Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

CONTOH KASUS IMPLIKASI BERFIKIR KRITIS DALAM ASUHAN


KEPERAWATAN (DIMULAI DARI PENGKAJIAN, DIAGNOSA
KEPERAWATAN, INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI) DALAM
TATANAN PELAYANAN KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH

WILLAENI

YAYASAN PONDOK PESANTREN QAMARUL HUDA


UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN (UNIQHBA) BAGU
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Contoh Penggunaan Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan Di
Rumah Sakit Rujukan
Fase Proses Keperawatan Aktivitas Berpikir Kritis
Pengkajian Melakukan observasi yang andal
Membedakan data yang relevan
dengan data yang tidak relevan
Membedakan data yang penting dan
tidak penting
Memvalidasi data
Mengatur data
Mengelompokkan data sesuai dengan
kerangka berpikir Mengidentifikasi
asumsi
Diagnosis Menemukan pola dan hubungan
diantara petunjuk
Mengidentifikasi celah pada data
Membuat kesimpulan
Menunda penilaian ketika
kekurangan data
Menentukan hubungan antar disiplin
Menetapkan masalah
Mengkaji asumsi
Membandingkan pola dengan standar
atau kebiasaan
Mengidentifikasi faktor yang
menimbulkan masalah
Perencanaan Membentuk generalisasi yang valid
Memindahkkan pengetahuan dari
satu situasi ke situasi lain
Menyusun kriteria evaluasi
Membuat hipotesis
Melakukan hubungan antar disiplin
Memprioritaskkan masalah klien
Mengeneralisasi prinsip dari ilmu
pengetahuan lain
Implementasi Menerapkan pengetahuan untuk
melakukan intervensi
Menguji hipotesis

Evaluasi Memutuskan apakah hipotesis benar


Melakukan evaluasi berdasarkan
kriteria
Proses Keperawatan
Unsur Kesejajaran
Pemikiran dengan
Penerapan
Paul Proses Klinis
Keperawatan
Informasi Pengkajian Data: seorang pria latin berusia 45 tahun mengeluh
sakit kepala berat, kelebihan berat badan 10 kg,
tekanan darah 180/95 mm Hg. Ia mengatakan
meminum pil untuk tekanan darah hanya saat dia
mengalami sakit kepala. Bekerja sebagai seorang
tukang kebun milik pribadi, tinggal bersama istri, ibu
mertua dan empat anak.
Saat diberikan data ini, orang yang berpikir kritis
menyadari dibutuhkan lebih banyak data mengenai
nilai kesehatan budaya klien dan alasan terhadap
perilaku yangdikatakannya tersebut. Kegagalan untuk
berpikir secara kritis dan mendapatkan data tambahan
menyebabkan penetapan tujuan, diagnosis dan
intervensi menjadi tidak
akurat.
Maksud Penetapan Tujuan: meningkatkan kepatuhan terhadap regimen
Pemikiran tujuan pengobatan untuk meredakan sakit kepala dan
mencegah cedera serebrovaskular (CVA). Dengan
berpikir secarakritis perawat akan mencoba
menentukan tujuan klien dan
setuju dengan tujuan bersama.
Pertanyaan Diagnosis Seorang yang berpikir kritis akan menunda
seputar isu pengidentifikasian diagnosa klien sampai didapatkan
lebih banyak data dan prioritas klien diketahui. Hal ini
mencegah diagnosis prematur akibat data yang tidak
memadai.
Sudut Diagnosis Sebagai orang yang berpikir kritis, perawat menyadari
pandang bahwa sudut pandang klien dapat berbeda dengan
sudut pandang perawat. Meskipun perawat
mendukung sistem
kepercayaan pengobatan barat yang
memprioritaskan
pengobatan penyakit, orang yang berpikir kritis juga
menyadari bahwa klien terseut mungkin menganut
kepercayaan tentang persepsi sehat sakit, terapi, dan
tindakan pencegahan yang berbeda.
Interpretasi Diagnosis Orang yang berpikir kritis mengenali bahwa
dan inferensi pemakaian obat-obatan dan resep yang tidak teratur
(kesimpula n oleh klien mungkin disebabkan oleh banyak hal (mis.,
dan anjuran) efek samping yang mengganggu atau yakin bahwa
sakit karena kehendak tuhan dan tidak dapat dicegah)
dan tidak akan menyimpulkan diagnosis dengan
etiologinya sampai didapatkan lebih banyak data.
Kegagalan berpikir kritis dapat menyebabkan
interpretasi yang tidak relevan, tidak adekuat, dan
dangkal (mi., kesalahan saat interpretasi
bahwa masalah klien adalah kurang pengetahuan).
Asumsi Diagnosis Orang yang berpikir kritis membuat asumsi menurut
data dasar yang tidak bias dan luas serta tujuan klien
yang ditetapkan bersama. Orang yang berpikir kritis
menghindari membuat asumsi yang tidak terbukti,
misalnya pada asumsi bahwa peningkatan pengetahuan
akan meningkatkan kepatuhan klien atau bahwa klien
ini termotivasi untuk mencegah CVA.
Konsep Diagnosis Orang yang berpikir kritis menggunakan konsep
(teori, perencanaan tentang motivasi, teori berubah dan keperawatan
hukum, multikultural untuk memahami perilaku dan motivasi
prinsip, klien untuk berubah. Kegagalan untuk berpikir kritis
model) dapat menyebabkan ketergantungan eksklusif pada
sebuah konsep yang terlalu sederhanan seperti
“pengetahuan
menyebabkan perubahan”.
Implikasi dan Perencanaan Orang yang berpikir kritis mempertimbangkan
konsekuensi implementasi implikasi dan konsekuensi strategi keperawatan
tertentu sebelummengimplementasikan rencana
asuhan. Rencana asuhan
termasuk tujuan dan hasil didasarkan pada
pengkajian yang berkelanjutan terhadap nilai budaya,
kepercayaandan kebutuhan klien. Kegagalan berpikir
kritis dapat menyebabkan intervensi yang tidak efektif
seperti penyuluhan klien yang berfokus hanya pada
perbaikandefisit pengetahuan tentang obat yang
diprogramkan. Orang yang berpikir kritis mengenali
bahwa defisit pengetahuan dapat atau tidak
menyebabkan salah satu
masalah.
Interpretasi Evaluasi Orang yang berpikir kritis mendasarkan evaluasi hasil
dan inferensi pada klien dan keefektifan intervensi keperawatan
pada kriteria baku dan dapat diukur serta
mempertimbangkan secara rasional apakah hasil telah
divalidasi. Kegagalan berpikir kritis dapat
menyebabkan ketidakpatuhan klien dan kesimpulan
bahwa klien tersebut tidak belajar secara
efektif dan membutuhkan petunjuk lebih lanjut.
CONTOH KASUS BERFIKIR KRITIS DI PUSKESMAS

1. Pengkajian

Perlu sama-sama kita ketahui, bahwa seseorang yang berfikir kritis diantaranya mempunyai
sifat percaya diri, mandiri, adil, tanggung jawab, disiplin dan kreatif.

Dalam berfikir kritis keperawatan terdapat tiga tingkat pemikiran kritis yaitu pemikiran
kritis dasar, pemikiran kritis komplek dan komitmen .

2. Diagnosa Keperawatan

Keterampilan berpikir kritis keperawatan tersebut perlu diterapkan diantaranya dalam


menangani pasien cancer, yaitu dengan cara menerapkan sikap sikap caring kepada Sang
Pasien.

Dalam penerapan pola berfikir kritis maka seorang perawat harus di tuntut untuk memilki
sikap kepekaan terhadap pasien.

3. Rencana dan implementasi Keperawatan

Contoh perwujudan keterampilan berpikir kritis dalam mengaplikasikan sikap caring


terhadap pasien kanker adalah sebagai berikut:

Pertama, ketika seorang pasien cancer telah melakukan kemoterapi, dia akan mengalami
efek dari kemoterapinya seperti mual, muntah, gangguan fungsi hati dll, maka sikap kritis
sebagai seorang perawat harus memperhatikan bagaimana kondisi pasien, serta memberikan
perhatian lebih terhadap pasien tersebut sehingga dia bisa
merasakan kenyamanan.
Selanjutnya sang perawat dengan berpikir kritisnya harus mengetahuui hal-hal apa yang
perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Sehingga tanpa diminta sang perawat
sudah menyiapkan solusi.

4. Evaluasi

Proses mencari solusi untuk mengurangi rasa nyeri pasca kemoterapi sang pasien merupakan
contoh kemampuan berpikir kritis sang perawat. Sehingga dalam hal ini, kemampuan
berpikir kritis bisa dijadikan sebagai ukuran profesionalisme seorang perawat
CONTOH KASUS YANG MENERAPKAN BERPIKIR KRITIS DI

KLINIK KEPERAWATAN MANDIRI

“Akan mengambil tindakan namun terhalang otoritas”

A adalah seorang perawat disuatu rumah sakit, sedang B adalah pasien.

