PENDAHULUAN
cara kekerasan dan menimbulkan ketakutan adalah cara yang sah untuk mencapai
tujuan. Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada
para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal
berprikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para
makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme
ke dalam kejahatan terhadap kemanusiaan. Hal itu terbukti dari beberapa kasus
terorisme yang menyerang Indonesia. Data menunjukkan kejahatan terorisme
telah dimulai sejak awal masa orde baru dan reformasi. Menurut Adisiputra, Asep
(2008) pada masa orde baru ada 7 kejadian terorisme, sedangkan pada masa
reformasi ada 32 kejadian, serangkaian teror bom diatas belum termasuk data
ledakan bom di Poso dan Ambon yang sering terjadi sepanjang tahun 2000-2005.
Menurut data yang dikutip dari Liputan6.com ada 5 kasus terorisme terbesar di
Indonesia, diantaranya ialah Bom Bali 2002 (disebut juga Bom Bali I) terjadi pada
malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Aksi ini merupakan rangkaian tiga
Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan yang
terakhir di Konsulat Amarika Serikat. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang
luka-luka. Kasus kedua ialah Bom JW Mariot, sebuah bom meledak dan
Indonesia. Bom meledak sekitar pukul 12.45 WIB dan 12.55 WIB pada Selasa, 5
Agustus 2003. Sebanyak 12 orang tewas dan 150 orang cedera. Ledakan ini
merupakan aksi bom bunuh diri. Kasus ketiga adalah Bom Kedubes Australia.
Jakarta. Bom meledak pada tanggal 9 September 2004 silam. Aksi teror ini
Jumlah korban jiwa tidak begitu jelas, versi petugas Indonesia 9 orang, sementara
versi Australia 11 orang tewas. Kasus keempat adalah Bom Bali 2 pada tahun
2005. Ledakan bom berada di R.AJA’s Bar dan Restaurant, Kuta Square, daerah
Pantai Kuta dan di Nyoman Cafe’Jombaran. Meski lebih kecil dari bom Bali
pertama, peristiwa ini menewaskan 22 orang dan 102 orang mengalami luka-luka.
Kasus kelima adalah Bom Cirebon 2011. Sebuah ledakan bom bunuh diri terjadi
di Masjid Mapolresta Cirebon saat Salat Jumat pada 15 April 2011 silam. Berbeda
dari aksi lainnya, bom bunuh diri ini ditujukan untuk menyerang Polisi. Tercatat
Dampak yang ditimbulkan dari aksi terorisme adalah suatu peristiwa yang
tragis dan menggerikan, di mana dari segi manusiawi, apa yang dialami oleh
korban teror bom, menimbulkan efek psikologis yang sungguh tidak terperikan
mengenang peristiwa teror bom yang pernah dialaminya. Sebagai anak bangsa,
kita semua tentu sangat prihatin dengan aksi teror di Tanah Air yang justru
dilakukan oleh warga negara Indonesia sendiri. Demikian juga menyangkut harkat
dan martabat bangsa kita yang dikenal sebagai bangsa beradab, agamis, penuh
kehilangan lapangan kerja, serta menyisahkan duka keluarga korban baik yang
Namun tidak hanya itu, selain melakukan pencegahan, kita sebagai pemuda
pemaparan beberapa kasus diatas maka kami sebagai penulis ingin menganalisis
permasalahan kasus terorisme. Kasus terorisme ini kami ambil dari beberapa
contoh kejadian terorisme, kemudian kasus tersebut kami bandingkan antara
1.2 Tujuan
Amerika Serikat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dalam skala lebih kecil daripada perang. Dari segi bahasa, istilah teroris berasal
dari Perancis pada abad 18. Kata Terorisme yang artinya dalam keadaan teror
(under the terror), berasal dari bahasa latin ”terrere” yang berarti gemetaran dan
”detererre” yang berarti takut. Istilah terorisme pada awalnya digunakan untuk
menunjuk suatu musuh dari sengketa teritorial atau kultural melawan ideologi
atau agama yang melakukan aksi kekerasan terhadap publik. Istilah terorisme dan
teroris sekarang ini memiliki arti politis dan sering digunakan untuk
mempolarisasi efek yang mana terorisme tadinya hanya untuk istilah kekerasan
yang dilakukan oleh pihak musuh, dari sudut pandang yang diserang.
yang mana menurut Wiliam D. Purdue (1989), the use word terorism is one
method of delegitimation often use by side that has the military advantage.
Sedangkan teroris merupakan individu yang secara personal terlibat dalam aksi
terorisme. Penggunaan istilah teroris meluas dari warga yang tidak puas sampai
karenanya maka seluruh anggota PBB termasuk Indonesia wajib mendukung dan
do or to abstain from doing any act”. Segala aksi yang dilakukan untuk
penduduk sipil, non kombatan di mana tujuan dari aksi tersebut berdasarkan
melakukan sesuatu).
dan sosial masyarakat suatu negara, untuk diganti dengan struktur baru secara
total. Dewasa ini terorisme menjadi profesi kaum fanatik untuk mencapai
keinginannya dengan melakukan aksi pembunuhan, penculikan ataupun aksi
teror lainnya. Dalam dunia modern, aksi teror banyak ditujukan pada
Negara sebagai alternatif dari pernyataan perang secara terbuka. Negara yang
lebih diterima dari pada yang dilakukan oleh ”teroris” yang mana tidak
kekerasan terhadap penduduk sipil dan tidak diberi label sebagai teroris.
kompromi, korban bisa saja militer atau sipil, pria, wanita, tua, muda bahkan
terorisme yang ada menjelaskan empat macam kriteria, antara lain target, tujuan,
motivasi dan legitmasi dari aksi terorisme tersebut. Dapat dikatakan secara
seperti motif : perang suci, motif ekonomi, motif balas dendam dan motif-motif
sekedar strategi, instrumen atau alat untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain
tidak ada terorisme untuk terorisme, kecuali mungkin karena motif -motif
kegilaan (madness).
Dampak yang ditimbulkan dari kasus terorisme terbagi menjadi dua hal
yaitu :
1) Dampak Positif
sedikit, namun pada hakekatnya setiap masalah yang muncul dari Negara ini
pasti akan membawa hikmah yang baik bagi kehidupan nasional. Adanya
serangan teroris yang sering muncul dan menghantui rakyat Indonesia dalam
definisi dari kata “jihad” yang selalu menjadi alasan bagi para teroris untuk
terus melakukan aksinya. Masyarakat awam pun juga sudah mulia mengerti
bahwa jihad yang sebenarnya bukan seperti jihad yang dilakukan oleh para
teroris. Selain itu keamanan Negara juga mulai ditingkatkan oleh para aparat
militer, semua itu dilakukan demi mengatasi masalah teroris yang mengancam
keamanan Negara ini. Semakin hari kesiapan aparat penegak hukum untuk
menjanjikan sedikit rasa aman bagi masyarakat Indonesia yang resah akan
bangsa ini cenderung sangat banyak sekali, dari mulai nasionalisme, rasa was-
was akan adanya kejahatan terorisme, rasa saling tidak percaya antar umat
beragama, pengaruh psikologis bagi para anak muda Indonesia yang masih
labil emosinya, dan lain-lain. Semua pengaruh negatif tersebut secara langsung
rasa saling tidak percaya antar umat beragama yang diawali dari aksi teror yang
mengatas namakan agama menjadikan citra salah satu agama menjadi buruk di
mata umat beragama lain. Dari hal tersebut yang dikhawatirkan adalah
Indonesia. Kemudian dari segi keamanan dan kenyamanan yang terusik akibat
adanya aksi terorisme. Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang sudah
ke Indonesia menjadi berkurang karena takut akan adanya aksi terorisme yang
ada di Negara ini. Rasa nasionalisme yang menurun akibat adanya masalah
terorisme tergambar dari begitu mudahnya para pelaku bom bunuh diri yang
sebagaian besar adalah anak muda Indonesia yang mudah terpengaruh oleh
terjebak dan tertipu akan “iming-iming” yang dijanjikan para teroris yang
sangat rendah terhadap Negara ini hal tersebutpun juga dapat mengganggu
keyakinan penduduk lain akan kedaulatan bangsa ini. Seharusnya hal tersebut
dapat dihindari apabila generasi muda dari bangsa ini lebih mempunyai rasa
generasi muda dari bangsa ini. Labilnya emosi para remaja membuat doktrin-
mereka. Adanya ajaran-ajaran baru yang negatif yang sampai saat ini membuat
mereka, karena para remaja cenderung memilih segala sesuatu dengan proses
yang cepat dan mudah “cepat dan mudah untuk masuk surga”.
2.5.1 PERMASALAHAN
dengan 243 korban jiwa dan ratusan orang luka-luka. Wilayah dan target
intelijen secara individu maupun instansi serta aparat terkait lainnya yang
secara dini terhadap setiap aksi terorisme. Beroperasinya jaringan teroris yang
merusak mental, semangat, dan daya juang masyarakat, sehingga dalam jangka
memiliki efek yang berlangsung sepanjang tahun 2003 yang secara lokal
pemutusan hubungan kerja terhadap 29 persen tenaga kerja dan lebih lanjut
2.5.2 SASARAN
berikut:
terorsme.
serta
latihan bersama;
terror;
terorisme;
(10) Pengawasan lalu lintas uang dan pemblokiran asset kelompok teroris;
(11) Peningkatan pengawasan keimigrasian serta upaya interdiksi darat, laut, dan
udara.
(12) Peningkatan pengawasan produksi dan peredaran serta pelucutan senjata dan
Peristiwa 9/11 membawa implikasi dan restrukturisasi yang besar bagi AS.
Homeland Security Act pada tahun 2002 sebagai bentuk antisipasi dan manajemen
terorisme. Secara umum apa yang menjadi konten dalam undang-undang ini
adalah:
kepresidenan.
1) Management Directorate
Federal Protective Service. Secara umum tujuan yang ingin dicapai oleh
direktorat ini adalah pengamanan udara, darat, perbatasan laut dan sistem
1
Ibid., hal. 130-132
dan mencegah akses masuk teroris dan penyelundupan ke dalam AS; mengatur
dan menegakan segala regulasi terkait imigrasi dan akses ke dalam AS;
menegakakan peraturan Bea Cukai AS; serta mengatur fungsi Badan Inspeksi
aktivitas kesiapan federal bekerjasama dengan pusat dan sektor swasta untuk
terorisme.
Fokus direktorat ini terletak pada upaya antisipasi dari ancaman terorisme,
ancaman.
sasaran untuk pencegahan dan mitigasi senjata pemusnah massal dan ancaman
lainnya.
Bagan 1. Struktur Department of Homeland Security
pada hak-hak sipil dan hak asasi. Pencegahan terhadap ancaman kemanan
beberapa program, yakni Intelijen dan Peringatan Dini; Keamanan Perbatasan dan
aset kunci; Mempertahankan diri dari ancaman besar; serta Persiapan dan respon
sipil warga AS maupun hak-hak warga negara non AS atau yang disebut sebagai
aliens. Regulasi-regulasi yang mengatur pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut
juga dinilai memiliki permasalahan legal dan HAM, khususnya yang berkaitan
dengan perlindungan hak-hak warga negara AS dan warga negara non AS. Salah
intelijen dan peringatan dini. Dalam kebijakan ini, fungsi intelijen dinilai
dan protektif. Pada agenda nasional yang memiliki urgensi sebesar ini maka
kapasitas yang memadai dan kualitas yang baik. Penerapan fungsi pengintaian
dapat diserap secara mentah tanpa adanya noise. Namun pada penerapannya,
kebebasan dan hak sipil. Kebijakan ini juga membuat ruang gerak individu
Act (FISA) dan Foreign Intelligence Surveillance Court (FISC). FISA adalah
adalah ketentuan yang dibuat pada tahun 1978 tentang pengaturan pengintaian
dan hak-hak sipil di AS. Salah satunya adalah penyadapan komunikasi pribadi
oleh aparat penegak hukum sebagai dalih untuk mendapatkan bukti mengenai
kebebasan dan hak-hak sipil dasar di AS yang dituangkan dalam Bill of Rights
Permasalahan isu legal dan HAM juga dapat dilihat pada kebijakan
berharga bagi pemerintah AS. Serangan teror beberapa tahun yang silam menjadi
bukti bahwa kelemahan imigrasi dan keamanan transportasi memiliki celah untuk
dieksploitasi bagi kelompok teror untuk melancarkan aksi. Hal ini juga
penangkapan pihak-pihak yang terlibat dalam aksi terorisme baik mereka warga
Beberapa ketentuan yang terkait dengan respon AS tersebut antara lain the
2
Shun-jie Ji, “Civil Liberties vs. National Security: Lesson from September 11 th Attacks on
America,” Tamkang Journal of International Affairs, Vol.8 No. 2, (2004), 133-159, hal. 142-144
justifikasi hukum berdasarkan fakta ataupun kesimpulan fakta yang
melakukan tindakan kriminal; serta probable cause, sebuah bukti yang diperlukan
undang-undang.
tersebut tercermin dalam Bill of Rights yang memuat hak-hak sipil dasar warga
Sedangkan bagi warga negara non-AS atau aliens, ketentuan yang diterapkan
berbeda karena pada dasarnya, warga negara asing tidak memiliki hak-hak yang
sama dengan warga negara AS (dengan Bill of Rights-nya). Ketentuan bagi warga
negara non-AS apabila diduga dan terbukti terlibat dalam aksi terorisme seperti
penahanan tanpa proses peradilan selama masa yang ditentukan oleh penyelidik
hingga deportasi.
individu sipil berada pada status yang sama dengan pelaku teror harus diperiksa
dan digeledah baik individu maupun barang atau kargo yang bersangkutan.
Dalam pemeriksaan ini, jika ditemukan warga negara non-AS yang dicurigai
sebagai teroris, maka aparat keamanan berhak untuk menahan individu tersebut
3
Ibid., hal. 165-166
AS yang dicurigai terlibat dalam aksi terorisme, proses pemeriksaan,
penggeledahan serta ini menimbulkan dilema legal dan HAM terkait dengan hak-
antara lain seperti penahanan individu tanpa tuduhan yang jelas serta disriminasi
yang menarget individu keturunan Timur Tengah, Asia Selatan dan individu yang
Kebebasan dan hak-hak sipil dasar di AS yang dilanggar sebagai akibat dari
4
Shun-jie Ji, Loc. Cit.
BAB 3
PEMBAHASAN
(kasus yang ada di bab 2 DIANALISIS, kira-kira mengapa itu terjadi dan
dampak yang ditimbulkan dari kasus itu apa? Misal ada korban : pengobatan
secara lokal wisdom apa yang bisa dimasukkan? Contoh kalo di daerah Ngai :
orang – orang percaya bahwa dengan daun Binahong luka apa pun bisa sembuh
dan luka basah menjadi cepat kering.... kemudian di analisis pula alur
serikat)
lainnya. Aksi ini dikecam oleh banyak pihak sebagai aksiteroris terparah dalam
Imam Samudra, Amrozi, dan AliGufron beserta sekelompok anak buah yang
mengatasnamakan Syariat Islam dalam aksi Bom ini. Terorisme yang terjadi di
Bali adalah akibat kepentingan dakwah yang terganggu. Sebenarnya, bagi seorang
muslim wajib untuk berdakwah menyerukan kebenaran. Dalam kontek bom Bali
hal itu bisa terjadi tak bisa dilepaskan dari hegemoni global Amerika yang selalu
menyudutkan gerakan Islam. Ada kebencian akibat ulah Negara adidaya yang
semena-mena terhadap umat Islam. akhirnya, sebagai salah satu cara sebagaimana
ditulis Imam Samudra (2004) dalam bukunya aku melawan teroris. Maka,
diambillah jalan membom Bali karena disitulah berkumpul banyak bule dari luar.
Memang ada yang menyalahkan, akan tetapi jika disimak dari sisi lain ternyata
ada muatan pesan disitu. Teror yang terjadi bisa juga dilihat sebagai ekspresi
maka meletuskan amarah yang lama terpendam. Bukan berarti teror bom yang
terjadi selama ini dilakukan oleh golongan aktifis Islam. Kalaupun ada
kemungkinan akibat dari semangat juang yang tinggi yang bisa saja dimanfaatkan
ditimbulkan oleh bom bali ini, seringkali oang tua ataupun sanak keluarga
ramai seperti diskotik, ataupun tempat lainnya yang banyak dihuni orang, karena
dicurigai adanya bom. Dan juga orang-orang percaya apabila di tempat ramai
ditemukan sebuah benda yang mencurigakan tanpa pemilik maka harus segera
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
penanganan terorisme yang ada. Pelaku teroris di Indonesia juga sulit dideteksi
dan bernegara.
kondisi darurat.
4.2 Saran
mulai berjalan dengan baik. Namun mungkin karena negara indonesia sendiri
penanganan terorisme itu sendiri masih belum semaksimal negara AS. Salah
kurang. Kemudian di beberapa sektor lain juga masih belum semaksimal negara
AS.
DAFTAR PUSTAKA