Anda di halaman 1dari 7

BAB I

DEFINISI

1. Budaya adalah tata cara manusia melakukan sesuatu di sekitarnya.


2. Budaya keselamatan rumah sakit adalah sebuah lingkungan yang kolaboratif dimana staf klinis
memperlakukan satu sama lain dengan hormat, dengan melibatkan dan memberdayakan pasien
dan keluarga. Pimpinan mendorong staf klinis pemberi asuhan bekerja sama dengan tim yang
efektif dan mendukung proses kolaborasi interprofesional dalam asuhan berfokus pada pasien.
3. Budaya keselamatan juga merupakan dari nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi, dan pola
perilaku dari individu maupun kelompok yang menentukan komitmen terhadap keselamatan,
serta kemampuan manajemen rumah sakit dicirikan dengan komunikasi yang berdasarkan rasa
saling percaya, dengan persepsi yang sama tentang pentingnya keselamatan dan dengan
keyakinan akan manfaat langkah-langkah pencegahan.
4. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun
tidak dapat diamati oleh pihak luar.
5. Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberi informasi tentang sebab dan akibat
dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Seluruh unit pelayanan medis, penunjang medis dan penunjang non medis di RSUD Sultan Thaha
Saifuddin Kabupaten wajib menciptakan budaya keselamatan baik untuk keselamatan pasien maupun
keselamatan dalam bekerja.

2
BAB III
TATA LAKSANA

A. Keberhasilan Budaya Keselamatan


Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang mendukung kerjasama dan
rasa hormat terhadap sesama tanpa melihat jabatan mereka dalam rumah sakit sehingga
diperlukan perilaku yang mendukung budaya keselamatan di rumah sakit seperti perilaku saling
percaya, lingkungan yang kolaboratif dengan memperlakukan orang lain dengan hormat.

Hal-hal penting yang akan membawa rumah sakit menuju budaya keselamatan adalah :
a. Pegawai rumah sakit mengetahui kegiatan operasional rumah sakit berisiko tinggi dan
bertekad untuk melaksanakan tugas dengan konsisten serta aman.
b. Lingkungan kerja yang mendorong pegawai tidak takut mendapat hukuman bila membuat
laporan tentang kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris cidera.
c. Direktur mendorong komite PMKP untuk membuat laporan insiden keselamatan pasien ke
tingkat nasional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
d. Direktur melakukan kolaborasi antar staf klinis untuk mencari penyelesaian masalah
keselamatan pasien.

B. Pengelompokan Budaya Keselamatan


1. Kepemimpinan (Leadership)
Direktur mewajibkan seluruh pegawai rumah sakit harus memajukan budaya keselamatan
pasien. Direktur wajib bersikap adil dalam menentukan kebijakan dan berfokus pada
penanganan masalah sistem yang berkontribusi pada kesalahan dan kerugian. Direktur
mengutamakan keselamatan pasien dan keselamatan pegawainya.

2. Kerja Tim/ Kerjasama (Teamwork)


Kerjasama tim yang baik akan menghasilkan budaya keselamatan yang baik. Saling
kolaborasi, menjaga hubungan yang terbuka, aman, hormat dan fleksibel dalam setiap
pelaksanaan asuhan atau kegiatan dirumah sakit yang akan memajukan budaya keselamatan
pasien.

3. Asuhan pasien didasarkan pada bukti (Evidence-based)


Praktek asuhan pasien yang didasarkan pada bukti merupakan salah satu upaya untuk menuju
budaya keselamatan pasien. Tersedianya Panduan/Pedoman dan SPO untuk mengawali
pegawai bekerja sesuai dengan standar yang baku sesuai dengan profesinya masing-masing.

4. Komunikasi (Communication)
Komunikasi efektif RS dengan masyarakat melalui lefalet dan website rumah sakit.
Komunikasi efektif dilakukan secara internal dirumah sakit menggunakan formulir
komunikasi seperti SBAR, TULBAK, CPPT, Lembar terintegrasi, Lembar checklist surgical
safety, dan formulir lainnya. Service excelent pada saat pemberian asuhan kepada pasien juga
perlu diperhatikan untuk meningkatkan budaya keselamatan di rumah sakit.

5. Pembelajaran (Learning)
Belajar dari kesalahan dan mencari peluang untuk peningkatan kinerja dan belajar dihargai
diantara semua pegawai merupakan salah satu budaya keselamatan yang harus dilakukan.
Pendidikan dan pelatihan staf harus dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pegawai rumah sakit. Monitoring dan evaluasi terhadap kinerja pegawai harus
dilakukan untuk menjaga budaya keselamatan rumah sakit.

3
6. Just (Adil)
Rumah sakit tidak boleh menyalahkan seorang individu apabila terjadi sesuatu mengenai
keselamatan pasien. Rumah sakit harus menelusuri sebab, akibat dan kondisi sehingga
kejadian yang tidak diharapkan itu terjadi. Penelusuran tersebut harunya memperbaiki sistem
bukan hanya menyalahkan individu tersebut. Menciptakan hubungan yang saling percaya
antara pegawai dapat menuju budaya keselamatan rumah sakit.