Pasien B tiba-tiba mengalami demam tinggi. Pasien B meminta obat penurun

panas pada perawat A. Sebenarnya, perawat A ingin membantu tetapi ia

tidak bisa melakukan itu tanpa perintah atau resep dokter, sedangkan dokter

tidak berada di tempat.

Pembahasan Contoh Kasus Berpikir Kritis

1. Rumusan masalah

Apakah perawat A harus memberikan obat penurun panas untuk

menolong pasien B atau tidak?

2. Argumen

Hipertemi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami

peningkatan suhu tubuh diatas 37,8 derajat celcius peroral atau 38,8

derajat celcius perrektal karena factor eksternal. (Carpenito, 1995)

Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan

pertama pada pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika

tidak segera ditolong bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa
berakibat fatal. Kemudian setelah itu perawat sesegera mungkin

menghubungi dokter agar mendapatkan perintah untuk melakukan proses

penanganan pasien selanjutnya.

3. Deduksi

Pada pasien yang menderita hipertermi, sebaiknya perawat

melakukan tindakan pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik dan TTV

pasien (suhu, tekanan darah, pernapasan, dan denyut nadi), pasien

dianjurkan banyak minum air, memberikan kompres hangat, memantau

status hidrasi pasien, dan setelah melakukan pertolongan dasar kepada

pasien perawat segera menghubungi dokter.

4. Induksi

Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu,

tekanan darah, pernapasan, dan denyut nadi), pasien dianjurkan banyak

minum air, memberikan kompres hangat, memantau status hidrasi pasien,

harus dilakukan oleh perawat jika menghadapi pasien dengan kasus

hipertermi dan segera menghubungi dokter jika dokter tidak berada

ditempat.

5. Evaluasi

a. Melakukan pertolongan dasar tanpa menghubungi dokter

Positif :
1) Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipertermi yang

diderita pasien tidak akan mnejadi lebih parah.

2) Tidak akan membahayakan jiwa pasien.

Negatif :

Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan yang

dilakukan masih sangat dasar (setengah-setengah.

b. Melakukan pertolongan dasar kemudian menghubungi dokter

Positif :

1) Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi

atau memberikan obat kepada pasien.

2) Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena

penanganan yang dilakukan tidak harus menunggu kedatangan

dokter melainkan melalui perintah dokter lewat telepon.

3) Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau

ditangani tanpa harus menunggu kedatangan dokter.

4) Mempercepat pemulihkan kondisi pasien.

Negatif :

1) Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat

komunikasi masih minim atau sulit, maka penanganan pasien dapat

tertunda.
2) Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter.

c. Menghubungi dokter terlebih dahulu untuk menerima perintah

penanganan pasien

Positif :

Dokter dapat member perintah untuk menagani pasien meski melalui

telepon.

Negatif :

1) Waktu dan tindakan kurang efesien karena pasien belum

mendapatkan pertolongan dasar dari perawat.

2) Harus mengeluarkan biaya

d. Menunggu kedatangan dokter

Positif :

1) Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat.

2) Ketika dokter datang bisa langsung meresepkan atau memberikan

obat atau injeksi untuk pasien.

Negatif :

1) Jika dokter berada pada jarak yang jauh dan tidak bisa segera

datang, maka kondisi pasien bisa menjadi semakin parah.

2) Bisa membahayakan jiwa pasien dan berakibat fatal jika tidak

segera mendapatkan penanganan.


e. Melakukan pemberian obat secara langsung tanpa menunggu

kedatangan dokter

Positif :

1) Pasien tertangani dengan baik.

2) Suplai obat-obatan bisa menurunkan hipertermi pada pasien.

Negatif :

1) Perawat dapat disalahkan atau ditegur karena melakukan tindakan

tanpa perintah dokter.

2) Perawat tidak menghargai wewenang dokter.

3) Perawat melanggar undang-undang.

f. Keputusan

Perawat harus memberikan pertolongan dasar seperti pemeriksaan

fisik dan TTV pasien (suhu, tekanan darah, pernapasan, dan denyut

nadi), menganjurkan pasien banyak minum air, memberikan kompres

hangat, memantau status hidrasi pasien. Kemudian setelah itu perawat

segera menghubungi dokter yang bersangkutan agar perawat segera

menerima perintah untuk memberikan obat-obatan atau tindakan lain.

Anda mungkin juga menyukai