Anda di halaman 1dari 14

Click icon to add picture

BERFIKIR KRITIS
DALAM KASUS
KEPERAWATAN JIWA

OLEH :

DESAK MADE ARI WAHYUNI 011


I PUTU WAWAN NARENDRA PUTRA 012
NI LUH ADE SERIASIH 015
A. PENGERTIAN BERFIKIR KRITIS
1. Pengertian
Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah,
kepercayaan dan tindakan.
2. Model Berfikir Kritis
Walaupun berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian untuk dipelajari,
komponen-komponennya harus “dilekatkan kembali” agar penggunaannya optimal
yaitu :
Ingatan Total (T), Kebiasaan (H), Penyelidikan(I), Ide dan kreativitas (N), dan
Mengetahui bagaimana anda berpikir (K)
Lanjut….
 Lima komponen berpikir kritis yang mengarahkan perawat untuk membuat rencana
tindakan agar asuahan keperawatan aman dan efektif.
1. Dasar Pengetahuan Khusus

2. Pengalaman

3. Kompetensi ( berfikir kritis

4. Sikap untuk Berpikir Kritis, contoh sikap untuk berpikir kritis adalah: tanggung gugat,
berpikir mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan
kreativitas.
5. Standar, standar untuk berpikir kritis adalah jelas, spesifik, konsisten, mendalam,
komplet, mencukupi, tepat, akurat, masuk akal, logis, luas, signifikan, terbuka
Lanjut….

3. Ruang Lingkup Berpikir Kritis


Terdapat dua standar yang termasuk ruang lingkup dalam berpikir kritis, yaitu standar
intelektual dan standar profesional.
4. Manfaat Berpikir Kritis berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam
keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
b. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
c. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
d. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta
tingkat hubungan.
e. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
f. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
Lanjut….

7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.

8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.

9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.

10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.

12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.

13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.


Lanjut….

5. Cara atau Langkah Berpikir Kritis


1. Adapun langkah berpikir kritis yaitu:

2. Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)

3. Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of knowledge)

4. Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)

5. Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)

6. Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)


Lanjut…. B. CONTOH DAN APLIKASI DI BIDANG KEPERAWATAN JIWA

1. Contoh dan Aplikasi Berpikir Kritis


Proses keperawatan adalah metode perencanaan dan pemberian asuhan keperawatan
individu yang sifatnya rasional dan sistemik. Fase proses keperawatan yaitu: pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

.
Contoh Penggunaan Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan
Fase Proses Keperawatan Aktivitas Berpikir Kritis
Pengkajian Melakukan observasi yang andal
Membedakan data yang relevan dengan data yang tidak relevan
Membedakan data yang penting dan tidak penting
Memvalidasi data
Mengatur data
Mengelompokkan data sesuai dengan kerangka berpikir dan Mengidentifikasi asumsi
Diagnosis Menemukan pola dan hubungan diantara petunjuk
Mengidentifikasi celah pada data
Membuat kesimpulan
Menunda penilaian ketika kekurangan data
Menentukan hubungan antar disiplin
Menetapkan masalah
Mengkaji asumsi
Membandingkan pola dengan standar atau kebiasaandan Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan masalah
Perencanaan Membentuk generalisasi yang valid
Memindahkkan pengetahuan dari satu situasi ke situasi lain
Menyusun kriteria evaluasi
Membuat hipotesis
Melakukan hubungan antar disiplin
Memprioritaskkan masalah klien dan Mengeneralisasi prinsip dari ilmu pengetahuan lain
Implementasi Menerapkan pengetahuan untuk melakukan intervensi danMenguji hipotesis

Evaluasi Memutuskan apakah hipotesis benar dan Melakukan evaluasi berdasarkan kriteria
Lanjut….

 Hubungan pemikiran Paul dan Elder (1995) terhadap fase proses keperawatan dan
penerapannya pada contoh klinis tercantum sebagai berikut :
Hubungan Unsur Pemikiran Paul dan Elder dengan Proses Keperawatan

