Anda di halaman 1dari 68

V.

BATANG TEKAN

A. Elemen Batang Tekan

Elemen batang tekan (compression member) dijumpai


pada struktur kolom, pada sebagian batang struktur
rangka atap dan struktur rangka jembatan.

Pada struktur rangka atap dan struktur rangka


jembatan umumnya dijumpai pada batang atas,
batang diagonal dan batang vertikal (lihat
gambar).

Elemen batang tekan pada sistem struktur dapat


berupa profil tunggal atau profil gabungan (tersusun)
yang digabung dengan pelat kopel.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Elemen batang
tekan (kolom)

Gambar 5.1. Elemen batang tekan pada rangka gedung

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 5.2. Batang atas dan vertikal sebagai elemen batang tekan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 5.3. Batang atas dan diagonal sebagai elemen batang tekan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
B. Tekuk Elastis Euler

Tegangan kritis pada batang tekan menurut Euler yaitu :


fcr = (2 . E) / 2
 = Lk / r
di mana,
fcr = tegangan kritis penampang
E = modulus elastisitas bahan
 = angka kelagsingan
Lk = panjang tekuk batang
r = jari-jari girasi

Pendekatan EULER diatas hanya terjadi pada batang tekan dalam kondisi elastis dengan
kelangsingan yang besar ( > 110 atau batang panjang). Artinya batang tekan sudah menekuk
sebelum tegangan mencapai leleh.

Untuk kelangsingan sedang ( < 110 atau batang sedang ) akan terjadi tekuk inelastis, artinya
pada sebagian penampang batang sudah leleh.

Untuk batang pendek ( < 20) akan terjadi tekuk plastis, artinya seluruh penampang sudah
leleh.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 5.4. Kurva panjang batang (kolom) versus kekuatan kritis.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Pada daerah tekuk inelastik nilai modulus elastis E menurun
menjadi Et (Et < Et), dan kurva tegangan-regangan tidak lagi
linear.

Pada kondisi ini rumus EULER berubah menjadi,


fcr = (2 . Et) / 2

Persamaan Euler bergantung kepada bberapa asumsi berikut ini :


a) Kolom (batang) benar-benar lurus.
b) Beban bekerja bekerja sentris, tanpa eksentrisitas gaya.
c) Kolom (batang) mempunyai perletakan sendi pada kedua
ujungnya.
d) Tidak terjadi puntir selama pelenturan.
e) Kolom (batang) tidak cacat.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
C. Panjang Tekuk

Panjang tekuk batang tekan (Lk) ditentukan sebagai berikut :


Lk = k . L
dengan,
L = panjang batang
k = faktor tekuk
= tergantung kepada jenis perletakannya

Tabel 5. 1 : Faktor panjang tekuk (k)


Jepit - jepit Jepit - sendi Jepit - rol Sendi - sendi Jepit - lepas Sendi – rol

k teoritis 0,50 1/2 1,00 1,00 2,00 2,00

k desain 0,65 0,80 1,20 1,00 2,10 2,00

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 5.5. Garis lentur akibat tekuk berdasarkan jenis perletakan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Untuk kolom pada struktur portal (rangka
gedung), faktor panjang tekuk (k)
dipengaruhi oleh nilai G pada ujung-ujung
kolom.

Nilai G pada salah satu ujung kolom


adalah ratio jumlah kekakuan semua
kolom terhadap jumlah kekakuan semua
balok yang bertemu di ujung tersebut.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 5.6. Pertemuan kolom dan balok pada portal (rangka gedung)

Nilai G pada ujung kolom A dan ujung kolom B dirumuskan sebagai


berikut :

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
dengan,
IcA = Momen inersia kolom yang bertemu di titik A.
IcB = Momen inersia kolom yang bertemu di titik B.
LcA = Panjang kolom yang bertemu di titik A.
LcB = Panjang kolom yang bertemu di titik B.
IbA = Momen inersia balok yang bertemu di titik A.
IbB = Momen inersia balok yang bertemu di titik B.
LbA = Panjang balok yang bertemu di titik A.
LbB = Panjang balok yang bertemu di titik B.
Untuk tumpuan jepit nilai G = 1
Untuk tumpuan sendi nilai G = 10

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Faktor panjang tekuk (k) ditentukan dengan
nomogram (Gambar 5. 6) dengan terlebih
dahulu menghitung nilai GA dan GB.

Perlu diperhatikan bahwa ada dua


nomogram, yaitu untuk struktur tak
bergoyang dan untuk struktur bergoyang.

Struktur tak bergoyang artinya jika ujung-


ujung dari kolom yang ditinjau tidak dapat
berpindah kearah lateral dan sbaliknya.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 5.7. Nomogram faktor panjang tekuk (k) kolom portal
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
D. Batas Kelangsingan Batang Tekan

Untuk batang yang direncanakan terhadap tekan,


angka kelangsingannya dibatasi sebagai,
 = Lk/r < 200
dimana,
 = angka kelangsingan batang tekan
Lk = panjang tekuk batang
= k.L
k = faktor panjang tekuk
L = panjang batang
r = jari-jari inersia penampang batang

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Soal 9 :
Hitunglah nilai k untuk masing-masing kolom pada struktur portal
(bergoyang) seperti Gambar 5.6 di bawah !

Batang Elemen Profil

AB Kolom WF 200.200.8.12

BC Kolom WF 200.200.8.12

DE Kolom WF 200.200.8.12

EF Kolom WF 200.200.8.12

GH Kolom WF 200.200.8.12

HI Kolom WF 200.200.8.12

BE Balok WF 450.200.9.14

EH Balok WF 450.300.11.18

CF Balok WF 400.200.8.13 Gambar 5.8. Struktur portal


FI Balok WF 400.300.10.16

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
E. Pengaruh Tegangan Sisa (Residual Stress)

Tegangan sisa (Residual Stress), adalah tegangan yang


tertinggal dalam suatu komponen struktur baja, akibat :
1) Proses pembentukan profil
Proses pendinginan yang tidak merata setelah profil
struktural dibentuk dengan penggilingan panas.
2) Proses pabrikasi
Lenturan atau lendutan dingin, pembuatan lubang
baut, dan pemotongan selama fabrikasi.
3) Proses pemasangan atau instalasi
Pekerjaan pemasangan dengan menggunakan alat
sambung las.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
SNI 03-1729-2002, menetapkan bahwa pengaruh
tegangan sisa (residual stress) adalah sebesar :
 70 MPa pada pelat sayap (flens) untuk profil
yang dirol/digiling panas
 115 MPa untuk penampang yang dilas.

Misal pada sayap profil dengan mutu baja BJ-


34 (tegangan leleh fy = 210 MPa), maka
tegangan leleh harus dikurangi 70 MPa
menjadi :
fy = 210 MPa – 70 MPa
= 140 MPa.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
F. Tahanan Tekan Nominal

Suatu komponen struktur yang mengalami gaya


tekan sentris akibat beban terfaktor Nu menurut
SNI 03-1729-2002, pasal 9.1, harus memenuhi :
Nu   Nn
dengan,
Nn = kekuatan tekan nominal penampang
 = faktor reduksi kekuatan (SNI 03-1729-2002,
Tabel 6.4-2, hal.18).
= 0,85
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
1. Gaya tekuk elastis.

SNI 03-1729-2002 pasal 7.6.1, gaya tekuk elastis komponen struktur


(Ncr) ditetapkan sebagai berikut:

dengan c adalah parameter kelangsingan kolom, yang ditetapkan


sebagai berikut:

di mana,
fy = tegangan leleh material
Lk = k . L
k = faktor panjang tekuk
L = panjang teoritis kolom.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
2. Daya dukung nominal komponen struktur tekan

Daya dukung nominal komponen struktur tekan dihitung sebagai berikut:

dengan,
Ag = luaspenampang bruto (mm2)
fcr = tegangan kritis penampang, MPa
fy = tegangan leleh material, MPa
 = koefisien tekuk.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Soal 10 :
Komponen struktur tekan memakai profil WF 300x200x9x14. Kondisi
perletakan jepit – sendi. Beban aksial terfaktor Nu = 1200 kN. Mutu
baja BJ-37 (fy = 240 MPa, fu = 370 MPa). Panjang batang L = 4500
mm. Evaluasilah profil tersebut !

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Soal 11 :
Struktur portal seperti gambar di bawah. Ukuran profil kolom E – F dan
tinggi tingkat H lihat data dan gambar. Mutu baja BJ-34. Evaluasilah
terhadap kolom E – F (WF 250x125x6x9).

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
G. Tekuk Lokal
Pada penampang komponen struktur tekan, yang
mempunyai ketebalan sangat tipis dibandingkan lebarnya,
(pada badan atau sayap), maka besar kemungkinan akan
terjadi tekuk lokal.

Yaitu tekuk yang terjadi pada sebagian tempat pada


penampang tersebut.

Hal ini berakibat komponen struktur tersebut tidak


mampu memikul beban secara penuh, artinya struktur
akan runtuh sebelum mencapai kapasitasnya.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 5.9. Tekuk lokal pada sayap profil WF

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Menurut SNI 03-1729-2002, penampang diklasifikasikan sebagai penampang kompak
(compact = padu), tak kompak (noncompact) atau penampang langsing.

Untuk penampang kompak, bagian sayap (flanges) harus menyatu dengan badan
(web) secara menerus atau bagian badan mempunyai angka perbandingan
antara lebar dan tebalnya (p) pada elemen tertekan tidak melampaui seperti
yang terdapat pada Tabel 5-1.

Apabila angka perbandingan antara lebar dan tebal dari salah satu atau lebih
elemen yang tertekan melampaui p, tetapi tidak lebih besar dari r, dikatakan
penampang tak kompak (noncompact).

Jika angka perbandingan antara lebar dan tebal pada setiap elemen melampaui
r maka disebut elemen penampang langsing.

Untuk b/t, d/t, h/tw  p penampang kompak (compact)


Untuk p < b/t, d/t, h/tw  r penampang tak kompak (noncompact)
Untuk b/t, d/t, h/tw > r elemen penampang langsing (slender – elemen
sections)

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Tabel 5.1. Perbandingan maksimum lebar terhadap tebal untuk elemen tertekan
(fy dinyatakan dalam MPa, simbol mengacu pada Gambar 5.9)

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Tabel 5.1. Lanjutan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Tabel 5.1. Lanjutan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Tabel 5.1. Lanjutan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 5.9. Simbol dimensi profil tertekan
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 5.10a. Perbandingan maksimum lebar terhadap tebal untuk elemen tertekan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 5.10b. Perbandingan maksimum lebar terhadap tebal untuk elemen tertekan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 5.10b. Perbandingan maksimum lebar terhadap tebal untuk elemen tertekan

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
H. Profil Tersusun Batang Tekan

Profil tersusun adalah susunan atau gabungan beberapa


profil tunggal menjadi suatu bentuk profil, yang diikat
dengan pelat-pelat yang disebut pelat koppel, dimana
kekuatannya dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu
bebas bahan.

1. Sumbu profil.
Pada batang tekan terdapat sumbu-sumbu penting yang
harus diperhatikan, yaitu :
a. Sumbu utama.
b. Sumbu bahan.
c. Sumbu bebas bahan.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Sumbu utama, adalah sumbu dimana terdapat nilai momen inertia maksimum dan
minimum.

Sebagai contoh, untuk profil IWF sumbu X dan sumbu Y adalah merupakan
sumbu utama (Gambar 5.10).

Disamping itu sumbu X dan Y untuk profil tersebut juga merupakan sumbu
bahan.

Gambar 5.10. Sumbu profil IWF


Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Untuk profil siku tunggal, sumbu bahannya adalah sumbu X dan sumbu
Y (Gambar 5.11).

Sedangkan yang menjadi sumbu utama adalah sumbu  (baca


Xi) di mana merupakan tempat momen inersia maksimum, dan
sumbu  (baca Eta) di mana merupakan tempat momen inersia
minimum.

Gambar 5.11. Sumbu profil siku tunggal


Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Besar momen inertia I dan I dapat dilihat pada tabel
profil baja, atau dapat dihitung sebagai berikut,

di mana,
Ix = momen inertia terhadap sumbu X.
Iy = momen inertia terhadap sumbu Y.
Sxy = momen sentrifugal terhadap sumbu X dan Y.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Untuk profil siku double, sumbu X adalah merupakan
sumbu bahan dan sumbu Y merupakan sumbu bebas
bahan (Gambar 5.12).

Gambar 5.12. Sumbu profil siku double


Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
2. Kelangsingan batang profil tersusun

Gambar 5.13. Profil tersusun


Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
 Terhadap sumbu X - X (sumbu bahan),

dimana,
k = faktor panjang tekuk.
Lx = panjang komponen struktur tekan arah X.
rx = jari-jari inertia terhadap sumbu X.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
 Terhadap sumbu Y - Y (sumbu bebas bahan)

di mana,

m = jumlah batang tunggal yang membentuk profil tersusun.


Ly = panjang komponen struktur tekan arah Y.
ry = jari-jari inertia terhadap sumbu Y.
L1 = jarak antara dua pelat koppel.
rmin = rη
= jari-jari inertia minimum batang tunggal
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 5.14. Nilai m pada profil tersusun

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
3. Pelat Koppel

SNI 03-1729-2002 pasal 9.3 menyatakan bahwa nilai iy pada persamaan diatas terpenuhi
apabila :
1) Pelat-pelat kopel membagi komponen struktur tersusun menjadi beberapa bagian yang
sama panjang atau dapat dianggap sama panjang.
2) Banyaknya pembagian komponen struktur minimum adalah 3 (tiga) medan pelat koppel.
3) Hubungan antara pelat kopel dengan elemen komponen struktur tekan harus kaku.
4) Pelat kopel harus cukup kaku, sehingga memenuhi persamaan,

di mana,
Ip = momen inersia pelat koppel
= 1/12 t h3.
Apabila pelat koppel terdapat pada muka dan belakang maka,
Ip = 2 . 1/12 t h3.
I1 = momen inersia minimum batang tunggal (I)
a = jarak antara dua pusat berat profil

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Pelat-pelat kopel harus dihitung dengan menganggap
bahwa pada seluruh panjang komponen struktur tersusun
itu bekerja gaya lintang sebesar,

Du = 0,02 Nu

dengan Nu adalah kuat tekan perlu (beban kerja)


komponen struktur tersusun akibat beban beban terfaktor
(hanya berlaku untuk batang tekan dengan gaya sentris).

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
4. Koefisien Tekuk.

Koefisien tekuk x dan iy selanjutnya ditentukan oleh harga-harga x dan iy.

 Terhadap sumbu X

 Terhadap sumbu Y

Dengan menggunakan parameter kelangsingan batang tekan pada persamaan


sebelumnya dicari koefisien tekuk dengan persamaan sebagai berikut,

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
5. Kuat Tekan Nominal

Kuat tekan nominal dipilih yang terkecil dari kedua


persamaan berikut,

 Terhadap sumbu X,

 Terhadap sumbu Y,

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
6. Kestabilan Profil Tersusun

Pasal 9.3.(6) SNI 03-1729-2002 menyatakan, untuk


menjaga kestabilan elemen-elemen penampang komponen
struktur tersusun maka harga-harga x dan iy harus
memenuhi,

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
I. Tekuk Lentur Torsi

Apabila batang yang memikul gaya aksial tekan mulai tidak stabil pada seluruh
panjangnya, dan bukan tekuk lokal, maka batang akan tertekuk dengan tiga
kemungkinan seperti berikut :
1) Tekuk lentur.
Tekuk lentur adalah dimana batang tekan melentur pada arah jari-jari
inersia minimum, dan berlaku untuk seluruh jenis penampang (Gambar
5.15).
2) Tekuk Torsi.
Kegagalan tekuk torsi terjadi dengan berputarnya penampang sepanjang
sumbu longitudinal batang.
Dapat terjadi pada penampang simetris melintang dengan element
penampang yang langsing atau pelatnya tipis (Gambar 5.16).
3) Tekuk Lentur Torsi.
Tekuk lentur torsi terjadi karena batang mengalami pelenturan dan juga
berputar secara bersamaan, atau pada batang terjadi pelenturan dan
prerputaran secara bersamaan.
Kegagalan seperti ini dapat terjadi pada penampang dengan satu sumbu
simetris dan penampang yang tidak simetris, seperti profil kanal (C), T,
profil siku ganda, batang tunggal profil siku sama kaki dan profil siku
tunggal tidak sama kaki (Gambar 5.17).

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 5.15. Tekuk lentur pada arah sumbu lemah.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Gambar 5.16. Tekuk Torsi

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Gambar 5.17. Tekuk Lentur Torsi
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
1. Tekuk Lentur Torsi Profil Siku Ganda dan Profil T

SNI 03-1729-2002 pasal 9.2 menetapkan bahwa kuat tekan rencana


akibat tekuk lentur-torsi (n . Nnlt) dari komponen struktur tekan yang
terdiri dari profil siku-ganda atau profil berbentuk T dengan elemen-
elemen penampangnya mempunyai rasio lebar-tebal (λr) lebih kecil
daripada yang ditentukan dalam Tabel 5.1. harus memenuhi,

Nu  n . Nnlt

di mana,
n = faktor reduksi kekuatan
= 0,85

Kekuatan nominal lentur torsi,


Nn lt = Ag . fclt

dengan Ag adalah luas penampang total dan fclt adalah tegangan kritis
tekuk lentur torsi.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Tegangan kritis tekuk lentur torsi fclt dihitung sebagai,

di mana,

G = modulus geser

E = 200.000 Mpa (baja).


