SOLUSIO PLASENTA
Disusun Oleh :
Nadya Aulia
1102014187
Pembimbing:
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Terdapat beberapa istilah untuk penyakit ini yaitu solutio placentae, abruptio
placentae, ablation placentae dan accidental hemorrhage. Istilah atau nama lain yang
lebih deskriptif adalah premature separation of the normally implanted placenta
(pelepasan dini uri yang implantasinya normal 2. Solusio placenta dalam bahasa inggris
disebut concealed hemorrhage atau perdarahan tersembunyi dalam baha Indonesia.
Pada solusio plasenta, darah tersimpan dalam cavum uteri. Hal ini disebabkan oleh
terlepasnya plasenta. Plasenta dapat terlepas secara komplit (20% kasus) maupun
inkomplit (80% kasus). Apabila plasenta terlepas secara inkomplit, darah mengalir
melalui serviks. Komplikasi pada kasus inkomplit lebih sedikit dan ringan
dibandingkan plasenta yang lepas secara komplit3.
Solusio plaenta atau abrupsio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada sebelum
waktunya yakni antara minggu 20 dan lahirnya anak. Plasenta secara normal terlepas
setelah bayi lahir, dimana hal ini memperburuk 0,5-1,5% dari seluruh kehamilan atau
1 dari 120 kelahiran1.
1
1.2. Epidemiologi
Melihat latar belakang yang sering dianggap sebagai faktor risiko yang diyakini
bahwa insidensi solusio solusio plasenta semakin menurun dengan semakin baiknya
perawatan antenatal sejalan dengan semakin menurunnya jumlah ibu hamil usia lanjut
dan paritas tinggi dan membaiknya kesadaran masyarakat berperilaku lebih higienis.
Transportasi yang lebih mudah memberi peluang pasien cepat sampai ketujuan
sehingga keterlambatan dapat dihindari dan solusio plasenta tidak sampai menjadi
berat dan mematikan bagi janin. Dalam kepustakaan dilaporkan insidensi solusio
plasenta 1 dalam 155 sampai 1 dalam 225 persalinan yang berarti <0,5% di negara-
negara Eropa solusio plasenta tidak sampai mematikan janin. Untuk solusio yang lebih
berat sampai mematikan janin insidensinya lebih rendah 1 dalam 830 persalinan dan
turun menjadi 1 dalam 1.550 persalinan. Insidensi solusio plasenta bervariasi di
seluruh dunia. Kejadiannya bervariasi dari 1 di antara 75 sampai 830 persalinan.
Frekuensi solusio plasenta di Amerika Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%.
Namun, insidensi solusio plasenta diyakini masih lebih tinggi di Indonesia
dibandingkan dengan negara maju2. Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab
perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan
perinatal di Indonesia. Saat ini kematian maternal akibat solusio plasenta mendekati
6%. Solusio plasenta merupakan penyebab 20-35% kematian perinatal4.
1.3. Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (rupture sinus marginalis),
dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan
maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjad dalam
banyak kejadian akan merembes antara plasenta dan myometrium untuk seterusnya
menyelinap dibawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis
servikalis dan keluar melalui vagina (revealed hemorrhage). Akan tetapi ada kalanya
walaupun jarang, perdarahan tersebut tidak keluar melalui vagian (concealed
hemorrhage) jika:
- Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding Rahim
- Selaput ketuban masih melekat pada dinding Rahim
2
- Perdarahan masuk kedalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah
karenanya
- Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah
Rahim
Dalam klinis solusio plasenta dibagi kedalam berat ringannya gambaran klinik
sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan,
solusio plasenta sedang, dan solusio plasenta berat. Yang ringan biasanya baru
diketahui setelah plasenta lahir dengan adanya hematoma yang tidak luas pada
permukaan maternal atau ada ruptura sinus marginalis. Pembagian secara klinik ini
baru definitive bila ditinjau retrospektif karena solusio plasenta sifatnya berlangsung
progresif yang berarti solusio plasenta yang ringan bisa berkembang menjadi lebih
berat dari waktu ke waktu. Keadaan umum penderita bisa menjadi buruk apabila
perdarahannya cukup banyak pada kategori concealed hemorrhage3.
3
dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang kehitaman.
Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada
1.4. Etiologi
Faktor risiko tersering ialah hipertensi baik hipertensi kronik ataupun hipertensi
pada kehamilan dan sering disebut sebagai preeklamsi. Risiko solusio berulang adalah
10% jika pernah 1 kali mengalami solusio dan meningkat menjadi 25% jika merupakan
kejadian yang kedua. Etiologi nya dapat berbeda dengan placenta accreta karena pada
solusio plasenta dapat terjadi kegagalan atau tidak adekuatnya implantasi yang terjadi
antara plasenta dan dinding uterus. Pemisahan plasenta dapat diawali dengan
perdarahan kedalam desidua basalis sehingga menyebabkan decidual hematoma.
4
Tabel 1. Faktor Risiko Solusio Plasenta atau Abruptio Plasenta1
Risk Factors for Abruptio Placentae
Maternal hypertension (chronic or pregnancy-
induced)
Placental abruption in a prior pregnancy
Pregnancy after in vitro fertilization (IVF)
Trauma
Polyhydramnions with rapid decompression
Premature rupture of membranes
Short umbilical cord
Folate deficiency
Substance abuse (e.g cocaine, amphetamines,
tobacco)
Sebab yang primer dari solusio plasenta tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa
keadaan patologik yang telrihat lebih sering bersama dengan atau menyertai solusio
plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko (Tabel 2). Usia ibu dan paritas yang tinggi
berisiko lebih tinggi. Perbedaan suku kelihatan berpengaruh pada risiko. Dalam
kepustakaan terdapat 5 kategori populasi perempuan yang berisiko tinggi untuk
solusio plasenta. Dalam kategori sosioekonomi termasuk keadaan yang tidak kondusif
seperti usia muda, primiparitas, single-parent (hidup sendiri tanpa suami), pendidikan
yang rendah dan solusio plasenta rekurens. Dalam kategori fisik termasuk trauma
tumpul pada perut, umumnya karena kekerasan dalam rumah tangga atau kecelakaan
dalam berkendaraan. Kategori kelainan pada Rahim seperti mioma terutama mioma
submukosum di belakang plasenta atau uterus berseptum. Kategori penyakit ibu
sendiri memegang peran penting seperti penyakit tekanan darah tinggi dan kelainan
sistem pembekuan darah seperti trombofilia. Yang terakhir adalah yang termasuk
kategori iatrogenic seperti merokok dan kokain2.
5
Gangguan system pembekuan darah Meningkat sampai
berupa single-gene mutation/trombofilia dengan 7x
Acquired antiphospholipid autoantibodies
Trauma abdomen dalam kehamilan Jarang
Plasenta sirkumvalata Jarang
1.5. Patofisiologi
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu
keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya
pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patofisiologinya
bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya
pembuluh darah desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat
berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian
sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut
menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada
miometrium. Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas
pembentukan hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi
dan kerusakan pada bagian plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum
ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir.
Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh
putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi
penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin.
Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih
luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara
selaput ketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina
(revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang
terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus
(concealed hemorrhage).
Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan vasokonstriksi yang bisa
menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi seperti infark,
6
oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini berpotensi merusak
hubungan uterus dengan plasenta yang berujung kepada solusio plasenta. Dilaporkan
merokok berperan pada 15% sampai 25% dari insidensi solusio plasenta. Merokok
satu bungkus perhari menaikkan insiden menjadi 40%2.
7
ada, kadar fibrinogen berkurang antara 150-250 mg/100 ml, dan mungkin kelainan
pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada. Rasa nyeri bersifat
menetap, tidak hilang timbul seperti pada his yang normal. Perdarahan pervaginam
jelas dan berwarna kehitaman. Pada pemantauan keadaan janin dengan
kardiotokografi bisa jadi telah ada deselerasi lambat. Perlu dilakukan tes gangguan
pembekuan darah.
1.7. Diagnosis
Secara klinis, diagnosis solusio plasenta jika terdapat perdarahan melalui vagina
(ditemukan pada 80% kasus), nyeri pada uterus (terdapat pada 66% kasus), kontraksi
tetenik pada uterus (sebanyak 60% kasus). Pada solusio plasenta yang berat dapat
terjadi fetal distress dan fetal death (sebanyak 15%). Diagnosis definitif hanya bisa
ditegakan secara retrospektif yaitu setelah partus dengan melihat adanya hematoma
retroplasenta1.
8
Tabel 3. Gejala dan tanda solusio plasenta1,2
Perdarahan pervaginam 80
Gawat janin 60
Hipertonus 34
Kematian janin 15
9
1.8. Diagnosis banding
Pada kasus solusio plasenta yang parah, diagnosis biasanya jelas. Bentuk-bentuk
solusio yang lebih ringan dan lebih sering terjadi sulit diketahui dengan pasti dan
diagnosis sering ditegakkan berdasarkan eksklusi. Karena itu, pada kehamilan variabel
dengan penyulit perdarahan pervaginam, perlu menyingkirkan plasenta previa dan
penyebab lain perdarahan dengan pemeriksaan klinis dan evaluasi USG. Telah lama
diajarkan, mungkin dengan beberapa pembenaran, bahwa perdarahan uterus yang
nyeri adalah solusio plasenta sementara perdarahan uterus yang tidak nyeri
mengindikasikan plasenta previa. Sayangnya, diagnosis banding tidak sesederhana itu.
Persalinan yang menyertai plasenta previa dapat menimbulkan nyeri yang
mengisyaratkan solusio plasenta5.
Pemeriksaan
Ketuban menonjol Teraba plasenta atau
dalam
walaupun tidak his perabaan fornik ada bantalan
antara bagian janin dengan
jari pemeriksaan
10
1.9. Penatalaksanaan
Semua pasien yang diduga menderita solusio plasenta harus di observasi di RS
dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk Hb serta faktor pembekuan darah.
USG juga diperlukan untuk membedakan dengan plasenta previa. Penatalaksanaan
solusio plasenta akan berbeda-beda tergantung pada berat ringannya penyakit, usia
kehamilan serta status ibu dan janin. Pada janin yang hidup dan matur, dan apabila
persalinan pervaginam tidak terjadi dalam waktu dekat, sebagian besar akan memilih
seksio sesaria darurat1.
Persalinan pervaginam ataupun melalui seksio bergantung pada banyaknya
perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan spontan atau belum dan tanda-tanda
gawat janin. Pada perdarahan yang cukup banyak segera dilakukan resusitasi dengan
pemberian transfusi darah dan kristaloid selanjutnya mempercepan persalinan untuk
mengendalikan perdarahan dan menyelamatkan ibu. Umumnya kehamilan diakhiri
dengan induksi atau stimulasi partus pada kasus yang ringan atau kasus janin yang
telah mati, namun bila ada gawat janin dilakukan seksio sesar2.
Pemberian oksitosin dan amniotomi dilakukan pada persalinan pervaginam
namun pada solusio plasenta pemberiannya tidak dianjurkan. Tonus otot uterus perlu
dipertahankan untuk mengontrol perdarahan dan segera dilakukan terminasi
kehamilan1.
1.10. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus yang
terus berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia,
syok hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal
ginjal mendadak dan uterus Couvelaire. Pada keadaan ini perdarahan retroplasenta
menyebabkan darah menerobos melalui sela-sela serabut miometrium dan bahkan bisa
sampai ke bawah perimetrium dan ke dalam jaringan pengikat ligamentum latum, ke
dalam ovarium bahkan bisa mengalir sampai ke rongga peritonei. Perdarahan
miometrium ini jarang sampai mengganggu kontraksi uterus sehingga terjadi
perdarahan postpartum berat dan bukan merupakan indikasi untuk histerektomi 2,5.
Sindroma Sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari kematian
11
setelah menderita syok yang berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan
nekrosis adenohipofisis sebagai akibat dari solusio plasenta.
Kematian janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi pada solusio plasenta. Solusio plasenta berulang
dilaporkan juga bisa terjadi pada 25% perempuan yang pernah menderita solusio
plasenta sebelumnya. Solusio plasenta kronik dilaporkan juga sering terjadi di mana
proses pembentukan hematom retroplasenta berhenti tanpa dijelang oleh persalinan.
Komplikasi koagulopati dijelaskan sebagai berikut. Hematoma retroplasenta yang
terbentuk mengakibatkan pelepasan retroplasenta berhenti ke dalam peredaran darah.
Tromboplastin bekerja mempercepat perombakan protrombin menjadi trombin.
Trombin yang terbentuk dipakai untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin untuk
membentuk lebih banyak bekuan utama pada solusio plasenta berat. Melalui
mekanisme ini apabila pelepasan tromboplastin cukup banyak dapat menyebabkan
terjadi pembekuan darah intravaskular yang luas (disseminated intravascular
coagulation) yang semakin menguras persediaan fibrinogen dan faktor-faktor
pembekuan lain.
1.11. Prognosis
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan lebih
buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta
ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada
12
kematian yang morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis
yang lebih buruk teruatam terhadap janinnya karena mortalitas dan morbiditas
perinatal yang tinggi di samping morbiditas ibu, yang lebih berat. Solusio plasenta
berat mempunyai prognosis paling buruk terhadap ibu dan janin. Umumnya pada
keadaan yang demikian janin telah mati dan mortalitas maternal meningkat akibat
salah satu komplikasi. Pada solusio plasenta sedang dan berat prognosisnya juga
bergantung pada kecepatan dan ketepatan bantuan medik yang diperoleh pasien.
Transfusi darah yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan tepat waktu
sangat menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal2.
13
DAFTAR PUSTAKA
14