7. Pelayanan berpusat pada Pasien (Patient Centered)


Rumah sakit memberdayakan pasien dan keluarga untuk menjaga budaya keselamatan pasien
melalui pemberian informasi tentang kesehatan, memberikan informasi tentang penyakitnya
dan cara melakukan perawatannya serta melakukan promosi kesehatan ke masyarakat.
Pelayanan harus berpusat kepada pasien yang diketuai oleh DPJP dengan anggota seluruh
Profesional Pemberi Asuhan (PPA), penunjang medis dan penunjang non medis.

C. Sistem Pelaporan Budaya Keselamatan


1. Seluruh pegawai RSUD STS Tebo wajib melaporkan masalah yang menghambat budaya
keselamatan baik untuk keselamatan pasien dan/atau keselamatan kerja.
2. Pelaporan insiden keselamatan pasien menggunakan alur sebagai berikut :

4
3. Pelaporan kecelakaan kerja (seperti tertusuk jarum) dapat dilakukan dengan menggunakan
alur sebagai berikut :
Pelaksana Alur Dokumen Terkait
Terjadi pajanan
Petugas terpajan (tusukan jarum suntik, percikan Formulir Pelaporan
pada hidung, mulut, kulit dan mata)

Tindakan segera pasca pajanan


(luka tertusuk tidak boleh dihisap,
segera dicuci dengan sabun
antiseptik dan air mengalir)

(percikan pada mukosa hidung,


mulut dan kulit dibilas dengan air
guyuran air)

(percikan pada mata diirigasi


dengan air bersih atau cairan Nacl
0,9%)

Penanggung jawab Laporan pajanan Sesuai permintaan


ruangan (laporan kepada PPI dan K3RS) pemeriksaan laboratorium

Dokter jaga UGD Pemeriksaan status kesehatan Resep permohonan


petugas yang terpajan pemeriksaan selanjutnya

Dokter jaga UGD Profilaksis pasca pajanan


(sesuai indikasi)

4. Pelaporan kecelakaan yang disebabkan oleh sarana dan prasarana rumah sakit dapat dilakukan
menggunakan alur yang telah ditetapkan oleh komite K3RS.
5. Pelaporan perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan dapat dilaporkan kepada
atasan langsung dari pegawai yang bermasalah. Atasan langsung pegawai yang bermasalah
melaporkan hal tersebut ke Direktur. Direktur meneruskan laporan tersebut kepada Komite
Etik untuk dilakukan penelusuran dan penyelesaian masalah tersebut. Alur pelaporan telah
ditetapkan pada Pedoman Manajemen Etik. Setiap pelapor wajib dijaga kerahasiannya oleh
atasan pegawai yang bermasalah tersebut.

D. Pengukuran Dan Monitoring Budaya Keselamatan


1. Monitoring Budaya Keselamatan
a. Direktur beserta jajaran manajemen, sekretariat akreditasi dan pokja terkait melakukan
survey resmi yang dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
b. Direktur melakukan wawancara staf pada saat survey resmi berlangsung atau pada rapat
staf yang telah ditentukan pada peraturan internal rumah sakit (statuta).
c. Direktur melakukan diskusi kelompok dengan pokja terkait setelah pokja tersebut
melakukan analisa data atas suatu masalah.

5
2. Hal-hal yang perlu diukur dan dimonitoring dalam budaya keselamatan rumah sakit sebagai
berikut :
a. Perilaku
Perilaku dan etika pegawai yang harus diterapkan oleh seluruh pegawai rumah sakit telah
ditentukan pada keputusan direktur tentang pedoman manajemen etik. Perilaku yang tidak
mendukung budaya keselamatan di rumah sakit seperti :
1) Perilaku yang tidak layak (inappropriate) seperti kata-kata atau bahasa tubuh yang
merendahkan atau menyinggung perasaan sesama staf, misalnya mengumpat, memaki
dan lain sebagainya.

2) Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain :


a) Perilaku tidak layak yang dilakukan secara berulang
b) Bentuk tindakan verbal dan non verbal yang membahayakan atau mengintimidasi
staf lain, “celetukan maut” adalah komentar sembrono didepan pasien yang
berdampak menurunkan kredibilitas staf klinis lain, misalnya “obat ini salah,
tamatan mana dia...?”
c) Melarang perawat untuk membuat laporan tentang kejadian tidak diharapkan
d) Memarahi staf klinis lainnya didepan pasien
e) Kemarahan yang ditunjukkan denagn melempar alat bedah di kamar operasi
f) Membuang rekam medis diruang rawat
3) Perilaku yang melecehkan (harassment) terkair dengan ras, agama, suku termasuk
gender
4) Pelecehan seksual

b. Pengembangan Profesional
Pegawai RSUD STS Tebo memiliki hak untuk mengembangkan pengetahuan lewat
pendidikan formal dan non formal. Pengembangan profesional dapat diukur dengan
jumlah pegawai yang memiliki sertifikat pelatihan yang mendukung budaya keselamatan
pasien seperti ATCLS, BHD, PONEK, Komunikasi Efektif, penggunaan APAR, PPI
Dasar dan lain sebagainya.

c. Kinerja klinis
Kinerja klinis dapat diukur melalui lama hari rawat (LOS), BOR, Angka Kematian
(NDR,GDR), Angka ILO, pemakaian produk darah dan lain sebagainya. Kinerja klinis
dapat juga diukur melalui penilaian kinerja staf medis, keperawatan dan profesional
pemberi asuhan lainnya.

6
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Formulir Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien


2. Formulir Kecelakaan Kerja

Anda mungkin juga menyukai