𝑠 1608
ρ = = = 0,012
𝑏.𝑑 1000 . 136
Karena ρ min < ρ < ρ max ( 0,005 < 0,012 < 0,042 )  OK!
D16 - 125 D16 - 125

Gambar 2.1. Sketsa Penulangan pada plat Lantai Kendaraan

2. Gelagar Beton Prategang


 Spesifikasi Teknis :
Lebar Jembatan = 9,00 meter
Panjang Jembatan = 28,00 meter
Jarak antar Gelagar = 1,40 meter
Mutu Beton Balok Girder (fc’) = K-500 ( 50 MPa )
Mutu Beton Plat Lantai (fc’) = K-350 ( 35 MPa )

 Tegangan Ijin
f’c = 50 MPa
f’ci = 0,9 x f’c = 0,9 x 50 = 45 MPa
a) Tegangan Awal
fci = 0,6 x f’ci
= 0,6 x 45
= 27 MPa
fti = -0,5 √𝑓′𝑐𝑖
= -0,5 √45
= -3,35 MPa
b) Tegangan Akhir
fc = 0,45 x f’c
= 0,45 x 50
= 22,5 MPa
ft = -0,56 √𝑓′𝑐
= -0,56 √50
= -3,96 MPa
Dalam perencanaan ini digunakan tanda positif untuk tegangan tekan (+) dan tanda
negatif untuk tegangan tarik (-).

 Analisa Penampang Balok


1) Sebelum Komposit
550
180

124
I
III III

75
1076
II
1600

100
IV IV

225
V

650

Gambar 2.2. Gambar Potongan Balok Girder Bentang 28 m

Tabel 1. Analisa Penampang Balok Prategang


Lengan
Statis Momen
Ruas Luas Bagian (mm²) ke sisi atas
(mm³)
(mm)
I 550 x 124 = 68200 62 4228400
II 180 x 1251 = 225180 749 168659820
III 2 x ½ x 185 x 75 = 13875 149 2067375
IV 2 x ½ x 235 x 100 = 23500 1308,3 30745050
V 650 x 225 = 146250 1487,5 217546875
At = 477005 Ʃ = 423247520
Titik Berat Balok :
YB = 423247520 / 477005 = 887,3 mm  88,73 cm
YA = 125 – 88,73 = 36,27 cm
Tabel 2. Momen Inersia (IX) Prategang

No Perhitungan Momen Inersia


IX (cm4)
Ruas ( Ix+Ax*y2 )
I 1/12*55*12,43 + 682*(6,2 - 36,27)2 625406,4351

II 1/12*18*125,13 + 2251,8*(74,9 – 36,27)2 6297033,5000

III 2{1/36*18,5*7,53 + 138,75*(14,9 – 36,27)2} 127161,4335

IV 2{1/36*23,5*103 + 235*(130,83 – 36,27)2} 4203854,5480

V 1/12*65*22,53 + 1462,5*(148,75 – 36,27)2 18564884,1800

Σ IX (cm4) 29818340,10

Σ𝐼𝑥 29818340,10
Wa = = = 822121,315 cm3
Ya 36,27
Σ𝐼𝑥 29818340,10
Wh = = = 336057,028 cm3
Yb 88,73

Penentuan batas inti balok prategang :


29818340,10
KA = = 172,35 cm
4770,05 . 36,27
29818340,10
KB = = 70,45 cm
4770,05 . 88,73

2) Setelah Komposit

Bmax
Beff

20 cm
7 cm

Deck Slab
Balok Pratekan

160 cm

Gambar 2.3. Komposit Balok Prategang


Luas Plat Ekivalen
Lebar efektif balok komposit
be = ¼ . L = ¼ . 2800 = 700 cm
be = b + 16.t = 55 + (16 . 20) = 375 cm
be = jarak antar balok = 140 cm
Dipilih be terkecil = 140 cm
Mutu Beton Girder (f’c) = K-500 (50 MPa)
Mutu Beton Plat Lantai (f’c) = K-350 (35 MPa)
Mutu Beton ekivalen (n) :
25001,5 . 0,043 . √35
n = = 0,83
25001,5 . 0,043 . √50

Lebar plat efektif (bef) :


bef = n x be
= 0,83 x 140
= 116,2 cm
Luas plat efektif (Aplat) :
Aplat = 20 x 116,2
= 2324 cm2
Jarak plat ke atas (yplat) :
yplat = h + t/2
= 160 + 20/2
= 170 cm
Luas Balok Komposit :
Ac’ = 4770,05 + 2324
= 7094,05 cm2
Statis Momen :
Sx’ = sx + (Ac’ x yplat)
= 423247,52 + (7094,05 x 170)
= 1629236,02 cm3
Jarak dari serat atas :
Sx' 1629236,02
Yb’ = = = 229,66 cm
A' 7094,05
Jarak dari serat bawah :
Ya’ = (160 + 20) – 229,66 = - 49,66 cm

Momen Inersia (Ix’) :


Ix’ = 29818340,10 + 7094,05.(229,66 – 49,66) + (1/12.116,2.203) +
2324.(49,66 – 160)
= 30916305,61 cm4
Momen lawan bagian atas komposit :
30916305,61
W a’ = = 622559,52 cm3
49,66

Momen lawan bagian bawah komposit :


30916305,61
Wb’ = = 134617,72 cm3
229,66

Penentuan Batas inti Balok Prategan :


30916305,61
Kb’ = = 87,76
49,66 . 7094,05
30916305,61
a’
K
= = 18,98
229,66 . 7094,05

Perbandingan modulus penampang balok dengan komposit :


Ix Yb
mb = : = 2,5
Ix' Yb'

Ix Ya
ma = : = 1,3
Ix' Ya'

Tabel 3. Resume Analisa Penampang

A ya yb Ix Wa Wb
Uraian 2 4 3
(cm ) (cm) (cm) (cm ) (cm ) (cm3)
Balok
4770,05 36,27 88,73 29818340,10 822121,315 336057,028
Precast
Balok
7094,05 - 49,66 229,66 30916305,61 622559,52 134617,72
Composite
 Pembebanan Balok Prategang
1) Beban Mati
Berat sendiri balok prategang (q1)
q1 = Ac x γBeton Pratekan ULS
= 0,477005 x 3,12
= 1,49 t/m
Berat plat lantai (q2)
q2 = Aplat x γBeton Pratekan ULS
= 0,2 x 1,4 x 3,25
= 0,91 t/m
Berat pavement (q3)
q3 = A x γBeton Aspal ULS
= 0,05 x 1,4 x 2,2
= 0,154 t/m
Berat diagfragma (P)
P = Vdiafragma x γBeton Pratekan ULS
= 0,25 x 1,67 x 1,075
= 1,459 t
Total Beban q = q1 + q2 + q3
= 1,49 + 0,91 + 0,154
= 2,554 t/m
Total Beban P = 1,459 t

Direncanakan dipasang 7 buah diafragma dengan jarak antar diafragma


4,50 m P = 4,5 x 1,459 = 6,5655 t
Reaksi Perletakan :
VA = VB = ½ . (2,554 . 28 + 6,5655) = 39,0387 t
Momen Maksimum :
Mmaks = (⅛ . 2,554 . 282) + (¼ . 6,5655 . 28)
= 296,2505 tm

2) Beban Hidup

q = 0,75 t/m2 x 1,4


= 1,05 t/m
P = 11,396 t
VA = ½ . (1,05 . 28 + 11,396) = 20,398 t
Mh = (⅛ . 1,05 . 282) + (¼ . 11,396 . 28)
= 182,672 tm

3) Momen Total
MT = Mm + Mh
= 296,2505 + 182,672
= 478,923 tm
MP = momen pada prategang akibat berat sendiri balok, plat dan balok
diafragma sebelum komposit berfungsi (tanpa beban aspal dan beban
hidup
1 1
= (8 𝑥 ( 1,49 + 0,91 ) 𝑥 28) + (4 𝑥 8,025 𝑥 28)

= 291,375 tm
MC = Momen penampang komposit (MT – MP)
= 478,923 – 291,375
= 187,548 tm
 Perhitungan Gaya Prategang
Spesifikasi beton prategang (K-500)
f’c = tegangan umur 28 hari = 50 MPa
f’ci = tegangan beton saat transfer (umur 14 hari)
= 0,9 . 50
= 45 MPa
Kondisi Awal
fti = -3,35 MPa
fci = 27 MPa
Kondisi Akhir
ft = 3,96 MPa
fc = 22,5 MPa

1) Perkiraan Awal Gaya Prategang


𝑀𝑇 478,923
F = = = 460,503 t
0,65 . ℎ 0,65 . 1,6
kehilangan tegangan rata-rata untuk sistem post-tensioning adalah 20%
𝐹 460,503
F0 = = = 575,629 t
0,8 0,8
2) Mencari Letak Eksentrisitas (CGS)
𝑓𝑡𝑖 . 𝐼𝑥 33,5 . 29818340,10
e1 = = = 33,41 cm
𝑌𝑎 . 𝐹0 36,27 . 824348
𝑀𝐺
e2 =  MG = ⅛ . 1,49 , 282 = 146,02 tm
𝐹0
146,02
=
824,348
= 0,18 m  18 cm
e = e1 + e2 + kb
= 33,41 + 18 + 70,45
= 121,86 cm > Yb = 88,73 cm
Diambil eksentrisitas tendon (CGS), e = 90 cm
3) Perhitungan Gaya Prategang yang dibutuhkan
Gaya Prategang Efektif :
𝑀𝑃 +( 𝑀𝑏 . 𝑀𝐶 ) 415,013 + (2,5 . 270,843)
F = = = 416,284 t
𝑒 +𝐾𝐴 0,9 + 1,7235

Gaya Prategang Awal :


𝐹 416,284
F0 = = = 520,355 t
0,8 0,8
4) Kontrol Tegangan yang terjadi
Akibat Gaya Prategang Awal :
F F
CGC e = 90 cm
CGS

F0 e
Fbottom = + . (1 + )
A KA
520,355 90
= + . (1 + )
4770,05 172,35

= 0,166 t/cm2
F0 e
Ftop = + . (1 − )
A KB
520,355 90
= + . (1 − )
4770,05 70,45

= - 0,030 t/cm2
Akibat Gaya Prategang Efektif :
F F
CGC e = 90 cm
CGS

F e
Fbottom = + . (1 + )
A KA
416,284 90
= + . (1 + )
4770,05 172,35

= 0,133 t/cm2
F e
Ftop = + . (1 − )
A KB
416,284 90
= + . (1 − )
4770,05 70,45

= - 0,024 t/cm2
Akibat Berat Sendiri Balok Prategang :
q

MG 21530,5
Fbottom = - = - = - 0,026 t/cm2
A × KA 4770,05 × 172,35
MG 21530,5
Ftop =+ = + = + 0,064 t/cm2
A × KA 4770,05 × 70,45

Akibat Muatan Total :


q

MT 68585,7
Fbottom = - = - = - 0,103 t/cm2
A × KA 4770,05 × 172,35
MT 68585,7
Ftop =+ = + = + 0,204 t/cm2
A × KA 4770,05 × 70,45

Kombinasi Tegangan :
 Keadaan Awal (Gaya Prategang Awal + Berat Sendiri Balok Prategang)
Serat Atas (ft) = -0,030 + 0,064
= 0,034 t/cm2
= 3,4 MPa < 3,5 MPa  OK!
Serat Bawah (fb) = 0,166 + (- 0,026)
= 0,14 t/cm2
= 14 MPa < 27 MPa  OK!
 Akibat Gaya Prategang Efektif (Gaya Prategang Efektif + Muatan Total)
Serat Atas (ft) = - 0,024 + 0,204
= 0,18 t/cm2
= 18 MPa < 22,54 MPa  OK!
Serat Bawah (fb) = 0,133 + (- 0,103)
= 0,03 t/cm2
= 3 MPa < 3,96 MPa  OK!
 Perhitungan Kabel Prategang (Tendon)
1) Ukuran Tendon
Digunakan untaian kawat/strand “seven wire strans” dengan diameter setiap
strand 0,5”. Luas tiap strand 129,016 mm2, jumlah strand 7.
Luas tampang = 903,116 mm2 = 9,031 cm2
Tegangan batas fpu = 18000 kg/cm2 = 18 ton/cm2
Gaya pra penegangan terhadap beban
Fpu = fpu x luas tampang
= 18 x 9,031
= 162,558 t/cm2
Tegangan baja prategang, tegangan ijin menuruc ACI :
 Tegangan saat transfer, Tat = 0,8 Tpu
 Tegangan saat beton bekerja, Tap = 0,7 Tpu
F0 = 520,355 t/cm2
𝐹0 520,355
n = = = 4,57 ≈ 5 buah
0,7 × 𝐹𝑝𝑢 0,7 × 162,558

2) Perhitungan Daerah Aman Tendon


Untuk daerah aman tendon ditinjau terhadap tiga kondisi :
a. Kondisi saat transfer dan gaya prategang awal
Peninjauan dilakukan setiap interval 385 cm
MG
a1 = ; keterangan :
F0
M G = ½ . q . L . x – ½ . q . x2 q = 1,49 t/m
a1 = jarak titik berat tendon di bawah kem atas (kt’)
F0 = 520,355 t

Tabel 4. Perencanaan daerah aman tendon saat transfer tegangan

Titik Jarak Momen (Mg) Jarak (a1) Batas Bawah


(cm)
Tinjau Langsung (m) tm (BB)

x1 0 0 0 44,37
x2 3,85 86,48 16,62 27,75
x3 7,7 150,87 28,99 15,38
x4 050
11,55 193,18 37,13 7,24
0
x5 15,4 213,40 41,01 3,36
0
b. Kondisi saat beton bekerja penuh
MT
a2 =
F
Keterangan :
MT = MG + Msetelah kehilangan gaya pratekan dan lantai dicor
a2 = Jarak titik berat tendon di bawah batas bawah kern (kb’)
F = 416,284 t

Tabel 5. Perencanaan daerah aman tendon saat transfer tegangan


Titik Jarak Momen (MT) Jarak (a2) Batas Atas
(cm)
Tinjau Langsung (m) tm (BA)

x1 0 0.00 0.00 36,27


x2 3,85 128,92 30,97 5,3
x3 7,7 149,16 35,83 0,44
x4 5
11,55 171,52 41,20 -4,93
x5 15,4 201,55 48,42 -12,15

 Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang


Kehilangan tegangan dapat diakibatkan oleh beton maupun tendonnya (bajanya).
Jenis – jenis kehilangan tegangan adalah sebagai berikut :
1. Akibat tegangan elastis beton
Dari hasil perhitungan sebelumnya diperoleh :
As = 6 . 903,1 = 5418,699 mm2
Ac = 4770,05 cm2 = 477005 mm2
F0 = 520,355 t = 5203550 N
Es = 200000 MPa
Ec = 3,64.104 MPa
lc = 2,7.1011 mm4
e = 900 mm
MG = 213,40 tm = 2,13.109 Nmm
Es
n = = 5,49
Ec
F0 5203550
Fpo = = = 960,295 N/mm2
As 5418,699
F0 F0 . e2 MG . e
Fcs = + -
Ac I I
5203550 5203550 . 902 213000000 . 90
= + -
4770,05 29818340,1 29818340,1

= 186,15 kg/cm2
= 18,615 MPa
Maka :
ΔfpES = 5,490 x 186,15 = 1021,96 kg/cm2
Pengurangan nilai Pi digunakan reduksi 10%, maka :
ΔfpES = 0,9 x 1021,96
= 919,764 kg/cm2
= 91,976 MPa
Karena ada 6 buah tendon
ES = 0,5 x 91,976
= 45,988 MPa
2. Akibat rangkak beton (Creep Losses)
𝐸𝑝𝑠
ΔfpCR = Kcr . . (fcs – fcsd)
𝐸𝑐
Kcr = untuk struktur pasca tarik, koefisien rangka beton 1,6
Mp . e 4,15.107 x 90
Fcsd = = = 125,258 kg/cm2 = 12,526 MPa
I 29818340,1
Fcs = 18,615 MPa
Maka, ΔfpCR = Kcr . n . (fcs – fcsd)
= 1,6 . 5,49 . (18,615 – 12,526)
= 53,49 MPa
3. Akibat susut beton (Shrinkage)
ΔfpSH = €SH . Eps
Dimana :
€SH = 0,0005
= jumlah tegangan sudut sisa yang mengurangi besar 0,0005 setelah umur
beton 28 hari baru dilaksanakan kabel, pada saat tersebut susut beton
mencapai 40%
Eps = 2.000.000 kg/cm2
Maka, ΔfpSH = 0,0005 x 2.000.000 x 40% = 400 kg/cm2 = 40 MPa
4. Akibat relaksasi baja
𝐿𝑜𝑔 𝑡 𝑓′𝑝𝑖
ΔfpR = fpi . .( − 0,55. )
10 𝑓𝑝𝑢

fpi = 0,75 . fpu


= 0,75 x 18000
= 13500 kg/cm2
Pengurangan gaya akibat relaksasi adalah 17%
f’pi = (1 – 0,17) . 13500
= 11827,5 kg/cm2
= 11205 MPa
Waktu durasi pada saat relaksasi diambil selama 5 tahun
t = 5 . 365 . 24 = 43800 jam
𝐿𝑜𝑔 43800 11205
Maka, ΔfpR = 13500 . .( − 0,55. )
10 18000
= 454,284 kg/cm2
= 45,428 MPa
Kehilangan Gaya Prategang Total :
Dari hasil perhitugan 4 macam kehilangan gaya prategang yang terjadi pada beton
dan baja, maka diperoleh kehilangan gaya prategang total sebesar :
Kehilangan Total = ES + CR + SH + RE
= 45,988 + 53,49 + 40 + 45,428
= 184,906 MPa

 Perencanaan Tulangan Balok Prategang


1. Perhitungan Tulangan Utama
Penulangan balok prategang didasarkan atas pengangkutan 2 titik.
Mu = ½ . q . (0,209 . L)2
= ½ . 1,49 . (0,209 . 28)2
= 25,51 tm
= 2,551.108 Nmm
Direncanakan tulangan pokok D25 dan sengkang D10
d = h – p – Øsengkang – ½.Øtulangan pokok
= 1600 – 40 – 10 – ½ . 25
= 1537,5 mm
𝑀𝑢 3,762.108
= = 0,16 MPa
𝑏.𝑑2 1000 . 1537,52
𝑀𝑢 𝑓𝑦
= 0,8.ρ.320.(1 – 0,0588.ρ. )
𝑏.𝑑2 𝑓′𝑐
280
0,16 = 0,8.ρ.320.(1 – 0,0588.ρ. )
50
ρ = 0,000625
1,4 1,4
ρmin = = = 0,005
fy 280
karena ρmin > ρ, maka digunakan ρmin = 0,005
As = ρ.b.d
= 0,005 . 1000 . 1537,5
= 7687,5 mm2
Maka digunakan tulangan 16 D 25 (As = 7854 mm2)
2. Perhitungan Tulangan Geser Balok Prategang
i. Gaya Lintang Akibat Beban Mati (VD)
Akibat gelagar = ½.q.L = ½ . 1490 . 28 = 20860 kg
Akibat diafragma = ½.P = ½ . 8025 = 4012,5 kg
Akibat plat lantai = ½.q.L = ½ . 1203 . 28 = 16842 kg
VD = 41714,5 kg
= 417145 N
ii. Gaya Lintang Akibat Beban Hidup (VL)
Akibat beban D = ½ . P = ½ . 11396 = 5698 kg
Akibat angin = ½.q.L = ½ . 194 . 28 = 2716 kg
VL = 8414 kg
= 84140 N
Vu = VD + VL
= 417145 + 84140
= 501285 N
d = Tinggi efektif balok
= 1600 – 40
= 1560 mm
Vc = gaya lintang yang ditahan oleh beton
Untuk perhitungan Vc ini harus dilihat dari dua hal yaitu retak akibat geseran
pada badan penampang (Vcw) dan retak miring akibat lentur (Vci). Nantinya
nilai Vc adalah nilai terkecil dari Vcw dan Vci.
a) Retak akibat geseran pada beban penampang
Vcw = (0,29.√𝑓′𝑐 + 0,3.fpc).bw.d + Vp
Vp = komponen vertikal dari gaya prategang
Vp = F0 . tg α
152
= 5203550 .
17000
= 46525,86 N
Bw = 17 cm = 170 mm
F 416,284
Fpc = = = 0,087 t/cm2 = 8,7 N/mm2
Ac 4770,05

Vcw = (0,29 . √50 + 0,3 . 8,7) . 170 . 1560 + 46525,86


= 1282519,543 N
b) Retak miring akibat lentur (Vci)
𝑉𝑡 . 𝑀𝑐𝑟
Vci = ½ . bw . d . √𝑓′𝑐 . +
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠
Ic'
Mcr = . (0,5 . √𝑓′𝑐 + fpc)
Yt'
2,7 . 1011
= . (0,5 . √50 + 8,7) = 6,65.109 Nmm
496,6

Menurut buku “Struktur Beton Pratekan Ir. Han Aylie” tegangan terbesar
terdapat pada ¼ . L dari tumpuan.
x = ¼ . 28
= 7,0 m = 700 cm
Mmaks 𝐿.𝑥 − 𝑥 2
=
Vt 𝐿 −2.𝑥
2800 . 850 − 8502
=
2800 −2 . 850
= 1506,8 cm = 15068 mm
6,65.109
Vci = ½ . 170 . 1537,5 . √50 +
12750
= 1445668,802 N
Jadi Vc = Vci = 1445668,802 N
ϕ.Vs = Vu – ϕ.Vc
ϕ = faktor reduksi kekuatan = 0,6
0,6.Vs = 568747 – 0,6 . 1445668,802
= 497757,135 N
Tulangan rencana sengkang D10 (As = 157 mm2)
Av . fy . d
S =
Vs
157 . 280 . 1537,5
=
497757,135
= 135,79 mm ≈ 150 mm
Jadi dipakai tulangan sengkang D10 – 150

 End Block
Akibat stressing maka pada ujung balok terjadi tegangan yang besar dan untuk
mendistribusikan gaya prategang tersebut pada seluruh penampang balok, mala
perlu suatu bagian ujung block (end block) yang panjangnya maksimal sama dengan
tinggi balok dengan selurunya merata selebar flns balok. Pada bagian end block
tersebut terdapat dua macam tegangan yang berupa :
1. Tegangan tarik yang disebut Bursting Zone terdapat pada pusat penampang di
sepanjang garis beban.
2. Tegangan tarik yang tinggi yang terdapat pada permukaan ujung end block, yang
disebut Spalling Zone (daerah yang terkelupas).
Untuk menahan tegangan tarik di daerah Bursting Zone digunakan sengkang atau
tulangan spira longitudinal. Sedangkan untuk tegangan tarik di daerah Spalling Zone
digunakan Wiremesh atau tulangan biasan yang dianyam agar tidak terjadi retakan.
Perhitungan besarnya gaya yang bekerja pada end block adalah berupa pendekatan.
Panjang end block < h
Diambil panjang end block = 1000 mm
Gaya yang terjadi pada end block dicari dengan rumus sebagai berikut :
Angkur Tunggal :
(𝑏2 − 𝑏1 ) 3
TO = 0,04 . F + 0,20 . [ ] .F
(𝑏2 + 𝑏1 )

Angkur Majemuk :
(𝑏2 − 𝑏1 ) 3
TO = 0,20 . [ ] .F
(𝑏2 + 𝑏1 )
𝐹
Ts = . (1 – γ)
3
Dimana : TO = gaya pada Spalling Zone
TS = gaya pada Bursting Zone
F = gaya prategang efektif
b1,b2 = bagian – bagian dari prisma
1. Perhitungan Tulangan pada daerah spalling zone
Prisma 1
416,284
F1 = = 104,071 t
4
b1 = 25 cm
b2 = 11 cm
Prisma 2
416,284
F2 = = 104,071 t
4
b1 = 11 cm
b2 = 27,5 cm
Prisma 3
416,284
F3 = = 104,071 t
4
b1 = 27,5 cm
b2 = 11 cm
Prisma 4
416,284
F4 = = 104,071 t
4
b1 = 11 cm
b2 = 25 cm
Perhitungan tegangan yang terjadi pada permukaan End Block dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 6. Perhitungan tegangan pada permukaan end block.

Jarak dari angkur Surface Force


Prisma F (ton)
(𝒃 − 𝒃 ) 𝟑
b1 b2 0,04.F 0,2 . [ (𝒃𝟐 + 𝒃 𝟏) ] . F
𝟐 𝟏

1 25 11 104,071 4,163 -1,22415


2 11 27,5 104,071 4,163 1,63843
3 27,5 11 104,071 4,163 -1,63843
4 11 25 104,071 4,163 1,22415
Dari tabel di atas didapatkan :
To1maks = To2maks = 4,163 ton
To1maks ditahan oleh Net Reinforcement yang ditempatkan di belakang plat
pembagi. Digunakan tulangan dengan fy = 280 MPa
41630
As = = 148,678 mm2
280
digunakan tulangan 6 D 13.
TOmaks ditempatkan di belakang dinding end block dan digunakan tulangan 7 D
13.
2. Perhitungan Tulangan pada daerah bursting zone
Bearing angkur yang digunakan mempunyai ukuran 10 ½“ x 10 ½“ (26,7 cm x
26,7 cm).
Tabel 7. Perhitungan Tulangan pada daerah bursting zone
Bursting Area
No. Uraian
Prisma 1 Prisma 2 Prisma 3 Prisma 4 Sat.
Gaya
1 104,071 104,071 104,071 104,071 ton
Prategang (F)
Sisi Prisma
2 36 38,5 23 23 m
(b = b1 + b2)
Lebar bearing
3 0,267 0,267 0,267 0,267 m
(2b)
4 Gamma 0,007 0,007 0,012 0,012
5 Bursting Force 34,45 34,45 34,27 34,27 ton
Koefisien
6 1 1 1 1
reduksi
Angku miring
7 37,895 37,895 37,697 37,697 ton
Ts’ = 1,1 x Ts
8 Fy 280 280 280 280 MPa
9 As = Ts’ / fy 1353,4 1353,4 1346,3 1346,3 mm2
Tulangan
10 12 12 12 12 buah
terpasang
Luas tulangan
11 1357 1357 1357 1357 mm2
terpasang

3. Balok Diafragma
550
180 124
75
1076
1600

100
225

650

1400

Gambar 3. Dimensi Balok Diafragma

3.1. Perhitungan Balok Diafragma


Dimensi : h = 107,6 cm
P = 140 cm
L = 22,5 cm
Ix = 1/12 . 225 . 10763
= 2,336.1010 mm4
Ix 2,336 . 1010
Kt – Kb = = 1076 = 179,35 mm
A . Cb 1076 . 225 . 2
3.2. Pembebanan Diafragma
Berat sendiri = 0,25 . 1,076 . 3,25
= 0,87 T/m
= 8,7 N/mm
Momen yang terjadi = 1/12 . q . L2
= 1/12 . 8,7 . 14002
= 1421000 Nmm
Gaya lintang = ½ . q . L
= ½ . 8,7 . 1400
= 6090 N

3.3. Perhitungan Momen Kritis Balok Diafragma


Perhitungan momen kritis balok diafragma dihitung terhadap terjadinya keadaan
yang paling ekstrim, yaitu pada kondisi di mana salah satu lajurnya terdapat beban
kendaraan yang maksimum sedangkan lajur yang ain tanpa beban kendaraan. Pada
diafragma tengah dikuatirkan akan pecah akibat momen yang terjadi, yang
diakibatkan oleh perbedaan deformasi pada gelagar yang saling berdekatan.
Diketahui :
Tinggi balok (h) = 1076 mm
Mutu beton (f’c) = 50 MPa
Tebal balok = 250 mm
Selimut beton = 40 mm
1
Δmaks = . 1076 = 3,587 mm
300

Ec = 4700 . √50 = 3,32.104 MPa


𝑀 . 𝐿2
Δmaks =
6 . 𝐸𝑐 . 𝐼𝑐
6 . 𝐸𝑐 . 𝐼
M = . Δmaks
𝐿2
6 . 3,32.104 . 2,336.1010
= . 3,587
14002
= 851603578,8 Nmm
3.4. Tegangan Izin Balok Diafragma
f’c = 50 MPa
f’ci = 0,9 . 50 = 45 MPa
a. Kondisi Awal (Sesudah Transfer Tegangan)
σA = - fti
= -(-0,5.√𝑓′𝑐𝑖 )
= 0,5 . √45
= 3,35 MPa
= 33,5 kg/cm2
σB = -0,6 . f’ci
= -0,6 . 45
= -27 MPa
= 270 kg/cm2
b. Kondisi Akhir pada saat Beban Mulai Bekerja
σB = -0,45.f’ci
= -0,45 . 45
= -20,25 MPa
= 202,5 kg/cm2
σA = -ft
= -(-0,5.√𝑓′𝑐 )
= 0,5 . √50
= 3,54 MPa
= 35,4 kg/cm2

3.5. Perhitungan Gaya Pratekan yang dibutuhkan


𝑀 851603578,8
σ = = 1 = 17,65 N/mm2
𝑊 . 250 . 10762
6

P = σ.A
= 17,65 . 250 . 1076
= 4747850 N
Direncanakan menggunakan dua buah tendon sehingga gaya prategang
efektifnya menjadi :
P = 2.F
P
F =
2
4747850
=
2
= 2373925 N

3.6. Perhitungan Gaya Prategang Awal


F 2373925
Fo = = = 2967406,25 N
0,8 0,8
Kontrol Tegangan
a. Akibat Momen Kritis
MT 1421000
fbottom = = = 0,0295 MPa
A . KA 250 . 1076 . 179,35
MT 1421
ftop = - = - = - 0,0295 MPa
A . KB 250 . 1076 . 179,35

b. Akibat Gaya Prategang Awal


Fo 2967406,25
fbottom = - = - = - 1,103 MPa
A 250 . 1076
Fo 29679106,25
ftop = - = - = - 1,103 MPa
A 250 . 1076
c. Akibat Gaya Prategang Efektif
F 2373925
fbottom = - = - = - 0,825 MPa
A 250 . 1076
F 23743285
ftop = - = - = - 0,825 MPa
A 250 . 1076

3.7. Kombinasi Tegangan


Keadaan Awal (a + b)
Serat atas (ft) = - 0,0295 + (-1,103)
= -1,1325 MPa < -27 MPa  OK!
Serat bawah (fb) = 0,0295 + (-1,103)
= -1,0735 MPa < 3,35 MPa  OK!
Akibat Gaya Pratekan Efektif (a + c)
Serat atas (ft) = - 0,0295 + (-0,825)
= -0,8545 MPa < -20,25 MPa  OK!
Serat bawah (fb) = 0,0295 + (-0,825)
= -0,7955 MPa < 3,54 MPa  OK!

3.8. Perhitungan Tendon Balok Diafragma


Digunakan untaian kawat/strand “seven wire strandí” dengan diameter strand
0,5”. Luas tiap strand 129,016 mm2 dengan jumlah strand 7
Luas tampang = 903,116 mm2
= 9,031 cm2
Tegangan batas Tpu = 19000 kg/cm2
= 19 ton/cm2
Gaya pra-penegangan terhadapa beban
Fpu = Tpu . luas tampang
= 19 . 9,031
= 171,592 ton
Tegangan baja prategang, tegangan ijin menurut ACI :
1. Tegangan saat transfer, Tat = 0,8 Tpu
2. Tegangan saat beton bekerja, Tap = 0,7 Tpu
Jumlah tendon yang dibutuhkan :
F = 2373925 N = 237,39 t
Fo = 2967406,25 N = 296,74 t
Fo 296,74
n = = = 2,5 ≈ 3 buah
0,7 . Fpu 0,7 . 171,592

3.9. Perhitungan Tulangan Balok Diafragma


Perhitungan tulangan balok diafragma dihitung terhadap terjadinya keadaan yang
paling ekstrim, yaitu pada kondisi di mana salah satu lajurnya terdapat beban
kendaraan yang maksimum sedangkan lajur yang lain tanpa beban kendaraan.
Pada diafragma tengah dikuatirkan akan pecah akibat momen yang terjadi yang
diakibatkan oleh perbedaan deformasi pada gelagar yang saling berdekatan.
Diketahui :
Tinggi balok (h) = 1076 mm
Mutu beton (f’c) = 50 MPa
Tebal balok (t) = 250 mm
Selimut beton = 40 mm
1
Δmaks = . 1076 = 3,587 mm
300
M
Mu =
0,8
851603578,8
=
0,8

= 1064504474 Nmm
Direncanakan tulangan pokok D19 dan sengkang D8, maka
d = h – p – Dsengkang – 0,5 Dtulangan pokok
= 1076 – 40 – 8 – 0,5.19
= 1018,5 mm
𝑀𝑢 1064504474
= = 4,105 MPa
𝑏.𝑑2 250 . 1018,52
𝑀𝑢 𝑓𝑦
= 0,8.ρ.320.(1 – 0,0588.ρ. )
𝑏.𝑑2 𝑓′𝑐
280
4,105 = 0,8.ρ.320.(1 – 0,0588.ρ. )
50
ρ = 0,01612
1,4 1,4
ρmin = = = 0,005
fy 280
karena ρ > ρmin, maka digunakan ρ = 0,01586
As = ρ.b.d
= 0,01612 . 250 . 1018,5
= 4104,6 mm2
Maka digunakan tulangan 15 D 19 (As = 4253 mm2)

Gambar 4. Layout Tendon Diafragma

Anda mungkin juga menyukai