BAB I
PENDAHULUAN
a. Dasar Pemikiran
Bimbingan Sosial idealnya berorientasi pada pengembangan, yakni tidak hanya
berfungsi untuk membantu individu ketika permasalahan muncul, melainkan lebih
kepada sebelum permasalahan terjadi dan upaya membantu individu mencapai self
developmental dan self realization. Individu dapat memelihara dan mengembangkan
berbagai potensi dan kondisi positif dalam rangka mengembangkan dirinya secara
mantap dan berkelanjutan, maka bimbingan sosial sebagai suatu upaya untuk
membantu penerima manfaat pelayanan kesejahteraan sosial dalam memecahkan
masalah yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan social yang
bersangkutan, diharapkan akan dapat memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah yang
dialaminya.
Fungsi dalam bimbingan sosial yang diungkapkan oleh Totok (Rima Puspita,
2007:47-49), yaitu :
1. Rancangan
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pekerja sosial adalah
mengelola program bimbingan dan konseling, yaitu: merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi, dan merancang tindak lanjut atau mendesain perbaikan atau
pengembangan program bimbingan dan konseling (Yusuf, 2009: 68-69).
Program dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan rencana menyeluruh
dari aktivitas suatu lembaga atau unit yang berisi layanan-layanan yang terencana
beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya(Mappiare, 2006:254).
Borders & Durry (Muqodas, 2011: 5) menyatakan program bimbingan dan konseling
perkembangan adalah program yang bersifat proaktif, preventif, dan bersifat
mengarahkan dalam proses membantu seluruh siswa menemukan pengetahuan,
kemampuan, self-awareness, dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam proses
perkembangan individu.
Dari berbagai definisi para ahli, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan program
bimbingan dan konseling adalah serangkaian rencana kegiatan layanan yang
disusun secara sistematis, terencana, dan terarah berlandaskan pada analisis
kebutuhan penerima manfaat, guna mencapai dan memfasilitasi perkembangan
siswa secara optimal serta untuk menunjang pencapaian tujuan, visi dan misi
sekolah.
c. Komponen Program
1. Layanan Klasikal
Program yang dirancang menuntut pekerja sosial untuk melakukan kontak langsung
dengan penerima manfaat di lingkungan panti/balai rehabilitasi. Secara terjadwal,
pekerja sosial memberikan pelayanan bimbingan kepada penerima manfaat.
Kegiatan bimbingan klasikal ini dapat berupa diskusi atau brain storming (curah
pendapat).
a) Pelayanan Orientasi
Pelayanan orientasi merupakan kegiatan yang memungkinkan penerima manfaat
dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama dengan
lingkungan panti/balai rehabilitasi. Pelayanan orientasi di panti/balai rehabilitasi
biasanya dilaksanakan pada awal penerima manfaat ikut serta dalam program.
Materi pelayanan orientasi di panti/balai rehabilitasi biasanya mencakup organisasi
lembaga pemberi pelayanan, pelaksana program, program rehabilitasi, bimbingan
dan konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana dan prasarana, dan tata
tertiblembaga.
b) Pelayanan Informasi
Layanan pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi
penerima manfaat melalui komunikasi langsung maupun komunikasi tidak langsung
(melalui media cetak dan elektronik yang meliputi: buku, brosur, majalah dan
internet).
c) Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil
(5 s.d 10 orang). Bimbingan kelompok ditujukan untuk merespon kebutuhan dan
minat siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok adalah masalah-
masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia.
2) Layanan responsive
f) Konferensi kasus
Konfrensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan penerima
manfaat dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah konseli.
g) Kunjungan rumah
Kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang konseli tertentu yang
sedang ditangani dalam upaya menyelesaikan masalahnya
3) Perencanaan Individual
Pekerja Sosial membantu konseli menemukenali dan menganalisis kekuatan dan
kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dalam kegiatan
assesmen yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan. Melalui
perencanaan individual, siswa memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan
dirinya secara positif dan konstruktif. Fungsi pekerja sosial dalam perencanaan
individual meliputi pemberian pertimbangan, penempatan dan penilaian individual.
Pada perencanaan individual, penerima manfaat menggunakan informasi yang
diperolehnya untuk : 1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif
kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi
untuk memperbaiki kelemahan dirinya, 2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan
tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan 3) mengevaluasi kegiatan yang
telah dilakukannya.
4) Dukungan Sistem
Dukungan sistem kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan program bimbingan social secara menyeluruh
melalui pengembangan profesional (hubungan masyarakat dan staf, konsultasi
dengan pekerja sosial, staf ahli/penasehat), manajemen program, penelitian dan
pengembangan.
Selain itu, penyesuaian didefinisikan juga sebagai proses yang mencakup respon
mental dan perilaku di dalam mengatasi tuntutan sosial yang membebani dirinya dan
dialami dalam relasinya dengan lingkungan sosial (Schneiders, 1964: 454).
Sudjana, N & Ibrahim. (1989). “Penelitian dan Penilaian Pendidikan”. Bandung: Sinar
Baru