Anda di halaman 1dari 41

VI.

BALOK TERLENTUR

A. Definisi dan Fungsi

Balok terlentur (flexural member), adalah elemen


struktur yang menderita atau memikul gaya dalam
berupa momen dan gaya lintang.

Pada beberapa kasus pada elemen struktur


balok terlentur terdapat gaya normal namun
intensitasnya sangat kecil.

Di lapangan elemen struktur balok terlentur


misalnya dijumpai sebagai gelagar pada
jembatan (memanjang atau melintang), balok
pada portal gedung, gording pada rangka atap
dan lain-lain.Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 6.1. Gelagar utama jembatan sebagai balok terlentur
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 6.3. Gording rangka atap baja

Gambar 6.2. Balok lentur gelagar melintang jembatan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
B. Jenis-jenis Profil Balok Lentur
1. Rolled Section

Profil CNP
Profil siku

Profil T Profil IWF


Gambar 6.4a. Jenis-jenis profil balok rolled section
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Cell comb Honey comb

Gambar 6.4b. Jenis-jenis profil balok rolled section

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
2. Built up section

Gambar 6.5. Profil pelat girder

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 6.6. Profil box girder

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
C. Perilaku Lentur Balok Baja
Gambar 6.7a – 6.7d memperlihatkan balok penampang I
yang mengalami lentur terhadap sumbu x akibat menahan
momen lentur.

Rotasi () terjadi sepanjang sumbu batang (sumbu z),


dan penampang dalam bidang x-y dianggap tetap
setelah terjadi rotasi akibat lentur.

Diagram tegangan penampang berubah (meningkat)


karena momennya ditingkatkan secara perlahan-lahan.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Akibat momen M1 (momen masih kecil) tegangan lentur
yang terjadi masih elastis (Gambar 6.7a).

Gambar 6.7a. Tegangan lentur akibat momen M1

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Akibat momen M2 di mana sudah mencapai momen leleh
My, maka tegangan serat atas (-) dan serat bawah (+)
mencapai leleh fy (Gambar 6.7b).

Gambar 6.7b. Tegangan lentur akibat momen M2

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Selanjutnya momen M2 ditingkatkan lagi menjadi M3, maka
tegangan leleh fy merambat kebagian dalam dari
penampang (tegangan leleh fy tidak lagi hanya berada
pada serat paling atas dan paling bawah penampang)
(Gambar 6.7c).

Gambar 6.7c. Tegangan lentur akibat momen M3

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Momen M4 mencapai momen plastis Mp, maka tegangan
leleh fy terjadi pada hampir seluruh penampang.

Gambar 6.7d. Tegangan lentur akibat momen plastis Mp

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
D. Lentur Pada Keadaan Elastis
Elemen struktur dalam keadaan lentur elastis (Gambar 6.7a), maka tegangan
lentur yang terjadi terhadap sumbu x dan sumbu y adalah sebagai berikut :

Atau,

dengan,
M1 = momen lentur dalam keadaan elastis.
Ix, Iy = momen inersia penampang terhadap sumbu-x dan sumbu-y.
cx, cy = jarak dari garis netral terhadap sisi penampang atas (tekan) dan
sisi penampang bawah (tarik).
Sx, Sy = Ix/cx dan Iy/cy adalah momen tahanan penampang terhadap sb-
x dan sb-y.
fy = tegangan leleh sesuai mutu baja.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
E. Lentur Pada Keadaan Mulai Leleh
Lentur pada keadaan mulai leleh pada sisi penampang atas dan bawah
(Gambar 6.7b), tegangan lentur yang terjadi terhadap sumbu x dan
sumbu y adalah sebagai berikut,

Atau,

Kuat lentur,

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
F. Lentur Pada Keadaan Plastis
Apabila seluruh penampang sudah leleh atau mencapai keadaan plastis
(Gambar 6.7d), akan terjadi keruntuhan yang disebut keruntuhan global.

Keruntuhan seperti inilah yang ideal bagi balok karena memberikan kuat
lentur yang paling besar.

Pada keruntuhan ini tidak terjadi tekuk dan juga tidak terjadi tekuk torsi
lateral pada balok.

Kuat lentur nominal penampangnya adalah sebagai berikut :

Jadi untuk lentur sumbu x,

dan lentur sumbu y,

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
di mana,
Zx dan Zy adalah modulus penampang plastis (momen tahanan
plastis) sumbu x dan sumbu y yang besarnya dapat dilihat pada
tabel baja.

Untuk propil I atau WF dapat dihitung dengan rumus sebagai


berikut,

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
G. Pengaruh Kelangsingan Penampang (Tekuk Lokal)

Jika balok menerima momen maka bagian pelat sayap atas serta
sebagian badan dari balok akan menerima tekan.

Komponen yang menerima tekan tersebut diatas dapat


mengalami tekuk lokal jika kelangsingan () elemen
penampangnya atau ratio antara lebar terhadap tebalnya
melebihi batas ratio p.

Batasan terjadinya tekuk lokal akibat lentur pada masing-


masing komponen penampang dapat dilihat pada SNI Tabel
7.5-1, atau pada Tabel 6.1 sebagai berikut :

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Tabel 6.1. Batas kelangsingan elemen penampang terlentur
(fy dinyatakan dalam MPa)

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Tabel 6.1. Batas kelangsingan elemen penampang terlentur (Lanjutan)

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Berdasarkan kelangsingan pelat badan atau sayap dari suatu
penampang yang berfungsi sebagai balok lentur, maka balok dapat
diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu:

 Balok dengan penampang kompak jika  ≤ p


 Balok dengan penampang tidak kompak jika p <   r
 Balok dengan penampang langsing jika  > r

dimana,
 = b/tf (untuk sayap)
 = h/tw (untuk badan)

Kuat lentur nominal Mn untuk tiap-tiap jenis balok tersebut yaitu:

Jika  ≤ p maka Mn = Mp

Jika p <  ≤ r maka Mn = Mp – (Mp – Mr)

Jika  > r maka Mn = Mr (r/)2

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
dengan,
Mp = fy . Z
Mr = (fy – fr) . S
S = modulus penampang elastis (tahanan momen).
fr = tegangan tekan residual pada pelat sayap.
= 70 MPa untuk penampang digilas (panas).
= 115 MPa untuk penampang di las.

Harga p dan r untuk masing-masing komponen beragam penampang


dihitung berdasarkan syarat-syarat seperti terdapat pada Tabel 6.1 di atas.

Kuat lentur nominal terfaktor ditetapkan sebagai berikut,


Mu <  n

dimana,
Mu = Momen lentur beban terfaktor.
Mn = kekuatan lentur nominal.
 = faktor tahanan/faktor reduksi kekuatan untuk lentur
= 0,90.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 6.8. Hubungan kelangsingan elemen penampang dengan kekuatan
lentur nominal.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Soal 14 :
Sebuah gelagar dari profil WF dengan panjang bentang 15 meter,
memikul beban mati D = 500 kg/m’ dan beban hidup L = 1500 kg/m’.
Rencanakanlah dimensi profil gelagar tersebut, efek tekuk torsi lateral
diabaikan. Mutu baja BJ 37.

Gambar 6.9. Gelagar memakai profil WF

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
H. Keruntuhan Tekuk Torsi Lateral

Sebuah balok yang memikul beban selain


mengalami lentur kemungkinan juga akan
mengalami tekuk torsi lateral secara bersamaan.

Dengan kata lain akibat lentur balok akan


bertranslasi ke bawah (mengalami penurunan
sebesar dy) dan akan menekuk kesamping
(berdeformasi lateral sebesar dx) diikuti
dengan memuntirnya penampang (berotasi
sebesar ) (Gambar 6.10).

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 6.10. Tekuk torsi lateral pada balok
Sumber : Thamrin Nasution
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Batang lentur seperti ini kuat lentur nominalnya
ditentukan oleh kelangsingan profilnya pada arah
lateral dimana jari-jari inersianya yang terkecil (iy).

Jika penampangnya konstan maka momen nominal


tersebut dipengaruhi oleh panjang tekuk atau jarak
antara dua pengekang lateral (Lb atau L), dimana L
panjang batang/bentang .

Panjang Lb ditentukan sebagai berikut :


 Perletakan sendi-rol, tanpa pengaku, Lb = L
 Perletakan sendi-jepit, tanpa pengaku, Lb = 0,8 L
 Perletakan sendi-rol, dengan pengaku lateral
ditengah bentang, Lb = 0,5 L

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 6.11. Lateral bracing dan gelagar melintang berfungsi sebagai
pengekang lateral
Sumber : Thamrin Nasution

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Kuat komponen struktur dalam memikul momen lentur ditentukan oleh
panjang bentang Lb (jarak antara pengaku lateral), yaitu :

a) Balok bentang pendek.


Untuk Lb ≤ Lp, maka keruntuhan plastis

Momen nominal,

b) Balok bentang menengah.


Untuk Lr ≤ Lb ≤ Lp, maka keruntuhan inelastis

Momen nominal,

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Cb adalah faktor pengali momen untuk tekuk lateral yang besarnya
dipengaruhi oleh bidang momen lentur balok diantara pengaku lateral,
dihitung dengan persamaan berikut :

dimana,
Mmax = momen maximum sepanjang L
MA = momen pada titik ¼ L.
MB = momen pada titik ½ L.
MC = momen pada titik ¾ L.

Untuk kasus balok diatas dua tumpuan sederhana dengan beban


merata atau terpusat,
Cb = 1,14 (untuk beban terbagi rata, pengaku dipinggir)
Cb = 1,316 (untuk beban terpusat, pengaku dipinggir)

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Batasan nilai Lp dan Lr berdasarkan Tabel 8.3.2. SNI 03-1729-2002 dapat dilihat pada
Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Bentang untuk pengekangan lateral

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
dimana,
A = luas penampang (mm2).
Sx = modulus penampang elastis terhadap sumbu X-X (mm3).
E = modulus elastis, (MPa).
G = modulus geser, (MPa).
J = konstanta puntir torsi (mm4)
= 1/3 {(h – tf) . (tw)3 + 2 b . tf3}
Cw = konstanta puntir lengkung (warping) (mm6)
= 1/24 tf . b3 . (h – tf)2
X1 = MPa.
X2 = mm4/N2
ry = jari-jari inertia terhadap sumbu Y-Y (mm).

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
c) Balok bentang panjang.
Untuk Lb > Lr, maka keruntuhan elastis

Momen nominal,

Besar Mcr dihitung berdasarkan Tabel 8.3.1. SNI 03-1729-2002


seperti rumus pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Momen kritis untuk tekuk lateral

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 6.12. Balok diaphragma sebagai pengaku lateral
Sumber : Thamrin Nasution
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 6.13. Pengaku lateral berbentuk Cross atau X-Bracing
Sumber : Thamrin Nasution

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 6.14. Hubungan balok ke balok yang dapat berfungsi sebagai pengaku lateral.
Sumber : Thamrin Nasution

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
THE END

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai