Anda di halaman 1dari 13
Menimbang Mefnigingat BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI SINTANG NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN STUNTING DI KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, bahwa prevalensi stunting pada balita di Kabupaten Sintang masih tinggi, schingga dapat menghambat upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan pembangunan kualitas sumber daya manusia; bahwa kejadian stunting disebabkan oleh faktor yang bersifat multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil dan anak balita, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan sunting melalui intervensi paling menentukan pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait; bahwa dalam rangka optimalisasi pencegahan stunting dan periurunan prevalensi stunting di Kabupaten Sintang secara efektif, efisien, dan terkoordinasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait, perlu dibuat Peraturan mengenai pencegahan stunting di Kabupaten Sintang; bahwa _berdasarkan —_pertimbangan _sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati Sintang tentang Pencegahan Stunting di Kabupaten Sintang; Uiidang-Undang omer 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 352) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang. 2, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 | tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5291); Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680); 9. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 100); 10. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan Dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 188); 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi Balita; 12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 2269/Menkes/Per/X1/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Berita Ne} i Indonesia Tahun 2011 Nomor 755); eens 13. Peraturan,,, 13. 14. 15. 16. 1 18. 19, 20. al. 22. 23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 757); Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 26 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 477); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 757); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 967); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 825); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 874); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1110); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 2014 tentang Standar Tablet Tambah Darah bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1840); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Standar Kapsul Vitamin A bagi Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 441); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1600); Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 25 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2006 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sintang Nomor 25) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 3 Tahun 2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2013 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sintang Nomor 3); 24, Peraturan... 24. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Sintang (Lembaran Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2016 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sintang Nomor 7); 25. Peraturan Bupati Sintang Nomor 74 Tahun 2017 tentang Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif serta Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (Berita Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2017 Nomor 74) 26. Peraturan Bupati Sintang Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penyediaan Ruang Laktasi di Kabupaten Sintang (Berita Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2018 Nomor 14); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI SINTANG TENTANG PENCEGAHAN STUNTING DI KABUPATEN SINTANG BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan 1. Daerah adalah Kabupaten Sintang. 2.’Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur _penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Sintang. 4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah Badan Pembangunan Daerah Kabupaten Sintang. Perencanaan 5. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. 6. Pemangku Kepentingan adalah semua pihak di dalam masyarakat, yang meliputi individu, komunitas atau kelompok masyarakat, uneur penyelenggara Pemerintahan Daerah, sektor swasta, instansi, lembaga, dan pihak terkait lainnya, yang memiliki hubungan dan ke ir y permasalahan stunting. « cna ene 7. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak. il jah kon a -anak akibat dari keleurangan gin kronis, sehingga menyebabkan antara lain anak a pendek untuk usianya, terganggunya perkembangan gangguan metabolisme tubuh. ese 8. Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah masa kandungan sampai seorang anak berusia dua tahun = OS® anak dalam 9. Intervensi... i Gizi i i i ditujukan kepada anak 9. Intervensi Gizi Spesifik adalah intervensi yang : Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK), pada umumnya: dilakukan oleh sektor kesehatan, dan bersifat jangka pendek. 10. Intervensi Gizi Sensitif adalah intervensi yant kegiatan pembangunan di luar sektor masyarakat umum. 11. Upaya perbaikan gizi adalah dilakukan secara_torpadu, memelihara dan meningkatk a promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif pemerintah daerah dan/atau masyarakat. 12. Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada:suatu tempo/waktu tertentu di suatu wilayah. 13. Fortifikasi pangan adalah proses penambahan mikronutrien (vitamin dan unsur renik esensial) pada makanan. 14.Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan keschatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. 15.Air Susu Ibu yang selanjutnya disebut ASI adalah cairan hidup yang mengandung sel-sel darah putih, immunoglobulin, enzim dan hormon, serta protein spesifik, dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. g ditujukan melalui berbagai kesehatan dengan sasaran kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang terintergrasi dan berkesinambungan untuk an status gizi masyarakat dalam bentuk upaya yang dilakukan oleh Pasal 2 ‘Asas-asas pencegahan stunting adalah: a. optimal, artinya memanfaatkan sumber daya yang ada dan digerakkan untuk mencapai hasil yang optimal; b. bertindak cepat dan akurat, artinya dalam upaya pence d lan stunting, tenaga bidan, gizi dan tenaga kesehatan terlatih harus ene sesual prosedur tetap pelayanan gizi dan kode tik fesi mengedepankan aspek kemanusiaan; naeealaeces c. penguatan kelembagaan dan kerja sama, artim nbaga : ya dalam pencegahan ‘stunting tidak hanya dapat dilakukan secara sektoral, vale tetapi membutuhkan dukungan sektor dan program lain; , d. fransparansi, artinya menentukan bahwa dalam i. Ja hal berhubungan de: dilak care perrupungan dengan pencegahan stunting harus dilakukan secara €. peka budaya, artinya menentukan bahwa dal: . lam segala berhubungan dengan pencegahan stunting harus memperhatiien aosie budaya gizi daerah setempat; dan sesio f akuntabilitas, artinya menentukan bahwa dalam segala hal yang berhubungan dengan pencegahan stunti i Permubungan dengan’ pencey stunting harus dilakukan dengan thea td BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 Peraturan Bupati ini adalah untuk menurunkan sehingga berdampat positif pada itas sumber daya manusia. Maksud ditetapkannya 1 prevalensi stunting di Kabupaten Sintang, peningkatan status gizi masyarakat dan kual Pasal 4 ‘Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah: a. mendorong upaya pencegahan stunting dengan pelayanan yang maksimal kepada ibu hamil, ibu melahirkan, bayi baru lahir dan bayi berusia 6 (enam) bulan sampai dengan 2 (dua) tahun; b. untuk mensinergikan peraturan lain yang berkaitan dengan upaya pencegahan stunting; ©, menghasilkan generasi sehat dan cerdas. BAB IIT RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Komitmen Pasal 5 (1) Pemerintah Daerah berkomitmen dan secara konsisten berupaya menurunkan prevalensi stunting. (2) Komitmen dan konsistensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan cara_mendorong, mendukung, dan menjadikan program pencegahan stunting menjadi program prioritas Daerah. (3) Upaya pencegahan stunting harus menjadi komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan yang ada. Bagian Kedua Pembiayaan Pasal 6 (1) Upaya pencegahan stunting harus didukung pembiayaan yang cukup, (2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud Pada ayat (1) harus efektif i dengan mengacu pada capaian hasil dan manfaat. ee (3) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengutamakan intervensi spesifik dan intervensi sensitif i clea nsitif serta peningkatan kapasitas pemahaman (4) Pembiayaan... (4) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kemampuan Daerah. claksanaan upaya pencegahan stunting dapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sintang, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan/atau sumber lain yang sah sesuai peraturan perundang-undangan. (9) Pembiayaan dalam rangka bersumber dari Anggaran Pen Bagian Ketiga Dukungan Pasal 7 (1) Setiap warga wajib mendukung upaya pencegahan stunting. (2) Setiap pemangku kepentingan harus berperan aktif dalam upaya pencegahan stunting sesuai kapasitas dan kewenangan yang dimiliki. (3) Dalam memberikan dukungan upaya pencegahan stunting, para pemangku kepentingan wajib melakukan koordinasi untuk sinergisitas antar pemangku kepentingan. (4) Setiap Camat, Lurah, dan Kepala Desa harus memberikan perhatian dan dukungan pada upaya pencegahan stunting di wilayahnya dan berkoordinasi dengan unit kerja lainnya apabila diperlukan. (6) Setiap perangkat daerah wajib mendukung upaya pencegahan stunting sesuai dengan tugas pokok dan kewenangannya, yang dikoordinir oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Bagian Keempat Sasaran Pasal 8 (i) Sasaran kegiatan pencegahan stunting, meliputi: a, sasaran untuk intervensi gizi spesifik; dan b. sasaran untuk intervensi gizi sensitif. (2) Sasaran untuk intervensi gizi spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a, ibu hamil; b. ibu menyusui dan anak di bawah usia 6 (enam) bulan; dan c. ibu menyusui dan anak usia 6 (enam) sampai 4 ipai dengan 2! ; Be (dua puluh (3) Sasaran untuk intervensi gizi sensitif seba; i : gaimana dimaksud pada aj huruf b yaitu masyarakat umum, khususnya keluarga. a BAB IV... (1) (2) (3) BAB IV KEGIATAN Bagian Kesatu Intervensi Gizi Spesifik Pagal 9 Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu hamil, meliputi: a. setiap ibu hamil harus mendapat asupan gizi yang cukup; b. setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah, minimal 90 (sembilan puluh) tablet selama kehamilan; ¢. kesehatan ibu hamil harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit; d. pemeriksaan kesehatan ibu hamil harus dilakukan selama hamil di sarana kesehatan oleh bidan dan dokter terlatih; ¢, setiap ibu hamil harus mendapatkan akses yang mudah dalam hal menjaga kesehatan ibu dan janinnya; f. setiap ibu hamil dan ibu menyusui harus mendapatkan perhatian dan perlakuan yang baik oleh setiap warga di sekitarnya; g. setiap warga harus memberikan perhatian dan kepedulian untuk keselamatan dan kenyamanan ibu hamil dan ibu menyustii. Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik pada saat bayi lahir sampai dengan usia 6 bulan, meliputi: a. persalinan harus ditolong oleh bidan atau oleh dokter terlatih dan segera setelah bayi lahir harus melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD); b. bayi sampai dengan usia 6 (enam) bulan harus diberi Air Susu Ibu (ASI) saja atau ASI eksklusif; ©. setiap pihak wajib memberikan dukungan dan kesempatan kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI kepada bayinya. Intervensi bayi berusia 6 (enam) bulan sampai dengan 2 (dua) tahun, meliputi: , 4, untuk bayi berusia 6 (enam) bulan, selain ASI bayi harus diberikan , Makanan Pendamping ASI (MP-ASI); ». pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terus dilakukan sampai bayi berumur 2 (dua) tahun atau lebih; ¢. bayi dan anak wajib memperdleh kapsul vitamin A dan imuni: bade lan imunisasi dasar 4. bayi usia 6 (enam) bulan sampai den, gan 2 (dua) tahun hi liberi ee ) in harus diberi Bagian. (y (2) (3) 4) 6) Bagian Kedua Intervensi Gizi Sensitif Pasal 10 Kegjatan intervensi gizi sensitif dengan sasaran masyarakat umum, meliputi: a. menyediakan dan memastikan akses pada air bersih; b. menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi; ©. melakukan fortifikasi bahan pangan; d, Menyediakan akses kepada layanan keschatan dan Keluarga Berencana (KB); ¢, menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); menyediakan Jaminan Persalinan (Jampersal); ; Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua; . memberikan pendidikan anak usia difi; memberikan pendidikan gizi masyarakat; J. themberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja; k, menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin; dari 1, meningkatkan ketahanan pangan dan gizi. BABV STRATEGI Bagian Kesatu Kemandirian Keluarga Pasal 11 Dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pencegahan stunting, harus dilakukan edukasi untuk menumbuhkan kemandirian keluarga. Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka kemandirian pemenuhan gizi keluarga. Delam rangka pemenuhan gizi keluarga, peru didorong pemarifaatan pekarangan. Pemanfaatan pekarangan sebagaimana dimaksud dilaku pada ayat (3 dengan konsep kebun, kolam, dan kandang (K3). var 8) Nan Konsep K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan dalam Pemenuhan protein nabati dan hewani i i a ewani yang dibutuhkan ibu hamil, bayi, Bagian... Bagian Kedua Gerakan Masyarakat Hidup Sebat Pasal 12 1) Dalam upaya mempercepat pencegahan stunting dilakukan Gerakan 0 re Masyarakat Hidup Sehat (Germas). (2) Gerakan ‘Masyarakat Hidup Schat (Germas) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk mensinergikan tindakan upaya promotif dan preventif masalah stunting serta meningkatkan produktivitas masyarakat, (3) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: peningkatan aktivitas fisik; peningkatan perilaku hidup sehat; penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi; peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit; peningkatan kualitas lingkungan; dati peningkatan edukasi hidup sehat. reao gp (4) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagaimana dimaksud pada ayat (1} dikampanyekan oleh seluruh Organisasi Perangkat Daerah. Bagian Ketiga Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan Pasal 13 (1) Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan komitmen bersama antara Pemerintah Daerah dan masyarakat sebagai gerakan partisipasi untuk percepatan pencegahan stunting. (2) Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian para pemangicu kepentingan secara terencana dan terkoordinasi terhadap kebutuhan gizi janin maupun bayi pada seribu hari pertama kehidupannya. (3) Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai , gaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk antara lain meliputi: = @. penandatanganan pakta integritas oleh Pemerintah Daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan terkait; , ‘b, komunikasi, edukasi dan i bail seman pemberian informasi baik formal maupun ©. kampanye di berbagai media; 4. pemberian i em Penghargaan bagi masyarakat peduli pencegahan stunting; ¢. Kegiatan-kegiatan lain yang mendukung. (4) Gerakan... ye (#) Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan. (6) Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagaimana dimakeud pada ayat (1) dimasukkan dalam rencana strategis Dinas Kesehatan dan didukung anggaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan. Bagian Keempat Posyandu Pasal 14 (1) Dalam upaya pencegahan stunting, harus dilakukan revitalisasi Posyandu. (2) Pemantauan pertumbuhan balita harus dilakukan di Posyandu untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan. (8) Biaya operasional Posyandu dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Bagian Kelima Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pasal 15 (1) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap warga termasuk dengan meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. (2) Dalam upaya pencegahan stunting melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), setiap orang dilarang: 4, merokok di sekitar ibu hamil dan balita; b. buang air besar sembarangan; c. buang sampah sembarangan. BAB VI PENAJAMAN SASARAN, INDIKATOR KINERJA, DAN MANFAAT Bagian Kesatu Penajaman Sasaran Wilayah Pencegahan Stunting Pasal 16 (1) Dalam upaya pencegahan stunting dilakukan i posal Penajaman sasaran wilayah (2) Penajaman... er 2) Penajaman sasaran wilayah penurunan stunting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pertimbangan-pertimbangan yang meliputi: a. tingginya angka kejadian stunting; b. perlunya efisiensi sumberdaya; ¢. lebih fokus dalam implementasi dan efektivitas percepatan penurunan stunting; d. pengukuran target pencapaian yang lebih terkendali; dan e. dapat dijadikan dasar perluasan sasaran pencegahan stunting. Bagian Kedua Indikator Kinerja Pasal 17 (1) Indikator kinerja dari upaya pencegahan stunting harus terukur. (2) Indikator kinerja dari setiap perangkat daerah yang terlibat dalam program pencegahan stunting, harus mengacu pada target penurunan prevalensi ‘stunting. (3) Target penurunan prevalensi stunting harus terjadi secara konsisten sebesar 3% (tiga persen) setiap tahun. Bagian Ketiga Manfaat Pasal 18 Manfaat dari upaya pencegahan stunting adalah melahirkan generasi yang sehat dan cerdas, serta diharapkan berdampak pada penurunan angka kemiskinan. BAB VIL PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 19 (1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan seluas-luasnya dalam mewujudkan peningkatan status gizi individu, keluarga dan masyarakat, sesuai dengan ketentuan Peraturan Bupati ini. (2) Dalam rangka pencegahan stunting dan intervensinya, masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan dan/atau cara pemecahan masalah mengenai hal-hal di bidang kesehatan dan gizi. (3) Pemerintah Daerah membina, mendorong, dan menggerakkan swadaya masyarakat di bidang gizi dan pencegahan stunting agar dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna. (4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berjenjang. RAR Un wd BABVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sintang. Ditetapkan di Sintang pada tanggal 3 September 2018 BUPATI SINTAXG, eo o SAROT WINARNO Diundangkan di Sintang pada tanggal 3 Sepiember 2018 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SINTANG, YOSEPHA HASNAH BERITA DAERAH KABUPATEN SINTANG TAHUN 2018 NOMOR 60

Anda mungkin juga menyukai