Anda di halaman 1dari 6

Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm.

21 - 26

BENDA ASING KAWAT HALUS DI DALAM HIPOFARING


(Laporan Kasus)

Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN dilakukan diagnosis dan penanganan yang tepat


Hipofaring adalah bagian dari tenggorok untuk menghindari komplikasi yang bisa terjadi.
yang berada di belakang laring dan di bawah
orofaring. Hipofaring memiliki struktur LAPORAN KASUS
memanjang mulai dari tulang hioid sampai Pasien Ny. S perempuan berusia 42 tahun
kartilago krikoid. Batas hipofaring di sebelah rujukan dari RSUD Jombang dengan keluhan
superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior merasa tertelan kawat saat makan “tetel” pada
adalah laring, batas inferior adalah esofagus, serta tanggal 11 April 2014 pukul 23.30. Pasien datang
batas posterior adalah vertebra servikal. Hipofaring ke RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 12 April 2014
dibagi menjadi tiga bagian yaitu sinus piriformis pukul 12.00. Berdasarkan anamnesis pasien merasa
lateral, dinding posterior laring dan daerah tidak yakin mengenai benda yang tertelan tersebut.
postkrikoid anterior. Struktur pertama yang tampak Pasien merasa nyeri dan mengganjal di daerah
di bawah lidah adalah valekula yang merupakan leher sisi kanan dan mengaku sempat mencoba
dua cengkungan yang terbentuk oleh ligamentum untuk dimuntahkan sendiri dengan memasukkan
glosoepiglotika medial dan lateral pada tiap sisi. Di ujung sendok ke mulut tapi tidak berhasil. Sejak itu
bawah valekula terdapat epiglotis yang berfungsi pasien tidak berani untuk makan dan minum.
melindungi glotis ketika makanan atau minuman Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan
ditelan menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus. kelainan. Pada laringoskopi indirek tidak tampak
Pada saat lidah mendorong makanan ke hipofaring, benda asing maupun lesi dan hiperemi pada
otot krikofaring mengalami relaksasi hingga bolus mukosa. Pada hasil foto serviko-toraks AP/lateral
makanan dapat masuk ke esofagus.1,2 di RSUD Jombang tanggal 12 April 2014 pukul
Benda asing hipofaring merupakan 07.00 terdapat gambaran benda asing setinggi VC
masalah yang sering dihadapi dalam bidang THT- 4-5 dengan posisi melintang. Kemudian pasien
KL. Sebuah benda asingyang tertelan dapat difoto ulang di RSUD Dr. Soetomo pukul 13.00,
tertanam di daerah tonsil, dasar lidah, fossa didapatkan posisi benda tidak berubah. Kemudian
piriformis atau esofagus bagian atas. Dalam pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan
beberapa kasus, benda asing hipofaring yang tajam esofagoskopi dan eksplorasi. Sebelumnya pasien
dapat melubangi struktur di jaringan sekitar dan dilakukan edukasi mengenai tindakan dan resiko
bermigrasi ke jaringan lunak leher, mempersulit yang mungkin akan terjadi dan pihak keluarga
deteksi dengan pemeriksaan yang menggunakan setuju untuk dilakukan tindakan. Setelah mendapat
laringoskopi secara langsung. Dalam keadaan persetujuan, pasien dilakukan persiapan operasi
tersebut dapat terjadi komplikasi yang berpotensi sebelum tindakan. Pasien dilakukan foto ulang
menyebabkan morbiditas atau bahkan kematian pukul 20.15 sebelum naik OK dan didapat benda
terutama jika gagal untuk mengidentifikasi.1,2 asing tidak berubah posisi.
Meskipun jarang terjadi, benda asing Dilakukan esofagoskopi dan eksplorasi
hipofaring termasuk kasus yang harus segera pukul 20.45 dengan anestesi umum menggunakan

21
Benda Asing Kawat... (Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati)

esofagoskop rigid dewasa ukuran 11x14x50 cm Dilakukan MSCT kepala leher tanggal 13
dengan teleskop. Pada eksplorasi didapatkan lesi April 2014 pukul 12.00 di IRD didapatkan benda
pada daerah introitus esofagus sekitar 14 cm dari asing berdensitas logam melintang berada di daerah
deret gigi atas jam 8 dan krikofaring di 15 cm dari VC 4-5 dan dilakukan esofagoskopi eksplorasi
deret gigi atas. Dilanjutkan eksplorasi dan tidak kedua pada pukul 14.00. Pada esofagoskopi dengan
didapatkan benda asing hingga 25 cm dari deret teleskop tidak ditemukan benda asing, namun
gigi atas. Dilakukan insersi ulang untuk evaluasi didapatkan lesi keputihan di daerah krikofaring jam
kembali tetapi benda asing tetap tidak nampak 8. Eksplorasi dilanjutkan sampai ke daerah kardia
hingga 40 cm dari deret gigi atas. Mukosa esofagus sejauh 40 cm dari deret gigi atas dan esofagoskopi
normal dan esofagoskopi dihentikan. dihentikan. Pasien kembali diobservasi ke ROI dan
dilakukan foto servikal AP/lateral ulang pukul 15.00
dan didapatkan benda asing tidak berubah posisi
dari semula.

Gambar 1. Foto servikal AP/lateral


tanggal 12/4/2013 pukul 13.00,
benda asing berada di VC 4-5 Gambar 3. Foto rontgen MSCT Kepala leher
tanggal 13/4/2014, pukul 12.00 benda asing
Dilakukan laringoskopi direk dengan masih berada di VC 4-5
laringoskop milik anestesi untuk mengevaluasi
daerah orofaring dan hipofaring. Tidak ditemukan Pasien dievaluasi hingga keadaan umum
lesi maupun hiperemi di daerah orofaring namun membaik dan dipindah ke ruang THT-KL RSUD
ditemukan lesi jam 8 sepanjang 2 cm di daerah Dr. Soetomo. Pasien merasa masih nyeri tenggorok
hipofaring. saat menelan ludah dan mengganjal seperti tertusuk
Pasien dipindahkan ke Ruang Observasi di leher kanan. Tidak didapatkan keluhan nyeri dada
Intensif (ROI) untuk observasi 2 jam pasca maupun panas badan. Pasien mendapat terapi infus
tindakan dan dilakukan foto ulang servikal D5 ½ NS 50 cc, injeksi Ceftriaxone 2x500mg,
AP/lateral tanggal 13 April 2014 pukul 02.00. injeksi Metamizole 3x150 mg, injeksi Ranitidin
Didapat posisi benda asing masih berada di VC 4- 2x15 mg dan diet cair per oral. Pasien direncanakan
5 dan direncanakan foto rontgen MSCT kepala esofagoskopi elektif dengan panduan C-arm beserta
leher sebelum dilakukan esofagoskopi ulang. kemungkinan pendekatan secara eksternal pada
tanggal 17 April 2014. Namun pasien saat itu
menolak dengan alasan ingin pulang terlebih dahulu
untuk mengurus BPJS. Pasien pulang paksa pada
tanggal 13 April 2014 dan dijadwalkan kembali
untuk MRS tanggal 16 April 2014.

Tiga hari kemudian (16 April 2014)


pasien MRS kembali di ruang THT-KL dengan
Gambar 2. Foto servikal AP/lateral keluhan yang masih sama dan dikonsulkan kembali
tanggal 13/4/2014 pukul 02.00, ke anestesi untuk persiapan operasi. Dilakukan
benda asing masih berada di VC 4-5 edukasi mengenai tindakan esofagoskopi dengan

22
Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm. 21 - 26

panduan C-arm dan kemungkinan dilakukan Pasien dievaluasi dengan FOL di poli
pendekatan secara eksternal bila tidak berhasil THT-KL pada tanggal 21 April 2014 dan didapat
dengan pendekatan internal. Pasien dan keluarga lesi keputihan pada daerah krikofaring sepanjang
setuju untuk dilakukan tindakan dengan segala 1 cm pada jam 8, luka tertutup baik dan tidak
resiko. didapatkan hiperemi. Pasien dites makan dan
Pada tanggal 17 April 2014, dilakukan minum, tidak ada keluhan nyeri menelan pada
esofagoskopi ketiga di OK Gedung Bedah Pusat tenggorok dan rasa mengganjal seperti tertusuk di
Terpadu (GBPT) pukul 09.00 untuk ekstraksi dan leher kanan. Nasogastric tube dilepas dan pasien
eksplorasi dengan anestesi umum menggunakan dipulangkan.
esofagoskop rigid dewasa ukuran 11x14x50 cm
dengan bantuan C-arm. Benda asing masih tidak PEMBAHASAN
terlihat di krikofaring. Didapatkan lesi daerah Benda asing dalam hipofaring adalah
krikofaring pada 16 cm dari deret gigi atas pukul kasus yang umum ditemukan dalam bidang THT-
8. Dari gambaran C-arm didapat benda asing KL. Benda asing yang sering ditemukan berkaitan
berada di hipofaring. Esofagoskop dilepas dan dengan berbagai macam ukuran, bentuk dan lokasi,
dipasang kleinsasser ukuran dewasa dan secara umum meliputi potongan daging, tulang,
konfirmasi posisi benda asing oleh operator C-arm. gigi palsu, uang logam, atau jarum pentul.
Dilakukan orientasi posisi lidah dengan bantuan C- Sebagian besar benda asing berukuran kecil dapat
arm hingga didapatkan posisi benda asing dan melewati sepanjang saluran pencernaan secara
selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan spontan.3,4
menggunakan forsep biopsi. Karena posisi benda Keluhan yang ditimbulkan setelah
yang sudah masuk ke dalam mukosa hipofaring, tertelan benda asing hipofaring berdasar dari benda
dilakukan insisi sepanjang 1 cm untuk memperluas asing yang tertelan. Kebanyakan keluhan berupa
lapangan ekstraksi. Dilakukan ekstraksi dengan rasa nyeri saat menelan, dan mengganjal di
forsep biopsi dan benda asing berhasil dikeluarkan tenggorok hingga berkurangnya nafsu makan
dengan dua kali ekstraksi. Didapat benda asing karena pasien yang merasa takut untuk mencoba
berupa kawat halus terpisah secara dua bagian makan minum menyebabkan penurunan berat
sepanjang 1 cm dan 0,5 cm. Dilakukan kontrol badan. Gejala dari benda asing hipofaring berupa
perdarahan pasca ekstraksi. Pasien kemudian nyeri menelan, nyeri retrosternal dan nyeri
dipasang nasogastric tube pada hidung kanan dan kontraksi leher. Selain itu terkadang ditemukan
diobservasi selama 3 hari. Pasien direncanakan gejala lain seperti banyak mengeluarkan air liur,
evaluasi dengan Fiber Optic Laryngoscope sulit menelan, suara parau dan sesak.5,6 Pada pasien
(FOL)di poli THT-KL. ini didapatkan rasa nyeri di tenggorok dan
mengganjal di leher kanan yang menetap setiap
makan dan minum disebabkan oleh benda asing
yang diduga kawat masih terasa di tenggorok.
Benda asing yang memiliki bagian yang
tajam dapat mengakibatkan komplikasi yang
berpotensi menyebabkan perforasi dari faring dan
\ migrasi ke jaringan sekitar yang dapat diperantarai
dengan proses menelan, batuk, serta melemahnya
otot dinding faring akibat proses peradangan lokal.
Komplikasi yang dapat terjadi dari perforasi
hipofaring bagian atas meliputi abses retrofaring,
Gambar 4. Benda asing berupa kawat halus mediastinitis, dan fistulaesofagoarterial. Pada
sepanjang 1 cm dan 0,5 cm komplikasi yang lebih jauh dapat menyebabkan
terjadinya bau tidak sedap dari mulut sebagai

23
Benda Asing Kawat... (Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati)

pertanda terbentuknya abses dari benda asing dilakukan x-foto jaringan lunak leher lateral. Foto
tersebut yang membutuhkan penanganan lebih jaringan lunak leher sangat membantu dalam
lanjut. Proses ini diikuti oleh gejala peningkatan mendeteksi jenis dan lokasi benda asing, tunggal
suhu tubuh, krepitasi leher, dan pembengkakan atau multiple atau ada tidaknya komplikasi seperti
leher yang merupakan tanda-tanda dari komplikasi. pneumotoraks, emfisema kutis dan abses. Foto juga
Dalam kasus ini tidak ditemukan tanda-tanda sangat berperan mendeteksi kondisi fisik benda
komplikasi bakteri yang jelas seperti abses. Hal ini asing, misalnya tajam, halus, besar atau kecil yang
mungkin disebabkan karena pasien adalah berguna untuk menentukan metode dan alat yang
perempuan sehat dalam arti tidak ada riwayat tepat untuk ekstraksi benda asing. Pada benda asing
penyakit sistemik (diabetes mellitus, TBC, yang tidak bersifat radio-opak dan berukuran kecil
hipertensi) yang sedikit-banyak akan (duri ikan, potongan tulang, isi staples), umumnya
mempengaruhi keadaan umum pasien.5,6 tidak dapat dideteksi dengan foto polos hingga
Diagnosis berdasar pada anamnesis dan sebaiknya dilakukan x-foto esofagus dengan zat
gejala. Di samping itu diperlukan pemeriksaan kontras barium. Pada kasus ini tidak dilakukan
penunjang berupa laringoskopi indirek, foto polo pemeriksaan x-foto dengan kontras barium.10,11
sleher AP/lateral, foto toraks, CT-scan, dan Pada pasien ini dilakukan foto servikal
endoskopi dengan alat endoskopi rigid atau berulang kali untuk mengevaluasi posisi benda
fleksibel. Masing-masing diagnostik penunjang asing serta memastikan posisi benda tetap berada
memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagian di posisi semula atau berpindah tempat. Di samping
besar benda asing hipofaring terdeteksi oleh itu untuk mendeteksi apakah benda tersebut
pemeriksaan laringoskopi indirek dan dapat berpindah posisi oleh karena tindakan
dilakukan ekstraksi dengan anestesi lokal. Pada esofagoskopi (iatrogenik) atau bukan. Posisi benda
pasien ini, benda asing tidak didapatkan dengan asing tidak berubah setelah dilakukan esofagoskopi
pemeriksaan laringoskopi indirek hingga eksplorasi sebanyak dua kali. Hal ini menguatkan
diperlukan pemeriksaan diagnostik lanjutan berupa dugaan bahwa benda asing kemungkinan besar
foto servikal AP/lateral dan MSCT.7 masuk ke dalam mukosa. Selain itu ditemukan
Foto radiologi polos memiliki manfaat bekas lesi berwarna keputihan daerah krikofaring
mengevaluasi jaringan yang lebih lunak dan yang diduga adalah lokasi masuknya benda asing
mendeteksi dugaan komplikasi pada jaringan lunak ke dalam mukosa. Evaluasi dengan foto servikal
leher, mediastinum dan prevertebral. CT-scan leher secara simultan cukup penting untuk mendeteksi
dianggap sebagai modalitas pencitraan yang paling kemungkinan benda tersebut turun ke saluran
akurat untuk mendiagnosis keberadaan setiap makanan bawah atau tidak hingga tindakan
benda asing dan lebih unggul dari radiografi polos. selanjutnya dapat ditentukan.10
Penelitian telah menunjukkan bahwa sensitivitas Manajemen klinis dampak benda asing di
dan spesifisitas sinar X polos untuk mendeteksi hipofaring dan esofagus bagian atas berfokus pada
benda asing berkisar antara 23,5% hingga 100%, mempertahankan jalan napas, menghilangkan
sedangkan dengan CT-scan memiliki sensitivitas benda asing, dan mencegah komplikasi. Pada kasus
lebih dari 90% hingga 100%. Beberapa peneliti ini dilakukan esofagoskopi yang bertujuan
merekomendasikan penggunaannya dalam kasus menegakkan diagnosis dan terapi. Esofagoskopi
yang rumit, sementara para ahli lainnya dapat dikerjakan dengan esofagoskop rigid atau
menganjurkan bahwa CT-scan harus dilakukan fleksibel menggunakan alat Transanasal
pada semua kasus yang dicurigai benda asing yang Esofagoscopy (TNE) dan masing-masing alat
tidak dapat dideteksi melalui laringoskopi indirek. memiliki keunggulan serta bersifat saling
Dalam kasus ini, MSCT adalah metode diagnostik melengkapi. Esofagoskopi rigid memiliki
pilihan, karena benda asing dapat dideteksi di keunggulan hal ekstraksi benda asing maupun
dalam jaringan posterior faring.8,9 tindakan biopsi, sedangkan pada TNE memiliki
Pada benda asing bersifat radio-opak, keunggulan dari segi visualisasi untuk tindakan

24
Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm. 21 - 26

diagnostik. Pada esofagoskopi rigid memiliki laringoskopi indirek dan ekstraksi secara lokal.
resiko komplikasi sekitar 50% dari seluruh Pada kasus yang lain dilakukan dengan pendekatan
tindakan, meliputi aspirasi, oversedasi, anestesi umum apabila posisi benda asing terlalu
hipoventilasi dan sumbatan jalan nafas, sedangkan dekat di daerah krikofaring dan pada pasien yang
pada TNE resiko tersebut dapat diminimalisir.11,12 kurang kooperatif. Pada kasus ini dilakukan
Pada kasus ini, pasien dilakukan esofagoskopi dengan panduan C-arm untuk
pendekatan secara internal dengan esofagoskopi mengevaluasi posisi benda asing dan memastikan
rigid. Pada esofagoskopi pertama menggunakan kemungkinan jika benda asing sebagian bermigrasi
teleskop namun kondisi teleskop kurang baik dan tertanam.
hingga sulit dilakukan eksplorasi. Pada Pada kasus ini dapat diambil sebagai
esofagoskopi kedua menggunakan teleskop yang pelajaran adalah:
lebih baik tetapi benda asing tetap tidak tampak 1. Perlunya pemeriksaan radiologis secara
saat eksplorasi dan diputuskan untuk digunakan C- simultan untuk evaluasi posisi benda asing
arm di IRD, namun saat itu alat rusak dan tidak sebelum dan setelah tindakan.
dapat digunakan. Pada esofagoskopi ketiga 2. Selalu menggunakan teleskop saat
menggunakan panduan C-arm di GBPT dan eksplorasi.
dilakukan insisi kecil pada daerah posterior faring 3. Pemeriksaan dengan C-arm pada kasus ini
serta ekstraksi benda asing menggunakan forsep disarankan mengingat sulitnya menentukan
biopsi. Saat evaluasi tidak didapatkan tanda-tanda posisi yang tepat untuk dilakukan ekstraksi.
komplikasi. 4. Pada kasus ini sebisa mungkin dilakukan
Prosedur bedah dengan eksplorasi leher ekstraksi secara minimal invasive dengan
merupakan sebuah pendekatan alternatif bila pendekatan internal untuk menghindari
pendekatan secara internal tidak berhasil atau bila komplikasi dan tindakan bedah sebagai
timbul komplikasi. Sebuah diagnosis yang tepat alternatif.
dan intervensi terapi awal diperlukan untuk
meminimalkan tindakan yang bersifat invasif
hingga menghindari tingkat morbiditas dan RINGKASAN
mortalitas yang tinggi.13,14 Telah dilaporkan kasus benda asing
hipofaring berupa kawat halus yang pada awalnya
sulit untuk dideteksi. Pada esofagoskopi dan
eksplorasi dengan teleskop, benda asing hampir
tidak terlihat karena posisinya yang telah masuk ke
dalam jaringan lunak hipofaring. Pada kasus ini,
telah dilakukan foto berulang kali sebelum serta
sesudah tindakan dan didapatkan masih tetap pada
posisi semula. Kemudian diputuskan untuk
dilakukan esofagoskopi ekplorasi dengan panduan
C-arm dan dilakukan ekstraksi melalui pendekatan
internal dengan melakukan insisi kecil pada daerah
lesi. Benda asing berhasil dikeluarkan.

Gambar 5. C-arm13

Pada kasus ini ditangani dengan cara


yang bervariasi. Ekstraksi benda asing hipofaring
umumnya dilakukan dengan pendekatan panduan

25
Benda Asing Kawat... (Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati)

DAFTAR PUSTAKA In: Wetmore RF, ed. Pediatric


otolaryngology-The requisites in
1. Frank H. Netter, MD. Pharynx: Median
pediatrics. Philadelphia: Mosby Inc,
Section and Pharynx: Opened Posterior
2007;.p. 163-7.
View. In: Atlas of Human Anatomy 4th
Edition. Section 1 Head and 10. Chee LW, Sethi DS. Diagnostic and
Neck;2006.p.63, 66. therapeutic approach to migrating foreign
bodies. The Annals of otology, rhinology,
2. Joshi AS. Pharynx Anatomy, 2011.
and laryngology; 1999;108.p.177-80.
Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/19 11. Herawati S. Esofagoskopi rigid. Dalam
49347-overview#showall Accessed: Herawati S, eds Buku ajar ilmu kesehatan
October 26th , 2014. THT-KL: Esofagus ed. 2. Surabaya: Pusat
Penerbitan dan Percetakan UNAIR, 2013.
3. Feled C, Smith M, Handler J, Gilliam M,
hal. 113-25.
Foreign Body in Throat, 2013. Available
from: 12. Elluru RG, Wilging JP. Endoscopy of the
http://http://www.ncemi.org/cse/cse0313. pharynx and esophagus. In: Cummings
htm. Accessed October 19th, 2014. CW, Flint PW, Haughey PH,eds.
Cummings Otolaryngology-Head and
4. Panigrahi R, Sarangi TR, Behera SK,
Neck Surgery4th ed. Vol 1. Philadelphia:
Biswal RN. Unusual foreign body in
Elsevier Mosby /inc, 2005; p.1825-34.
throat. Indian Journal Otolaringology
Head and Neck Surgery; 2007:59.p.384- 13. Bhatt C, Reddy NV, Reddy TN.Removal
5. of sub-mucosal foreign body (metal wire)
from the pharynx using image intensifier.
5. Karol C, Slobodan M, Jovancevic L.
The Journal of Laryngology and
Complicated hypopharyngeal perforation
Otology; 2003;117.p. 902-4.
caused by a foreign body. Medicinski
pregled; 2007; 60.p. 391-6. 14. Chiu HS, Chung CH.Management of
foreign bodies in throat: an emergency
6. Mehta AK, Panwar SS, Verma RK.
department’s perspective. Hongkong
Retropharyngeal foreign body. Medical
Journal Emergency Medicine; 2002 vol
Journal Armed Force India; 2004;
9:3.p.126-9.
60.p.390-1.
7. Murthy PSN, Bipin TV, Ranjit R, Murty
KD, George V, Mathew KJ. Extraluminal
migration of swallowed foreign body into
the neck. AmericanJournal of
Otolaryngology; 1995; 16.p.213-5.
8. Freidman EM, Calzada G. Caustic
ingestion and foreign bodies in the
aerodigestive tract. In: Bailey BJ,
Calhoun KH, Healy GB, Johnson JT,
Jackler RK, Pillsbury HC, et al. Head and
neck surgery-otolaryngology. 4th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams abd
Wilkins, 2006; .p. 925-40.
9. Samadi DS. Foreign bodies of the upper
aerodigestove tract and caustic ingestion.

26

Anda mungkin juga menyukai