Anda di halaman 1dari 7

PERBANDINGAN TINGKAT KECEKATAN GIGI

TIRUAN PENUH AKRILIK PADA PENDERITA


DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN BUKAN DIABETES DI
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS
ANDALAS

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Sevty Agustin

1511412009

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

PADANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi pada usia dewasa sangat tinggi seiring dengan

meningkatnya usia suatu penduduk, karena faktor yang menyebabkan

kehilangan gigi seperti karies, kehilangan perlekatan jaringan periodontal,

riwayat trauma pada dento alveolar, dan riwayat perawatan gigi bertambah

dari waktu ke waktu.[1] Oleh sebab itu, perawatan prostodontik berupa

pembuatan gigi tiruan penuh untuk menggantikan gigi yang hilang sangat

diperlukan bagi pasien dengan kehilangan gigi seluruhnya. Gigi tiruan

penuh lepasan merupakan protesa yang dapat dilepas pasang oleh pasien

yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi mastikasi, fonetik, estetik,

memperbaiki penampilan yang sudah tidak serasi, dan sebagai pemenuhan

asupan nutrisi.[2] Namun prevalensi penggunaan gigi tiruan di Indonesia

sendiri hanya sebesar 4,5%. Hal ini dikarenakan kurangnya tingkat

pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya mengganti gigi yang hilang[3]

Salah satu masalah utama yang ditimbulkan dari pemakaian gigi tiruan

penuh adalah retensi dan stabilitas gigi tiruan.[4] Penggunaan gigi tiruan

yang tidak stabil dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan sakit

pada sendi temporomandibular, gangguan mastikasi dan fonetik,[5] serta

trauma jaringan yang dapat menyebabkan denture stomatitis.[6]


Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi atau kecekatan gigi tiruan

penuh terdiri dari faktor muscular[7] faktor fisiologis, faktor fisik, dan faktor

mekanis rongga mulut.[8] Laju alir saliva termasuk ke dalam faktor fisiologis

yang mempengaruhi kecekatan gigi tiruan. Sedangkan stabilitas gigi tiruan

dipengaruhi oleh ukuran[9] dan bentuk anatomis dari residual ridge pasien

edentulus [8]

Penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus sendiri merupakan faktor

yang mempengaruhi aliran saliva dan resorbsi residual ridge. Diabetes

Melitus (DM) didefinisikan sebagai penyakit kronis yang ditandai dengan

kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh di atas normal (hiperglikemia)[10].

Indonesia sendiri termasuk ke dalam 10 negara terbesar penderita diabetes.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar, Prevalensi Nasional Penyakit

Diabetes Melitus berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah pada penduduk

umur ≥15 tahun meningkat dari 6,9% (Riskesdas 2013) menjadi 8,5%

(Riskesdas 2018). Prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis dokter

untuk wilayah Sumatera Barat pun mengalami peningkatan dari tahun 2013

hingga tahun 2018. Diantara beberapa jenis DM yang ada, 75% penderita

DM merupakan Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) yang menggunakan jenis

pengobatan oral anti-diabetes drug (OAD).[11]

Pada penelitian sebelumya, kecekatan pada penderita DMT2 dikaitkan

dengan resorbsi residual ridge pasien edentulous dan laju alir saliva. Hasil

penelitian Osama Al-Jabrah menemukan bahwa jumlah resorbsi residual

ridge pada penderita DMT2 dua kali lebih besar dibandingkan bukan

diabetes.[12] Hal ini disebabkan karena penyakit diabetes melitus


mempengaruhi metabolism tulang dan kalsium[13] yang dimana banyaknya

resorbsi tulang alveolar berbanding lurus dengan tingkat keparahan

diabetes.[14] Kemudian hasil penelitian Huumonen dkk mengenai hubungan

antara stabilitas gigi tiruan penuh rahang bawah, residual ridge resorbsion

dan keluhan pribadi pasien menemukan bahwa residual ridge resorbsion

secara signifikan berhubungan dengan kemampuan mengunyah yang buruk,

kepuasan terhadap gigi tiruan yang rendah, dan stabilitas gigi tiruan yang

buruk.[15] Namun Cristina dkk menemukan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan antara nilai kecekatan gigi tiruan penuh dan laju alir saliva

pada pasien penderita diabetes dengan bukan diabetes.[16]