Unsur Pemikiran Kesejajaran dengan


Paul Proses Keperawatan Penerapan Klinis

Informasi Pengkajian Klien datang ke IGD RSJ Bangli mengenakan baju merah dan celana panjang diantar oleh
keponakannya dengan keluhan klien berbicara sendiri semenjak 4 bulan yang lalu klien berbicara
sepanjang hari dan hanya berhenti sebentar, serta klien tidak menjawab pertanyaan dari pemeriksa.
Klien kadang tidak mau makan meskipun sudah diminta, BAB dan BAK sembarangan dan susah
mandi. Sebelumnya klien sudah pernah dirawat di RSJ Bangli di ruangan yang sama
Saat diberikan data ini, orang yang berpikir kritis menyadari dibutuhkan lebih banyak data
mengenai nilai kesehatan klien seperti riwayat penyakit, pengobatan sebelumnya, apakah klien
memiliki riwayat trauma dan alasan terhadap perilaku yang dikatakan keluarganya tersebut.
Kegagalan untuk berpikir secara kritis dan mendapatkan data tambahan menyebabkan penetapan
tujuan, diagnosis dan intervensi menjadi tidak akurat.
Maksud Penetapan tujuan Tujuan: Mampu membangun hubungan saling percaya dan membantu pasien mengenali penyebab
Pemikiran isolasi sosial sehingga klien mampu mengatakan permasalahannya kepada perawat (sesuaikan
dengan SP). Dengan berpikir secara kritis perawat akan mencoba menentukan tujuan klien dan
setuju dengan tujuan bersama sehingga hubungan dapat terjalin dengan baik.
Pertanyaan Diagnosis Seorang yang berpikir kritis akan menunda pengidentifikasian diagnosa klien
seputar isu sampai didapatkan lebih banyak data dan prioritas klien diketahui. Hal ini
mencegah diagnosis prematur akibat data yang tidak memadai.
Sudut pandang Diagnosis Sebagai orang yang berpikir kritis, perawat menyadari bahwa sudut pandang klien
dalam kasus ini berbeda dengan sudut pandang perawat. Perawat bermaksud A belum
tentu klien menangkap A seperti yang dimaksudkan perawat. Meskipun demikian
perawat harus mampu mengarahkan klien tentang hal yang dibicarakannya, tanpa
memaksakan kehendak klien. Orang yang berpikir kritis juga menyadari kondisi klien
tersebut yang mungkin menganut kepercayaan tentang persepsi sehat sakit, terapi, dan
tindakan pencegahan yang berbeda, namun tidak dapat mengatakannya.

Interpretasi Diagnosis Orang yang berpikir kritis mengenali bahwa pemakaian obat-obatan dan resep yang
dan inferensi tidak teratur oleh klien mungkin disebabkan oleh banyak hal (mis., klien menolak, tidak
(kesimpulan patuh) dan tidak akan menyimpulkan diagnosis dengan etiologinya sampai didapatkan
dan anjuran) lebih banyak data. Kegagalan berpikir kritis dapat menyebabkan interpretasi yang tidak
relevan, tidak adekuat, dan dangkal (mi., kesalahan saat interpretasi bahwa masalah
klien adalah kurang pengetahuan atau karena malas).
Asumsi Diagnosis Orang yang berpikir kritis membuat asumsi menurut data dasar yang tidak biasa dan luas
serta tujuan klien yang ditetapkan bersama. Orang yang berpikir kritis menghindari
membuat asumsi yang tidak terbukti, misalnya klien tidak ingin membina hubungan saling
percaya dengan perawat karena tidak menyukai perawat.
Konsep (teori, Diagnosis Orang yang berpikir kritis menggunakan konsep tentang motivasi, teori berubah dan keperawatan
hukum, prinsip, perencanaan multikultural untuk memahami perilaku dan motivasi klien untuk sembuh. Kegagalan untuk
model) berpikir kritis dapat menyebabkan ketergantungan eksklusif pada sebuah konsep yang terlalu
sederhana seperti “pengetahuan menyebabkan perubahan”.
Implikasi dan Perencanaan Orang yang berpikir kritis mempertimbangkan implikasi dan konsekuensi strategi keperawatan
konsekuensi implementasi tertentu sebelum mengimplementasikan rencana asuhan. Rencana asuhan termasuk tujuan dan
hasil didasarkan pada pengkajian yang berkelanjutan terhadap nilai budaya, kepercayaan dan
kebutuhan klien. Kegagalan berpikir kritis dapat menyebabkan intervensi yang tidak efektif seperti
tidak terjadinya hubungan saling percaya dengan klien, sehingga intervensi selanjutnya pun tidak
dapat dilanjutkan. Orang yang berpikir kritis akan berpikir bahwa bagaimana cara agar dapat
terbinanya hubungan saling percaya dengan klien adalah, untuk selalu berusaha berkomunikasi
dengan klien, perhatian dan kesabaran sehingga mengenali bahwa isolasi sosial (menarik diri) klien
dapat atau tidak menyebabkan masalah baru.
Interpretasi dan Evaluasi Orang yang berpikir kritis mendasarkan evaluasi hasil pada klien dan keefektifan intervensi
inferensi keperawatan pada kriteria baku dan dapat diukur serta mempertimbangkan secara rasional apakah
hasil telah divalidasi. Kegagalan berpikir kritis dapat menyebabkan ketidakpatuhan klien dan
kesimpulan bahwa klien tersebut tidak mampu untuk diajak bekerja sama dalam menjalankan
intervensi (SP) yang telah disusun.
Lanjut…. 2. Contoh dan Aplikasi Pengambilan Keputusan

Perbandingan Antara Proses Keperawatan Dan Proses Pengambilan Keputusan

Proses Keperawatan Proses Pengambilan Keputusan

Mengkaji Mengidentifikasi tujuan

Diagnosis  

Merencanakan Menetapkan kriteria


Menimbang kriteria
Mencari alternatif
Mengkaji alternatif
Memproyeksikan

Mengimplementasikan Mengimplementasikan

Mengevaluasi Mengevaluasi hasil

*Proses pengambilan keputusan paralel dengan proses keperawatan, tetapi juga digunakan pada tiap tahap proses tersebut.
Click icon to add picture

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai