Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Pada umumnya masalah kemiskinan membuat masyrakat kesulitan untuk


memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia masih
bisa di bilang tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2017,
jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 persen),
bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2016
yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen).

Jika ditinjau kembali, jumlah penduduk miskin di Indonesia saat ini


menggambarkan masih banyak penduduk di Indonesia yang tidak bisa memenuhi
kebutuhan yang mendasar dalam hidupnya. .Sedangkan seiring berkembangnya
zaman masyarakat dituntut oleh kebutuhan yang makin banyak dan beragam
jenisnya. Namun dari semua kebutuhan tersebut yang paling mendasar bagi manusia
adalah kebutuhan fisiologis dan sosialnya sebagai makhluk hidup.

Tak terkecuali bagi Perempuan rawan sosial ekonomi. Pada umumnya peran
seorang perempuan dalam keluarga adalah sebagai ibu rumah tangga. Namun dalam
kasus yang dialami perempuan rawan sosial ekonomi, selain menjalankan perannya
sebagai ibu rumah tangga ia juga memiliki kewajiban untuk mencari nafkah sebagai
kepala keluarga. Sehingga ia dikategorikan rawan terhadap permasalahan sosial dan
ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah harus serius dalam menangani kasus
perempuan rawan sosial ekonomi ini supaya mereka dapat menjalankan fungsi
sosialnya dalam keluarga. Baik itu dengan menciptakan program-program atau pun
dengan membuat suatu kebijakan yang dapat membantu mereka dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemenuhan Kebutuhan
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis
yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Oleh karena
itu, semua yang menjadi kebutuhan manusia haruslah terpenuhi agar ia dapat
menjalankan kehidupannya dengan baik.

Jika kita melihat pada “kebutuhan” itu sendiri, maka banyak teori yang
mendasarinya seperti teori kebutuhan Virgina Henderson, teori kebutuhan
Abraham Maslow, teori kebutuhan Watson, teori kebutuhan Sister Calista Roy,
dan masih banyak lagi. Masing-masing teori memiliki pandangan tersendiri
mengenai apa yang menjadi dasar atau aspek paling penting dari bagi
kelangsungan hidup manusia. Namun karena disini penulis membahas tentang
kebutuhan fisiologis dan sosial dari perempuan rawan sosial ekonomi, maka
pembahasan ini dapat dikaitkan dengan teori kebutuhan menurut Abraham
Maslow.

B. Kebutuhan Fisiologis dan Sosial

Teori Hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow


menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan paling dasar pada manusia. seperti
pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan (minuman),
nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan
suhu tubuh, serta seksual.

2
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, dibagi menjadi perlindungan fisik
dan perlindungan psikologis. Perlindungan fisik, meliputi perlindungan dari
ancaman terhadap tubuh dan kehidupan .
3. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki,
memberi dan menerima kasih sayang.
4. Kebutuhan akan harga diri dan perasaan dihargai oleh orang lain serta
pengakuan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, ini merupakan kebutuhan tertinggi dalam
hierarki Maslow, yang berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang
lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

Jika ditinjau kembali maka kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan
manusia menurut Maslow adalah kebutuhan fisiologis. Oleh karena itu manusia
harus memenuhinya agar dapat melangsungkan kehidupannya. Namun pada
faktanya tidak sedemikian rupa. Masih banyak masyarakat di Indonesia yang
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Seperti yang di
utarakan oleh informan “M” dibawah ini:

Kalau untuk makan cukup tapi untuk kebutahan lainnya masih suka kurang
dek, maklum habis suami ibu meninggal ibu yang menanggung biaya
keluarga.
Menggarisbawahi kalimat informan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
ia hanya bisa memenuhi kebutuhan makannya saja sedangkan yang lainnya ia
masih merasa kesulitan.

Selain itu, ada kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh manusia sebagai
makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, yaitu kebutuhan sosialnya. Untuk
memenuhi kebutuhan sosial tersebut, maka manusia harus mampu menjalin
hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Hal tersebut sesuai dengan apa
yang disampaikan oleh informan “M” dibawah ini:

3
Dekat dek mereka juga kan suka belanja ke warung ibu sering ngobrol juga
sama ibu di warung.

Menggarisbawahi kalimat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa informan


“M” memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitarnya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa informan “M” dapat memenuhi kebutuhan
sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi


Menurut PERMENSOS RI No. 8 Tahun 2012, perempuan rawan sosial
ekonomi adalah seorang perempuan dewasa menikah, belum menikah atau janda
dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari. Kriteria :
1. Perempuan berusia 18 (delapan belas) tahun sampai dengan 59 (lima
puluh sembilan) tahun;
2. Istri yang ditinggal suami tanpa kejelasan;
3. Menjadi pencari nafkah utama keluarga; dan
4. Berpenghasilan kurang atau tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup
layak.
Seperti yang sudah dipaparkan di atas mengenai definisi dan karakteristik
dari perempuan rawan sosial ekonomi itu sendiri, maka hal tersebut sesuai
dengan apa yang ditemukan oleh penulis pada informan “M” melalui proses
wawancara yang disampaikan seperti dibawah ini:

Saya sih berharapnya ada program dari pemerintah yang bisa membantu
meringankan beban hidup saya terutama dalam segi ekonomi karena saya
sudah ditinggal suami dan punya anak yang sekolah otomatis biaya yang
dibutuhkan tidak sebanding dengan penghasilan saya.

4
Menggarisbawahi kalimat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
informan “M” kondisinya sudah ditinggal suaminya yang meninggal dan menjadi
pencari nafkah dalam keluarganya. Hal itu sesuai dengan kriteria Perempuan Rawan
Sosial Ekonomi menurut PERMENSOS RI No. 8 Tahun 2012 yang telah dijelaskan
sebelumnya.

5
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan sebelumnya, Maka dapat disimpulkan bahwa setiap manusia


perlu memenuhi kebutuhan yang mendasari kehidupnya. Meskipun kebutuhan
banyak macam dan jenisnya tetapi disini yang dibahas oleh penulis adalah mengenai
kebutuhan fisiologis dan sosial Perempuan rawan sosial ekonomi.

Namun seperti yang sudah dijelaskan pada kasus informan ‘M’ yang ternyata
masih belum bisa memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Hal itu dikarenakan kondisinya
yang sekarang sudah ditinggal oleh suaminya sehingga ia yang menjadi pencari
nafkah dalam keluarganya. Sudah jelas bahwa penghasilan yang di dapatkanya
tidaklah cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Ia hanya bisa
memenuhikebutuhan makan dan fokus untuk menyekolohkan anaknya.

Meskipun banyak permasalahan yang sudah dijelaskan informan ‘M’ dalam


wawancara yang dilakukan dengan penulis namun hal tersebut tidak bisa dijelaskan
satu-persatu dalam makalah ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil
wawancara dengan informan ‘M’.

Akhir kata kasus yang dipaparkan oleh penulis terkait yang dialami oleh
informan ‘M’ pasti berbeda dengan kasus yang terjadi pada Perempuan rawan sosial
ekonomi lainnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://media.kemsos.go.id/images/336NSPK_PMKS_PSKS_PERMENS.pdf

Diakses 2 Desember 2017 pukul 14.15 WIB

https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1379

Diakses 2 Desember 2017 pukul 13.50 WIB

http://chalouiss.blogspot.co.id/2013/02/kebutuhan-dasar-manusia-menurut-
abraham.html

Diakses 2 Desember 2017 pukul 17.21 WIB

Anda mungkin juga menyukai