Flu burung disebabkan oleh virus dari spesies Influenza A virus, genus Influenzavirus A,
famili Orthomyxoviridae yang tergolong dalam grup V dalam klasifikasi Baltimore, yaitu
virus dengan RNA utas tunggal negatif. Terdapat tujuh genus dalam
famili Orthomyxoviridae, empat di antaranya adalah virus influenza,[2][3] yaitu:
Influenzavirus D Sapi
SubtipeSunting
Artikel utama: H1N1 dan H5N1
Flu burung disebabkan oleh virus influenza A. Virus influenza A memiliki beberapa
protein pada permukaannya, di antaranya protein hemaglutinin(disingkat H atau HA)
serta protein neuraminidase(disingkat NA atau N). Kombinasi jenis protein H dan
protein N akan menentukan sifat dan penamaan subtipe virus influenza,
misalnya H5N1. Sebanyak 16 hemaglutinin (H1 sampai H16) dan 9 neuraminidase (N1
sampai N9) telah ditemukan dari virus yang menginfeksi burung.[5]
PatogenisitasSunting
Berdasarkan kemampuannya menimbulkan penyakit, flu burung dibagi menjadi dua
jenis, yaitu:
Flu burung dengan patogenisitas tinggi (bahasa Inggris: highly pathogenic avian influenza atau
HPAI) yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi, dan
Flu burung dengan patogenisitas rendah (bahasa Inggris: low pathogenic avian influenza atau
LPAI) yang menyebabkan penyakit dengan tanda klinis yang ringan.
Pada hampir semua kasus, HPAI disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5 atau H7,
walaupun sebagian besar subtipe H5 dan H7 tergolong LPAI.[6]Penentuan tingkat
patogenisitas ini didasarkan pada karakteristik molekuler virus dan kemampuannya
menimbulkan penyakit dan kematian pada ayam pada kondisi laboratorium, bukan
berdasarkan beratnya derajat penyakit yang ditimbulkan pada manusia.[3]
Isolat virus flu burung digolongkan sebagai HPAI jika:[6][7]
Saat diinokulasi secara intravena terhadap minimal delapan ekor anak ayam peka berumur 4-8
minggu akan menyebabkan lebih dari 75% kematian dalam waktu 10 hari;
Saat diinokulasi terhadap 10 ekor anak ayam peka berumur 6 minggu menghasilkan indeks
patogenisitas intravena (bahasa Inggris: intravenous pathogenicity index atau IVPI) lebih dari
1,2; atau
Isolat virus H5 dan H7 yang memiliki nilai IVPI tidak lebih dari 1,2 atau tidak menimbulkan
75% kematian pada uji letalitas intravena harus diurutkan (sekuensing) untuk menentukan
apakah terdapat beberapa asam amino basa di lokasi pembelahan molekul hemaglutinin (HA0).
Jika urutan asam aminonya mirip dengan isolat HPAI lainnya, maka isolat tersebut dianggap
HPAI.
Adapun virus LPAI merupakan semua virus influenza A subtipe H5 dan H7 yang tidak
termasuk HPAI.
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) mendefinisikan flu burung sebagai infeksi
pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza A dengan patogenisitas tinggi (HPAI)
dan oleh subtipe H5 dan H7 dengan patogenisitas rendah (H5/H7 LPAI).
Spesies pekaSunting
Virus influenza dapat menyerang berbagai spesies hewan dan penyakitnya diberi nama
sesuai dengan jenis hewan yang diinfeksi, misalnya flu burung, flu babi, flu kuda, dan flu
anjing. Mutasi genetik memungkinkan terjadinya infeksi silang antarspesies.[15]
Burung liar akuatik diduga merupakan reservoir alami virus flu burung. Virus flu
burung telah diisolasi pada lebih dari 100 spesies burung liar di mana sebagian besar
infeksinya disebabkan oleh virus LPAI.[16]Infeksi umumnya ditemukan pada
ordo Anseriformes(seperti bebek dan angsa) serta dua famili pada
ordo Charadriiformes atau burung wader, yaitu famili Laridae (seperti burung camar)
serta famili Scolopacidae (seperti burung trinil).[13] Burung-burung yang telah
didomestikasi, baik unggas (seperti ayam dan kalkun) maupun unggas air (bebek dan
angsa) peka terhadap serangan virus flu burung.[13]
Kejadian penyakit
Cara penularanSunting
HewanSunting
Flu burung ditularkan melalui kontak langsung antara burung terinfeksi dengan burung
sehat. Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui kontak dengan benda-
benda yang terkontaminasi, seperti pakaian, sepatu, kendaraan, maupun
peralatan kandang. Partikel virus flu burung ditemukan pada:[29]
Sekresi dari hidung, mulut, dan mata burung terinfeksi;
Kotoran (tinja) burung terinfeksi; dan
Permukaan luar telur yang dihasilkan burung terinfeksi.
Flu burung tidak termasuk penyakit yang menular melalui udara (airborne disease).
Penularan dari satu peternakan ke peternakan lain terjadi melalui perpindahan unggas,
produk unggas, orang, dan kendaraan yang digunakan untuk transportasi.[29]Ketahanan
virus dalam kotoran burung bergantung pada jumlah virus, suhu, dan kelembaban.
Secara umum, virus lebih cepat mati jika suhu semakin tinggi dan tinja semakin
kering.[29]
ManusiaSunting
Meskipun tidak biasa bagi manusia untuk terinfeksi virus influenza A langsung dari
hewan, infeksi secara sporadik yang disebabkan oleh virus flu burung dan virus flu babi
telah dilaporkan.[30] Sebagian besar kasus influenza A pada manusia (H5N1 dan H7N9)
diasosiasikan dengan kontak dengan unggas terinfeksi atau lingkungan yang
terkontaminasi.[4]Bukti epidemiologis dan virologis menunjukkan bahwa virus tidak
mampu menular dari manusia ke manusia.[31] Beberapa ilmuwan berpendapat flu
burung tidak menular ke manusia karena perbedaan reseptor virus pada sel manusia
dan sel burung.
Manifestasi klinisSunting
HewanSunting
Flu burung menyebabkan beragam manifestasi klinis bergantung pada jenis virus yang
menginfeksi, jenis dan umur hewan terinfeksi, hingga faktor lingkungan. Virus HPAI
mampu menyebabkan kematianmendadak sedangkan virus LPAI tidak menimbulkan
tanda klinis atau hanya menyebabkan tanda klinis yang ringan. Tanda klinis yang sering
ditemukan antara lain gangguan sistem pernapasan seperti leleran dari hidung dan
mata, batuk, kesulitan bernapas (dispnea), pembengkakan sinus dan/atau kepala,
penurunan nafsu makan dan minum, sianosis pada kulit yang tak berbulu, pial, dan
jengger, diare, hingga inkoordinasi dan gangguan saraf.[6] Pada ayam petelur, dapat
terjadi penurunan produksi dan kualitas telur.[6] Menurut OIE, masa inkubasi flu burung
adalah 21 hari.[7]
ManusiaSunting
Infeksi flu burung pada manusia dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas
yang ringan (demamdan batuk) hingga pneumonia berat, sindrom gangguan
pernapasan akut, syok, bahkan kematian.[4]Gangguan pencernaan seperti mual, muntah,
dan diare lebih sering dilaporkan pada infeksi virus subtipe H5N1 sedangkan
konjungtivitis dilaporkan pada infeksi subtipe H7.[4]
DiagnosisSunting
Metode pengujian laboratorium yang disarankan oleh OIE di bawah ini bergantung pada
tujuan yang ingin dicapai:[6]
Tujuan
Identifikasi agen
Deteksi antige
+ + + + + -
n
+++ ++ +++
++ +++ +++
HI (H5 atau (sudah (H5 atau
(H5 atau H7) (H5 atau H7) (H5 atau H7)
H7) pulih) H7)
+
ELISA + + ++ (sudah ++ ++
pulih)
Keterangan: