Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

LAPORAN KASUS

Penegakkan Diagnosis dan Penatalaksanaan Anak dengan Thalasemia

Penyusun
Herdian Kusuma Adhi Wibowo, S.Ked J510185088
Moch. Iqbal Maulana, S.Ked J510185110

Pembimbing
dr. Sudarmanto, Sp. A 19680222 201001 1 001

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
LAPORAN KASUS
Prodi Profesi Doker Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Anak dengan


Thalasemia
Penyusun : Herdian Kusuma Adhi Wibowo, S.Ked J510185088
Moch. Iqbal Maulana, S.Ked J510185110
Pembimbing : dr. Sudarmanto, Sp. A 19680222 201001 1 001
Ponorogo, Agustus 2019
Penyusun

Herdian Kusuma Adhi Wibowo, S.Ked Moch. Iqbal Maulana, S.Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Sudarmanto, Sp. A

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD


Penegakkan Diagnosis dan Penatalaksanaan Anak dengan Thalasemia
Herdian Kusuma Adhi Wibowo*, Moch. Iqbal Maulana*, Sudarmanto**
*Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta

**Bagian Kesehatan Anak, RSUD Harjono Ponorogo

ABSTRAK
Hemofilia adalah gangguan perdarahan yang diturunkan secara resesif melalui kromosom
X, ditandai dengan terganggunya proses pembekuan darah akibat rendah atau tidaknya
faktor VIII dan IX. Hemofilia A dan B merupakan penyakit perdarahan herediter berat
yang paling sering, terjadi pada kira-kira 1: 5.000 laki-laki, sekitar 85% berupa hemofilia
A dan 10-15% berupa hemofilia B. Kami melaporkan presentasi klinis dan
penatalaksanaan sebuah kasus bayi dengan kecurigaan hemofilia di rumah sakit
kabupaten. Seorang bayi perempuan umur 44 hari dengan keluhan utama perdarahan
terus menerus sejak 3 jam SMRS. Perdarahan terjadi setelah bayi dilakukan tindik di
telinga kanan dan kirinya. Perdarahan sebanyak kurang lebih 5 kassa besar. Bayi terlihat
lemas dan kurang aktif. Pemeriksaan tanda vital yaitu denyut nadi 114x/menit, frekuensi
napas 46x/menit, suhu tubuh 36,3C, dan saturasi oksigen 98%. Status generalis:
konjungtiva anemis (+/+).Status lokalis auris dextra dan sinistra: inspeksi terdapat darah
yang keluar dari vulnus punctum (tidak dapat diukur), palpasi dalam batas normal.
Pemerikssan darah lengkap: Hb 8,4 g/dL. Edukasidanterapi yang
adekuatdapatmemberikanpasienhemofiliakehidupan yang baikdanproduktif.
Kata Kunci: hemofilia, perdarahan, faktor VIII

ABSTRACT
Hemophilia is a bleeding disorder that is recessively transmitted through the X
chromosome, characterized by disruption of the blood clotting process due to the low or
no factor VIII and IX. Hemophilia A and B are the most common hereditary bleeding
diseases, occurring in approximately 1: 5,000 men, about 85% in the form of hemophilia
A and 10-15% in the form of hemophilia B. We report clinical presentation and
management of a case with suspicion hemophilia in a district hospital. A baby girl aged
44 days with the main complaint of continuous bleeding since 3 hours of SMRS. Bleeding
occurs after the baby is pierced in the right and left ear. Bleeding as much as about 5
large gauze. Babies look limp and less active. Examination of vital signs namely pulse
114x/minute, respiratory rate 46x/ minute, body temperature 36.3C, and oxygen
saturation 98%. Generalist status: anemic conjunctiva (+/+). Status localist of dextra
and sinistra of auris: inspection is blood coming out of the vulnus punctum (cannot be
measured), palpation within normal limits. Complete blood examination: Hb 8.4 g/dL.
Adequate education and therapy can give hemophilia patients a good and productive life.
Keywords: hemophilia, bleeding, factor VIII
PENDAHULUAN facies cooley, hepatosplenomegali, gizi
kurang, serta pada pemeriksaan
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik
laboratoriumyangmenunjukkankelainan
herediter yang disebaban oleh defek genetik
morfologi dari eritrosit serta penurunan Hb.
pada pembentukan rantai globin.Penyakit ini
baru muncul pada seseorang apabila ia Berikut dilaporkan sebuah kasus dengan
memiliki dua gen thalasemia yang berasal dari kecurigaan thalasemia mayor di Rumah Sakit
kedua orang tuanya yaitu satu dari ayah dan Umum Daerah Ponorogo.
satu dari ibu [5].
LAPORAN KASUS
Thalasemia tersebar diseluruh ras di
Seorang anak laki-laki umur 12 tahun suku
mediterania, Timur tengah, India sampai Asia
Jawa irujukdaripuskesmasdengankeluhanpucat
tenggara dan presentasi klinisnya bervariasi
yang terus menerus semakin memberat sejak 3
dari asimptomatik sampai berat hingga
hari SMRS. Dilakukan alloanamnsis kepada
mengancam jiwa, tetapi tidak menutup
orangtuanya, didapatkan bahwa sering pucat
kemungkinan penyakit ini dapat ditemukan
(berulang) dan dirasakan pertama kali sejak
dimana saja diseluruh dunia [5].
usia 6 th. Menurut keterangan ibunya, keluhan
WHO (2006) meneliti kira-kira 5% penduduk pucat paling terlihat di daerah muka, telapak
dunia adalah carrier dari 300-400 ribu bayi tangan, dan telapak kaki. Keluhan pucat
thalassemia yang baru lahir pertahunnya. disertai rasa cepat lelah. Keluhan disertai rasa
Frekuensi gen thalassemia di Indonesia pusing, namun tidak sampai mengganggu
berkisar 3-10%. Berdasarkan angka ini, aktivitas dan konsentrasi belajar. Tiga hari
diperkirakan lebih 2000 penderita baru keluhan tidak ada perbedaan dengan hari
dilahirkan setiap tahunnya di Indonesia. Salah sebelumnya. Keluhan tidak disertai panas
satu RS di Jakarta, sampai dengan akhir tahun badan, sesak, mual dan muntah. Berat badan
2003 terdapat 1060 pasien thalassemia mayor pasien sulit naik, sedangkan BAB dan BAK
yang berobat jalan di Pusat Thalassemia dalam batas normal.
Departemen Anak FKUI-RSCM yang terdiri
Riwayat adanya batuk yang tidak sembuh-
dari 52,5 % pasien thalassemia β homozigot,
sembuh disangkal. Riwayat kontak dengan
46,2 % pasien thalassemia HbE, serta
penderita batuk lama atau batuk berdahak
thalassemia α 1,3%. Sekitar 70-80 pasien
disangkal. Riwayat mudah patah tulang
baru, datang tiap tahunnya [permono, 2010].
bukan akibat benturan atau trauma lainnya
Dikenal 3 jenis thalasemia, yaitu: thalasemia α dan tanpa diketahui sebab yang jelas
(minor), thalasemia β, dan thalasemia disangkal. Riwayat perdarahan seperti
intermediate. [2]. mimisan, kecelakaan, perdarahan yang sukar
berhenti, adanya luka memar serta bintik
Penderita thalasemiaαbiasanya terjadi dalam
kemerahan yang sering muncul dikulit atau
rahim. Bila hidup hanya dalam waktu pendek.
gejala muntah dan berak darah disangkal.
Gambaran klinisnya adalah hidrops fetalis
Riwayat adanya perubahan tingkah laku yang
dengan edema permagna dan
aneh disangkal. Riwayat cacingan seperti
hepatosplenomegali. Kadar Hb 6-8 g/dl
terasa gatal didaerah sekitar dubur disangkal.
dengan eritrosit hipokromik dan beberapa
Riwayat mempunyai kebiasaan main ditanah
berinti. Sedangkan pada penderita thalasemia β
atau pasir di luar rumah tanpa menggunakan
heterozigot memperlihatkan gejala klinis sejal
alas kaki disangkal. Riwayat pada anggota
lahir yaitu gagal tumbuh, infeksi berulang,
keluarga penderita pernah transfusi darah
kesulitan makan, kelemahan umum. Bayi
berulang diakui, yaitu alm kakak dari pasien.
tampak pucat dan terdapat splenomegali.
Riwayat ibu sering mengalami kurang darah
Diagnosisthalasemiaditegakkanberdasarkeluha disangkal. Riwayat pernikahan anggota
n pucat yang lama,adanyariwayat keluarga, keluarga yang masih berhubungan darah
pemeriksaan fisik didapatkan anemis, ikterus, disangkal.
Saat pasien berusia 6 tahun, keluhan pucat normal;abdomentidakditemukandistensi,kolate
pertama kali muncul. Pasien tampak pucat ral,asitesdancaputmeduse, bisingususnormal,
sekali yang disertai keluhan lemah dan lesu, turgor baik, hepar membesar 3cm dibawah
tidak ada demam, tidak ada bintik-bintik arcus costaedan 4 cm dibawah prosessus
merah di kulit, tidak ada mimisan atau xifoideus,danlienmembesar pada schuffner III,
perdarahan di gusi, dan gejala batuk pilek nyeri tekan tidak ditemukan; ekstremitas akral
dikatakan tidak ada. Pasien dibawa berobat hangat, kuku pucat. Status lokalis perut datar
oleh ibunya ke Puskesmas Ngrayun. Setelah lemas, turgor baik, hepar teraba 3 cm dibawah
dilakukan pemeriksaan, pasien dikatakan arkus costae dan 4 cm di bawah prosessus
mengidap anemia berat yang memerlukan xifoideus rata kenyal, lien teraba di garis
transfuse secara rutin . Pasien dirawat selama 2 schufner III, nyeri tekan (-), bising usus (+)
hari untuk mendapatkan transfuse darah normal, perkusi timpani pada seluruh kuadran
merah (menurut ibu pasien pertana kali pasien abdomen.
mendapatkan tranfusi sebanyak 2 kantong),
Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang
serta vitamin. Selama perawatan kondisi
yaitu darah lengkap, dengan hasil sebagai
pasien membaik, dan pucat berkurang.
berikut: Hb 8,3 g/dL, RBC 3,61 x 106µL,
Setelah itu pasien rutin menjalani terapi WBC 8,6 x 106µL, Hct 26,1%, PLT 330 x
transfusi rata-rata setiap 4 minggu sekali atau 106µL, MCV 72,3 fL, MCH 23,6 pg, MCHC
jika pasien tampak semakin pucat. Setelah 31,8 g/dL, RDW-CV 17,3%, PDW 17,0%, Eos
dilakukan transfusi keluhan pucat berkurang. 4,0%, Bas 0,5%, Neu 57,1%, Lim 31,9%, Mon
Dua harisetelah terapi transfusi pasien rutin 6,5%.
kontrol di poli klinik anak.
Dari anamnesis, pemeriksaaanfisik, dan
Selama kehamilan ibu selalu melakukan laboratorium,
pengecekan kandungan rutin ke bidan dan pasiendidiagnosisdenganthalasemia
tidak pernah mengalami masalah selama mayor.Diberikan terapi infus NaCl20 tpm
kehamilannya. Bayi dilahirkan oleh ibunya makro, transfusi PRC 400 cc, DFP 3x1 tablet.
pada usia ibu 37 tahun dengan usia kehamilan Dan disarankan untuk dilakukan pemeriksaan
37-38 minggu secara normal di bidan. Berat HDT dan serum besi, TIBC, dan feritin serum.
badan lahir 3500gram dengan panjang 47cm.
Setelah transfusi dilakukan pemeriksaan darah
Riwayat minum jamu atau obat-obatan
lengkap ulang dengan hasil sebagai berikut:
disangkal
Hb 9,6 g/dL, RBC 3,98 x 106µL, WBC 9,3 x
Bayi merupakan anak kedua dari dua 106µL, Hct 30,0%, PLT 258 x 106µL, MCV
bersaudara. Kakak pasien memiliki keluhan 75,4 fL, MCH 24,1 pg, MCHC 32,0 g/dL,
serupa dengan pasien namun meninggal pada RDW-CV 17,0%, PDW 15,9%, Eos 1,0%, Bas
usia 12 th. Di rumah tinggal bersama ayah dan 0,3%, Neu 74,4%, Lim 19,8%, Mon 4,5%.
ibunya.
Diberikan terapi tambahan PRC 400 cc.
Pemeriksaan tanda vital yaitu tekanan darah
Dilakukan pemeriksaan darah lengkap ulang
110/70 mmHg, denyut nadi 92x/menit,
post transfusi: Hb 12,9 g/dL, RBC 4,54 x
frekuensi napas 22x/menit, suhu tubuh 36,9C,
dan saturasi oksigen 99%. Pada pemeriksaan 106µL, WBC 13,9 x 106µL, Hct 38%, PLT
fisik pasien menunjukkan keadaan umum 354 x 106µL, MCV 83,7 fL, MCH 28,4 pg,
lemah dan kesan gizi kurang. Status generalis: MCHC 33,9 g/dL, RDW-CV 14,7%, PDW
wajah dan bibir pucat; konjungtiva anemis 16,7%, Eos 4,8%, Bas 2,2%, Neu 51,6%,
(+/+);tampak facies cooley; inspeksithorax Lim 26,9%, Mon 14,5 %.
tidakdidapatkanspidernevi; batas- Setelah program transfusi kedua kali, pasien
batasjantungnormal,bunyijantungI dan menunjukkan perbaikan klinis maupun
IItunggal,reguler,tidakada suaratambahan; laboratorium darah lengkap. Pasien tidak pucat
parudalam batas dan lemas, serta Hb sudah mencukupi
kebutuhan. Dilakukan observasi satu hari Pemeriksaanpenunjang yang
setelah keadaan membaik dan diperbolehkan dapatdilakukanpadathalasemiaantara lain
pulang keesokan harinya. adalahdarahtepidenganhasilberupapenurunank
adar hemoglobin, MCV MCH MCHC
menurun. Diagnosis
PEMBAHASAN pastithalasemiaadalahdenganpemeriksaanelekt
roforesis hemoglobin dan molekular diagnosis.
Thalasemia
mayormerupakankasusterbanyakdiantarajenist Thalasemiaperludibedakandengan beberapa
halasemialainnya. penyakit anemia hipokromik mikrositik.
Penyakitinibarumunculpadaseseorangapabilaia PolapewarisannyaPvWbersifat autosomal
memilikidua gen thalasemia yang resesif yaitu bila munculnya pada lebih dari
berasaldarikedua orang tuanyayaitusatudari satuanggotakeluarga,biasanyaterdapathanyapa
ayah dansatudariibu(Gambar 1,2, dan 3). Beta da kakak atau adik penderita, bukan pada
globin memiliki 2 gen padakromosom 11. orang tua, anak, atau kerabatlain dari penderita
Adanya gen abnormal pada 1 gen β, danresiko munculnya
disebutdengan beta thalassemia trait.Secara fenotippadasaudara(kakakatauadik)penderita
genetik, gangguan pembentukan protein globin sebesar1:4sertabisamunculpadakeduajenis
dapat disebabkan karena kerusakan gen yang kelamin(4,7).
terdapat pada kromosom 11 atau 16 yang
Tabel 2.Diagnosis banding hemofilia.
ditempati lokus gen globin. Kerusakan pada
salah satu kromosom homolog menimbulkan Hemofilia Hemofilia Penyakit
terjadinya keadaan heterozigot, sedangkan A B von
Willebrand
kerusakan pada kedua kromosom homolog Pewarisan X-linked X-linked Autosomal
menimbulkan keadaan homozigot. dominant
Defisiensi VIII IX FvWdan
Jika tidak mendapat pengobatan maka anak- VIII
anak dengan talasemia beta akan bergejala Lokasiper Otot, sendi Otot, sendi Mukokutane
darahanut us, pasca
anemia berat, lemas, cardiac decompensation ama trauma
selama periode 6 bulan kedua kehidupannya. Hitungtro Normal Normal Nomal
Transfusi darah harus dilakukan terutama mbosit
Waktuper Normal Normal Memanjang
bulan kedua atau tahun kedua kehidupan. darahan
Transfusi darah bergantung pada kemampuan PT Normal Normal Normal
anak untuk mengkompensasi derajat APTT Memanjang Memanjang Memanjang
anemianya. Kebanyakan penderita gagal Faktor Rendah Normal Rendah
VIII
mengkompensasi ketika hemoglobin lebih FvW Normal Normal Rendah
rendah dari 4,0 g/dL. Terdapat juga fatigue, Faktor IX Normal Rendah Normal
nafsu makan menurun, letargi. Tesristose Normal Normal Negatif
tin
Gejala klinis pada pasien anak dengan talasemi
berat adalah facies Cooley (maxillary
hyperplasia, flat nasal bridge, frontal bossing),
patah tulang yang patologis,
hepatosplenomegali.Pada anak yang mendapat
transfusi dan terapi chelasi (pengikat besi),
anak bisa mencapai pubertas dan terus
mencapai usia dewasa dengan normal. Bila
terapi chelasi tidak adekuat, secara bertahap
akan terjadi penumpukkan besi yang efeknya
mulai nampak pada dekade pertama.
Adolscent growth spurt tidak akan tercapai,
komplikasi ke hati, endokrin, dan jantung.
Prinsip umum tatalaksana dari thalasemia Darah yang diberikan adalah golongan darah
adalah transfusi darah sesuai dengan algoritma donor yang sama (ABO, Rh) untuk
penatalaksanaan thalasemia (gambar 5). meminimalkan alloimunisasi dan jika
Tujuan transfusi darah pada pasien thalassemia memungkinkan menggunakan darah
adalah untuk menekan hematopoiesis leucodepleted yang telah menjalani uji
ekstramedular dan mengoptimalkan tumbuh skrining nucleic acid testing (NAT) untuk
kembang anak. Sebelum mendapat transfusi menghindari/meminimalkan tertularnya
darah maka orang tua pasien dengan diagnosis penyakit infeksi lewat transfusi.
thalassemia β mayor harus mendapat
Nilai Hb dinaikan secara berlahan hingga
penjelasan bahwa pengobatan yang akan
target Hb 9 gr/dL. Diuretik furosemid
dijalani anak mereka adalah pengobatan
dipertimbangkan dengan dosis 1 hingga 2
seumur hidup.
mg/kg pada pasien dengan masalah gangguan
Transfusi dilakukan apabila dari pemeriksaan fungsi jantung atau bila terdapat klinis gagal
laboratorium terbukti pasien menderita jantung. Pasien dengan masalah jantung, kadar
thalassemia mayor, atau apabila Hb <7g/dL Hb pratransfusi dipertahankan 10-12 g/dL.
setelah 2x pemeriksaan dengan selang waktu Pemberian transfusi diberikan dalam jumlah
>2 minggu, tanpa adanya tanda infeksi atau kecil tiap satu hingga dua minggu. Interval
didapatkan nilai Hb >7gr/dL dan dijumpai, antar serial transfusi adalah 12 jam, namun
gagal tumbuh, dan/atau deformitas tulang pada kondisi anemia berat interval transfusi
akibat thalassemia. Sebelum dilakukan berikutnya dapat diperpendek menjadi 8-12
transfusi pertama perlu dilakukan evaluasi jam.
sebelum transfusi yaitu meliputi profil besi,
Setiap kali kunjungan berat badan pasien dan
kimia darah, fungsi ginjal, golongan darah,
kadar Hb dicatat, begitu pula dengan volume
marker virus yang dapat ditransmisikan
darah yang sudah ditransfusikan. Data ini
melalui transfusi darah, antigen permukaan
dievaluasi berkala untuk menentukan
hepatitis B (HbsAg), antibodi Hepatitis C
kebutuhan transfusi pasien. Prosedur transfusi
(anti-HCV), dan antibodi HIV (anti-HIV), dan
mengikuti/sesuai dengan panduan klinis dan
bone age (5).
laboratoris masing-masing senter. Pada saat
Pemberian transfusi darah bergantung pada transfusi diperhatikan reaksi transfusi yang
nilai Hb (gambar 6). Bila kadar Hb timbul dan kemungkinan terjadi reaksi
pratransfusi >6 gr/dL, volume darah yang hemolitik. Jenis produk darah yang digunakan
ditransfusikan berkisar 10-15 mL/kg/kali idealnya tidak menyebabkan risiko atau efek
dengan kecepatan 5 mL/kg/jam. Target pra samping bagi pasien. Beberapa produk darah
kadar kadar Hb post-transfusi adalah 12 g/dL, yang dapat digunakan untuk transfusi adalah
sedangkan kadar Hb pretransfusi berikutnya PRC dengan dosis 10-15 mL/kgBB.
diharapkan tidak kurang dari 9,5 g/dL karena
Pengelolaan dapat ditambahkan dengan kelasi
nilai Hb pretransfusi antara 9-10 g/dL dapat
besi karena dapat mencegah komplikasi
mencegah terjadinya hemopoesis
kelebihan besi dan menurunkan angka
ekstrameduler, menekan konsumsi darah
kematian pada pasien thalassemia. Terapi
berlebih, dan mengurangi absorbsi besi dari
kelasi besi bertujuan untuk detoksifikasi
saluran cerna.
kelebihan besi yaitu mengikat besi yang tidak
Jika nilai Hb <6 gr/dL, dan atau kadar Hb terikat transferin di plasma dan mengeluarkan
berapapun tetapi dijumpai klinis gagal jantung besi dari tubuh. Kelasi dimulai setelah
maka volume darah yang ditransfusikan timbunan besi dalam tubuh pasien signifikan,
dikurangi menjadi 2-5 ml/kg/kali dan yang dapat dinilai dari beberapa parameter
kecepatan transfusi dikurangi hingga 2 mL/kg seperti jumlah darah yang telah ditransfusikan,
per jam untuk menghindari kelebihan kadar feritin serum, saturasi transferin, dan
cairan/overload. kadar besi hati/ liver iron concentration – LIC
(biopsi, MRI, atau feritometer).
LIC minimal 3000 ug/g berat kering hati ditegakkan melalui anamnesis dengan
merupakan batasan untuk memulai kelasi besi menelusuri silsilah keluarga penderita, pucat
namun biopsi adalah tindakan yang invasif dan lemas yang berkepanjangan pada
sehingga beberapa parameter lain menjadi penderita. Berdasarkan sifat pewarisan yang
pilihan. Pemberian kelasi besi dimulai bila X-linked recessive dan penampakan facies
kadar feritin serum darah sudah mencapai cooley, anemia yang berat,
1000 ng/mL, atau saturasi transferin >70%, hepatosplenomegali kemungkinan masuk
atau apabila transfusi sudah diberikan kedalam kategori thalasemia mayor. Kasus ini
sebanyak 10-20 kali atau sekitar 3-5 liter menekankan pada pentingnya pengakan
sesuai dengan algoritma (gambar 7). diagnosis dan tatalaksana optimal pada pasien
thalasemia.
Jenis kelasi besi yang saat ini digunakan
adalah desferoksamin, deferipron, dan
deferasiroks. Desferoksamin merupakan terapi
lini pertama pada anak. Desferoksamin
diberikan dengan dosis 30–60 mg/kg per kali, REFERENSI
dengan kecepatan maksimal 15 mg/kg/jam dan
total dosis per hari tidak melebihi 4-6 gram.
Desferoksamin tidak disarankan pada pasien [1] D. Prianto, C. Tanto and H. Ambara,
anak di bawah usia 2 tahun karena risiko "Hemofilia," in Kapita Selekta
toksisitas yang lebih tinggi pada usia lebih Kedokteran, Jakarta, Media Aesculapius,
muda dan pada pasien dengan timbunan besi 2014, pp. 53-5.
minimal. Desferoksamin dengan dosis lebih
tinggi yaitu 60-100 mg/kg berat badan per [2] "Penyakit Akibat Gangguan Koagulasi
hari, 24 jam per hari, 7 hari per minggu, secara yang Diturunkan," 2017. [Online].
intravena, diindikasikan pada pasien dengan Available:
hemosiderosis berat dan disfungsi organ vital http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-
misalnya kardiomiopati atau gagal jantung. content/uploads/2017/04/HO11_Hemofili
a-revisi-1.pdf. [Accessed 15 Juni 2019].
Pencegahan thalassemia terutama ditujukan
untuk menurunkan jumlah bayi lahir dengan [3] Pusdatin, "Hari Hemofilia Sedunia,"
thalassemia mayor. Ada 2 pendekatan dalam Kementrian Keseharan Republik
pencegahan thalassemia yaitu secara Indonesia, 2015.
retrospektif dan prospektif. Pendekatan
retrospektif dilakukan dengan penelusuran [4] N. M. Renny and K. Suega, "SEORANG
terhadap anggota keluarga pasien thalassemia PENDERITA HEMOFILIA RINGAN
mayor, sementara pendekatan prospektif DENGAN PERDARAHAN MASIF," J
dilakukan dengan skrining untuk Peny Dalam, vol. 7, no. 2, pp. 113-120,
mengidentifikasi karier thalassemia pada 2006.
populasi tertentu. Secara garis besar bentuk
[5] Pudjiadi AH, Badriul H, Dkk. Pedoman
pencegahan thalassemia dapat berupa edukasi
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
tentang penyakit thalassemia pada masyarakat,
Indonesia. Jakarta: IDAI; 2011.
skrining (carrier testing), konseling genetika
pranikah, dan diagnosis pranatal. [6] Peyvandi F, Garagiola I, Young G. The
past and future of haemophilia : diagnosis
, treatments , and its complications.
KESIMPULAN Lancet [Internet]. 2016;6736(15):1–11.
Available from:
Telah dilaporkan seorang anak laki-laki, usia http://dx.doi.org/10.1016/S0140-
12 tahun datang dengan pucat terus menerus 6736(15)01123-X
semakin memberat sejak 3 hari. Diagnosis
[7] Yoshua V, Angliadi E. Rehabilitasi medik
pada hemofilia. J Biomedik. 2013;5:67–
73.

[8] Mansouritorghabeh H. Clinical and


Laboratory Approaches to. Iran J Med
Sci. 2015;40(3).

[9] Drelich DA. Hemophilia A. Medscape.


2019.
1. Permono, H. BAmbang;
Sutaryo; Windiastuti, Endang;
Abdulsalam, Maria; IDG
Ugrasena: Buku Ajar
Hematologi-Onkologi Anak,
Cetakan ketiga. Penerbit
Badan Penerbit IDAI, Jakarta :
2010, hlm 64-84
Gambar 5 .Algoritma penatalakasnaan thalasemia.

Gambar 6. Algoritma pemberian transfusi darah pada thalasemia.


Gambar 7. Algoritma tatalaksana pemberian kelasi besi pada thalasemia

Anda mungkin juga menyukai