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai perbandingan tingkat kecekatan gigi tiruan akrilik pada penderita

Diabetes Mellitus Tipe 2 dan bukan diabetes di Rumah Sakit Gigi dan

Mulut Universitas Andalas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka

didapatkan rumusan masalah yaitu apakah terdapat perbedaan tingkat

kecekatan gigi tiruan penuh akrilik pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2

dengan bukan diabetes?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan tingkat

kecekatan gigi tiruan penuh akrilik pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2

dengan bukan diabetes

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi masyarakat

1 Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

melakukan kontrol pasca pemakaian gigi tiruan

2 Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang akibat

menggunakan gigi tiruan yang tidak stabil

1.4.2 Bagi dokter gigi

1 Memberikan informasi kepada dokter gigi tentang pentingnya

mengedukasi penderita diabetes mellitus yang ingin dibuatkan

gigi tiruan penuh

1.5 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan tingkat kecekatan gigi tiruan penuh akrilik pada

penederita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan bukan diabetes. Gigi tiruan

penuh pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 cenderung lebih tidak

stabil dibandingkan bukan diabetes


Daftar pustaka

[1] Garg R. Denture hygine, different strategies. WebmedCentral


DENTISTRY 2010:1(10):2

[2] I Nyoman D, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi ed. 2. Jakarta: EGC.
2013: 17-8.

[3] Agtini MD. Presentase penggunaan protesa di Indonesia tahun 2010


[serial online] 2010. URL:

http://digilib.litbang.depkes.go.id/files/disk1/74/jkpkbppk-gdl-grey-2011-
magdarinad-3690-missingt-a.pdf)

[4] Jose F. Manes, et al. Comparison of the retention strengths of three


complete denture adhesives: An in vivo study. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal. 2011 1;16 (1):el 32-6.

[5] J. F. McCord, and A. A. Grant. Identification of complete denture


problems: a summary. British Dental Journal. 2000: 128-134.
doi:10.4317/medoral.16.el32

[6] Emami E, et al. Favoring trauma as an etiological factor in denture


stomatitis. J Dent Res. 2008; 87(5):440-4

[7] Zarb, G., Bolender, C.L. Prosthodontic Treatment for Edentulous


Patients, 2004: 191-201, Mosby, St. Louis, London.

[8] D.L. Sarandha. Textbook of Complete Denture Prosthodontics 1st ed.


Jaypee Brothers Medical Publlisher (P) Ltd. 2007: 59-62.

[9] Atwood D.A. Reduction of residual ridge: A major oral disease entity. J.
Prosthet. Dent. 1971; 26: 266-279

[10] Bianchi, C., Miccoli, R., Penno, G. and Del Prato, S. Primary
preventation of cardiovascular isease in people with dysglycemia. Diabetes
Care. 2008: 208-214. doi:10.2337/dc08-s256

[11] Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) tahun 2018. hal: 72-78.

[12] Al-Jabrah, Osama, 2011, Association of type 2 diabetes mellitus with


reduction of mandibular residual ridge amon edentulous patients using
panoramic radiographs. Open Journal of Stomatology. URL:
http://www.SciRP.org/journal/OJST/
[13] Yasuda S, Wada S. Bone metabolic markers and osteoporosis
associated with diabetes mellitus. Dentomaxillofac Radiol 2005;34;327-31

[14] Earnshaw SA, Keating N, Hosking DJ, Chilvers CE, Ravn P, McClung
M, et al. Tooth counts do not predict bone mineral density in early
postmenopausal Caucasian women. EPIC study group. J. Clin Periodontol
1998;27: 479-83.

[15] Huumonen S, et al. Residual ridge resorbsion, lower denture stability


and subjective complaints among edentulous individuals. J. Oral Rehabil.
2012;39(5):384-90

[16] Cristina de Lima, et al. Oral manifestation of diabetes mellitus in


complete denture wearers. J Prosthet Dent. 2008 Jan;99(01):60-5.

Anda mungkin juga menyukai