Gejala dermatitis kontak muncul pada bagian tubuh yang melakukan kontak langsung
dengan zat yang memicu reaksi pada kulit. Gejala tersebut dapat muncul dalam waktu
beberapa menit hingga beberapa jam setelah kontak terjadi. Gejala umum dermatitis
kontak pada kulit penderita adalah:
Ruam kemerahan.
Gatal yang dapat terasa parah.
Kering.
Pembengkakan.
Kulit kering atau bersisik.
Kulit lecet atau melepuh.
Menebal.
Pecah-pecah.
Terasa sakit saat disentuh atau muncul rasa nyeri.
Gejala dermatitis kontak yang muncul tergantung dari penyebab dan sensitivitas kulit
terhadap zat yang memicu reaksi tersebut. Dermatitis kontak karena alergi dapat
muncul dalam waktu beberapa hari setelah kontak. Selain gejala umum, gejala
lain pada dermatitis kontak alergi ditunjukkan dengan kulit terlihat lebih gelap, terasa
terbakar, sensitif terhadap sinar matahari, serta terjadi pembengkakan pada wajah,
mata, atau selangkangan. Sedangkan dermatitis kontak karena iritasi dengan
zat tertentu ditunjukkan dengan kulit berkerak atau sangat kering, kulit terasa kaku atau
keras, serta muncul luka terbuka yang membentuk lapisan kulit keras.
Dermatitis kontak juga dapat menimbulkan infeksi sekunder. Tanda-tanda kulit terinfeksi
antara lain:
Dermatitis kontak iritan.Terjadi kontak langsung lapisan luar kulit dengan zat
tertentu, sehingga merusak lapisan pelindung kulit. Jenis dermatitis inilah yang
lebih banyak terjadi. Beberapa zat yang dapat memicu dermatitis kontak iritasi
adalah sabun, detergen, sampo, cairan pemutih, zat yang berada di udara
(misalnya serbuk gergaji atau serbuk wol), tumbuhan, pupuk, pestisida, asam,
alkali, minyak mesin, parfum, dan bahan pengawet.
Dermatitis kontak alergi. Muncul saat kulit bersentuhan dengan zat alergen
yang memicu sistem kekebalan tubuh bereaksi, menyebabkan kulit gatal dan
meradang. Zat alergen yang sering memicu reaksi alergi pada kulit di antaranya
adalah obat-obatan (misalnya krim antibiotik), zat yang ada di udara (misalnya
serbuk sari), tanaman, bahan logam dalam perhiasan, karet ), dan bahan
kosmetik (misalnya cat kuku dan pewarna rambut).
Beberapa jenis pekerjaan berhubungan dengan zat yang telah disebutkan dapat
meningkatkan risiko seseorang mengalami dermatitis kontak. Jenis pekerjaan tersebut
meliputi petugas kesehatan, pekerja tambang dan konstruksi, penata rambut, mekanik,
penyelam atau perenang, petugas kebersihan dan kebun, serta koki.
Pemeriksaan fisik. Dokter akan melihat tampilan kulit yang diduga terkena
dermatitis kontak dan mempelajari pola dan intensitas ruam pada kulit.
Tes alergi melalui kulit. Tes alergi melalui kulit dapat dilakukan dengan tes
tusuk maupun tempel. Pada tes tempel, dokter akan menempelkan kertas yang
mengandung beberapa zat alergen untuk mengidentifikasi penyebab munculnya
dermatitis kontak alergi. Setelah dua hari, kertas dilepas dan reaksi pada kulit
diperiksa.
ROAT test atau tes iritasi. Pada pemeriksaan ini, pasien akan diminta untuk
mengoleskan zat tertentu pada bagian kulit yang sama, dua kali sehari, selama 5
sampai 10 hari, untuk melihat bagaimana reaksi kulitnya.
Jika upaya meredakan gejala di rumah tidak menunjukkan hasil, maka dokter dapat
meresepkan obat-obatan berupa:
Apabila pemberian obat-obat di atas belum dapat meredakan gejala, maka dokter dapat
melakukan penanganan dalam bentuk:
Membersihkan kulit setelah terpapar zat yang menimbulkan iritasi atau reaksi
alergi.
Kenakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk mengurangi kontak
langsung antara kulit dengan zat penyebab alergi dan iritasi.
Gunakan pelembap. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi lapisan terluar
kulit, sehingga kulit terlindung dari zat penyebab alergi atau iritasi.