Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN MANAGEMEN NYERI

Rumah Sakit Suci Paramita


Kawasan Industri CCM Jln. Raya Serang KM.28,5 Kav F1-8
Balaraja Tangerang Banten

Tahun Kerja 2017


KATA PENGANTAR

Dalam pelaksanaan akreditasi rumah sakit sangatlah diperlukan berbagai


dokumen rumah sakit. Dokumen tersebut dapat dalam bentuk regulasi maupun
sebagai bukti pelaksanaan kegiatan.
Untuk dapat terjadinya persamaan persepsi dalam penyusunan dokumen
yang terkait dengan pelaksaan akreditasi rumah sakit, maka disusunlah Panduan
Manajemen Nyeri.
Dengan adanya panduan ini, diharapkan dapat membantu Rumah Sakit
Suci Paramita menyiapkan dokumen yang merupakan bagian yang cukup penting
dari proses akreditasi rumah sakit.
Semoga Buku Panduan Manajemen Nyeri ini dapat bermanfaat bagi
rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggraan
akreditasi rumah sakit.
Akhirnya saran dan koreksi sangat kami harapkan demi perbaikan buku
Panduan ini

Terima kasih.

Hormat kami,

Dr.dr. Ahmad Hidayat, Sp.B, MARS.


Direktur

DAFTAR ISI

HPK PANDUAN MANAGEMEN NYERI Page 2


Keputusan Direktur Tentang Panduan Manajemen Nyeri di Rumah Sakit Suci Paramita
Balaraja – Tangerang.

Kata Pengantar …………………………………………………………………………. I


Daftar Isi …………………………………………………………………………..II
BAB I Definisi …………………………………………………………………………...1

BAB II Ruang Lingkup …………………………………………………………………...3

BAB III Tata Laksana ………………………………………………………………...…4

BAB IV Dokumentasi ……………………………………………………….………….6

Lampiran

SPO Penatalaksanaan Nyeri di Rumah Sakit.


SPO Penanganan Pasien Nyeri Dada

HPK PANDUAN MANAGEMEN NYERI Page 3


BAB I
DEFINISI

1. Nyeri
Nyeri adalah perasaan dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan yang terkait dengan adanya kerusakan jaringan potensial
atau aktual.
Nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,
atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (International
Association for Study of Pain).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri,
2007).

2. Kriteria nyeri
Nyeri Akut :
Sumbernya berasal dari agent internal atau eksternal, onsetnya tiba tiba,
areanya jelas, responnya langsung terlihat, penderitaannya menurun
setelah beberapa lama, prognosanya akan membaik setelah ditangani lebih
dini.
Nyeri Kronik :
Prosesnya lama, waktunya lebih dari 6 bulan, areanya sulit untuk
dievaluasi, pasien biasanya sudah beradaptasi, penderitaannya meningkat
dirasakan dalam waktu yang lama, prognosanya setelah ditangani tidak
begitu baik.
3. Tanggung jawab
Semua tenaga medis baik dokter, perawat, fisiotherapi serta tim kesehatan
lainnya bertanggung jawab untuk mengkaji nyeri pasien, saat pasien di
UGD, poliklinik atau di Ruang rawat inap

HPK PANDUAN MANAGEMEN NYERI Page 4


4. Pengkajian Nyeri
Tools Pengukur Nyeri terbagi menjadi 2
a. alat ukur nyeri yang bersifat SUBYEKTIF (keluhan Pasien)
- Visual Analogue Scale (VAS)
- Numerical Rating Scale (NRS)
- Face Pain Scale (FPS)
b. alat ukur nyeri yang bersifat OBJEKTIF (observasi perawat)
- FLACC Behaviour Pain Assessment Scale
(Alat ukur pengkajian tingkah laku nyeri pasien)
- Functional Activity Score (FAS)
(Skoring untuk fungsi aktifitas pada daerah nyeri)
- Critical Pain Observation Tools (CPOT)
(Alat ukur untuk mengobservasi nyeri yang kritikal)
- Neonatal Infant Pain Score/NIPS
(Skor nyeri neonatus/bayi)

Nyeri merupakan sebuah persepsi yang tidak hanya memiliki aspek


sensori tetapi juga emosi, kognitif dan tingkah laku
Blokade nyeri dapat terjadi akibat interfensi secara farmakologis
maupun non farmakologis yang mempengaruhi mekanisme pembentukan
persepsi nyeri
Masih banyak mekanisme yang belum terjawab dalam proses
terjadinya nyeri, membuka peluang yang luas untuk penelitian untuk
peningkatan tatalaksana nyeri

HPK PANDUAN MANAGEMEN NYERI Page 5


BAB II
RUANG LINGKUP

Nyeri merupakan permasalahan UMUM yang sering kita temui pada


pasien sehingga diagnosa nyeri menjadi hal yang sangat PENTING untuk
dikuasai. Kemampuan dokter atau perawat/ bidan dalam mengkaji menjadi
KOMPETENSI yang HARUS dimiliki.

Panduan ini dibuat untuk memberikan arahan kepada dokter dan


perawat/bidan di rawat jalan maupun rawat inap dalam pengkajian yang akurat,
mendalam dan dapat dipercayai dalam menilai nyeri untuk menentukan
managemen nyeri yang tepat (aman dan efektif) bagi pasien.

Alasan dilakukannya pengkajian dan penilaian nyeri adalah guna


membantu menegakkan diagnosa penyebab nyeri dan jenis terapi analgesia yang
tepat bagi pasien. serta dapat digunakan untuk evaluasi nyeri secara berkala.

HPK PANDUAN MANAGEMEN NYERI Page 6


BAB III
TATA LAKSANA

A. KETETAPAN
a. Semua pasien rawat inap/rawat jalan, UGD yang di rawat dan selama
masa perawatannya.
b. Frekuensi dilakukan pengkajian
1. TIGA kali sehari Setiap shift
2. Tergantung kondisi pasien
- Jika saat pasien masuk tidak ada nyeri
- Beritahu pas. utk melaporkan jika ada nyeri
3. Frekuensi pengkajian akan meningkat
- Jika kontrol nyeri tidak baik
- Jika ada perubahan stimulus nyeri atau terapi
4. Menetapkan klasifikasi nyeri:

Nyeri ringan : skala 1 – 3, Nyeri sedang skala 4-7 dan nyeri berat skala
8 -10

5. Melakukan penilaian nyeri pada setiap pasien baru, pasien paska


pembedahan, dan pasien dengan penyakit lain yang menimbulkan
respon nyeri
6. Mengkaji nyeri pasien secara berkala dan kontinyu selama pasien rawat
inap

B. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB


Semua staf terutama dokter dan perawat/ bidan memahami bahwa
Penanganan nyeri merupakan hak pasien untuk bebas dari ketidaknyamanan
karena nyeri selama dalam perawatan di RS.
a. Manajemen nyeri yang efektif bukan saja memiliki nilai – nilai yang
berkaitan dengan hak pasien untuk tidak merasakan nyeri tetapi juga
memiliki keuntungan medis dan ekonomis seperti lama rawat inap yang
lebih pendek karena waktu pemulihan yang lebih cepat.

HPK PANDUAN MANAGEMEN NYERI Page 7


b. Merupakan kewajiban RS untuk menerapkan kebijakan dan prosedur
manajemen nyeri sesuai standar akreditasi rumah sakit.
c. Staf perlu diberikan pelatihan dan pemahaman tentang pentingnya
manajemen nyeri pada setiap pasien.
d. Inovasi sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan pelayanan
manajemen nyeri
e. Edukasi, komunikasi, kompetensi staff dan aktifitas mutu merupakan
aspek penting yang harus dilaksanakan sebagai upaya dalam peningkatan
pelayanan manajemen nyeri

HPK PANDUAN MANAGEMEN NYERI Page 8


BAB IV
DOKUMENTASI

( formulir terlampir )

ALGORITMA MANAGEMENT NYERI

SPO jgn lupa dilampirkan:


1. Penatalaksanaan nyeri di RS
2. Penanganan Pasien Nyeri Dada

HPK PANDUAN MANAGEMEN NYERI Page 9

Anda mungkin juga menyukai