Anda di halaman 1dari 5

SYOK HIPOVOLEMIK

No. Dokumen :3298/UKP/PKMC/III/20166


No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit :28 Maret 2016
Halaman : 1/5
PUSKESMAS dr. Hj. Y. Nevy Lestari
CAKRANEGARA NIP.196311071997032001
1. Pengertian 1. Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditandai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan.
2. Syok hipovolemik merupakan kondisi ketidakmampuan jantung
memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah
yang kurang. Kurangnya pasokan darah ini umumnya dipicu oleh
pendarahan yang terbagi menjadi dua, yaitu pendarahan luar (akibat
cedera atau luka benda tajam) dan pendarahan dalam (akibat infeksi
pada saluran pencernaan).
3. Syok Hipovolemik yaitu kegagalan perfusi dan suplai oksigen
disebabkan oleh hilangnya sirkulasi volume intravaskuler sebesar
>20-25% sebagai akibat dari perdarahan akut, dehidrasi, kehilangan
cairan pada ruang ketiga atau akibat sekunder dilatasi arteri dan
vena.
4. Tujuan Sebagai pedoman mendiagnosa dan memberikan pertolongan pada
pasien Syok hipovolemik
5.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Cakranegara No.105/ADM/PKMC/III/2016
Tentang Standardan Prosedur layanan Klinis
6. Referensi Departemen Kesehatan RI,2007,Pedoman pengobatan dasar di
puskesmas,cetakan tahun 2008,Depkes RI:Jakarta
7. Prosedur 1. Pelaksana :
a. Dokter
b. Perawat
2. Alat :
a. Tensimeter
b. Stetoscope
c. Thermometer
d. Infuse set
e. Abocat
f. Larutan RL/kantung darah
g. Oksigen
h. Kanul atau masker oksigen
3. Bahan:
a. Blangko Register
b. Blangko Observasi
c. Blangko penggunaan obat
8. Langkah- Penatalaksanaan :
Langkah 1. Informed concen
2. baringkan di tempat tidur
3. anamnesa
a. Airway
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan
cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan
tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih
dari 95%.
1) Look atau melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya
obstruksi jalan napas, berupa agitasi: (hipoksemia),
penurunan kesadaran (hipercarbia), pergerakan dada dan
perut pada saat bernapas (see saw-rocking respiration),
kebiruan pada area kulit perifer pada kuku dan bibir
(sianosis), adanya sumbatan di hidung, posisi leher, keadaan
mulut untuk melihat ada tidaknya darah.
2) listen atau mendengar, yang didengar yaitu bunyi napas.
Ada dua jenis suara napas yaitu suara napas tambahan
obstuksi parsial, antara lain: snoring, gurgling,
crowing/stidor, dan suara parau(laring) dan yang kedua
yaitu suara napas hilang berupa obstruksi total dan henti
napas.
3) Feel, pada tahap ini perawat merasakan aliran udara yang
keluar dari lubang hidung pasien.
b. Breathing (bernapas):
1) look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah pasien
bernapas, pengembangan dada apakah napasnya kuat atau
tidak, keteraturannya, dan frekuensinya. Pada
2) listen( mendengar) yang didengar yaitu ada tidaknya
vesikuler, dan suara tambahan napas.
3) feel, merasakan pengembangan dada saat bernapas, lakukan
perkusi, dan pengkajian suara paru dan jantung dengan
menggunakan stetoskop.
c. Sirkulasi
Pengkajian circulation, yaitu hubungan fungsi jantung, peredaran
darah untuk memastikan apakah jantung bekerja atau tidak.
1) Melihat dan mengamati nadi saat diraba, berdenyut selama
berapa kali per menitnya, ada tidaknya sianosis pada
ekstremitas, ada tidaknya keringat dingin pada tubuh pasien,
menghitung kapilery reptile, dan waktunya, ada tidaknya
akral dingin.
2) feel, yang dirasakan yaitu gerakan nadi saat dikaji (nadi
radialis, brakialis, dan carotis),Lakukan RJP bila apek cordi
tidak berdenyut. Pada tahapan lesson, yang didengar yaitu
bunyi aliran darah pada saat dilakukan pengukuran tekanan
darah.
d. Disability
Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale),
dan kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal
yaitu isokor, mengecil: miosis, melebar: dilatasi.Dilakukan
pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat
kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan
sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak,
mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan
pemulihan. perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu

2/5
disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan
perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak
harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal
dari cidera intra kranial
e. Prosesur
1) Pastikan jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi
dipertahankan. Beri bantuan ventilator tambahan sesuai
kebutuhan.
2) Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan
dan darah cepat sesuai ketentuan untuk mengoptimalkan
preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan
mempertahankan perfusi jaringan.
a) Kateter tekan vena sentra dimasukkan dalam atau
didekat atrium kanan untuk bertindak sebagai petunjuk
penggantian cairan. Pembacaan tekanan vena sentral
kontinu (CVP) memberi petunjuk dan derajat
perubahan dari pembacaan data dasar; kateter juga
sebagai alat untuk penggantian volume cairan darurat.
b) Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan
kedalam vena perifer. Dua atau lebih kateter mungkin
perlu untuk penggantikan cairan cepat dan
pengembalian ketidak stabilan hemodinamik;
penekanan pada penggantian volume.
(1) Buat jalur IV diameter besar dimasukkan ke vena
periver. Dua tau lebih kateter mungkin perlu
untuk penggantian cairan cepat dan pengembalian
ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada
penggantian volume.
(2) Ambil darah untuk spesimen; garis darah arteri,
pemeriksaan kimia, golongan darah dan
pencocokan silang, dan hemtokrit.
(3) Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP
meningkat pada tingkat pada tingkat yang
memuaskan diatas pengukuran dasar atau sampai
terdapat perbaikan pada kondisi klinis pasien.
c) Infus larutan Ringer Laktat digunakan pada awal
penangana karena cairan ini mendekati komposisi
elektrolit plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya,
sediakan waktu untuk pemeriksaan golongan darah dan
pencocokkan silang, perbaiki sirkulasi, dan bertindak
sebagai tambahan terapi komponen darah.
d) Mulai tranfusi terapi komponen darah sesuai program,
khususnya saat kehilangan darah telah parah atau
pasien terus mengalami hemoragi.
e) Kontrol hemoragi; hemoragi menyertai status syok.
Lakukan pemeriksaan hematokrit sering bila dicurigai
berlanjutnya perdarahan
f) Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang
memuaskan dengan memberi cairan dan darah sesuai

3/5
ketentuan.
3) Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine
setiap 15-30 menit, volume urine menunjukkan keadekuatan
perfusi ginjal.
4) Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan
penyebab syok.
5) Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap
pasien total-tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, suhu
kulit, warna, CVP, EKG, hematokrit, Hb, gambaran
koagulasi, elektrolit, haluaran urine-untuk mengkaji respon
pasien terhadap tindakan. Pertahankan lembar alur tentang
parameter ini; analisis kecenderungan menyatakan
perbaikan atau pentimpangan pasien.
6) Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral
lebih baik dan mendorong aliran darah vena kembali
kejantung (posisi ini kontraindikasi pada pasien dengan
cidera kepala). Hindarkan gejala yang tidak perlu.
7) Berikan obat khusus yang telah diresepkan (misalnya
inotropik seperti dopamen) untuk meningkatkan kerja
kardiovaskuler.
8) Dukung mekanisme devensif tubuh
a) Tenangkan dan nyamankan pasien : sedasi mungkin
perlu untuk menghilangkan rasa khawatir.
b) Hilangkan nyeri dengan kewaspadaan penggunaan
analgesik atau narkotik.
c) Pertahankan suhu tubuh.
(1) Terlalu panas menimbulkan vasodilatasi yang
merupakan mekanisme kompensasi tubuh dari
vasokontriksi dan meningkatnya hilangnya caiiran
karena perspirasi.
(2) Pasien yang mengalami septik harus dijaga tetap
dingin: demam tinggi meningkatkan efek
metabolik selular terhadap syok

4. Pemeriksaan laboratorium
Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar
ureum, kreatinin, glukosa darah. Analisa gas darah, EKG.
5. Rujuk jika kondisi tidak membaik

2/5
9. Bagan Alir
UGD

Trease

Gawat Datang tidak Gawat Tidak MENINGGAL


Darurat Gawat Darurat

Rawat Inap Rujuk

10. Hal-hal yang 1. Keadaan umum pasien


perlu 2. Hasil lab
diperhatikan
11. Unit Terkait 1. UGD
2. Ruang Rawat Inap.
3. Ambulance
12. Dokumen 1. Blangko Register
Terkait 2. Blangko Observasi
3. Blangko penggunaan obat
4. Blangko laboratorium
5. Blangko rujukan
13. Rekaman No. Yang diubah Isi Tanggal mulai
Historis perubahan diberlakukan
perubahan

3/5

Anda mungkin juga menyukai