V = angka poison = 0,30.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
J = konstanta torsi/puntir, besarnya

ro = adalah jari-jari girasi polar terhadap pusat geser

xo , yo = koordinat pusat geser terhadap titik berat, xo = 0 untuk siku ganda dan profil
T (sumbu y - sumbu simetris).
fcry = dihitung sesuai dengan persamaan berikut, untuk tekuk lentur terhadap
sumbu lemah y-y, dan dengan menggunakan harga λc,yang dihitung dihitung
dengan persamaan :

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
2. Tekuk Lentur Torsi Profil Dengan Dua Sumbu Simetri

Tegangan kritis tekuk lentur torsi untuk profil dengan dua sumbu simetri (seperti profil WF),
diberikan oleh persamaan berikut :

dimana,
Lk = panjang tekuk
= k.L
Ip = momen inertia polar
= Ix + Iy.
Cw = konstanta torsi warping, yang besarnya,

J = konstanta torsi/puntir

Batas jari-jari inersia yang menyebabkan terjadinya tekuk torsi,

Jika r1 < rx (ix) atau ry (iy) maka keruntuhan profil akan ditentukan oleh tekuk lentur torsi.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
3. Konstanta Torsi dan Warping Untuk Beberapa Bentuk Penampang

Torsi dan warping pada penampang diperlihatkan pada gambar di bawah.

Gambar 5.18. Bentuk batang tekan yang mengalami torsi

Gambar 5.19. Bentuk batang tekan yang mengalami warping

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
a. T - Sections

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Contoh perhitungan profil T 178 x 369 :

d = 178 mm
b = 369 mm
t = 18,0 mm
w = 11,2 mm
d’ = d – t/2 = 178 – 18/2 = 169 mm
J = (bt3 + d’w3)/3
= ((369 x 183) + (169 x 11,23))/3
= (2152008 + 237432,832)/3
= 796480,28 mm4
Cw = (b3t3/144) + (d’3w3/36)
= ((3693 x 183)/144) + ((1693 x 11,23)/36)
= 2,03 x 109 + 0,19 x 109
= 2.22 x 109 mm6

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
b. Doubly-Symmetric Wide-Flange Shapes (W-Shapes and I-Beams)

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Contoh perhitungan profil WF 612 x 229 :

d = 612 mm
b = 229 mm
t = 19,6 mm
w = 11,9 mm
d‘ = 592 mm
J = 1480 x 103 mm4
Cw = 3440 x 109 mm6

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
c. Channels

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Contoh perhitungan profil C 305 x 74 :

d = 305 mm
b = 74 mm
t = 12,7 mm
w = 7,2 mm
(Actual flange slope = 1/6)
d‘ = 292 mm
b‘ = 70,4 mm
J = 132 x 103 mm4
 = 0,359
Cw = 29,0 x 109 mm6.
x = 17,5 mm (formula not shown)
xo = 39, mm.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
d. Angles

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Contoh perhitungan profil : L203x102x13

d = 203 mm
b = 102 mm
t = 12,7 mm
d’ = 197 mm
b’ = 95,7 mm
J = 200 x 103 mm4.
Cw = 0,485 x 109 mm6.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Soal 12 :

Lakukanlah evaluasi terhadap batang tekan dari profil siku ganda


45.45.5 dengan panjang batang L = 2,50 meter, ujung-ujungnya diikat
dengan perletakan sendi-sendi, memakai pelat koppel dengan ukuran
tebal tp = 5 mm, tinggi h = 60 mm. Tebal pelat buhul (jarak antara
kedua sayap)  = 7 mm. Mutu baja BJ-34.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Soal 13 (Perencanaan) :

Suatu batang tekan pada struktur rangka atap


menggunakan profil siku ganda dengan panjang
batang L = 3,00 meter (ujung-ujungnya dianggap
sendi-sendi), memikul beban terfaktor terdiri dari
beban mati D = 30 kN, beban hidup atap La = 15
kN, dan beban angin W = 10 kN. Profil siku ganda
tersebut memakai pelat koppel dengan tebal tp = 5
mm. Tebal pelat buhul (jarak antara kedua sayap
profil siku)  = 10 mm. Mutu baja BJ-34.
Rencanakanlah dimensi profil siku ganda tersebut,
dan lakukan pemeriksaan terhadap kinerja batang
tekan tersebut.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
THE END

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai