Anda di halaman 1dari 34

MATERI PERTEMUAN PEMBENTUKAN ASUHAN MANDIRI TOGA DAN AKUPRESUR

UPT. PUSKESMAS SIDOMULYO

26 JUNI 2019

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL

A. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional


Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
pada pasal 48 ditetapkan bahwa upaya kesehatan diselenggarakan dalam
bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan.

Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pelayanan kesehatan


tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat
yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara
empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Pada Bagian ketiga pasal 59-61 Undang-Undang Kesehatan Nomor 36


Tahun 2009 mengatur tentang pelayanan kesehatan tradisional. Pada
pasal 59 ayat (1) berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan
tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan dan pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan ramuan. Selanjutnya pasal 59 ayat (2) mengatur pelayanan
kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibina dan
diawasi oleh pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama. Dan Pasal
59 ayat (3) ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenis pelayanan
kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan


teknologi diatur dalam Pasal 60 ayat (1) bahwa setiap orang yang
melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan
teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang.
Dan ayat (2) bahwa penggunaan alat dan teknologi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama dan
kebudayaan masyarakat.

Dalam mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional pemerintah


memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya. Dan dalam rangka pengawasannya diatur oleh pemerintah
dengan didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlindungan
masyarakat. Hal-hal tersebut diatur pada Pasal 61 Undang-Undang Nomor
36 tahun 2009.

Dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia Tahun 2015-2019 program pelayanan kesehatan
tradisional memiliki sasaran strategis untuk meningkatan pembinaan,
pengembangan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional dan
komplementer dengan indikator presentase puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional.

Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional terhadap


masyarakat di wilayah kerjanya harus memenuhi salah satu kriteria di
bawah ini :

a. Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan sudah dilatih


pelayanan kesehatan tradisional
b. Puskesmas yang melaksanakan asuhan mandiri kesehatan
tradisional ramuan dan keterampilan
c. Puskesmas yang melaksanakan kegiatan pembinaan meliputi
pengumpulan data kesehatan tradisional, fasilitasi
registrasi/perizinan dan bimbingan teknis serta pemantauan
pelayanan kesehatan tradisional.
Dengan sasaran strategis dan indikator tersebut, ditargetkan pada
tahun 2016 tercapai 25%, tahun 2017 tercapai 45%, tahun 2018
tercapai 60%, dan tahun 2019 tercapai 75% puskesmas telah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional.
B. Klasifikasi Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional
Klasifikasi Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional Pada Pasai 7 (1)
Jenis pelayanan kesehatan tradisional meliputi:
1. Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris
Merupakan penerapan pelayanan kesehatan tradisional yang manfaat
dan keamanannya terbukti secara empiris. Pelayanan kesehatan
empiris dilakukan oleh penyehat tradisional (hattra) dan hanya boleh
menerima klien sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya, jika hattra
yang bersangkutan berhalangan, praktik tidak dapat digantikan oleh
penyehat tradisional lainnya. Apabila penyehat tradisional yang tidak
mampu memberikan pelayanan karena tidak sesuai dengan keilmuan
dan keahlian yang dimilikinya wajib mengirim kliennya ke fasilitas
pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan tradisional empiris diberikan oleh penyehat


tradisional dalam rangka upaya promotif dan preventif.

Penyehat tradisional wajib melaporkan secara berkala kepada dinas


kesehatan kabupaten/kota melalui pusat kesehatan masyarakat
setempat. Laporan memuat :
a. jumlah dan jenis kelamin klien;
b. jenis penyakit;
c. metode; dan
d. cara pelayanan.

2. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer


Merupakan pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan
ilmu biokultural dan ilmu biomedis yang manfaat dan keamanannya
terbukti secara ilmiah. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
diberikan oleh tenaga kesehatan tradisional dalam rangka upaya
promotif, preventif kuratif, dan rehabilitatif, dan dilaksanakan di
fasilitas kesehatan maupun di fasilitas kesehatan tradisional.

Pelayanan kesehatan tradisional komplementer yang memenuhi


kriteria tertentu dapat diintegrasikan pada fasilitas pelayanan
kesehatan.

Kriteria meliputi:
a. mengikuti kaidah-kaidah ilmiah;
b. tidak membahayakan kesehatan pasien/klien;
c. tetap memperhatikan kepentingan terbaik pasien/klien;
d. memiliki potensi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,
e. meningkatkan kualitas hidup pasien/klien secara fisik, mental, dan
sosial;
f. dilakukan oleh tenaga kesehatan tradisional.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi.
Merupakan pelayanan kesehatan yang mengombinasikan pelayanan
kesehatan konvensional dengan pelayanan kesehatan tradisional
komplementer.

Pelayanan kesehatan tradisional integrasi dilakukan secara bersama


oleh tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan tradisional untuk
pengobatan/perawatan pasien/klien dan diselenggarakan di fasilitas
pelayanan kesehatan.

C. Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Dalam Asuhan Mandiri


Pemanfaatan TOGA dan Akupresur
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya membantu atau proses
memfasilitasi masyarakat dengan pemberian informasi secara terus-
menerus dan berkesinambungan sehingga memiliki pengetahuan (aspek
knowledge), mampu untuk mencegah dan mempunyai kemauan (aspek
attitude), dan mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice) sehingga masyarakat berperan aktif dalam menyelesaikan
masalah kesehatannya.

Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti


perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat
baik dalam arti :

a. Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan

b. Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan)

c. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan

d. Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan
kekhawatiran, dan lain-lainsalah kesehatannya.

Prinsip dasar pemberdayaan masyarakat dalam asuhan mandiri


pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan akupresur yang perlu
dipahami yaitu : pengorganisasian masyarakat (community
organization) dan pengembangan masyarakat (community
development). Keduanya berorientasi pada proses pemberdayaan
masyarakat menuju tercapainya kemandirian melalui keterlibatan dan
peran serta aktif dari keseluruhan anggota masyarakat.

Lima prinsip dasar pemberdayaan masyarakat tersebut yaitu :

a. Menumbuh kembangkan kemampuan, peran serta


masyarakat dan semangat gotong royong dalam pelayanan
kesehatan tradisional (pemanfaatan akupresur dan TOGA).
b. Melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan
maupun pelaksanaan. Berbasis masyarakat (community
based), memberikan kesempatan mengemukakan pendapat,
memilih dan menetapkan keputusan bagi dirinya (voice and
choice), keterbukaan (openness), kemitraan (partnership),
kemandirian (self reliance).
c. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk
memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam dana, baik
yang berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber
lainnya.
d. Petugas harus lebih memfungsikan diri sebagai katalis yang
menghubungkan antara kepentingan pemerintah dan
kepentingan masyarakat dalam upaya pemeliharaan
kesehatannya.
e. Untuk mempertahankan ekstensinya, pemberdayaan
masyarakat memerlukan break even dalam setiap kegiatan
yang dikelola. Tidak sebagai organisasi bisnis/profit.

Unsur-Unsur Pemberdayaan Masyarakat

a. Penggerak Pemberdayaan : Pemerintah Kecamatan,


Puskesmas, Desa dan Kelurahan, masyarakat, dan PKK,
Paramuka, swasta, Ormas dan lintas sektor lainya menjadi
inisiator, motivator, dan fasilitator yang mempunyai
kompetensi memadai dan dapat membangun komitmen
dengan dukungan para pemimpin, baik formal maupun non
formal.
b. Sasaran pemberdayaan : Perorangan (tokoh masyarakat,
tokoh agama, politisi, figur masyarakat, dan sebagainya),
kelompok (organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi,
kelompok masyarakat), dan masyarakat luas serta
pemerintah yang berperan dalam pelayanan kesehatan
tradisional.
c. Kegiatan hidup sehat dengan memanfaatkan asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan sebagai upaya
pemeliharaan kesehatan secara mandiri meningkatkan
kesehatan masyarakat, membentuk kebisaan dan pola hidup,
tumbuh dan berkembang, serta melembaga dan membudaya
dalam kehidupan bermasyarakat.

Pembentukan kelompok asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan


akupresur dalam rangka pemberdayaan masyarakat harus memenuhi
prinsip dan persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu :

a. Kesadaran dan keinginan sendiri, ditandai dengan tidak ada


paksaan dari siapapun dan mempunyai motivasi diri.
b. Kebersamaan ditandai dengan adanya perilaku saling berbagi
pengetahuan dan kemampuan.
c. Kerjasama dan peran aktif kelompok asuhan mandiri dengan
fasilitator.
d. Kemandirian ditandai dengan kemampuan individu untuk
menolong dirinya sendiri dan anggota keluarga, serta tersedianya
bahan (tanaman obat) dan peralatan pijat, keterampilan jika
diperlukan serta peralatan mengolah TOGA yang dibutuhkan
e. Berorientasi terhadap kebutuhan masyarakat ditandai dengan
adanya:
 Dukungan kebijakan berupa peraturan, edaran atau surat.
 Dukungan dari petugas kesehatan yang terlatih dalam
teknis asuhan mandiri.
f. Komitmen
 Ilmu dan keterampilan tentang asuhan mandiri pemanfaatan
TOGA dan keterampilan akan dibagi dengan orang lain
namun hanya akan digunakan untuk diri sendiri atau
keluarga (tidak untuk dikomersilkan).
Pembentukan kelompok asuhan mandiri di tingkat masyarakat,
fasilitator bersama mitra melakukan fasilitasi pembentukan kelompok
asuhan mandiri dengan memanfaatkan dana dari berbagai sumber,
dengan cara:

