Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Berpikir Kritis dengan Pendidikan Keperawatan

Nama : Mardhatillah Juniasti / Nim : 181101078

Email : emardhatillah@gmail.com

Abstrak

Mahasiswa keperawatan dalam menjalankan pembelajaran klinis diberi kesempatan untuk


menggabungkan pengetahuan kognitif dengan pengembangan psikomotorik dan keahlian efektif
sehingga lingkungan pembelajaran klinik itu dapat diidentifikasi sebagai pusat pendidikan
keperawatan. Tujuan utama pendidikan keperawatan adalah untuk menjadikan mahasiswa per-
awat yang kompeten (Phelps, 2009). Tujuan jurnal ini adalah untuk mengetahui langsung ada
atau tidaknya hubungan berpikir kritis dengan pendidikan keperawatan terutama ditujukan
kepada mahasiswa keperawatan. Dengan pengertian keperawatan merupakan suatu bentuk
layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan, dengan demikian sebelum menjadi perawat profes-
sional hendaklah mahasiswa keperawatan dapat menanamkan metode kemampuan berpikir kri-
tis yang nantinya akan berpengaruh positif langsung terhadap bentuk layanan yang akan diterap-
kan langsung pada pelayanan keperawatan.

Kata kunci : pendidikan keperawatan, berpikir kritis, perawat professional

1. Latar Belakang muncul antara prinsip dan ke-

Dalam lingkungan pemberian maslahatan.

layanan kesehatan saat ini, per- Saat ini praktik keperawatan

awat terus-menerus berhadapan membutuhkan pemikiran yang

dengan perkembangan teknologi terorganisasi, bertujuan, dan

dan perubahan situasi yang disiplin. Perawat zaman

cepat. Mereka dituntut membuat sekarang harus selalu menyele-

keputusan penting mengenai ke- saikan masalah; menetapkan pri-

sejahteraan klien, bahkan oritas; mengkaji, merencanakan,

mungkin mengenai kelangsun- dan mengimplementasikan pili-

gan hidup klien. Ketenangan, han penanganan; mengevaluasi

penemuan fakta, dan pertimban- hasil; dan melakukan pengkajian

gan yang bijaksana menjadi se- ulang. Untuk melaksanakan

makin sulit diwujudkan. Konflik proses kompleks ini secara cepat


dan akurat, perawat harus mem-
bangun kemampuan untuk belum menjadi perawat profes-
berpikir kritis dengan menggu- sional hendaklah mahasiswa
nakan pendekatan yang sistem- keperawatan dapat menanamkan
atik. Pendekatan sistematik ini metode kemampuan berpikir kri-
memungkinkan perawat mem- tis yang nantinya akan berpen-
pertimbangkan dengan cepat se- garuh positif langsung terhadap
jumlah besar data dan pilihan bentuk layanan yang akan diter-
yang tersedia dan membuat pe- apkan langsung pada pelayanan
nilaian serta keputusan klinis keperawatan.
guna menghasilkan rencana
penanganan dan kriteria hasil 3. Metode
yang efektif. Kemampuan Metode yang digunakan pada ju-
berpikir kritis tidak hanya rnal ini adalah bersifat kualitatif
sekadar melibatkan keterampilan yang dimana merupakan hasil
kognitif (pengetahuan). Berpikir dari perbandingan penelitian
kritis sangat dipengaruhi oleh maupun referensi pembelajaran
sikap dan integritas mental sese- yang kemudian di buat kesimpu-
orang. lan sebagai perbandingan yang
nyata, namun hasil penelitian ini
2. Tujuan tidak dijadikan dalam bentuk
Untuk mengetahui langsung ada angka maupun grafik. Pengola-
atau tidaknya hubungan berpikir han data dilakukan dengan
kritis dengan pendidikan keper- menggunakan langkah penga-
awatan terutama ditujukan matan perbandingan yang kemu-
kepada mahasiswa keperawatan. dian diambil kesimpulan dengan
Dengan pengertian keperawatan menggunakan fakta yang sudah
merupakan suatu bentuk layanan tertulis di referensi manapun.
kesehatan profesional yang
merupakan bagian integral dari 4. Hasil
layanan kesehatan yang berlan- Hasil perbandingan jurnal me-
daskan ilmu dan kiat keper- nunjukkan ada hubungan antara
awatan, dengan demikian se- berpikir kritis dengan pen-
didikan keperawatan. awat menggunakan berpikir
Berdasarkan hasil tersebut di- kritis untuk mengumpulkan
harapkan upaya meningkatkan dan menginterpretasikan in-
kemampuan berpikir kritis men- formasi, mempertimbangkan
gadopsi pola penggunaan pem- kebutuhan pasien, dan
belajaran yang lebih menentukan intervensi yang
menekankan kepada diskusi ka- tepat.
sus, ronde bersama, dan pen- Dalam keperawatan, berpikir
dekatan kasus untuk mengem- kritis dibuktikan ketika per-
bangkan kemampuan klinis dan awat melaksanakan fungsi-
kemampuan fungsi berikut.
berpikir kritis  Membedakan peng-
gunaan bahasa yang
5. Pembahasan benar dan salah

a. Berpikir Kritis dalam keperawatan.

Berpikir kritis adalah sebuah  Mengidentifikasi dan

metode analisis masalah. merumuskan masalah

Berpikir kritis meliputi peni- keperawatan.

laian asumsi, kepercayaan,  Menganalisis makna

pernyataan, dan argument istilah yang terkait

yang berhubungan dengan dengan indikasi,

masalah. Dengan kata lain penyebab atau tu-

berpikir kritis bisa juga diar- juan, dan signifikansi

tikan dengan pemikiran istilah tersebut.

berorientasi pada tujuan, ter-  Menganalisis argu-

arah, dan reflektif. Ini adalah men dan isu ke

pemikiran ditujukan pada dalam premis

diri yang berfokus pada apa (asumsi) dan kesim-

yang harus diyakini atau di- pulan.

lakukan pada situasi tertentu.  Menilai asumsi

Berpikir kritis melibatkan keperawatan.

sikap dan keterampilan. Per-


 Melaporkan data dan Tigas komponen sangat
petunjuk secara aku- penting dalam proses
rat. berpikir kritis. Ketiga
 Membuat dan komponen tersebut
memeriksa kesimpu- meliputi dasar penge-
lan berdasarkan data, tahuan, kemampuan un-
memastikan bahwa tuk berubah dan beradap-
kesimpulan, cukup tasi, serta kemampuan
masuk akal. untuk membuat keputu-
 Membuat dan san. Diperlukan latihan
mengklarifikasi guna membuat berpikir
keyakinan. kritis menjadi komponen
 Memeriksa, men- integral penalaran klinis
guatkan dan membe- yang utuh yang dimiliki
narkan klaim, keyak- perawat. Perawat pemula
inan, kesimpulan, menggunakan proses
keputusan dan aksi. yang saksama dalan
 Memberikan alasan mengkaji, mempertim-
yang relevan untuk bangkan kemungkinan
keyakinan dan kes- alternatif penyebab dan
impulan. pilihan tindakan, serta
 Merumuskan dan memilih pertimbangan
mengklarifikasi peni- alternatif yang paling
laian yang berharga. tepat. Dengan penge-
 Mencari alasan, kri- tahuan dan pengalaman,
teria, dan prinsip perawat mengenali pola
yang membenarkan respons yang diharapkan,
penilaian yang penyimpangan dari re-
berharga secara efek- spons yang diharapkan,
tif. dan kemungkinan makna
 Mengevaluasi relia- penyimpangan tersebut.
bilitas kesimpulan. Penalaran klinis dan
berpikir kritis secara normal membantu,
bertahap menjadi lebih tetapi tidak men-
terinternalisasi; perawat gubah layanan yang
mulai “berpikir layaknya perawat berikan.
seorang perawat”.  Penalaran adalah ke-
mampuan membe-
b. Keterampilan Berpikir Kritis
dakan antara fakta
Keterampilan berpikir kritis
dan dugaan. Dengan
utama yang digunakan oleh
menggunakan fakta
perawat adalah pemikiran di-
yang diketahui,
vergen, penalaran, klari-
masalah diselesaikan
fikasi, dan refleksi.
dan keputusan dibuat
Deskripsi dari masing-mas-
secara sistematis dan
ing adalah sebagai berikut.
logis. Sebagai con-
 Pemikiran divergen
toh, ketika mengukur
adalah kemampuan
nadi, perawat harus
untuk mempertim-
mengetahui fakta
bangkan pentingnya
tentang frekuensi
informasi. Hal ini be-
nadi normal
rarti bahwa saat
berdasarkan usianya,
mengumpulkan data
tipe obat yang dipilih
dari pasien, perawat
memungkinkan pe-
mampu memilah data
rubahan frekuensi
yang berhubungan
nadi, keadaan emo-
dengan layanan dari
sional serta fisik
data yang tidak
pasien. Berdasarkan
berhubungan dan
fakta tersebut, per-
mencari berbagai al-
awat dapat memu-
ternative untuk
tuskan frekuensi nadi
mengambil keputu-
tersebut normal atau
san. Data abnormal
tidak normal.
biasanya dianggap
berhubungan; data
 Klarifikasi meliputi mungkin menjadi al-
memerhatikan ke- ternatif saat merawat
samaan dan perbe- pasien yang berbeda.
daan untuk memilah
Semua perawat diharap-
informasi guna mem-
kan berpikir kritis, mem-
bantu berfokus pada
buat penilaian klinis
situasi saat ini. Seba-
yang masuk akal. Meng-
gai contoh, ketika
gunakan berpikir kritis
merawat pasien den-
untuk memberikan
gan nyeri kronis, per-
layanan yang tersusun
awat harus menge-
melalui proses keper-
tahui definisi nyeri
awatan memungkinkan
kronis dan per-
perawat memberikan
samaan serta perbe-
layanan yang aman,
daan antara nyeri
efektif, holistik, dan indi-
akut dan nyeri kro-
vidual.
nis.
 Refleksi terjadi c. Pendidikan Keperawatan
ketika perawat meng- Secara umum Pendidikan
gunakan waktu untuk Keperawatan di Indonesia
berpikir tentang sesu- mengacu kepada Undang-
atu, membandingkan Undang (UU) Nomor 20
situasi yang berbeda Tahun 2003 tentang Sistem
dengan solusi serupa. Pendidikan Nasional yang
Hal ini tidak dapat mencakup tiga tahap, yaitu:
dilakukan pada situ- 1 Pendidikan Voka-
asi darurat. Ketika sional, yaitu jenis
merefleksikan pen- Pendidikan Diploma
galaman dalam Tiga (D3) Keper-
keperawatan, banyak awatan yang dise-
dari pengalaman lenggarakan oleh
tersebut suatu saat pendidikan tinggi
keperawatan untuk hatan Pasal 1 Ayat (6), yang
menghasilkan lulusan menyebutkan bahwa tenaga
yang memiliki kom- kesehatan adala setiap orang
petensi sebagai yang mengabdikan diri
pelaksana asuhan dalam bidang kesehatan
keperawatan; serta memiliki pengetahuan
2 Pendidikan dan/ atau keterampilan
Akademik, yaitu pen- melalui pendidikan di bidang
didikan tinggi pro- kesehatan yang untuk jenis
gram sarjana dan tertentu memerlukan kewe-
pasca sarjana yang nangan untuk melakukan up-
diarahkan terutama aya kesehatan.
pada penguasaan Adapun sebutan gelar untuk
disiplin ilmu penge- jenjang pendidikan
tahuan tertentu tinggi keperawatan adalah:
3 Pendidikan Profesi, 1 Pendidikan jenjang
yaitu pendidikan D3 keperawatan lulu-
tinggi setelah pro- sannya mendapat
gram sarjana yang sebutan Ahli Madya
mempersiapkan pe- Keperawatan
serta didik untuk (AMD.Kep)
memiliki pekerjaan 2 Pendidikan jenjang
dengan persyaratan Ners (Nurse) yaitu
keahlian khusus (pro- (level Sarjana plus
gram spesialis dan Profesi), lulusannya
doktor keperawatan). mendapat sebutan
Pendidikan Keperawatan Ners (Nurse),sebutan
diselenggarakan berdasarkan gelarnya (Ns)
kebutuhan akan pelayanan
keperawatan, seperti yang
tercantum dalam UU No. 36
Tahun 2009 tentang Kese-
3 Pendidikan jenjang lusannya (Sp.
Magister Keper- Kep.Jiwa)
awatan, lulusannya 5. Pendidikan jenjang Doktor
mendapat gelar Keperawatan, lulusannya
(M.Kep) (Dr. Kep).
4 Pendidikan jenjang
spesialis keper- 6. Penutup
awatan, terdiri dari: Adanya hubungan berpikir kritis
a. Spesialis Keper- dengan pendidikan keperawatan
awatan Medikal ditandai dengan sistem jenjang
Bedah, lulusan- pendidikan yang bertingkat itu
nya (Sp.KMB) diperlukan perawat yang mampu
b. Spesialis Keper- berpikir kritis sebelum terjun ke
awatan Materni- lapangan untuk menjadi perawat
tas, lulusannya yang professional. Dalam
(Sp.Kep.Mat) memenuhi standar pendidikan
c. Spesialis Keper- profesi keperawatan, untuk
awatan Komuni- kedepannya selain kualitas insti-
tas, lulusannya tusi, Pendidikan Keperawatan,
(Sp.Kep.Kom) seorang perawat minimal wajib
d. Spesialis Keper- menyelesaikan jenjang pen-
awatan Anak, lu- didikan tinggi dan mampu untuk
lusannya menerapkan kemampuan
(Sp.Kep.Anak) berpikir kritis.
e. Spesialis Keper-
awatan Jiwa, lu- 7. Referensi

Aprisunardi. (2011). Hubungan Berfikir Kritis Perawat dengan Kualitas Asuhan Keper-
awatan di Unit Perawatan Orthopedi Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Jakarta.

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.

Darmawan, D. (2013). Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Gosyen Pub-


lishing.
Deniati , K., Anugrahwati, R., & Suminarti, T. (2018). PENGARUH BERFIKIR KRI-
TIS TERHADAP KEMAMPUAN PERAWAT PELAKSANA. Kesehatan
Holistik, 21-25.

Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba Medica.

Dewanti, S. (2017). Hubungan Kerja Instruktur Klinik Dengan Pencapaian Kompetensi


Klinik Mahasiswa Keperawatan Di Rumah Sakit Di Medan. Binjai.

DS, B. S., A, D. S., & H, R. A. (2017). GAMBARAN KEMAMPUAN BERPIKIR


KRITIS PERAWAT. Ilmu Keperawatan Indonesia.

Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019). Investigating nurses' coping strategies in their
workplace as an indicator of quality of nurses' life in Indonesia: a preliminary
study. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. IOP Pub-
lishing, Vol. 248, No. 1,p. 012031.

Iskandar. (2013). Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Johnson, E. (2007). Contextual teaching and learning : menjadikan kegiatan belajar-


mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Mizan Learning Center
(MLC).

LeMone, P. (2015). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

Lestari, T. R. (2014). Pendidikan Keperawatan : Upaya Menghasilkan Tenaga Perawat


Berkualitas.

Reeder, S. J. (2011). Keperawatan maternitas : kesehatan wanita, bayi & keluarga.


Jakarta: EGC.

Rusmegawati. (2011). Pengaruh Supervisi Reflektif Interaktif terhadap Keterampilan.


Depok .

Simamora, R. H. (2009). Buku ajar pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai