Anda di halaman 1dari 34

SUPERVISI

(dalam Program PKPK-BLPS)


Oleh :
PRIH WARDOYO
Widyaiswara BBPPKS Yogyakarta
TUJUAN PEMBELAJARAN
 Setelah menyelesaikan
MATA DIKLAT ini,
Peserta diklat 1. Memahami berbagai metode
supervisi dan mampu
diharapkan dapat mempraktikkannya dalam membina
menguasai metode, Pendamping Kec/Kelurahan
2. Memahami teknik-teknik supervisi
teknik dan prinsip- dan mampu mempraktikkannya
prinsip supervisi dalam dalam membina Pendamping
Kec/Kelurahan
rangka 3. Memahami prinsip-prinsip supervisi
mengoptimalkan dan mampu mempraktikkannya
dalam membina Pendamping
pelaksanaan Program Kec/Kelurahan
PKPK-BLPS 4. Mengembangkan metode dan taknik
supervisi sesuai dengan
karakteristik permasalahan KUBE /
TUJUAN UMUM TUJUAN
pendamping KHUSUS
yang dihadapi
DEFINISI SUPERVISI
 Secara etimologis, supervisi menurut S. Wajowasito dan
W.J.S Poerwadarminta yang dikutip oleh Ametembun
(1993:1) : “Supervisi dialih bahasakan dari perkataan
Bahasa Inggris “Supervision” artinya pengawasan.
 Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut

Ametembun (1993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari


bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata
super + vision :
◦ Super = atas, lebih;
◦ Vision = lihat, tilik, awasi.
 Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa
seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi
lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat,
menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.
URGENSI SUPERVISI DAN SUPERVISOR
 Program PKPK-BLPS adalah program strategis di
bidang sosial dalam rangka PENGENTASAN
KEMISKINAN
 Aparat Dinas Sosial Propinsi, Kabupaten/Kota yang
ditunjuk sebagai SUPERVISOR PROGRAM berperan
sangat penting dalam pelaksanaan program dan
pencapaian tujuan program.
 Untuk dapat melaksanakan tugasnya tersebut
supervisor tentu harus menguasai berbagai prinsip,
metode dan teknik supervisi sehingga ia dapat
menentukan strategi, pendekatan atau model
supervisi yang cocok untuk menyelesaikan suatu
permasalahan atau program
PERAN SUPERVISOR
Oliva (1984: 19- 20)

Pemimpin
Konsultan
Kelompok

Koordinator Evaluator

SUPERVISOR
 Supervisor harus mampu MENGKOORDINASIKAN programs,
goups, materials, and reports yang berkaitan dengan KUBE
dan para pendamping.
 Supervisor juga harus mampu berperan sebagai

KONSULTAN dalam manajemen KUBE, pengembangan UKS


dan UEP, dan pengembangan Kinerja pendamping. Ia harus
melayani Pendamping Kecamatan dan Pendamping
Kelurahan, baik secara kelompok maupun individual.
 Ada kalanya supervisor harus berperan sebagai PEMIMPIN

KELOMPOK, dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan


dengan pengembangan KUBE atau manajemen KUBE secara
umum.
 Supervisor juga berperan untuk MENGUKUR tingkat

kemajuan KUBE yang diinginkan, seberapa besar telah


dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara
seperti test, penetapan standar, penilaian kemajuan KUBE,
melihat perkembangan hasil KUBE serta prosedur lain yang
berorientasi pada peningkatan mutu Program PKPD BLPS.
10 FUNGSI SUPERVISOR

Perencanaan dan Menciptakan Kepemimpinan


Motivasi
Pengorganisasian kondisi kerja dan Bimbingan

Rantai Menangani
Pengawasan Pelaporan
Penghubung pengaduan

Memperkenalkan
Menegakkan
metode kerja
disiplin
baru
2 KOMPETENSI SUPERVISOR
• Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa
kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan
terhadap organisasi KUBE dan seluruh elemen KUBE
SUPERVISI lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan
dan melaksanakan seluruh aktivitas KUBE, sehingga

MANAJERIAL dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam


rangka mencapai tujuan KUBE

• Adapun supervisi Pekerjaan Sosial esensinya

SUPERVISI berkenaan dengan tugas pengawas untuk membina


Pendamping KUBE dalam meningkatkan mutu
pendampingannya, sehingga pada akhirnya dapat

