Anda di halaman 1dari 14

BEKAS WARGA BINAAN

L E M B A G A P E M A S YA R A K AT A N
(BWBLP)

I R M AWAT I (16.04.010)
A G U N G P R A S E T YO M O H I (16.04.103)
M E R L I YA N A A S E P I E S TA (16.04.107)
DENI ANDRIANY JUFRI (16.04.262)
I S N A E N I N U R FA D I L A H (16.04.316)
H A M D A N S U L I S T I YO N O (16.04.398)
DEFINISI
Integrasi Layanan Rehabilitasi Sosial:

“Seseorang yang telah selesai menjalani masa pidananya sesuai dengan


keputusan pengadilan dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan
diri kembali dalam kehidupan masyarakat, sehingga mendapat
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan atau melaksanakan
kehidupannya secara normal.”
KRITERIA
• Seseorang (laki-laki/perempuan) berusia diatas 18 (delapan belas)
tahun.
• Telah selesai dan keluar dari lembaga pemasyarakatan karena
masalah pidana.
• Kurang diterima/dijauhi atau diabaikan oleh keluarga dan masyarakat
• Sulit mendapatkan pekerjaan yang tetap.
• Berperan sebagai kepala keluarga/pencari nafkah utama keluarga yang
tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya.
PERMASALAHAN SOSIAL BWBLP
Masalah internal
Masalah internal adalah masalah yang muncul dari dalam diri bekas warga
binaan, antara lain :
• Adanya perbedaan suasana kehidupan mereka di Lembaga pemasyarakatan
dengan kehidupan di masyarakat, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan diri.
• Pengaruh kehidupan di dalam LAPAS membentuk kepribadian tertentu yang
menyulitkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan kehiduan mereka di luar
LAPAS, sehingga memerlukan upaya edukatif untuk pemulihan.
• Minimnya pendidikan dan keterampilan.
• Kurangnya motivasi untuk mengembangkan kemampuan berusaha
Masalah Eksternal
Masalah eksternal adalah masalah yang muncul dari lingunan
sosial Bekas Warga Binaan, antara lain :
• Bekas warga binaan yang baru kembali ke masyarakat seringkali
mengalami tekanan psikologi dalam penerimaan masyarakat karena
masih ada stigma terhadap mereka.
• Perilaku negatif di masa lalu yang tidak mudah dilupakan dari ingatan
keluarga sehingga sebagian keluarga tidak mudah menerima kembali
mereka di tengah keluarga.
FAKTOR PENGHAMBAT KEBERFUNGSIAN
SOSIAL BWBLP
• Pola pikir
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan
untuk berpikir untuk mencari sebab akibat atau menyelesaikan persoalan yang
dihadapinya. Pola pikir yang pesimis akan membuat seseorang memiliki pemikiran yang
sempit.

• Tidak Dapat Mengambil Keputusan dan Bertindak


Mereka (BWBLP) yang baru mengalami transisi dari lingkungan pemasyarakatan
ke masyarakat memiki hambatan dalam mengambil keputusan. Mereka mengalami dilema
apakah keputusan yang dia ambil dalam berperilaku di dalam masyarakat akan
berdampak buruk baginya atau tidak. Sehingga karena hal tersebut membuat bekas warga
binaan menjadi enggan untuk mengambil sebuah keputusan.
• Ketidakmampuan Untuk Menciptakan Kesempatan Bagi Dirinya Sendiri
Perubahan sama hal nya dengan menciptakan kesempatan bagi diri sendiri,
menciptakan kesempatan merupakan hal yang sulit dilakukan oleh BWBLP karena
di dalam pemikiran nya kesempatan dalam memperbaiki perilakunya sudah tidak
ada lagi karena stigma masyarakat.

• Kurangnya Motivasi dan Tujuan Hidup


Motivasi menjadi penting hanya dengan memiliki motivasi seseorang dapat
memperbaiki diri. BWBLP dalam hal kondisi paikologisnya kurang memiliki tujuan
hidup dan motivasi, mereka cenderung pasrah dengan keadaan mereka dan
membiarkan mereka hidup dengan stigma yang telah menghilangkan motivasi yang
ada pada diri mereka.
UPAYA YANG DILAKUKAN
PEMERINTAH,SWASTA DAN MASYARAKAT
UNTUK MENGATASI BWBLP
1. Pembinaan BWBLP
• Tujuan
Tujuan pembinaan dapat dibagi dalam tiga hal yaitu :
1. Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan tidak lagi melajukan tindakan
pidana.
2. Menjadi manusia yang berguna, berperan aktif dan kreatif dalam membangun
bangsa dan negaranya.
3. Mampu mendekatkan diri kepada Tuhan dan mendapatkan kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat.
Cara untuk mencapai kesadaran sebagai tujuan pembinaan :
1. Mengenal diri sendiri
2. Memiliki kedasaran beragam
3. Mengenal potensi diri
4. Mengenal cara memotivasi
5. Mampu memotivasi orang lain
6. Diharapkan mampu berpikir secara positif, mampu membuat keputusan untuk
diri sendiri, mampu bertindak berdasarkan keputusan tadi.
7. Tanggung jawab untuk tetap konsekuen terhadap langkah yang telah diambil,
mampu menerima segala resiko yang timbul akibat tindakannya.
• Orientasi Pembinaan
Orientasi pembinaan lebih bersifat top down approach, merupakan program program
yang sudah di tetapkan dan narapidana harus ikut serta dalam program tersebut. Di dasarkan atas
pertimbangan keamanan, keterbatasan sarana pembinaan dan pandangan bahwa narapidana hanya
objek semata mata.
• Warga Binaan
Pembinaan yang terbaik bagi keberhasilan narapidana dan dapat kembali kemasyarakat
serta tidak mengulangi lagi perbuatannya, adalah pembinaan yang berasal dalam diri narapidan itu
sendiri.
• Peranan Keluarga/masyarakat
Keluarga dan masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembinaan .
Dalam sistem pemasyarakatan, sudah mulai dimunculkan pentingnya hubungan narapidana dengan
keluarga dan masyarakatnya. Peranan keluarga dan masyarakat cukup dominan dalam pembinaan
narapidana, teapi peranana itu belum efektif masih memerlukan penggarapan yang matang serta
keluarga dan masyarakat benar-benar membina narapidana secara aktif.
2. Rehabilitasi
• Prinsip Umum
1. Pengharapan terhadap harkat dan martabat manusia, dimana BWBLP diterima
dan dihargai sebagai pribadi yang utuh dalam bersosialisasi kembali ke
masyarakat.
2. Pengakuan terhadap hak BWBLP dalam menentukan nasibnya sendiri melalui
pemberian kesempatan seluas luasnya dalam merencanakan kehidupan yang
dipilih sesuai dengan kemampuannya.
3. Pemberian kesempatan yang sama dalam mengembangan diri dan berperan
serta dalam berbagai aktivitas kehidupan, tanpa membedakan suku, agama, ras
atau golongan.
4. Penumbuhan tanggung jawab sosial yang melekat pada setiap BWBLP.
• Prinsip Khusus
1. Prinsip penerimaan secara apa adanya dengan sikap tidak menghakimi.
2. Prinsip individualisasi, dimana setiap BWBLP tidak disamakan begitu saja, tetapi harus
dipahami secara khusus sesuai dengan keunikan pribadi dan masalah mereka masing -
masing.
3. Prinsip Kerahasiaan, setiap informasi yang diperoleh dapat di jaga kerahasiaannya sebaik
mungkin terkecuali digunakan untuk kepentingan pelayanan dan rehabilitasi sosial.
4. Prinsip Partisipasi, dimana orang terdekat diikut sertakan dan dapat berperan optimal dalam
upaya pelayanan dan rehabilitasinya kembali ke masyarakat.
5. Prinsip komunikasi, dimana kualitas dan intensitas komunikasi dengan keluarga dan
lingkungan sosialnya dapat di tingkatkan seoptimal mungkin sehingga berdampak positif
terhadap upaya rehabilitasi.
6. Prinsip mawas diri, dimana para pelaksana pelayanan dan rehabilitasi secara sadar mampu
menjaga kualitas hubungan profesionalnya sehingga tidak jatuh dalam hubungan emosional
yang sulit dan menghambat keberhasilan pelayanan.
3. Proses Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial BWB LP
• Tujuan
Ditujukan untuk memulihkan keberfungsian sosial Bekas Warga Binaan yang antara
lain dapat dilihat dari :
1. Tidak melakukan pidana lagi.
2. BWBLP Dapat mencari nafkah dengsn cara yang wajar tidak melanggar norma
hukum dan norma - norma sosial.
• Fungsi
1. Menumbuhkan kesadaran BWBLP sehingga tidak melakukan pelanggaran
hukum kembali.
2. Meningkatkan kualitas hidup BWBLP agar mampu hidup secara wajar menjadi
warga masyarakat yang bertanggungjawab.
• Bimbingan Sosial, Fisik, Mental, dan Keterampilan
1. Bimbingam sosial yang sesuai (perorangan, kelompok, dan
masyarakat) baik dalam rangka menumbuhkan kemandirian maupun
pemulihan kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya.
2. Bimbingan fisik olah raga kesehatan, gizi, pola hidup sehat,
kebersihan lingkungan dan sebagainya.
3. Bimbingan mental : rohani, budi pekerti, kepribadian, dan
sebagainya.
4. Bimbingan keterampilan : keterampilan kerja, kemampuan
komunikasi, persiapan memasuki lapangan kerja dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai