Anda di halaman 1dari 13

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PEMAKAIAN

KANABIS

Laporan kasus ini dibuat dalam rangka melengkapi persyaratan kepaniteraan


klinik senior di SMF bagian Psikiatri RSUD dr. Pirngadi Medan

DISUSUN OLEH :
Dino Surya Werdhatama (71170891384)

DOKTER PEMBIMBING :
Dr. mawar gloria

SMF PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI
MEDAN
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan tanggal :


Nilai :

Pembimbing,

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan
judul “Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Pemakaian Kanabis”.

Penulisan paper ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Psikiatri Dalam RSUD DR Pirngadi Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada


pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan paper ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga paper ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, 18 Oktober 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1 Demam Berdarah Dengue ............................................................................ 3
2.1.1 Definisi ....................................................................................................... 3
2.1.2 Etiologi ...................................................................................................... 3
2.1.3 Epidemiologi .............................................................................................. 4
2.1.4 Patogenesis ................................................................................................. 4
2.1.5 Manifestasi Klinis ...................................................................................... 6
2.1.6Diagnosis ..................................................................................................... 7
2.1.7 Differential diagnosis ................................................................................8
2.1.8 Derajat DBD............................................................................................... 8
2.1.9Tatalaksana................................................................................................ 11
2.1.10Komplikasi .............................................................................................. 16
2.1.11Prognosis ................................................................................................. 16
2.1.12 Edukasi ...................................................................................................16
2.2 Demam Thypoid.......................................................................................... 21
2.2.1 Definisi ..................................................................................................... 21
2.2.2 Etiologi .................................................................................................... 21
2.2.3 Epidemiologi ............................................................................................ 22
2.2.4 Patogenesis ............................................................................................... 23
2.2.5 Manifestasi Klinis .................................................................................... 24

iv
2.2.6Diagnosis ................................................................................................... 26
2.2.7Tatalaksana................................................................................................ 28
2.2.8Komplikasi ................................................................................................ 30
2.2.9Prognosis ................................................................................................... 30
BAB III STATUS ORANG SAKIT ............................................................... 31
BAB IV FOLLOW UP .................................................................................... 49
BAB V DISKUSI KASUS ............................................................................... 54
BAB VI KESIMPULAN ................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Gangguan penggunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lain (NAPZA)

merupakan masalah yang menjadi keprihatinan dunia internasional disamping masalah HIV/

AIDS, kekerasan (violence), kemiskinan, pencemaran lingkungan, pemahaman global dan

kelangkaan pangan. Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB INICEF), International Drug

Control Program, menyatakan pada tahun 2009 jumlah pemakai NAPZA di seluruh dunia

telah mencapai 180 juta orang dan sedikitnya 100.000 diantara mereka meninggal setiap

tahun. Di Indonesia sendiri, kasus penyalahgunaan narkoba menunjukkan angka yang

meningkat dari tahun ke tahun.1

Berdasarkan penelitian oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization;

WHO) pada tahun 2007 diperkirakan 200.000 remaja di Indonesia terlibat dalam

penyalahgunaan narkoba. WHO menyatakan angka kejadian tersebut belum menunjukkan

angka kejadian yang sebenarnya karena lebih banyak yang dilakukan secara tersembunyi.

Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.2 Berdasarkan

data dari United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) (Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia, 2012) Indonesia merupakan salah satu negara pengguna narkoba

terbanyak di dunia. Lebih kurang 15,000 jiwa setiap tahun meninggal dunia akibat dari

penyalahgunaan narkoba. Disamping itu pada 2014, BNN menyatakan angka

penyalahgunaan narkoba di Indonesia adalah sebesar 2.2% atau 4.2 juta orang. Angka ini

merupakan angka kejadian tertinggi apabila dibandingkan dengan angka kejadian tahun

2009-2013.3

6
Dalam Undang-Undang narkotika digolongkan dalam 3 (tiga) golongan sebagaimana

diatur dalam pasal 2 ayat (2), yaitu: narkotika golongan I, narkotika golongan II, dan

narkotika golongan III. Adapun yang dimaksud dengan golongan-golongan narkotika tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut : Narkotika gologan I adalah narkotika yang dapat digunakan

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidk digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan II

adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir

dandapat digunkan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan lmu pengetahuan serta

mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan III adalah

narkotika yng berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang ringan

mengakibatkan ketergantungan.4 Salah satu zat yang paling sering disalahgunakan di

Indonesia adalah Kanabis. Kanabis merupakan salah satu obat yang belum pernah disetujui

dan masih populer diawal abad 21 dan juga merupakan obat terlarang yang digunakan secara

luas di negara-negara seperti: Kanada, Mexico, CostaRica, Elsalvador, Australia dan Afrika

Selatan, dan termasuk Indonesia. Efek yang khas dari penggunaan kanabis yaitu dapat dilihat

dari efek fisik seperti dilatasi pembuluh darah konjungtiva (mata merah) dan takirdia ringan.5

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI
Kanabis adalah nama singkatan untuk tanaman Cannabis Sativa. Tanaman ini
rata-rata akan tumbuh 5-12 kaki tingginya tapi bahkan sampai mencapai 20 kaki.3
seluruh bagian tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif, yaitu delta 9
tetrahidrocannabinol (THC) dan bersifat adiktif, dan larut dalam lemak. Karena tidak
larut dalam air, THC tinggal lama di dalam lemak jaringan (ternasuk jaringan otak,
sehingga menyebabkan brain damage). Gambaran klinis ganja tergolong kombinasi
antara CNS-depresant, stimulansia, dan halusinogenik.5

B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penggunaan kanabis berasal dari Survei Rumah Tangga Nasional tentang
penyalahgunaan zat, suatu sampel rumah tangga acak berbasis masyarakat di seluruh
Amerika Serikat. Prevalensi penggunaan kanabis seumur hidup meningkat seiring
dengan tingkatan kelompok umur hingga usia 34 tahun, biasanya pengguna kanabis
adalah tertinggi pada kelompok umur 18 tahun sampai 21 tahun dan terendah pada
kelompok umur diatas 50 tahun. Menurut revisi teks edisi keempat the diagnostic and
statistical manual of mental disorder, terdapat angka penyalahgunaan atau
ketergantungan kanabis seumur hidup sebesar 5%. Ras dan Etnis juga dihubungkan
dengan penggunaan kanabis tapi hubungan ini bervariasi antar kelompok umur.6

C. EFEK GANJA
Komponen utama kanabis adalah delta 9 tetrahidrocannabinol (THC), namun tanaman
kanabis mengandung lebih dari 400 bahan kimia, 60 diantaranya secara kimiawi
berhubungan dengan delta 9 tetrahidrocannabinol (THC). Pada manusia, delta 9
tetrahidrocannabinol (THC) dengan cepat diubah menjadi 11-Hidroksi-9-THC, metabolic
yang aktif di sistem saraf pusat.6
Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsetrasi yang tertinggi di ganglia basalis,
hipokampus, serebellum, dengan konsetrasi yang lebih rendah di korteks serebral.
Reseptor tidak ditemukan di batang otak, fakta yang konsisten dengan efek yang minimal
kanabis terhadap fungsi respirasi dan kardiak. Toleransi terhadap kanabis tetap terjadi
dan ditemukan ketergantungan psikologis meski bukti ketergantungan psikologis tidak

8
kuat.5 Gejala putus zat pada manusia terbatas pada peningkatan ringan dalam iritabilitas,
kegelisahan,insomnia,anoreksia,dan mual ringan. Semua gejala tersebut ditemukan pada
seseorang yang menggunakan kanabis dengan dosis tinggi secara mendadak.5
Jika kanabis digunakan seperti rokok, efek euforik akan tampak dalam beberapa
menit, mencapai puncak kira-kira dalam 30 menit, dan berlangsung 2-4 jam.Beberapa
efek motorik dan koognitif berlangsung selama 5-12 jam. Kanabis juga dapat digunakan
peroral jika disiapkan dalam makanan, seperti brownis dan cakes.5 Konsumsi kanabis
peroral harus sekitar 2 sampai 3 kali lipat agar potensinya dapat menyerupai konsumsi
kanabis dengan cara menghirup asapnya. Banyak variabel yang mempengaruhi sifat
psikoaktif dari kanabis, termasuk potensi kanabis yang digunakan, jalur pemberian,
teknik menghisap, efek pirolisis terhadap kandungan kanabinoid, dosis, lingkungan,
pengalamam masa lalu pengguna sebelumnya, ekspektasi pengguna, dan kerentanan
biologis unik dari pemakai terhadap efek kanabinoid.6

D. MANIFESTASI GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU 2-3,6-11


a. Intoksikasi Kanabis
Intoksiskasi kanabis seringkali meningkatkan sensitivitas pengguna terhadap
stimuli eksternal, memunculkan perincian yang baru, membuat warna lebih terang
dari sebelumnya, dan secara subjektif memperlambat apresiasi waktu.6
Pada dosis tinggi, pengguna mungkin mengalami depersonalisasi dan derealisai.
Keterampilan motorik terganggu akibat penggunaan kanabis dan gangguan pada
keterampilan motorik tetap ada setelah gejala euphoria subjektif menghilang. Selama
8-12 jam setelah menggunakan kanabis, pemakai mengalami suatu gangguan
keterampilan motorik yang mengganggu pengoperasian kendaraan bermotor dan
mesin-mesin berat lainnya.Selain itu, efek tersebut adalah aditif dengan efek alcohol,
yang sering kali digunakan dalam kombinasi dengan kanabis.5

Menurut DSM-IV-TR kriteria diagnosis intoksikasi kanabis, jika memenuhi


kriteria dibawah ini:5,6
 Baru menggunakan ganja
 Tingkah laku maladaptif yang bermakna secara klinis atau perobahan psikologis
(sepeti gangguan koordinasi motorik,euforia, kecemasan, sensasi waktu

9
melambat, gangguan penilaian, penarikan diri terhadap sosial)yang terjadi
segera setelah penggunaan ganja.
 Dua (atau lebih) dari tanda-tanda berikut, yang berkembang dalam 2 jam
penggunaan ganja:
- Injeksi konjungtiva
- Meningkatkan nafsu makan
- Mulut kering
- Takikardia
 Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan mental
lainnya.
b. Delirium Intoksikasi kanabis
Delirium yang berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai dengan gangguan
koognitif dan tugas kinerja yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan
gangguan daya ingat, waktu reaksi, persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan
perhatian. Dosis tinggi yang juga mengganggu tingkat kesadaran pemakai
mempunyai efek nyata pada pengukuran kognitif.5,6
c. Gangguan Psikotik Terinduksi Kanabis
Gangguan psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara adalah
lebih sering. Psikosis nyata lebih sering dialami di negara tempat beberapa orang
memiliki akses kanabis dengan potensi yang tinggi. Bila gangguan psikotik
terinduksi kanabis, hal itu mungkin berkoleresi dengan gangguan kepribadian yang
telah ada sebelumnya pada orang yang terkena.5,6

E. Penanganan dan Rehabilitasi


Penanganan penggunaan kanabis pada prinsipnya sama dengan penanganan
penyalahgunaan zat lain, abstinansia, dan dukungan. Abstinansia dapat dicapai melalui
intervensi langsung, seperti eawat inap, atau melalui pemantauan ketat atas dasar rawat
jalan dengan menggunakan skrining obat dalam urin yang dapat mendeteksi kanabis
hingga 4 minggu setelah penggunaan. Dukungan dapat dicapai melalui psikoterapi
individual, keluarga atau kelompok. Edcukasi sebaiknya menjadi pedoman untuk
program abstinansia maupun dukungan, karna pasien yang tidak memahami alasan
intelektual untuk mengatasi masalah penyalahgunaan zat menunjukkan sedikit motivasi
untuk berhenti.6

10
Untuk sebagian pasien obat anti ansietas mungkin berguna untuk menghilangkan
gejala putus zat jangka pendek. Bagi pasien lain,penggunaan kanabis mungkin
berhubungan dengan gangguan depresi yang mendasari yang dapat merespon terapi anti
depresan spesifik.5

11
BAB III
KESIMPULAN

Kanabis adalah nama singkatan untuk tanaman Cannabis Sativa. Seluruh bagian
tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif, yaitu delta 9 tetrahidrocannabinol (THC) dan
bersifat adiktif, dan larut dalam lemak. Karena tidak larut dalam air, THC tinggal lama di
dalam lemak jaringan (ternasuk jaringan otal, sehingga menyebabkan brain damage).
Gambaran klinis ganja tergolong kombinasi antara CNS-depresant, stimulansia, dan
halusinogenik. Efek yang khas dari penggunaan kanabis yaitu dapat dilihat dari efek fisik
seperti dilatasi pembuluh darah konjungtiva (mata merah) dan takirdia ringan. Beberapa
gangguan dari penyalahgunaan kanabis, yaitu intoksikasi kanabis, delirium akibat intoksikasi
kanabis, dan gangguan psikotik. Penanganan dari penyalahgunaan kanabis adalah
memberikan dukungan dan motivasi kepada pemakai melalui orang terdekat, seperti
keluarga.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmawati. Mekanisme Koping Pecandu Napza yang Menjalani Rehabilitasi di

Wisma Sirih Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Keperawatan

dan Kesehatan. Vol.1 No.1; 2014.

2. Amalina, Siti, dkk. Gambaran Penyalahgunaan Narkoba dan Faktor – faktor yang

Barhubungan di Klinik Metadon Grogol Petamburan September 2015. FK Ukrida

Jakarta.2015.

3. Ismail, Wahyuni. Teori Biologi Tentang Perilaku Penyalahgunaan Narkoba. Jurnal

Biotek Vol. 5 No.1;2017.

4. Adam, Sumarlin. Dampak Narkotika Pada Psikologi dan Kesehatan Masyarakat. IAIN

Sultan Amal Gorontalo.

5. Kaplan H I, and Sadock BJ, Synopsis of Psychiatry: Ed. Sadock BJ. Sadock VA. Vol.

1. 9th Edition. USA. Lippincott William & Wilkins

6. Kaplan Saddock. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. EGC. Jakarta.2015

13

Anda mungkin juga menyukai