Pekerjaan meningkatkan kualitas KUBE dan peningkatan


kesejahteraan anggota KUBE. (Dukungan staff)

Sosial (KLINIS)
SUPERVISI MANAJERIAL
 Supervisi manajerial menitik beratkan pada
pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan
administrasi Program PKPD-BLPS yang berfungsi
sebagai pendukung (supporting) terlaksananya
pendampingan KUBE.
 Fokus supervisi manajerial ditujukan pada pelaksanaan
bidang garapan manajemen Program PKPD-BLPS, yang
antara lain meliputi:
1. Manajemen Pendampingan KUBE,
2. Manajemen KUBE,
3. sarana dan prasarana pendampingan
4. Ketenagaan pendampingan/KUBE,
5. Keuangan pendampingan/KUBE
6. hubungan Pendamping dengan masyarakat
7. layanan khusus
SUPERVISI MANAJERIAL sebagai
AKTIVITAS PEMANTAUAN
 Dalam melakukan supervisi terhadap hal-hal
di atas, supervisor sekaligus juga dituntut
melakukan monitoring/pemantauan terhadap
PERKEMBANGAN KUBE yang meliputi TIGA
komponen, yaitu:
1. KELEMBAGAAN
2. SOSIAL
3. EKONOMI
SUPERVISI Pekerjaan Sosial
 adalah serangkaian kegiatan membantu
PENDAMPING KUBE mengembangkan
kemampuannya mengelola proses
pendampingan demi pencapaian tujuan
pendampingan dan pada gilirannya
mewujudkan tujuan Program PKPD-BLPS.
 Supervisi Pekerjaan Sosial tidak bisa terlepas

dari penilaian unjuk kerja (kinerja)


pendamping KUBE dalam mengelola
pendampingan sosial.
SUPERVISI PEKERJAAN SOSIAL
sebagai PENILAIAN KINERJA
PENDAMPING KUBE
 Refleksi praktis penilaian unjuk kerja Pendamping
KUBE dalam supervisi Pekerjaan Sosial adalah
melihat realita kondisi untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan, misalnya:
1. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam KUBE?
2. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Pendamping
KUBE dan para anggota KUBE?
3. Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di
dalam KUBE itu yang berarti bagi Pendamping KUBE
dan anggota KUBE?
4. Apa yang telah dilakukan oleh Pendamping KUBE
dalam mencapai tujuan Program PKPD-BLPS?
5. Apa kelebihan dan kekurangan Pendamping KUBE dan
bagaimana cara mengembangkannya?
3 Konsep Pokok (Kunci) dalam
Pengertian Supervisi Pekerjaan Sosial
1. Supervisi Pekerjaan Sosial harus secara langsung
mempengaruhi dan mengembangkan perilaku
Pendamping KUBE dalam mengelola proses
pendampingan.
◦ Inilah karakteristik esensial supervisi Pekerjaan Sosial.
Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit,
bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan
dalam semua kegiatan pengembangan perilaku Pendamping
KUBE.
◦ Tidak ada satupun perilaku supervisi Pekerjaan Sosial yang baik
dan cocok bagi semua Pendamping KUBE . Tegasnya, tingkat
kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional
serta karakteristik personal Pendamping KUBE lainnya harus
dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan program supervisi Pekerjaan Sosial
2. Perilaku supervisor dalam membantu Pendamping
KUBE mengembangkan kemam- puannya harus
diKelurahanin secara ofisial, sehingga jelas waktu
mulai dan berakhirnya program pengembangan
tersebut.
◦ Kelurahanin tersebut terwujud dalam bentuk program
supervisi Pekerjaan Sosial yang mengarah pada tujuan
tertentu.
◦ Oleh karena supervisi Pekerjaan Sosial merupakan
tanggung jawab bersama antara SUPERVISOR dan
PENDAMPING KUBE, maka alangkah baik jika programnya
diKelurahanin bersama oleh supervisor dan Pendamping
KUBE
3. Tujuan akhir supervisi Pekerjaan Sosial adalah
agar Pendamping KUBE semakin mampu
memfasilitasi pengembangan kegiatan UKS dan
UEP bagi anggota-anggotanya.
◦ Pengembangan kemampuan dalam konteks ini
janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata
ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan
keterampilan mendampingi KUBE, melainkan juga pada
peningkatan :
 komitmen (commitmen)
 kemauan (willingness)
 motivasi (motivation)
◦ Dengan meningkatnya kemampuan dan motivasi kerja
Pendamping KUBE, kualitas pendampingan dan KUBE itu
sendiri akan meningkat.
3 TUJUAN
SUPERVISI PEKERJAAN SOSIAL

Pengembangan Pengawasan Penumbuhan


Profesionalisme kualitas Motivasi
7 PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI Pekerjaan Sosial

• Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka,


kesetiakawanan, dan informal.

1. Supervisi Pekerjaan • Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan
Pendamping KUBE, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain
Sosial harus mampu yang terkait dengan program supervisi Pekerjaan Sosial.
• Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-

menciptakan hubungan sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar,
antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972).

kemanusiaan yang
harmonis.

• Supervisi Pekerjaan Sosial bukan tugas bersifat sambilan yang hanya


dilakukan sewaktu- waktu jika ada kesempatan.
• Perlu dipahami bahwa supervisi Pekerjaan Sosial merupakan salah satu

2. Supervisi Pekerjaan essential function dalam keseluruhan program KUBE (Alfonso dkk.,
1981 dan Weingartner, 1973).

Sosial harus dilakukan • Apabila Pendamping KUBE telah berhasil mengembangkan dirinya
tidaklah berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap

secara dibina secara berkesinambungan.


• Hal ini logis, mengingat problema proses pendampingan selalu

berkesinambungan. muncul dan berkembang.


• Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi Pekerjaan
Sosialnya.
• Titik tekan supervisi Pekerjaan Sosial yang demokratis adalah aktif dan
kooperatif.
• Supervisor harus melibatkan secara aktif Pendamping KUBE yang dibinanya.

3. Supervisi
• Tanggung jawab perbaikan program Pekerjaan Sosial bukan hanya pada
supervisor melainkan juga pada Pendamping KUBE.
• Oleh sebab itu, program supervisi Pekerjaan Sosial sebaiknya direncanakan,

Pekerjaan Sosial dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan


Pendamping KUBE, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi
supervisor.
harus demokratis.

• Di dalam setiap organisasi PKPD-BLPS terdapat bermacam-macam sistem


perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan Program.
• Sistem perilaku tersebut antara lain berupa sistem perilaku administratif,

4. Program supervisi sistem perilaku pendamping dan anggota KUBE, sistem perilaku
pengembangan konseling, sistem perilaku supervisi Pekerjaan Sosial
(Alfonso, dkk., 1981).
Pekerjaan Sosial • Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara
integral.

harus integral • Dengan demikian, maka program supervisi Pekerjaan Sosial integral dengan
program pendidikan secara keseluruhan.
• Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan
dengan program harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program
pendidikan (Dodd, 1972)

PKPD-BLPS.
• Program supervisi Pekerjaan Sosial harus mencakup
keseluruhan aspek pengembangan KUBE, walaupun
5. Supervisi mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek
tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan

Pekerjaan
pengembangan pendampingan sebelumnya.
• Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan
multi tujuan supervisi Pekerjaan Sosial, berupa

Sosial harus pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan


memotivasi Pendamping KUBE, sebagaimana telah
dijelaskan di muka.
komprehensif.

• Supervisi Pekerjaan Sosial bukanlah sekali-kali untuk


mencari kesalahan-kesalahan Pendamping KUBE.
6. Supervisi • Memang dalam proses pelaksanaan supervisi Pekerjaan
Sosial itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerja

Pekerjaan
Pendamping KUBE, tetapi tujuannya bukan untuk
mencari kesalahan- kesalahannya.
• Supervisi Pekerjaan Sosial akan mengembangkan

Sosial harus pertumbuhan dan kreativitas Pendamping KUBE dalam


memahami dan memecahkan problem- problem
pendampingan sosial yang dihadapi.
konstruktif.
• Dalam menyusun, melaksanakan, dan

7.
mengevaluasi, keberhasilan program
supervisi Pekerjaan Sosial harus obyektif.
• Objectivitas dalam penyusunan program

Supervisi
berarti bahwa program supervisi Pekerjaan
Sosial itu harus disusun berdasarkan
kebutuhan nyata pengembangan profesional
Pendamping KUBE.

Pekerjaan • Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan


program supervisi Pekerjaan Sosial.
• Di sinilah letak pentingnya instrumen

Sosial
pengukuran yang memiliki validitas dan
reliabilitas yang tinggi untuk mengukur
seberapa kemampuan Pendamping KUBE
dalam mengelola proses pendampingan.

harus
obyektif.
DIMENSI SUBSTANTIVE KOMPETENSI
PENDAMPING KUBE

KEMAMPUAN KEMAMPUAN
TINGGI, TINGGI,
KEMAUAN KEMAUAN
RENDAH TINGGI

KEMAMPUAN KEMAMPUAN
RENDAH, RENDAH,
KEMAUAN KEMAUAN
RENDAH TINGGI
METODE DAN TEKNIK SUPERVISI
Pekerjaan
MANAJERIAL
Sosial

Teknik
Monitoring
Supervisi
dan Evaluasi
Individual

Refleksi dan Teknik


Focused Group Supervisi
Discussion Kelompok

Metode Delphi

Workshop
Teknik Supervisi Individual

Kunjungan observasi pertemuan


KUBE KUBE individual

kunjungan menilai diri


antar-KUBE sendiri.
13 TEKNIK SUPERVISI KELOMPOK
Kepanitiaan- Laboratorium
Kerja kelompok Baca terpimpin
kepanitiaan kurikulum

Demonstrasi
Darmawisata Kuliah/studi Diskusi panel
pendampingan

Pertemuan
Perpustakaan Organisasi Buletin
Pendamping
jabatan profesional supervisi
KUBE

Lokakarya atau
konferensi
kelompok
LANGKAH2 PEMBINAAN PENDAMPING
KUBE
Menciptakan Hubungan yang Harmonis

Analisis Kebutuhan

Pelaksanaan Supervisi Pekerjaan Sosial

Penilaian Keberhasilan Supervisi Pekerjaan Sosial

Perbaikan Program Supervisi Pekerjaan Sosial


Menciptakan Hubungan yang
Harmonis
 Komunikasi antara Supervisor dan Pendamping
KUBE dikatakan efektif apabila Pendamping KUBE
benar-benar menerima supervisi Pekerjaan Sosial
sebagai upaya pembinaan kemampuannya.
 Dalam upaya ini, diperlukan kejelasan informasi

mengenai hakikat dan tujuan supervisi Pekerjaan


Sosial.
 Dalam upaya memperjelas program supervisi

Pekerjaan Sosial, tentu diperlukan suatu cara dan


prinsip-prinsip tertentu dalam berkomunikasi.
Prinsip Komunikasi yang harus
diterapkan oleh Supervisor
1. Berbicaralah sebijaksana dan 9. Persingkat pembicaraan
sebaik mungkin 10. Ciptakan ketidaksanggupan
2. Ikutilah pembicaraan orang lain
11. Bersemangatlah
secara saksama
3. Ciptakan hubungan 12. Raihlah sikap orang lain
interpersonal antar personil untuk membantu program
4. Berpikirlah sebelum berbicara 13. Berkomunikasilah dengan
5. Ikutilah norma-norma yang “eye communication”
berlaku pada latar KUBE 14. Selalu mencoba
6. Usahakanlah untuk memahami 15. Jadilah pendengar yang
pendapat orang lain baik
7. Konsentrasikan pada pesanmu,
bukan pada dirimu sendiri
16. Ketahuilah kapan sebaiknya
8. Kumpulkan materi untuk
berhenti berkomunikasi
mengadakan diskusi bila perlu
Analisis Kebutuhan
 Analisis kebutuhan merupakan upaya menentukan perbedaan antara
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan dan yang
secara nyata dimiliki
 Langkah-langkah menganalisis kebutuhan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pendamingan
– perbedaan (gap) apa saja yang ada antara pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang nyata dimiliki Pendamping KUBE dan yang seharusnya dimiliki
Pendamping KUBE? Perbedaan di kelompok, disintesiskan, dan diklasifikasi.
2. Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya.
3. Menetapkan tujuan umum jangka panjang.
4. Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan fase ini, seperti
keuangan, sumber-sumber, perlengkapan dan media.
5. Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi tambahan
tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki Pendamping
KUBE. Pergunakanlah teknik-teknik tertentu, seperti mengundang konsultan
dari luar Dinas, wawancara, dan kuesioner.
6. Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusus pembinaan
Pendamping KUBE. Pergunakanlah kata-kata perilaku atau performansi.
7. Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan Pendamping
KUBE yang bisa dibina melalui teknik dan media selain diklat.
8. Mencatat dan memberi kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan
Pendamping KUBE yang akan dibina melalui cara-cara lainnya.
Pelaksanaan Supervisi Pekerjaan
Sosial
 Setelah tujuan-tujuan pembinaan keterampilan
pembinaan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan
pembinaan yang diperoleh melalui analisis
kebutuhan di atas,
 Supervisor menganalisis setiap tujuan untuk

menentukan bentuk- bentuk teknik dan media


supervisi Pekerjaan Sosial yang akan digunakan.
 Teknik-teknik supervisi bila dikelompokkan

menjadi dua kelompok, yaitu :


1. teknik supervisi individual dan
2. teknik supervisi kelompok.
 Tujuan pengembangan strategi dan media supervisi
Pekerjaan Sosial sebagai berikut.
1. Mendaftar pembinaan-pembinaan keterampilan
pendampingan sosial yang akan dilakukan dengan
menggunakan teknik supervisi individual.
2. Mendaftar pembinaan keterampilan pendampingan yang
akan dilakukan melalui teknik supervisi kelompok.
3. Mendaftar mengidentifikasi dan memilih teknik dan media
supervisi yang siap digunakan untuk membina
keterampilan pendampingan Pendamping KUBE yang
diperlukan.
 Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi
Pekerjaan Sosial, mulailah dilakukan pembinaan
keterampilan pendampingan Pendamping KUBE
dengan menggunakan teknik dan media tertentu
sebagaimana telah dikembangkan.
Penilaian Keberhasilan
Supervisi Pekerjaan Sosial
 Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan
tingkat keberhasilan yang dicapai.
 Dalam konteks supervisi Pekerjaan Sosial, penilaian
merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat
keberhasilan yang dicapai dalam pembinaan keterampilan
pendampingan Pendamping KUBE.
 Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pendampingan
untuk:
1. menentukan apakah Pendamping KUBE telah mencapai kriteria
pengukuran sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pembinaan,
dan
2. untuk menentukan validitas teknik pembinaan dan komponen-
komponennya dalam rangka perbaikan proses pembinaan
berikutnya.
 Prinsip dasar dalam merancang dan
melaksanakan program penilaian adalah
bahwa penilaian harus mengukur performansi
atau perilaku yang dispesifikasi pada tujuan
supervisi Pekerjaan Sosial Pendamping KUBE.
 Langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Katakan dengan jelas teknik-teknik penilaian.


2. Tulislah masing-masing tujuan.
3. Pilihlah atau kembangkan instrumen-instrumen
pengukuran yang secara efektif bisa menilai hasil
yang telah dispesifikasi.
4. Uji lapangan untuk mengetahui validitasnya.
5. Organisasikan, analisis, dan rangkumlah hasilnya
Perbaikan Program
Supervisi Pekerjaan Sosial
 Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan keterampilan
Pendamping KUBE adalah merevisi program pembinaan.
 Revisi ini dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil

penilaian yang telah dilakukan.


 Langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Mereview rangkuman hasil penilaian.


2. Apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan Pendamping
KUBE tidak dicapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang
terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap Pendamping
KUBE yang menjadi tujuan pembinaan.
3. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka
mulailah merancang kembali program supervisi Pekerjaan
Sosial Pendamping KUBE untuk masa berikutnya.
4. Mengimplementasikan program pembinaan yang telah
dirancang kembali pada masa berikutnya.
Media, Sarana, dan Sumber
 Dalam setiap pembinaan keterampilan Pendamping KUBE
dengan menggunakan teknik supervisi Pekerjaan Sosial
tertentu diperlukan media, sarana, maupun sumber-
sumber tertentu.
◦ Apabila digunakan teknik buletin supervisi dalam membina
keterampilan Pendamping KUBE, maka diperlukan buletin sebagai
media atau sumbernya.
◦ Apabila digunakan teknik darmawisata dan membina Pendamping
KUBE maka diperlukan tempat tertentu sebagai sumber belajarnya.
◦ Apabila digunakan perpustakaan jabatan sebagai pusat pembinaan
keterampilan pendampingan Pendamping KUBE maka diperlukan
buku-buku, ruang khusus, dan sarana khusus, sebagai sarana dan
sumber belajar.
 Demikianlah seterusnya untuk teknik-teknik supervisi
Pekerjaan Sosial lainnya, semuanya memerlukan media,
sarana, dan sumber sebagai penunjang pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai