Anda di halaman 1dari 19

MODUL

PRAKTIKUM FISIKA

JUDUL

“PENGUKURAN BESARAN” .

TANGGAL PRAKTIKUM :
NAMA :
NIS :
KELAS :
KELOMPOK :
ANGGOTA KELOMPOK : 1.
2.
3.
4.
5.

LABORATORIUM FISIKA UNIT FISIKA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
PENGUKURAN BESARAN

A. Kompetensi Dasar
3.2. Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian dan
angka penting, serta notasi ilmiah.
4.2. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis berikut ketelitiannya menggunakan
peralatan dan teknik yang tepat serta mengikuti kaidah angka penting untuk suatu
penyelidikan ilmiah.

B. Teori Singkat
Pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh nilai suatu besaran atau bukti kualitatif. Oleh
karena itu, melakukan percobaan atau eksperimen dalam sains fisika sangat penting.
Melakukan percobaan dalam laboratorium, berarti sengaja membangkitkan gejala-
gejala alam kemudian melakukan pengukuran.
1. Pengukuran Panjang
a. Mistar
Setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi, inilah
yang disebut NIlai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur bergantung pada
NST ini. Pada gambar 1.1 Dibawah ini tampak NST = 0,25 satuan.

0 1 2 3 4 5
Gambar 1.1. Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0,25 satuan
Setiap pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian sehingga nilai ini
selalu diikutsertakan dalam hasil pengukuran. Sebagai contoh, sebuah mistar
digunakan untuk mengukur panjang sebuah benda seperti pada gambar 1.2
berikut.
2 3 4

Gambar 1.2. Penunjukan skala dengan jarum penunjuk cukup tipis


Dari gambar tampak NST mistar adalah 0,1 cm atau 1 mm, sehingga hasil
pengukuran panjang benda pada gambar 1.2 adalah:
𝑙 = |𝑥 ± ∆𝑥|
atau
𝑙 = |3,65 ± 0,05|cm

Variabel x adalah nilai hasil pengukuran, Δx nilai ketidakpastian, dan l adalah


nilai panjang pengukuran. Hasil pengukuran tersebut dapat diartikan bahwa
panjang hasil pengukuran berada di antara 3,60 cm dan 3,705 cm. Secara
matematis, dapat dituliskan
3,60 𝑐𝑚 < 𝑥0 < 3,70𝑐𝑚
dengan x0 adalah panjang hasil pengukuran.

b. Jangka Sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala
utama (SU) dan skala bantu atau skala
nonius (SN). Pada umumnya, nilai skala
utama = 1 mm, dan banyaknya skala nonius
tidak selalu sama antara satu jangka sorong
dengan jangka sorong lainnya. Ada yang
mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan Gambar 1.3. Jangka Sorong
ada yang memiliki skala nonius sebanyak 50 skala.
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur besaran panjang yang
secara khusus dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar
dan kedalaman. Untuk menggunakan jangka sorong terlebih dahulu harus
diketahui Nilai Skala Terkecilnya atau NST. Berikut ini akan diberikan cara
menentukan NST jangka sorong.
20 skala nonius = 39 skala utama,
karena nilai skala utama sebesar 1 mm, maka 20 skala nonius = 39 mm.
Sehingga, 1 skala nonius = 1,95 mm. Karena 1 skala nonius bernilai 1,95 mm
maka nilai skala pada skala utama yang paling dekat dengan 1,95 mm adalah 2
mm. selisih antara kedua nilai skala ini merupakan NST dari jangka sorong.
NST Jangka Sorong = 2 mm – 1,95 mm = 0,05 mm
Untuk menentkan Hasil Pengukuran (HP) dengan menggunakan Jangka Sorong
ini digunakan persamaan:
Hasil Pengukuran (HP) = (Penunjukkan Skala Utama ×Nilai Skala Utama) +
(Penunjukkan Skala Nonius × NST Jangka Sorong)

Contoh :
Perhatikan gambar hasil pengukuran diameter dalam sebuah tabung dengan
menggunakan jangka sorong dibawah ini!
3 4 5 6 7
cm

0 20

Gambar 1.4. Hasil pengukuran menggunakan Jangka Sorong


Dari gambar dapat dilihat, jangka sorong memiliki NST skala utama = 1 mm dan
jumlah skala nonius adalah 20 skala, sehingga NST jangka sorong tersebut =
0,05 mm = 0,005 cm.
Gambar di atas, penunjukan nol skala nonius berada antara 30 mm dan 31 mm,
atau 30 mm lebih. Sedangkan skala nonius yang tepat berimpit atau segaris
dengan salah satu skala utama adalah skala ke 15, maka hasil pengukurannya
adalah:
Hasil Pengukuran (HP) = (Penunjukkan Skala Utama ×Nilai Skala Utama) +
(Penunjukkan Skala Nonius × NST Jangka Sorong)
= (30 × 1 mm) + (15 × 0,05 mm)
= 30 mm + 0,75 mm
= 30,75 mm
Kesalahan mutlak (∆𝑥)
∆𝑥 = 1 × NST Jangka Sorong
= 1 × 0,05 mm
= 0,05 mm
Sehingga hasil pengukuran yang diperoleh dilaporkan sebagai,
𝑙 = |𝑥 ± ∆𝑥|
𝑙 = |30,75 ± 0,05| mm

c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian
skala yaitu skala mendatar (SM) sebagai
skala utama dan skala putar (SP) sebagai
skala nonius. NST mikrometer sekrup dapat
ditentukan dengan cara yang sama dengan
mistar geser, yaitu:
Gambar 1.5. Mikrometer Sekrup
1
NST alat = (NST tanpa nonius) atau
n
1
NST alat = (NST Skala mendatar)
n
di mana n adalah banyaknya skala putar.

Pada umumnya mikrometer memiliki NST skala mendatar (skala utama) 0,5
mm dan jumlah skala putar (skala nonius) = 50 skala.
0,5 mm
Jadi NST mikrometer NST Mikrometer =  0,01 mm
50 skala
Hasil pengukuran dari suatu mikrometer dapat ditentukan dengan cara
membaca penunjukan ujung bagian skala putar terhadap skala mendatar dan
garis mendatar pada bagian skala mendatar terhadap skala berputar. Untuk
menentukan Hasil Pengukuran (HP) dengan menggunakan Mikrometer Sekrup
ini digunakan persamaan:
Hasil Pengukuran (HP) = (Penunjukkan Skala Mendatar × Nilai Skala Mendatar) +
(Penunjukkan Skala Putara × NST Mikrometer Sekrup)
Contoh:
Perhatikan gambar hasil pengukuran ketebalan koin dengan menggunakan
mikrometer sekrup di bawah ini!

ujung skala putar


35

30
SU (SM) 25
garis mendatar SP (SN)

Gambar 1.6. Hasil Pengukuran Mikrometer


Sekrup
Penunjukan ujung Skala Putar terhadap skala mendatar = 6 skala atau 6 x 0,5
mm = 3,0 mm. Penunjukan garis mendatar pada skala utama terhadap Skala
Putar = 30 skala atau 30 x 0,01 mm = 0,30 mm. Hasil pengukurannya adalah
3,0 mm + 0,30 mm = 3,30 mm.
Kesalahan mutlak (∆𝑥)
1
∆𝑥 = 2 × NST Jangka Sorong
1
= 2 × 0,01 mm

= 0,005 mm
Sehingga hasil pengukuran yang diperoleh dilaporkan sebagai,
𝑙 = |𝑥 ± ∆𝑥|
𝑙 = |3,300 ± 0,005| mm

2. Pengukuran Massa
Neraca Ohauss 311 gram
Neraca ohauss terdiri dari 3 jenis yaitu masing-masing Ohauss 310 gram, 311
gram, dan 2610 gram. Cara menentukan hasil pengukuran dari neraca ohauss 311
gram yaitu dengan menjumlahkan penunjukan masing-masing lengannya. Oleh
karena itu sebelum menggunakannya, terlebih dahulu ditentukan NST masing-
masing lengannya. Oleh karena itu sebelum menggunakannnya, terlebih dahulu
ditentukan NST masing-masing lengannya. Neraca mempunyai empat lengan
dengan beban pengaturan yang dapat digeser-geser, dilengkapi dengan cawan
dengan peredam magnetik pada lengan pendek yang membawa piring neraca.
Terdapat sekrup penyetel keseimbangan (nol). Kapasitas timbangan ini yaitu 311
gram dengan ketelitian 0,1 gram.

Gambar 1.7. Neraca Ohauss 311 gram

Lengan I
a. Batas ukur = 0 – 200 g
b. Jumlah Skala =2
Batas Ukur
c. Nilai Skala Lengan I = Jumla Skala
200 g
= 2

= 100 g
Lengan II
a. Batas ukur = 0 – 100 g
b. Jumlah Skala = 10
Batas Ukur
c. Nilai Skala Lengan II = Jumla Skala
100 g
= 10

= 10 g
Lengan III
a. Batas ukur = 0 – 10 g
b. Jumlah Skala = 10
Batas Ukur
c. Nilai Skala Lengan III = Jumla Skala
100 g
= 10

=1g
Lengan IV
a. Batas ukur =0–1g
b. Jumlah Skala = 100
Batas Ukur
c. Nilai Skala Lengan IV = Jumla Skala
1g
= 100

= 0,01 g
Sehingga nilai skala terkecil dari neraca Ohauss 311 grams adalah 0,01 gram.
Contoh:

Gambar 1.8. Contoh hasil pengukuran menggunakan Neraca Ohauss 311 gram
Hasil Pengukuran (HP)
HP = (Penunj. Skala Lengan I × Nilai Skala lengan I)+( Penunj. Skala Lengan II × Nilai
Skala lengan II)+ (Penunj. Skala Lengan III × Nilai Skala lengan III)+ (Penunj.
Skala Lengan IV × Nilai Skala lengan IV)
= (1 × 100 g) + (6 × 10 g) + (2 × 1 g) + (70 × 0,01 g)
= 100 g + 60 g + 2 g + 0,7 g
= 162,70 gram

Kesalahan mutlak (∆𝑥)


1
∆𝑥 = 2 × NST Neraca Ohauss 311 gram
1
= 2 × 0,01 g

= 0,005 g
Sehingga hasil pengukuran yang diperoleh dilaporkan sebagai,
𝑚 = |𝑥 ± ∆𝑥|
𝑚 = |162,700 ± 0,005| gram
3. Pengukuran Waktu
Stopwatch
Alat ini terdiri dari dua bagian skala yaitu skala
detik (pada lingkaran luar) dan skala menit pada
lingkaran dalam. Cara menggunakan alat ini yaitu dengan
menekan tombol. Penekanan pertama jalan, penekanan
kedua berhenti dan penekanan ketiga kembali ketitik nol.
Cara menentukan hasil pengukurannya ialah dengan Gambar 1.9. Stopwatch
membaca penunjukan jarum menit dan jarum detiknya kemudian dijumlahkan
sebelum menggunakannya hitunglah NST skala menit dan detiknya.

Gambar 1.10. Hasil Pengukuran menggunakan


Stopwatch

Batas Ukur
NST Stopwatch = Jumlah Skala
60 sekon
= 300

= 0,2 sekon
Hasil pengukuran (HP)
HP = NST Stopwatch × Penunjukan Skala
4. Pengukuran Suhu
Termometer
Termometer air raksa adalah termometer cairan
yang menggunakan air raksa sebagai pengisinya.
Termometer air raksa merupakan termometer yang
banyak digunakan dibandingkan dengan termometer
alkohol. Termometer air raksa sering disebut termometer
Gambar 1.11. Termometer
maksimum karena dapat mengukur suhu yang tinggi. Jika suhu air panas, air raksa
akan memuai sehingga kita akan melihat air raksa pada tabung kaca naik. Begitu
pula ketika suhu turun, air raksa akan ikut turun. Hal itu disebabkan adanya
kontraksi yang menghambat air raksa untuk kembali ke keadaan semula. Oleh
karena itu, untuk mengembalikan air raksa ke posisi datar, kita harus menunggu
hingga yang terbaca adalah suhu ruangan.
Batas ukur = -10 0C – 110 0C
Jumlah skala = 100
Batas Ukur
NST Termometer Celcius = Jumlah Skala

120 oC
=
120
=10C
Hasil pengukuran (HP)
Hasil Pengukuran = Nilai Skala Terkecil Termometer Celcius × Penunjukan Skala

Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran


Ketepatan (Keakuratan). Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran
berganda) dan menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang
sebenarnya maka pengukuran dikatakan ‘’akurat’’. Pada pengukuran ini, harga rata-
ratanya mendekati harga yang sebenarnya.
Ketelitian (Kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu
maka pengukuran disebut presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda).

C. Kegiatan Praktikum
1. Tujuan
Siswa dapat mencatat dan mengomunikasikan hasil pengukuran panjang, massa,
waktu dan suhu melalui penyelidikan ilmiah.

2. Alat dan bahan


a. Mistar
b. Jangka sorong
c. Mikrometer Sekrup
d. Neraca Ohauss 311 gram
e. Beban kubus dan bola
f. Termometer
g. Stopwatch
h. Statif dan klem
i. Gelas ukur
j. Kaki tiga dan Kasa asbes
k. Pembakar Bunsen
l. Spiritus
m. Korek api
n. zat cair
o. Beban balok dan bola

3. Prosedur kerja
a. Pengukuran Panjang dan Massa
Langkah-langkah kegiatan praktikum untuk pengukuran panjang dan massa
adalah berikut ini:
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Tentukan NST masing-masing alat ukur yang digunakan! (minta petunjuk
pembimbing Anda).
3) Ukur panjang, lebar dan tinggi dari balok dengan menggunakan mistar,
jangka sorong dan mikrometer sekrup. Catat hasilnya pada tabel hasil
pengamatan!
4) Ukur diameter bola dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup. Catat hasilnya pada tabel hasil pengamatan!
5) Ukurlah massa balok dan massa bola menggunakan neraca Ohauss 311 gram,
kemudian catat hasilnya pada tabel hasil pengamatan!
b. Pengukuran Suhu dan Waktu
Langkah-langkah kegiatan praktikum untuk pengukuran suhu dan waktu adalah
berikut ini:
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Tentukan NST masing-masing alat ukur.
3) Isi gelas ukur dengan air hingga voleme tertentu dan letakkan di atas kaki
tiga seperti gambar berikut.

4) Ukur temperaturnya sebagai temperature mula-mula (T0).


5) Nyalakan Bunsen dan letakkan tepat di bawah gelas kimia bersamaan dengan
menjalankan stopwatch.
6) Catat perubahan temperatur yang terbaca pada thermometer tiap selang
waktu 30 sekon hingga diperoleh 6 data.

4. Hasil pengamtan
a. Pengukuran Panjang dan Massa
NST Mistar :
NST Jangka Sorong :

NST Mikrometer Sekrup :

NST Neraca Ohauss 311 g :


Tabel 1.1. Hasil Pengukuran Panjang
No. Benda Besaran Hasil Pengukuran (mm)
yang yang Mistar Jangka Sorong Mikrometer
diukur diukur Sekrup
1 Kubus Panjang

Lebar

Tinggi

2 Bola Diameter

Tabel 1.2. Hasil Pengukuran Massa


Benda yang Penun. Penun. Penun. Penun. Massa Benda (gr)
diukur lengan 1 lengan 2 lengan 3 lengan 4
Kubus

Bola
b. Pengukuran Suhu dan Waktu
NST gelas ukur :
NST termometer :
NST stopwatch :
Temperatur mula-mula (T0) :
Tabel 1.3 Hasil Pengukuran Suhu dan Waktu
No. Waktu (s) Temperatur (0C)
1
2
3
4
5
6

5. Analisis data
a. Berdasarkan data yang diperoleh, hitunglah nilai rata-rata panjang, lebar dan
tinggi untuk pengukuran menggunakan mistar dengan menggunakan rumus:
1) Panjang
∑ 𝑝𝑖 𝑝1 + 𝑝2 + 𝑝3 + ⋯ + 𝑝𝑛
𝑝̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑝̅ =
3
𝑝̅ = ⋯

2) Lebar
∑ 𝑙𝑖 𝑙1 + 𝑙2 + 𝑙3 + ⋯ + 𝑙𝑛
𝑙̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑙̅ =
3
𝑙̅ = ⋯

3) Tinggi
∑ 𝑡𝑖 𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3 + ⋯ + 𝑡𝑛
𝑡̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑡̅ =
3
𝑡̅ = ⋯

b. Berdasarkan data yang diperoleh, hitunglah nilai rata-rata panjang, lebar dan
tinggi untuk pengukuran menggunakan Jangka sorong dengan menggunakan
rumus:
1) Panjang
∑ 𝑝𝑖 𝑝1 + 𝑝2 + 𝑝3 + ⋯ + 𝑝𝑛
𝑝̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑝̅ =
3
𝑝̅ = ⋯

2) Lebar
∑ 𝑙𝑖 𝑙1 + 𝑙2 + 𝑙3 + ⋯ + 𝑙𝑛
𝑙̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑙̅ =
3
𝑙̅ = ⋯

3) Tinggi
∑ 𝑡𝑖 𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3 + ⋯ + 𝑡𝑛
𝑡̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑡̅ =
3
𝑡̅ = ⋯

c. Berdasarkan data yang diperoleh, hitunglah nilai rata-rata panjang, lebar dan
tinggi untuk pengukuran menggunakan mikrometer sekrup dengan menggunakan
rumus:
1) Panjang
∑ 𝑝𝑖 𝑝1 + 𝑝2 + 𝑝3 + ⋯ + 𝑝𝑛
𝑝̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑝̅ =
3
𝑝̅ = ⋯
2) Lebar
∑ 𝑙𝑖 𝑙1 + 𝑙2 + 𝑙3 + ⋯ + 𝑙𝑛
𝑙̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑙̅ =
3
𝑙̅ = ⋯

3) Tinggi
∑ 𝑡𝑖 𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3 + ⋯ + 𝑡𝑛
𝑡̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑡̅ =
3
𝑡̅ = ⋯

d. Berdasarkan data yang diperoleh, hitunglah nilai rata-rata diameter bola untuk
pengukuran menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup dengan
menggunakan rumus:
1) Mistar
∑ 𝑑𝑖 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + ⋯ + 𝑑𝑛
𝑑̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑑̅ =
3
𝑑̅ = ⋯

2) Jangka sorong
∑ 𝑑𝑖 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + ⋯ + 𝑑𝑛
𝑑̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑑̅ =
3
𝑑̅ = ⋯

3) Mikrometer sekrup
∑ 𝑑𝑖 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + ⋯ + 𝑑𝑛
𝑑̅ = =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑑̅ =
3
𝑑̅ = ⋯

e. Berdasarkan data yang diperoleh, hitunglah nilai rata-rata massa dari kubus dan
bola untuk pengukuran menggunakan neraca Ohauss 311 gram dengan
menggunakan rumus:
1) Balok
∑ 𝑚𝑖 𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 + ⋯ + 𝑚𝑛
𝑚
̅= =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑚
̅=
3
𝑚
̅ =⋯

2) Bola
∑ 𝑚𝑖 𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 + ⋯ + 𝑚𝑛
𝑚
̅= =
𝑛 𝑛
…+ …+ …
𝑚
̅=
3
𝑚
̅ =⋯

f. Berdasarkan data yang diperoleh, hitunglah nilai perubahan temperatur (ΔT) pada
setiap selang waktu dengan menggunakan rumus:
∆𝑇1 = |𝑇1 − 𝑇0 |℃ = | … − … |℃ = … ℃
∆𝑇2 = |𝑇2 − 𝑇0 |℃ = | … − … |℃ = … ℃
∆𝑇3 = |𝑇3 − 𝑇0 |℃ = | … − … |℃ = … ℃
∆𝑇4 = |𝑇4 − 𝑇0 |℃ = | … − … |℃ = … ℃
∆𝑇5 = |𝑇5 − 𝑇0 |℃ = | … − … |℃ = … ℃
∆𝑇6 = |𝑇6 − 𝑇0 |℃ = | … − … |℃ = … ℃
6. Pertanyaan
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, Jawablah pertanyaan di
bawah ini.
a. Berdasarkan hasil pengukuran panjang, tentukan alat ukur mana yang paling
teliti dan tepat? Berikan penjelasan!
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
b. Hitunglah besar volume kubus dan bola berdasarkan hasil pengukuran panjang?
Gunakan alat ukur yang paling teliti.
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
c. Hitunglah massa jenis kubus dan bola dari hasil pengukuran panjang dan massa!
m
Dimana massa jenis adalah massa per volume (ρ = ). Gunakan volume dari
V

jawaban bagian (b).


.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
d. Berdasarkan hasil perhitungan, benda manakah yang memiliki massa jenis lebih
besar?
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
e. Berdasarkan hasil pengukuran suhu dan waktu, manakah yang lebih cepat
kenaikan suhunya, apa yang menyebabkan hal tersebut? Kemukakan
pendapatmu!
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................
7. Daftar bacaan
Handayani, Sri. 2009. Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Pembukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Saripudin, Aip dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Pembukujan, Departemen Pendidikan
Nasional.

Widodo, Tri. 2009. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Pembukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai