Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korban kecelakaan lalu lintas saat ini semakin meningkat. Peningkatan angka korban
kecelakaan lalu lintas ini harus diimbangi dengan peningkatan tindakan pertolongan
pertama pre-hospital yang sigap dan tepat. Menurut WHO, cidera akibat kecelakaan lalu
lintas membunuh setidaknya 1,2 juta orang tiap tahunnya. Ini berarti rata-rata di seluruh
dunia 3.242 orang terbunuh tiap harinya di jalan (Anisa, 2015).
Saat ini keterlambatan atau kurang tepatnya pemberian pertolongan pertama pre-
hospital masih ditemukan. Pertolongan yang terlambat atau kesalahan yang sedikit saja
dalam menghadapi penderita dengan keadaan gawat darurat, dapat menyebabkan kondisi
fatal. Jadi jelas untuk meminimalkan angka kematian dan kecacatan akibat
kegawatdaruratan medik maka response time harus dipersingkat (Amiruddin, 2010).
Selain kendala terletak pada response time, kendala juga ditemukan pada kurangnya
pemberdayaan masyarakat awam. Bahkan keterangan tenaga medis pada salah satu
rumah sakit di kota Denpasar, kebanyakan pasien dibawa ke rumah sakit belum
mendapatkan penanganan awal dan dengan cara transportasi yang kebanyakan menyalahi
aturan yang semestinya (Dhyana, 2014). Hal-hal seperti ini mengakibatkan kondisi
korban yang seharusnya dapat diselamatkan menjadi semakin buruk, dapat mengalami
kecacatan bahkan kematian.Sehingga tenaga medis yang menemukan kasus ini dengan
atau tanpa adanya penanganan dari penolong pertama, harus mampu berpikir kritis dan
lebih mengefisienkan waktu dengan mampu memilih tindakan yang tepat. Pengetahuan
dan keterampilan untuk melakukan pertolongan pertama di rumah sakit pada pasien
gawat darurat dengan kecelakaan disertai atau tidaknya komplikasi lain pun menjadi
tuntutan untuk seorang tenaga medis, khususnya perawat yang bertugas di unit gawat
darurat karena akan terpapar langsung oleh pasien tersebut.
Kecelakaan lalu lintas terutama kecelakaan sepeda motor terhitung sebagai salah satu
penyebab cedera kepala tersering. Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala
yang terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat
gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, dapat bersifat temporer
atau permanen. Cedera kepala (Traumatic Brain Injury) menimbulkan gangguan yang
lebih kompleks bila dibandingkan dengan trauma pada organ tubuh yang lain. Hal ini
dikarenakan struktur anatomik dan fisiologis dari isi tengkorak yang bervariasi.
Strukturnya berkonsistensi cair, lunak dan padat yaitu cairan otak, selaput otak, jaringan
saraf, pembuluh darah dan tulang (American College of Surgeons Comittee on Trauma,
2008).
Cedera kepala merupakan salah satu jenis cedera terbanyak di unit gawat darurat
(UGD), dari 100% pasien trauma lebih dari 80% disertai dengan adanya cedera kepala
dan sekitar 90% meninggal sebelum tiba di rumah sakit karena adanya cedera otak (Dito,
A., 2008). Berdasarkan beratnya, cedera kepala diklasifikasikan menjadi cedera kepala
ringan (CKR), cedera kepala sedang (CKS) dan cedera kepala berat (CKB) dan
berdasarkan morfologi yaitu Komosio Serebri, Kontusio Serebri, Epidural hematoma,
Subdural hematoma, Intraserebri hematoma dan Subarachnoid hematoma.
Cidera kepala berat merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
(Mansjoer, 2002). Akibat yang sering terjadi pada pasien CKB antara lain terjadi cedera
otak sekunder, edema cerebral ,peningkatan tekanan intrakranial, vasospasme,
hidrosefalus, gangguan metabolik, infeksi dan kejang (Haddad,2012). Penanganan
trauma yang cepat dan akurat pun sangat diperlukan agar dapat menekan morbidibitas
dan mortalitas maupun terlambatnya rujukan yang menyebabkan kondisi pasien semakin
memburuk (National Institute of Neurological Disorder, 2002). Penanganan trauma
merupakan salah satu tantangan utama pelayanan kesehatan saat ini. Dokter, perawat,
dan tenaga medis lainnya harus mampu menilai secara objektif tingkat keparahan cidera
demi menyelamatkan pasien trauma dari terjadinya komplikasi ataupun kematian. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk membuat makalah seminar kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat Pada Tn. A Dengan Cidera Kepala Berat (CKB) di Ruang
Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Bangli Pada Tanggal 9 Januari 2018”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah dijelaskan di atas maka, penulis
merumuskan masalah seminar kasus sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat Pada Tn. A Dengan Cidera Kepala Berat (CKB) di Ruang
Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Bangli Pada Tanggal 9 Januari 2018?”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimanakah asuhan keperawatan gawat darurat pada Tn.A dengan
cidera kepala berat (CKB) di Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Bangli pada
tanggal 9 Januari 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan gawat darurat pada Tn.A dengan cidera
kepala berat (CKB) di Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Bangli pada
tanggal 9 Januari 2018.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan gawat darurat pada Tn.A dengan cidera
kepala berat (CKB) di Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Bangli pada
tanggal 9 Januari 2018.
c. Merumuskan intervensi keperawatan gawat darurat pada Tn.A dengan cidera
kepala berat (CKB) di Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Bangli pada
tanggal 9 Januari 2018.
d. Melakukan implementasi keperawatan gawat darurat pada Tn.A dengan cidera
kepala berat (CKB) di Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Bangli pada
tanggal 9 Januari 2018.
e. Melakukan evaluasi keperawatan gawat darurat pada Tn.A dengan cidera kepala
berat (CKB) di Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Bangli pada tanggal 9
Januari 2018.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan yang didapat dari kasus seminar ini adalah:
1. Manfaat secara teoritis
Sebagai referensi atau masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
menambah kajian ilmu pengetahuan khususnya tentang keperawatan gawat darurat
dalam menangani pasien dengan cidera kepala berat.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi praktik keperawatan
Kasus seminar ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan perawat dalam
praktik keperawatan gawat darurat sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal, terutama mencegah terjadinya kecacatan, komplikasi,
bahkan kematian pada pasien dengan cidera kepala berat.
b. Bagi pendidikan keperawatan
Kasus seminar ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk
meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada bagian keperawatan gawat
darurat.
c. Bagi pihak rumah sakit
Kasus seminar ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan menambah
referensi untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan pada
penderita cedera kepala berat.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kasus ini terdiri dari lima bab yaitu bab I merupakan
pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan laporan kasus. Bab II merupakan
tinjauan teoritis yang menguraikan tentang konsep dasar kasus : definisi cidera kepala,
klasifikasi cidera kepala, etiologi cidera kepala, patofisiologi cidera kepala, manifestasi
klinis cidera kepala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi, dan
tinjauan teoritis asuhan keperawatan cidera kepala. Bab III merupakan tinjauan kasus
yang membahas tentang asuhan keperawatan cidera kepala berat meliputi: pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Bab IV
merupakan pembahasan yang menguraikan tentang kesenjangan dan kesesuaian teori
dengan praktik pada tatanan nyata serta solusi yang dapat diambil saat memberikan
asuhan keperawatan. Bab V merupakan penutup yang menguraikan tentang kesimpulan
dan saran.

Anda mungkin juga menyukai