a. Mengidentifikasi kelompok yang sudah ada di masyarakat


contohnya dasa wisma, kelompok tani, kelompok nelayan, arisan
dan kelompok lainnya.
b. Mensosialisasikan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan kepada kelompok masyarakat.
c. Kader membentuk kelompok asuhan mandiri dengan kriteria 1
kelompok terdiri atas 5 sampai 10 Kepala Keluarga (KK), melalui
langkah-langkah:
1) Forming
Kader memfasilitasi keluarga binaan dalam kelompok untuk
saling mengenal lebih dekat satu sama yang lainnya,
misalnya untuk saling menceritakan tentang pengalamannya
dalam memanfaatkan TOGA ataupun saling memberikan
informasi tentang TOGA yang mereka miliki di rumah
masing-masing.
2) Storming
Kader memfasilitasi kepada anggota kelompok untuk
bersama-sama membicarakan rencana kegiatan kelompok
dan semua anggota kelompok diberikan kesempatan untuk
berbicara dan memberikan ide.
3) Norming
Setelah semua saling mengenal, kader mengajak para
anggota kelompok untuk bersama-sama membuat struktur
organisasi misalnya ketua, wakil ketua, sekretaris,
bendahara dan tugas masing-masing serta membuat tata
tertib yang harus dipatuhi bersama.
4) Performing
Pada tahap selanjutnya adalah performing, dimana
kelompok asuhan mandiri sudah terbentuk dengan stuktur
organisasi dimana setiap yang duduk dalam struktur
organisasi telah mempunyai peran dan tugas masing-masing,
sehingga setiap orang merasa saling tergantung dan
membutuhkan satu sama lainnya.
Pembentukan kelompok asuhan mandiri diharapkan dapat
terbentuk dalam kurun waktu paling lama 3-6 bulan sejak
dilakukannya orientasi kader

Dalam melakukan pembinaan perlu dilakukan analisis tingkat


perkembangan kemandirian UKBM TOGA untuk selfcare, yaitu melalui
tingkat perkembangan UKBM TOGA sesuai klasifikasi TOGA.

Indikator keberhasilan Desa TOGA mengacu pada Klasifikasi TOGA


sebagai berikut :

INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA

Jumlah KK ada TOGA < 30 % 30 – 60 % >60 %

Jenis Tanaman Obat per 50 - 100


< 50 jenis > 100 jenis
Desa jenis

Jumlah KK memanfaatkan
< 10 % 10 - 50 % >50 %
TOGA

Jumlah Kader penggerak


<5 5-10 >10
TOGA per Desa

Keterangan:

 Jenis tanaman obat adalah macam-macam tanaman obat yang


memiliki khasiat obat dan kandungan kimia berbeda.
 Contoh jenis tanaman: temu hitam, temu putih, temu mangga,
temulawak, jahe, kunyit, kencur.
 Terdapat 4 variabel yang harus dipenuhi pada setiap tingkat
pengembangan TOGA
 Jumlah KK yang mempunyai TOGA dapat diketahui bahwa setiap
keluarga di halaman atau sekitar pekarangannya menanam tanaman
obat minimal 5 jenis tanaman obat.
 Jumlah Kader penggerak TOGA per Desa dapat diketahui dari
Pengelola Program Yankestradkom
Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan
kesehatan tradisional:

 Di Tingkat Kecamatan:
a. Terkoordinasinya dan terintegrasinya pelaksanaan pelayanan
kesehatan tradisional dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat
lainnya.
b. Terkoordinasinya penerapan kebijakan pelayanan kesehatan
tradisional dengan pengembangan desa dan kelurahan siaga.
c. Terintegrasinya pelayanan kesehatan tradisional dalam program
kerja forum kecamatan.
d. Adanya pembinaan pelayanan kesehatan tradisional di tingkat
desa dan kelurahan secara berjenjang.
 Di Tingkat Desa dan Kelurahan:
a. Adanya kader pengelola TOGA
b. Kemudahan akses masyarakat untuk mendapatkan informasi
terkait pemanfaatan TOGA.
c. Adanya pendanaan untuk pengembangan dan pengelolaan TOGA.
d. Peraturan di desa atau kelurahan tentang pengelolaan dan
pemanfaatan TOGA.
e. Adanya pembinaan TOGA di rumah tangga

Kemitraan adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih yang diikat dalam
aturan hukum berbentuk perjanjian, nota kesepahaman (memorandum of
understanding) yang dilandasi prinsip dasar kesamaan kepentingan,
kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan dan transparansi.

Sebagaimana disebutkan di atas, kemitraan harus digalang baik dengan


individu-individu, keluarga, pejabat-pejabat atau instansi-instansi
pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), kelompok
profesi, pemuka atau tokoh masyarakat, swasta, media massa, dan lain-lain.

Kemitraan dalam Asuhan Mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur adalah


kerjasama antara dua pihak atau lebih yang diikat dalam aturan hukum
berbentuk perjanjian, nota kesepahaman (memorandum of understanding)
yang dilandasi prinsip dasar kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan,
kesetaraan kedudukan dan transparansi dalam pengembangan Asuhan
Mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur. Dengan bertujuan untuk
mempercepat pencapaian sasaran asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
akupresur dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi setingginya.

Prinsip dasar dari kemitraan adalah : kesamaan kepentingan, kesetaraan


kedudukan dan trasparansi

Identifikasi mitra dalam kesehatan tradisional asuhan mandiri pemanfaatan


TOGA dan Akupresur ini bertujuan untuk mengenali dan menetapkan pihak-
pihak yang sesuai diajak bermitra dalam rangka melaksanakan gagasan
kemitraan. Mitra potensial yang dipilih adalah:

1. Peduli terhadap masalah kesehatan tradisional asuhan mandiri


pemanfaatan taman obat keluarga dan keterampilan yang dihadapi
dan pemecahan masalah tersebut melalui gagasan bermitra.
2. Bersedia mengembangkan komunikasi dua arah.
3. Memiliki pemikiran dan cara kerja yang sistimatis.
4. Secara internal memiliki pembagian kerja dan koordinasi yang baik.
5. Memiliki kesediaan yang tulus untuk membantu kegiatan asuhan
mandiri pemanfaatan taman obat keluarga dan keterampilan melalui
kemitraan.
6. Siap memberikan saran-saran yang yang konstruktif dan dukungan
bagi terlaksananya gagasan kemitraan.
7. Fleksibel, informal dan mudah dihubungi.
8. Bersedia dan dapat menyediakan waktu, tenaga dan sumber daya lain
untuk kepentingan kemitraan dalam kesehatan tradisional asuhan
mandiri pemanfaatan taman obat keluarga dan keterampilan.
9. Mengetahui cara-cara bermitra, lebih baik lagi jika memiliki
pengalaman bermitra dalam kesehatan tradisional asuhan mandiri
akupresur pemanfaatan taman obat keluarga dan keterampilan.
10. Bersedia dan dapat memberikan kontribusi untuk gagasan atau
“proyek kemitraaan” sesuai dengan kesepakatan.
11. Memiliki atau bersedia membangun kedekatan (setidaknya secara
sosial psikologis) dan kesiapan akses.
12. Dalam tim yang kompak, satu konsep dan satu bahasa.
13. Kontribusinya berkelanjutan dan taat kepada kesepakatan yang telah
dirumuskan bersama dalam kemitraan kesehatan tradisional asuhan
mandiri pemanfaatan taman obat keluarga dan keterampilan.

Mitra potensial ditingkat Puskesmas tersebut adalah:


Camat, Dinas Pertanian, Guru/Kepala Sekolah, Dinas Pendidikan, Tim
Penggerak PKK, Kepala Desa/Lurah, Kader, Tokoh Masyarakat/Forum
Peduli Kesehatan Kecamatan (apabila telah terbentuk), Organisasi Profesi,
Organisasi Kemasyarakatan/LSM/Asosiasi (Aspetri, AP3I), Swasta/Dunia
Usaha, Media Massa, dan lain-lain.

Setelah dirumuskan tujuan kemitraan maka ditetapkan peran mitra yang


sesuai kewenangan, tupoksi masing-masing mitra, antara lain sebagai
berikut :

1. Pengagas kemitraan (dari program/sektor kesehatan) berperan


sebagai inisiator, pemasok input teknis seperti pengembangan NSPK,
pedoman, penyedia sarana prasarana.
2. Camat, Kepala Desa/Lurah berperan sebagai pembuat kebijakan,
dinamisator/penggerak kemitraan.
3. Dinas Pertanian, Guru/Kepala Sekolah, Dinas Pendidikan, sebagai
fasilitator
4. Kelompok/Organisasi Profesi berperan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, standar serta kode etik profesi terkait
dengan pelayanan kesehatan tradisional.
5. Tim Penggerak PKK, Kader, Tokoh Masyarakat/Forum Peduli
Kesehatan Kecamatan (apabila telah terbentuk), Organisasi
Kemasyarakatan/LSM sebagai penggerak masyarakat, memberikan
penyuluhan, pemberdayaan masyarakat.
6. Asosiasi (Aspetri, AP3I) berperan sebagai pembina anggotanya,
memberikan sanksi kepada anggota bila melakukan pelanggaran,
menjaga citra profesi dan mutu pelayanan, meningkatkan
pengetahuan/keterampilan/kompetensi anggotanya, mediator antara
anggota asosiasi, menggali dan mengkaji pengobatan tradisional asli
Indonesia.
7. Swasta/Dunia Usaha, penyedia sumber daya peran pelayanan
kesehatan swasta dibutuhkan untuk pengembangan integrasi
pelayanan kesehatan tradisional pemanfaatan taman obat keluarga
dan akupresur di fasilitas kesehatan, pelayanan kesehatan swasta
8. Media Massa berperan dalam penyebarluasan informasi tentang
pelayanan kesehatan tradisional asuhan mandiri pemanfaatan taman
obat keluarga dan akupresur.
PEMANFAATAN TOGA DALAM ASUHAN MANDIRI
1. Meningkatkan produksi ASI
2. Batuk pilek pada balita
3. Meningkatkan nafsu makan
4. Gatal pada biduran
5. Nyeri haid
6. Susah tidur dan stress
7. Kram otot tungkai bawah/kaki
8. Sakit kepala/pusing
9. Peningkatan daya tahan tubuh
10. Sakit pinggang
11. Mual, muntah dan nyeri ulu hati
12. Sesak nafas/mengi
13. Melancarkan BAB
14. Nyeri sendi
15. Pemulihan setelah sakit
PEMANFAATAN TOGA DALAM ASUHAN MANDIRI
a. Meningkatkan Produksi ASI
 Bahan:
- Temulawak 7 iris
- Meniran ½ genggam
- Pegagan ¼ genggam
- Air 3 gelas
 Cara pembuatan :
Campurkan semua bahan kemudian direbus dalam air mendidih selama
10 sampai 15 menit dengan api kecil.
 Cara Pemakaian:
Diminum 2 kali sehari, pagi dan menjelang tidur malam.

b. Batuk Pilek pada Balita


 Bahan:
- Rimpang kencur 2 jari
- Air matang hangat ¾ cangkir
 Cara pembuatan :
Kencur dikupas dan diparut (parutannya dialasi daun pisang), tambahkan
air ¾ cangkir lalu diperas dan disaring dengan menggunakan kain
bersih/saringan teh.
 Cara Pemakaian:
Diminum 4–5 kali sehari 1 sendok makan.
Keterangan :
Ramuan bisa juga digunakan pada anak-anak usia di atas 12 tahun dan
dewasa. Untuk dewasa, rimpang kencur sebanyak 3 jari.

c. Meningkatkan nafsu makan


 Bahan:
- Ketumbar 1 sendok teh
- Madu secukupnya
- Air 1 cangkir
 Cara pembuatan :
Ketumbar ditumbuk halus, seduh dengan air, setelah hangat tambahkan
madu, aduk rata.
 Cara Pemakaian:
Minum 1 kali sehari, selama 1 minggu.

d. Gatal pada biduran


 Bahan:
- Umbi teki 1 biji
- Sambiloto 5 lembar
- Sereh sayur 1 batang
- Rimpang lengkuas 1 ibu jari
- Air 3 gelas
 Cara pembuatan :
Umbi teki, sereh sayur, dan lengkuas dimemarkan. Semua bahan
dicampur dan direbus dalam air mendidih selama 10–15 menit dengan
api kecil.
 Cara Pemakaian:
Diminum 2x sehari sebelum makan.
Perhatian : Hindari penggunaan untuk ibu hamil.

e. Nyeri Haid
 Bahan:
- Rimpang temulawak 3 iris
- Biji kedawung 8 butir
- Daun sembung 1/3 genggam
- Asam jawa secukupnya
- Gula aren secukupnya
- Air 3 gelas
 Cara pembuatan :
Didihkan air, masukkan biji kedawung yang sudah dimemarkan, setelah 5
menit masukkan rimpang temulawak, asam jawa, dan daun sembung.
Rebus selama 10 menit, masukkan gula aren menjelang rebusan akan
diangkat.
 Cara Pemakaian:
Diminum dalam keadaan hangat 2 kali sehari selama nyeri haid.

f. Susah tidur dan stres


Mengatasi susah tidur
 Bahan:
- Biji pala 1/5 bagian
- Madu 1 sendok makan
- Air panas 1 cangkir
 Cara pembuatan :
1/5 bagian biji pala ditumbuk halus. Seduh dengan 1 cangkir air hangat
dan madu 1 sendok makan.
 Cara Pemakaian:
Diminum 1–2 kali sehari dalam keadaan hangat.

Mengatasi stres
 Bahan:
- Pegagan 1 genggam
- Air 3 gelas
 Cara pembuatan :
Bahan direbus dalam air mendidih selama 10 menit.
 Cara Pemakaian:
Diminum 3 kali sehari ¾ gelas.

g. Kram otot tungkai bawah/kaki


 Bahan:
- Daun landep ½ genggam
- Kapur sirih ½ sendok teh
- Air matang 2 sendok makan
 Cara pembuatan :
Daun landep dari jenis berbunga kuning ditumbuk halus dengan kapur
sirih, tambahkan air dan aduk sampai rata.
 Cara Pemakaian:
Dilumurkan di bagian yang sakit 2 kali sehari
Perhatian :
Hindari pemakaian pada kulit yang peka

h. Sakit kepala/pusing
 Bahan:
- Bawang putih 1 siung
- Pegagan 1 jumput
- Air 1 ½ gelas
 Cara pembuatan :
Bawang putih dimemarkan, campurkan semua bahan kemudian direbus
dalam air mendidih selama 10–15 menit dengan api kecil.
 Cara Pemakaian:
Diminum 3 kali sehari, masing-masing 1/3 gelas.

Perhatian :
Hindari takaran yang berlebih. Tidak diperkenankan bagi yang sedang
mengkonsumsi obat pengencer darah, ibu hamil, dan yang sensitif terhadap
bawang putih.

i. Peningkatan daya tahan tubuh


 Bahan:
- Jahe emprit/jahe merah 1 ibu jari
- Pegagan 1 jumput
- Temulawak 1 iris
- Gula Merah secukupnya
- Air 1 ½ gelas
 Cara pembuatan
Jahe dicuci dan digeprek, temulawak dicuci dan diiris, pegagan dicuci, gula
merah dipotong kecil-kecil. Semua bahan dicampur kemudian direbus
sampai mendidih selama 10-15 menit.
 Cara pemakaian
Ramuan diminum hangat-hangat 2 hari sekali 1 gelas
Perhatian :
Hindari takaran yang berlebih. Tidak diperkenankan bagi yang sedang
mengkonsumsi obat pengencer darah, ibu hamil, dan yang sensitif terhadap
bawang putih.

j. Sakit pinggang
 Bahan:
- Jahe merah 1 ibu jari
- Sereh 2 batang
- Gula merah 1 sendok makan
- Garam seujung sendok teh
- Air 2 gelas
 Cara pembuatan
Jahe dibakar dan dimemarkan, masukkan bersama sereh dalam air
mendidih. Tunggu 10 menit tambah kan gula merah serut dan garam,
aduk-aduk dan dinginkan.
 Cara pemakaian
Minum 2 kali sehari.

k. Mual muntah
 Bahan:
- Jahe 2 ibu jari
- Gula merah secukupnya
- Air 1 ½ gelas
 Cara pembuatan
Didihkan air terlebih dahulu, setelah itu masukkan jahe yang telah
dikupas dan dimemarkan, tambahkan gula merah yang telah dipotong
kemudian diaduk. Tutup panci dan matikan kompor. Diminum dalam
keadaan hangat-hangat kuku.
 Cara pemakaian
Minum ramuan jahe 2–3 kali sehari sampai rasa mual hilang.

l. Sesak nafas/mengi
 Bahan:
- Patikan kebo 4 batang
- Gula secukupnya
- Air 3 gelas
 Cara pembuatan
Masukkan patikan kebo ke dalam air mendidih, biarkan selama 10 menit,
masukkan gula secukupnya.
 Cara pemakaian
Diminum 3 kali sehari.

m. Melancarkan BAB
 Bahan:
- Buah mengkudu masak 2 buah
- Garam secukupnya
 Cara pembuatan
Buah mengkudu diparut, diberi garam sedikit, diperas, disaring.
 Cara pemakaian
Diminum 2 kali sehari.

n. Nyeri sendi
 Bahan :
- Jahe 1 jari
- Sereh 2 batang
- Kencur 1 ruas jari
- Air 1 ½ gelas
- Gula merah secukupnya
 Cara pembuatan :
- Diminum
Jahe dibakar dan memarkan, kencur diiris, sereh digeprek, semua
bahan direbus dengan air selama 10-15 menit.
- Diboreh
Jahe, sereh, kencur ditumbuk.
 Cara pemakaian:
- Diminum
Minum hangat-hangat pagi dan sore selama 7 hari.
- Diboreh
Diborehkan pada bagian sendi yang sakit

o. Pemulihan setelah sakit


 Bahan:
- Jahe 1- 2 jari
- Sereh 1 jari
- Cengkeh 4 biji
- Pala ½ biji
- Daun jeruk purut 1 lembar
- Kemukus 5 biji
- Kayu manis secukupnya
- Gula aren secukupnya
- Air 5 gelas
 Cara pembuatan
Jahe, sereh, kayu manis, gula aren dipotong kecil-kecil (bila perlu jahenya
dibakar terlebih dahulu). Semua bahan dicampur kemudian direbus
sampai mendidih selama 10-15 menit.
 Cara pemakaian
Ramuan diminum hangat-hangat 1 gelas 2 kali sehari.

PEMANFAATAN AKUPRESUR UNTUK ASUHAN MANDIRI


1. Meningkatkan produksi air susu ibu (ASI)
Untuk meningkatkan jumlah ASI dapat dilakukan pemijatan pada
perpotongan garis tegak lurus dari sudut kuku bagian kelingking (SI
1)

SI 1

Lokasi yang terletak :


 setinggi sela iga ke empat linea axillaris anterior (SP 18)
 Setinggi sela iga ke dua linea midclavicullaris (ST 15)
 Setinggi sela iga ke tiga linea midclavicullaris (ST 16)
 Setinggi sela iga ke empat linea midsternalis (CV 17)
 Setinggi sela iga ke lima linea midclavicullaris (ST 18)
Lokasi yang letaknya 4 jari di bawah lutut di tepi luar tulang kering (ST 36)

2. Batuk Pilek pada Balita


Akupresur untuk meredakan batuk pilek pada balita dapat dilakukan
pemijatan pada lokasi yang letaknya di samping cuping hidung kanan
dan kiri (LI 20)

Lokasi yang terdapat pada 2 jari ke arah lateral dari ruas tulang
punggung ketiga (BL13)
Lokasi yang letaknya 2 jari di atas pergelangan tangan, segaris ibu jari
tangan (LU 7)

LU
7

ST 40

Lokasi yang terletak pada pertengahan antara tempurung lutut dan


mata kaki luar, 2 jari ke sisi luar dari tulang kering (ST 40)

Lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika


ibu jari dan telunjuk dirapatkan (LI 4)

LI 4

Lokasi yang terletak pada 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi luar
tulang kering (ST 36)

ST 36

3. Meningkatkan nafsu
makan
Akupresur untuk meningkatkan
nafsu makan dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya
lekukan belakang mata kaki bagian dalam (KI 3)

KI
3

Lokasi yang terletak 4 jari ke atas dari mata kaki bagian dalam (SP 6)

SP
6

Lokasi yang terletak pada 3 jari di atas pertengahan pergelangan


tangan bagian dalam (PC 6)

PC 6

Lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi


ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan (LI 4)

LI 4

Lokasi yang terletak 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi luar


tulang kering (ST 36)
ST 36

4. Gatal pada biduran


Untuk gatal-gatal karena biduran dapat dilakukan pemijatan pada
lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika
ibu jari dan telunjuk dirapatkan (LI4)

LI 4

Lokasi yang terletak antara lipat siku sebelah luar dan tonjolan tulang
siku (LI 10)

LI
10
Lokasi yang terletak tiga jari di atas dan sisi dalam tempurung lutut
(GB 34)

GB
34

Lokasi yang terletak pada empat jari di atas mata kaki bagian dalam
(SP6)
SP
6

5. Nyeri haid
Akupresur untuk mengurangi nyeri haid dapat dilakukan pemijatan
pada lokasi yang letaknya 4 jari di atas mata kaki bagian dalam (SP6)

SP
6

Lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi


ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan (LI 4)

LI 4

Lokasi yang terletak 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi luar


tulang kering (ST36)

ST
36

6. Susah tidur dan stress


Untuk susah tidur dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak
pada lekukan garis pergelangan tangan bagian dalam, segaris dengan
jari kelingking (HT 7)

HT 7

Lokasi yang terletak pada pertengahan kedua alis (EX-HN3)

Lokasi yang terletak pada tiga jari di atas pertengahan pergelangan


tangan bagian dalam (PC 6)

PC
6

Untuk stres dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di


punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk
dirapatkan (LI 4)

LI 4
Dan lokasi yang terletak di punggung kaki pada cekungan antara
pertemuan tulang telapak kaki ibu jari dan jari ke-2 (LR 3)

LR3

7. Kram otot tungkai bawah/kaki


Untuk kram otot tungkai bawah/kaki dapat dilakukan pemijatan pada
bagian paha yang terletak sejajar ujung jari tengah pada posisi tubuh
berdiri dan lengan menggantung di sisi paha (GB 31)

GB 31

Lokasi yang terletak di lekukan bagian bawah otot betis (BL 57)

BL
57
Lokasi yang terletak di bawah tonjolan tulang sisi bawah luar lutut (GB
34)

GB
34

8. Sakit kepala/ pusing


Untuk sakit kepala/ pusing secara umum dapat dilakukan pemijatan
pada lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi
ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan (LI 4)

LI 4

Untuk sakit kepala daerah depan, dapat dilakukan pemijatan pada lokasi
yang terletak di lekukan tulang pelipis, sejajar dengan sudut mata luar
(EX-HN5)

EX-HN5

Untuk sakit kepala daerah puncak kepala, dapat dilakukan pemijatan


pada lokasi yang terletak di puncak kepala (GV20)

GV
20

Untuk sakit kepala daerah tengkuk, dapat dilakukan pemijatan pada


lokasi yang terletak di belakang kepala, di bawah tonjolan tulang
tengkorak (GB 20)
GB 20

Dan lokasi yang


terletak di puncak bahu,
pertengahan antara
tengkuk dan
pangkal lengan (GB 21)

GB 21

Dan lokasi yang terletak di punggung kaki pada cekungan antara


pertemuan tulang telapak kaki, ibu jari dan jari ke-2 (LR 3)

LR 3

9. Peningkatan daya tahan tubuh


a. Peningkatan daya tahan tubuh
LI 4, ST 36, CV 12, SP 6, GB 39, BL 23, KI 1
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat dilakukan pemijatan
pada lokasi yang letaknya 4 jari di bawah lutut di tepi luar tulang
kering (ST 36)

ST 36

Dan lokasi yang letaknya 4 jari di atas mata kaki bagian dalam.
Pijatan lokasi ini dilakukan dengan posisi kaki disilangkan ke atas
paha (SP 6)
SP 6

Dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di punggung tangan


pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan (LI 4)

LI 4

b. Peningkatan kebugaran
Untuk meningkatkan kebugaran LI4, ST36, CV12
Dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di punggung tangan
pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan (LI 4)

LI 4

Untuk meningkatkan kebugaran daya tahan tubuh dapat dilakukan


pemijatan pada lokasi yang letaknya 4 jari di bawah lutut di tepi luar
tulang kering (ST36)

ST 36
Untuk meningkatkan kebugaran dilakukan pemijatan pada lokasi
yang terletak di garis tengah tubuh depan di pertengahan ujung
bawah tulang dada dengan pusar (CV12)

CV 12

10. Sakit pinggang


Untuk sakit pinggang dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang
terletak di pinggang sejajar dengan pusar, selebar 2 (dua) jari tangan
ke samping kiri dan kanan dari garis tengah tubuh (BL 23)

BL
23

Dan lokasi yang terletak di pertengahan lipat lutut (BL 40)

BL
40

11. Mual muntah dan nyeri ulu hati


Untuk mual muntah dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang
terletak pada tiga jari di atas pertengahan pergelangan tangan bagian
dalam (PC 6)
PC 6

Untuk nyeri ulu hati dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang
terletak di garis tengah tubuh depan di pertengahan ujung bawah
tulang dada dengan pusar (CV 12)

CV
12

Dan lokasi yang terletak pada empat jari di bawah lutut di tepi luar
tulang kering (ST 36)

ST
36

12. Sesak nafas/mengi


Untuk sesak nafas dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang
terletak di bawah tengkuk, setengah jari ke arah luar (EX-B1)

EX-B1

Lokasi yang terletak di garis tengah tubuh bagian depan setinggi sela
iga ke-4 (sejajar dengan puting susu) (CV17)
CV 17

Lokasi yang terletak pada pertengahan antara tulang tempurung lutut


dengan mata kaki bagian luar, dua jari dari tulang kering (ST 40)

ST 40

13. Susah Buang Air Besar (Konstipasi)


Untuk susah buang air besar (konstipasi) dapat dilakukan pemijatan
pada lokasi yang terletak di
 punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan
telunjuk dirapatkan (LI 4)
 4 jari ke atas dari punggung pergelangan tangan segaris jari tengah
(TE 6)

Lokasi yang terletak 3 jari di samping kiri dan kanan pusar (ST 25)
Lokasi yang terletak 7 jari di bawah pangkal tulang kering, bawah luar
tempurung lutut (ST 37)

Dan lokasi yang terletak 4 jari di atas mata kaki bagian dalam (SP 6)

14. Nyeri Sendi Lutut


Untuk nyeri sendi lutut dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang
terletak di tengah-tengah lipat lutut bagian belakang (BL 40)

BL
40
Lokasi yang terletak pada:
 4 jari ke atas dari mata kaki bagian dalam (SP 6)
 bawah lutut ujung tulang kering atas sisi sebelah dalam (SP 9)
 lekukan belakang mata kaki bagian dalam (KI 3)
 3 jari di atas lekukan
belakang mata kaki bagian dalam (KI
7)

Lokasi yang terletak pada


 lekukan depan bawah
kaput fibula (ST36)
 4 jari di bawah titik
pangkal tulang kering, bawah luar
tempurung lutut (GB 34)

Anda mungkin juga menyukai